Ekologi Ternate 219-226 (2011)
Keanekaragaman Anggrek di G Gamalama, Ternate
f
Izu Andry Fij ridiyanto & Sri Hartini Pusat Konservasi Tumbuhan-Kebun Raya Bogor, LIPI J1. Ir. H. Juanda 13 Bogor. E-mail:
[email protected]
ABSTRACT
A study on the diversity of orchids in Mount Gamalama, Ternate was carried out. There were
three habitats (Tolire Besar Lake, nutmeg and clove plantation areas and forest areas) with elevation up to 1500 meters of above sea levels which were observed. In total, 21 species of orchids (15 species of terrestrial and 6 species of epiphyte) were found. Deforestation for clove and nutmeg plantations, and also volcanic activities of Mount Gamalama could be the main reasons for habitats and species lost of orchids in Ternate. Keywords: Diversity, Mount Gamamala, orchids, Ternate
PENDAHULUAN Pulau Ternate merupakan salah·satu pulau yang terdapat di Kepulauan Maluku, atau tepatnya berada di pertemuan empat lempeng utama dunia yaitu Lempeng Indo-Australia, Lempeng Pasifik, Lempeng Eurasia dan Lempeng Laut Philippina, serta terletak diantara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia (Monk dkk. 1997): Interaksi dari keempat lempeng tersebut membuat Kepulauan Maluku memiliki geologi yang komplek, ditambah dengan ' posisinya yang berada diantara dua benua ikut mempengaruhi ekologi di kawasan ini sehingga Kepulauan Maluku memiliki flora dan fauna yang unik. Dalam sejarah geologinya Pulau Temate bukan bagian dari daratan pulaupulau di sekitamya. Pulau ini merupakan pulau gunung api karena terbentuk dari aktifitas vulkanik ' dengan munculnya
Gunung Gamalama dari dasar laut. Secara administratif, Pulau Terll'ate termasuk dalam wilayah Kota Tern~te, Provinsi Maluku Utara. Pulau ini memiliki luas sekitar 111,80 m 2 dan terletak pada ketinggian 0-1715 rr'i dpl. Puncak Gunung Gamalama merupakan tempat tertinggi dari Pulau ini. Gunung Gamalama adalah salah satu gunung teraktif di Indonesia (Pemda Kota Temate 2007). Sej ak sekitar abad ke-13 Pu lau Ternate telah terkenal sebagai penghasil rempah-rempah terutama cengkeh. Karena lahan yang terbatas, kawasan hutan di Gunung Gamalama sejak zaman dahulu telah banyak yang berubah menjadi kebun-kebun cengkeh dan pala. Sebagai bag ian dari Kepulauan Maluku yang terkenal memiliki flora dan fauna yang khas, keanekaragaman jenis anggrek di Pulau Ternate ternyata belum terungkap secara lengkap. Karena itu perlu dilakukan penelitian untuk melihat 219
Fijridiyanto & Hartini
keanekaragaman j enis anggrek liar yang masih bisa ditemukan di kawasan ini. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keane~araga-man anggrek pada beberapa habitat yang berbeda di Gunung Gamalama, Pulau Temate.
BAHAN DAN CARA KERJA Penelitian tentang keanekaragaman jenis anggrek di kawasan Gunung Gamalama dilakukan pada bulan JuliAgustus 2009. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksploratif yaitu dengan melakukan . penjelajahan pada beberapa daerah terpilih yang memiliki habitat berbeda seperti Danau Tolire Besar, kebun pala dan cengkeh serta daerah hutan. Pengamatan dan pengoleksian dilakukan untuk mengetahui keberadaan anggrek baik yang tumbuh secara terestrial maupun epifit. Selain itu juga dilakukan pencatatan mengenai kondisi umum habitat seperti kondisi vegetasi, ketinggian tempat, suhu dan kelembaban udara serta vegetasi yang ada di sekitamya.
HASIL Berdasarkan hasil identifikasi terungkap bahwa di kawasan G. Gamalama ditemukan 21 jenis anggrek yang terdiri atas 15 j enis anggrek terestrial dan 6 jenis anggrek epifit. Ke21 jenis tersebut disajikan dalam Tabell
Laut P~,au Ternate, berjarak tidak begitu jauh dari daerah pantai, terletak pada ketinggian 30-200 m dpl. dengan kedalaman lereng sekitar 50 m. Danau Tolire Besar memiliki diamater terpanjang ± 9 km. Dengan pemanda· ngan yang cukup indah, danau ini merupakan salah satu objek wisata di Pulau Ternate. Tumbuhan yang mendominasi kawasan hingga ketinggian 60 m dpl. adalah Syzygium cumini (L.) Skeels. Di daerah yang lebih tinggi yaitu kebun kelapa yang memiliki beberapa daerah terbuka banyak ditumbuhi alang-alang (Imperata cyhndrica (L) P. Beauv.). Mulai ketinggian 100 m dpl banyak ditanami kelapa, cengkeh dan pala. Pada siang hari suhu udara di daerah ini mencapai 35°C dengan kelembaban udara 66%. Anggrek teresterial yang ditemukan di kawasan ini hanya satu jenis yaitu Eulophia spectabilis (Dennst.) Suresh. Jenis ini tumbuh diantara pohon-pohon S. cumini pada kondisi tanah yang relatif kering. Di lereng tebing dari danau ini ditemukan jenis Dendrobium lancifo· hum A. Rich yang biasanya tumbuh secara epifit, namun di daerah ini tumbuh di tebing berbatu. Selain duajenis anggrek tersebut di atas juga ditemukan anggrek terestrial dengan daerah penyebaran yang kosmopolitan yaitu Spathoglottis phcata Blume. Jenis ini ditemukan tumbuh di daerah terbuka di tepi jalan menuju Danau Tolire Besar.
Danau Tolire Besar
'4
Danau Tolire Besar merupakan danau yang terbentuk akibat aktivitas vulkanik. Danau ini berada di sisi Barat
220
Kebun Cengkeh dan Pala Pengamatan anggrek pada habitat kebun cengkeh dan pala dilakukan di
Keanekaragaman Anggrek di Gunung Gamalama
Tabell. Keanekaragamanjenis anggrek di Gunung Gamalama Nama Jenis Dendrobium insigne (Blume) Rchb. f. ex. Miq. Dendrobium lanei/olium A. Rich. Dendrobium lawesii F. Muell. Dendrobium maerophyllum A. Rich. var. ternatense Dendrobium sp. l Dendrobium sp.2 Eulophia speetabilis (Dennst.) Suresh.
Habit Epifit Epifit Epifit Epifit
LokasilHabitat Kebun cengkeh dan pala Danau tolire, tebing batu Hutan Hutan
Epifit Epipit Terrestrial
Goodyera retieulata (Blume) Blume Goodyera sp.l Goodyera waitziana Blume Habenaria sp. l Habenaria sp.2 Liparis rheedii (Blume) Lindley Malaxis koordersii (JJ Sm.) Bakh. f. Malaxis sp. Nervilia aragoana Gaudich. Pecteilis susannae (L.) Raf. Peristylus gracilis Blume Phaius tankervilleae (Banks ex L' Her.)
Terestrial Terestrial Terestrial Terestrial Terestrial Terestrial Terestrial Terestrial Teresterial Terestrial Terestrial Terestrial
Kebun cengkeh dan pala Hutan Danau tolire, semak daerah terbuka Hutan Hutan Kebun cengkeh dan pala . Kebun cengkeh dan pala Kebun cengkeh dan pala Hutan Hutan Kebun cengkeh dan pala Kebun cengkeh dan pala Hutan Kebun cengkeh dan pala Hutan
1330 1280 500-600 600 640 1160 1300 470 350 1200 500 1200
Terestrial Terestrial
Pingir jalan Kebun cengkeh dan pata
60 400
Blume
Spathoglottis plieata Blume Zeuxine gracillis (Breda) Blume
daerah Maliaro dan sekitarnya yang terletak pada ketinggian 300-900 m dpl. Kebun cengkeh dan pala ini merupakan daerah perkebunan yang cukup tua. Menurut keterangan penduduk setempat sebagain besar tanaman cengkeh dan pala telah berumur lebih dari 30 tahun. Pada beberapa daerah yang terbuka penduduk menanaminya dengan tanaman palawija ataupun sayur-sayuran. Suhu udara di lokasi ini pada siang hari sekitar 25°C pada daerah yang terlindung dan mencapai 3 oDe untuk daerah yang terbuka dengan kelembaban udara ratarata 75%. Oi daerah ini ditemukan 7 jenis anggrek terestrial dan 2 jenis anggrek epifit. Jenis 'anggrek terestrial yang
•
Meter dpl.)
600 60 1390 1140 700 1160 30
ditemukan adalah Goodyera waitziana Blume, Habenaria sp.l, Habenaria sp.2, Malaxis sp. , Nervilia aragoana Gaudich., Peristylus gracilis Blume dan Zeuxine graci/lis (Breda) Blume. Anggrek-anggrek ini uinumnya ditemukan di tempat yang temaung. Sedangjenis anggrek epifit yang ditemukan adalah Dendrobium insigne (Blume) Rchb. f. ex. Miq. dan Dendrobium sp.l. Kedua jenis ini ditemukan di daerah yang mulai menghutan kembali karena tidak ditanami pala ataupun cengkeh.
Kawasan Hutan Pengamatan di kawasan hutan dilakukan padajalur pendakian Gunung Gamalama dari Desa Air Tege-Tege. 221
F ijridiyanto & Hartini
Kawasan hutan campuran terletak mulai pada ketinggian 1.000 m dpl. Daerah ini merupakan lokasi proyek reboisasi yang ditanami dengan jenis-jenis tanaman penghijauan seperti kenari (Canarium indicum L.) , mahoni (Swietenia mahagoni (L.) Jacq.), dan durian (Durio zibethinus MUff.). Suhu udara siang hari pada ketinggan 1.500 m dpl. 19°C dengan kelembaban udara rata-rata 780/0. Vegetasi-nya merupakan kawasan hutan hujan tropika pengunungan rendah. Jenis tumbuhan yang mendominasi adalah sengon (Paraserianthes falcataria (L.) I. C. Nielsen), Areca vestiaria Giseke dan paku pohon (Cyathea sp.), sedangkan tumbuhan herba yang mendominasi adalah Alpinia spp. (Zingerberaceae); Alocasia sp. dan Scindapsus sp. (Araceae), serta Elatostema sp. (Urticaceae) Di lokasi ini juga banyak ditemukan tumbuhan memanjat dari suku Pandanaceae yaitu Freycinetia sp. Di daerah ini ditemukan 6 jenis anggrek terestrial dan 3 jenis anggrek epifit. Anggrek terestrial yang ditemukan adalah G reticulata (Blume) Blume, Goodyera sp.l , Liparis rheedii (Blume) Lindley, Malax is koordersii (1J Sm.) Bakh. f., Pecteilis susannae (L.) Raf. dan Phaius tankervilleae (Banks ex L' Her.) Blume. Umumnyajenis-jenis ini tumbuh pada serasah yang cukup tebal dan lembab serta mendapat cahaya matahari yang cukup ataupun pada daerah yang agak terbuka. Anggrek epifit yang ditemukan adalah Dendrobium lawesii F. Muell., D. macrophyllum A. Rich. var. ternatense dan Dendrobium sp.2. Populasi anggrek epifit yang paling besar di''kawasan ini adalah D. lawesii
222
yang memiliki bunga berwarna unggu kemerahan dengaifbibir berwarna merah (Gambar 1.). Jumlah total jenis anggrek yang ditemukan di tiga macam habitat yang diamati adalah 21 jenis (Tabel 1). Anggrek teresterial y ang ditemukan termasuk dalam 8 marga dan yang terbanyak berasal dari marga Goodyera yaitu 3 jenis. Sedang seluruh anggrek epifit yang ditemukan merupakan jenis dari marga Dendrobium. Berdasarkan habitat tempat tumbuhnya, lokasi yang paling banyak ditemukan anggrek adalah kebun pala dan cengkeh serta di kawasan hutan dengan jumlah yang sama yaitu 9 jenis (Gambar 2), namun dengan komposisi yang berbeda. Anggrek terestrial lebih banyak ditemukan di kebun pala dan cengkeh yaitu 7 jenis, sedangkan di kawasan hutan ditemukan 6 jenis. Anggrek epifit terbanyak ditemukan di kawasan hutan yaitu 3 jenis, sedangkan di kebu 'paladan cengkeh ditemukan 2 jenis. Hasil ini memperlihatkan bahwa dengan berubahnya kawasan hutan menjadi kebun pala dan cengkeh, ternyata jenis-jenis anggrek terestrial yang menyukai naungan masih dapat tumbuh dan berkembang di kawasan ini. Karena tajuk dari pohon pala dan pohon cengkeh sangat rindang sehingga daerah-daerah di kebun pala dan cengkeh pada bagain bawahnya relatif lebih terl in dung dengan intesitas cahaya yang lebih rendah. Sedangkan untuk anggrek terestrial yang menyukai cahaya cukup tidak dapat tumbuh di bawah kebun pala dan cengkeh yang terlindung sehingga hanya ditemui di kawasan hutan
Keanekaragaman Anggrek di Gunung Gamalama
Gambar 1. Beberapajenis anggrek epifit (A: Dendrobium lawesii, B:. D. macrophyllum var. ternatense C: D. lancifolium) dan anggrek terrestrial D: Zeuxine gracillis, E: Goodyera reticulata F. Malaxis koordersii) yang di temukan di kawasan G. Gamalama. 8
~-· ---
-I
13 i .~
I
· 1'tl1n~bW
_____ ,_
. gpUlUt
: __Lg~______li1 D..m..mTillbIrl!? «(j)-:""'iWJ)~»
E~tC'~ ~ ,.tmf'abK:JI(i.il}l- HI!M\fJl-].$i(ll'fillltIMJjpi,ll 9:(jI0l~»
Gambar 2. Grafikjumlahjenis anggrek teresterial dan epifit di beberapa macam habitat ketinggian tempat yang berbeda di Ternate.
223
Fijri diy
to & H artini
atau dari daerah yang agak terbuka. Sedangkan anggrek epifit umumnya menyukai cahaya yang cukup (Koopowitz 2001) sehingga tidak ditemukan menempel di pohon-pohon pal a ataupun pohon cengkeh yang memiliki taj uk rimbun . Anggrek epifit yang ditemukan kebun pala dan cengkehjuga ditemukan di daerah yang sudah menghutan.
PEMBAHASAN Berdasarkan habitat tempat tumbuhnya, memperlihatkan bahwa berubahnya kawasan hutan menjadi kebun pala dan cengkeh, ternyata jenisjenis anggrek terestrial yang menyukai nallngan masih dapat tumbllh dan berkembang di kawasan ini. Karena tajuk dari pohon pala dan pohon cengkeh sangat rindang sehingga daerah-daerah di kebun pala dan cengkeh pada bagain bawahnya relatif lebih terlindung dengan intesitas cahaya yang lebih rendah. Sedangkan untuk anggrek terestrial yang
menyukai cahaya cukup ti d ak dapat tumbuh di bawah kebun pala.aan cengkeh yang terlindung sehingga hanya ditemui di kawasan hutan atau dari daerah yang agak terbuka. Sedangkan anggrek epifit umumnya menyukai cahaya yang cukup (Koopo-witz 200 I) sehingga tidak ditemukan menempel di pohon-pohon pala ataupun pohon cengkeh yang memiliki tajuk rimbun . Anggrek ep ifit yang ditemukan kebun pala dan cengkehjuga ditemukan di daerah yang sudah menghutan. Di Danall Tolire Besar pal ing sedikit ditemukan anggrek. Hal ini kemllngkinan disebabkan oleh kondisi daerah ini yang cukup kering dan sebagian besar berupa lahan yang sangat terbuk a . Untuk anggrek terestrial harus mampu beradaptasi dengan kondisi tanah yang cukup kering dang suhu ya ng tinggi. Sedangkan untuk anggrek epi f i"t karena jarang terdapat pohon yang tinggi , hanya jenis yang mampu beradaptasi tumbuh di media lain yang masih bisa bertahan.
180 ..'--'---.-----'---"-'-- --""-----.".-,-,,". ~ "-,.~." ".,,-,-,.~-,,.,,160
+-------~~----
140
+--~--~----------------------
120 +------------------------100 -;-.-,---,---'---------------'--.---------.-'--"...
80 + - - - - - - - - - - - 60
_ Marga
40 +---------------..
o Telnat~
Halmahera
Seram Ut.ara
Bwu Tlliuu'
(o-1500mdpl)
Utara {O-600 mdpll
W-850 mdpH
(0-150mdplJ
Gambar 3. Grafikjumlahjumlahjenis dan marga anggrek yang ditemukan di Ternate dan beberapa daerah lain di Kepulauan Maluku: Halmahera Utara (Doerasim dkk., 1994), Seram Utara ( 'Wardaya dkk. 1994 ), dan Buru Timur ( Kiswoj o dkk. 1996 ).
224
Keanekaragaman Anggrek di Gunung Gamalama
Berdasarkan hasil pengamatan, anggrek terestrial yang ditemukan hanya E. spectabilis sedangkan anggrek epifit hanya D. lancifolium.
Perbandingan keanekaragaman jenis Anggrek di Ternate dan kawasan sekitarnya Jika dibandingkan dengan beberapa kawasan yang berdekatan dengan Pulau Temate dari hasil penelitian sebelumya (Gam bar 3), jenis anggrek di Ternate paling sedikit dibandingkan dengan di Pulau Halmahera bagian utara, Pulau Buru bagian timur dan Pulau Seram bagian utara. Diantara daerah-daerah tersebut yang memiliki jenis anggrek tertinggi adalah Pulau Seram bagian utara. Hal ini dikarenakan Pualau Seram bagian utara berdasarkan penelitian dari Wardaya dkk. (1994) merupakan kawasan hutan yang masih sangat bagus kondisinya. Karena kondisinya yang belum terganggu dan memiliki vegetasi hutan tropis dataran rendah berupa hutan primer yang sangat mendukung sebagai habitat anggrek alam terutama anggrek epifit (Koopowitz 200 1). Meskipun pengamatan di Ternate hingga ketinggian 1.500 m dpl.,jauh lebih tinggi dibandingkan dengan pengamatan di daerah yang lain, namun keanekaragamanjenis yang dimiliki paling kecil bila dibandingkan dengan daerah lainnya. Hal ini disebabkan oleh sebagain besar hutan di Ternate yang telah berubah fungsi menjadi kebun-kebun pala dan cengkeh. Hutan alaminya hanya ditemukan pada ketinggian 1.200-1.500 m dpl. Meskipun demikian di hutan alami ini pun anggrek epifit yang ditemukan hanya
sedikit. Hal ini kemungkinan disebabkan oleh seri rrgnya Gunung Gamalama meletus, Akibat dari letusan tersebut menyebabkan hilangnya jenis-jenis tumbuhan yang terdapat di kawasan Gunung Gamalama termasukjenis-jenis anggrek akibat tingginya aktivitas gunung berapi dapat menyebabkan hancurnya vegetasi seperti yang di laporkan oleh Bickmore (1991 [1869]) dalam Monk dkk. (1997) bahwa abu dari letusan Gunung Gamalama menghancur-kan vegetasi di Ternate kecuali pohon-pohon besar.
KESIMPULAN Dari tiga macam habitat yang diamati yaitu Danau Tolire , kebun cengkeh dan paia, serta kawasan hutan dengan ketinggian hingga 1.500 m dpl. , jumlah anggrek yang ditemukan sebanyak 21 jenis yang terdiri atas 15 jenis anggrek terrestrial dan jenis anggrek epifit. Peru~ahan kawasan hutan menjadi kebun-kebun kelapa, cengkeh dan pala menyebabkan hilangnya habitat untuk tempat tumbuh anggrek secara alami. Hanyajenis-jenis yang dapat beradaptasi dengan kondisi demikian yang masih dapat tumbuh dan berkembang. Aktivitas dari gunung berapi bisa menghancurkan vegetasi di sekitarnya sehingga bisa menghilangkan jenis-jenis tumbuhan yang tumbuh di kawasan terse but.
UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih yang tulus Kepada Bapak Walikota Ternate Drs. H. Syamsir Andili yang 225
Fijrid l
to & Hartini
telah mengizinkan dan memfasilitasi dilakukannya penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Masril, Bapak Yahya, Bapak Syafrudin dan Bapak Faruk. yang membantu selama di lapangan serta rekan-rekan tim dari Pus lit Biologi - LIPI atas kerja samanya yang baik selama di lapangan.
DAFTAR PUSTAKA Doerasim, Solikin, M. Ichwan, Suhadinoto, Tulabi & Suprijadi. 1994. Laporan eksplorasi flora di kawasan Hutan Lindung Togosi dan Mamuya Propinsi Maluku Utara. [Laporan Teknis]. Pasuruan: UPT Balai Pengembangan Kebun Raya - LIPI Cabang Balai Kebun Raya Purwodadi. Kiswojo, Wardaya, Suhadinoto, Tulabi, Karijono & Tarmudji. 1996. Laporan eksplorasi flora di Kawasan P. Buru Kabupaten
226
Maluku Tengah Propinsi Maluku. [Laporan Teknis]. Paf uruan : UPT Balai Pengembangan Kebun Raya - LIPI Cabang Balai Kebun Raya Purwodadi. Koopowitz, H. 2001. Orchids and Their Conservation. Timber Press, len. Portland. Oregon. Monk, KA., Y de Fretes & G. Reksodiharjo-Lilley. 1997. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku. Periplus Editions (HK) Ltd. Singapore. Pemda Kota Ternate. 2007. http:// www.kota-ternate.go.id/ Pemerintah%20daerah.htm. Wardaya, RI. Supomo, A. Suprapto, A. Goni, Tarmudj i & Sugijana. 1994. Laporan eksplorasi flora ke kawasan Seram Utara - Maluku Tengah Propinsi Maluku. [Laporan Teknis]. Pasuruan : UPT Balai Pengembangan Kebun RayaLIPI Cabang Balai Kebun Raya Purwodadi.