KAYU MANIS SEBAGAI ALTERNATIF PILIHAN PENGOBATAN NON FARMAKOLOGIS PENYAKIT REMATIK PADA LANSIA FEBY WIRANTIKA PUTRI 11001022 Subject : Lansia, Rematik, Kayu manis DESCRIPTION Penyakit rematik adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan segala kondisi sakit yang melibatkan system muskulo skeletal termasuk persendian, otot-otot, jaringan ikat, jaringan lunak di sekitar persendian dan tulang yang diakibatkan oleh berbagai faktor diantaranya gangguan metabolik, faktor nutrisi, inflamasi, autoimun, trauma dan penyebab idiopatik. Penelitian ini merupakan studi kepustakaan yang bersumber dari textbook, journal, artikel ilmiah, dan literature review yang kemudian di konseptualisasikan dan dianalisa. Kayu manis merupakan terapi non farmakologis penyakit rematik pada lansia. Kayu manis dapat diberikan dengan cara membuatnya dalam bentuk setup atau sirup, bubuk kulit kayu manis, dan oleoresin (ekstrak). Terapikayumanisdapatmengurangi rasa sakit pada rematik karena kandungan kimianya bisa menurunkan dan menghambat cytokine dalam darah. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Joanna Hlebowicz (2005) di Amerika yang mennjukkan bahwa sebanyak 14 pasien setelah mengonsumsi makanan yang berkayu manis mengalami penurunan kadar uric acid. Penelitian kedua dilakukan oleh Professor V. Wright dalam studinya di Departemen of Inernal Medicine (2007) dari 200 pasien sebanyak 73 pasien sembuh total setelah mengkonsumsi bubuk kayu manis. Terapi kayu manis dapat menurunkan rasa sakit akibat penyakit rematik pada lansia. Oleh karena itu petugas kesehatan dapat mengaplikasikan terapi kayu manis pada pasien dan diperlukan adanya penelitian serta pengembangan mengenai terapi kayu manis. ABSTRACT Rheumatic disease is a term used to describe all of pain condition that involve musculoskeletal system consist of the joints, muscles, connective tissue, soft tissue and the bone caused with various factors, includes metabolic disorders, nutritional factors, inflammatory, autoimmune, traumatic and idiopathic causes. This study is a literature study sourced from textbooks, journals, scientific articles, and literature review that will be conceptualized and analyzed. Cinnamomum verum is a non-pharmacological therapy of rheumatic diseases to elderly. It can be given in a way to make it in the form of setup or syrup, cinnamon powder and oleoresin (extract). Cinnamomum therapy can reduce pain in arthritic due to chemical substances can degrade and inhibit the cytokines in the blood. The results of research done by Dr..
1
Joanna Hlebowicz (2005) in the United States which show that a the number of 14 patients after eating cinnamomum verum decreases levels of uric acid. The second study was conducted by Professor V. Wright in his studies in the Department of Medicine inernal (2007) shows that 73 of 200 patient have total recovery after consumning cinnamomum powder. Cinnamon therapy can reduce pain because of diseases to elderly. Therefore, the health workers can apply cinnamon therapy to patients and it is necessary to research and develop the therapeutic cinnamon. Keywords: Elderly, Rheumatism, Cinnamon,
Contributor
Date Type Material Identifier Right
: 1. Tri Peni, SST., M. Kes 2. Widy Setyowati, S. Kep. Ners : : : :
14 Juli 2014 Laporan Penelitian Open Document
Summary : LATAR BELAKANG Penuaan merupakan proses alami yang tidak dapat dihindari, berjalan terus menerus dan berkesinambungan. Selanjutnya akan menyebabkan perubahan anatomis, fisiologis dan biokimia pada tubuh sehingga akan mempengaruhi fungsi dan kemampuan tubuh secara keseluruhan (Siti, dkk, 2008). Salah satu perubahan kondisi fisik yang terjadi pada lansia adalah menurunnya kemampuan musculoskeletal kearah yang lebih buruk. Penurunan fungsi muskuloskeletal menyebabkan terjadinya perubahan secara degeneratif yang dirasakan dengan keluhan nyeri, kekakuan, hilangnya gerakan dan tanda-tanda inflamasi seperti nyeri tekan, disertai pula dengan pembengkakan yang mengakibatkan terjadinya gangguan imobilitas (Christensen, 2006). Salah satu penyakit sendi yang sering dialami oleh lansia yaitu rematik (Handono & Isbagyo, 2005). Masalah yang disebabkan oleh penyakit rematik tidak hanya berupa keterbatasan yang tampak jelas pada mobilitas dan aktivitas hidup sehari – hari tetapi juga efek sistemik yang tidak jelas tetapi dapat menimbulkan kegagalan organ dan kematian atau mengakibatkan masalah seperti rasa nyeri, keadaan mudah lelah, perubahan citra diri serta gangguan tidur (Kisworo, 2008). Penderita rematik di seluruh dunia telah mencapai angka 355 juta jiwa. Diperkirakan angka ini terus meningkat hingga tahun 2025 dengan indikasi lebih dari 25% akan mengalami kelumpuhan (Wiyono, 2010). Menurut Eustice (2007), berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Centers for Disease Control and Prevention (2007), 38% (17 juta) penderita penyakit rematik di Amerika Serikat mengeluhkan keterbatasan fungsi fisik akibat daripada penyakitnya. Berdasarkan hasil penelitian terakhir dari Zeng (2008), prevalensi nyeri rematik di Indonesia mencapai 23,6% hingga 31,3%. Angka ini menunjukkan bahwa rasa nyeri akibat rematik sudah cukup mengganggu aktivitas masyarakat Indonesia, terutama mereka yang memiliki aktivitas sangat padat di daerah perkotaan (Syafei, 2010). Hasil studi yang dilakukan
2
oleh komnas lansia 2006, diketahui bahwa penyakit rematik paling banyak diderita oleh lansia (49%) dan penyakit tersebut paling banyak terjdi pada lansia perempuan dibandingkan lansia laki-laki (Darmojo dalam Azizah, 2011). Penyakit rematik adalah terminologi yang digunakan untuk menggambarkan segala kondisi sakit yang melibatkan sistem muskuloskeletal termasuk persendian, otot-otot, jaringan ikat, jaringan lunak di sekitar persendian dan tulang yang diakibatkan oleh berbagai faktor diantaranya gangguan metabolik, faktor nutrisi, inflamasi, autoimun, trauma dan penyebab idiopatik (Syafei, 2010). Nyeri, pembengkakan, kemerahan, gangguan fungsi sendi dan jaringan sekitarnya termasuk gejala rematik. Semua gangguan pada daerah tulang, sendi, dan otot disebut rematik yang sebagian besar masyarakat juga menyebutnya pegal linu. Rematik atau pegal linu juga merupakan penyakit degeneratif yang menyebabkan kerusakan tulang rawan (kartilago) sendi dan tulang didekatnya, disertai proliferasi dari tulang dan jaringan lunak di dalam dan sekitar daerah yang terkena (Priyanto, 2009). Menurut American college of Rheumatology, perawatan untuk rematik dapat meliputi terapi farmakologis, terapi non farmakologis dan tindakan bedah (Eva, 2012). Pegobatan farmakologis yang dilakukan pada penderita rematik yaitu dengan menggunakan obat yang mengandung steroid. Namun, efek samping dari penggunaan steroid untuk pengobatan rematik sangat banyak (Handono ,2012). Berdasarkan data di atas maka perlu untuk mencari alternatif pengobatan non farmakologis untuk para lansia yang mengalami penyakit rematik. Salah satu tanaman yang bisa digunakan sebagai obat herbal dalam menangani penyakit rematik yaitu kayu manis. Penggunaan kayu manis sebagai bahan pengobatan relatif aman dan tidak memiliki efek samping terhadap tubuh jika dibandingkan dengan obat-obatan kimia. Selain itu, kayu manis mudah didapatkan dipasaran dan harganya juga murah. METODOLOGI Jenis penelitian yang digunakan adalah studi literatur. Metode studi literatur adalah serangkaian kegiatan yang berkenaan dengan metode pengumpulan data pustaka, membaca dan mencatat, serta mengelolah bahan penelitian (Zed, 2008). Studi kepustakaan merupakan kegiatan yang diwajibkan dalam penelitian, khususnya penelitian akademik yang tujuan utamanya adalah mengembangkan aspek teoritis maupun aspek manfaat praktis. Studi kepustakaan dilakukan oleh setiap peneliti dengan tujuan utama yaitu mencari dasar pijakan / fondasi utnuk memperoleh dan membangun landasan teori, kerangka berpikir, dan menentukandugaan sementara atau disebut juga dengan hipotesis penelitian. Sehingga para penelitidapat menggelompokkan, mengalokasikan mengorganisasikan, dan menggunakan variasi pustaka dalam bidangnya. Dengan melakukan studi kepustakaan, para peneliti mempunyai pendalaman yang lebih luas dan mendalam terhadap masalah yang hendak diteliti. Melakukan studi literatur ini dilakukan oleh peneliti antara setelah mereka menentukan topik penelitian dan ditetapkannya rumusan permasalahan, sebelum mereka terjun ke lapangan untuk mengumpulkan data yang diperlukan (Darmadi, 2011).
3
HASIL PENELITIAN Hasil penelitian yang dilakukan oleh Dr. Joanna Hlebowicz (2005) di Amerika yang dilakukan pada 14 pasien penderita arthritis rheumatoid dengan mengukur kadar uric acidnya (asam urat). Masing-masing relawan diuji dengan mengkonsumsi bahan makanan yang mengandung kayu manis. Terbukti bahwa kadar uric acid relawan menurun setelah mengonsumsi makanan berkayu manis. Penelitian ini sangat cocok bagi masyarakat penderita kadar uric acid tinggi. Penelitian Dr. Joanna Hlebowicz tersebut dibenarkan oleh Professor V. Wrightdalam studinya di Departemen of Inernal Medicine (2007) dari 200 pasien sebanyak 73 pasien sembuh total setelah mengkonsumsi bubuk kayu manis ½ sendok teh yang dicampur dengan 1 sendok makan madu yang dikonsumsi sebelum sarapan. Selain itu, pasien yang tadinya tidak bisa berjalan atau bergerak karena rematik akhirnya bisa berjalan tanpa rasa sakit. Hal ini membuktikan bahwa bubuk kayu manis efektif dalam meredakan rasa nyeri pada penyakit rematik Rematik adalah penyakit yang menyerang sendi dan tulang atau jaringan penunjang sekitar sendi. Bagian tubuh yang diserang biasanya persendian pada jari, lutut, pinggul dan tulang punggung. Selain itu, Rematik juga termasuk dalam penyakit reumatologi yang menunjukkan suatu kondisi nyeri dan kaku yang menyerang anggota gerak atau sistem muskuloskeletal (Endang, 2009 dan Hembing, 2006). Kayu manis merupakan rempah-rempah dalam bentuk kulit kayu yang biasa dimanfaatkan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Selain sebagai penambah citarasa masakan dan pembuatan kue, sejak dulu kayu manisdikenal punya berbagai khasiat. Kayu manis saat ini sudah menjadi bagian dari bahan baku dalam industri jamu dan kecantikan. Kayu manis mempunyai manfaat dan khasiat dalam dunia kesehatan. Salah satunya yaitu sebagai pereda sakit pada penyakit rematik yang sering dialami oleh lansia. Hal ini dikarenakan kayu manis mempunyai kandungan kimia yang sangat berperan sebagai anti rematik(Munusamy, 2014). Penyakit rematik memang bukan penyakit yang mematikan, namun apabila tidak diobati dapat memberikan dampak yang buruk pada seseorang. Salah satunya, yaitu dapat terjadinya tromboemboli. Kadar uric acid yang tinggi juga bisa menyebabkan seseorang mengalami nyeri yang hebat bahkan sampai tidak bisa berjalan. Hal ini sangat mengganggu aktivitas sehari-harinya. Oleh karena itu perlu penanganan dan pengobatan yang tepat untuk mengatasi penyakit rematik. Pengobatan rematik bisa dilakukan melalui pengobatan farmakologis yang menggunakan obat-obatan dan pengobatan non farmakologis yang menggunakan terapi-terapi. Salah satu terapi yang digunakan dalam pengobatan rematik, yaitu terapi kayu manis. Kayu manis terbukti efektif dalam menurunkan rasa sakit akibat rematik. Terapi ini mempunyai manfaat yang besar bagi masyarakat terutama lansia yang menderita rematik karena bahan baku dalam terapi ini mudah didapatkan dan tersedia di alam. Selain itu, harganya pun juga murah dan proses pembuatannya juga tiak terlalu sulit.
4
SIMPULAN Kayu manis mempunyai peranan dalam penyakit rematik pada lansia karena kayu manis mempunyai kandungan kimia, yaitu minyak asiri, eugenol, safrole, sinamaldehide, tannin, kalsium oksalat, dammar dan zat penyamak yang dapat menurunkan dan menghambat cytokine yang menyebabkan rematik. Senyawa sinamaldehide berperan sebagai anti agregasi platelet yang dapat mencegah terjadinya aterosklerosis. Hal ini membuktikan bahwa kayu manis merupakan alternatif pilihan pengobatan yang tepat terhadap penyakit rematik pada lansia REKOMENDASI 1. Perlunya segera dilakukan sosialisasi “Pengobatan herbal kayu manis” di kalangan masyarakat. 2. Penggalakan penyuluhan terapi herbal kayu manis sedini mungkin dikalangan masyarakat sehingga peluang terjadinya rematik semakain kecil. 3. Penelitian lanjutan yang memperhatikan efek kumulatif dari rematik dengan mengukur kadar uric acid dan menghitung skala nyeri dari penderita. 4. Bagi institusi diharapkan penelitian ini dapat dijadikan bahan rujukan dan pengetahuan bagi peneliti selanjutnya yang berkaitan dengan penyakit rematik pada lansia. ALAMAT KORESPONDENSI Email :
[email protected] No. Telp : 085732022569 Alamat : Candi-Sidoarjo
5