Road to APEC 2013
Peru, Rusia and Vietnam; The Latest Economies of APEC Perjalanan Menuju APEC 2013
Peru, Rusia dan Vietnam; Tiga Ekonomi Anggota Terbaru APEC
K
RRI World Service Voice of Indonesia held Diplomatic Forum Road to Apec by inviting three youngest APEC Economis as panelists on March 14, 2013 RRI World Service Voice of Indonesia menyelenggarakan Diplomatic Forum Road to APEC dengan mengundang Duta Besar tiga anggota termuda APEC sebagai panelis pada 14 Maret 2013
T
he Asia-Pacific Economic Cooperation (APEC) Forum includes twenty-one member economies that differ substantially in their political systems, social and cultural institutions, and level of economic development. The participating APEC economies are: Australia, Brunei Darussalam, Canada, Chile, China, Hong Kong-China, Indonesia, Japan, Republic of Korea, Malaysia, Mexico, New Zealand, Papua New Guinea, Peru, Philippines, Russia, Singapore, Chinese Taipei, Thailand, United States, and Vietnam. There are three official observers: the Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Secretariat, the Pacific Economic Cooperation Council (PECC), and the South Pacific Forum (SPF). Peru, Russia and Vietnam were the latest economies to join the economic cooperation in November 1998. To socialize and promote the APEC Indonesia 2013, Radio Republic of Indonesia World Service, Voice of Indonesia invited those three economies' Ambassador to Indonesia as panelists (source-persons) in the Diplomatic Forum held on 14 March 2013. According Peruvian Ambassador to Indonesia H.E. Roberto Hernan Seminario Portocarrera, Diplomatic Forum is such a good way to socialize what APEC means for Indonesia and members of APEC. “This is the good way for people to know what this mean for Indonesia and for members of APEC.” For Peru, social, geographical and historical reasons have pushed the country to be member of APEC. Ambassador Roberto Seminario said Peru was in front of the Pacific Ocean, the place where Peru is connected with Asia. He also said since the people who the first came to America were from this area, so there is historical reason to join
Go To Page 14
erjasama Ekonomi Asia-Pasifik (APEC) memiliki anggota 21 “ekonomi” (bukan negara, red) yang berbeda secara substansial dalam sistem politik, lembaga-lembaga sosial dan budaya, dan tingkat pembangunan ekonomi. Kedua puluh satu anggota Ekonomi APEC itu adalah: Australia, Brunei Darussalam, Kanada, Chili, Cina, Hong Kong-China, Indonesia, Jepang, Republik Korea, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Papua Nugini, Peru, Filipina, Rusia, Singapura, Cina Taipei, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam. Ada tiga pengamat resmi APEC: Association of Southeast Asian Nations (ASEAN) Sekretariat, Pacific Economic Cooperation Council (PECC), dan South Pasific Forum (SPF). Peru, Rusia dan Vietnam adalah anggota terbaru yang bergabung dengan Organiasasi Kerjasama Ekonomi Asia Pasific–APEC, yaitu pada November 1998. Untuk mensosialisasikan dan mempromosikan pelaksanaan APEC Indonesia 2013, Radio Republik Indonesia World Service, Voice of Indonesia mengundang Duta Besar tiga anggota termuda APEC sebagai panelis dalam Diplomatik Forum yang diselenggarakan pada 14 Maret 2013. Menurut Duta Besar Peru untuk Indonesia Roberto Hernan Seminario Portocarrera, Diplomatik Forum adalah suatu cara yang baik untuk mensosialisasikan apa artinya APEC bagi Indonesia dan anggota APEC lainnya. "Ini adalah cara yang baik bagi orang untuk mengetahui apa artinya bagi Indonesia dan negara anggota APEC lainnya." kata Portocarrera. Untuk Peru, alasan sosial, geografis dan historis telah mendorong negara itu untuk menjadi anggota APEC. Duta Besar Seminario Portocarrera mengatakan Peru terletak di depan Samudra Pasifik, tempat di mana Peru terhubung dengan Asia. Dia juga mengatakan sejak orang-orang yang pertama datang ke Amerika berasal dari daerah ini (Asia-red), jadi ada alasan historis untuk bergabung dengan APEC yang telah dimulai sejak lama. Alasan historis itu berubah menjadi alasan ekonomi karena Peru ingin melihat bagaimana Kerja sama Ekonomi ini dibangun dan tumbuh, misalnya setiap perdagangan ekonomi; dan bagaimana memfasilitasi konektifitas anggotanya. Peru juga punya alasan sosial, di mana Peru menginginkan yang terbaik untuk orang-orang atau masyarakat yang terintegrasi dalam APEC. Sementara itu, Kebijakan Terbuka di Vietnam pada tahun 1996 telah mendorong negara itu untuk memperluas persahabatan dengan semua negara setelah menjadi anggota ASEAN pada tahun
Bersambung ke halaman 14 VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
1
Editorial Notes - Catatan Redaksi
The Overseas Service of Radio Republik Indonesia or often referred to as "Voice of Indonesia" (VOI) has become important since it provides correct information about Indonesia and also serves as an alternative reference. Major programs such as the Metropolitan International Community Service (MICS), Diplomatic Forum, Indonesia Menyapa (Indonesia Greets) are the proof of how important Voice of Indonesia (VOI) is. The second edition of 2013 newsletter features a variation of articles, including Road to APEC, Profile, Cross Culture, Exotic Indonesia, Desk Info, and Our Guest. The article on Road to APEC, presents the ins and outs of the youngest members of APEC, namely Peru, Russia, and Vietnam towards the APEC 2013. "Voice of Indonesia" invites Ambassadors of the three countries as panelists in the "Diplomatic Forum". This activity is an effort to promote the implementation and socialization of the APEC Indonesia 2013. Syahisti: The Australian Community Radio and Homesick is an informative streak of Profile, RRI figure of the 1950s, Indonesian diaspora in Australia. Other Indonesian Diaspora story is presented in Cross-Culture. We put forward Diaspora Indonesia in Thailand as travel records of Budi Nugroho, VOI reporter when he got the opportunity to visit Thailand. The article reviews the life and history of Kampung Jawa Javanese arrival in Thailand. Another article that you must read is “Exotic Indonesia”, which explores the history of Ludruk performing art from Surabaya titled "Ludruk Goes Through The Time". To give a clear picture about the work of our Newsroom starting from the duties of the newsmen to their activities, we describe it through Newsroom Profile. We also put forward the results of news field activities, an interview with the Italian Ambassador that can be read in the article "Our Guests". Regards,
Stasiun Siaran Luar Negeri Radio Republik Indonesia (SLN RRI) atau yang sering disebut sebagai “Voice of Indonesia” menjadi penting arti dan perannya, mengingat siarannya mampu memberikan informasi yang benar tentang Indonesia dan berfungsi juga sebagai informasi alternatif. Acara-acara unggulan seperti Metropolitan International Community Service (MICS), Diplomatic Forum, Indonesia Menyapa menjadi bukti betapa peranan Stasiun SLN semakin diakui eksistensinya. Edisi kedua tahun 2013 ini menampilkan banyak variasi tulisan, diantaranya mengupas tentang Road to APEC, Profil, Lintas Budaya, Pesona Indonesia, Profil Desk, dan Tamu Kita. Pada tulisan Road to APEC, diketengahkan seluk beluk perjalanan anggota termuda APEC, yaitu Peru, Rusia, dan Vietnam menuju APEC 2013. Stasiun SLN “Voice of Indonesia” mengundang para Duta Besar dari ketiga negara itu sebagai Panelis dalam “Diplomatic Forum”. Kegiatan ini diarahkan sebagai upaya mensosialisaikan dan mempromosikan pelaksanaan APEC Indonesia 2013. Syahisti : Radio Komunitas Austalia dan Rindu Tanah Air merupakan coretan informatif dari rubrik Profil, tentang sosok penyiar RRI tahun 1950-an, diaspora Indonesia di Australia. Cerita Diaspora Indonesia lainnya, di sajikan dalam tulisan Lintas Budaya. Kami ketengahkan Diaspora Indonesia di Thailand sebagai catatan perjalanan dari Budi Nugroho, reporter VOI ketika berkesempatan ke Thailand. Di dalamnya diulas tentang kehidupan Kampung Jawa dan sejarah kedatangan Orang Jawa di Thailand Tulisan yang jangan dilewatkan adalah tentang Pesona Indonesia, yang kali ini mengetengahkan sejarah kesenian Ludruk di Surabaya melalui judul “Ludruk Mengiringi Perkembangan Zaman”. Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang kiprah Bidang Pemberitaan mulai dari tugas Redaktur sampai dengan aktifitasnya, kami gambarkan melalui tulisan Profil Bidang Pemberitaan. Kami juga ketengahkan hasil kegiatan bidang pemberitaan, wawancara dengan Dubes Italia yang dapat dibaca dalam tulisan “Tamu Kita”. Salam Redaksi VOI Eddy Sukmana
Eddy Sukmana
Daftar Isi / Table of Contents Fokus / Focus : Road to APEC 2013 .................................................................................................... 1 Profil / Profile: Syahisti, Australia Community Radio and Homesick................................................... 3 Syahisti, Radio Komunitas Australia dan Rindu Tanah Air Lintas Budaya / Cross culture : Bangkok Javanese : Indonesian Diaspora in Thailand........................... 5 Jawa Bangkok : Diaspora Indonesia di Thailand
Penanggungjawab: Drs. Eddy Sukmana, SH., MM., MH Dewan Redaksi : Lina Rossini, S.Sos, Erna Geni Ria, MA, Solmah, S. Sos, Drs. Budi Nugroho, Risal Rachim, S.Sos, Putri Nouvarah, Ahdiba, S.Pd., Dra. Rita Asmara , Asep Mahendra, S.Sos, Ahmad Herman, SE, Yohannes Pemimpin Redaksi : Ani Hasanah Mubarok, S.Pd. M. Si Redaktur Pelaksana : Borgias Jaman Koordinator Liputan : Viqran Shink Khan Editor Foto : Yubi Suryanto Fotografer : Adhika Yosmik Desain Grafis : Yubi Suryanto Promosi : Khadafi Sekretaris Redaksi : Asmawati Rachman Penulis Naskah : Drs. Budi Nugroho, Drs. Daulat Pane, Ahmad Faisal, Sekarsari Utami, Borgias Jaman Penerjemah : Drs. Daulat Pane, Dra. Anna Trijayakasih, M.Si , Rahmawati Dokumentasi : Folda Elsynora Bendahara : Sapto Wardoyo Sirkulasi : Jamilah Tata Usaha : Sugiarto
@voiindonesia
2
VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
voice of indonesia
Pesona Indonesia / Exotic Indonesia : Ludruk Goes Through the Time................................................ 7 Ludruk Mengiringi Perkembangan Zaman Profil Bidang / Desk Profile : Newsroom Profile................................................................................. 9 Profil Bidang Pemberitaan Tamu Kita / Our Guest : Italian Ambassador to Indonesia His Excellency Federico Failla.....................11 Duta Besar Italia untuk Indonesia Yang Mulia Federico Failla VOI in Action..................................................................................................................................15
Profile - Profil
Syahisti
Australia Community Radio and Homesick Radio Komunitas Australia dan Rindu Tanah Air
P
Former Voice of Indonesia broadcasters in the 1950s Syahisti Abdurrachman when visiting Voice of Indonesia Mantan penyiar Voice of Indonesia era 1950an Syahisti Abdurrachman ketika berkunjung ke Voice of Indonesia
T
his woman is not as famous as a former minister in the New Order, seriosa singer in 70s, film actress or a woman with many awards. She is Syahisti Abdurrachman, a woman who looked for me at the office. Unfortunately, I was not at the office. I just received a text, "Where are you? Syahisti from Melbourne was looking for you". Then I remembered that I interviewed her about Indonesian diaspora community in Australia. Syahisti Abdurrahman is one of those dedicated to gathering people missing their homeland in Australia through her community radio. As I remember, the interview was less than 30 minutes. Like other radio journalists who do long-distance interview, I have never known her face. What I still remember is the spirit of the 80-year-old woman when we talked about Indonesian diaspora community and her community radio. She was not bashful to ask for the interview recording and would rebroadcast it in the community radio. It is from the short memory that I try to write this. Community Radio among Diaspora Community Syahisti started working at Voice of Indonesia (VOI) in 1953. She was the colleague of Joop Ave, Indonesian former Tourism, Post and Telecommunication Minister who also began his career at Voice of Indonesia. During her work at VOI, Syahisti broadcasted in English and Indonesian languages. The three-year experience as a broadcaster at RRI led her to an offer to work in Radio Australia, The Overseas Service of the ABC. In Australia, she got married with an Indonesian man who worked as an editor at Radio ABC. Following her retirement and her children are growing up, the spirit of Syahisti as a broadcaster does not fade away. She becomes a volunteer at Melbourne Ethnic Community Radio, 3ZZZ 92.3FM, the biggest community radio which broadcasts programs in more than 70 languages. Syahisti manages Indonesian broadcasting called Radio Kita (RK). The pleasant voice of Syahisti broadcasting in Indonesian language can be listened every Friday at 20.00-21.00. Now there are 10 broadcasters take turn broadcasting under the coordination of Syahisti. Melbourne is one of main cities where many Indonesians live. For your information, at least more than 50,000 Indonesians live in Australia as
erempuan itu tentu tidak terkenal semisal; mantan menteri Orde Baru, penyanyi seriosa tahun 70-an, atau pesolek film atau bahkan sosok perempuan penuh penghargaan. Adalah Syahisti Abdurrachman, perempuan yang mencari-cari saya ke kantor. Sayang, saat itu saya sedang tidak berada di kantor dan pada telepon selular saya hanya ada kabar melalui pesan singkat, "kamu di mana? Ada Ibu Syahisti dari Melbourne cari kamu". Lamat-lamat saya ingat sekali waktu pernah mewawancarainya dalam kepentingan melihat kehidupan orang-orang Indonesia sebagai masyarakat diaspora yang hidup di Australia. Syahisti Abdurrahman adalah satu diantara orang yang berjasa dalam menghimpun orang-orang yang kangen terhadap tanah air di Australia melalui radio komunitasnya. Seingat saya, wawancara dengannya tidak sampai 30 menit. Seperti juga jurnalis Radio yang berwawancara jarak jauh, tentu saya tidak pernah tahu wajahnya. Yang membekas di hati saya, adalah semangat perempuan berusia 80an ini, ketika kami berbincang mengenai masyarakat diaspora Indonesia dan radio komunitasnya. Ia pun tak malu untuk meminta hasil wawancara kami dan akan menyiarkan kembali di radio komunitasnya. Dari hal yang serba sedikit saya ingat itulah yang saya coba rajut dalam tulisan kecil ini. Radio Komunitas pada Masyarakat Diaspora Syahisti mulai bekerja di Voice of Indonesia pada tahun 1953. Ia merupakan rekan kerja seangkatan Joop Ave, mantan Menteri Pariwisata, Pos dan Telekomunikasi yang juga mengawali kariernya di Voice of Indonesia. Selama di VOI, Syahisti bersiaran dalam bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. Pengalaman tiga tahun menjadi broadcaster di RRI mengantarkannya pada tawaran bekerja di Radio Australia, The Overseas Service of the ABC. Di Australia, ia menikahi seorang Indonesia yang bekerja sebagai editor di Radio ABC. Setelah pensiun dan anak-anaknya beranjak dewasa, semangat Syahisti sebagai broadcaster tak juga redup. Ia menjadi relawan di Melbourne Ethnic Community Radio, 3ZZZ 92.3FM, radio komunitas terbesar yang menyiarkan lebih dari 70 ragam bahasa. Syahisti adalah penanggung jawab Siaran Bahasa Indonesia yang disebut dengan Radio Kita (RK). Suara renyah Syahisti bersiaran dalam bahasa Indonesia dapat didengarkan setiap Jumat pukul 20.00-21.00. Kini ada 10 penyiar yang siaran secara bergantian di bawah koordinasi Syahisti. Melbourne adalah salah satu kota utama di mana banyak WNI tinggal. Sebagai informasi tambahan, sedikitnya terdapat lebih dari 50.000 penduduk Indonesia yang berada di Australia, baik sebagai pekerja migran, pelajar dan bahkan banyak pula yang sudah menjadi warganegara Australia. Di sana terdapat sekitar lima radio komunitas dan beberapa lagi tersebar di kota-kota kecil. Seperti umumnya radio komunitas, kegiatan dilakukan secara sukarela dan melibatkan para sukarelawan. Tentunya tidak ada ikatan kerja khusus. Ikatannya hanya kemauan dan kecintaan."Saya bergabung 13 tahun yang lalu setelah pensiun, karena ingin aktif di masyarakat, saya antusias dan saya merasa betul-betul senang, selain untuk mempertahankan bahasa Indonesia, siaran, juga obat kangen di rumah dengan memutar lagulagu Indonesia", tutur Syahisti. Saya masih ingat betul tata bahasa Syahisti yang apik, juga kebahagiaan yang tentunya saya tidak bisa VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
3
migrant workers, students and even as Australian citizens. There are hadirkan dalam tulisan ini. Sebagaimana yang juga pernah dituturkan about 5 community radio and some others spread in some towns. Like oleh Syahisti, perempuan lulusan Sastra Inggris, Universitas Indonesia community radio in general, all activities are voluntary. There is no ini, "misi siaran Indonesia selain mempromosikan juga membantu special working contract. It is all about willingness and passion. "I joined organisasi-organisasi Indonesia di Melbourne yang berjumlah sekitar in 13 years ago after retirement cause I want to be active in community. 25 atau 30 dalam mengumumkan kegiatan melalui radio komunitas kita I'm so enthusiastic and excited cause I can maintain Indonesian seperti 17 Agustus, lebaran atau berbagai kegiatan keagamaan". Dalam language, broadcasting and heal my kondisi tersebut jelas, bahwa Radio Kita adalah salah longing for homeland by playing satu dari penyedia informasi penting bagi masyarakat Indonesian songs", Syahisti said. I do still diaspora Indonesia di Australia. Melalui Radio Kita remember her attractive voice and also kerinduan terhadap tanah air setidaknya mampu happiness that I cannot describe in terbayar sementara. words. Setiap warga Indonesia dapat berperan serta dalam As explained by Syahisti, the graduate of Radio Kita. Bagi yang belum memiliki pengalaman English Department at University of menjadi broadcaster, Syahisti memberikan pelatihan Indonesia, "Besides promoting the kepada calon penyiar. Untuk dapat siaran satu jam archipelagic country, the mission of setiap minggu di 3 ZZZ, Syahisti memiliki kewajiban Indonesian broadcasting also helps 25 to untuk mengumpulkan sedikitnya 40 anggota yang 30 Indonesian organizations in Syahisti Abdurrachman and colleagues as RRI broadcasters mau membayar uang keanggotaan sebesar $ 15 AUD Melbourne to announce activities Syahisti Abdurrachman dan rekan ketika menjadi penyiar RRI per tahun. Setiap anggota berhak untuk ikut menentukan materi siaran. through community radio like Indonesia's Independence Day on August Penanggung jawab juga punya kewajiban mengumpulkan dana sebesar 17, Lebaran (the Idul Fitri Islamic holiday) and other religious events". In $ 1.000 AUD per tahun. Dana itu diperoleh dari komunitas masingsuch a condition, it is obvious that Radio Kita provides important masing bahasa termasuk perwakilan pemerintahan yang peduli agar information for Indonesian diaspora in Australia. Through Radio Kita, siaran dalam bahasa mereka tetap bertahan. “Sejauh ini kami bisa missing for homeland can be healed for a while. memenuhi kewajiban itu. Selalu saja ada jalan dan pihak yang membantu,” ujar Syahisti. Every Indonesian citizen can take part in Radio Kita. For those inexperienced in broadcasting, Syahisti provides training for future Sebagaimana masyarakat migran, perhatian terhadapnya juga penting broadcasters. For one-hour broadcasting on Sundays at 3 ZZZ, Syahisti is dilakukan, baik oleh perhimpunan-perhimpunan masyarakat required to gather at least 40 members who are willing to pay Indonesia, maupun oleh orang-orang Australia-Indonesia. Layanan membership fee up to AUD$15 per year. Every member is entitled to informasi tentu hal yang mutlak harus ada. Dengan kata lain, Radio determine broadcasting material. Manager is also required to gather komunitas dalam masyarakat diaspora mengambil posisi penting fund up to AUD$1.000 per year. The fund comes from communities of sebagai tempat di mana penyampai informasi tanah air berada secara each language including state representatives who are concerned imajiner. Sebagai suatu bangsa yang diangankan, sebagaimana Syahisti, about Indonesian broadcasting. “So far we can meet the duty. There are keinginan untuk kembali bisa jadi tidak besar, tapi ingatan tentang always ways and parties to help,” Syahisti stated. kampung halaman selalu muncul sebagai kenangan. Both Indonesian people unions and Australian-Indonesian people have Narasi Kecil Komunitas Terbayang to pay attention not only to migrant people, but also to community radio. Information service is an absolute thing. In short, community Syahisti bagi saya adalah satu dari sekian banyak narasi kecil orangradio among diaspora community plays a key role to provide orang Indonesia di luar negeri. Dari narasi kecil orang-orang yang tidak information about the homeland in an imaginary way. Like Syahisti, terkenal itulah, saya melihat betapa orang-orang Indonesia yang hope to go back might not be that big, but memory on homeland always tersebar di seluruh dunia sebagai masyarakat diaspora Indonesia diamappears as something to remember. diam rindu terhadap tanah air. Mereka, mencoba menemukan kembali “jalan pulang”. Bukan dengan cara memilih melakukan perjalanan Small Naration Imagined Community kembali ke kampung halaman, menemui sanak saudara, dan mengenang masa lalu, tetapi dengan cara memilih membayangkan To me, Syahisti is one of many small narrations about Indonesians tanah air dalam komunitasnya di negara yang mereka diami saat ini. overseas. It is from the small narrations of unknown people that I see Alih-alih mengobati kangen, dengan melakukan kegiatan yang Indonesians spread all over the world as Indonesian diaspora mengaitkan mereka dengan ingatan tanah air, justru kerinduan community secretly miss the homeland. They try to find “the way back terhadap bangsa ini semakin besar. home”, not by going back home, seeing families and recalling the past, but by imagining homeland by joining communities in a country where Pada Syahisti saya melihat bahwa pengalaman dan dedikasi tidak harus they are living in. Instead of healing their missing for home by doing selalu muncul dari nama-nama besar pengubah dunia. Syahisti activities that make them remember homeland, their longing for the memberikan waktu bagi saya untuk ikut juga berpikir bagaimana nation is getting big. berbuat hal yang semampunya dilakukan tanpa banyak pretensi tapi menghasilkan sesuatu yang dirasai penuh dan akhirnya mewujud In Syahisti I can see experience and dedication should not always come sebagai kebahagiaan.(*Sekarsari) from big names that change the world. Syahisti gives me time to think of how to do things my best without pretence but creating something in totality and ending up in happiness. (*Rahmawati)
4
VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
Cross Culture - Lintas Budaya
Bangkok Javanese: Indonesian Diaspora In Thailand
Jawa Bangkok: Diaspora Indonesia di Thailand
F
or long people in Indonesia are familiar with the term Bangkok like Bangkok Chicken, Bangkok Guava, Bangkok Durian and others. Apart fro the real meaning which is the capital city of Thailand, most people in Indonesia consider the word Bangkok has something to do with bigger product or produce. So Bangkok chicken means chickens which are bigger in size compared to regular I n d o n e s i a n c h i c ke n s . Vo i c e O f Indonesia's reporter Budi Nugroho recently followed a Media FamiliarizationTrip to Thailand organized by the Ministry of Foreign Affairs of Thailand, and met some Bangkok Javanese community. Here it does not mean that these people are bigger in size compared to their relatives in Java Island, Indonesia. In fact they are of Javanese descent but have settled in Bangkok. So here is his story.
Kampung Jawa or Javanese Village After a few days in Bangkok, our group of journalists from several media in Jakarta finally arrived in Kampung Jawa. The name is attached to the Javanese community that lives there. Kowe seko ngendi? (Where are you from)?". The question in Javanese came from Dariyat Slamet, 75 years, a resident of Kampung Jawa originated from Kendal, Central Java. Slamet is the second generation in Kampung Jawa. Those who live in Kampung Jawa mostly are the third and fourth generations. All residents of Kampung Jawa are Muslim. However, our communication with them was facilitated by Mrs. Ramdhai Dahlan, one of the two people who can still speak Bahasa Indonesia or the Indonesian language. Mrs. Ramdhai Dahlan is the granddaughter of KH. Ahmad Dahlan, the founder of Muhammadiyah movement, the second biggest Islamic Organization in Indonesia. His father, Irfan Dahlan was sent to study in Pakistan in 1924. After finishing his study in 1933, Irfan could not go back to Indonesia due to the political situation at that time. The Indian Ocean had become World War II theater between the Allied and Japanese forces.
The Arrival of the Javanese The history of Kampung Java, according to the Minister Counsellor of the Thai Embassy in Jakarta, started with the arrival of Thai King Appirat Sugondhabhirom Mahachulalongkorn in Indonesia (at that time it was still called the Dutch Indies). Fascinated with Java, King Chulalongkorn visited Java up to 3 times. Given the distance and means of transportation at that tim, it was really something. The first visit was in 1871, followed by another in 1896, and his last visit to the Dutch East Indies was in 1901. It was the admiration for the Javanese culture that encouraged him to bring some Javanese craftsmen to Thailand. King Chulalongkorn gave a piece of land as their residence. Descendants
S
ejak lama orang-orang di Indonesia mengenal Ayam Bangkok, Jambu Bangkok, Duren Bangkok dan lainlain yang berarti lebih besar. Reporter Voice Of Indonesia, Budi Nugroho yang belum lama ini mengikuti rombongan Media Familiarization Trip to Thailand yang diselenggarakan oleh Kementerian Luar Negeri Thailand, menemui Jawa Bangkok. Di sini Jawa Bangkok tidak berarti orang Jawa yang besar tetapi komunitas keturunan Orang Jawa yang menetap di Bangkok. Ceritanya disajikan untuk anda
Kampung Jawa Setelah beberapa hari di Bangkok, kami rombongan wartawan dari beberapa media dari Jakarta akhirnya tiba di Kampung Jawa. Nama ini melekat dengan komunitas Jawa yang hidup di sana. Kowe seko ngendi (Kamu dari mana)?". Kalimat pertanyaan itu terlontar dari mulut Slamet Dariyat, 75 tahun asal Kendal, salah satu penduduk Kampung Jawa. Slamet adalah keturunan kedua yang tinggal di Kampung Jawa. Sampai saat ini umumnya yang tinggal di Kampung Jawa adalah keturunan ketiga dan keempat. Seluruh warga Kampung Jawa memeluk Islam. Dialog dijembatani oleh salah satu dari hanya dua orang saja yang dapat berbicara bahasa Indonesia yaitu ibu Ramdhai Dahlan. Ibu Ramdhai Dahlan adalah cucu dari KH. Ahmad Dahlan, pendiri dari gerakan Muhammadiyah di Indonesia. Ayahnya, Irfan Dahlan, dikirim belajar ke Pakistan pada tahun 1924. Sepulang belajar dari Pakistan pada 1933, Irfan tidak dapat masuk ke Indonesia karena situasi politik yang tidak memungkinkan. Sebab, saat itu Lautan Hindia menjadi medan tempur Perang Dunia II antara sekutu dan Jepang.
Kedatangan Orang Jawa Asal mula orang Jawa, menurut Minister Counsellor Kedutaan Thailand di Jakarta, Appirat Sugondhabhirom adalah kedatanganRajaMahachulalongkor ke Indonesia (waktu itu masih Hindia Belanda). Terpesona dengan Jawa, Raja Chulalongkorn sampai 3 kali berkunjung ke Jawa. Kunjungan pertama pada tahun 1871, diikuti dengan kunjungan tahun 1896, dan terakhir mengunjungi Hindia Belanda di tahun 1901. Kekagumannya pada budaya Jawa yang mendorongnya membawa serta para pengrajin itu ke Thailand. Raja Chulalongkorn memberikan sebidang tanah sebagai tempat t i n g ga l p a ra p e n g ra j i n i t u . Wax sculptor Bung Karno at Museum Madame Tassaud Bangkok Patung lilin Bung Karno di Museum Madame Tussaud Bangkok
VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
5
of the artisans later became residents of Kampung Jawa in Bangkok today. One of King Chulalongkorn's trail to Indonesia is the elephant statue that can still be seen in front of the National Museum in Jakarta.
Keturunan para pengrajin itulah yang kemudian menjadi penghuni Kampung Jawa di Bangkok saat ini. Salah satu jejak Raja Chulalongkorn datang ke Indonesia adalah Patung Gajah yang masih dapat disaksikan di depan Museum Nasional Jakarta.
One of the leaders of Javanese descent in Bangkok is DR. Winai Dahlan, a younger brother of Mrs. Ramdhai Dahlan. He is the founder of Halal Center at Mahachulalongkorn University. Winai told the story of his origin. Although 100% Javanese descent, DR. Winai is no longer able to speak Javanese. Javanese that is still understood and spoken by some elders in Kampung Jawa is the Ngoko (Crude) Javanese. Of the approximately 2000 people who live in Kampung Jawa neighborhood, located in Satohrn, in the heart of Bangkok, only a few elders who still remember Ngoko Javanese. The second and third generations of the Javanese are no longer able to speak Javanese, let alone bahasa Indonesia or the Indonesian language. Although our communications were not in Javanese or Indonesian, the typical Javanese hospitality was still present. When our party came, Javanese treats such as Nogosari cakes and Jenang (called bubu here) welcomed us, accompanied by Thai Teh Tarik. The relationship which seemed lost for so many years was connected again with the meeting. Although they now live in Thailand, some rituals such as at birth, marriage and death are still observed. Mrs. Ramdhai cited as an example the reading of Yassin verse from the Qur'an during a visit to someone's grave. "When people get married here we call it wong-mantu, when somebody's death, wong-mati, and we also have kenduri," said Abu Samad, a young man who is a mosque muezzin in Kampung Jawa, in English.
Salah satu tokoh keturunan Jawa di Bangkok adalah DR. Winai Dahlan, adik dari ibu Ramdhai Dahlan. Beliau adalah pendiri dari Halal Center di Universitas Mahachulalongkorn. Winai menceritakan asal-usulnya. Meskipun 100% keturunan Jawa, DR. Winai tidak lagi dapat berbahasa Jawa. Bahasa Jawa yang dipahami oleh beberapa tetua Kampung Jawa adalah Bahasa Jawa ngoko. Dari sekitar 2000 orang yang tinggal di kawasan Kampung Jawa, di Satohrn jantung kota Bangkok ini, hanya beberapa orang tua yang mampu mengingat bahasa Jawa ngoko. Namun generasi kedua dan ketiga orang Jawa itu tidak lagi dapat berbahasa Jawa, apalagi berbahasa Indonesia. Meskipun komunikasi tidak berlangsung dalam bahasa Jawa atau Indonesia, tetapi keramahan khas Jawa tetap muncul. Ketika rombongan kami datang, suguhan khas Jawa berupa kue Nogosari dan Jenang tetapi disebut bubu menyambut kami disertai The Tarik ala Thailand. Hubungan yang terputus sekian puluh tahun seakan tersambung dengan pertemuan itu. Meskipun sudah lama tinggal di Thailand, beberapa ritual saat kelahiran, perkawinan dan kematian masih dilaksanakan. Ibu Ramdhai memberi contoh seperti pembacaan surat Yassin saat ziarah kubur. "Untuk acara orang menikah di sini kami menyebutnya wong mantu, orang VOI Reporter together with DR. Winan Dahlan, grandson of KH. Ahmad Dahlan, the founder of meninggal wong mati, kami Muhammadiyah organization Reporter VOI bersama dengan DR. Winan Dahlan, cucu KH. Ahmad Dahlan, pendiri gerakan juga ada acara kenduri," jelas Muhammadiyah Abu Samad seorang pemuda yang menjadi muadzin masjid Kampung Jawa, dalam bahasa Inggris.
Indonesia – Thailand Thai government through the Ministry of Foreign Affairs and the Embassy of Thailand in Jakarta really wants the good relationship between the two countries is not only related to the existence of the Javanese descendants but also in a broader sense. With the help of media, the mission can be accomplished. "It is through you (the media) we can convey the message and strengthen the bilateral ties that have been forged between people of both countries. Media can also reach out to the people in each country more closely ". Information Director of Thai Foreign Ministry Pantipha Iamsudha said. Relations between Indonesia and Thailand are believed to have been going on since long time ago. Director General of Information, Thai Foreign Ministry, Manasvi Srisodhapol believe that this relationship has been going on since the era of Sriwijaya kingdom in the archipelago. (* Anna Trijayakasih)
6
VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
Indonesia – Thailand Pemerintah Thailand melalui Kementerian Luar Negeri serta Kedutaan Besar Thailand di Jakarta memang menginginkan hubungan antar warga kedua Negara, bukan hanya antara keturunan Jawa tetapi juga dalam arti luas. Dengan bantuan Media, misi itu bisa dicapai. “ Karena melalui anda ( media ) kami dapat menyampaikan pesan dan mempererat hubungan bilateral yang sudah dijalin di antara para warga kedua Negara. Media juga dapat menjangkau para warga di masingmasing Negara agar lebih dekat lagi”. Ujar Direktur Informasi Kementerian Luar Negeri Thailand Pantipha Iamsudha Hubungan Indonesia dan Thailand bahkan diyakini sudah berlangsung sejak masa lampau. Direktur Jenderal Informasi Kementerian Luar Negeri Thailand, Manasvi Srisodhapol meyakini bahwa hubungan ini sudah berlangsung sejak era Kerajaan Sriwijaya di Nusantara. (*Budi NP)
Exotic Indonesia - Pesona Indonesia
“LUDRUK GOES THROUGH THE TIME“ “LUDRUK MENGIRINGI PERKEMBANGAN ZAMAN“ Surabaya, kota pahlawan yang menyimpan segudang sejarah panjang perjalanan bangsa Indonesia . Sejak zaman penjajahan dan hingga kini , ibukota Jawa Timur ini menjadi salah satu kota kebanggaan Republik Indonesia. Beragam kehidupan sosial,seni, tradisi, dan bahkan kebudayaannya terus dilestarikan oleh generasi penerusnya. Kaya akan budaya , menjadikan kota ini terus berbenah diri untuk senantiasa menghidupkan asa kesenian budayanya. Sebut saja Tari Remo, Gending Jula-Juli, Tari Hadrah Jidor, upacara Loro Pangkon, Tari Lenggang ,bahkan Ludruk yang sangat dikenal sebagai kesenian rakyat asli Jawa Timur. Kini Ludruk menjadi maskot budaya khas Surabaya.
Ludruk Studio in Surabaya Sanggar Ludruk di Surabaya
S
urabaya, city of hero that keeps lots of long history of Indonesian nation. Since the colonial era, the capital of East Java is one of cities that the Republic of Indonesia takes pride in. Various social life, art, tradition and culture continue to be preserved by the now generation. Being rich in culture makes the city keep making improvement to enliven its art and culture. Let's say Remo dance, Gending Jula-Juli, Hadrah Jidor dance, Loro Pangkon ceremony, Lenggang dance and even Ludruk which is known as the original folk art of East Java. Now Ludruk becomes cultural mascot of Surabaya. To find out more about the history of Ludruk art, RRI World Service “Voice of Indonesia” coverage team melakukan penelusuran ke Surabaya, East Java and met Ludruk observer, Tri Broto. In his simple daily life, he explained that Ludruk was the traditional art of East Java played by a group on stage and it usually brings the theme of daily people's life accompanied with jokes by players and gamelan traditional music. “Ludruk is a traditional performance consisting of Remo dance, Pedayan, took mestren, intermezzo, jula juli jokes, act, gamelan traditional music, selindrung, gending. The point is jula juli,” Tri Broto said. According to Tri Broto, “Based on information from ludruk senior artists Munali and Winoto, Ludruk movement in Surabaya began in 1927, but according to a research by Pea Kock, he found Ludruk developed in 1930 or 1935. He noted that Ludruk Marhaen began existing in 1965s in Surabaya”. As Ludruk observer, Tri Broto is also good at playing gamelan traditional music and playing a role in Ludruk art. Therefore, he said playing a role in needed special skills like spontaneous talk and comprehension of the theme. The players should improvise the story. “Improvisation, spontaneity, body dialectic and verbal dialectic are needed as ludruk does not have script. So all players need to understand the story, understand what talked about, say the words without memorizing but improvising based on each comprehension,” Tri Broto said. On the other hand, the local government continues to preserve Ludruk traditional art. Head of East Java Tourism and Culture Service, Maulisa Nusiara, said it has provided guidance and preservation through Ludruk art festival at schools.
Untuk mengetahui sejarah kesenian Ludruk, tim liputan RRI World Service “Voice of Indonesia” melakukan penelusuran ke Surabaya, Jawa Timur dan bertemu Pemerhati Ludruk, Tri Broto. Dalam kesehariannya yang sederhana itu , ia menuturkan Ludruk merupakan kesenian tradisional Jawa Timur yang dimainkan oleh sebuah group di atas panggung dan biasanya Ludruk mengangkat cerita kehidupan rakyat sehari – hari yang diselingi dengan celotehan lucu para pemain serta diiringi musik gamelan. “Ludruk itu sebuah pertunjukan tradisional . pertunjukkan yang isinya terdiri dari Tari Remo, Pedayan, took mestren , selingan, kemudian lawak jula juli, lakon , musiknya pakai gamelan, selindrung, gendingpokoknya jula juli,” Ujar Tri Broto. Menurut Tri Broto, “ Berdasarkan informasi dari Munali dan Winoto Ludruk pergerakan di Surabaya tahun 1927, tapi menurut penelitian Pea Kock tahun 1930 atau 1935 dia sudah menemukan, Pea Kock mencatat Ludruk yang sedang ada di Surabaya ada Ludruk Marhaen 1965an”.Bukan hanya sebagai Pemerhati Ludruk, Tri Broto juga mahir memainkan peralatan Gamelan dan m e m e ra n ka n p e ra n d a l a m kesenian Ludruk . Oleh karena itu ia menjelaskan memerankan Ludruk Dancer Penari Ludruk Ludruk perlu kemampuan khusus seperti bicara spontan dan memahami tema yang diperankan. Para pemainnya harus mampu melakukan improvisasi isi cerita kepada pemain yang lain. “ Improvisasi, spontanitas, dialektika tubuh dan dialektika bicara, karena di dalam ludruk tidak ada naskah , jadi semua pemain perlu paham dengan cerita itu, paham dengan semua yang dibicarakan,mengutarakannya tidak dengan hafalan, tapi dengan spontanitas, improvisasi, berdasarkan pemahamannya masing – masing,” Ujar Tri Broto dengan santai. Sementara , upaya untuk melestraikan kesenian tradisional Ludruk terus dilakukan oleh pemerintah daerah. Kepala Bidang Kebudayaan, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Jawa Timur, Maulisa Nusiara
VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
7
“Culture and Tourism Service always makes efforts to provide guidance and preservation of Surabaya local culture like Ludruk. Thus, we show that this is traditional art of Surabaya. Who wants to preserve but local people and Surabaya government. It's a must. Extraordinary! We hold ludruk festival once in two years in elementary schools, junior high schools and senior high schools. The students are really enthusiastic to join the festival. In addition, Culture and Tourism Service also hold other art performances like Campur Sari or modern Javanese songs and keroncong traditional music, but our budget is limited, so we can hold it once in two years only. We hope such festival may increase the students' enthusiasm to preserve local culture,” Maulisa stated. In this modern era, as people's culture develops, can Ludruk compete with other art performances? A Ludruk artist from Surabaya, Kartolo is optimistic about the existence of Ludruk. According to him, Ludruk is different from other Javanese arts like wayang or shadow puppet and ketoprak or Javanese play.
mengatakan pihaknya tetap mengadakan pembinaan dan pelestarian melalui festival seni Ludruk di sekolah. “Kami ini di Disbudpar terus berupaya melakukan pembinaan dan pelestarian budaya lokal baik yang asli Surabaya seperti Ludruk dan lain - lain maupun yang nota bene bukan Surabaya. Dengan ini Kita menunjukkan bahwa ini lo … jenis kesenian tradisional Surabaya. Siapa lagi yang melestarikan kalau bukan masyarakat setempat maupun pemerintah Surabaya. Dan kita itu wajib. Luar biasa, kami mengadakan festival ludruk 2 tahun sekali dari tingkat SD, SMP dan SMA. Mereka sangat antusias mengikuti festival ini. Selain itu Disbudpar juga mengadakan kesenian lain seperti , Campur Sari, keroncong gantian setiap tahun, saat dulu setiap tahun, tetapi anggaran kami terbatas. Sehingga kami mengadakannya setiap 2 tahun sekali. Kami b e r h a ra p fe st i va l s e m a ca m i n i d a p at meningkatkan kemauan yang tinggi dari para pelajar untuk turut serta melestarikan budaya s ete m p at ,” u n g ka p M a u l i s a .
Dalam era modern saat ini seiring dengan perkembangan budaya masyarakat , apakah Ludruk dapat bersaing dengan pertunjukkan kesenian lain? “Now students rarely perform to Seorang seniman Ludruk Surabaya, sing. They just join ludruk Kartolo optimis dengan eksistensi Ludruk. se rv er Lu dr uk ob Br ot o i i Br ot o, a competition for teenagers in Menurutnya Ludruk berbeda dari kesenian Tr Tr g uk in dr w rv ie at Lu Fa is al in te aw an ca ra i pe ng am te r Ah m ad ew Surabaya and Malang. Some of daerah Jawa lainnya seperti wayang atau ketoprak. VO I R ep or I Ah m ad Fa is al m VO R ep or te r them like ludruk, some may be “ Jarang ya,… anak –anak sekarang banyak yang nyanyi . Cuma sering embarrassed because it's considered ancient. In fact, local art is diadakan lomba ludruk anak – anak sekolah remaja di Surabaya sama important. Ludruk is nice. It can use stories from the future and the past, di Malang .Tapi sebagian banyak yang suka sama ludruk, apa karena while wayang orang or human shadow puppet and ketoprak must use malu apa dianggap kuno, padahal kesenian daerah itu penting . Ludruk historical stories,” Kartolo explained. itu enak, cerita yang akan datang bisa, cerita dulu bisa, tapi kalau wayang orang sama ketoprak mesti ceritanya sejarah,” Jelas Kartolo. According to Kartolo who has dedicated to preserve Ludruk for more Menurut Kartolo yang sudah lebih dari 40 tahun mengabdi than 40 years, as Ludruk develops, women who act like men are also melestarikan Ludruk , dalam perkembangannya, pemain Ludruk juga interested in playing Ludruk. He said “Men used to invite women to join diminati oleh kaum wanita yang bersolek mirip seperti laki – laki. Ia ludruk like in Jombang, while in Malang now many women join ludruk at menuturkan, “kalau dulu laki – laki ngajak perempuan . Dari Jombang RRI. Women possibly used to be shy, so they had to be invited first.” itu katanya memang laki – laki ngajak perempuan ,kalau saya di malang memang banyak laki – laki , tapi sekarang banyak perempuan yang ikut The competence and talent of Ludruk players can support the existence ludruk itu di RRI. Apa itu dulu malu , laki ngajak perempuan dulu itu”. of the traditional art. If the art can survive, the players can also live Kemampuan dan bakat yang dimiliki pemain Luduk dapat mendukung wealthily as Kartolo said. eksistensi kesenian daerah ini untuk selalu diminati oleh masyarakat. “Ludruk players find it hard to find other jobs. We can't be traders. As Jika kesenian ini dapat bertahan tentu para pemainnya dapat hidup long as we can perform ludruk and its fans are still a lot, we do it. layak seperti yang diungkapkan Kartolo. Actually I have been performing ludruk since 1980s, sometimes it is combined with campur sari, band and jokes. The creativity of the “ Pertama memang kalau cari kerjaan lain ngga bisa …mau dagang ngga players and interesting plot are the appeal of Ludruk that people mungkin , tapi kita tekuni selama bisa menyibukkan diri dan especially in East Java still wait for,” Kartolo added. penggemarnya masih banyak, itu seni. Sebenarnya sejak 80 saya ngeludruk sampe sekarang juga ngeludruk , kadang – kadang campur Kartolo hoped the young generation to take part in preserving the sama campur sari , sama band, banyak lawakan” Kreatifitas para traditional art. "For youths out there, let's preserve ludruk and even pemain ,penjelasan alur cerita yang menarik adalah daya tarik Ludruk make innovation to make it modern. So we can make ludruk go national yang masih ditunggu oleh masyarakat khsusunya Jawa Timur,” terang and even international. We give it all to youths.” (*Rahmawati) Kartolo. Kartolo sangat mengharapkan generasi muda untuk berpartisipasi melestarikan kesenian daerah ini ,” Anak – anak muda mari dilestarikan kalau bisa dimoderen ada inovasi supaya ludruk bisa nasional , kalau bisa internasional , caranya… entah caranya anak muda , kalau anak muda masih bisa”. (*Ahmad Faisal)
8
VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
Desk Profile - Profil Bidang
NEWSROOM PROFILE PROFIL BIDANG PEMBERITAAN
Newsroon Division: From left to right: Ahmad Faisal, Sugianto, Viqran Shink Khan, Sepsha Dewi Restian, Erna Geni Ria, Putri Nouvarah Ahdiba, Budi Nugroho, Daulat pane, Borgias Jaman, Setiorini, Siti Nurul Chasanah Bidang Pemberitaan VOI: dari kiri ke kanan: Ahmad Faisal, Sugianto, Viqran Shink Khan, Sepsha Dewi Restian, Erna Geni Ria, Putri Nouvarah Ahdiba, Budi Nugroho, Daulat pane, Borgias Jaman, Setiorini, Siti Nurul Chasanah.
RRI
World Service Voice of Indonesia (VOI) is an information and communication media that serves to channel information from the source to listeners abroad. Information conveyed by VOI is not just any information.It aims to build a positive image of the nation in the international community. Those are responsible for preparing the news with its development, as well as documenting news and non-news products are led by Erna Geni Ria. The Newsroom oversees two sections, namely News Coverage and Editing section led by Putri Nouvarah Ahdiba; and Documentation and New Media Content section, led by Budi Nugroho. In carrying out journalistic duties, the News Coverage and Editing section is divided into two, namely, Coverage and Editing teams. The Coverage team as the front-liner is coordinated by Daulat Pane, a VOI senior journalist, with Ahmad Faisal, Andi Romdoni, Viqran Shink Khan, Sepsha Dewi Restian, and Sekarsari Utami as reporters. Development and in-depth of news affairs are under the responsibility of another senior VOI journalist, Setiorini. News editors are divided into two teams, namely the Indonesian and English news editors. The Indonesian news team is under the coordination of Muhammad Suhartono with Siti Nurul Chasanah, Sugianto, and Sumarno as members and Muhammad Suhartono, Folda Elsinora and Borgias Jaman as editors. English news team is coordinated by Borgias Jaman with Nuke Kusumawati, Dwi N, Rigel Bogar, Asmawati Rahman, Maryati, Supriyati, Sepsha Dewi Restian and Viqran Shink Khan asmembers and Hernitawati, Setiorini, AniHasanah, AnnaTrijayakasih, and Daulat Pane as editors.
VOI Newsroom activities Newsroom is the heart of any journalistic activities, including
RRI
World Service Voice of Indonesia (VOI) adalah salah satu media informasi dan komunikasi yang berfungsi menyalurkan informasi dari sumbernya ke para pendengar di luar negeri. Informasi yang disampaikan oleh VOI bukan sembarang informasi tetapi informasi yang bertujuan untuk membangun citra positif bangsa di dunia internasional. Bidang yang bertanggungjawab mencari dan membuat berita beserta pengembangannya; serta mendokumentasikan berbagai produk berita dan non berita adalah Bidang Pemberitaan yang dipimpin oleh Ibu Erna Geni Ria. Bidang Pemberitaan membawahi dua seksi, yaitu Seksi Liputan dan Redaksi yang dipimpin oleh Ibu Putri Nouvarah Ahdiba; dan Seksi Dokumentasi dan Konten Media Baru yang dipimpin oleh Bapak Budi Nugroho. Dalam menjalankan tugas jurnalistiknya, seksi Redaksi dan Liputan terbagi dalam dua tim yaitu,tim liputan dan redaksi. Tim liputan sebagai prajurit yang berada di garis terdepan, dikoordinasi oleh wartawan senior VOI Daulat Pane dengan komposisi reporter Ahmad Faisal, Andi Romdoni, Viqran Shink Khan, Sepsha Dewi Restian, dan Sekarsari Utami. Urusan pengembangan dan pendalaman berita berada di bawah tanggungjawab wartawan senior VOI, Setiorini. Tim redaksi terdiri dari dua bagian yaitu Redaksi berita bahasa Indonesia dan Redaksi berita bahasa Inggris. Redaksi berita bahasa Indonesia di bawah koordinasi Muhammad Suhartono dengan anggota: Siti Nurul Chasanah, Sugianto, Sumarno. Dan editor untuk berita bahasa Indonesia adalah Muhammad Suhartono, Folda Elsinora dan Borgias Jaman. Redaksi berita bahasa Inggris dikoordinasi oleh Borgias Jaman dengan tim redaksi: Nuke Kusumawati, Dwi N, Rigel Bogar, Asmawati Rahman, Maryati, Supriyati, Sepsha Dewi Restian, Viqran Shink Khan dan para editor Hernitawati, Setiorini, Ani Hasanah, Anna Trijaya Kasih, dan Daulat Pane.
Kegiatan Redaksi VOI Redaksi merupakan jantung dari setiap kegiatan jurnalistik, tak terkecuali VOI. Di dalamnya ada beberapa kegiatan rutin yang VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
9
VOI. There are some routines that are important such as discussions, and brainstorming, putting ideas together. Simply put it, VOI Newsroom activities are divided into several stages. These stages have specific functions that are interrelated to each other, namely:
Editors meetings: Editor meeting is the center of VOI journalistic activities and is held regularly every Wednesday afternoon to decide the theme, news sources, news segmentation, and job distribution. In addition, the meeting which is attended by reporters, editors, section heads and head of the news department also discuss and determine sources for news feature themes or segments of VOI flagship programs such as MICS, Indonesian Diplomatic Forum and Indonesia Greets
Reporting and news writing After the job distribution is clear, the next thing to do is the process of reporting and news writing. News reporters then set to search and dig the sources and then begin writing the news in Indonesian and English. For development and in-depth of news affairs, the reporters team coordinates with the news development coordinator. In the course of reporting, VOI reporters already have daily or weekly targets.
Editing and Correction After the article is written by a reporter, then it is checked, edited and enhanced by the editors. The editors pay attention to flavors and languages ??to suit foreign audience segments and of course the VOI mission to build a positive image of the nation in the international community. VOI also obtains news from the News department of Radio Republik Indonesia (RRI Pro 3) and the National Radio News Agency (KBRN) and adjusted it to suit the listener segment of VOI.
Documenting and downloading News Product The final work carried out by the news section, in this case the Documentation Section and the New Media Content, is uploading the news that has been broadcast to voi.co.id website. So, the news is not only listened but can be read through the website. This section has two coordinators, namely, Yubi Suryanto as web content coordinator, and Folda Elsinora as audio documentation coordinator. (* Anna Trijayakasih)
10 VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
penting seperti diskusi, brainstorming ide secara bersama. Secara sederhana kegiatan redaksi VOI terbagi menjadi beberapa tahapan. Tahapan-tahapan tersebut memiliki fungsi khusus yang saling terkait satu sama lain, yaitu:
1. Rapat Redaksi. Boleh dibilang rapat redaksi adalah pusat dari kegiatan jurnalistik VOI. Rapat redaksi sangat penting oleh karena itu, diadakan secara rutin setiap hari Rabu sore. Dalam rapat redaksi para staf redaksi menentukan tema, penentuan sumber berita, segmentasi berita, dan pembagian kerja. Selain itu, rapat redaksi yang dihadiri oleh para reporter, redaktur, kepala seksi dan kepala bidang pemberitaan juga membahas dan menentukan narasumber untuk tema news feature atau segmen acara-acara unggulan VOI seperti MICS, Diplomatic Forum dan Indonesia Menyapa.
2. Reportase dan penulisan berita Setelah pembagian kerja yang dilakukan dalam rapat redaksi ting s Mee Editor’ edaksi menjadi jelas, berikutnya ialah R Rapat proses reportase dan penulisan berita. Para reporter mencari dan menggali berita dan menulisnya dalam bahasa Indonesia dan Inggris. Untuk pendalaman dan pengembangan berita, tim reporter berkoordinasi dengan koordinator pengembangan berita. Dalam kegiatan reportase, para reporter VOI sudah mempunyai target per hari atau per minggu.
3. Editing dan Koreksi Setelah berita ditulis oleh reporter, kemudian diperiksa, diedit dan disempurnakan oleh editor. Para editor memberi perhatian pada citra rasa dan bahasa yang sesuai dengan segmen pendengar luar negeri dan tentu saja dengan misi VOI membangun citra positif bangsa di dunia internasional. Editor VOI juga mengambil naskah berita yang sudah dibuat oleh pusat pemberitaan Radio Republik Indonesia (RRI Pro 3) dan Kantor Berita Radio Nasional (KBRN) dan disesuaikan dengan segmen pendengar VOI.
4. Mendokumentasikan dan Mengunduh Produk Berita Pekerjaan terakhir yang dilakukan oleh bidang pemberitaan, dalam hal ini Seksi Dokumentasi dan Konten Media Baru, adalah mengunggah berita-berita yang telah disiarkan ke dalam website voi.co.id. Jadi, berita-berita VOI tidak hanya didengar tetapi bisa dibaca melalui website. Seksi ini mempunyai dua orang koordinator, Yubi Suryanto sebagai koordinator konten web, dan Folda Elsinora sebagai koordinator dokumentasi audio.(*Borgias)
Our Guest - Tamu Kita
Italian Ambassador to Indonesia, His Excellency Federico Failla
I
ndonesia and Italy have established excellent relations since a long time ago. The two countries have close cooperation, and they will even more strengthen their relations which have grown in political, economic, and cultural sectors.
Duta Besar Italia untuk Indonesia, Yang Mulia Federico Failla
I
ndonesia dan Italia telah menjalin hubungan baik sejak lama. Kedua negara memiliki kerjasama yang erat, dan bahkan akan lebih memperkuat hubungan mereka yang telah berkembang di sektor politik, ekonomi, dan budaya. Untuk mengetahui lebih lanjut tentang hubungan Indonesia Italia, reporter RRI World Service Voice of Indonesia, Daulat Pane (DP) memiliki kesempatan untuk mewawancarai Duta Besar Italia untuk Indonesia Yang Mulia Federico Failla (FF). Wawancara ini berkaitan dengan peringatan Hari Konstitusi IItalia. Berikut transkrip wawancara dengan Duta Besar Federico Failla. DP: Yang Mulia, seperti yang kita tahu bahwa Indonesia dan Italia telah menjalin kerjasama sejak beberapa tahun lalu. Bagaimana Anda melihat hubungan antara kedua negara sejauh ini, pada saat ini?
VOI Reporter Daulat Pane interviewing Ambassador Italy to Indonesia HE. Federico Failla Reporter VOI Daulat Pane mewawancarai Duta Besar Itali untuk Indonesia Y.M. Federico Failla
To know more about Indonesia – Italy relations, our reporter Daulat Pane (DP) had a chance to interview Italian Ambassador to Indonesia H. E. Federico Failla (FF). This interview is in relation with the commemoration of Italian Constitution Day. Here is the transcript of the interview. DP : Your Excellency, as we know that Indonesia and Italy have established cooperation since several years ago. How do you see the relations between the two countries so far, at present? FF : The relations are excellent, they have grown in time, that moment, we don't have any issue of controversy. We have very good relations in political sector, economic sector, and cultural sector, of course there is room to improve, and this is the target which we are working together with our colleague in Rome, the Indonesian Embassy in Rome. We have a close cooperation, and our aim is to strengthen even more the bilateral relations of the two countries. DP : As Your Excellency said that there are rooms or there is room that have to improve between the two countries, so in concrete would you explain what kind of rooms or in what sectors that need to be improved ? FF : We have very good relations in economic sector. Last year our bilateral exchange as touch 4 billion dollars, but of course there is a lot of room to improve. Just recently in May, there has a very large business delegation from Italy. More than 60 companies, with 10 banks, more than hundred people came from Italy to have business forum here in Jakarta to a coincide visit to have bilateral meetings for different sectors and so on. We hope from this meeting and this delegation other initiative would put forward. Indonesian delegation is going to Italy, and other Italian delegation coming here in order to strengthen the bilateral relations in the economic sector, both trade and investment,
FF: Hubungan kedua negara sangat baik sekali. Hubungan kedua negara telah tumbuh sejalan dengan waktu. Saat ini, kita tidak memiliki masalah kontroversi. Kami memiliki hubungan yang sangat baik di bidang politik, ekonomi, dan budaya, tentu ada ruang untuk memperbaikinya, dan ini adalah target yang kita capai dengan bekerja sama dengan rekan kami di Roma, Kedutaan Besar Republik Indonesia di Roma. Kami memiliki kerjasama yang erat, dan tujuan kami adalah untuk memperkuat lagi hubungan bilateral kedua negara. DP: Seperti Anda katakan bahwa ada ruang yang harus ditingkatkan antara kedua negara. Bisa Anda jelaskan secara kongkret ruang seperti apa, atau di sektor apa yang perlu diperbaiki? FF: Italia dan Indonesia memiliki hubungan yang sangat baik di bidang ekonomi. Tahun lalu kedua negara telah mencapai perdagangan bilateral hingga mencapai 4 miliar dolar, tapi tentu saja ada banyak ruang untuk meningkatkannya. Baru-baru ini, pada bulan Mei, delegasi bisnis yang sangat besar dari Italia berkunjung ke Indonesia. Lebih dari 60 perusahaan, dengan 10 bank, lebih dari seratus orang datang dari Italia untuk menghadiri forum bisnis di Jakarta, dan untuk pertemuan bilateral untuk sektor-sektor yang berbeda dan sebagainya. Kami berharap dari pertemuan ini, atau delegasi ini ada inisiatif yang akan diajukan. Delegasi Indonesia akan ke Italia, dan delegasi lain Italia datang ke sini dalam rangka memperkuat hubungan bilateral di bidang ekonomi, perdagangan dan investasi. Investasi dari dua sisi, dari Italia ke Indonesia, dan dari Indonesia ke Italia. Dan ada sektor budaya, adalah sektor yang mana kedua belah pihak bekerja keras untuk membuat Italia lebih dikenal masyarakat Indonesia, dan Indonesia lebih dikenal di Italia. Saya ingin kira Pavilion Indonesia di Venice Biennale telah representatif, paviliun itu sangat halus. Saya telah melihat paviliun ini, dan ada seniman muda yang sangat berbakat yang terlibat dalam kegiatan di Venesia itu. Kemudian pada sektor Universitas, kami baru saja membuka kantor untuk meningkatkan kerjasama antara universitas di Indonesia dan universitas Italia. Kami berharap ada lebih banyak siswa Indonesia yang belajar di Italia, dan mahasiswa Italia akan datang ke Indonesia. Jadi seperti yang saya katakan sebelumnya, ini hanya 3 sektor di mana kita sudah bekerja sama dan kami berharap untuk mencapai hasil dalam waktu singkat. VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013 11
investment from the two sides, from Italy to Indonesia and from Indonesian to Italy. And there is cultural sector, is s sector which both sides are working hard to make Italy better known to Indonesians, and Indonesia better known in Italy. I wish to remind that Indonesian Pavilion Venice Biennale has been representative, very fine pavilion. I have seen anti-prima of this pavilion and there are very young talented artists that exhibited in Venice. Then in University sector, we have just opened an office to increase cooperation between Indonesian universities and Italian Universities. We hope there are more Indonesian students will go to study in Italy, and more Italian students will come to Indonesia. So as I said before, these are just 3 sectors in which we already worked and we hope to reach result in a short time. DP : Yes, as Your Excellency said there are about 60 members of delegation of Italy came to Indonesia in May, and there were investment sector on table was discussed during the meeting. So in what sectors that Italian investors are interested to invest here in Indonesia, and the opposite from Indonesia to Italy?
“Italia dan Indonesia memiliki hubungan yang sangat baik di bidang ekonomi. Tahun lalu kedua negara telah mencapai perdagangan bilateral hingga mencapai 4 miliar dolar, tapi tentu saja ada banyak ruang untuk meningkatkannya.”
FF : We think there are a lot of opportunities in automotive sector, in agro-industry sector, in machinery sector, the infrastructure of course, because Indonesia has a large program of infrastructure development. In energy and in telecommunication we have to see some investment here in three sectors. Recently there have been investment from Firelli here in joint venture with Astra, and also there is an engineering company in energy sector has very large investment. So we hope to see more in the near future. As for the Indonesia investment in Italy, we hope this investment will go to real estate sector to financial investment, to tourism, to any sector that could be the interest of the Indonesian counterparts. DP : Talking about culture and education, how far do you assess Indonesian interest to study Italian or to study in Italy ? FF : Well, I believe in present globalize world, studying abroad is a very important step, because let say the local knowledge is not enough for anybody, not only for Indonesians, for all students. In Italy we offer courses in Universities also in English. While, of course it is better if Indonesian students come to Italy to know Italian, because you live in Italy, but anyway we can study in English especially in some faculties like engineering or medicine and counting, management and soon. I believe some Italian Universities offer high quality courses, and I believe if we make them known we will attract more Indonesian students to Italy. This is our aim, because we believe that through people to people exchange the bilateral relation grows stronger. And also you strengthen the commercial links, so this is a commitment that we have taken it to develop the cooperation between the two countries. DP : Yes, Mr. Ambassador, as we know that Europe is crises know. Does your country make any changes in its policy toward its economic relation and others sectors with Indonesia? FF : Well we are experiencing some difficulties since few years in Europe. This let us all the Europe countries together to extend our economic cooperation with countries outside Europe. We have
12 VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
DP: Ya, seperti yang Anda katakan ada sekitar 60 anggota delegasi dari Italia datang ke Indonesia pada bulan Mei, dan ada sektor investasi di atas meja yang dibahas selama pertemuan. Jadi dalam sektor apa saja investor Italia tertarik untuk berinvestasi di Indonesia, dan sebaliknya dari Indonesia ke Italia? FF: Kami pikir ada banyak peluang di sektor otomotif, di sektor agroindustri, sektor Mesin, infrastruktur tentu saja, karena Indonesia memiliki program besar pembangunan infrastruktur. Dalam energi dan telekomunikasi kita harus melihat beberapa investasi di sini pada tiga sektor. Baru-baru ini ada investasi dari Firelli di sini dalam usaha patungan dengan Astra, dan juga ada sebuah perusahaan engineering (rekayasa) memiliki investasi yang sangat besar dalam sektor energi. Jadi kami berharap dapat melihat kemajuan dalam waktu dekat. Adapun investasi Indonesia di Italia, kami berharap investasi akan ada peluang di sektor real estate, untuk investasi ke u a n ga n , p a r i w i s ata , untuk setiap sektor yang menarik bagi mitra kami dari Indonesia.
DP: Berbicara tentang budaya dan pendidikan, seberapa jauh Anda menilai ketertarikan pelajar Indonesia untuk belajar bahasa Italia atau untuk belajar di Italia? FF: Yah, Saya percaya pada globalisasi dunia seperti saat ini, belajar di luar negeri adalah langkah yang sangat penting, karena menurut saya pengetahuan lokal tidak cukup untuk semua orang, tidak hanya untuk Indonesia, untuk semua siswa. Di Italia kami menawarkan pelajaran di Universitas juga dalam bahasa Inggris. Sementara, dari segi pendidikan lebih baik jika mahasiswa Indonesia datang ke Italia untuk bisa berbahasa Italia, karena Anda tinggal di Italia, tapi tetap kita bisa belajar dalam bahasa Inggris terutama di beberapa fakultas seperti teknik atau kedokteran dan akunting, manajemen dan lainnya. Saya percaya beberapa Universitas Italia menawarkan program berkualitas tinggi, dan saya percaya jika mereka tahu, kita akan menarik lebih banyak siswa Indonesia ke Italia. Ini adalah tujuan kami, karena kami percaya bahwa melalui pertukaran orang hubungan bilateral kedua negara akan semakin kuat. Dan kita juga memperkuat hubungan komersial, jadi ini adalah sebuah komitmen yang telah kita ambil untuk mengembangkan kerjasama antara kedua negara. DP: Ya, Pak Duta Besar, seperti yang kita ketahui bahwa Eropa sedang dalam krisis. Apakah negara Anda membuat perubahan dalam kebijakannya terhadap hubungan ekonomi dan sektor lainnya dengan Indonesia? FF: Yah kami mengalami beberapa kesulitan sejak beberapa tahun belakangan ini di Eropa. Jadi semua negara-negara Eropa secara bersama-sama memperluas kerjasama ekonomi dengan negara-negara di luar Eropa. Kami memahami bahwa itu tidak cukup, kami harus memberikan lebih banyak perhatian pada negara-negara berkembang, dari negara berkembang tentu saja Indonesia termasuk salah satu yang paling penting, karena merupakan negara yang sangat besar dengan populasi besar, dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang solid, dengan lingkungan yang stabil. Ini menarik banyak perhatian para
understood that that is not enough, that we have to pay much more attention to emerging economies, than the emerging economies of course Indonesia is among one of the most interesting, because it is a very big country with big population, with solid rate of economic growth, with stable environment. This attract a lot of attention of investors and companies, so if I say the position development of this country is that now we are looking at market outside of Europe with much more attention. I just want to tell you something. Let see the Italian GDP getting grow, actually registered more than negative growth, but our export grew by more that 10%. This means that our competitiveness is very high. Our products are still very much appreciated by the market. Our main export is machinery, so with high technology, this means that the way to recover and pass through a stronger cooperation with other market especially emerging economies. DP : Your Excellency, you know that Indonesia next will be in the presidential election. So this is about political relation between Indonesia and Italy, so how do you assess the development of democracy in Indonesia? I personally and also my government, share the view that the development of democracy in Indonesia is really interesting, because in 15 years as achievement both in political and economic sectors that really unthinkable, before this process start we think the political -economic crises in Indonesia was 1998. In 2013, we are celebrating the fact that Indonesia the 16th economy in the world, but next year we will again fully democratic presidential election. That framework of democracy is very solid that in the tolerant country of course there are problems, but each country has problem, so it is nothing peculiar only to Indonesia. As I said before we see the democratic process is developing, and Indonesia is a full democracy and we are really pleased to see this development. (*Daulat Pane)
investor dan perusahaan, jadi jika saya ingin mengatakan untuk perkembangan Eropa kita harus lebih memperhatikan peluang pasar di luar Eropa . Saya hanya ingin mengatakan sesuatu. Mari kita lihat PDB Italia semakin tumbuh, sebenarnya tercatat dengan pertumbuhan negatif, tapi ekspor kita tumbuh lebih dari 10%. Ini berarti bahwa daya saing kita sangat tinggi. Produk kami masih sangat dihargai oleh pasar. Ekspor utama kami adalah mesin. Sehingga dengan teknologi tinggi, kami ingin memulihkan dan menjalani kerjasama yang lebih erat dengan pasar lain terutama negara berkembang.
“We have very good relations in economic sector. Last year our bilateral exchange as touch 4 billion dollars, but of course there is a lot of room to improve.”
DP: Yang Mulia, Anda tahu bahwa Indonesia tahun depan akan melaksanakan pemilihan presiden. Jadi ini adalah tentang hubungan politik antara Indonesia dan Italia, bagaimana Anda menilai perkembangan demokrasi di Indonesia? Saya pribadi dan juga pemerintah saya, berbagi pandangan, bahwa perkembangan demokrasi di Indonesia benar-benar menarik, karena dalam 15 tahun terakhir, Indonesia mencapai prestasi baik di sektor politik dan ekonomi yang benar-benar tak terpikirkan, sebelum proses ini dimulai. Krisis ekonomipolitik di Indonesia terjadi pada tahun 1998. Pada 2013, kita melihat fakta bahwa perekonomian Indonesia merupakan yang ke16 terbesar di dunia. Tahun depan akan ada kembali pemilihan presiden demokratis. Itu kerangka demokrasi yang sangat solid. Di negara yang toleran tentu saja ada masalah, dan masing-masing negara memiliki masalah, sehingga tidak aneh hal ini terjadi di Indonesia. Seperti yang saya katakan, kita melihat ada proses demokrasi yang berkembang, dan Indonesia adalah negara demokrasi penuh dan kami benar-benar senang melihat perkembangan ini.(*Daulat Pane)
VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013 13
From Page 1
Sambungan dari halaman 1
APEC which has been started a long time ago. That historical reason turned to be important economic reason because Peru wants to see how it is constructed and grown; every trade of economy, and how it facilitates its connection. There is also social reason in which Peru wants the best for its people and community from its integration into APEC. Meanwhile, the Open Policy in Vietnam in 1996 has encouraged the country to expand its friendship with all countries after it has become member of ASEAN in 1995. “First as you know that from 1996 we started our open policy. We establish friendship with all countries, and join APEC is one step because becomes member of ASEAN in 1995, and our policy of integrating cooperation with APEC is second step, and we become APEC member at 1998”, Vietnamese ambassador to Indonesia H. E. Nguyen Xuan Thay said. Mr. Xuan Thay also said Vietnam would to develop its economy, education and tourism. Vietnam was officially accepted as a member of APEC since 1998 and 8 years later, it was the host economy for APEC 2006. 15 years is not a long period of time but enough for Vietnam and APEC to have build up and develop their investment, trade and tourism ties. Statistics seem to speak for itself: from 1998 to 2006, capital flows of APEC members towards Vietnam reached roughly US $49,5 billion with 6527 projects being in operation, making up 83% of total FDI projects and 69,2% of total FDI capital in the country. Moreover, APEC members also were top investors in Vietnam when 10 of them went into top 15 major investors in Vietnam. Until now, Japan, a key member of APEC and APEC are Vietnam's biggest bilateral and multilateral ODA donors. This capital support has substantially helped Vietnam to improve its weak infrastructure and balance the deficit in budget spending. Apart from the financial support, APEC has also assisted Vietnam in policy making through exchanging information and experience with other members in open dialogues and regular contacts. Thanks to the participation in APEC, Vietnam has chance to proactively join in solving regional and international issues, accelerating the process of integration into the world economy of the country. Vietnam also finds it easier to call for assistance as well as for cooperation from other partners. As a member of APEC, Vietnam gradually upholds its position on the international arena with the successful hosting of APEC 2006 being the most marked turning point. The success of APEC 2010 in Japan once again proves the objective of APEC to build a prosperous, peaceful and stable APEC community and promises a promising scenario for Vietnam. As one of the youngest, the year 1999 is a historical moment for Russia, since it was the first time for the country to participate in the APEC Summit after it joined the Economies in 1998. According to Russian Ambassador to Indonesia Mikhail Y. Galuzin, Russian economic integration in the Asia Pacific will benefit all economies in the region. Russia has vast experience in hosting expert-level APEC events. In 2005 and 2009, Russia has successfully passed peer reviews of its APEC Individual Action Plan (IAP) for Trade and Investment Liberalization and Business Facilitation. Russia has been actively involved in APEC efforts in the field of human security, especially in counter-terrorism and disaster preparedness. APEC members welcome and support Russia's initiatives on providing international information security, fighting cyber terrorism, improving protection of key energy infrastructure, expanding interaction in these areas with G20 and other international bodies. So far, Food Security, Connectivity, Cost Reduction, Cross Border Education, and Technology are the concerns of APEC. It is hoped the APEC Summit in Bali on October 2013 will produce significant output that will benefit all its members.(*Daulat Pane)
1995. "Pertama karena Anda tahu bahwa dari tahun 1996 kami telah memulai kebijakan terbuka kami. Kami membangun persahabatan dengan semua negara, dan bergabung dengan APEC adalah salah satu langkah karena kami telah menjadi anggota ASEAN pada tahun 1995, dan kebijakan kami mengintegrasikan kerjasama dengan APEC adalah langkah kedua, dan kita menjadi anggota APEC pada tahun 1998 ", kata Duta Besar Vietnam untuk Indonesia HE Nguyen Xuan Thay. Duta Besar Xuan Thay juga mengatakan Vietnam akan mengembangkan ekonomi, pendidikan dan pariwisata. Vietnam secara resmi diterima sebagai anggota APEC sejak tahun 1998 dan 8 tahun kemudian, negara itu menjadi tuan rumah APEC 2006. Lima belas tahun bukanlah waktu yang lama tapi cukup bagi Vietnam dan APEC untuk membangun dan mengembangkan investasi, hubungan perdagangan dan pariwisata. Menurut data Statistik : antara 19982006, arus modal anggota APEC ke Vietnam mencapai sekitar US $ 49,5 miliar dengan sebanyak 6527 proyek yang beroperasi, sehingga menyebabkan kenaikan sebesar 83% dari total proyek FDI, dan 69,2% dari total modal FDI di negara ini. Selain itu, anggota APEC juga adalah investor teratas di Vietnam, dengan catatan 10 dari mereka masuk ke top 15 investor utama di negara itu. Sampai saat ini, Jepang merupakan anggota kunci APEC, dan APEC merupakan donor ODA terbesar Vietnam, baik bilateral maupun multilateral. Dukungan modal telah secara substansial membantu Vietnam untuk meningkatkan infrastruktur yang lemah dan menyeimbangkan defisit anggaran belanja. Selain dukungan finansial, APEC juga telah membantu Vietnam dalam membuat kebijakan melalui pertukaran informasi dan pengalaman dengan anggota lainnya dalam dialog terbuka dan kontak reguler. Berkat partisipasinya dalam APEC, Vietnam memiliki kesempatan untuk secara proaktif bergabung dalam memecahkan isu-isu regional dan internasional, serta mempercepat proses integrasi ke dalam ekonomi dunia negara. Vietnam juga menemukan jalan yang lebih mudah untuk meminta bantuan serta kerja sama dari mitra lainnya. Sebagai anggota APEC, Vietnam secara bertahap menaikkan posisinya di arena internasional dengan keberhasilannya menjadi tuan rumah APEC 2006, sebagai titik balik yang paling berhasil. Keberhasilan pelaksanaan APEC 2010 di Jepang sekali lagi membuktikan tujuan APEC untuk membangun komunitas masyarakat yang makmur, damai dan stabil dan menjanjikan sebuah skenario yang menjanjikan untuk Vietnam. Sebagai salah satu ekonomi anggota termuda APEC, tahun 1999 adalah momen bersejarah bagi Rusia, karena pada tahun itulah untuk pertama kalinya Rusia berpartisipasi dalam KTT APEC setelah bergabung dengan Kerja sama Ekonomi itu pada tahun 1998. Menurut Duta Besar Rusia untuk Indonesia Mikhail Y. Galuzin, integrasi ekonomi Rusia di Asia Pasifik akan menguntungkan semua negara di wilayah tersebut. Rusia memiliki pengalaman luas dalam penyelenggaraan pertemuan tingkat-ahli APEC. Pada tahun 2005 dan 2009, Rusia telah berhasil melewati peer review (telaah sejawat) APEC untuk Rencana Aksi Individu (IAP) Rusia untuk Perdagangan dan Liberalisasi Investasi dan Fasilitasi Usaha. Rusia telah aktif terlibat dalam upaya APEC di bidang keamanan manusia, terutama dalam kontra-terorisme dan kesiapsiagaan bencana. Anggota APEC menyambut baik dan mendukung inisiatif Rusia pada penyediaan keamanan informasi internasional, memerangi teroris cyber, meningkatkan perlindungan infrastruktur energi utama, memperluas interaksi sektor ini dengan G20 dan Organisasi internasional lainnya. Sejauh ini, Ketahanan Pangan, Konektivitas, Pengurangan Biaya, Pendidikan Lintas Perbatasan, dan Teknologi masih menjadi perhatian APEC. Diharapkan KTT APEC di Bali pada Oktober 2013 akan membuat hasil yang signifikan yang akan menguntungkan semua anggotanya. (*Daulat Pane)
14 VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013
VOI In Action
Pembukaan Rapat Evaluasi Pola Siaran dan Pemberitaan Semester I Tahun 2013 oleh Kepala Stasiun Siaran Luar Negeri LPP RRI Drs. Eddy Sukmana, S.H., M.M., M.H.
Tim VOI da lam acara Ja mbore Siaran di Jambi 25 -28 April 20 Nasional (J 13 amsinas) ke 3 VOI Team in the 3rd Natio Jambi April na l Br oa dcasting Ja 25-28, 2013 mboree in
The opening of Broadcasting and News Pattern Evaluation Meeting for Semester I 2013 by Director of RRI World Service Voice of Indonesia Drs. Eddy Sukmana, S.H., M.M., M.H.
langsung dari lokasi Metropolitan International Community Service (MICS) siaran Indonesian Broadcasting Expo (IBX) 18 April 2013 langsung dari lokasi Metropolitan International Community Service (MICS) siaran Indonesian Broadcasting Expo (IBX) on April 18, 2013
Serah terima jabatan dari Iriani Widyawati, S.H., PLH Kepala Stasiun Siaran Luar Negeri LPP RRI) kepada Drs. Eddy Sukmana, S.H., M.M., M.H., Kepala Stasiun Siaran Luar Negeri yang baru pada 5 Juni 2013 Transfer of position from Iriani Widyawati, S.H., ad interim Head of Overseas Service to Drs. Eddy Sukmana, S.H., M.M., M.H., the new Head of Overseas Service on June 5, 2013
an lenggarak C) menye nter (UNI rmation Ce fo In ns d Natio 13 m in ngan Unite 18 Juli 20 matic Foru rjasama de ational Day pada held Diplo nesia beke tern er (UNIC) ice of Indo Nelson Mandela In ation Cent Vo rm fo ice In rv Se ka d Nations RRI World Forum dalam rang with Unite ic operation 18 July 2013 Diplomat nesia in co on ice of Indo International Day Vo ice rv Se dela RRI World with Nelson Man n conjunctio
VOI Newsletter Tahun III No. 8 2013 15