KATA PENGANTAR Puji syukur penyusun panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkah dan karunianya dalam penulisan laporan studi ini. Draft Laporan Akhir Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Sungai dan Danau disusun untuk memenuhi kontrak antara Pejabat Pembuat Komitmen dengan PT Amethys Utama. Draft Laporan Akhir ini berisi tentang Latar belakang studi, Tinjauan pustaka, Metodologi kajian, Gambaran wilayah studi, Pembahasan sampai Draft Konsep pedoman di Bidang Transportasi Sungai dan Danau. Banyak kendala yang dihadapi dalam penyusunan studi ini, berkat bantuan berbagai pihak sehingga dapat selesai pada waktunya. Konsultan menyampaikan terima kasih kepada pemberi tugas sehingga dapat turut berperan dalam pelaksanaan kajian. Masukan dari berbagai pihak sangat diharapkan untuk kesempurnaan kajian.
Jakarta,
September 2012
PT. Amethys Utama
i
ii
ABSTRAK Penyelenggaraan transportasi sungai dan danau yang terkait dengan operasi, pembangunan dermaga serta perambuan dan navigasi masih terkait dengan perhubungan laut. Sehubungan dengan hal tersebut, dinilai masih terjadi tarik menarik kewenangan dan wilayah operasi antar Perhubungan laut, pemerintah daerah dan LLASDP Ditjen Perhubungan Darat. Oleh karena itu diperlukan pedoman yang baku dan tidak saling tumpang tindih kewenangan. Penelitian penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau diperlukan agar pelayanan terhadap masyarakat lebih terjamin terhadap keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Dalam penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau harus memperhatikan pelayanan operasional (bongkar/muat), kelayakan kapal, lintas pelayaran, dan tarif angkutan serta pengembangan sumber daya manusia untuk pengelolaan angkutan sungai dan danau. Maksud studi ini adalah melakukan penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau. Dan Tujuan studi ini adalah merumuskan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau. Pada studi ini data-data sebagai bahan evaluasi perumusan pedoman dikumpulkan dengan melakukan survei pada lima lokasi di Palangkaraya, Pekanbaru, Jayapura, Jambi dan Bangkok (Thailand) . Serta melakukan review beberapa peraturan yang ada dan literatur yang berasal dari dalam negeri dan luar negeri. Keluaran (output) dari kegiatan studi ini adalah tersusunnya tujuh konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan transportasi di sungai dan danau. Hasil dari kegiatan ini diantaranya: Pedoman perhitungan jumlah dan kapasitas alat bongkar / muat barang serta produktifitas bongkar / muat barang di pelabuhan sungai dan danau; Pedoman tata cara pengukuran, desain dan pengerjaan kapal kayu sungai dan danau; Pedoman tata cara penetapan jaringan trayek sungai; Pedoman pengembangan sumber daya manusia untuk pengelolaan angkutan sungai dan danau; Pedoman pengelolaan limbah/sampah aktifitas angkutan sungai dan danau; Pedoman ticketing dan penjadwalan angkutan sungai dan danau; serta Pedoman perencanaan dermaga singgah dan tempat tunggu (terminal) pelabuhan sungai dan danau. Kata Kunci :
Angkutan sungai dan danau, Bongkar/muat, Kapal, Jaringan trayek, Sumber Daya Manusia, limbah/sampah, ticket-jadwal, dermaga singgah.
iii
iv
ABSTRACT Operation of river and lake transport associated with the operation,construction of docks and navigational beacon is still associated with the Perhubungan Laut. There is still considered attractivearea of the authority and operation areas between Perhubungan Laut, local government and LLASDP Ditjen Perhubungan Darat. Therefore, need a standardized guideline without overlapping authority. Research of Drafting guidelines in the field of river and lake transportation needed for service to be the safety, security and comfort. In drafting the guidelines in the field of river and lake transportation should consider operating services (loading/unloading), the feasibility of ships, shipping traffic, transport fares and and the development of human resources for the management of river and lake transportation. The purpose of this study is to perform drafting the guidelines in the field of rivers and lakes transportation. And purpose of this study is to formulate the concept of guidelines in the field of rivers and lakes transportation. In this study the data for the formulation of guidelines collected by conducting surveys at five locations in Palangkaraya, Pekanbaru, Jayapura, Jambi and Bangkok (Thailand). And conduct a review of existing legislation and the literature that come from domestic and foreign. Output (output) of this study is formulated guidelines for the seven concepts in the field of rivers and lakes transportation that can be used as a reference in the transport activities in rivers and lakes. The results of these activities include: Guidelines for calculation of the number and capacity of equipment loading/unloading and calculating the productivity of the loading/unloading transport rivers and lakes at the port of rivers and lakes; Guidelines for measuring, design and the construction of the rivers and lakes boats; Guidelines for determining the route of the river network; Guidelines of human resource development for the management of river and lakes transport; Guidelines waste management of river and lakes transport activity; Guidelines ticketing and scheduling of river and lakes transportion; and Guidelines for planning dock shelter and terminal of river and lake ports. Keywords : transportation on rivers and lakes, the loading/unloading, boats, the river network, human resources, waste / garbage, ticket-schedule and terminal.
v
vi
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .....................................................................................i ABSTRAK......................................................................................................ii ABSTRACT...................................................................................................iv DAFTAR ISI...................................................................................................v DAFTAR TABEL.........................................................................................vii DAFTAR GAMBAR .....................................................................................ix DAFTAR LAMPIRAN..................................................................................xi DAFTAR LAMBANG .................................................................................xii BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D. E.
Latar Belakang.................................................................................1 Rumusan Masalah ...........................................................................1 Maksud dan Tujuan .........................................................................2 Ruang Lingkup ................................................................................2 Hasil yang Diharapkan ....................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. B. C. D. E. F. G. H. I.
Dasar Hukum...................................................................................5 Definisi dan Ketentuan Umum Transportasi Sungai dan Danau.....5 Angkutan Sungai dan Danau ...........................................................7 Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau...............................7 Persyaratan Operasional Angkutan Sungai dan Danau ...................8 Pembuatan Kapal Sungai dan Danau.............................................10 Jaringan Trayek Sungai .................................................................14 Kegiatan Bongkar Muat ................................................................16 Perencanaan Dermaga Singgah Dan Tempat Tunggu (Terminal) Pelabuhan Sungai Dan Danau .......................................................20 J. Sumber Daya Manusia Untuk Pengelolaan Angkutan Sungai Dan Danau.............................................................................................22 K. Pengelolaan Limbah/Sampah Aktifitas Angkutan Sungai Dan Danau.............................................................................................24 L. Ticketing Dan Penjadwalan Angkutan Sungai Dan Danau...........28 BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E. F. G.
Pola Pikir Pekerjaan ......................................................................35 Alur Pikir Pelaksanaan Studi dan Metode Pelaksanaan ................38 Lokasi dan Waktu..........................................................................40 Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan ...............................................40 Prosedur Pelaksanaan Analisis ......................................................42 Metoda Pengumpulan Data ...........................................................48 Tata Cara Penyusunan Pedoman ...................................................50
vii
H. Metoda Perumusan Naskah Akademis dan Draft Pedoman ..........52 BAB IV HASIL SURVEY A. B. C. D. E.
Pekanbaru ......................................................................................55 Palangkaraya .................................................................................62 Jambi .............................................................................................74 Jayapura.........................................................................................83 Benchmarking angkutan sungai dan danau di Bangkok, Thailand.... .......................................................................................................92
BAB V PEMBAHASAN A. Permasalahan Yang Dihadapi Dalam Penyelenggaraan Operasional Transportasi Sungai Dan Danau................................95 B. Kegiatan dan Kebijakan Bidang Transportasi Sungai dan Danau.98 C. Identifikasi Dasar Hukum............................................................101 D. Kondisi standar pedoman yang berlaku pada wilayah sampel ....109 E. Tingkat Kepentingan Dalam Bidang Transportasi Sungai Dan Danau...........................................................................................110 F. Inventarisasi Kebijakan Instansi Lain terkait dengan Perhubungan Angkutan Sungai Dan Danau ......................................................117 G. Penyusunan Rancangan Naskah Akademik Konsep Pedoman Di Bidang Transportasi Sungai Dan Danau .....................................119 H. Materi Terkait Pedoman ..............................................................129 DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
viii
DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 3.1 Tabel 3.2 Tabel 3.3 Tabel 4.1 Tabel 4.2 Tabel 4.3 Tabel 4.4 Tabel 4.5 Tabel 4.6 Tabel 4.7 Tabel 4.8 Tabel 4.9 Tabel 4.10 Tabel 4.11 Tabel 4.12 Tabel 4.13 Tabel 4.14 Tabel 4.15 Tabel 4.16 Tabel 4.17 Tabel 4.18 Tabel 4.19 Tabel 4.20 Tabel 4.21 Tabel 4.22 Tabel 4.23 Tabel 5.1 Tabel 5.2 Tabel 5.3 Tabel 5.4 Tabel 5.5 Tabel 5.6
Halaman Contoh Bentuk Reformasi Birokrasi ........................................23 Contoh Penjadwalan untuk 1 Kapal yang Melayani Angkutan antara Pelabuhan A dan Pelabuhan B.......................................32 Contoh Penjadwalan untuk 4 Kapal yang Melayani Angkutan antara Pelabuhan A dan Pelabuhan B.......................................32 Ruang Lingkup Kegiatan dan Metoda Penyelesaian yang Diusulkan .................................................................................44 Jenis Data yang Dibutuhkan dan Potensi Sumbernya ..............48 Ilustrasi Isi dari Dokumen Naskah Akademis ..........................53 Nama-nama Pelabuhan di Pekanbaru.......................................60 Lintas Angkutan Sungai di Pekanbaru .....................................61 Angkutan Sungai dan Danau....................................................64 Lalu-Lintas Angkutan Sungai di Kota Palangkaraya ...............65 Jumlah Angkutran Sungai Di Kabupaten/Kota Palangkaraya dalam 2007 .........................................................................66 Dermaga Sungai di Palangkaraya.............................................66 Pelabuhan Di Palangkaraya......................................................67 Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Sungai ............................69 Angkutan Sugai Lintas Palangkaraya – Banjarmasin...............70 Sarana Transportasi Air di Kota Palangkaraya ........................70 Daftar Rambu Sungai Lintas Palangkaraya - Banjarmasin ......72 Jarak Kota Jambi ke Beberapa Kota Kabupaten ......................76 Data Sungai di Provinsi Jambi .................................................76 Data Dermaga di Sungai Batanghari dan Ukuran ....................77 Pelabuhan Sungai di Sungai Batang Berbak ............................79 Pelabuhan Sungai di Sungai Sadu ............................................79 Pelabuhan Sungai di Sungai Pangabuan...................................79 Trayek Arus Lalu Lintas Transportasi Sungai..........................82 Jarak Tempuh Kota Tertentu (Bagian Pantai) di Kabupaten Jayapura....................................................................................84 Data Pelabuhan di Danau Sentani ............................................86 Lintas dan Jarak Trayek di Danau Sentani ...............................87 Lintas Trayek dan Jarak Alur Sungai Angkutan dari distrik Aureh ke Distrik Airu...............................................................88 Jumlah Armada ASD di Kabupaten Jayapura Tahun 2007......89 Pedoman Kebijakan di Bidang Transportasi Sungai dan Danau.. ................................................................................................102 Inventarisasi pedoman terkait transportasi sungai dan danau 109 Pembagian urusan pemerintahan berdasarkan PP/38 2007 ....111 Kegiatan Kajian Lingkungan di Bidang Perhubungan ...........117 Daftar Istilah dan Pengertiannya/Definisinya dalam Pedoman di Bidang Transportasi Sungai dan Danau .............................121 Pokok-pokok Materi/Substansi Pengaturan ...........................124
ix
Tabel 5.7 Tabel 5.8 Tabel 5.9
Lingkup Kegiatan Berlalu Lintas di Sungai dan Danau .........143 Ciri-ciri Pelayanan Trayek Tetap dan Teratur........................146 Maksud dan Tujuan serta Ruang Lingkup Pengaturan dalam Federal Waterway Regulation Title 33 CFR 161 - Vessel Traffic Management ...............................................................147 Tabel 5.10 Isi pokok dari Resolution No. 24 CEVNI-European Code for Inland Waterways (TRANS/SC.3/115/Rev.2) .......................149 Tabel 5.11 Isi pokok dari Resolution No. 58 Guidelines And Criteria For Vessel Traffic Services (VTS) on Inland Waterways (TRANS/SC.3/166) ................................................................150
x
DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Gambar 2.2
Gambar 2.3 Gambar 2.4 Gambar 2.5 Gambar 2.6 Gambar 3.1 Gambar 3.2 Gambar 3.3 Gambar 3.4 Gambar 3.5 Gambar 4.1 Gambar 4.2 Gambar 4.3 Gambar 4.4 Gambar 4.5 Gambar 4.6 Gambar 4.7 Gambar 4.8 Gambar 4.9 Gambar 4.10 Gambar 4.11 Gambar 4.12 Gambar 4.13 Gambar 4.14 Gambar 4.15 Gambar 4.16 Gambar 4.17 Gambar 4.18 Gambar 4.19 Gambar 4.20 Gambar 4.21 Gambar 4.22 Gambar 4.23 Gambar 4.24 Gambar 4.25
Halaman Penempatan nama perusahaan dan nama kapal sungai, danau 9 Model Promotion and Assessment of System Safety and Procurement of Operable and Reliable Transport Telematics (PASSPORT)..........................................................................14 Proses Cargodoring di Pelabuhan Muat.................................17 Proses Cargodoring di Pelabuhan Bongkar ...........................18 Contoh Perencanaan Trip Kapal ............................................31 Grafik Perjalanan Kapal.........................................................33 Pola pikir pelaksanaan kegiatan.............................................37 Alur Pikir Penyusunan Naskah Pedoman ..............................38 Bagan Alir Pekerjaan.............................................................39 Kerangka konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau......................................................................................42 Tahapan pelaksanaan analisis (framework of analysis) .........47 Kawasan Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru.........................55 Peta Pelabuhan Eksisting di Pekanbaru .................................60 Model tiket yang digunakan untuk angkutan sungai di Pekanbaru ..............................................................................62 Kawasan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kota Palangkaraya..........................................................................63 Kondisi Sungai Kahayan yang melintasi Kota Palangkaraya 64 Beberapa model angkutan sungai di Palangkaraya (bus sungai, kapal klotok)..............................................................65 Desain Dermaga Rambang, Kota Palangkaraya ....................67 Peta Pelabuhan Eksisting Di Palangkaraya............................68 Kondisi dermaga kayu di Sungai Kapuas ..............................71 Peta Kawasan Provinsi Jambi dan Kota Batanghari ..............75 Pelabuhan Eksisting di Kota Jambi ......................................81 Jenis-jenis angkutan sungai di Jambi (tug boat, speed boat, kapal nelayan, kapal mesin)...................................................83 Kawasan Danau Sentani Jayapura .........................................85 Lokasi pelabuhan Angkutan Danau di Danau Sentani ..........86 Rencana Jalur Transportasi Danau Sentani............................88 Pintu Gerbang Pelabuhan.......................................................89 Sarana Parkir..........................................................................89 Fasilitas Kios Di Pelabuhan...................................................89 Dermaga.................................................................................89 Fasilitas Dermaga ..................................................................90 Fasilitas Penjualan Ikan .........................................................90 Pintu Gerbang Pelabuhan.......................................................90 Fasilitas Kios Di Pelabuhan...................................................90 Kondisi Dermaga 1 ................................................................91 Kondisi Dermaga 2 ................................................................91
xi
Gambar 4.26 Gambar 4.27 Gambar 4.28 Gambar 4.29 Gambar 4.30 Gambar 4.31 Gambar 4.32 Gambar 5.1 Gambar 5.2 Gambar 5.3 Gambar 5.4 Gambar 5.5 Gambar 5.6 Gambar 5.7 Gambar 5.8 Gambar 5.9 Gambar 5.10 Gambar 5.11 Gambar 5.12 Gambar 5.13 Gambar 5.14 Gambar 5.15 Gambar 5.16 Gambar 5.17 Gambar 5.18
Kondisi Dermaga 3 ................................................................91 Kondisi Dermaga 4 ................................................................91 Kondisi Dermaga 5 ................................................................91 Bangunan di Sekitar Pelabuhan .............................................91 Jaringan lintas angkutan Perairan di Thailand .......................92 Angkutan Sungai di Chao Phraya dan fasilitasnya ................94 Fasilitas angkutan sungai di Chao Phraya .............................94 Alat Swinging derrick di Pelabuhan Bongkar......................134 Alat Bongkar Muat Swing Dereck di Pelabuhan .................135 Proses Pembuatan Kapal Kayu (Searah jarum jam) ............137 Keterkaitan kapal sebagai hardware dengan policy sebagai software................................................................................140 Pengembangan model PASSPORT terhadap pengendalian pengemudian dan pelayaran kapal .......................................141 Tanda yang digunakan pada angkutan barang berbahaya....144 Model Sistem Strategis Untuk .Menciptakan Dan Mengelola Program Peningkatan Kinerja Berbasis Kompentensi.........160 Tampilan menu utama trayek kapal Lake Leman, Swiss ....167 Tampilan lokasi dermaga sandar/singgah dan penjadualan kapal di Lake Leman, Swiss ................................................167 Jadwal Kapal untuk Musim Panas .......................................168 Jadwal Kapal untuk Musim Semi ........................................168 Tool Sistem Pencarian Jadwal dan Ticketing ......................169 Tampilan Angkutan Sungai Chao Phraya Thailand.............173 Tampilan Jadwal Kapal .......................................................174 Tampilan Jadwal Keberangkatan Kapal ..............................174 Rute Angkutan Sungai Chao Phraya ...................................175 Tampilan Menu Koneksi dengan Mode Angkutan yang lain175 Tampilan Menu Umum menampilkan Contoh Tiket dan petunjuk bagaimana membelinya ........................................176
xii
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Lampiran 2.1 Lampiran 2.2 Lampiran 2.3 Lampiran 2.4 Lampiran 2.5 Lampiran 2.6 Lampiran 2.7
Data Survey Konsep Pedoman Bongkar Muat Konsep Pedoman Tata Cara Pengukuran dan Desain Kapal Konsep Pedoman Penetapan Jaringan Trayek Sungai Konsep Pedoman Sumberdaya Manusia untuk Pengelolaan Transportasi Sungai dan Danau Konsep Pedoman Pengelolaan Limbah Sampah Aktifitas Angkutan Sungai dan Danau Konsep Pedoman Ticketing Konsep Pedoman Perencanaan Dermaga Singgah dan Tempat Tunggu
xiii
xiv
DAFTAR LAMBANG Lambang dan Singkatan
Arti dan Keterangan
ABK ATK B/M BM BSN BPS E GPS GT H ISO/IEC
Anak Buah kapal Alat Tulis Kantor Bongkar Muat Benchmark Badan Standar Nasional Badan Pusat Statistik Environment Global Potitioning System Gross Tones Hardware International Organization for Standardization International Maritime Organization Kerangka Acuan Kerja Keputusan Menteri Perusahaan Bongkar Muat Peraturan Pemerintah Pasal Liveware Lembaga Swadaya Masyarakat Software Sungai dan Danau Sumber Daya Manusia Standar Nasional Indonesia Tenaga Kerja Bongkar Muat Undang-Undang
IMO KAK Kepmen/KM PBM PP Ps L LSM S SD SDM SNI TKBM UU
xv
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penyelenggaraan transportasi sungai dan danau yang terkait dengan operasi, pembangunan dermaga serta perambuan dan navigasi masin terkait dengan perhubungan laut. Sehubungan dengan hal tersebut diatas dinilai masih terjadi tarik menarik kewenangan dan wilayah operasi antar transportasi laut, pemerintah daerah dan LLASDP Ditjen Perhubungan Darat, oleh karena itu diperlukan pedoman yang baku dan tidak saling tumpang tindih kewenangan. Wacana Direktorat LLASDP Ditjen Perhubungan Darat perlu dialihkan ke Ditjen Perhubungan Laut, merupakan isu yang cukup lama dalam penyempurnaan struktur organisasi guna mengoptimalkan penyelenggaraan transportasi air. Tugas pokok dan fungsi Direktorat LLASDP Ditjen Perhubungan Darat selama ini tidak hanya membina kapal pada pelayaran jarak dekat, tetapi juga jarak jauh. Dalam domain regulasi keselamatan pelayaran menjadi tanggung jawab Ditjen Perhubungan Laut. Dengan adanya kewenangan dan tanggung jawab yang berbeda dalam penyelenggaraan angkutan sungai dan danau diatas, maka perlu adanya harmonisasi antara Direktorat LLASDP Ditjen Perhubungan Darat dan Ditjen Perhubungan Laut agar keselamatan pada transportasi publik menjadi perhatian bersama secara serius. Dengan adanya permasalahan dan ketentuan tersebut diatas perlu dirumuskan suatu pedoman di bidang transportasi sungai dan danau agar pelayanan terhadap masyarakat lebih terjamin terhadap keselamatan, keamanan dan kenyamanan. B. Rumusan Masalah Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka perlu disusun konsep pedoman di bidang transportasi Sungai dan Danau yang pada umumnya mengacu pada UU No. 17 Tahun 2008 Tentang Pelayaran, UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah, Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 Tentang Standardisasi Nasional, Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2011 Tentang Angkutan di Perairan, Keputusan Menteri No. 73 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Juknis Direktorat Perhubungan Darat serta mengadopsi standar internasional seperti International Maritime Organization (IMO). Khusus pengadopsian pedoman internasional harus disesuaikan dengan kondisi di Indonesia.
1
Permasalahan transportasi sungai dan danau bukan merupakan permasalahan yang bersifat parsial, melainkan sebuah pendekatan yang bersifat komprehensif. Hal ini disebabkan karena penyusunan pedoman transportasi sungai dan danau akan mencakup 2 (dua) aspek, yaitu: struktural (kedalam) dan kinerja (keluar). Untuk itulah pedoman ini harus dapat terintegrasi dan dilaksanakan oleh semua stakeholder yang terkait pada khususnya dan masyarakat pada umumnya. C. Maksud dan Tujuan Penyusunan pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dipandang perlu dilaksanakan untuk mewujudkan transportasi sungai dan danau yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien dengan pedoman yang benar dan harmonis. Maksud studi ini adalah melakukan studi penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau. Tujuan studi ini adalah merumuskan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau. D. Ruang Lingkup Uraian kegiatan/ruang lingkup studi ini adalah : 1. Inventarisasi kegiatan-kegiatan bidang transportasi sungai dan danau yang terkait dengan instansi lain, 2. Inventarisasi kebijakan pengembangan transportasi sungai dan danau di masing-masing instansi terkait, 3. Inventarisasi dan mengevaluasi pedoman di bidang transportasi angkutan sungai dan danau, 4. Menganalisis dan mengevaluasi tingkat kepentingan masing-masing instansi, 5. Menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan operasional transportasi sungai dan danau sebagai akibat kurangnya koordinasi dan efektifitas pedoman di bidang transportasi sungai dan danau, 6. Melakukan studi literatur/benchmarking penyusunan pedoman transportasi sungai dan danau dari negara lain. 7. Menyusun rancangan naskah akademik konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau, 8. Merumuskan rancangan naskah akadernik konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau, meliputi: a. Pedoman perhitungan jumlah dan kapasitas alat bongkar / muat barang serta produktifitas bongkar / muat barang di pelabuhan sungai dan danau; b. Pedoman tata cara pengukuran, desain dan pengerjaan kapal kayu sungai dan danau; c. Pedoman tata cara penetapan jaringan trayek sungai;
2
d. Pedoman pengembangan sumber daya manusia untuk pengelolaan angkutan sungai dan danau; e. Pedoman pengelolaan limbah/sampah aktifitas angkutan sungai dan danau; f. Pedoman ticketing dan penjadwalan angkutan sungai dan danau; g. Pedoman perencanaan dermaga singgah dan tempat tunggu (terminal) pelabuhan sungai dan danau. Batasan kegiatan Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Sungai dan Danau adalah berupa penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau yang efektif dan efisien. Serta Pengumpulan data untuk kegiatan ini dilakukan di Palangkaraya, Pekanbaru, Jambi, dan Merauke E. Hasil yang Diharapkan Keluaran (output) dari kegiatan studi ini adalah tersusunnya 4 (empat) laporan studi yaitu laporan pendahuluan, laporan interim, rancangan laporan akhir dan laporan akhir. Laporan akhir terdiri dari laporan studi penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dan 7 (tujuh) buku konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau sehingga dapat digunakan sebagai acuan dalam kegiatan transportasi di sungai dan danau yang efektif dan efisien.
3
4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Dasar Hukum 1. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 2. Undang-undang No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air; 3. Undang-undang No. 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran; 4. Undang-undang No. 18 Tahun 2008 tentang Sampah; 5. Undang-undang No. 32 Tahun 2009 tentang Lingkungan Hidup; 6. Peraturan Pemerintah No. 102 Tahun 2000 tentang Standarisasi Nasional; 7. Peraturan Pemerintah No. 51 Tahun 2002 tentang Perkapalan; 8. Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 tentang Kepelabuhanan; 9. Peraturan Pemerintah No. 21 Tahun 2010 tentang Perlindungan Lingkungan Maritim; 10. Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan; 11. Peraturan Pemerintah No.38 Tahun 2011 tentang Sungai; 12. Peraturan Pemerintah No. 22 Tahun 2011 tentang Perubahan Peraturan Pemerintah No. 20 Tahun 2010 tentang Angkutan di Perairan; 13. Keputusan Menteri Perhubungan No. 31 Tahun 1995 tentang Terminal Transportasi Jalan; 14. Keputusan Menteri Perhubungan No. 73 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau; 15. Keputusan Menteri Perhubungan No. 58 Tahun 2007 tentang Perubahan KM 73 tahun 2004; 16. Keputusan Menteri Perhubungan No. 42 tahun 2008 tentang Penyelenggaraan dan Pengusahaan Bongkar Muat dari dan Ke Kapal di Pelabuhan; 17. Perda No.8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum. B. Definisi dan Ketentuan Umum Transportasi Sungai dan Danau Pada UU 17/2008 Tentang Pelayaran dan KM 73/2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau tercantum beberapa definisi dan ketentuan umum yang perlu dipahami
5
dalam menyusun konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau, yaitu: 1) Angkutan di Perairan adalah kegiatan mengangkut dan/atau memindahkan penumpang dan/atau barang dengan menggunakan kapal (pasal 1 (3) UU 17/2008); 2) Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir, kanal dan terusan untuk mengangkut penumpang, barang dan/atau hewan yang diselenggarakan oleh pengusaha angkutan sungai dan danau; 3) Angkutan Sungai dan Danau Khusus adalah kegiatan angkutan sungai dan danau yang dilakukan untuk melayani kepentingan sendiri dalam menunjang usaha pokoknya serta tidak melayani pihak lain; 4) Kapal Sungai dan Danau adalah kapal yang dilengkapi dengan alat penggerak motor atau bukan motor yang digunakan untuk angkutan sungai dan danau; 5) Trayek Angkutan Sungai dan Danau yang selanjutnya dalam ketentuan ini disebut trayek adalah lintasan untuk pelayanan jasa angkutan umum sungai dan danau yang mempunyai asal dan tujuan perjalanan tetap, lintasan tetap dan jadwal tetap maupun tidak berjadwal; 6) Jaringan Trayek adalah kumpulan dari trayek yang menjadi satu kesatuan pelayanan angkutan penumpang dan/atau barang dari satu pelabuhan ke pelabuhan lainnya; 7) Trayek Tetap dan Teratur (liner) adalah pelayanan angkutan yang dilakukan secara tetap dan teratur dengan berjadwal dan menyebutkan pelabuhan singgah; 8) Trayek Tidak Tetap dan Tidak Teratur (tramper) adalah pelayanan angkutan yang dilakukan secara tidak tetap dan tidak teratur; 9) Usaha Bongkar Muat Barang adalah kegiatan usaha yang bergerak dalam bidang bongkar muat barang dari dan ke kapal di pelabuhan yang meliputi kegiatan stevedoring, cargodoring, dan receiving/delivery; (usaha bongkar-muat yang biasa dilakukan di pelabuhan laut). 10) Tempat Tunggu Penumpang adalah bangunan berupa ruang tunggu di dalam terminal penumpang yang disediakan bagi penumpang yang akan melakukan perjalanan;
6
11) Dermaga adalah sarana tambatan bagi kapal bersandar untuk bongkar/muat (B/M) barang atau embarkasi/debarkasi penumpangperpindahan intra dan/atau antar 12) Tiket adalah bukti perjanjian mengenai pelayanan jasa angkutan antara penumpang di satu pihak dengan maskapai angkutan sungai atau danau di lain pihak dan juga merupakan bukti pembayaran dalam pelayanan jasa angkutan air. 13) Jadwal adalah pembagian waktu berdasarkan rencana pengaturan urutan kerja; daftar atau tabel kegiatan atau rencana kegiatan dng pembagian waktu pelaksanaan yg terperinci. C. Angkutan Sungai dan Danau Angkutan sungai dan danau merupakan salah satu jenis dari Angkutan di Perairan (pasal 6 UU 17/2008). Di mana substansi pokok mengenai pengaturan penyelenggaraan angkutan sungai dan danau dalam pasal 18 s.d 20 UU 17/2008 diantaranya adalah: 1) Kapal yang dioperasikan harus memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal; 2) Kegiatan angkutan sungai dan danau dapat dilaksanakan dengan menggunakan trayek tetap dan teratur atau trayek tidak tetap dan tidak teratur; 3) Kegiatan angkutan sungai dan danau dilarang dilakukan di laut kecuali mendapat izin dari Syahbandar dengan tetap memenuhi persyaratan kelaiklautan kapal. Untuk dapat melaksanakan kegiatan usaha angkutan sungai dan danau setiap operator harus memiliki (1) izin usaha angkutan sungai dan danau dan (2) ijin trayek yang diberikan oleh Bupati/Walikota atau Gubernur atau Menteri sesuai kewenangannya masing-masing (pasal 28 (3, 4) UU 17/2008). Pengangkutan barang berbahaya dan barang wajib memenuhi persyaratan: (1) pengemasan, penumpukan, dan penyimpanan (2) keselamatan sesuai standar, dan (3) diberikan tanda khusus (pasal 46 UU 17/2008). D. Penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau Sesuai pasal 14 PP 82/1999 dan KM 73/2004, Penyelenggaraan angkutan sungai dan danau dilakukan:
7
1) Oleh perusahaan angkutan sungai dan danau; 2) Dengan menggunakan kapal berbendera Indonesia yang memenuhi persyaratan kelaikan dan diperuntukkan bagi angkutan sungai dan danau; dan di wilayah operasi perairan daratan. Wilyah operasi angkutan sungai dan danau meliputi sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal dan terusan. Dalam penyelenggaraan angkutan sungai dan danau harus memperhatikian keselamatan dan keamanan pelayaran meliputi keselamatan dan keamanan angkutan di (1) perairan, (2) pelabuhan, serta (3) perlindungan lingkungan maritim (pasal 116 (1) UU 17/2008). Adapun pengertian dari masing-masing elemen keselamatan dan keamanan pelayaran tersebut adalah sebagai berikut: 1) Keselamatan dan keamanan angkutan perairan yaitu kondisi terpenuhinya persyaratan: (a) kelaiklautan kapal yang ditunjukkan melalui sertifikat dan surat kapal, dan (b) kenavigasian (pasal 117, 118 UU 17/2008); 2) Keselamatan dan keamanan pelabuhan yaitu kondisi terpenuhinya manajemen keselamatan dan sistem pengamanan fasilitas pelabuhan meliputi: (a) prosedur pengamanan fasilitas pelabuhan, (b) sarana dan prasarana pengamanan pelabuhan, (c) sistem komunikasi, dan (d) personil pengaman (pasal 121 UU 17/2008); 3) Perlindungan lingkungan maritim yaitu kondisi terpenuhinya prosedur dan persyaratan pencegahan dan penanggulangan pencemaran dari kegiatan: (a) kepelabuhanan, (b) pengoperasian kapal, (c) pengangkutan limbah, bahan berbahaya, dan beracun di perairan, (d) pembuangan limbah di perairan, dan (e) penutuhan kapal (pasal 123 UU 17/2008). E. Persyaratan Operasional Angkutan Sungai dan Danau Sesuai pasal 4 KM 73/2004, maka setiap kapal yang melayani angkutan sungai dan danau, wajib memenuhi persyaratan sebagai berikut : 1) memenuhi persyaratan teknis/kelaikan sesuai dengan ketentuan yang berlaku; 2) memiliki fasilitas sesuai dengan spesifikasi teknis prasarana pelabuhan pada trayek yang dilayani;
8
3) memiliki awak kapal sesuai dengan ketentuan persyaratan pengawakan untuk kapal sungai dan danau; 4) memiliki fasilitas utama dan/atau fasilitas pendukung baik bagi kebutuhan awak kapal maupun penumpang, barang dan/atau hewan, sesuai dengan persyaratan teknis yang berlaku; 5) mencantumkan identitas perusahaan/pemilik dan nama kapal yangditempatkan pada bagian kapal yang mudah dibaca dari samping kiri dan kanan kapal; 6) mencantumkan informasi/petunjuk yang diperlukan dengan menggunakan bahasa Indonesia.
Gambar 2.1 Penempatan nama perusahaan dan nama kapal sungai, danau Selain itu, semua kapal angkutan sungai dan danau wajib memenuhi persyaratan seperti disampaikan pada pasal 5 dan 6 KM 73/2004 sebagai berikut: 1. Setiap kapal berukuran tonase kotor sama dengan atau lebih dari GT 7 (≥ GT 7) yang dioperasikan hanya di perairan daratan (sungai dan danau), dilakukan: a. Pengukuran kapal sampai dengan GT 7; b. Pengawasan keselamatan kapal; c. Pemeriksaan radio/elektronik kapal; d. Penerbitan pas perairan daratan; e. Pencatatan kapal dalam buku register pas perairan daratan; f. Pemeriksaan konstruksi; g. Pemeriksaan permesinan kapal; h. Penerbitan sertifikat keselamatan kapal; i. Pemeriksaan perlengkapan kapal; j. Penerbitan dokumen pengawakan kapal. 2. Pelaksanaan urusan kapal berukuran tonase kotor sama dengan atau lebih dari GT 7 (≥ GT 7) yang akan dioperasikan dilakukan oleh Gurbenur.
9
3. Kapal berukuran tonase kotor kurang dari GT 7 (
Kapal-kapal yang melalui perairan sungai dan dikelompokkan kepada kapal yang berlayar hanya diperairan sungai saja dan kapal-kapal yang berlayar dilaut dan masuk keperairan sungai, biasanya berupa kapal petikemas, kapal barang umum, kapal penyeberangan. Kapal perairan sungai dan danau meliputi: a. Kapal penumpang 1) Bus air, Bis air adalah angkutan penumpang dan barang melalui air yang banyak ditemukan disungaisungai besar di Kalimantan seperti di Sungai Kapuas, Barito, Kahayan, di sungai dan danau di Sumatera seperti didanau Toba, Sungai Siak, Musi dan Papua seperti disungai Membrano. 2) Taxi air, Seperti halnya di jalan ada taxi, diperairan juga ada taxi air yang bisa digunakan sesuai dengan permintaan pelanggan. Taxi air tradisonal berkembang dengan pesat dikota-kota yang dialiri oleh sungai-sungai besar seperti Palembang, Palangkaraya, Samarinda dan kota-kota lainnya. Taxi air ini dikenal juga sebagai getek. 3) Getek/klotok, Getek atau klotok adalah perahu/kapal rakyat ukuran kecil yang bisa memuat kira-kira 10 orang yang digunakan sebagai alat angkut sehari-hari untuk berbagai kebutuhan baik mengangkut penumpang untuk menyeberang atau menuju suatu tujuan seperti belanja maupun untuk mengangkut barang. 4) Kapal barang, Sungai merupakan salah satu prasarana yang sangat bermanfaat untuk mengangkut barang dalam jumlah yang besar seperti barang hasil tambang dan pertanian ataupun untuk mengangkut bahan bakar cair ataupun minyak kelapa sawit/CPO. 5) Tongkang, Tongkang seperti halnya dijalan adalah trailer atau gandengan sedangkan penariknya adalah Kapal Tunda. Tongkang biasanya digunakan untuk mengangkut barang curah kering ataupun curah cair ataupun belakangan ini juga digunakan untuk mengangkut petikemas dalam kaitannya dengan short sea shipping. 6) Tongkang bermesin, Untuk barang yang diangkut melalui sungai yang waktu bongkar muatnya cepat dan berlayar pada kecepatan rendah maka akan lebih
11
menguntungkan untuk menggunakan tongkang bermesin. 7) Kapal barang tradisonal, Merupakan kapal yang digunakan untuk mengangkut barang ke pedalaman ataupun sebaliknya, ciri utamanya kapal terbuat dari kayu yang tahan terhadap air dan untuk memperpanjang umur lambung, belakangan ini banyak kapal yang dilapisi dengan fiberglass, selain berfungsi untuk memperpanjang umur tetapi juga untuk mengurangi peluang bocor; lambung bebas minimum (freeboard) sangat rendah 8) Log pon Adalah cara angkutan kayu gelondongan dengan murah dengan hanya dihanyutkan mengikuti arus sungai atau ditarik dengan kapal tunda melalui sungai. 9) Kapal penyeberangan b. Kapal laut yang masuk perairan sungai 1) Kapal Laut Kapal laut bisa masuk kesungai-sungai besar di Indonesia, yang beroperasi dengan ketentuan angkutan laut, perbedaannya terletak pada garis muat karena air sungai tawar mempunyai berat jenis yang lebih rendah dari air laut. 2) Kapal tunda Kapal tunda adalah kapal kecil yang beroperasi di pelabuhan guna membantu maneuver kapal-kapal besar yang akan bersandar maupun berlabuh di pelabuhan, meskipun kecil kapal tunda memiliki daya dorong yang besar agar mampu mengarahkan kapal-kapal yang akan bersandar. Tetapi khusus untuk angkutan barang dalam bentuk curah yang diangkut dengan tongkang digunakan kapal tunda untuk menarik dengan kabel baja (sling) ataupun dengan mendorong tongkang atau beberapa tongkang sekaligus. Salah satu perahu yang digunakan di perairan sungai dan danau Indonesia adalah jenis perahu kayu. 2. Pembuatan Kapal Kayu (Tradisional) Salah satu perahu yang digunakan di perairan sungai dan danau Indonesia adalah jenis perahu kayu. Proses pembuatan
12
kapal perahu kayu di Indonesia secara umum di gambarkan sebagai berikut: 1) Proses Pencarian Bahan Dasar; 2) Pemilihan Pohon atau Kayu Yang Akan Dijadikan Bahan Dasar; 3) Pemotongan; 4) Penentuan Pusat Perahu; 5) Proses Penyelesaian (Finishing). 3. Stabilitas kapal Stabilitas kapal adalah kemampuan kapal untuk menegak kembali sewaktu kapal pada saat diapungkan, tidak miring kekiri atau kekanan, demikian pula pada saat berlayar, disebabkan oleh adanya pengaruh luar yang bekerja padanya pada saat kapal diolengkan oleh ombak atau angin, kapal dapat tegak kembali. 4. Kelaiklautan kapal Dalam pasal 124 UU 17/2008 disampaikan bahwa setiap pengadaan, pembangunan, dan pengerjaan kapal termasuk perlengkapannya serta pengoperasian kapal di perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan keselamatan kapal yang meliputi: material, konstruksi, bangunan, permesinan dan perlistrikan, stabilitas, tata susunan serta perlengkapan termasuk perlengkapan alat penolong dan radio, dan elektronika kapal. Kapal yang memenuhi persyaratan ini mendapatkan sertifikat keselamatan kapal. Selanjutnya, dalam pasal 134 UU 17/2008 disampaikan bahwa setiap kapal yang beroperasi di perairan Indonesia harus memenuhi persyaratan pencegahan dan pengendalian pencemaran yang ditentukan melalui pemeriksaan dan pengujian. Di mana kapal yang dinyatakan memenuhi persyaratan diberikan sertifikat pencegahan dan pengendalian pencemaran oleh Menteri. Setiap kapal wajib diawaki oleh Awak Kapal yang memenuhi persyaratan kualifikasi dan kompetensi sesuai dengan ketentuan nasional dan internasional (pasal 143 UU 17/2008). Setiap orang yang bekerja di kapal dalam jabatan apa pun harus disijil dan memiliki kompetensi dan keterampilan serta dokumen pelaut yang dipersyaratkan (pasal 144 UU 17/2008).
13
5. Legalitas Keselamatan Kapal Aspek keselamatan kapal niaga diatur oleh Konvensi Internasional yaitu Konvensi SOLAS (Safety of Life at Sea) 1974 beserta amandemennya yang telah diratifikasi oleh Indonesia melalui Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor. 65/1980 Tahun 1980 Tentang RATIFIKASI SOLAS 1974. 6. Sistem Pengendalian Pengemudian Dan Pelayaran Kapal Sistem pengendalian pengemudian dan pelayaran kapal dapat dijelaskan dengan menggunakan model Promotion and Assessment of System Safety and Procurement of Operable and Reliable Transport Telematics (PASSPORT). Secara sederhana model tersebut terdiri dari input, data statik, data dinamis, dan output seperti pada gambar berikut:
Gambar 2.2 Model Promotion and Assessment of System Safety and Procurement of Operable and Reliable Transport Telematics (PASSPORT) G. Jaringan Trayek Sungai 1. Jaringan Transportasi Sungai Pada pasal 2 KM 73/2004 disampaikan bahwa penetapan trayek dilakukan dengan memperhatikan pengembangan wilayah potensi angkutan dan jaringan jalan dan/atau jaringan jalur kereta api yang tersusun dalam satu kesatuan tatanan transportasi nasional. Trayek tersebut berfungsi untuk menghubungkan simpul pada pelabuhan sungai, danau, dan pelabuhan laut yang berada dalam satu alur. Dalam hal ini penyelenggaraan angkutan 14
sungai dan danau, dilakukan dalam trayek tetap dan teratur serta dalam trayek tidak tetap dan tidak teratur dengan wilayah operasi angkutan sungai dan danau meliputi sungai, danau, waduk, rawa, banjir, kanal dan terusan. Selanjutnya, sesuai pasal 12 (1,2) KM 73/2004 untuk pelayanan angkutan sungai dan danau dalam trayek tetap dan teratur dilakukan dalam jaringan trayek yang terdiri dari: 1) trayek utama, yaitu menghubungkan antar pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi sebagai pusat penyebaran; 2) trayek cabang, yaitu menghubungkan antara pelabuhan sungai dan danau yang berfungsi sebagai pusat penyebaran dengan yang bukan berfungsi sebagai pusat penyebaran atau antar pelabuhan sungai dan danau yang bukan berfungsi sebagai pusat penyebaran. 2. Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Sungai Penetapan jaringan trayek angkutan sungai dan danau tersebut dilakukan dengan mempertimbangkan hal-hal sebagai berikut: a. tatanan kepelabuhanan nasional; b. adanya kebutuhan angkutan (demand); rencana dan/atau ketersediaan pelabuhan sungai dan danau; c. ketersediaan kapal sungai dan danau (supply) sesuai dengan spesifikasi teknis kapal dan spesifikasi pelabuhan pada trayek yang akan dilayani; d. potensi perekonomian daerah. Adapun pihak yang berwenang menetapkan jaringan trayek angkutan sungai dan danau sesuai pasal 12 (4, 5, 6) KM 73/2004 adalah: a. Trayek tetap dan teratur untuk pelayanan angkutan dalam kabupaten/kota, ditetapkan oleh Bupati/Walikota. b. Trayek tetap dan teratur untuk pelayanan angkutan antar kabupaten/kota dalam propinsi, ditetapkan oleh Gubernur. c. Trayek tetap dan teratur untuk pelayanan angkutan lintas batas antar Negara dan antar propinsi, ditetapkan oleh Gubernur tempat domisili perusahaan/pemilik kapal sebagai tugas Dekonsentrasi.
15
Sedangkan untuk angkutan tidak dalam trayek yang tetap dan teratur (untuk penumpang, barang, dan hewan) dapat dilakukan dengan cara sewa/charter. Pelaksanaannya tidak dibatasi dalam trayek. Termasuk di dalamnya adalah angkutan wisata. (pasal 15 dan 16 KM 73/2004). H. Kegiatan Bongkar Muat Kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal yang dilakukan melalui dermaga, gudang dan lapangan penumpukan di pelabuhan. Di dalam KM 14/2002 disebutkan Kegiatan usaha bongkar muat barang dari dan ke kapal, dilakukan oleh: 1. Perusahaan Bongkar Muat melakukan kegiatan usaha bongkar muat barang dari dan ke kapal, baik untuk kapal nasional maupun kapal asing yang diageni oleh perusahaan angkutan sungai dan danau. 2. Perusahaan Angkutan Sungai dan Danau Melakukan kegiatan bongkar muat barang terbatas hanya untuk kapal milik dan atau kapal yang dioperasikan secara nyata/charter terhadap : a. barang milik penumpang; b. barang curah cair yang dibongkar atau di muat dilakukan melalui pipa; c. barang curah kering yang dibongkar atau di muat melalui Conveyor atau sejenisnya; d. barang yang diangkut melalui kapal Ro-Ro; e. semua jenis barang di pelabuhan yang tidak terdapat Perusahaan Bongkar Muat. Apabila di suatu pelabuhan umum tidak terdapat Perusahaan Bongkar Muat, maka kegiatan bongkar muat barang dari dan ke kapal keagenan umum asing (General Agent) maupun keagenan kapal nasional, dapat dilakukan oleh Perusahaan Bongkar Muat di pelabuhan umum terdekat berdasarkan penunjukan perusahaan angkutan sungai dan danau yang mengageni. Menurut Suyono RP (2003,310), dalam kegatan bongkar muat barang ada 3 (tiga) hal pokok yang perlu diperhatikankan dan sekaligus dapat dilihat sejauhmana tanggung-jawab PBM tersebut terhadap barang yang dibongkar/dimuat dati dan ke atas kapal, tiga hal tersebut antara lain :
16
1. Stevedoring Stevedoring adalah kegiatan pekerjaan membongkar barang dari kapal ke dermaga, tongkang/truk/kereta api atau memuat barang dari dermaga/tongkang/ truk/ kereta api ke dalam palka kapal sampai tersusun didalam palka dengan menggunakan derek kapal atau derek darat. 2. Cargodoring Cargodoring adalah pekerjaan melepaskan barang dari sling,tali/jala-jala (ex takle) di dermaga mengangkat dan mengangkut dari dermaga ke gudang/ lapangan penumpukan barang selanjutnya menyusun digudang/ lapangan penumpukan barang atau sebaliknya. 3. Receiving/ Delivery Receiving/Delivery adalah kegiatan pekerjaan memindahkan barang dari timbunan/tempat penumpukan digudang/lapangan penumpukan dan menyerahkan sampai tersusun diatas kendaraan yang merapat di pintu gudang /lapanngan penumpukan dan atau sebaliknya. Menurut Herry Gianto, Drs, M.Sc dkk (1990, 44), skema/gambar Proses cargodoring Bongkar Muat di Pelabuhan sebagai berikut :
Gambar 2.3 Proses Cargodoring di Pelabuhan Muat
17
Gambar 2.4 Proses Cargodoring di Pelabuhan Bongkar
Dalam kegiatan bongkar muat barang perlu diperhatlkan hal-hal yang menyangkut sebagai berikut : 1. Prinsip-prinsip bongkar muat barang dengan bertujuan : 1) 2) 3) 4)
Melindung Kapalnya. Melindungi Muatan. Melindungi ABK/Anak Buah Kapal dan TKBM-nya. Menjaga agar pemuatan/Pembongkaran dilaksanakan secara teratur dan sistematis. 5) Pemuatan harus dilakukan sedemikian rupa sehingga Broken stowagenya dapat ditekan sekecil mungkin. 2. Faktor-faktor yang mempengaruhi bongkar muat : Menurut ML. Palumian (1976:8) faktor-faktor yang mempengaruhi bongkar muat adalah : 1) Fasilitas bongkar muat meliputi : Peralatan bongkar muat seperti kran/derek, kran darat, perahu angkut dll. Pembangkit tenaga listrik, tenaga mekanis, gudang, dll. 2) Bangunan meliputi jalan-jalan raya, rel-rel kereta api, gudang Alat bongkar muat yang merupakan alat untuk meneruskan muatan ke pedalaman seperti tongkang, perahu, truk dan kereta api. Barang yang diangkut, ini dipengaruhi jenis dan macam barang juga oleh bagaimana cara pengepakannya.
18
Alat angkut sungai dan danau yaitu kapal yang digunakan untuk pengangkutan muatan termasuk alat bongkar muat dikapal. Pengaturan, penyampaian berita yang berhubungan dengan berita perjalanan muatan tersebut. Para personil/pelaksana bongkar muat dan TKBM yang memenuhi standart yaitu terampil dan berpengalaman. 3. Proses Pembongkaran Muatan Menurut Hery Gianto dkk, (1990:31) proses pembongkaran muatan sebagai benkut : 1) Menyiapkan dan menyangkutkan barang di dalam paka pada tali derek. 2) Mengangkut barang di atas dermaga. 3) Mendaratkan dan melepaskan barang. 4) Kran derek kembali ke palka untuk mengangkut barang selanjutnya, dan proses tersebut dilakukan berulang-ulang sampai barang habis, 5) proses tersebut disebut Hulk cycle. 4. Tindakan pencegahan bongkar muat untuk mengurangi kerugian/resiko operasional : 1) Jangan membebani kran derek melebihi batas kapasitas. 2) Barang harus berada dalam sling dengan aman. 3) Dalam proses pengangkutan harus dikendalikan. 4) Pengawas palka harus memberikan instruksi kepada buruhh dan operator kran derek secara jelas. 5) Buruh/TKBM wajib menggunakan peralatan keselamatan kerja. 6) Buruh/TKBM tidak diperbolehkan berada dibawah barang yang akan diturunkan /dinaikan. 5. Resiko kesalahan dalam pengawasan adalah : 1) Sering terjadi keterlambatan 2) Penggunaan tenaga kerja yang kurang terampil 3) Kelaiklautan kapal yang berakibat keterlambatan kapal untuk berlayar kembali. 4) Biaya cargo handling menjadi tinggi 5) Kerusakan kapal/muatan maupun kecelakaan buruh. 6. Sebab-sebab terjadinya kelambatan dalam bongkar muat 1) Waktu yang terbuang untuk membawa muatan, memasang muatan pada kait muat (cargo hook), penyiapan alat bongkar muat, waktu terbuang pada saat membuka palka. 19
2) Tenaga buruh/'TKBM yang tidak cakap dan terampil 3) Peralatan bongkar muat yang kurang sempurna. 7. Peralatan bongkar muat Untuk mendukung operasi bongkar muat barang pada kapal barang maka perlu dilengkapi peralatan bongkar muat (cargo handling). Instalasi cargo handling terdiri dari beberapa peralatan yang saling mendukung. Kapal barang, sangat penting untuk menyediakan peralatan bongkar muat karena akan mempercepat proses bongkar muat barang dan akan mengurangi biaya tambat di pelabuhan. Alat angkat yang akan digunakan di kapal direncanakan berdasarkan beban yang akan diangkat guna menentukan SWL alat angkat yang akan direncanakan. I. Perencanaan Dermaga Singgah Dan Tempat Tunggu (Terminal) Pelabuhan Sungai Dan Danau 1. Pengertian Menurut Peraturan Pemerintah No. 61 Tahun 2009 Tentang Kepelabuhan Pasal 1 (19) yang dimaksud dengan terminal fasilitas pelabuhan yang terdiri atas kolam sandar dan tempat kapal bersandar atau tambat, tempat penumpukan, tempat menunggu dan naik turun penumpang, dan/atau tempat bongkar muat barang. 2. Fungsi terminal Pengelolaan terminal yang mampu menyesuaikan dengan perkembangan, terkendali dan terarah berkaitan dengan : perencanaan, infrastruktur, system management dan informasi, lingkungan dan kerjasama serta pengaturan bebagai kepentingan yang aktif dalam kawasan terminal. Berbagai kepentingan yang ada dalam terminal adalah aktivitas transit, kewenangan, sistem pengendalian serta berbagai kepentingan yang mempengaruhi pengelolaan terminal secara terarah dan terkendali sesuai dengan tuntutan perkembangan di masa depan. Fungsi terminal adalah sebagai berikut : a. Fungsi terminal bagi penumpang, adalah untuk kenyamanan menunggu, kenyamanan perpindahan dari satu moda atau kendaraan ke moda atau kendaraan lain, tempat fasilitas-fasilitas informasi dan 20
fasilitas parkir kendaraan pribadi, kendaraan yang akan diseberangkan. b. Fungsi terminal bagi pemerintah, adalah dari segi perencanaan dan manajemen lalu lintas untuk menata lalulintas dan angkutan serta menghindari dari kemacetan, sumber pemungutan retribusi dan sebagai pengendali kendaraan umum, kapal. c. Fungsi terminal bagi operator/pengusaha adalah pengaturan operasi bus, kapal, penyediaan fasilitas istirahat dan informasi bagi awak bus, awak kapal dan sebagai fasilitas pangkalan, lego jangkar di kolam pelabuhan. 3. Fasilitas Pelabuhan Sesuai dengan Keputusan Menteri Perhubungan No.53 tahun 2002 tentang Tatanan Kepelabuhanan. Klasifikasi pelabuhan ditetapkan dengan memperhatikan: a. Fasilitas pelabuhan yang terdiri dan fasilitas pokok dan fasilitas penunjang, b. Volume operasional pelabuhan, c. Peran dan fungsi pelabuhan. Fasilitas pokok meliputi: a. b. c. d. e. f. g. h. i. j. k. l.
Perairan tempat labuh termasuk alur pelayaran, Kolam pelabuhan, Fasilitas sandar kapal, Penimbangan muatan, Terminal penumpang, Akses penumpang dan barang ke dermaga, Perkantoran untuk kegiatan perkantoran pemerintahan dan pelayanan jasa, Fasilitas penyimpanan bahan bakar (bunker), Instalasi air, listrik dan komunikasi, Akses jalan dan atau rel kereta api, Fasilitas pemadam kebakaran, Tempat tunggu kendaran bermotor sebelum naik ke kapal.
Fasilitas penunjang meliputi: a. Kawasan perkantoran untuk menunjang kelancaran pelayanan jasa kepelabuhanan, b. Tempat penampungan limbah, 21
c. Fasilitas usaha yang menunjang pelabuhan, d. Area pengembangan pelabuhan.
kegiatan
J. Sumber Daya Manusia Untuk Pengelolaan Angkutan Sungai Dan Danau 1. Pengelolaan Sumber Daya Manusia Menurut Nkomo (1980) evolusi manajemen SDM melewait tiga tahap, yaitu; 1. Defenisi Stage : Yaitu ketika manajer personalia menyelenggarakan program-program yang kurang memberikan manfaat untuk kengurangi kekacauan karyawan dan kemungkinan perpecahan. 2. Perencanaan Manpower : dalam tahap ini digunakan kebutuhan pekerja dan perekrutan seleksik, training untuk menjamin terpenuhinya target manpower. 3. Manajemen SDM Strategis Ketika manajer SDM seharusnya lebih proaktif dalam memecahakan masalah manajemen perusahaan dan dalam memberikan kontribusi efektivitas organisasional yang lebih besar. 2. Reformasi Birokrasi Reformasi birokrasi di bidang pengelolaan dan pengembangan Sumber Daya Manusia bertujuan untuk melakukan pembenahan pengelolaan SDM dengan meletakan kerangka dasar bagi implementasi Sistem Manajemen Sumber Daya Manusia terpadu berbasiskan kompetensi yang dijabarkan dari visi, misi serta strategi Dengan berlakunya UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah tersebut telah menggeser paradigma pelayanan, dari yang bersifat sentralistis ke desentralistis dan mendekatkan pelayanan secara langsung kepada masyarakat. Pengelolaan SDM yang mencakup analisis jabatan, manajemen karir, standar kompetensi, evaluasi jabatan, remunerasi, rekruitmen pegawai, assessment center, dan profiling kompetensi. BPK RI terus mengembangkan SDMnya baik secara kualitas dan kuantitas.
22
Tabel 2.1. Contoh Bentuk Reformasi Birokrasi Dimensi
Kondisi Sebelum Reformasi Birokrasi Kriteria tidak spesifik sesuai kebutuhan
REKRUTMEN
POLA KARIR
Menyusun job description setiap jabatan dan formasi jabatan serta melibatkan pihak independen
-Mementingkan senioritas saja -Jabatan structural menjadi pilihan utama
Menyusun standar kompetensi dan pola karir, serta merancang assessment center
Orientasi kepada administrasi kepegawaian
-Menyusun standar kompetensi -Melakukan job analysis, job evaluation dan job grading, -Menyempurnakan kurikulum dan modul diklat,
Sangat rendah dan rawan KKN
-Menyempurnakan peraturan internal mengenai kode etik dan disiplin pegawai yang transparan dan konsisten - Menerapkan absensi sidik jari
Menunggu pekerjaan yang ditugaskan
Menyusun Individual Development Plan (IDP) dan menyusun Individual Performance Appraissal (IPA)
Sangat rendah, khususnya tunjangan kinerja tidak sebanding
Menyusun peraturan internal mengenai pelaksanaan pembayaran
PENGELOLAAN
INTEGRITAS
PROFESIONALISME
REMUNERASI
Upaya yang Dilakukan
Kondisi Setelah Reformasi Birokrasi Berbasiskan job description, kompetensi dan kebutuhan, serta menggunakan pihak independen - Kompetensi penting dan ada assesment terlebih dahulu - Jabatan struktural dan fungsional merupakan jenjang karir yang sama menariknya -Pengelolaan berbasis kompetensi, job analysis, job evaluation dan job grading - Training and development sinkron dgn individual plan -Tingkat kehadiran jauh meningkat mencapai 90% -Peningkatan jumlah pegawai yang mendapat reward maupun pusinhment Setiap individu merencanakan pekerjaan selama satu tahun dalam suatu IDP dan akan diukur kinerjanya melalui Indikator Kinerja Individu Disetujui perbaikan remunerasi bagi Pelaksana BPK
23
Dimensi
Kondisi Sebelum Reformasi Birokrasi dengan resiko pekerjaan dan berada dibawah instansi lain
Upaya yang Dilakukan remunerasi berdasarkan job analysis dan job grading
Kondisi Setelah Reformasi Birokrasi oleh DPR per September 2007 dengan syarat program reformasi birokrasi berjalan baik.
3. Strategi Pembinaan Strategi Pembinaan Pegawai melalui diklat ada beberapa macam, diantaranya: 1) Diklat Berbasis Kompetensi 2) Desentralisasi Penyelenggaraan Diklat 3) Kontrol Bersama (Collective Control) Terhadap Kompetensi 4) Penerapan Total Quality Management K. Pengelolaan Limbah/Sampah Aktifitas Angkutan Sungai Dan Danau 1. Permasalahan Limbah/Sampah Angkutan Sungai Dan Danau Sampah yang berasal dari angkutan sungai dan danau seringkali kurang mendapat perhatian baik oleh operator ataupun pengguna. Sanitasi adalah suatu usaha pencegahan penyakit dengan melenyapkan atau mengendalikan faktor – faktor risiko lingkungan yang merupakan mata rantai penularan penyakit (Ehler, 1986). Kapal adalah semua alat pengangkut, termasuk milik angkatan bersenjata dan yang dapat berlayar. Dengan demikian kapal harus terbebas dari faktor risiko lingkungan dengan cara mempertahankan kondisi kesehatan kapal sehingga tidak dijadikan tempat berkembang penyakit dan vector penular penyakit. Sanitasi kapal merupakan salah satu usaha yang ditujukan terhadap faktor risiko lingkungan di kapal untuk memutuskan mata rantai penularan penyakit guna memelihara dan mempertinggi derajat kesehatan. Sanitasi kapal mencakup seluruh aspek penilaian kompartemen kapal antara lain
24
dapur, ruang penyediaan makanan, palka, gudang, kamar anak buah kapal, penyediaan air bersih, dan penyajian makanan serta pengendalian vektor penular penyakit atau rodent (WHO, 2005). Disisi lain pengelolaan sampah dalam hal ini juga termasuk dalam kerangka peningkatan kualitas mutu angkutan perairan sungai dan danau Mengacu pada dasar tersebut determinan perilaku sanitasi kapal dapat mengacu pada konsep determinan perilaku kesehatan yang dikemukan oleh Green (1980) dan Blum (1979), bahwa derajat kesehatan masyarakat salah satunya dipengaruhi oleh faktor perilaku dan lingkungan selain pelayanan kesehatan dan keturunan. Sedangkan konsep Green (1980) mengemukakan bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh faktor predisposisi, enabling dan reinforcing. Sehingga evaluasi dan standar teknis terhadap fasilitas pengelolaan sampah pada angkutan sungai dan danau perlu dilakukan. Evaluasi kelayakan teknis dan administratif untuk fasilitas ini dapat mengacu pada Keputusan Kepala Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Nomor : KEP01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun dan atau peraturan perundangundangan yang berlaku, khususnya berkaitan dengan bagian penyimpanan dan pengumpulan limbah B3. Sedangkan pelaporan dalam bentuk neraca limbah B3 dapat dilihat pada Lampiran 9 dan 10. Anggota IMO (International Maritime Organization) menghasilkan konsensus yang dikenal sebagai Konvensi MARPOL 73/78. Konvensi tersebut terdiri dari 5 Annex yaitu tentang polusi di laut terhadap minyak, bahan cair beracun, bahan berbahaya, limbah kotoran, dan sampah serta yang terakhir ditambah Annex VI tentang Pencemaran udara dari kapal. Strategi pengelolaan pencemaran dan kerusakan yang berasal dari daratan (land based pollution) dan dari laut (sea based pollution) dikembangkan dengan beberapa pendekatan, di antaranya meliputi pengelolaan limbah (waste management). Pengelolaan Limbah itu terdiri atas limbah padat (solid waste), limbah padat/sampah dari kegiatan kepelabuhanan dan dari kegiatan di darat lainnya, penanganan limbah/sampah dari kegiatan pelayaran/kapal berdasarkan MARPOL Annex V (MARPOL 73/78), limbah industri
25
(industrial waste), limbah minyak, limbah gas, debu, dan kebisingan. Jenis pencemar pada umumnya berbeda-beda pada setiap kawasan pelabuhan, tergantung dari jenis kegiatan yang berlangsung dan juga lingkungan di sekitar pelabuhan, seperti limbah sampah, limbah cair, industri, minyak dan oli, curah padat, sedimentasi dan sanitasi. Sumber pencemaran yang biasa terdapat di kawasan pelabuhan terbagi menjadi 2 (dua) : 1) Land Based Activities : limbah pemukiman, limbah pertanian dan limbah industri. 2) Sea Based Activities : kegiatan industri perkapalan, pertambangan, minyak lepas pantai dan pelayaran (kapal-kapal). Pencemaran yang bersumber dari kegiatan perkapalan berasal dari pengoperasian kapal dan kecelakaan kapal.Akibat yang didapat dari pengoperasian 28 kapal adalah berupa tumpahan pembongkaran muatan, buangan air yang masih bercampur minyak dari sisa air ballast dan sisa air pencucian, serta pencemaran udara dari gas pembuangan yang berada dari dalam kapal. Akibat dari kecelakaan kapalyang menyebabkan kandasnya kapaldapat menimbulkan terjadinya tumpahan minyak buangan dari kapal yang bisa berjangka panjang dan sifatnya permanen. 2. Pencegahan Pencemaran dari Kapal Pedalaman Pencegahan pencemaran dari kapal pedalaman sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal (8) huruf c meliputi pemenuhan terhadap persyaratan: a. Penampung minyak kotor 1) Setiap kapal pedalaman harus dilengkapi penampung minyak kotor (olly water) berasal dari bocoran minyak Mesinpenggerak bantu atau tumpahan lain yang volumenya ditentukan berdasarkan rumus : Ukuran volume Bak Penampung = 0,15 x C dalam satuan m3. Dimana C = pemakaian bahan bakar perhari
26
2) Penampung minyak kotor harus ditempatkan sedemikian rupa di kapal agar minyak dengan mudah dapat dipindahkan ke darat. 3) Alat Penampung minyak terdiri dari : a) Tong penampung yang sekurang-kurangnya memadai untuk menampung minyak kotor sesuai dengan ukuran kebutuhannya dan peralatan pendukung lainya. b) Drum penampung yang memadai untuk menampung minyak kotor dan peralatan pendukung lainya. c) Tangki minyak yang memadai untuk menampung minyak kotor. 4) Tempat penampung sampah (garbage) berupa sampah-sampah dalam bentuk sisa barang atau material hasil dari kegiatan di atas kapal atau kegiatan normal lainnya di atas kapal; serta limbah (sewage) berupa kotoran-kotoran dari toilet, WC, urinals, ruangan perawatan, kotoran hewan serta campuran dari buangan tersebut terdiri dari: a) Keranjang sampah b) Tong sampah c) Bak sampah d) Septik Tank 5) Kapal sebagaimana yang dimaksud pada Pasal 22 ayat (1) yang telah diperiksa dan memenuhi peralatan dan perlengkapan pencegahan pencemaran sesuai dengan ketentuan-ketentuan dalam peraturan perundangundangan berlaku akan diterbitkan Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak. 6) Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak sebagaimana yang dimaksud dalam pasal 22 dikeluarkan oleh instansi/lembaga/pejabat yang sah yang dibentuk dan/atau ditunjuk berdasarkan Keputusan Kementerian Perhubungan.. 7) Pemeriksaan kelaikan kapal dari aspek pencegahan pencemaran dari kapal sebagaimana adalah berdasarkan Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh minyak sebagaimana yang dimaksud dalam ayat (2). 27
3. Peralatan Peralatan pencegahan pencemaran yang diperlukan kapal pedalaman sungai adalah sebagai berikut: a. Kapal dengan ukuran isi kotor (GT) kurang dari 7 (< 7) dan/atau kurang dari 20 m3 (< 20 m3), dilengkapi dengan peralatan pencegahan pencemaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), huruf c, angka 1) dan Pasal 21 ayat (2) huruf a. b. Kapal dengan ukuran isi kotor (GT) sama dengan atau lebih dari 7 (.7) s/d kurang dari 35 (< 35) dan/atau sama dengan atau lebih dari 20 m3 ( 20 m3) s/d kurang dari 100 m3 (< 100 m3),.dilengkapi dengan peralatan pencegahan pencemaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), huruf c, angka 2) dan Pasal 21 ayat (2) huruf b. c. Kapal dengan ukuran isi kotor (GT) sama dengan atau lebih dari 35 ( 35) s/d kurang dari 175 (<175) dan/atau sama dengan atau lebih dari 100 m3 ( 100 m3) s/d kurang dari 500 m3 (< 500 m3), dilengkapi dengan peralatan pencegahan pencemaran sebagaimana yang dimaksud dalam Pasal 21 ayat (1), huruf c, angka 3) dan Pasal 21 ayat (2) huruf c, huruf d. d. Kapal dengan ukuran isi kotor (GT) sama dengan atau lebih dari 175 ( 175) s/d kurang dari 300 (< 300) dan/atau sama dengan atau lebih dari 500 m3 ( 500 m3) s/d kurang dari 1000 m3 (< 1000 m3), dilengkapi dengan peralatan pencegahan pencemaran sesuai Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak. e. Kapal dengan ukuran isi kotor (GT) sama dengan atau lebih dari 300 ( 300) dan/atau sama dengan atau lebih dari 1000 m3 ( 1000 m3), dilengkapi dengan peralatan pencegahan pencemaran sesuai Sertifikat Nasional Pencegahan Pencemaran oleh Minyak. L. Ticketing Dan Penjadwalan Angkutan Sungai Dan Danau 1. Penjadwalan Untuk memberikan pelayanan angkutan yang teratur perlu dilakukan penjadwalan pelayanan ASDP. Dengan adanya 28
jadwal akan mempermudah masyarakat maupun pengguna jasa layanan ASDP untuk mengatur perjalanan yang akan dilakukannya. Penjadwalan pada pelayanan yang memiliki frekuensi sangat sering seperti 10 kali dalam satu jam, atau sekali dalam 6 menit, penjadwalan mungkin tidak terlalu penting, tetapi pada pelayanan yang dilakukan sekali satu hari, atau 2 kali dalam satu minggu, penjadwalan menjadi sangat penting karena masyarakat maupun pengguna layanan ASDP perlu mengetahui jadwal pastinya dalam rangka mereka merencanakan perjalanannya. 2. Komponen jadwal Dalam penyusunan jadwal diperlukan informasi mengenai waktu perjalanan, waktu sandar yang diperlukan untuk menghitung waktu putar kapal sebagai masukan utama dalam penyusunan jadwal kapal. 3. Waktu perjalanan Waktu yang dibutuhkan untuk berlayar anatara pelabuhan tergantung kepada jarak antara pelabuhan dan kecepatan rerata perjalanan kapal, yang dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
T= Dimana : T = waktu perjalanan dari pelabuhan awal sampai pelabuhan akhir, jam S = Jarak antara pelabuhan awal ke pelabuhan akhir, nautical mile v = Kecepatan jelajah kapal, knots Dalam kenyataannya, kecepatan kapal sangat berfluktuasi tergantung dari kondisi alam, cuaca, kecepatan dan arah angin, gelombang, arus, maupun alur navigasi. Dari rumus tersebut diatas jelas terlihat bahwa faktor utama waktu perjalanan adalah kecepatan kapal, kecepatan yang biasa digunakan pada perencanaan pelayanan angkutan sungai dan danau berkisar antara 10 sampai 20 knots, sedang ferry cepat bisa beroperasi sampai dengan kecepatan pada kisaran 30 sampai 35 knots. Permasalahan utama dalam kecepatan adalah bentuk lunas kapal, lunas yang lancip dengan bentuk
29
lambung V dapat berjalan dengan kecepatan yang lebih tinggi disamping faktor lain yang dipertimbangkan adalah bahwa kapal dengan kecepatan tinggi mengkonsumsi bahan bakar yang lebih besar. Bila jarak antara dua pelabuhan adalah 20 mile, dan kecepatan jelajah kapal adalah 10 knots, maka waktu perjalanan adalah 2 jam. 4. Waktu sandar Waktu sandar adalah waktu yang dibutuhkan untuk kapal bersandar dimulai dari saat kapal merapat di dermaga, moring kapal ke dermaga, membuka pintu rampa (untuk kapal Ro-ro), menurunkan dan menaikkan penumpang, barang, ataupun kendaraan dari dan ke kapal. Selanjutnya menutup pintu rampa melepas tali temali kapal untuk kemudian berlayar kembali. Lamanya waktu sandar tergantung kepada ukuran kapal, cara pemuatan, ada/tidaknya movebel bridge, kapal kecil cukup membutuhkan waktu 10 menit, tetapi kapal besar bisa sampai 1 jam. 5. Waktu putar Waktu putar atau disebut juga sebagai Round Trip Time (RTT) adalah waktu yang dibutuhkan oleh kapal untuk membuat satu kali perjalanan pulang pergi termasuk waktu yang dibutuhkan kapal untuk sandar di dermaga. RTT = (T+W) x 2 Dimana: RTT = waktu putar T = Waktu perjalanan satu trip W = waktu sandar Dengan menggunakan contoh terdahulu untuk T = 2 jam dan W selama 1 jam maka akan diperoleh waktu putar selama 1 jam, maka waktu putar adalah 6 jam. 6. Waktu Antara Waktu antara atau dikenal juga sebagai Headway adalah waktu antara dua sarana angkutan untuk melewati suatu titik/tempat perhentian dalam hal ini pelabuhan atau dermaga. Semakin kecil waktu antara semakin tinggi kapasitas angkut.
30
Waktu antara rata-rata dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
7. Pelaksanaan Penjadwalan Pelaksanaan penjadwalan untuk pelayanan angkutan perlu dijadwalkan agar diketahui oleh masyarakat pengguna dan dapat dijadikan acuan dalam perencanaan perjalan pemakai sistem angkutan sungai danau dan penyeberangan. 8. Penjadwalan trip Untuk merencanakan jadwal trip antara dua pelabuhan dengan menggunakan contoh diatas dapat mengikuti pola untuk 1, 2, 3 atau 4 kapal sebagaimana ditunjukkan pada grafik perjalanan kapal berikut:
Gambar 2.5 Contoh Perencanaan Trip Kapal Susunan jadwal penyelenggaraan angkutan sungai dan danau dari gambar diatas ditunjukkan dalam daftar berikut ini:
31
Tabel 2.2 Contoh penjadwalan untuk 1 kapal yang melayani angkutan antara pelabuhan A dan Pelabuhan B
Sedang kalau pelayanan dengan 4 kapal jadwal akan menjadi seperti ditunjukkan pada daftar berikut ini: Tabel 2.3 Contoh penjadwalan untuk 4 kapal yang melayani angkutan antara pelabuhan A dan pelabuhan B
9. Penjadwalan pelayanan beberapa persinggahan Untuk penjadwalan pelayanan angkutan sungai danau dengan beberapa persinggahan hampir sama dengan penjadwalan pelayanan trip sepasang lintas kecuali adanya tambahan waktu sandar di pelabuhan/terminal antara.
32
Gambar 2.6 Grafik Perjalanan Kapal 10. Gangguan dalam mengikuti jadwal Berbagai gangguan/permasalahan operasional yang dapat timbul dalam menyelenggarakan angkutan sungai danau untuk menepati jadwal diantaranya ditimbulkan oleh: a. Ganguan cuaca, seperti ombak dan badai yang mempengaruhi keselamatan pelayaran ataupun kesulitan kapal untuk merapat didermaga. b. Kapal mengalami kerusakan sehingga tidak dapat beroperasi, kerusakan bisa terjadi pada saat kapal sedang berlayar, pada saat akan merapat ke dermaga ataupun pada saat di dermaga. Kerusakan ini dapat saja terjadi karena perawatan yang tidak memenuhi persyaratan perawatan ataupun karena kapal sudah tua, semakin tua kapal semakin rentan pelayanan yang bisa diberikan oleh kapal tersebut apalagi kalau kapal tersebut tidak dirawat dengan baik. c. Kapal terdampar atau tersangkut di karang, hal ini bisa terjadi karena beberapa alasan diantaranya arus yang kuat, cuaca buruk, ataupun beberapa peralatan dikapal seperti bow trusther yang tidak berfungsi. d. Kapal harus keluar dari pelayanan karena akan menjalankan pemeriksaan dan perawatan rutin,
33
e. Kapal keluar dari pelayanan untuk pengisian bahan bakar, air bersih, atau pergantian awak kapal ataupun istirahat. Untuk mengatasi permasalahan tersebut diatas dibutuhkan kapal cadangan untuk mengisi kekosongan pada saat kapal yang sedang melayani angkutan tidak dapat beroperasi 11. Publikasi jadwal Sosialisasi jadwal sangat perlu dilakukan untuk memberikan kepastian kepada para pelanggan yang akan merencanakan perjalanan terutama untuk pelayanan yang jarang semisal sekali dalam sehari atau sekali dua hari, tetapi tetap penting untuk pelayanan yang kerap semisal sekali dalam 20 menit.
34
BAB III METODE PENELITIAN A. Pola Pikir Pekerjaan Dari KAK Butir 1.b dapat dipahami gambaran umum dari permasalahan (isu strategis) yang menjadi background perlunya dilakukannya pekerjaan ini, yaitu: 1. Sehubungan dengan hal tarik menarik kewenangan dan wilayah operasi antar transportasi laut, pemerintah daerah dan LLASDP Ditjen Perhubungan Darat , oleh karena itu diperlukan pedoman yang baku dan tidak saling tumpang tindih kewenangan. 2. Dengan adanya kewenangan dan tanggung jawab yang berbeda dalam penyelenggaraan angkutan sungai dan danau tersebut diatas, maka perlu adanya harmonisasi antara Direktorat SDP Ditjen Perhubungan Darat dan Ditjen Perhubungan Laut agar keselamatan pada transportasi publik. 3. diperlukan adanya pedoman di bidang transportasi sungai dan danau agar pelayanan terhadap masyarakat lebih terjamin terhadap keselamatan, keamanan dan kenyamanan. Selanjutnya, agar hasil kajian tetap kontekstual maka dalam proses pelaksanaan kegiatan harus memperhatikan sejumlah teori dan peraturan perundangan yang berlaku terkait dengan transportasi sungai dan danau (acuan normatif/instrumental input), khususnya peraturan perundangan terkait dengan: 1. 2. 3. 4. 5.
UU No. 17 Tahun 2007 Tentang Pelayaran UU No. 32 Tahun 2004 Tentang Pemerintahan Daerah PP No. 102 Tahun 2000 Tentang Standardisasi Nasional PP No. 22 Tahun 2011 Tentang Angkutan di Perairan Kepmenhub No. 73 Tahun 2004 Tentang Penyelenggaraan Angkutan Sungai 6. International Maritime Organization (IMO) Dalam KAK Butir 2 disampaikan mengenai uraian kegiatan dan batasan kegiatan yang diembankan oleh pemberi kerja kepada konsultan. Ketentuan tersebut menjadi batasan lingkup kerja atau proses studi (scope-of-work/processes) yang harus dilakukan konsultan, yang mencakup kegiatan: 1. Inventarisasi kegiatan-kegiatan bidang transportasi sungai dan danau yang terkait dengan instansi lain; 2. Inventarisasi kebijakan pengembangan transportasi sungai dan danau di masing-masing instansi terkait; 3. Inventarisasi dan mengevaluasi pedoman di bidang transportasi angkutan sungai dan danau.
35
4. Menganalisis dan mengevaluasi tingkat kepentingan masing-masing instansi; 5. Menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan operasional transportasi sungai dan danau sebagai akibat kurangnya koordinasi dan efektifitas pedoman di bidang transportasi sungai dan danau; 6. Melakukan studi literatur / benchmarking penyusunan pedoman transportasi sungai dan danau dari negara lain. 7. Menyusun rancangan naskah akademik konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau. 8. Merumuskan rancangan naskah akademik konsep Pedoman di bidang transportasi sungai dan danau, meliputi: a. Pedoman perhitungan jumlah dan kapasitas alat bongkar / muat barang serta produktifitas bongkar / muat barang di pelabuhan sungai dan danau; b. Pedoman tata cara pengukuran, desain dan pengerjaan kapal kayu sungai dan danau; c. Pedoman tata cara penetapan jaringan trayek sungai; d. Pedoman pengembangan sumber daya manusia untuk pengelolaan angkutan sungai dan danau. e. Pedoman pengelolaan limbah/sampah aktifitas angkutan sungai dan danau f. Pedoman ticketing dan penjadwalan angkutan sungai dan danau g. Pedoman perencanaan dermaga singgah dan tempat tunggu (terminal) pelabuhan sungai dan danau. 9. Pengumpulan data untuk kegiatan ini dilakukan di Palangkaraya, Pekanbaru, Jambi, dan Jayapura. Kemudian dalam KAK Butir 4 disampaikan pula indikator keluaran dan keluaran (outputs) yang diharapkan dari pekerjaan ini yaitu:
tersusunnya 4 (empat) laporan studi yaitu laporan pendahuluan, laporan interim, rancangan laporan akhir dan laporan akhir. Laporan akhir terdiri dari laporan studi penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dan 7 (tujuh) konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau. Indikasi mengenai kinerja konsultan adalah diperolehnya keluaran kegiatan yang dapat ditindaklanjuti oleh pemberi kerja sehingga menghasilkan sasaran (outcomes) dan manfaat/dampak (benefits/impacts) sesuai dengan maksud dan tujuan dilaksanakannya pekerjaan ini.
Berdasarkan pemaparan mengenai isu strategis, lingkungan strategis, instrumental input, dan konteks hasil kegiatan yang disampaikan sebelumnya, dapat disusun suatu diagram mengenai pola pikir pekerjaan sebagaimana disampaikan pada Gambar 3.1.
36
ACUAN/PERUNDANGAN (Instrumental Input) - Pemerintahan: UU 32/2004, Dsb. - Transportasi ASD: UU 17/2008, PP 61/2009, PP 5/2010, PP 22/2011, Keppres 4/1985, KM 42/2008, KM 35/2007 - Peraturan Internasional: International Maritime Organization (IMO), Dsb. LATAR BELAKANG MASALAH (issue)
PROSES KEGIATAN (ruang lingkup)
- Tarik menarik kewenangan dan wilayah operasi antar transportasi laut, pemerintah daerah dan LLASDP Ditjen Perhubungan Darat - perlu adanya harmonisasi antara Direktorat SDP Ditjen Perhubungan Darat dan Ditjen Perhubungan Laut - Diperlukan adanya pedoman di bidang transportasi sungai dan danau agar pelayanan terhadap masyarakat lebih terjamin
- Inventarisasi (pengumpulan data/ penyigian) pembangunan, pengoperasian, perawatan dan pengusahaan pelabuhan sungai dan danau - Inventarisasi (pengumpulan data/ penyigian) lalu lintas (kenavigasian) sungai dan danau - Analisis kegiatan-kegiatan bidang transportasi sungai dan danau - Analisis dan Evaluasi tingkat kepentingan masing-masing instansi bidang transportasi sungai dan danau - Perumusan naskah akademis dan draft pedoman di bidang transportasi sungai dan danau
FAKTOR PENGARUH - Karakteristik sistem navigasi - Tingkat kepentingan pengelolaan - Lokasi pelabuhan
KELUARAN (output) - Kualitatif: o Hasil pengumpulan data/ penyigian o Naskah akademis o Draft pedoman - Kuantitatif: o Laporan hasil studi o Dokumen konsep pedoman o Rapat pembahasan
HASIL (outcome)
MANFAAT KEGIATAN (tercapainya sasaran/target)
Dapat ditetapkannya pedoman di bidang transportasi sungai dan danau sebagai: - Panduan perhitungan jumlah dan kapasitas alat bongkar / muat barang serta produktifitas bongkar / muat barang di pelabuhan sungai dan danau; - Panduan tata cara pengukuran, desain dan pengerjaan kapal kayu sungai & danau; - Panduan tata cara penetapan jaringan trayek sungai; - Panduan pengembangan sumber daya manusia untuk pengelolaan angkutan sungai dan danau; - Panduan pengelolaan limbahsampah aktifitas angkutan sungai dan danau; - Panduan ticketing dan penjadwalan angkutan sungai dan danau; - Panduan perencanaan dermaga singgah dan tempat tunggu (terminal) penumpang di pelabuhan sungai dan danau
Meningkatnya kinerja dan keselarasan dalam bidang transportasi sungai dan danau
Gambar 3.1 Pola pikir pelaksanaan kegiatan
37
B. Alur Pikir Pelaksanaan Studi dan Metode Pelaksanaan Alur pikir penyusunan standarisasi mengikuti Gambar 3.2. Alur pikir pelaksanaan studi disajikan dalam Gambar 3.3 yang secara umum meliputi tahap kajian literatur, identifikasi lapangan, analisis penyusunan standarisasi dan penyusunan rekomendasi kebijakan berupa naskah akademik. Mengkaji
Mengumpulkan
peraturan
data fisik lapangan
perundangan
sarana/prasarana
terkait angkutan
sungai & danau di
sungai & danau di
lokasi survei
Mengumpulkan data SDM, kegiatan operasi sarana/prasarana sungai & danau dari para stakeholder
Inventarisasi
Menganalisis
Mengidentifikasi
definisi standar
kelaikan teknis
pola kegiatan
Indonesia
dan kelaikan
sarana/prasarana
operasi
sarana/prasarana
sungai & danau di
sarana/prasarana
sungai & danau di
lokasi survei
sungai & danau
Me-review kegiatan operasi sarana/prasarana sungai & danau di beberapa negara dalam rangka benchmarking Menginventarisasi best practice kegiatan operasi sarana/prasarana sungai & danau di beberapa negara
Indonesia
Identifikasi elemenelemen standar teknis sarana/prasarana dan kegiatan operasional sungai & danau di Indonesia Menyusun naskah akademik standar teknis di bidang angkutan sungai & danau
Gambar 3.2. Alur Pikir Penyusunan Naskah Pedoman Kegiatan studi penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dilaksanakan melalui survei di lapangan dalam pengumpulan data primer dan sekunder sesuai dengan lokasi survei dan diskusi interaktif dengan pakar di bidang transportasi sungai dan danau baik di pusat maupun di daerah. Diharapakan dengan survei langsung di lapangan, maka akan mendapatkan data primer yang sebenarnya. Ditambah lagi dengan adanya diskusi dengan pakar, sehingga data yang dihasilkan diharapkan memenuhi target.
38
Gambar 3.3 Bagan Alir Pekerjaan
39
C. Lokasi dan Waktu Penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dipandang perlu dilaksanakan untuk mewujudkan transportasi sungai dan danau yang selamat, aman, cepat, lancar, tertib dan teratur, nyaman dan efisien. Studi penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dilaksanakan di Jakarta. Namun untuk survei lapangan, disesuaikan dengan lapangan yang telah disepakati sebelumnya. Lokasi survei kegiatan ini dilakukan di Palangkaraya, Pekanbaru, Jambi, dan Jayapura. Jangka waktu pelaksanana pekerjaan Studi penyusunan konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau adalah selama 8 (delapan) bulan. D. Pendekatan Pelaksanaan Pekerjaan 1. Pendefinisian Kata Kunci Sesuai judul dari pekerjaan ini, maka pada dasarnya terdapat beberapa kata kunci yang harus dipahami dalam konteks pekerjaan ini, yaitu: a. Pedoman adalah acuan yang bersifat umum yang harus dijabarkan lebih lanjut dan dapat disesuaikan dengan karakteristik dan kemampuan daerah setempat (PP 25/2000) b. Angkutan Sungai dan Danau adalah kegiatan angkutan dengan menggunakan kapal yang dilakukan di sungai, danau, waduk, rawa, banjir kanal, dan terusan untuk mengangkut penumpang dan/atau barang yang diselenggarakan oleh perusahaan angkutan sungai dan danau (pasal 1 (14 PP 61/2009 tentang Kepelabuhanan) Artinya, yang dibuat dalam kegiatan ini adalah suatu pedoman terkait dengan kegiatan kepelabuhanan dan lalu lintas di sungai dan danau, di mana substansinya berkenaan dengan metoda-metoda (prosedur dan tata kerja) dalam mengelola pelabuhan dan arus lalu lintas kapal di suatu alur pelayaran sungai dan danau. 2. Konteks Kegiatan di Bidang Transportasi Sungai dan Danau Suatu pedoman yang baik sebaiknya berisi acuan yang jelas bagi setiap pihak terkait untuk melaksanakan perannya di dalam suatu kegiatan sehingga menghasilkan kinerja kegiatan yang optimal (efektif dan efisien). Dalam hal ini kegiatan yang dipedomani adalah kegiatan-kegiatan transportasi di suatu alur pelayaran sungai dan danau. Adapun pihak yang terlibat di dalam kegiatan yang dipedomani ini terdiri dari operator dan regulator terkait serta pengambil kebijakan (Pemerintah Daerah).
40
Adapun pihak-pihak yang terlibat di dalam setiap kegiatan penyelenggaraan lalu lintas sungai dan danau adalah: a. Operator kapal: 1) awak kapal sungai dan danau (nahkoda dan ABK); 2) pemilik kapal/pengusaha angkutan sungai dan danau; b. Kepelabuhanan: 1) Penyelenggara kegiatan pemerintahan: Unit Penyelenggara Pelabuhan Sungai dan Danau, Syahbandar (atau dalam hal ini disebut sebagai inspektur sungai dan danau); 2) Penyelengara kegiatan pengusahaan: Unit Penyelenggara Pelabuhan/Badan Usaha Pelabuhan; 3) Penyelenggara Bongkar / muat Barang dari dan ke Kapal: Perusahaan Jasa Bongkar Muat, Koperasi Tenaga Kerja Bongkar Muat (TKBM); c. Lain-lain: 1) Pemilik/operator bangunan dan instalasi di perairan; 2) Perusahaan/Kelompok kerja Pembangunan Kapal; Dengan memperhatikan kegiatan dan pihak-pihak terlibat dalam penyelenggaraan lalu lintas sungai dan danau tersebut di atas, maka dapat dibuat lingkup suatu konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau yang akan disusun seperti yang disampaikan pada Gambar 3.4. Dalam pedoman di bidang transportasi sungai dan danau ini, selain dimuat mengenai ketentuan teknis dari setiap item kegiatan, juga dimuat pengaturan mengenai siapa melakukan apa, kapan, di mana, bilamana, dan bagaimana? Dengan demikian, keberadaan pedoman ini akan dapat memberikan panduan kepada semua pihak terkait sehingga dapat menjalankan tugas/kepentingan/kewenangannya masing-masing secara baik dan benar dalam rangka mencapai tujuan demi kelancaran dan keselamatan transportasi sungai dan danau.
41
Operasional , SDM, pengusahaan dan perawatan pelabuhan
Fasilitas pelabuhan
Penentuan lokasi pelabuhan
Bangunan atau instalasi di perairan
Penyelenggaraan fasilitas alur pelayaran
Penetapan alur dan perlintasan Pemilik kapal/pengusaha angkutan Unit penyelenggara/badan usaha pelabuhan sungai dan danau Inspektur sungai dan danau Penyelenggara alur pelayaran
Pengusaha Pembangunana Kapal
TUGAS/KEWENANGAN DAN KEPENTINGAN
PIHAK TERKAIT/STAKEHORDERS
Awak kapal sungai dan danau
TUJUAN, KRITERIA/PERSYARATAN - Struktur organisasi - Pembagian tugas dan kewenangan - Standard Operational Procedure/tata kerja
Gambar 3.4 Kerangka konsep pedoman di bidang transportasi sungai dan danau
E. Prosedur Pelaksanaan Analisis 1. Metoda Penyelesaian Ruang Lingkup Pekerjaan Sesuai KAK Butir 2.2 terdapat 8 batasan/lingkup kegiatan yang diembankan kepada konsultan untuk dilaksanakan yang secara umum dapat dikelompokkan sebagai: (1) Pengumpulan data untuk kegiatan ini dilakukan di Palangkaraya, Pekanbaru, Jambi, Jayapura. (2) Inventarisasi kegiatan-kegiatan bidang transportasi sungai dan danau yang terkait dengan instansi lain, (3) Inventarisasi kebijakan pengembangan transportasi sungai dan danau di masingmasing instansi terkait, (4) Inventarisasi dan mengevaluasi pedoman di bidang transportasi angkutan sungai dan danau, (5) Menganalisis dan mengevaluasi tingkat kepentingan masingmasing instansi, (6) Menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan operasional transportasi sungai dan danau sebagai akibat kurangnya koordinasi dan efektifitas pedoman di bidang transportasi sungai dan danau, (7) Menyusun rancangan naskah akademik konsep pedoman di bidang transportasi sungai
42
dan danau, dan (8) Merumuskan rancangan naskah akadernik Konsep Pedoman di bidang transportasi sungai dan danau. Pada Tabel 3.1 disampaikan metoda penyelesaian lingkup pekerjaan tersebut yang diusulkan oleh konsultan. Metoda penyelesaian ini mencakup apa saja input/masukan yang dibutuhkan untuk setiap tahap kegiatan, metoda yang digunakan untuk menyelesaikan setiap item lingkup kegiatan, dan terakhir adalah hasil yang diharapkan dari setiap lingkup kegiatan tersebut.
43
Tabel 3.1 Ruang lingkup kegiatan dan metoda penyelesaian yang diusulkan No 1
2
Ruang lingkup kegiatan Pengumpulan data untuk kegiatan ini dilakukan di Palangkaraya, Pekanbaru, Jayapura, dan Jambi
Inventarisasi kegiatankegiatan bidang transportasi sungai dan danau
44
Masukan - Data karakteristik wilayah - Data sarana - Data prasarana - Data operasional - Data Pengusahaan pelabuhan - Data Produksi Bongkar Muat di Pelabuhan - Data lalulintas - Data pengelolaan limbah sampah aktifitas angkutan sungai dan danau - Data ticketing dan penjadwalan angkutan sungai dan danau - Data perencanaan dermaga singgah dan tempat tunggu (terminal) penumpang di pelabuhan sungai dan danau - Data/Metode Pembangunan kapal (dari survei primer maupun sekunder) - Data instansional - Survei wawancara - Survei pengamatan
Metoda penyelesaian Proses Hasil - Analisis kondisi - Jenis alat, volume, metode kerja, sistem pencatatan eksisting bongkar muat angkutan sungai dan danau - Tata cara pelaksanaan pembangunan dan cara pengerjaan kapal sungai dan danau - tipe, volume, pola, kriteria lalu lintas kapal di sungai dan danau - Tata cara penetapan jaringan trayek sungai - Tata cara pengelolaan limbah sampah sungai dan danau - Tata cara perencanaan dermaga singgah dan tempat tunggu (terminal) penumpang di pelabuhan sungai dan danau - Tata cara penetapan ticket dan penjadwalan angkutan sungai dan danau - Perhitungan tarif angkutan sungai dan danau - Karakter pelabuhan, alur, fasilitas, SDM
Analisis sistem manajemen dan pengelolaan
- Deskripsi kegiatan lalulintas; perizinan, operasional perlabuhan, pembangunan kapal, penanganan kondisi normal/padat/darurat, dsb.
No 3
Ruang lingkup kegiatan Inventarisasi kebijakan pengembangan transportasi sungai dan danau
Masukan - Hasil No.1 - Inventarisasi data sekunder
4
Inventarisasi dan mengevaluasi pedoman di bidang transportasi angkutan sungai dan danau
Hasil No. 1 dan Inventarisasi data sekunder
5
Menganalisis dan mengevaluasi tingkat kepentingan masingmasing instansi Menganalisis permasalahan yang dihadapi dalam penyelenggaraan operasional
Hasil No.1 Hasil No. 3 Hasil No.4
6
Hasil No.1 Hasil No.2,3,4 Hasil No.5
Metoda penyelesaian Proses Hasil Problem mapping - Pemenuhan kriteria/standar teknis sarana (SDM, kapal, pelabuhan, alur,, fasilitas, telekomunikasi, dsb) - Pelaksanaan prosedur perencanaan,pembangunan, pengoperasian, dan pengawasan - Indikator kinerja lalu lintas, kepelabuhanan dan penggalangan kapal (kelancaran, keselamatan, lingkungan, dsb) Evaluasi pedoman - Deskripsi kegiatan bongkar muat di pelabuhan - Deskripsi pembangunan kapal - Deskripsi jaringan trayek sungai - Deskripsi penetapan ticket dan penjadwalan angkutan sungai dan danau (perambuan) sungai dan danau - Deskripsi perencanaan dermaga singgah dan tempat tunggu (terminal) penumpang di pelabuhan sungai dan danau - Deskripsi pengelolaan limbah sampah sungai dan danau - Deskripsi pengusahaan angkutan sungai dan danau Evaluasi - Deskripsi kewenangan dari masing-masing isntansi yang kewenangan terkait dengan transportasi sungai dan danau
Evaluasi overlapping kegiatan/kewenan gan
- Pembagian kewenangan dari instansi-instansi terkait
45
No
7
46
Ruang lingkup kegiatan transportasi sungai dan danau sebagai akibat kurangnya koordinasi dan efektifitas pedoman di bidang transportasi sungai dan danau penyusunan naskah akademis dan pedoman
Masukan
Hasil No. 1, 2, 3, 4, 5, 6
Metoda penyelesaian Proses
Perumusan
Hasil
- Naskah akademis pedoman - Draft pedoman
2. Tahapan pelaksanaan analisis (framework of analysis) Berdasarkan hasil pemetaan terhadap lingkup kegiatan serta metoda penyelesaian yang diusulkan pada Tabel 3.1 di atas, maka dapat disusun suatu bagan alir kerangka kerja (framework) pelaksanaan analisis yang akan dilakukan seperti yang disampaikan pada Gambar 3.5. SURVEI/PENYIGIAN
Data Kepelabuhanan SD
Data kapal SD & Lingkungan
Kondisi eksisting Fasilitas (sarana/prasaran a) Volume bongkar/muat Operasional kepelabuhanan Sistem pelaksanaan bongkar/ muat di pelabuhan,dsb
Data Pengusahaan Angkutan SD
Pelaksanaan
Data Volume Lalu
pembangunan dan pengerjaan kapal SD Pengelolaan limbah sampah aktifitas angkutan sungai dan danau
lintas angkutan SD Data Trayek dan Jumlah kapal SD Cara penetapan jaringan trayek SD Ticketing dan penjadwalan angkutan sungai dan danau, dsb.
Data Kegiatan & Kebijakan SD
Operasional
Bongkar/ Muat Pembangunan Kapal Penetapan jaringan trayek Penarifan Kapal Dsb.
Data Pedoman/ Peraturan Terkait
Operasional Bongkar/ Muat
Pembangunan Kapal
Penetapan jaringan trayek
Penarifan Kapal Penjadwalan trayek
Dsb.
ANALISIS METODE
ANALISIS
ANALISIS
KERJA
KEWENANGAN
PENGELOLAAN
GAP ANALYSIS
Analisis kegiatan di bidang transportasi sungai dan danau
Pemenuhan kriteria/ standar teknis Pelaksanaan prosedur pengoperasian, dan pengusahaan pelabuhan
Pengusahaan angkutan SD Pelaksanaan penggalangan kapal
PERUMUSAN
Draft produk legal
Naskah akademis Konsep pedoman
Gambar 3.5 Tahapan pelaksanaan analisis (framework of analysis)
47
F. Metoda Pengumpulan Data Untuk menyelesaikan seluruh kegiatan pada studi ini sesuai dengan framework of analysis yang telah disusun pada Gambar 3.5 dibutuhkan data-data penunjang. Data-data ini dikumpulkan dengan berbagai metoda pengumpulan data. Namun untuk lebih mengefektifkan waktu dan biaya perlu diidentifikasi terlebih dahulu kebutuhan data yang disesuaikan dengan analisis yang dilakukan. Dari listing kebutuhan data dapat diidentifikasi metoda pengumpulan data yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan data tersebut. 1. Data-Data yang Dibutuhkan Jenis data dan sumber potensial untuk setiap data yang dibutuhkan untuk kegiatan ini disampaikan pada Tabel 3.2. Data yang dibutuhkan dikelompokkan sesuai dengan karakteristiknya seperti data dokumen perencanaan, peraturan terkait, data dan informasi lapangan, literatur/studi terdahulu Tabel 3.2 Jenis data yang dibutuhkan dan potensi sumbernya No 1.
Kelompok Data Data Kepelabuhanan sungai dan danau
2.
3.
4.
-
Jenis Data Data pelabuhan eksisting; Data fasilitas pelabuhan; Data volume bongkar/muat barang, Data peralatan yang digunakan untuk B/M Metode bongkar/muat barang Jenis Barang yang diangkut kapal SD dsb.
Data Kapal sungai dan danau & lingkungan
-
Jaringan trayek angkutan SD Volume lalulintas kapal SD Kinerja pelayanan, dsb. Pencemaran limbah di sungai
Data pengusahaan angkutan sungai dan danau
- Jaringan
Data terkait dan penggalangan/ Pembangunan
- Jenis & Jumlah kapal - Bengkel kapal - Tempat pembuatan kapal
48
-
trayek angkutan SD & cara penetapannya Jumlah dan kualifikasi kapal Sistem/tata kerja/SOP Data tarif kapal, dsb. Ticketing dan penjadwalan angkutan sungai dan danau
Sumber Potensial - Dept/dinas Perhubungan Perusahaan/ Koperasi Jasa Bongkar / Muat - Penyelenggara pelabuhan - Survei wawancara - Survei lapangan - Dept/dinas Perhubungan - Operator angkutan Syahbandar - Survei lapangan Dept/dinas Lingkungan
- Dept/dinas Perhubungan - Penyelenggara angkutan SD - Operator angkutan - Survei wawancara - Survei lapangan - Dept/dinas Perhubungan - Penyelenggara
No
Kelompok Data kapal sungai dan danau
-
Jenis Data Metode pembuatan kapal Bahan pembuatan kapal Suplay bahan dan komponen kapal Tempat pengujian kelayakan kapal (asli & model)
Sumber Potensial angkutan SD - Operator angkutan Perusahaan/ Koperasi/ Pengusaha Penggalangan kapal - Survei wawancara - Survei lapangan
Selain data-data diatas yang terkait dengan transportasi di sungai dan danau juga diperlukan beberapa data pendukung (data sekunder) sebagai referensi seperti berikut: a. Data regulasi yang ada (UU, PP dan Kepmen), b. Standar-standar internasional yang terkait. Survei lapangan dilakukan pada lokasi yang telah ditentukan dengan metodologi survei adalah pengamatan lapangan dan wawancara mendalam dengan pihak-pihak yang berkompeten dalam penyelenggaraan Angkutan Sungai dan Danau di lapangan. 2. Metoda Survei Yang Digunakan Untuk mempermudah proses mendapatkan data yang dibutuhkan di atas, maka perlu disusun suatu metoda pengumpulan data yang komprehensif dan terstruktur sehingga dapat memanfaatkan waktu yang disediakan sesuai arahan dalam KAK. Untuk itu dalam kegiatan ini digunakan sejumlah metoda survei sebagai berikut: a. Survei data sekunder (instansional) dilakukan untuk mengumpulkan literatur serta data sekunder di instansi terkait baik di pusat maupun di daerah. Data-data sekunder ini meliputi: 1) Instansi Departemen Perhubungan untuk memperoleh data mengenai peraturan terkait, serta data-data mengenai sarana, prasarana, dan operasional, perawatan, pengusahaan, lalulintas dan pembangunan kapal angkutan sungai dan danau yang ada di Pusat; 2) Instansi Dinas Perhubungan untuk mendapatkan data mengenai sarana, prasarana, dan operasional, perawatan, pengusahaan, lalulintas dan pembangunan kapal angkutan sungai dan danau yang ada di Daerah; 3) Operator angkutan untuk mendapatkan data perusahaan dan operasional kapal sungai dan danau; 4) Instansi Penggalangan kapal untuk mendapatkan data mengenai pembuatan kapal angkutan sungai dan danau; b. Survei primer (lapangan) yang meliputi:
49
1) Survei pengamatan lapangan pada lokasi pelaksanaan kegiatan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi dan operasional dari sarana, prasarana, lalu lintas dan pembangunan kapal sungai dan danau; 2) Pengambilan gambar sebagai dokumentasi kegiatan dan sebagai bahan dalam penyusunan animasi. c. Survei wawancara/kuisioner stakeholders yang meliputi: 1) Survei wawancara kepada aparatur di Daerah untuk mengetahui kegiatan dan permasalahan operasional, lalulintas dan perawatan pelabuhan dan angkutan sungai dan danau; 2) Survei wawancara kepada wakil masyarakat (LSM, akademisi, anggota parlemen) untuk mengetahui harapan publik mengenai tingkat pelayanan lalu lintas sungai dan danau; 3) Survei wawancara kepada operator angkutan untuk mengetahui permasalahan penyediaan dan operasional kapal sungai dan danau. Contoh form survei (kuisoner) dilampirkan pada lampiran 1. G. Tata Cara Penyusunan Pedoman 1. Perumusan Pedoman Prinsip dasar yang harus diterapkan dalam proses perumusan pedoman: a. transparansi dan keterbukaan Terbuka bagi semua pihak yang berkepentingan untuk mengetahui program pengembangan pedoman serta memberikan kesempatan yang sama bagi yang berminat untuk berpartisipasi melalui kelembagaan yang berkaitan dengan pengembangan pedoman. b. konsensus dan tidak memihak Memberikan kesempatan bagi pihak-pihak yang memiliki kepentingan berbeda untuk mengutarakan pandangannya serta mengakomodasikan pencapaian kesepakatan oleh pihak-pihak tersebut secara konsensus (mufakat atau suara mayoritas) dan tidak memihak kepada pihak tertentu. c. efektif dan relevan Harus mengupayakan agar hasilnya dapat diterapkan secara efektif sesuai dengan konteks keperluannya. d. koheren Sejauh mungkin mengacu kepada satu standar internasional yang relevan dan menghindarkan duplikasi dengan kegiatan perumusan standar internasional agar hasilnya harmonis dengan perkembangan internasional. e. dimensi pengembangan
50
Mempertimbangkan kepentingan usaha kecil/menengah dan daerah dengan memberikan peluang untuk dapat berpartisipasi dalam proses perumusan pedoman. Perumusan pedoman harus memperhatikan sejumlah ketentuan sebagai berikut. a. Tidak dimaksudkan atau berpotensi menimbulkan hambatan perdagangan yang berlebihan atau yang tidak diperlukan. b. Sedapat mungkin harmonis dengan standar internasional yang telah ada (mengadopsisatu standar internasional yang relevan) sejauh ketentuan tersebut memenuhi kebutuhan dan obyektif yang ingin dicapai serta sesuai dengan faktor-faktor kondisi klimatik, lingkungan, geologi dan geografis, kemampuan teknologi serta kondisi nasional yang spesifik lainnya. c. Apabila tidak mengacu pada satu standar internasional yang relevan (ada beberapa standar yang digunakan) maka harus dilakukan validasi terhadap hasil rumusan tersebut. d. Ketentuan sejauh mungkin menyangkut pengaturan kinerja dan menghindarkan ketentuan yang menyangkut pengaturan cara pencapaian kinerja (bersifat preskriptif). 2. Ketentuan Teknis Dalam Perumusan Pedoman Perumusan pedoman perlu memperhatikan sejumlah aspek di bawah ini. a. Satuan ukuran yang dipergunakan adalah Satuan Sistem Internasional sesuai SNI 19-2746, Satuan sistem internasional. b. Ketentuan tentang pelaksanaan penilaian kesesuaian terhadap persyaratan, pedoman, karakteristik, dan ketentuan teknis lain sebaiknya memperhatikan hal-hal sebagai berikut: 1) cara pengambilan contoh termasuk pemilihan contoh dan metode pengambilannya; 2) batas dan toleransi untuk parameter pengukuran; 3) urutan pengujian apabila mempengaruhi hasil pengujian; 4) jumlah spesimen yang perlu diuji; 5) metode dan jenis pengujian parameter yang tepat, benar, konsisten dan tervalidasi; 6) spesifikasi yang jelas dari peralatan pengujian yang tidak dapat diperoleh secara komersial (customized product). c. Metode pengujian sejauh mungkin mengacu metode pengujian yang baku, baik yang telah ditetapkan dalam SNI, standar internasional, atau standar lain yang telah umum dipergunakan. Apabila metode uji yang dipergunakan bukan metode uji baku, metode tersebut harus divalidasi oleh laboratorium yang kompeten.
51
3. Adopsi Standar Internasional dan Publikasi Internasional Standar ISO/IEC secara luas diadopsi oleh banyak negara dan diterapkan oleh pabrikan, organisasi perdagangan, pembeli, konsumen, laboratorium pengujian, regulator dan pihak lain yang berkepentingan. Oleh karena standar secara umum mencerminkan pengalaman terbaik dari industri, para peneliti, konsumen, dan regulator secara menyeluruh, dan mencakup kebutuhan berbagai negara, maka standar merupakan salah satu unsur penting dalam penghapusan hambatan teknis dalam perdagangan. Hal ini dinyatakan secara eksplisit dalam Perjanjian TBT-WTO (WTO-TBT Agreement). a. Metode Adopsi 1) Beberapa metode adopsi Standar ISO/IEC mempunyai tingkat kesetaraan identik atau modifikasi 2) Setiap pedoman yang mengadopsi standar ISO/IEC dengan metode apapun harus menjamin bahwa identitas standar ISO/IEC dinyatakan dengan jelas. Untuk pengadopsian dengan cara publikasi ulang (republication), identifikasi standar ISO/IEC sebaiknya mencakup nomor, judul, tanggal atau tahun publikasi dan tingkat kesetaraannya pada suatu tempat yang terlihat dengan mudah seperti pada halaman sampul. 3) Jika pedoman mengadopsi standar ISO/IEC, seluruh amandemen yang ada dan ralat teknis dari standar ISO/IEC harus tercakup dalam pedoman tersebut. Amandemen dan ralat teknis yang dipublikasikan setelah pengadopsian standar ISO/IEC harus diadopsi sesegera mungkin. 4) Dengan berkembangnya standar dalam bentuk elektronik, mungkin diperlukan metoda adopsi baru atau penggabungan beberapa metoda yang ditetapkan oleh BSN yang tidak tercakup dalam pedoman ini. Walaupun demikian, rekomendasi mengenai pilihan dan tingkat kesetaran hubungan tetap berlaku. H. Metoda Perumusan Naskah Akademis dan Draft Pedoman 1. Metoda Perumusan Naskah Akademis Perumusan naskah akademis akan mengikuti prosedur yang ada dalam Perpres Nomor 68 Tahun 2005 dan Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nasional Nomor G-159.PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan. Adapun hasilnya akan berupa suatu dokumen naskah akademis yang berisi beberapa substansi seperti yang disampaikan pada
52
Tabel 3.3. Dengan isi dan muatan dari naskah akademis tersebut diharapkan pengaturan yang disusun dapat dipertanggungjawabkan secara legal dan akademis serta implementable. Tabel 3.3 Ilustrasi isi dari dokumen naskah akademis Bab A. PENDAHULUAN
1. 2. 3. 4. 5.
B. RUANG LINGKUP NASKAH AKADEMIK
C. KESIMPULAN DAN SARAN
D. LAMPIRAN
1.
2. 3. 4. 5. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
Daftar Isi Latar Belakang Tujuan dan Kegunaan yang ingin dicapai Metode Pendekatan Materi Muatan Inventarisasi Peraturan Perundangundangan Umum a. Pengertian-pengertian b. Asas-asas Materi Sanksi Peralihan Penutup Perlunya pengaturan Jenis/bentuk pengaturan Pokok-pokok materi yang perlu diatur Daftar kepustakaan Inventarisasi Peraturan Perundangundangan Hasil kajian atau penelitian atau makalah-makalah yang membahas materi hukum yang bersangkutan.
Muatan pokok Apa yang menjadi landasan dari pengaturan yang disusun, baik secara akademis, sosiologis, maupun legal
Apa saja pokok-pokok pengaturan yang harus dimuat dalam peraturan sebagai pedoman bagi pihak terkait untuk menjalankan perannya masing-masing Apa saja hal-hal utama yang harus diperhatikan dari produk pengaturan yang disusun Data-data dan informasi yang diperlukan sebagai pendukung dari pengaturan yang disusun
2. Metoda Perumusan Draft Pedoman Penulisan draft pedoman dalam bentuk Rapermen/Raperdirjen akan meningkuti peraturan yang berlaku di lingkungan Departemen Perhubungan dimana substansinya akan terdiri dari: a. Dasar hukum penetapan peraturan: terkait dengan sejumlah peraturan perundangan yang dirujuk dalam peraturan; b. Definisi-definisi: beberapa definisi penting yang harus diperhatikan dalam peraturan yang dijadikan sebagai acuan pengertian dalam ketentuan selanjutnya; c. Ketentuan pokok: berisi mengenai pokok-pokok pengaturan yang dimuat dalam peraturan; d. Ketentuan peralihan: berisi mengenai konsekuensi legal dari pengaturan ini terhadap kondisi eksisting maupun pengaturan yang telah ada; e. Ketentuan penutup: berisi mengenai pemberlakukan dari peraturan ini.
53
Karena substansi yang ditulis dalam Rapermen ini sangat banyak, sehingga tidak memungkinkan jika semuanya dituangkan dalam pasal-pasal, sehingga akan lebih baik dibentuk dalam pedoman sebagai lampiran yang tak terpisahkan dari batang tubuh rapermen yang disusun. Penyusunan pedoman ini, khususnya mengenai metoda-metoda dan prosedur manajemen lalulintas sungai dan danau akan mengikuti tatacara penyusunan Pedoman yang ditetapkan oleh BSN. Rencana Draft Pedoman di bidang transportasi sungai dan danau dilampirkan pada Lampiran.
54
BAB IV HASIL SURVEI LOKASI STUDI
Pada bab ini disampaikan kondisi di transportasi sungai dan danau di lokasi studi yang telah disepakati, diantaranya: Pekanbaru, Jambi, Palangka Raya, dan Jayapura. Selain itu juga dilengkapi hasil benchmarking angkutan sungai dan danau di Bangkok, Thailand.Detail dari hasil survey dan gambaran lokasi studi dijelaskan sebagai berikut. A. Pekanbaru
1. Gambaran Umum Wilayah Kota Pekanbaru merupakan ibukota Provinsi Riau. Kota Pekanbaru dengan luas wilayah 632,26 km2 berbatasan dengan Kabupaten Pelalawan dan Kampar di sebelah utara, Kabupaten Pelalawan dan Siak di sebelah timur, Kabupaten Kampar di sebelah barat dan selatan. Kota Pekanbaru terletak antara 101014' - 101013' Bujur Timur dan 0°25' - 0°45' Lintang Utara. Dengan ketinggian dari permukaan laut berkisar antara 5 - 50 meter. Permukaan wilayah bagian utara landai dan bergelombang dengan ketinggian berkisar antara 5 – 11 meter.
Gambar 4.1 Kawasan Provinsi Riau dan Kota Pekanbaru Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur. Memiliki beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Siban, Setukul, Pengambang, Ukui, Sago, Senapelan, Limau, Tampan dan Sungai Sail. Sungai Siak juga
55
merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya. Kota Pekanbaru pada umumnya beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34,1 °C - 35,6 ºC dan suhu minimum antara 20,2 °C - 23,0 °C. Curah hujan antara 38,6 - 435,0 mm/tahun dengan keadaan musim berkisar : Musim hujan jatuh pada bulan Januari s/d April dan September s/d Desember. Musim Kemarau jatuh pada bulan Mei s/d Agustus Kelembapan maksimum antara 96 % - 100 %, kelembapan minimum antara 46 % - 62 %. Lokasi studi di Pekanbaru yang dimaksud dalam studi ini adalah Transportasi Sungai dan Danau di Provinsi Riau. Secara administrasi Provinsi Riau terletak 1⁰ LU – 2⁰ LS dan 100⁰ BT – 105⁰ BT. Provinsi Riau memiliki luas wilayah 94.561 km2 yang berbatasan dengan Selat Malaka di sebelah utara, Laut Cina Selatan di sebelah timur, Provinsi Sumatera Utara dan Provinsi Sumatera Barat di sebelah barat, serta Provinsi Jambi di sebelah selatan.
2. Data Tata Ruang Pekanbaru sendiri merupakan ibu kota dan kota terbesar di provinsi Riau, Indonesia. Kota ini merupakan kota perdagangan dan jasa, termasuk sebagai kota dengan tingkat pertumbuhan, migrasi dan urbanisasi yang tinggi. Pekanbaru dapat dijangkau melalui Bandar Udara Sultan Syarif Kasim II, terminal antar kota dan antar provinsi Bandar Raya Payung Sekaki, serta dua pelabuhan di Sungai Siak, yaitu Pelita Pantai dan Sungai Duku. Secara geografis kota Pekanbaru memiliki posisi strategis berada pada jalur Lintas Timur Sumatera, terhubung dengan beberapa kota seperti Medan, Padang dan Jambi, dengan wilayah administratif, diapit oleh Kabupaten Siak pada bagian utara dan timur, sementara bagian barat dan selatan oleh Kabupaten Kampar. Kota ini dibelah oleh Sungai Siak yang mengalir dari barat ke timur dan berada pada ketinggian berkisar antara 5 - 50 meter di atas permukaan laut. Kota ini termasuk beriklim tropis dengan suhu udara maksimum berkisar antara 34.1 °C hingga 35.6 °C, dan suhu minimum antara 20.2 °C hingga 23.0 °C. Topografi di Kota Pekanbaru berdasarkan kelas kelerengan dapat digolongkan menjadi empat bagian yaitu: 0%-2% 2 % - 15 %
56
: merupakan wilayah yang datar : landai sampai berombak
15 % - 40 % di atas 40 %
: berombak sampai bergelombang : bergelombang sampai berbukit.
Secara umum kondisi wilayah Kota Pekanbaru merupakan dataran rendah dengan kemiringan lereng 0 % - 2 %. Beberapa wilayah di bagian Utara dan Timur memiliki morfologi bergelombang dengan kemiringan di atas 40 %. Ditinjau dari kondisi topografi wilayah perencanaan Kota Pekanbaru, kelerengan 0-20 % sampai dengan 215 % mencakup luasan yang cukup besar yaitu 566,56 ha atau 89,61 % dari luas wilayah secara keseluruhan. Dengan kondisi lahan datar yang cukup luas ini menunjukkan secara fisik, Kota Pekanbaru mampu menampung berbagai pembangunan kota. Sebelum tahun 1960 Pekanbaru hanyalah kota dengan luas 16 km² yang kemudian bertambah menjadi 62.96 km² dengan 2 kecamatan yaitu kecamatan Senapelan dan kecamatan Limapuluh. Selanjutnya pada tahun 1965 menjadi 6 kecamatan, dan tahun 1987 menjadi 8 kecamatan dengan luas wilayah 446,50 km². Kemudian pada tahun 2003 jumlah kecamatan dimekarkan menjadi 12 kecamatan.
3. Kondisi Angkutan Sungai Di Kota Pekanbaru Penduduk Kota Pekanbaru saat ini lebih kurang 800.000 jiwa dan setiap tahunnya bertambah antara 3.4% sampai 3.6%, Semakin bertambah jumlah penduduk semakin banyak permasalahan yang ada terutama masalah transportasi perkotaan. Saat ini jumlah kendaraan pribadi di Kota Pekanbaru tidak sebanding dengan jumlah ruas jalan yang ada sehingga menyebabkan kemacetan, pemborosan penggunaan bahan bakar, kebisingan serta tingginya tingkat polusi dan pemandangan yang tidak enak karena lalu lintas yang semrawut. Untuk menyikapi masalah tersebut transportasi angkutan sungai dapat digunakan sebagai pilihan alternatif. Bagi Kota Pekanbaru keberadaan transportasi air merupakan hal yang sangat penting untuk mendukung perkembangan wilayah dan distribusi potensi ekonomi yang dimilikinya. Transportasi air (termasuk transportasi sungai) telah ada sejak dahulu, walaupun pada masa tersebut moda dan prasarana yang digunakan masih sederhana (misalnya menggunakan batang kayu yang dilubangi menjadi perahu dan tenaga manusia dengan mendayung). Transportasi sungai sebagai bagian dari transportasi air memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
Prasarana yang digunakan bersifat alami, baik yang memang dibiarkan alami (sungai) atau alami dengan pengaturan (sungai diperlebar atau dikeruk).
57
Tergantung oleh kondisi fisik alami prasarana, misalnya debit air sungai, kecepatan aliran air sungai, lebar dan kedalaman sungai, dll. Sifat kealamiahannya berpotensi dipengaruhi oleh kegiatan manusia lainnya (pencemaran, pemukiman, dll), sehingga pemeliharaan sangat diperlukan. Cenderung bebas hambatan, sebab prasarana (jaringan) yang tersedia cukup luas, sehingga potensi kemacetan atau bertabrakan sangat kecil. Membutuhkan alur pelayaran khusus dan pelabuhan sebagai simpul pergerakan kapal yang memenuhi persyaratan teknik tertentu. Cenderung memiliki biaya transportasi yang murah, terutama untuk pergerakan barang.
Mengingat perannya yang sangat penting di Kota Pekanbaru, maka transportasi sungai perlu untuk dikembangkan. Salah satu kegiatan pengembangan transportasi sungai secara lebih lanjut adalah melalui kegiatan Studi Penyusunan Konsep Pedoman di Bidang Transportasi Sungai dan Danau ini. Kegiatan ini dilakukan agar tercipta suatu pedoman untuk meningkatkan pelayanan transportasi sungai pada level yang paling optimal.
4. Kondisi Transportasi Eksisting Kota Pekanbaru dibelah oleh Sungai Siak, yang merupakan sungai yang sangat penting sebagai prasarana angkutan sungai yang mengalir dari barat ke timur. Memiliki beberapa anak sungai antara lain : Sungai Umban Sari, Air Hitam, Siban, Setukul, Pengambang, Ukui, Sago, Senapelan, Limau, Tampan dan Sungai Sail. Sungai Siak juga merupakan jalur perhubungan lalu lintas perekonomian rakyat pedalaman ke kota serta dari daerah lainnya. Selain dukungan kondisi aliran sungai yang memadai, keberadaan transportasi sungai juga memerlukan dukungan infrastruktur pelabuhan sebagai titik pengumpul pergerakan sungai yang memadai, tempat menaikkan dan menurunkan penumpang, serta tempat bongkar muat barang. Prasarana sungai di Pekanbaru mengalami perkembangan pesat pada tahun 2005 dengan semakin bertambahnya jumlah penumoang yang menggunakan layanan angkutan sungai dan danau. Beberapa rute yang terlayani termasuk dalam alur transportasi sungai Provinsi Riau. Sungai Siak merupakan sungai yang memiliki kedalaman cukup tinggi bagi pelayaran (8-21 meter), sehingga dapat memberikan kemudahan bagi kapal-kapal dengan berbagai variasi kutan untuk menyusuri sungai Siak. Beberapa rute yang masuk dalam layanan transportasi sungai diantaranya.
58
Kota Pekanbaru melalui Sungai Siak melayani hubungan antar pusat-pusat permukiman di kabupaten-kabupaten bersangkutan termasuk Pelalawan pada lintasan Sei Duku (Pekanbaru) – Perawang – Butan – Siak- Sri Indripura – Sei Apit – Sei Pakning – Bengkalis. Kabupaten Rokan Hilir melalui Sungai Rokan melayani hubungan antar pusat-pusat permukiman di Kabupaten Rokan Hilir, yakni lintasan: Bagan Siapiapi – Pulau Halang – Panipahan. Kabupaten Indragiri Hilir melalui Sungai Indragiri yang melayani hubungan antar pusat-pusat permukiman di Kabupaten Indragiri Hilir dan Kabupaten Indragiri Hulu pada lintasan antara Rengat – Tembilahan – Enok – Kuala Enok – Kuala Lahang – Teluk Kambang – Pulau Kijang – Sei Guntung. Kabupaten Kampar melali Sungai Kampar melayani hubungan antar pusat-pusat permukiman di Kabupaten bersangkutan pada lintasan Pangkalan baru – Langgam – Nilo Kerinci – Teluk Meranti. Kabupaten Bengkalis melalui Selat Bengkalis melayani hubungan pusat-pusat permukiman di Pulau Bengkalis dan Pulau Sumatera pada lintasan Bengkalis – Sungai Pakning dan Bengkalis – Mengkapan (Air putih).
5. Data Pelabuhan Eksisting Pelabuhan sungai di Pekanbaru tersebar di beberapa titik lokasi. Saat ini, sebagian besar pelabuhan sungai yang ada di Kota Pekanbaru masih ada yang belum dilengkapi dengan berbagai fasilitas sesuai dengan standar minimal yang dibutuhkan, demikian juga kondisi sebagian dari fasilitas (kelengkapan dermaga) ada banyak yang telah mengalami kerusakan. Sebaran dermaga di Pekanbaru dapat dilihat pada gambar berikut ini.
59
Gambar 4.2 Peta Pelabuhan Eksisting di Pekanbaru Pelabuhan sebagai infrastruktur yang menunjang kegiatan pengangkutan sungai dan danau di Pekanbaru tersebar di beberapa lokasi diantaranya. Tabel 4.1 Nama-nama Pelabuhan di Pekanbaru No 1 2 3 4 5 6 7 8
60
Nama Pelabuhan TEMBILAHAN MUMPA MENGKAPAN SUNGAI PAKNING SEI SELARI BENGKALIS SEL.PANJANG SENAYANG
Lokasi Kabupaten Bengkalis Pelalawan Pelalawan Siak Bengkalis Siak Siak -
Kota
-
No 9 10 11 12 13 14 15
Nama Pelabuhan TJ.PINANG TANJUNG BALAI LETUNG SERASAN SUBI RUMBAI RAYA TELAGA PUNGGUR
Lokasi Kabupaten Kota Pekanbaru Kota Dumai
Kota S. Pakning -
Sumber : Dit. LLASD
6. Data Lalu-lintas Transportasi Sungai a. Trayek Sejumlah pelabuhan di Pekanbaru yang melayani trayek ke beberapa wilayah tersebar di beberapa kota dan kabupaten. Sebanyak 15 pelabuhan yang ada tersebut beroperasi dan melayani trayek-trayek angkutan sungai ke beberapa wilayah diantaranya Kabupaten Bengkalis, Kabupaten Pelalawan, Kabupatren Siak, dan juga Kota Dumai. Pengguna angkutan mulai dari orang, barang, komoditas, serta kendaraan roda 2 dan roda 4. Tabel berikut menyajikan trayek-trayek angkutan sungai yang beroperasi. Tabel 4.2. Lintas Angkutan Sungai di Pekanbaru Lokasi Pelabuhan
No
Nama Lintas
Pelabuhan 1
Pelabuhan 2
1
S.PAKINING -BENGKALIS
S.PAKINING
BENGKALIS
2
BENGKALIS-SELAT PANJANG
BENGKALIS
SELAT PANJANG
3 4 5 6
S. PAKINING-BENGKALIS BENGKALIS-TJ.BALAI RUMBAIRAYA-MUMPA BENGKALIS -MENGKAPAN
S.PAKINING BENGKALIS RUMBAIRAYA BENGKALIS
BENGKALIS TJ.BALAI MUMPA MENGKAPAN
Jarak (mil)
8 30 5 10
Sumber : Dit. LLASD b. Ticket Penyelenggaraan lalulintas angkutan sungai di Pekanbaru telah memiliki sistem ticketing dan scheduling secara terstruktur dengan memaksimalkan management waktu dan perhitungan kebutuhan penumpang. Beberapa bentuk ataupun model tiket telah mencantumkan informasi-informasi terkait dengan perjalanan mulai dari waktu, nama kapal, jadwal hingga harga. Beberapa contoh tiket dan loket disajikan pada gambar di bawah ini.
61
Gambar 4.3 Model tiket yang digunakan untuk angkutan sungai di Pekanbaru B.
Palangkaraya
1. Gambaran Umum Wilayah Lokasi studi di Kalimantan Tengah yang dimaksud dalam studi ini adalah Transportasi Sungai dan Danau di kota Palangkaraya. Secara geografis, Kota Palangka Raya terletak pada : 113°30¢ – 114°07¢ Bujur Timur dan 1°35' – 2°24’ Lintang Selatan.Wilayah administrasi Kota Palangka Raya terdiri atas 5 (lima) wilayah Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut, Sabangau, Jekan Raya, Bukit Batu dan Rakumpit yang terdiri dari 30 Kelurahan dengan batas-batas sebagai berikut : Sebelah Utara: Kabupaten Gunung Mas Sebelah Timur: Kabupaten Gunung Mas Sebelah Selatan: Kabupaten Pulang Pisau Sebelah Barat: Kabupaten Katingan Kota Palangka Raya mempunyai luas wilayah 2.678,51 Km2 (267.851 Ha) dibagi ke dalam 5 Kecamatan yaitu Kecamatan Pahandut, Sabangau, Jekan Raya, Bukit Batu dan Rakumpit dengan luas masingmasing 117,25 Km2, 583,50 Km2, 352,62 Km2, 572,00 Km2 dan
62
1.053,14 Km2. Luas wilayah sebesar 2.678,51 Km2 dapat dirinci sebagai berikut : 1. Kawasan Hutan : 2.485,75 Km2 2. Tanah Pertanian : 12,65 Km2 3. Perkampungan : 45,54 Km2 4. Areal Perkebunan : 22,30 Km2 5. Sungai & Danau : 42,86 Km2 6. Lain-lain : 69,41 Km2 2. Data Tata Ruang Secara administratif, Kota Palangka Raya terdiri atas 5 kecamatan, yakni: Pahandut, Jekan Raya, Bukit Batu, Sebangau, dan Rakumpit. Kota ini dibangun pada tahun 1957 (UU Darurat No. 10/1957 tentang Pembentukan Daerah Swatantra Tingkat I Kalimantan Tengah) dari hutan belantara yang dibuka melalui Desa Pahandut di tepi Sungai Kahayan. Palangka Raya merupakan kota dengan luas wilayah terbesar di Indonesia.Sebagian wilayahnya masih berupa hutan, termasuk hutan lindung, konservasi alam serta Hutan Lindung Tangkiling.
Gambar 4.4 Kawasan Provinsi Kalimantan Tengah dan Kota Palangkaraya 3. Kondisi Transportasi Sungai dan Danau Ditengah kota Palangkaraya dibelah oleh 1 buah sungai besar, yaitu Sungai Kahayan. Sebagai sarana transportasi dapat menggunakan kapal kecil, seperti jukung, getek dan kelotok. Juga terdapat 3 buah sungai buatan, yaitu Pangaringan I, Pangaringan II dan Pangaringan III.
63
Tabel 4.3 Angkutan Sungai dan Danau No 1 2 3 4 5 6 7
Pelabuhan Bahaur Jenamas Katingan Kota waringin lam Kuala pembuang Kuala kapuas Pulau telo
Tipe dermaga
Platform
Pontoon Pontoon
Tahun Pembangunan 1999 1997 2004 1997 1997 1997 1999
Kabupaten Waringin
Kapuas Kapuas
Sumber : Dit.LLASDP 4. Data Transportasi Eksisting Kota Palangkaraya dibelah oleh Sungai Kahayan yang mempunyai arti penting bagi transportasi untuk menghubungkan pusat Ibu kota Kalimantan Tengah dengan kota-kota lain di pedalaman maupun pesisir seperti Pangkalan Bun dan Sampit sebagai gerbang masuk Kalimantan Tengah. Oleh karena itu fungsi sungai dan dermaga menjadi sangat vital bagi pergerakan barang, penumpang dan jasa di kota Palangkaraya. Walaupun secar perlahan moda transportasi SDP mulai tergusur oleh moda transportasi darat, namun untuk angkutan barang antar kabupaten di propinsi Kalimantan Tengah jalur transportasi melalui sungai masih menjadi pilihan utama.
Gambar 4.5 Kondisi Sungai Kahayan yang melintasi Kota Palangkaraya Prasarana angkutan sungai di Kojta Palangkaraya adalah dermaga,yaitu ada 6 sungai ; 1) Rambang, 2) Flamboyan, 3) Tangkiling, 4) K.Bangkirai, 5) Sei Gohong, 6) Tj.Pinang. Saat ini semua dermaga tersebut sedang dilakukan rehabilitasi guna menambah kapasitas.
64
Tabel 4.4 Lalu-Lintas Angkutan Sungai di Kota Palangkaraya No
Uraian
1.
Kapal (unit) Datang Berangkat Barang (ton) Bongkar Muat Barang (ton) Bongkar Muat
2.
2.
Tahun 2004 2005
2002
2003
2006
2007
1.195 1.180
1.210 1.220
1.250 1.291
1.690 1.591
1.341 1.585
909 1.957
29.890 1.098
30.150 1.120
30.289 1.132
31.719 1.331
31.600 2.603
13.222 7.380
17.948 17.967
18.298 18.007
18.417 18.800
20.451 18.996
16.031 18.996
11.584 11.004
Sumber : Dit.LLASDP Angkutan sungai di Kalimantan Tengah merupakan urat nadi perekonomian masyarakat dimana sisi transportasi angkutan sungai ini paling banyak digunakan, hal ini terkait dengan kondisi geografis dan keadaan alam daerah tersebut yang sangat banyak memiliki anak sungai yang saling menghubungkan antara daerah satu dengan daerah lainnya. Sungai-sungai di propinsi Kalimantan Tengah terdiri atas sungai besar dimana panjang keseluruhan sungai tersebut adalah 4.625 km, sedangkan yang dapat dilayari sepanjang 3.280 km. Seperti sudah dijelaskan sebelumnya bahwa angkutan sungai merupakan bagian angkutan yang komplementar dengan angkutan darat, sehingga perlu dilihat sambung menyambung antar prasarana jalan dengan prasarana angkutan sungai dalam melayani pergerakan barang dan penumpang di wilayah Kalimantan Tengah maupun ke Kalimantan Selatan.
Gambar 4.6 Beberapa model angkutan sungai di Palangkaraya (bus sungai, kapal klotok) Pada saat ini lintas Banjarmasin – Palangkaraya atau sebaliknya dilayani oleh angkutan sungai tanpa harus memutar keluar keluar
65
melalui laut jawa dan masuk lagi ke pulang Pisa uterus ke Palangkaraya. Pada tahun 2006 tercatat jumlah penumpang yang menggunakan sarana angkutan sngai berdasarkan OD survey tahun 2005 sebanyak 8.073.225 juta penumpang. Produktifitas angkutan sungai lintas Kalimantan Tengah – Kalimantan Selatan dengan menggunakan speed boat cukup tinggi namun setelah dibukanya jalan darat antara lintas Banjarmasin- Palangkaraya penumpang angkutan sungai semakin berkurang, mengingat waktu tempuh dan factor keamanan menjadi pertimbangan. Tabel 4.5 Jumlah Angkutran Sungai Di Kabupaten/Kota Palangkaraya Dalam 2007 NO 1 2 3 4 5 6 7
JENIS KAPAL JUMLAH Motor Boat 15 Motor Getek 40 Speed Boat 30 Long Boat 15 Truk Air 20 Bis Air 15 Tongkang 5 Sumber : Dinas Perhubungan Kalimantan Tengah 2008
5. Data Pelabuhan Eksisting Berdasarkan gambaran transportasi sebelumnya, diketahui bahwa pelabuhan di palangkaraya terletak di dua kabupaten diantaranya kabupaten Kapuas dan kabupaten kota Palangkaraya. a. Pelabuhan Sungai di Kota Palangkaraya Di Palangkaraya terdapat tujuh pelabuhan yang melayani transportasi di Sungai Kahayan, yakni Rambang, Kereng Bangkirai, Tumbang Rungan, Flamboyan, Sei Gohong, Tangkiling, dan Tanjung Pinang. Sementara itu, prasarana transportasi berupa dermaga kecil yang terbuat dari kayu juga ada di hampir seluruh kelurahan di Kota Palangkaraya. Umumnya, pelabuhan itu dipergunakan untuk angkutan dan bongkar muat sembako dan bahan-bahan hasil komoditi warga seperti karet. Beberapa dermaga yang beroperasi di Palangkaraya diantaranya. Tabel 4.6 Dermaga Sungai di Palangkaraya No 1 2 3 4 5
66
Nama Dermaga Dermaga Rambang Dermaga Tangkiling Dermaga Bereng Bengkel Dermaga Kereng Bangkirai Dermaga Marang
Lokasi Sungai Kahayan Sungai Rungan Sungai Kahayan Sungai Sebangau Sungai Rungan
Kondisi
Sumber : www.exelbyte.com/transportasi air di Palangkaraya
Pengoperasian angkutan sungai di Palangkaraya juga dilengkapi dengan sarana dan prasarana termasuk pelabuhan penyeberangan yang saat ini telah beroperasi. Berikut ini beberapa lokasi pelabuhan di Palangkaraya yang masih difungsikan. Tabel 4.7 Pelabuhan di Palangkaraya LOKASI KOTA
NO
NAMA PELABUHAN
KABUPATEN
1
KUALA KAPUAS I
KAPUAS
-
-
2
KUALA KAPUAS II
KAPUAS
-
-
3
PULANGPISAU
KAPUAS
-
-
4
PULAU TELO I
KAPUAS
-
-
5
PULAU TELO II
KAPUAS
-
-
-
-
-
-
6
PALANGKARAYA I
7
PALANGKARAYA II
KOTA PALANGKARAYA KOTA PALANGKARAYA
PULAU
LINTASAN YANG DILAYANI KUALA KAPUAS SEBERANG KUALA KAPUAS SEBERANG PULANGPISAU KELAWA PULAU TELO SEBERANG PULAU TELO SEBERANG PALANGKARAYA SEBERANG PALANGKARAYA SEBERANG
Sumber : Dit.LLASDP
Pelabuhan Rembang yang beroperasi di Palangkaraya merupakan salah satu pelabuhan yang difungsikan sebagai terminal keluar-masuk penumpang ataupun barang menuju wilayah lain. Saat ini pelabuhan Rembang direncanakan menjadi pelabuhan dengan standar memadai dimana kelengkapan infrastruktur yang diharapkan dapat meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelayanan angkutan sungai secara lebih optimal. Berikut desain pelabuhan Rembang di Kota Palangkaraya.
Gambar 4.7. Desain Dermaga Rambang, Kota Palangkaraya
67
Gambar 4.8 Peta Pelabuhan Eksisting Di Palangkaraya b. Keadaan kegiatan bongkar muat barang di pelabuhan Di bidang angkutan sungai, jumlah bongkar muat barang di tahun 2010 adalah 2.811 ton dan jumlah barang yang dimuat ada 4.995 ton. Sedangkan jumlah kedatangan dan keberangkatan penumpang masing-masing 1.859 orang dan 1.500 orang (BPS, 2010). Jenis peralatan bongkar muat yang digunakan di pelabuhan sangat tergantung kepada jenis barang yang akan dibongkar/muat. Secara umum jenis barang dimaksud dikelompokkan menjadi 3 jenis yaitu: barang yang dikemas dengan petikemas, yang semakin banyak digunakan karena
68
kecepatan bongkar muat yang tinggi sehingga mengurang waktu dan biaya yang rendah. barang umum (general Cargo), yang mulai ditinggalkan karena kecepatan bongkar muat yang lambat serta dibutuhkan biaya yang besar, tetapi pelayaran rakyat masih tetap menggunakan pendekatan ini.barang curah (kering/cair). Di Palangkaraya terdapat tujuh pelabuhan yang melayani transportasi di Sungai Kahayan, yakni Rambang, Kereng Bangkirai, Tumbang Rungan, Flamboyan, Sei Gohong, Tangkiling, dan Tanjung Pinang. Sementara itu, prasarana transportasi berupa dermaga kecil yang terbuat dari kayu juga ada di hampir seluruh kelurahan di Kota Palangkaraya. Umumnya, pelabuhan itu dipergunakan untuk angkutan dan bongkar muat sembako dan bahan-bahan hasil komoditi warga seperti karet. (RRI) Palangka Raya, 27 Februari 2012. Tabel 4.8 Bongkar Muat Barang di Pelabuhan Sungai 2006 2007 Nama No Dermaga Bongkar Muat Bongkar Muat 1 Pegatan 758 517 832 415 2 Kasongan 65.528 60.822 70.563 65.987 3 Tumbang 678 523 768 Samba 4 Puruk Cahu 33.120 8.790 35.154 8.865 5 Muara 12.911 735 11.562 787 Teweh 6 Bahaur 6 10 7 Pangkoh 60 30 8 Maliku 2 5 9 Pulang Pisau 5.225 5.200 6.543 6.538 10 Sebangu 28 295 18 301 11 Sampit 236 324 Jumlah 117.570 77.341 125.195 84.030 Sumber : Dinas Perhubungan Kalimantan Tengah dan berbagai sumber (diolah) ( - : tidak ada data)
6. Jaringan Trayek Sungai Trayek Angkutan sungai lintas Palangkaraya – Banjarmasin berupa trayek tetap dan teratur untuk penumpang umum. Selan itu, trayek juga dikelompokan menjadi 2 yaitu, trayek yang melayani antar kota antar propinsi yang menghubungkan Kalimantan Tengah dengan Kalimantan Selatan ada 24 trayek, trayek yang melayani propinsi ada 27 trayek. Khusus trayek yang menhubungkan kota Palangkaraya – Banjarmasin ada 9 trayek. Untuk pelayanan antar propinsi, trayek yang terpanjang 628 km menghubungkan Banjarmasin dengan Puruk cahu, sedangkan trayek
69
yang terpendek sepanjang 42 km yang menghubungkan Kuala Kapuas dengan Banjarmasin. Sedangkan untuk pelayanan dalam propinsi trayek yang terpanjang 179 km menghubungkan Banjarmasin dengan Alabio dan trayek yang terpendek 5 km menghubungkan Muara Kuin dengan Jelapat. Untuk trayek yang melayani Palangkaraya – Banjarmasin digunakan sarana angkutan bus air, speedboat, perahu motor,truk air dan lain-lain, seperti terlihat pada table berikut. Trayek 4.9 Angkutan Sugai Lintas Palangkaraya – Banjarmasin Dermaga Jarak Jenis Pnp No Trayek Berangkat (KM) Sarana (org) 1 Palangkaraya-Banjarmasin Banjar raya 244 Bus air 110 2 Palangkaraya-Banjarmasin Jl.Pos 238 Speedboat 30 3 Palangkaraya-Banjarmasin Armandit 238 Mtr.Getek 20 4 Palangkaraya-Banjarmasin Sudirapi 245 Truk air 45 5 Palangkaraya-Banjarmasin Martapura 275 Mtr.Getek 20 6 Kuala Kapuas-Banjarmasin Jl.Pos 40 Speedboat 18 7 Kuala Kapuas-Banjarmasin Jl.Pos 40 Longboat 35 8 Kuala Kapuas-Banjarmasin Jl.Pos 40 Prh.Mtr 50 9 Kuala Kapuas-Banjarmasin Jl.Pos 40 Truk air 45 Sumber : Dinas Perhubungan Kalimantan Tengah 2004 Sistem transportasi sungai merupakan moda transportasi yang bersifat tradisional dan sudah dimanfaatkan oleh penduduk di Kalimantan sejak masih belum tersedianya transportasi darat, hal ini didukung oleh kondisi geografis wilayahnya yang banyak dilalui oleh sungai-sungai. Desa-desa yang menjadi bagian wilayah Kota Palangka Raya sebagian berada di tepi sungai sehingga bila transportasi darat mengalami gangguan akibat kondisi jalan yang kurang baik disaat musim hujan, maka transportasi sungai menjadi pilihan oleh sebagian penduduk untuk menjalankan aktifitas perekonomian. Beberapa sarana transportasi air yang ada di Kota Palangkaraya diantaranya: Tabel 4.10 Sarana Transportasi Air Di Kota Palangkaraya No 1 2 3 4 5 6 7 8
70
Jenis Sarana Pengelola Transportasi Ferry Swasta Swasta Motor Boat Swasta Motor Getek Swasta Speedboat Swasta Longboat Swasta Truk air Swasta Bis air Swasta Tongkang Sumber : www.exelbyte.com/transportasi air di Palangkaraya
7. Dermaga singgah Kondisi dermaga singgah untuk angkutan sungai di Palangkaraya telah dilakukan dengan peningkatan kapasitas dermaga sungai dan penambahan jumlah sarana, pemeliharaan anjir dan kanal yang merupakan saran yang mengubungkan sunagi besar dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan mengurangi tingkat kecelakaan.
Gambar 4.9. Kondisi dermaga kayu di Sungai Kapuas 8. Kegiatan Navigasi Sungai Mengenai kegiatan navigasi sungai dan danau ada 19 macam rambu larangan dengan bentuk segi empat ppersegi panjang dan lingkaran, 21 macam rambu wajib dengan bentuk empat persegi panjang, segitiga sama sisi dan papan putih, 17 macam rambu peringatan dengan bentuk bujur sangkar, kerucut dan papan putih. Rambu-rambu tersebut terbuat dari aluminium yang ditem;patkan dikiri/kana sungai dan harus dapat dilihat baik pada siang hari maupun dimalam hari, tinggi rambu 3.5 m dari permukaan air. Rambu dipasang dibagian sungai dengan karakteristik sebagai berikut : - Arus deras
71
- Dasar sungai - Adanya jeram pada dasar sungai - Letak delta sungai dan endapan ditepian dengan jarak terpasang ± 200 m - Daerah daimana sering terjadi dulun dan tem;pat penyelamatan - Area kotor, perjalanan diperlambat dan hati-hati - Tempat untuk berputar, berbelok, tidak boleh dilalui - Bagian kanan/kiri sungai menyempit Sepanjang sungai lintas Palangkaraya-Banjarmasin terdapat alat navigasi lampu suar dan rambu-rambu lalu lintas yang memadai. Tabel 4.11 Daftar rambu sungai lintas PalangkarayaBanjarmasin No
Lokasi Sungai, Terusan, Anjir
A
Jumlah Rambu ( Buah )
Tahun Pengadaan
Kondisi
8 48 62 103
1995 1995 1995 1995
Baik Baik Baik Baik
150 4 8 8 9 6
1996 1996 1975 1975 1975 1988
Baik Baik Baik Baik Baik Baik
LLASD Banjarmasin 1. Sungai Mantuil 2. Sungai Martapura 3. Sungai Barito 4. Sungai Alak LLASD Negara 1. Sungai Negara 2. Sungai Batanghari 3. Sungai Luang 4. Sungai Rintisan 5. Sungai Paminggir 6. Sungai Batangan LLASD Marabahan 1. Sungai Barito 2. Anjir Serapat 3. Anjir Tamban
B
191 1996 135 baik,55 rusak 25 1995 Rusak 20 1995 Rusak Sumber : Dishub Prop.Banjarmasin Th 2006
9. Ticket dan Penjadwalan Angkutan sungai dan danau di Palangkaraya diusahakan oleh masyarakat setempat berupa kapal klotok dan beberapa angkutan sungai tradisional dengan berbagai ukuran. Tiket perahu masih belum memiliki standar baku dengan didasarkan pada pengelola perahu angkutan. 10.Permasalahan di Palangkaraya Inventarisasi permasalahan angkutan sungai dan danau yang ada di Palangkaraya berdasarkan informasi dari observasi, ataupun kajian pustaka diantaranya.
72
Beberapa permasalahan transportasi sungai dan danau di Palangkaraya adalah permasalahan pemeliharaan dan pengerukan anjir/ kanal yang saat ini masih memerlukan penanganan. Di beberapa lokasi ditemukan anjir berada dalam kondisi kumuh dan macet, selain itu rambu-rambu sungai yang saat ini telah terpasang dirasa masih sangat kurang karena hanya memenuhi 10 % dari kebutuhan yang seharusnya. Kondisi dermaga yang masih konvensional dibeberapa lokasi dirasa belum dapat mengakomodir kebutuhan layanan masyarakat akan transportasi sungai, selain itu beberapa diantaranya telah rusak dan dimakan usia. Kondisi kapal yang masih tradisional telah cukup tertinggal dengan teknologi yang saat ini jauh berkembang dibandingkan dengan transportasi darat. Beberapa rancangan terhadap peningkatan kualitas angkutan sungai telah dilakukan dengan mengadakan bantuan kapal/bus air untuk angkutan sungai, namun hal itupun dirasa belum cukup meningkatkan kapasitas layanan angkutan sungai di Kota Palangkaraya. Sejak dibangunnya prasarana transportasi jalan yang menghubungkan Kota Palangkaraya - Kuala Kapuas sepanjang 145,32 km dan peningkatan pelayanan secara kontinyu, serta mulai beroperasi angku-tan umum sarana transportasi jalan (1993) dengan 2 (dua) moda angkutan umum yaitu : moda angkutan penumpang reguler dan mobil penumpang travel mengakibatkan terjadi kompetesi antara moda angkutan sungai dan moda angkutan jalan. Kondisi kapal Berdasarkan hasil wawancara pembuatan kapal kayu yang beroperasi di sekitar Palangkaraya terbuat dari kayu ulin (Eusideroxylon swageri), digerakkan menggunakan mesin diesel berbahan bakar solar. Alat transportasi berupa perahu dengan dominasi bahan kayu tersebut memiliki kapasitas penumpang bervariasi, mulai klotok berukuran kecil yang berisi 5 penumpang (biasanya untuk transportasi dalam satu desa dan tidak memiliki atap), dan klotok berukuran besar berkapasitas 15 – 30 orang untuk melayani rute yang menghubungkan antar kecamatan. Perahu klotok besar dilengkapi dengan stir seperti kendaraan roda empat dan dikemudikan oleh seorang motoris, sementara satu orang di belakang bertugas mengarahkan baling-baling dan membuang air sungai yang masuk ke dalam perahu. Para penumpang biasanya duduk di deretan depan dan tengah perahu, sementara itu barang-barang bawaan atau belanjaan diletakkan di bagian belakang.
73
Beberapa kendala yang dihadapi adalah menyusutnya sungai saat musim kemarau yang menyebabkan berhentinya operasi kapal klotok dan kenaikan BBM yang saat ini menyebabkan biaya operasional menjadi tinggi sehingga peningkatan kualitas layanan menjadi terkendala. Semakin dangkal Sungai Barito pada beberapa titik yang berdampak pada terhambatnya distribusi BBM karena kapal tanker Pertamina sulit masuk dermaga. Pendangkalan Sungai Mentaya (Sampit) menghambah distribusi barang dan komoditas perkebunan.Pendangkalan ini terjadi pada beberapa titik dan telah terjadi selama 2 tahun terakhir. Pendangkalan di DAS Kumai menyebabkan sedikit terhambatnya distribusi hasil kebun di Kotawaringin Barat. Pendangkalan Sungai Kahayan, menghambat beberapa kapal bersandar di Dermaga Rambang (Palangka Raya) sehingga menggangu distribusi barang di Palangka Raya. Berbagai langkah persiapan yang telah dilakukan pemerintah daerah, yaitu dengan menganggarkan pengerukan sungai-sungai tersebut diatas tahun 2009 seperti yang telah dilakukan Kabupaten Kotawaringin Barat dan Timur dengan bekerja sama dengan Pelindo III selaku pengelola dermaga dan dinas perhubungan. Disamping itu, pemerintah daerah tengah menyiapkan rancangan peraturan daerah sebagai pedoman pelaksanaan PP No. 82 tahun 1999 dan Keputusan Menteri perhubungan KM 73 tahun 2004 tentang penyelenggaraan angkutan sungai dan danau. Kebijakan yang ada Saat ini angkutan sungai di Palangkaraya telah masuk dalam program percepatan realisasi, rehabilitasi dan peningkatan 5 koridor sistem angkutan sungai yaitu koridor Sungai Kapuas, koridor Sungai Sampit, koridor Sungai Barito, koridor Sungai Kahayan dan koridor Sungai Mahakam. Saat ini aturan pentarifan di Palangkaraya didasarkan pada Perda provinsi Kalimantan Tengah Tahun 12 tahun 2008 mengenai retribusi angkutan laut, sungai danau dan penyeberangan dalam wilayah provinsi Kalimantan selatan. C. Jambi
1. Gambaran Umum Wilayah Kota Jambi dengan luas wilayah ± 205.38 km² (berdasarkan UU No. 6 tahun 1986), terletak pada kordinat 01° 30’ 2.98"-01° 7’ 1.07" dan 103° 40’ 1.67"- 103° 40 0.23". Secara administratif keberadaan Kota Jambi berada di Provinsi Jambi dan merupakan ibukota. Secara geomorfologis Kota Jambi terletak di bagian Barat cekungan Sumatera bagian selatan yang disebut Sub-Cekungan Jambi, yang merupakan dataran rendah di Sumatera Timur. Ditilik dari topografinya, Kota
74
Jambi relatif datar dengan ketinggian 0-60 m diatas permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Sungai Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.700 km, dari Danau Atas - Danau Bawah (Sumatera Barat) menuju Selat Berhala (11 km yang berada di wilayah Kota Jambi) dengan kelebaran lebih kurang 500 m. Sungai Batanghari membelah Kota Jambi menjadi duabagiandisisiutaradanselatannya. Kota Jambi beriklim tropis dengan suhu rata–rata minimum berkisar antara 22,1-23,3°C dan suhu maksimum antara 30,8-32,6°C (data tahun 2005). Kelembaban udara berkisar antara82-87%. Hujan terjadi sepanjang tahun dengan musim penghujan terjadi antara OktoberMaret dengan rata-rata 20 hari hujan/bulan, sedangkan musin kemarau terjadi antara April-September dengan rata-rata 16 hari hujan/bulan. Curah hujan sebesar 2.296,1 mm/tahun (rata-rata191,34mm/bulan). Kecepatan angin tertinggi yang tercatat, berkisar antara 7-9 knot (1 knot = 1,8 km/jam).
2. Data Tata Ruang Dari topografinya, kota Jambi relatif datar dengan ketinggian 0-60 m di atas permukaan laut. Bagian bergelombang terdapat di utara dan selatan kota, sedangkan daerah rawa terdapat di sekitar aliran Batanghari, yang merupakan sungai terpanjang di pulau Sumatera dengan panjang keseluruhan lebih kurang 1.700 km (11 km yang berada di wilayah kota Jambi dengan lebar sungai ± 500 m), sungai ini berhulu pada Danau Diatas di provinsi Sumatera Barat dan bermuara di pesisir timur Sumatera pada kawasan selat Berhala. Secara administratif berbatasan langsung dengan Kab. Muaro Jambi, Propinsi Jambi. Kota Jambi memiliki 8 kecamatan dengan 62 kelurahan.
Gambar 4.10 Peta Kawasan Provinsi Jambi dan Kota Batanghari
75
Tabel 4.12. Jarak kota Jambi ke beberapa Kota Kabupaten Kota Kota Jambi – Sengeti (ibu kota Kab.Muaro Jambi) Kota Jambi – Muaro Bulian (ibukota Kab. Batanghari) Kota Jambi – Muaro Sabak (ibukota Kab. Tanjabtim) Kota Jambi – Kuala Tungkal (ibukota Kab. Tanjabbar) Kota Jambi – Sarolangun (ibukota Kab. Sarolangun) Kota Jambi – Muaro Tebo (ibukota Kab. Tebo) Kota Jambi – Muaro Bungo (ibukota Kab. Bungo) Kota Jambi – Bangko (ibukota Kab. Merangin) Kota Jambi – Sungai Penuh (ibukota Kab. Kerinci)
Jarak ( KM ) 27 km 60 km 129 km 131 km 179 km 206 km 252 km 255 km 419 km
Sumber : Bappeda & Stasiun BMG Kota Jambi
3. Kondisi Transportasi Eksisting Sungai merupakan salah satu akses transportasi penting di Jambi. Sejak zaman Sriwijaya yang sering berhubungan dagang dengan dunia luar telah menjadikan Sungai Batanghari menjadi penghubung penting dimasa itu.Saat ini pun perahu masih menjadi sarana vital. Transportasi bagi roda perekonomian, seperti menjual es balok, sayuran, makanan, atau buah-buahan dan alat angkutan untuk anak-anak sekolah. Perahu sudah menjadi kehidupan mereka sehari-hari. Modal transportasi berupa jalan darat tidak mematikan moda transportasi Sungai Batanghari ini. Banyak kelebihan moda ini bagi masyarakat sekitar sungai.Perahu di masyarakat Jambi disebut sebagai perahu ketek, lantaran perahu ini menggunakan mesin, dan mengeluarkan suara “tek, ketek”. Perahu ketek selain digunakan sebagai angkutan penumpang, juga sebagai alat mengangkut barang, dan tempat berjualan. Panjang perahu ketek umumnya 7 meter dan lebar 1,5 meter. Mesin motor yang digunakan antara lain Yanmar TS 70, menggunakan bahan bakar solar. Dan, perahu ketek juga tetap tidak menyediakan bangku. Para penumpangnya duduk di atas papan, yang dipasang melintang di perahu. Setiap perahu mampu mengangkut penumpang maksimal 20 orang. Sejalan perkembangan alat transportasi darat, penggunaan perahu ketek oleh warga Jambi mulai berkurang. Perahu ketek, umumnya digunakan warga Jambi yang masih menetap di tepian sungai Batanghari. Tabel 4.13. Data sungai di Provinsi Jambi NO. 1
BATANGHARI
2
BATANG TEBO BATANG TEMBESI
3
76
NAMA SUNGAI
PANJANG DAPAT RATA-RATA SUNGAI DILAYARI LEBAR KEDALAMAN (KM) (KM) 200 – 1,740 1,440 4 – 12 1,200 140 140 20 – 300 7–8 350
250
80 – 320
3–8
NO.
NAMA SUNGAI
4
BATANG TABIR BATANG MERANGIN AIR HITAM LAUT BATANG BERBAK SADU PEMUSIRAN KUMPEH BATANG ASAI PENGABUAN MENDAHARA BETARA LAGAN
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
PANJANG DAPAT RATA-RATA SUNGAI DILAYARI LEBAR KEDALAMAN (KM) (KM) 245 150 20 – 150 4–5 140
60
50 – 150
3–4
50
25
3–4
42
42
35 46 65 125 120 112 110 30
35 46 55 80 75 70 65 25
25 – 150 150 – 650 30 – 130 40 – 75 20 – 30 25 – 40 75 – 500 50 – 200 70 – 180 25 – 75
8 – 10 5–6 4–5 1.5 – 2 2 – 2.5 8 – 10 6–7 5–6 5–6
Sumber: Dit.LLASD
4. Data Pelabuhan Eksisting Pelabuhan sungai di Kota Jambi merupakan infrastruktur perhububungan sungai yang penting yang menghubungkan jalur-jalur lalu lintas sungai di kota tersebut. Berdasarkan gambaran transportasi sebelumnya, diketahui bahwa pelabuhan di Kota Jambi terletak di beberapa wilayah yang akan dijelaskan sebagai berikut, diantaranya Dermaga yang ada di sungai Batanghari berjumlah 27 unit yang tersebar di beberapa wilayah, bentuk dermaga yang ada sebagai berikut 1) 2)
Dermaga Kayu Dermaga yang kostruksi lantainya terbuat dari kayu. Dermaga Beton Dermaga dengan kostruksi beton, yang dana pembangunan dari pusat yaitu DepartemenPerhubungan RI. Tabel 4.14 Data Dermaga di sungai Batanghari Dan Ukuran
NO.
DERMAGA
Konstruksi Dermaga
Luas Dermaga (P x L)
1
2
DERMAGA TANAH TIMBUN KOTA JAMBI
BETON
70 x 8,5
- TRESTLE
BETON
41,5 x 6
PONTON/KAYU
17 x 6
PONTON
10 x 4,9
- PONTON DERMAGA ARAB MELAYU
77
NO.
DERMAGA
Konstruksi Dermaga
Luas Dermaga (P x L)
3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
15 16 17 18 19 20
21 22 23 24 25 26
78
DERMAGA PELAYANGAN DERMAGA MUARO JAMBI DERMAGA MUARA BULIAN DERMAGA SUNGAI RENGAS DERMAGA MUARA TEMBESI DERMAGA SUAK KANDIS
PONTON
10 x 4,9
KAYU
12 x 8
KAYU
30 x 6
KAYU
30 x 20
KAYU
12 x 6
KAYU/PONTON
193,2 x 92
DERMAGA TELUK BUAN DERMAGA KOTO KANDIS DERMAGA SUNGAI PUDING DERMAGA KAMPUNG LAUT DERMAGA TELUK MAJELIS DERMAGA KUALA MENDAHARA DERMAGA SUNGAI TAWAR DERMAGA SIMPANG KIRI
BETON
12 x 6
BETON
15 x 12
KAYU
60 x 6
KAYU
32 x 17
KAYU
6x4
KAYU
4x5
KAYU
6,5 x 4,5
KAYU
6 x 10
DERMAGA SINAR WAJO DERMAGA SUNGAI BERAS DERMAGA BAKTI IDAMAN DERMAGA MA. SABAK TIMUR DERMAGA MARGO MULYO DERMAGA TELAGA LIMA DERMAGA KARYA BAKTI DERMAGA RANTAU MAKMUR DERMAGA SIMPANG PANGAYUTAN
KAYU
5 x 4,5
KAYU
5x5
KAYU
5x4
KAYU
12 x 13,5
KAYU
6x4
KAYU
10 x 4
KAYU
10 x 4
KAYU
8x4
KAYU
10 x 4
DERMAGA MUARO TEBO
PONTON
17 x 8
NO.
DERMAGA
Konstruksi Dermaga
Luas Dermaga (P x L)
27
DERMAGA PAUH
PONTON
15 x 5
a. Pelabuhan yang beroperasi Pelabuhan sungai yang beroperasi di Sungai Batang Berbak, Sungai Sadu, Sungai Pangabuan, dilakukan oleh instansi terkait. Kondisi dermaga di beberapa sungai tersebut dijelaskan melalui tabel berikut ini. Tabel 4.15 Pelabuhan Sungai di Sungai Batang Berbak NO.
DERMAGA
Konstruksi Dermaga
Luas Dermaga (P x L)
1
DERMAGA NIPAH PANJANG
KAYU
50 x 28
2
DERMAGA RANTAU RASAU
KAYU
14 x 4
3
DERMAGA RANTAU RASAU I
KAYU
6x4
4
DERMAGA SUNGAI RAMBUT
KAYU
10 x 4
Tabel 4.16 Pelabuhan Sungai di Sungai Sadu NO.
DERMAGA
Konstruksi Dermaga
Luas Dermaga (P x L)
1
DERMAGA SUNGAI LOKAN
KAYU
12 x 6
2
DERMAGA SIMPANG JELITA
KAYU
4,5 x 6
3
DERMAGA PARIT 3 SEI. JERUK
BETON
12 x 12
4
DERMAGA BUNGO TANJUNG
KAYU
1,5 x 5
5
DERMAGA PEMUSIRAN
KAYU
10 x 4
6
DERMAGA LAGAN TENGAH
KAYU
6,5 x 5
7
DERMAGA LAGAN ULU
KAYU
6,5 x 5
8
DERMAGA KUALA LIMBUR
KAYU
6x4
9
DERMAGA SIMBUR NAIK
KAYU
12 x 4
10
DERMAGA LAMBUR LUAR
KAYU
8x4
11
DERMAGA DESA SINGKEP
PONTON (BAJA)
12 x 12
Tabel 4.17 Pelabuhan Sungai di Sungai Pangabuan NO.
DERMAGA
Konstruksi Dermaga
Luas Dermaga
1
DERMAGA LLASDP KUALA TUNGKAL
KAYU
25 x 5
(P x L)
79
NO.
DERMAGA
Konstruksi Dermaga
Luas Dermaga
2
DERMAGA AMPERA
KAYU
25 x 5
3
DERMAGA PASAR KUATIK
KAYU
15 x 5
4
DERMAGA TANGGA RAJA ULU
PERMANENT
20 x 10
5
DERMAGA PEMUSIRAN
KAYU
10 x 4
6
DERMAGA LAGAN TENGAH
KAYU
6,5 x 5
7
DERMAGA LAGAN ULU
KAYU
6,5 x 5
8
DERMAGA KUALA LIMBUR
KAYU
6x4
9
DERMAGA SIMBUR NAIK
KAYU
12 x 4
10
DERMAGA LAMBUR LUAR
KAYU
8x4
11
DERMAGA DESA SINGKEP
PONTON (BAJA)
12 x 12
80
(P x L)
Gambar 4.11 Pelabuhan Eksisting di Kota Jambi
5. Data Lalu-Lintas Transportasi Sungai a. Trayek Pergerakan arus lalu-lintas transportasi sungai di Jambi telah memiliki trayek tetap dengan tujuan di wilayah kabupaten sekitar Jambi yang melewati sungai-sungai diantarnya Sungai Lokam, Suak Kamdis, Sarolangun dan, Ma. Tebo. Beberapa trayek yang beroperasi diantaranya
81
No 1 2 3 4 5 6 7
Tabel 4.18 Trayek arus lalu lintas transportasi sungai Asal Tujuan Keterangan Jambi S.Lokam Trayek tetap Jambi Suak Kamdis Trayek tetap Suak Kamdis Ma.Sabak Trayek tetap Jambi Ka. Tungkal Trayek tetap Suak Kamdis S.Lokam Trayek tetap Jambi Sarolangun Trayek tetap Jambi Ma. Tebo Trayek tetap Sumber : Dit LLASD b. Tarif Pengusahaan angkutan kapal sungai di Jambi masih banyak ditentukan oleh proses tawar-menawar antara produsen dengan konsumen. Hingga saat ini belum ada pedoman tarif yang distandarkan dan digunakan untuk disepakati bersama oleh para pengusaha angkutan sungai tersebut. Maka dari itu angka dasar yang digunakan untuk penentuan tarif yang dilakukan masyarakat didasarkan pada besaran biaya operasional dan margin keuntungan yang disepakati bersama. Campur tangan pemerintah saat ini hanya sebatas pada pendataan jumlah angkutan dan belum sampai pada tingkat intervensi penentuan besaran tarif angkutan sungai dan danau. Hasil observasi dan wawancara yang telah dilakukan diantaranya menunjukkan besaran tariff angkutan sungai di Jambi sebagai berikut. - Tarif dari jambi ke Dabo sebesar Rp. 115.000,00 - Tarif dari Jambi ke Nipah Panjang Rp. 30.000,00 c. Produksi Transportasi sungai di Provinsi Jambi hingga saat ini masih menghadapi kendala, antara lain; 1. Masih terbatasnya jumlah prasarana dan sarana serta fasilitas keselamatan ASDP; 2. Masih rendahnya kesadaran para pemilik kapal untuk memenuhi kelengkapan dokumen dan keselamatan kapal, dan 3. Belum adanyapenetapan jaringan trayek/lintas antar kabupaten/kota setelah pelaksanaanotonomi daerah dan semakin terbukanya akses jalan raya Lalu lintas pergerakan menggunakan transportasi darat (jalan raya) lebih mendominasi. Saat ini terdapat beberapa pelabuhan sungai, antara lain di Bom Baru (Kota Jambi), Ma Bulian, Ma Tembesi, Suak Kandis (Kab. Batanghari), Sei Bengkal, Ma Tebo (Kab. Muara
82
Tebo), Pauh, Sarolangun, Puding, Rantau Rasau, Nipah Panjang, Seil Lokan, Mendahara, dan Kampung Laut (Kab. Tanjung Jabung). Dermaga Kuala Tungkal dan Dermaga Sengeti merupakan dua dermaga yang memilikiaktivitas cukup tinggi. Sedangkan jumlah kapal yang saat ini beroperasi di Jambi adalah sebanyak 101 kapal yang telah teregistrasi di Dinas Perhubungan, dengan beberapa jenis model diantaranya kapal motor, tongkang, KM nelayan, tug boat, KM barang, dan speed boat (lihat lampiran).
Gambar 4.12 jenis-jenis angkutan sungai di jambi (tug boat, speed boat, kapal nelayan, kapal mesin) Pada bab ini disampaikan kondisi di transportasi sungai dan danau di lokasi studi yang telah disepakati, diantaranya: Pekanbaru, Jambi, Palangkaraya, dan Jayapura. Detail dari hasil survey dan gambaran lokasi studi dijelaskan sebagai berikut. D. Jayapura 1. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Jayapura terletak di antara 129°00’16”-141°01’47” Bujur Timur dan 2°23’10” Lintang Utara dan 9°15’00” Lintang Selatan, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut : Sebelah Utara : Samudera Pasifik dan Kabupaten Sarmi; Sebelah Selatan : Kabupaten Pegunungan Bintang, Kabupaten Yahukimo dan Kabupaten Tolikara;
83
Sebelah Timur : Kota Jayapura dan Kabupaten Keerom; Sebelah Barat : Kabupaten Sarmi. Luas wilayah Kabupaten Jayapura 17.516.60 km2 terbagi dalam 19 distrik, 139 kampung, dan 5 kelurahan. Populasi wilayah tersebut pada 2009 berjumlah 134.604 jiwa dan kepadatan penduduk 6,73 jiwa/km2. Penduduk terbanyak dan terpadat berada di Distrik Sentani, yaitu sebanyak 48.339 jiwa (35,39%) dengan kepadatan 178,75 jiwa/km2 dan penduduk paling sedikit/kepadatan terendah adalah Distrik Airu yaitu sebanyak 1.031 jiwa (1,55%) dengan kepadatan kurang dari 1 jiwa/km2. Sumber air di wilayah Kabupaten Jayapura terdiri dari sungai, danau dan air tanah. Sungai besar yang melintas di wilayah Kabupaten Jayapura sebanyak 4 buah, sebagian besar muara menuju ke pantai utara (Samudera Pasifik) dan pada umumnya sangat tergantung pada fluktuasi air hujan. Disamping itu terdapat sungai-sungai kecil yang merupakan sumber air permukaan yang mengalir di wilayah ini. Danau yang berada di wilayah Kabupaten Jayapura adalah Danau Sentani seluas 9.630 Ha terdapat di Distrik Sentani, Sentani Timur, Ebungfauw, dan Waibu. 2. Data Tata Ruang Berdasarkan informasi dari badang Pertanahan Nasional, kondisi topografi Kabupaten Jayapura umumnya relatif terjal dengan kemiringan 5%-30% serta mempunyai ketinggian aktual 0,5m dpl 1500m dpl. Daerah pesisir pantai utara berupa dataran rendah yang bergelombang dengan kemiringan 0%-10% yang ditutupi dengan endapan alluvial. Secara fisik, selain daratan juga terdiri dari rawa (13.700 Ha). Sebagian besar wilayah Kabupaten Jayapura (72,09%) berada pada kemiringan diatas 41%, sedangkan yang mempunyai kemiringan 0-15% berkisar 23,74%. Jarak terjauh dari Barat ke Timur adalah 336 km dan jarak terjauh dari Utara ke Selatan adalah 140 meter. Sementara itu jarak dari ibukota kabupaten ke kota kecamatan yang bias disinggahi kapal laut adalah: a. Demta : 45 mil laut b. Depapre : 35 mil laut
Tabel 4.19 Jarak tempuh kota tertentu (bagian pantai) di Kabupaten Jayapura Kota Jayapura Depapre Demta
84
Jayapura
Depapre Demta 35 45 35 10 45 10 Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Jayapura, 2009
Gambar 4.13 Kawasan Danau Sentani Jayapura 3. Data Transportasi Danau Sentani di Papua terletak antara 20.33 hingga 2041 LS dan 1400.23 sampai 1400 38 BT. Berada 70 – 90 m di atas permukaan laut. Selain itu, danau yang oleh penduduk setempat digunakan sebagai sarana transportasi ini terletak juga di antara pegunungan Cyclops. Sumber air Danau Sentani berasal dari 14 sungai besar dan kecil dengan satu muara sungai, Jaifuri Puay. Di wilayah barat, Doyo lama dan Boroway, kedalaman danau sangat curam. Sedangkan sebelah timur dan tengah, landai dan dangkal, Puay dan Simporo. Disini juga terdapat hutan rawa di daerah Simporo dan Yoka. Dalam beberapa catatan disebutkan, dasar perairannya berisikan substrat lumpur berpasir (humus). Pada perairan yang dangkal, ditumbuhi tanaman pandan dan sagu. Luasnya sekitar 9.360 Ha dengan kedalaman rata rata 24,5 meter. Disekitaran danau ini terdapat 24 kampung. Tersebar dipesisir dan pulau-pulau kecil yang ada ditengah danau. Terdapat beberapa pelabuhan di Danau Sentani yaitu Pelabuhan Yoka, Yahim, Yabaso, Puay, Ayapo, Telaga Maya, Abar, Putali, Kamiyaka, dan Simporo.
85
4. Kondisi Pelabuhan Existing Kondisi pelabuhan sungai dan danau di Jayapura didominasi oleh pelabuhan dengan material kayu yang dimanfaatkan sebagai terminal akses pelayaran melalui sungai di wilayah-wilayah kabupaten sekitarnya. Data Lokasi pelabuhan Sungai dan Danau di Danau Sentani di tunjukan pada Gambar 4.14 dan table 4.21 PETA LOKASI DERMAGA ANGKUTAN SUNGAI DAN DANAU DI JAYAPURA 140°30'0"E
140°45'0"E
Legenda :
./ /.
Ü
Dermaga Pelabuhan Khusus Pelabuhan Batas Indonesia Batas Kabupaten Sungai
Provinsi Papua 2°30'0"S
2°30'0"S
DEPAPRE
DEMTA
SENTANI
SENTANI TIMUR
SENTANI BARAT
Jayapura
ABEPURA
/.
Yokandi
Danau/ Sungai/ Laut
JAYAPURA SELATAN
/.
Doyo Lama
/.
Nendaki
Yahim
./
Danau Sentani
/. Simporo
/.
./ ./
Ifar Besar Hobong
./
Asai Besar Ayapo
/.
Khameyaka ABEPURA
KEMTUK
./
KEMTUK GRESIE
/.
Puay
Yokiwa
INZET
2°45'0"S
2°45'0"S
MUARA TAMI
0
2.5
5
10
15
20 Kilometers
SKAMTO
140°30'0"E
140°45'0"E
Skala Peta 1 :.270.000
Gambar 4.14 Lokasi pelabuhan Angkutan Danau di Danau Sentani Sebagaimana di wilayah lain keberadaan angkutan danau di Sentani merupakan implikasi kebutuhan masyarakat terhadap aksesibilitas wilayah yang hanya bisa dilakukan dengan angkutan danau. Daya tarik wisata yang besar di Danau Sentani mendorong kebutuhan terhadap penggunaan perahu atau kapal untuk transportasi wisata dan nelayan. Namun demikian, keberadaan infrastruktur pendukung berupa dermaga yang masih didominasi dengan material kayu dan beberapa diantaranya masih sangat sederhana dan minim infrastruktur penunjang, menyebabkan kenyamanan pengguna menjadi kurang. Berikut data dermaga pelabuhan di Danau Sentani, Kabupaten Jayapura. Tabel 4.20 Data Pelabuhan Di Danau Sentani No 1
Danau Sentani
Pelabuhan Yoka
Dermaga Kayu
Yahim
Kayu
Yabaso
-
Puay
86
Kayu
No
2
Danau
Paniai
Pelabuhan Ayapo
Dermaga Kayu
Telaga Maya
-
Abar
-
Putali
-
Kamiyaka
Kayu
Simporo
Kayu
Enarotali
-
Obano Sumber : Dit. LLASDP - Ditjen Hubdat,2009
5. Data Lalu Lintas Trayek angkutan di Danau Sentani telah tersedia dan menghubungkan wilayah-wilayah sekitar dengan jarak maksimal hingga 15,5 mil di wilayah Yondai. Selain itu, angkutan sungai dan danau di Sentani juga menyediakan rute/ trayek jarak dekat missal di Yoboi, ataupun Telaga Maya dengan jarak kurang dari 5 mil dengan waktu tempuh kurang 2 jam. Detil rute lintasan dan jarak trayek di Danau Sentani dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.21 Lintas Dan Jarak Trayek Di Danau Sentani No Lintasan Jarak (mil) 1 Yahim - Ajau 2 Yahim - Putali 6.5 3 Yahim - Abar 6.25 4 Yahim - Kamiaka 5.75 5 Yahim - Simporo 6.25 6 Yahim - Dondai 15.5 7 Yahim - Atamali 4.25 8 Yahim - Kadeware 15.25 9 Yahim - Yoboi 1 10 Yahim - Yoka 15 11 Dondai - Doyo Lama 8 12 Koadewarew - Doyo Lama 8.25 13 Netar - Atamali 10 14 Ayapo - Kalkotte 30 15 Ayapo - Telaga Maya 4.5 Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Jayapura, 2009
87
Gambar 4.15 Rencana Jalur Transportasi Danau Sentani Perkembangan dinamika ekonomi penduduk di sekitar Danau Sentani yang meningkat mendorong pertumbuhan pariwisata Danau Sentani yang cukup pesat. Selain itu kebutuhan terhadap akses ke wilayah-wilayah di distrik lain menginisiasi pemerintah untuk memperlebar jarak akses angkutan perairan hingga ke wilayah yang cukup jauh. Beberapa rencana trayek yang hendak direalisasikan diantaranya dapat dilihat pada tabel berikut ini. Tabel 4.22 Lintas Trayek Dan Jarak Alur Sungai Angkutan dari distrik Aureh ke Distrik Airu No Lintasan Jarak (Mill) 1 2 3
Urtia - Aurina Urtina - Marindra Urtina - Muara Nawa
90 Mill 180 Mill 150 Mill
Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Jayapura, 2009
Selain prasarana dermaga, keberadaan angkutan perairan di Danau Sentani juga sangat penting untuk dicermati. Dermaga yang masih sederhana, dengan material kayu menjadikan wilayah Danau Sentani hanya dapat diakses oleh kapal-kapal kecil, seperti kapal nelayan, kapal motor dengan bobot yang ringan (<7 GT). Bahkan di beberapa wilayah, masih ditemui beberapa kapal yang menggunakan dayung dengan tenaga mekanik. Kapal tersebut biasa digunakan nelayan untuk mencari ikan dengan jarak yang tidak terlalu jauh. Selain itu, kapal motor yang biasa digunakan untuk wisata juga banyak ditemui dengan ukuran yang kecil dan belum dilengkapi dengan perlengkapan keselamatan yang memadai. Berikut jumlah armada ASD di Kabupaten Jayapura tahun 2007.
88
Tabel 4.23 Jumlah Armada ASD di Kabupaten Jayapura Tahun 2007 No
Armada
Jumlah
Frekuensi
1
Perahu Motor Di Danau Sentani
60
65
2
Perahu Motor Di Sungai Mamberamo ( Airu) Kapal Motor
15
2
-
-
3
Sumber : Dinas Perhubungan Kab. Jayapura, 2009
6. Dokumentasi Survey a. Pelabuhan Yahim
Gambar 4.16. Pintu Gerbang Pelabuhan
Gambar 4.17. Sarana Parkir
Gambar 4.18. Fasilitas Kios Di Pelabuhan
Gambar 4.19. Dermaga
89
Gambar 4.20. Fasilitas Dermaga
Gambar 4.21. Fasilitas Penjualan Ikan
b. Pelabuhan Khalkote
Gambar 4.22. Pintu Gerbang Pelabuhan
90
Gambar 4.23. Fasilitas Kios Di Pelabuhan
Gambar 4.24. Kondisi Dermaga 1
Gambar 4.25. Kondisi Dermaga 2
Gambar 4.26. Kondisi Dermaga 3
Gambar 4.27. Kondisi Dermaga 4
Gambar 4.28. Kondisi Dermaga 5
Gambar 4.29. Bangunan di Sekitar Pelabuhan
91
E. Benchmarking angkutan sungai dan danau di Bangkok, Thailand Angkutan perairan di Thailand dapat dibedakan menjadi 2 moda: a. Angkutan Sungai (Inland waterway Transportation) dan b. Angkutan Laut (Coastal Transportation) Angkutan sungai terdiri dari jalur yaitu jalur nasional (domestic transportation) dan jalur lintas Negara (overseas transportation).
Gambar 4.30 Jaringan lintas angkutan Perairan di Thailand Chao Phraya adalah besar sungai di Thailand , dengan dataran rendah aluvial yang membentuk pusat dari negara. Sungai Chao Phraya Mengalir melalui Ibukota Bangkok dan berakhir di teluk Thailand. Pada banyak peta Eropa kuno, sungai tersebut bernama Menam atau Mae Nam, Thailand untuk "sungai". Inggris H. Warington Smyth , yang
92
menjabat sebagai Direktur Departemen Pertambangan di Siam from 1891-1896, menyebutnya dalam bukunya pertama kali diterbitkan pada tahun 1898 sebagai "Me Nam Chao Phraya." Thailand kerajaan dan mulia judul Chao Phraya dapat diterjemahkan sebagai " Grand Duke/Sungai Raja. Chao Phraya dimulai pada pertemuan dari Ping dan Nan sungai di Nakhon Sawan (juga disebut Pak Nam Pho) di provinsi Nakhon Sawan. Kemudian mengalir ke selatan untuk 372 kilometer (231 mil) dari dataran pusat ke Bangkok dan Teluk Thailand. Dalam Chainat , sungai terbagi menjadi program utama dan Chin Tha sungai, yang kemudian mengalir sejajar dengan sungai utama dan keluar di Teluk Thailand sekitar 35 kilometer (22 mil) barat Bangkok di Samut Sakhon. Dalam rendah dataran aluvial yang dimulai di bawah bendungan Chainat, kanal kecil ( Khlong ) memisahkan diri dari sungai utama. Khlongs digunakan untuk irigasi sawah di kawasan itu. Lokasi sungai adalah 13 N, 100 E. Daerah ini memiliki iklim monsoon basah, dengan lebih dari 1.400 mm curah hujan per tahun dan suhu mulai dari 33 ° C sampai 24 ° C di Bangkok. Jembatan utama yang salib Chao Phraya berada di Provinsi Bangkok: di Rama VI rel-jalan jembatan; Phra Pin-klao dekat Grand Palace , Rama VIII , sebuah menara tunggal asimetris jembatan kabel; Rama IX , semisimetris jembatan kabel, dan Jembatan mega , bagian dari Ring Road Industri. Jembatan utama yang yang melintasi Chao Phraya yang berada di Provinsi Bangkok: di Rama VI rel-jalan jembatan; Phra Pin-klao dekat Grand Palace , Rama VIII , sebuah menara tunggal asimetris jembatan kabel; Rama IX , semi- simetris jembatan kabel, dan Jembatan mega , bagian dari Ring Road Industri. Anak sungai utama Sungai Chao Phraya adalah Pa Sak Sungai , Sakae Krang Sungai , Sungai Nan), Sungai Ping dan Chin Tha Sungai . Masing-masing anak sungai (dan Chao Phraya itu sendiri) lebih lanjut didistribusikan oleh sungai kecil tambahan sering disebut sebagai khwae. Semua anak sungai, termasuk khwae lebih rendah, membentuk sebuah pola seperti pohon yang luas, dengan cabang yang mengalir melalui hampir setiap provinsi di pusat dan utara Thailand . Tidak ada anak-anak sungai dari Chao Phraya melampaui perbatasan negara. Para Nan dan Yom aliran Sungai hampir paralel dari Phitsanulok ke Chumsaeng di bagian utara provinsi Nakhon Sawan. Sungai Wang memasuki Sungai Ping dekat Sam Ngao kabupaten di provinsi Tak Di Bangkok, Chao Phraya adalah arteri transportasi utama untuk jaringan yang luas dari bus sungai-sungai lintas feri dan taksi air, juga dikenal sebagai longtails Lebih dari 15 baris perahu beroperasi pada
93
sungai dan kanal-kanal kota, termasuk jalur komuter yang terkoneksi satu sama lain dalam sistem transportasi sungai di wilayah tersebut.
Gambar 4.31 Angkutan Sungai di Chao Phraya dan fasilitasnya
Gambar 4.32 Fasilitas angkutan sungai di Chao Phraya
94
DAFTAR PUSTAKA Abubakar, Iskandar, Hedjan Kenasin, B. Barzach, 2011, “Suatu Pengantar: Pelayaran Perairan Daaratan”, Trasindo Gastama Media NSW Government: Maritime, 2010, “Boating Handbook 2010-2011 ” , Minister for Ports and Waterways Australian Standard, 2005, “Guidelines for The Design of Maritime Strustures”, Australian Standard Committee CE-030, Maritime Structures Kramidibrata, Soedjono, 2002, “Perencanaan Pelabuhan”, Penerbit ITB Kementerian Lingkungan Hidup, 2006, Profil Danau Indonesia, Jakarta Deliarnoor, N. A., 2008, Kebijakan pengelolaan pelabuhan khusus di sungai, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Padjadjaran, Bandung Mathiesen, T.C., 1990, Ro-ro safety a need for a total approach, SenW 57STEIAARGANG NR 7, 387-389. Maine State Planning Office, 1997, “The Waterfront Construction Handbook : Guidelines Design And Construction of Waterfront Facilities”, Maine State Planning Office , Maine Coastal Program Mustapadidjaja,2002. Paradigma-Paradigma Pembangunan dan Saling Hubungannyadengan Model, Strategi, dan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Pembangunan. Bahan Ceramah pada Diklatpim Tingkat 2. Jakarta Pemerintah Republik Indonesia. 2008. Undang-undang Nomor 17 Tahun 2008 tentang Pelayaran. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2000. Peraturan Pemerintah Nomor 102 Tahun 2000 tentang Standar Nasional. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2010. Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Angkutan Perairan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2004. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 52 Tahun 2004 tentang Penyelenggaraan Pelabuhan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 1980. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: KM 65 Tahun 1980 tentang Ratifikasi Solas 1974. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 1986. Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor: KM 60 Tahun 1986 tentang Ratifikasi STCW 1978. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 2006. Keputusan Menteri Perhubungan Nomor: KM 14 Tahun 2006 tentang Manajemen dan Rekayasa Lalu Lintas di Jalan. Jakarta. Pemerintah Republik Indonesia. 1994. Keputusan Kepala Badan Pembinaan Hukum Nomor: G-159 PR.09.10 Tahun 1994 tentang Petunjuk Teknis Penyusunan Naskah Akademik Peraturan Perundang-undangan. Jakarta Pemerintah Republik Indonesia. 2003. Keputusan Direktur Jenderal Perhubungan Darat Nomor: SK. 73/AP.005/DR/DRJD/2003 tentang Persyaratan Pelayanan Minimal Angkutan Penyeberangan. Jakarta.
Ryllat, Alastair, et al. 1993. Creating Training Miracles. AIM Australia. US Army, 2001, “Maintanance and Operation : Maintanance of Waterfront Facilities”, US Army Corps Of Engineers US Army, 2001, “Unified Fasilities Criteria : General Criteria For Waterfront Construction”, US Army Corps Of Engineers US Army, 1990, “Port Construction And Repair FM 5-480”, US Army Corps Of Engineers US Federal Waterway Regulation Title 33 CFR 161 - Vessel Traffic Management. NYS (New York State) Marine Service, 2010, “New York State Boaters Guide ”, State Of New York, Office of Parks, Recreation, And Historic Preservation, Bureu of Marine and Recreational Vehicles
DAFTAR SUNGAI DI PROVINSI JAMBI NO. 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
NAMA SUNGAI BATANGHARI BATANG TEBO BATANG TEMBESI BATANG TABIR BATANG MERANGIN AIR HITAM LAUT BATANG BERBAK SADU PEMUSIRAN KUMPEH BATANG ASAI PENGABUAN MENDAHARA BETARA LAGAN
PANJANG SUNGAI (KM) 1,740 140 350 245 140 50 42 35 46 65 125 120 112 110 30
DAPAT DILAYARI (KM) 1,440 140 250 150 60 25 42 35 46 55 80 75 70 65 25
RATA-RATA LEBAR
KEDALAMAN
200 – 1,200 20 – 300 80 – 320 20 – 150 50 – 150 25 – 150 150 – 650 30 – 130 40 – 75 20 – 30 25 – 40 75 – 500 50 – 200 70 – 180 25 – 75
4 – 12 7–8 3–8 4–5 3–4 3–4 8 – 10 5–6 4–5 1.5 – 2 2 – 2.5 8 – 10 6–7 5–6 5–6
Sumber : Dit.LLSAD
FASILITAS DERMAGA SUNGAI DI PROVINSI JAMBI NO.
NAMA SUNGAI DAN DERMAGA
Konstruksi Dermaga
2
3
1
FASILITAS Luas Gudang Terminal Terminal Alat Kondisi Dermaga Dermaga Tertutup Terbuka Penumpang Bongkar/ (%) 2 2 2 (P x L) (m ) (m ) (m ) Muat 4 5 6 7 8 9
TAHUN PEMBUATAN 10
SUNGAI BATANGHARI 1
DERMAGA TANAH TIMBUN KOTA JAMBI BETON 70 x 8,5 BAIK - TRESTLE BETON 41,5 x 6 BAIK - PONTON PONTON/KAYU 17 x 6 BAIK 2 DERMAGA ARAB MELAYU PONTON 10 x 4,9 RUSAK 3 DERMAGA PELAYANGAN PONTON 10 x 4,9 RUSAK 4 DERMAGA MUARO JAMBI KAYU 12 x 8 BAIK 5 DERMAGA MUARA BULIAN KAYU 30 x 6 BAIK 6 DERMAGA SUNGAI RENGAS KAYU 30 x 20 RUSAK 7 DERMAGA MUARA TEMBESI 8 DERMAGA SUAK KANDIS KAYU/PONTON 193,2 x 92 RUSAK/BAIK 9 DERMAGA TELUK BUAN BETON 12 x 6 BAIK 10 DERMAGA KOTO KANDIS BETON 15 x 12 BAIK 11 DERMAGA SUNGAI PUDING KAYU 60 x 6 RUSAK 12 DERMAGA KAMPUNG LAUT KAYU 32 x 17 RUSAK 13 DERMAGA TELUK MAJELIS KAYU 6x4 BAIK 14 DERMAGA KUALA MENDAHARA KAYU 4x5 BAIK 15 DERMAGA SUNGAI TAWAR KAYU 6,5 x 4,5 BAIK 16 DERMAGA SIMPANG KIRI KAYU 6 x 10 BAIK 17 DERMAGA SINAR WAJO KAYU 5 x 4,5 BAIK 18 DERMAGA SUNGAI BERAS KAYU 5x5 BAIK 19 DERMAGA BAKTI IDAMAN KAYU 5x4 BAIK 20 DERMAGA MA. SABAK TIMUR KAYU 12 x 13,5 BAIK `21 DERMAGA MARGO MULYO KAYU 6x4 BAIK 22 DERMAGA TELAGA LIMA KAYU 10 x 4 BAIK 23 DERMAGA KARYA BAKTI KAYU 10 x 4 BAIK 24 DERMAGA RANTAU MAKMUR KAYU 8x4 BAIK 25 DERMAGA SIMPANG PANGAYUTAN KAYU 10 x 4 BAIK 26 DERMAGA MUARO TEBO PONTON 17 x 8 TENGGELAM 27 DERMAGA PAUH PONTON 15 x 5 TENGGELAM
-
-
-
-
2009
-
-
-
-
100 200 750 -
70 -
60 60 -
-` -
1999 1999 1992/1993 1993 1995/1996 hanya kantor 1983/1984 2007* 2007/2008 1975/1976 1977/1978 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2008 1970/1971 1977/1978
SUNGAI BATANG BERBAK 1 2 3 4
DERMAGA NIPAH PANJANG DERMAGA RANTAU RASAU DERMAGA RANTAU RASAU I DERMAGA SUNGAI RAMBUT
KAYU KAYU KAYU KAYU
50 x 28 14 x 4 6x4 10 x 4
RUSAK BAIK BAIK BAIK
130 -
-
144 -
-
1974/1975 2007* 2008 2008
KAYU KAYU BETON KAYU KAYU KAYU KAYU KAYU KAYU KAYU PONTON (BAJA)
12 x 6 4,5 x 6 12 x 12 1,5 x 5 10 x 4 6,5 x 5 6,5 x 5 6x4 12 x 4 8x4 12 x 12
BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK BAIK
-
-
-
-
2008* 2007 2007/2008 2007 2008 2008 2008 2008 2008 2008 2007/2008
KAYU KAYU KAYU PERMANENT
25 x 5 25 x 5 15 x 5 20 x 10
KURANG BAIK KURANG BAIK KURANG BAIK BAIK
-
-
-
-
-
-
-
-
2004 1996 1996 2006
SUNGAI SADU 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11
DERMAGA SUNGAI LOKAN DERMAGA SIMPANG JELITA DERMAGA PARIT 3 SEI. JERUK DERMAGA BUNGO TANJUNG DERMAGA PEMUSIRAN DERMAGA LAGAN TENGAH DERMAGA LAGAN ULU DERMAGA KUALA LIMBUR DERMAGA SIMBUR NAIK DERMAGA LAMBUR LUAR DERMAGA DESA SINGKEP SUNGAI PANGABUAN
1 2 3 4
DERMAGA LLASDP KUALA TUNGKAL DERMAGA AMPERA DERMAGA PASAR KUATIK DERMAGA TANGGA RAJA ULU Keterangan: * Dermaga direhab kembali
FASILITAS DERMAGA SUNGAI DI KOTA JAMBI NO. 1 1
2 3
NAMA SUNGAI DAN DERMAGA
Konstruksi Dermaga
2 3 DERMAGA TANAH TIMBUN KOTA JAMBI BETON - TRESTLE BETON - PONTON PONTON/KAYU DERMAGA ARAB MELAYU PONTON/KAYU DERMAGA PELAYANGAN PONTON/KAYU
FASILITAS Luas Gudang Terminal Terminal Alat Kondisi Dermaga Dermaga Tertutup Terbuka Penumpang Bongkar/ (%) 2 2 2 (P x L) (m ) (m ) (m ) Muat 4 5 6 7 8 9 70 x 8,5 BAIK 41,5 x 6 BAIK 17 x 6 HANYUT 10 x 4,9 RUSAK 10 x 4,9 RUSAK -
TAHUN PEMBUATAN 10 2009
1999 1999
FASILITAS DERMAGA SUNGAI DI KABUPATEN TANJAB BARAT NO. 1 1 2 3 4
NAMA SUNGAI DAN DERMAGA 2 DERMAGA LLASD KUALA TUNGKAL DERMAGA AMPERA DERMAGA PASAR KWATIK DERMAGA TANGGO RAJO ULU
Konstruksi Dermaga 3 KAYU KAYU KAYU PERMANENT
Luas Dermaga (P x L) 4 25 x 5 25 x 5 15 x 5 20 x 10
FASILITAS Gudang Terminal Terminal Alat Kondisi Dermaga Tertutup Terbuka Penumpang Bongkar/ (%) 2 2 2 (m ) (m ) (m ) Muat 5 6 7 8 9 KURANG BAIK KURANG BAIK KURANG BAIK BAIK -
TAHUN PEMBUATAN 10 2004 1996 1996 2006
FASILITAS DERMAGA SUNGAI DI KABUPATEN BATANGHARI NO. 1 5 6 7
NAMA SUNGAI DAN DERMAGA 2 DERMAGA MUARO BULIAN DERMAGA SUNGAI RENGAS DERMAGA MUARO TEMBESI
Konstruksi Dermaga 3 KAYU BULIAN KAYU BULIAN
FASILITAS Luas Gudang Terminal Terminal Alat Kondisi Dermaga Dermaga Tertutup Terbuka Penumpang Bongkar/ (%) (P x L) (m2) (m2) (m2) Muat 4 5 6 7 8 9 30 x 6 RUSAK 30 x 20 RUSAK -
TAHUN PEMBUATAN 10 1993 1995/1996 *
Keterangan: * = hanya kantor pengawasan dan tangga turun naik penumpang
FASILITAS DERMAGA SUNGAI DI KABUPATEN MUARO JAMBI NO. 1 1 2
NAMA SUNGAI DAN DERMAGA 2 DERMAGA SENGETI / MUARO JAMBI DERMAGA SUAK KANDIS - DERMAGA - PONTON
Konstruksi Dermaga 3 KAYU BULIAN KAYU PONTON/KAYU
FASILITAS Luas Gudang Terminal Terminal Alat Kondisi Dermaga Dermaga Tertutup Terbuka Penumpang Bongkar/ (%) 2 2 2 (P x L) (m ) (m ) (m ) Muat 4 5 6 7 8 9 12 x 8 RUSAK 193 m2 92 m2
RUSAK RUSAK
-
100 -
70 -
-
TAHUN PEMBUATAN 10 1992/1993 1983/1984
DATA KAPAL ANGKUTAN SUNGAI YANG TEREGISTRASI No.
Nama Kapal
Nama Pemilik
Alamat
Tanda Selar
Jenis
KETERANGAN
1
2
3
4
6
7
15
DISHUB PROV. JAMBI JB GT 8/11-09
1.
TB. Kw. S.05
Kasmiadi
Rt. 03/01 Mendalo Laut
2.
TKG. Besi Sur 012
Surbakti
Jln. Pangeran Hidayat No. 3 Jambi
3.
TK. Sur III
Surbakti
Jln. Pangeran Hidayat No. 3 Jambi
4.
TK. Sur. 014
Surbakti
Jln. Pangeran Hidayat No. 3 Jambi
5.
TKG. Sur 01
Surbakti
Jln. Pangeran Hidayat No. 3 Jambi
6.
MB. Surbakti
Surbakti
Jln. Pangeran Hidayat No. 3 Jambi
7.
TB. Panthere II
Surbakti
Jln. Pangeran Hidayat No. 3 Jambi
GT 15/01-10
8
Tunda Sur Ex td. XXVI
Surbakti
Jln. Pangeran Hidayat No. 3
JB
JB GT 37/01-10 JB GT 22/01-10 JB GT 37/01-10 JB GT 37/01-10 JB GT 22/01-10 JB
60
Motor Tunda
73
Tongkang
68
Tongkang
74
Tongkang
67
Tongkang
66
Motor Boat
78
Tug Boat
76
Tug Boat
Jambi 9
TB. Makmur Selatan
Darmadi Tekun
Rt. 10 Talang Banjar Jambi Dusun Suka Mulya Rt. 02 Kel. Sei. Rambai Kec. Senyerang. Kab. Tanjab Barat Jln. Prof. M. Yamin, SH Rt. 18 Kel. Lebak Bandung Jambi Jln. Sultan Agung No. 50. RT 009/003 Telanai Pura Jambi
10
KM. Ojo Lali
Ilyas Hapri
11
TKG. Shinta VIII
Joni
MT. Careleks. Eks. Jhonson
PT. Carpotama Tanggang Jaya
MB. Himalaya I
M. Sidik
Lrg. Hidayat Rt.019 Kel. Rajawali Jambi
Tongkang BHT
Drs. H. Asril Sutan Amir (PT. Batanghari Tembesi)
Jln. Kelurahan Sijinjang Rt. 01 Tlp. 23520/31933
12 13
14
15
TB. Aro.
PT. Angkasa Raya Jambi
Kp. Arab Melayu (Seko) Jambi
16
TKG. Angkasa Raya
PT. Angkasa Raya Jambi
Kp. Arab Melayu (Seko) Jambi
17
TKG. Angkasa Raya I
PT. Angkasa Raya Jambi
Kp. Arab Melayu (Seko) Jambi
PT. Carpotama Tanggang Jaya
Jln. Sultan Agung No. 50. RT 009/003 Telanai Pura Jambi
TKG. S.T.G III 18
Eks. Jhonson Jaya
GT 10/01-10 JB GT 8/01-10
83
Tug Boat
99
Kapal Motor
100
Tongkang
101
Motor Tunda
90
Motor Boat
86
Tongkang
80
Tug Boat
81
Tongkang
82
Tongkang
101
Tongkang
JB GT 14/02-10 JB GT 266/02-10 JB GT 17/02-10 JB GT 7/05-10 JB GT 121/03-10 JB GT 8/01-10 JB GT 56/01-10 JB GT 56/01-10 JB GT 29 /02-10
19
MB REMCO EX WARINGIN IV
PT. Remco Jambi
Kp. Tanjung Johor Seberang Kota Jambi
20
TK REMCO IV
PT. Remco Jambi
Kp. Tanjung Johor Seberang Kota Jambi
21
TB REMCO
PT. Remco Jambi
Kp. Tanjung Johor Seberang Kota Jambi
22
TKG. Remco III
PT. Remco Jambi
Tanjung Johor Rt. 05 Seko Jambi
23
TKG. Remco II
PT. Remco Jambi
Tanjung Johor Rt. 05 Seko Jambi
24
TK REMCO V
PT Remco Jambi
Kp. Tanjung Johor Seberang Kota Jambi
26
MB REMCO III
PT Remco Jambi
Kp. Tanjung Johor Seberang Kota Jambi
27
TK Jambi Waras XII
PT Jambi Waras
Jln. Sultan Thaha Jambi
28
TK Jambi Waras XIV
PT Jambi Waras
Jln. Sultan Thaha Jambi
29
TK. Jambi Waras XV
PT. Jambi
Jln. Sultan Thaha Jambi
30
KM Jaya Sakti
Pembina Sitepu
Kota Jambi
31
TKG. Nurhayati
LimHokSing / Alek
Rt. 010 Kel. Rajawali Jambi
32
TK RKM Penyedot Pasir
CV Ridwan Karya
Jln. Lintas Timur, Pasir
JB GT 10/04-10 JB GT 68/04-10 JB GT 16/04-10 JB GT. 21 /05-10 JB GT 30/05-10 JB GT 38/04-10 JB GT 16/04-10 JB GT 68/04-08 JB GT 222/04-08 JB GT.222/04-08 JB GT 16/05-08 JB GT 89/05-10 JB
23
Motor Boat
17
Tongkang
18
Tug Boat
89
Tongkang
88
Tongkang
20
Tongkang
19
Motor Boat
12
Tongkang
13
Tongkang
14
Tongkang
31
Kapal Motor
87
Tongkang
34
Tongkang
Maju
Panjang Jambi
33
TK Makmur Permai V
Sensen bin Usman
RT 10 Talang Banjar Kota Jambi
34
TB Sinar Sentosa
Sunaryo
SDA
35
TK STJI I
Sunaryo
SDA
36
TK Sentosa Jaya
Sunaryo
SDA
37
TK Sentosa Jaya
Suparni
RT 08 Tanjung
38
TK Sentosa Jaya
Zaijen Liga
Gang Siku
39
TK STJI II
Sunaryo
Kampung Sijenjang Kota Jambi
40
TK Sentosa Jaya
Sunaryo
Kampung Sijenjang Kota Jambi
41
TKG. Mugi VII
PT. Ambasi Prima Jaya
Jln. Empirit Raya IV No.1 Rt. 5, Kel. Handil Jaya Jambi
42
TKG. Makmur Permai 07
Parmadi Tekun
Jln. Mayor Abd. Kartawirana Jambi
43
TKG. Makmur Permai III
Usman
44
TKG. Permai Makmur I
Usman
Jln. Mayor Zainal Abidin No.01 Rt. 16 Kec. Jambi Timur, Kota Jambi Jln. Mayor Zainal Abidin
GT 9/06-10 JB GT 56/06-10 JB GT 7/04-10 JB GT 13/04-10 JB GT 18/04-10 JB GT 33/04-10 JB GT 48/04-10 JB GT 34/04-10 JB GT 32/04-10
32
Tongkang
2
Tug Boat
3
Tongkang
4
Tongkang
5
Tongkang
6
Tongkang
7
Tongkang
8
Tongkang
95
Tongkang
47
Tongkang
49
Tongkang
51
Tongkang
JB GT 44/08-09 JB GT 96/08-10 JB GT 50/08-10 JB
45
KM. Hendri II
46
TKG. PT. Cas
47
TKG. Mas
Zulkarnain PT. Cas Hotman P. Sitanggang Luyanto
No. 01 Rt. 16 Kec. Jambi Timur, Kota Jambi Jln. Mesjid Nurul Jannah Rt. 03 Kel. Selamat Kec. Tetanai Pura, Jambi Jln. Emprit Raya IV No.8. Jambi Jln. Pangeran Hidayat Rt.12 Kel Suka Karya, Kec Kota Baru Jambi
GT 13/08-10 JB GT 32/09-10 JB GT 50/11-10
38
Kapal Motor
57
Tongkang
96
Tongkang
JB GT 18 /10-10
DISHUB TANJAB BARAT 1
SB. R & D
Iswadi
2
SB. RADEN
Mustafa
3
4
5
KM. KARTINI
KM. LISTA JAYA
KM. PUTRA PENGABUAN
Mardi
Saharuddin
Suroso
Ds. Parid Cagat RT. 07 Kel. Teluk Pulai Raya Dsn. Suka Mulya Kel. Sei. Rambe Kec. Pengabuan Dsn. Tanjung Mawar RT. 03 Kel. Kayu Aro Kec. Pengabuan Ds. Teladan RT. 08 Kel. Sei. Dualap Kec. Betara Kuala Tungkal Dsn. Tani RT. 58 Kel. Teluk Nilau Kec. Pengabuan
JB/TB GT.1/01-10 JB/TB
182
Speed Boat
183
Speed Boat
184
KM. Barang
185
KM. Barang
186
KM. Barang
GT.1/02-10 JB/TB 01.2/03-10 JB/TB GT.3/03-10 JB/TB GT.7/03-10
6
MB. HIKMAH
M. Taher
7
KM. ANISA
Arifin
8
KM. MEKAR INDAH
Djanuari Selamat
9
KM. SELVI JAYA I
Samsul
10
KM. SELVI JAYA II
Samsul
11
KM. IZT AZIZA
Abdul Karim
12
13
14
KM. REZEKI BARU I
KM. REZEKI BARU II
KM. ALIF
Kaspul Anwar
Kaspul Anwar
Selamat Riyadi
Dsn. Teladan RT. 01 Kel. Set Dualap Kuala Tungkal Ds. Teluk Nilau RT. 09 Kec. Pengabuan Kuala Tungkal RT. 01 Dusun Serai Kuala Tungkal JI. Bawal Ujung RT. 28 Kel. Tungkal II Kuala Tungkal JI. Bawal Ujung RT. 28 Kel. Tungkal 11 Kuala Tungkal Parid 12 RT. 20 Kel. Bram Ram Kec. Tungkal Ilir Jt. Bahari RT. 16 Kel. Tungkal II Kec. Tungkal Ilir JI. Bahari RT. 16 Kel. Tungkal 11 Kec. Tungkal Ilir JI. Gg. Cempaka RT. 03 Kel. Tungkal IV Kec. Tungkal Ilir - Kuala Tungkal
JB/TB
187
KM. Barang
188
KM. Barang
189
KM. Nelayan
190
KM. Nelayan
191
KM. Nelayan
192
KM. Barang
193
KM. Nelayan
194
KM. Nelayan
195
KM. Nelayan
GT.6/03-10 JB/TB GT.6/03-10 JB/TB GT.6103-10 JB/TB GT.4/03-10 JB/TB GT.6/03-10 JB/TB GT.2/03-10 JB/TB GT.5/04-10 JB/TB GT.6/04-10 JB/TB GT.3/04-10
15
16
SB. BINTANG CAHAYA
Ridwan
KM. BINA BAHARI
Alex Hendri
17
KM. DIQI
M. Nawawi Husni
18
KM. YULI
Widodo Pamungkas
19
20
21
KM. BINTANG LAUT IV
Lie Lim Hok Yong
KM. ANUGRAH I
Tomo
KM. ANUGRAH II
Tomo
22
KM. DOA IBU I
Fahrur Rozi
23
KM. DOA IBU II
Agus Romansyah
JI. Sudirman RT. 05 Kel. Tungkal 111 Kuala Tungkal JI. Bahari RT. 16 Kel. Tungkal III Kec. Tungkal Ilir - Kuala Tungkal JI. Manunggal II RT. 08 Kuala Tungkal JI. Kihajar Dewantara RT. 04 Kuala Tungkal Jl.Kompol Zainal Abidin RT. 02 Kuala Tungkal JI. Bhayangkara RT. 12 Kel. Tungkal III Kuala Tungkal JI. Bhayangkara RT. 12 Kel. Tungkal III Kuala Tungkal JI. Kelapa Gading RT. 23 Kel. Tungkal Harapan Kuala Tungkal J1. Kemuning RT. 22 Kel. Tungkal Harapan Kuala Tungkal
JB/TB
196
KM. Nelayan
197
KM. Nelayan
198
KM. Nelayan
199
KM. Nelayan
200
KM. Nelayan
201
KM. Nelayan
202
KM. Nelayan
203
KM. Nelayan
204
KM. Nelayan
GT.3/04-10 JB/TB GT.4/04-10 JB/TB GT.6/04-10 JB/TB GT.5/04-10 JB/TB GT.4/04-10 JB/TB GT.3/04-10 JB/TB GT.3/04-10 Ai/TB GT.5/04-10 JB/TB GT.6/04-10
24
KM. DOA IBU III
Zulyadi
25
KM. DOA IBU IV
Joni Waluyo
26
27
28
29
30
31
KM. TIGA SAUDARA
KM. SIMRO
KM. BINTANG I
KM. BINTANG II
KM. BINTANG III
KM. BINTANG IV
Hasanuddin Bin Idrus Handy
Kastalani
Kastalani
Kastalani
Kastalani
JI. Kelapa Masnis RT. 22 Kel. Tungkal Harapan Kuala Tungkal JI. Prof. Dr. Sri Soedewi RT. 26 Kel. Tungkal IV - Kuala Tungkal JI. Bawal RT. 28 Kp. Nelayan Kuala Tungkal JI. Harapan RT. 12 Kel. Tungkal Harapan Kuala Tungkal JI. Kampung Nelayan RT. 26 Kel. Tungkal II - Kuala Tungkal JI. Kampung Nelayan RT. 26 Kel. Tungkal II - Kuala Tungkal Ji. Kampung Nelayan RT. 26 Kel. Tungkal II - Kuala Tungkal JI. Kampung Nelayan RT. 26 Kel. Tungkal H - Kuala
JB/TB GT.5/04-10
205
KM. Nelayan
206
KM. Nelayan
207
KM. Nelayan
208
KM. Nelayan
209
KM. Nelayan
210
KM. Nelayan
211
KM. Nelayan
212
KM. Nelayan
JB/TB GT.5/04-10 JB/TB GT.4/04-10 JB/TB GT.4/05-10 JB/T GT.3/05-10 JB/TB GT.3/05-10 JB/TB GT.3/05-10 JB/TB GT.3/05-10
32
33
34
35
36
37
38
KM. BINTANG V
KM. BINTANG VI
KM. BINTANG VII
KM. BINTANG VIII
KM. BINTANG IX
KM. MEGA JAYA I
KM. MEGA JAYA II
Kastalani
Kastalani
Kastalani
Kastalani
Kastalani
Abdul Muin
Abdul Muin
Tungkal JI. Kampung Nelayan RT. 26 Kel. Tungkal II - Kuala Tungkal JI. Kampung Nelayan RT. 26 Kel. Tungkal II - Kuala Tungkal JI. Kampung Nelayan RT. 26 Kel. Tungkal 11- Kuala Tungkal JI. Kampung Nelayan RT. 26 Kel. Tungkal II - Kuala Tungkal JI. Kampung Nelayan RT. 26 Kel. Tungkal II - Kuala Tungkal JI. Bawal RT. 01 Kel. Tungkal II Kec. Tungkal Hir - Kuala Tungkal JI. Bawal RT. 01 Kel. Tungkal 12 Kec. Tungkal Ilir - Kuala Tungkal
JB/TB 213
KM. Nelayan
214
KM. Nelayan
215
KM. Nelayan
216
KM. Nelayan
217
KM. Nelayan
218
KM. Nelayan
219
KM. Nelayan
GT.3/05-10 JB/TB GT.3/05-10 JB/TB GT.3/05-10 JB/TB GT.3/05-10 JB/TB GT.3/05-10 JB/TB GT.5/05-10 JB/TB GT.3/05-10
39
40
41
42
43
44
45
46
KM. BADAR
KM. KARMA KASIH
KM. DARA
KM. REHAN
KM. SINAR BONE I
KM. SINAR BONE II
KM. SINAR BONE III
KM. SAFA
Pardiman
Abdilah Sinaga
Afrizal Ahyar
Irwan
Kinas
Kinas
Anwar
Laude
JI. Pahlawan Lrg. Banten RT. 10 Kel. Tungkal IV - Kuala Tungkal JI. Gang Mawar RT. 23 Kel. Tungkal Harapan Kec. Tungkal Ilir JI. Ahmad 1 RT. 23 Kel. Tungkal Harapan Kec. Tungkal Ilir JI. Gang Mawar RT. 23 Kel. Tungkal Harapan Kec. Tungkal Ilir JI. Tangga Raja Ilir RT. 17 Kel. Tungkal III - Kuala Tungkal J1. Tangga Raja Ilir RT. 17 Kel. Tungkal III - Kuala Tungkal JI. Tangga Raja Ilir RT. 17 Kel. Tungkal III - Kuala Tungkal Jl. BTN Pelabuhan Permai RT. 26 Kel. Tungkal III - Kuala
JB/TB 220
KM. Nelayan
221
KM. Nelayan
222
KM. Nelayan
223
KM. Nelayan
224
KM. Nelayan
225
KM. Nelayan
226
KM. Nelayan
227
KM. Nelayan
GT.5/05-10 JB/TB GT.4/05-10 JB/TB GT.5/05-10 JB/TB GT.4/06-09 JB/TB GT.3/05-10 JB/TB GT.3/05-10 JB/TB GT.3/05-10 JB/TB GT.5/05-10
47
48
49
50
51
52
53 54
KM. MENTENG JAYA
KM. PAPADAAN
SB. BAKTIAR
SB. FITRI EXSPRESS
SB. AISYAH I
SB. AISYAH II
KM. NURLAILI KM. NAZWA
Lehend
Syamsuddin
Bahtiar Effendi
H. Ari Dawang
Muhammad Dong
Muhammad Dong Welli lrwansyah
Tungkal Gg. Alfalah RT. 10 Kel. Tungkal Harapan Kec. Tungkal Ilir Parid 20 RT. 10 Kel. Tungkal V Kec. Seberang Kota Kuala Tungkal Ds. Teluk Nilau RT. 07 Kec. Pengabuan Kuala Tungkal Ds. Selayang Pandang Kel. Kempas Jaya Kec. Senyerang Ka. Tungkal Ds. Teladan Dsn. Sei. Dualap RT. 01 Kec. Kuala Betara Kuala Tungkal Ds. Teladan Dsn. Sei. Dualap RT. 01 Kec. Kuala Betara Kuala Tungkal JI. Kalimantan Kuala Tungkal Dsn. Mekar Jati RT. 01 Kec. Pengabuan Kuala Tungkal
JB/TB
228
KM. Nelayan
229
Kapal Motor
230
Speed Boat
231
Speed Boat
174
Speed Boat
175
Speed Boat
232
Kapat Motor
233
Kapat Motor
GT.4/06-10 JB/TB GT.4/06-10 JB/TB GT.1/08-10 JB/TB GT.1/08-10 JB/TB GT.1/08-10 JB/TB GT.1/08-10 JB/TB GT.6/10-10 JB/TB GT.5/10-10
Tabel Data Dermaga Sungai Wilayah Kota Palangkaraya Fasilitas No
Nama Dermaga
Nama Sungai
1 I.
2 Kota Palangka Raya 1. Dermaga Rambang 2. Dermaga Tangkiling 3. Dermaga B. Bengkel 4. Dermaga K. Bengkirai 5. Dermaga Marang
3
4
S. Kahayan S. Rungan S. Kahayan S. Sebangau S. Rungan
Kayu Ulin Kayu Ulin Kayu Ulin Kayu Ulin Kayu Ulin
Konstruksi
Luas (m²) 5
Luas Tanah (estimasi) 6
2520 150 250 175 132
+ 1 Ha + 1 Ha + 1 Ha + 1 Ha + 1 Ha
Pemilik
Tahun Pembuatan
Kondisi
7
8
9
Pemko P.Raya Pemko P.Raya Pemko P.Raya Pemko P.Raya PemProv. Kalteng
2007 s/d 2010 2005 1987 2006 2010
Belum Serah Terima 90 50 100 Belum serah terima
Koordinat
DAFTAR DATA KAPAL YANG MELAYANI TRAYEK PADA PELABUHAN SUNGAI DUKU PEKANBARU NO
NAMA KAPAL
TRAYEK
ISI KOTOR
KAPASITAS
(GT)
(ORANG)
PERUSAHAAN/ AGEN
1
SB. Siak Gemilang 1
Pekanbaru - Siak
4
35
PT. Riau Tirta Indah
2
SB. Siak Wisata 08
Pekanbaru - Siak
4
40
PT. Darma Dati
3
SB. Siak Wisata 77
Pekanbaru - Siak
5
55
PT. Darma Dati
4
SB. Siak Wisata 66
Pekanbaru - Siak
6
50
PT. Darma Dati
5
SB. Siak Wisata 1
Pekanbaru - Siak
4
36
PT. Darma Dati
6
SB. Siak Wisata 10
Pekanbaru - Siak
4
45
PT. Darma Dati
7
SB. Siak Wisata 3
Pekanbaru - Siak
4
36
PT. Darma Dati
8
SB. Siak Gemilang 2
Pekanbaru - Siak
4
38
PT. Riau Tirta Indah
JUMLAH
35
335
JAM BERANGKAT DATANG 07.00 WIB
16.45 WIB
65,000
07.30 WIB
15.30 WIB
65,000
09.30 WIB
08.40 WIB
65,000
11.30.WIB
09.40.WIB
65,000
13.00 WIB
10.40 WIB
65,000
14.30 WIB
12.30 WIB
65,000
15.00 WIB
14.10 WIB
65,000
16.00 WIB
12.30 WIB
65,000 150,000
1
MTTB. Terubuk Express 1
Pekanbaru - Bengkalis
7
32
PT. Putera Terubuk Group
08.00 WIB
11.00 WIB
2
MTTB. Alita Express 1
Pekanbaru - Bengkalis
7
52
PT. Shofa Anita Bahari
08.30 WIB
11.15 WIB
3
MTTB. Terubuk Express 2
Pekanbaru - Bengkalis
7
32
PT. Putera Terubuk Group
13.00 WIB
16.30 WIB
4
MTTB. Alita Express 3
Pekanbaru - Bengkalis
7
49
PT. Shofa Anita Bahari
13.30 WIB
16.40 WIB
JUMLAH
28
165
1
SB. Meranti Express 02 & 01
Pekanbaru - Selat panjang
21
78
PT. Citra Abadi Line
08.30 WIB
17.30 WIB
2
SB. Porti Express
Pekanbaru - Perawang
21
109
PT. Citra Abadi Line
09.00 WIB
13.00 WIB
3
SB. Garuda Express
Pekanbaru - Perawang
23
80
PT. Pelra Bintang Dariau
13.30 WIB
17.10 WIB
4
MTTB.Mahkota Express 88
Pekanbaru - Selat panjang
7
56
PT. Sinar Ramindo Indah
13.15 WIB
16.45 WIB
5
SB. Meranti Express 88 & 03
Pekanbaru - Selat panjang
21
78
PT. Citra Abadi Line
13.45 WIB
12.00 WIB
6
KM. Jelatik Express 8 & 11
Pekanbaru - Selat Panjang
174
165
PT. Rizky Arung Samudera
17.00 WIB
05.00 WIB
JUMLAH JUMLAH SEAT
267
566
330
1066
TARIF (Rp)
KETERANGAN
150,000 150,000 150,000 135,000 100,000 100,000
Sampai Selat Panjang Sampai Selat Panjang
145,000
0f
135,000 60,000
Deck
80,000
Kamar
DERMAGA / PELABUHAN PENUMPANG DAN BARANG DIWILAYAH KOTA PEKANBARU
No.
Nama Dermaga / Pemilik
Lokasi Dermaga
Konstruksi Tahun Pembuatan
Ukuran Dermaga
Keterangan
1
2
3
4
5
8
1.
Beton 2006
Ukuran Dermaga Panjang : 40 M Lebar : 6M
Ponton (2 unit)
Ukuran Dermaga Panjang : 5 M Lebar : 15 M
Sungai Siak Kel. Limbungan Kec. Rumbai Kota Pekanbaru
Beton 1951
Ukuran Dermaga Panjang : 94 M Konvensional : 92 M
Beton 1978
Ukuran Dermaga Panjang : 15 M
000 – 33’ – 060” LU
Sungai Siak Kerl. Tjg. Rhu Kec. Lima Puluh
1010 – 27’ – 795’ BT
Kota Pekanbaru
Dermaga : Pelabuhan Sungai Duku Pekanbaru 000 – 32’ – 108” LU
Sungai Siak Kelurahan Tanjung Rhu Kec. Senapelan Kota Pekanbaru
Status Kepemilikan Pemerintah Kota Pekanbaru. Pelabuhan ini dilengkapi dengan Gedung Terminla untuk Ruang Tunggu Penumpang dan Kantor untuk Petugas Dishub Kota Pekanbaru.
1010 – 27’ – 711’ BT LWS 6 Meter
2
Dermaga : Pelabuhan Ex. PT. CPI-Rumbai (PT. SHK) 000 – 33’ – 371” LU 1010 – 27’ – 050’ BT LWS 8 Meter
3
Dermaga PERTAMINA
LWS 6 Meter
Lebar
:
5M
Trestel Panjang : 16 M Lebar : 75 M
Status Kerpemilikan PERTAMINA (Persero)
1 4
2 000 – 32’ – 398” LU
3 Sungai Siak Kel. Kampung Dal;am
101 – 26’ – 773’ BT LWS 4 Meter
Kec. Senapelan Kota Pekanbaru
PT. Pelindo I
4 Beton 1986
5 Dermaga
9 Status Kepemilikan PT. Pelindo
REKAPITULASI REALISASI KUNJUNGAN KAPAL DAN PENUMPANG DI PELABUHAN SUNGAI DUKU PEKANBARU TAHUN 2009 TRAYEK DALAM NEGERI NO
BULAN
DATANG KAPAL
PENUMPANG
(BUAH)
(ORANG)
TRAYEK LUAR NEGERI
BARANG (TON) BERANGKAT
DATANG
BERANGKAT
DATANG
BERANGKAT
KAPAL
PENUMPANG
KAPAL
PENUMPANG
KAPAL
PENUMPANG
(BUAH)
(ORANG)
(BUAH)
(ORANG)
(BUAH)
(ORANG)
1
JANUARI
524
14,791
1,345
5
512
16,310
11
1,011
11
887
2
FEBRUARI
438
12,456
1,200
120
442
9,663
10
618
12
894
3
MARET
460
12,410
1,143
350
458
14,164
12
812
11
819
4
APRIL
441
11,399
1,500
190
438
11,233
11
571
12
704
5
MEI
469
12,936
1,500
16
461
12,120
13
651
13
655
6
JUNI
460
14,319
1,856
25
481
14,784
13
859
13
895
7
JULI
478
16,815
1,467
112
475
15,011
14
1,081
14
906
8
AGUSTUS
463
12,643
1,100
400
461
11,580
12
614
13
522
9
SEPTEMBER
444
15,294
1,100
400
443
16,207
12
1,136
10
820
10
OKTOBER
452
13,609
1,325
350
452
14,344
12
518
13
777
11
NOPEMBER
447
12,347
1,600
132
436
11,333
0
0
0
0
12
DESEMBER
546
16,640
1,595
85
527
13,485
0
0
0
0
JUMLAH
5622
165659
16731
2185
5586
160234
120
7871
122
7879
REKAPITULASI REALISASI KUNJUNGAN KAPAL DAN PENUMPANG DI PELABUHAN SUNGAI DUKU TAHUN 2010
NO
BULAN
DATANG KAPAL PENUMPANG (UNIT) (ORANG) 552 15,267
TRAYEK DALAM NEGERI BARANG (TON) BERANGKAT
DATANG
BERANGKAT KAPAL PENUMPANG (UNIT) (ORANG) 545 13,050
TRAYEK LUAR NEGERI DATANG BERANGKAT KAPAL PENUMPANG KAPAL PENUMPANG (BUAH) (ORANG) (BUAH) (ORANG) 0 0 0 0
1
JANUARI
995
211
2
FEBRUARI
495
13,682
950
340
487
11,216
0
0
0
0
3
MARET
549
14,117
1,203
175
548
12,869
0
0
0
0
4
APRIL
488
12,110
950
306
486
11,178
0
0
0
0
5
MEI
506
12,478
900
308
504
13,140
0
0
0
0
6
JUNI
458
12,764
913
159
457
13,262
0
0
0
0
7
JULI
496
13,206
878
168
495
13,941
0
0
0
0
8
AGUSTUS
462
11,272
823
67
454
11,773
0
0
0
0
9
SEPTEMBER
473
17,358
766
38
470
18,658
0
0
0
0
10
OKTOBER
485
11,681
923
199
488
11,944
0
0
0
0
11
NOVEMBER
483
11,892
825
105
482
12,221
0
0
0
0
12
DESEMBER
485
12,799
843
181
487
12,799
0
0
0
0
5,932
158,626
10,969
2,257
5,903
156,051
0
0
0
0
JUMLAH
REKAPITULASI REALISASI KUNJUNGAN KAPAL DAN PENUMPANG DI PELABUHAN SUNGAI DUKU DARI TAHUN 2006 S/D 2011 TRAYEK DALAM NEGERI DATANG BERANGKAT KAPAL PNPG KAPAL PNPG (UNIT) (ORANG) (UNIT) (ORANG)
TRAYEK LUAR NEGERI DATANG BERANGKAT KAPAL PNPG KAPAL PNPG (UNIT) (ORANG) (UNIT) (ORANG)
TRAYEK DALAM NEGERI & LUAR NEGERI DATANG BERANGKAT KAPAL PNPG KAPAL PNPG (UNIT) (ORANG) (UNIT) (ORANG)
NO
TAHUN
1
2006
3,896
115,307
3,890
114,981
223
27,975
223
33,747
4,119
143,282
4,113
148,728
2
2007
5,344
165,303
5,254
178,803
154
26,222
154
28,983
5,498
191,525
5,408
207,786
3
2008
5,760
177,881
5,761
195,561
158
21,378
158
22,457
5,918
199,259
5,919
218,018
4
2009
5,625
165,557
5,601
162,754
120
7,874
122
7,864
5,745
173,431
5,723
5
2010
5,932
158,626
5,903
156,051
0
0
0
0
5,932
158,626
6
2011
5,269
186,596
5,539
178,323
0
0
0
0
5,269
31,826
969,270 31,948
986,473
655
83,449
657
93,051
32,481
JUMLAH
BARANG DATANG (TON)
BERANGKAT (TON)
170,618
2185
16731
5,903
156,051
2257
10969
186,596
5,539
178,323
1813
9256
1,052,719
32,605
1,079,524
6,255
36,956
USULAN PROGRAM DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TAHUN 2010 - 2013 SATKER : DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU NO 1.
PROGRAM
TUJUAN
SASARAN
JANGKA WAKTU ESTIMASI
Program Pengendalian dan Pengamanan Lalu Lintas a. Kegiatan Pengadaan Rambu Lalu Lintas Tersedianya perlengkapan jalan Pengadaan dan pemasangan rambu pada ruas-ruas jalan Pelaksanaan Tahun 2010-2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, untuk berupa rambu yang diharapkan nasional dan provinsi dapat meminimalisir angka pengadaan rambu pada ruas jalan nasional dibiayai kecelakaan lalu lintas di jalan oleh APBN dan pada ruas jalan provinsi dibiayai oleh APBD b. Kegiatan Pengadaan Marka Jalan
Tersedianya suatu tanda yang Pengadaan marka jalan pada ruas-ruas jalan nasional dan Pelaksanaan Tahun 2010-2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, untuk berada di permukaan jalan atau provinsi diatas permukaan jalan berupa pengadaan marka jalan pada ruas jalan nasional marka jalan yang berfungsi untuk dibiayai oleh APBN dan pada ruas jalan provinsi mengarahkan arus lalu lintas dan dibiayai oleh APBD membatasi daerah kepentingan lalu lintas
c. Kegiatan Pengadaan Pagar Pengaman Jalan
d. Kegiatan Pengadaan tikungan)
Delineator
(patok
e. Kegiatan Pengadaan Cermin Tikungan
Tersedianya perlengkapan Pengadaan pagar pengaman jalan pada ruas-ruas jalan Pelaksanaan Tahun 2010-2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, untuk pengaman jalan berupa pagar nasional dan provinsi pengaman jalan berfungsi sebagai pengadaan pagar pengaman jalan pada ruas jalan pencegah pertama bagi kendaraan nasional dibiayai oleh APBN dan pada ruas jalan yang tidak dapat dikendalikan lagi provinsi dibiayai oleh APBD agar tidak keluar dari jalur jalan yang dapat menimbulkan bahaya. tanda Tersedianya perlengkapan Pengadaan Delineator (patok tanda tikungan) pada ruas- Pelaksanaan Tahun 2010-2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, untuk pengaman jalan berupa delineator ruas jalan nasional dan provinsi (patok tanda tikungan) berfungsi pengadaan Delineator (patok tanda tikungan) pada sebagai pengarah sekaligus ruas jalan nasional dibiayai oleh APBN dan pada ruas sebagai suatu peringatan pada jalan provinsi dibiayai oleh APBD malam hari bagi pengemudi di jalan raya bahwa sisi kiri atau kanan patok tanda tikungan dimaksud adalah dae
Tersedianya perlengkapan Pengadaan cermin tikungan pada ruas-ruas jalan nasional Pelaksanaan Tahun 2010-2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, untuk tambahan berupa cermin tikungan dan provinsi berfungsi sebagai alat untuk pengadaan cermin tikungan pada ruas jalan nasional menambah jarak pandang dibiayai oleh APBN dan pada ruas jalan provinsi pengemudi kendaraan bermotor. dibiayai oleh APBD
SUMBER DANA
APBN dan APBD
APBN dan APBD
APBN dan APBD
APBN dan APBD
APBN dan APBD
KETERANGAN
f. Kegiatan Zona Selamat Sekolah (ZoSS)
g. Kegiatan Manajemen dan rekayasa lalu lintas
2.
Tersedianya perlengkapan dan Pengadaan perlengkapan dan pengaman jalan pada ruas- Pelaksanaan Tahun 2010-2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, untuk pengaman jalan pada zona sekolah ruas jalan nasional dan provinsi berfungsi sebagai alat untuk pengadaan perlengkapan jalan dan pengaman jalan mengendalikan dan memperingati pada ruas jalan nasional dibiayai oleh APBN dan pengguna jalan bahwa daerah yang pada ruas jalan provinsi dibiayai oleh APBD dilalui merupakan zona selamat sekolah. Tersedianya perlengkapan dan Pengadaan perlengkapan dan pengaman jalan pada ruas- Pelaksanaan Tahun 2010-2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, untuk pengaman jalan pada daerah rawan ruas jalan nasional dan provinsi kecelakaan (black spot area) pengadaan perlengkapan jalan dan pengaman jalan berfungsi sebagai alat untuk pada ruas jalan nasional dibiayai oleh APBN dan mengendalikan dan memperingati pada ruas jalan provinsi dibiayai oleh APBD pengguna jalan bahwa daerah yang dilalui merupakan daerah rawan
Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan a. Kegiatan Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Peningkatan fungsi pengawasan Jembatan Timbang di Kab. Pelalawan terhadap berat kendaraan beserta muatannya dan kenyamanan bagi petugas jembatan timbang dalam melaksanakan tugas
b. Kegiatan Pemb. Prasarana dan Fasilitas Jembatan Peningkatan fungsi pengawasan Timbang di Kab. Indragiri Hilir terhadap berat kendaraan beserta muatannya dan kenyamanan bagi petugas jembatan timbang dalam melaksanakan tugas
c. Kegiatan Pemb. Prasarana dan Fasilitas Jembatan Peningkatan fungsi pengawasan Timbang di Kab. Rokan Hilir terhadap berat kendaraan beserta muatannya dan kenyamanan bagi petugas jembatan timbang dalam melaksanakan tugas
Pembangunan gedung operasional, gedung mess, lapangan Pelaksanaan Tahun 2010-2011 parkir kendaraan, jalan keluar masuk kendaraan, gudang - Tahun 2010 : Pembangunan lapangan parkir penyimpanan, lapangan penumpukan, rumah genset, pagar, kendaraan, jalan keluar masuk (lanjutan), rumah perambuan dan pengadaan alat penimbangan elektronik genset, dan pengadaan generator set. - Tahun 2011 : Pembangunan lapangan penumpukan, serta generator set pagar, perambuan Pembangunan gedung operasional, gedung mess, lapangan Pelaksanaan Tahun 2010-2012 parkir kendaraan, jalan keluar masuk kendaraan, gudang - Tahun 2010 : Penyusunan SID dan DED penyimpanan, lapangan penumpukan, rumah genset, pagar, - Tahun 2011 : Pembangunan gedung mess, lapangan perambuan dan pengadaan alat penimbangan elektronik parkir kendaraan, gudang penyimpanan, lapangan serta generator set pengumpatan. - Tahun 2012 : Pembangunan gedung operasional, jalan keluar masuk kendaraan, pagar, perambuan dan pengadaan alat penimbangan elektronik serta generator set Pembangunan gedung operasional, gedung mess, lapangan Pelaksanaan Tahun 2010-2012 parkir kendaraan, jalan keluar masuk kendaraan, gudang - Tahun 2010 : Penyusunan SID dan DED penyimpanan, lapangan penumpukan, rumah genset, pagar, - Tahun 2011 : Pembangunan gedung mess, lapangan perambuan dan pengadaan alat penimbangan elektronik parkir kendaraan, gudang penyimpanan, lapangan serta generator set pengumpatan. - Tahun 2012 : Pembangunan gedung operasional, jalan keluar masuk kendaraan, pagar, perambuan dan pengadaan alat penimbangan elektronik serta generator set
APBN dan APBD
APBN dan APBD
APBD
APBD
APBD APBD
APBN dan APBD
APBD APBD
APBN dan APBD
d. Kegiatan Pembangunan Dermaga Penyeberangan Menghubungkan pulau-pulau untuk Kampung Balak meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Studi AMDAL/UKL/UPL, Pembangunan Trestle, Pelaksanaan Tahun 2010 Mooring Dolphin, Breasting Dolphin, Konstruksi Pelindung - Tahun 2010 : Study UKL/UPL , Pembangunan MB, Catwalk, Konstruksi Dudukan dan Rumah Kontrol, Trestle,Mooring Dolphin,Breasting Dolphin, Pelindung Pembangunan Movable Bridge. MB, Catwalk, Dudukan dan Rumah Kontrol, Pembangunan MB
e. Kegiatan Pembangunan Dermaga Penyeberangan Menghubungkan pulau-pulau untuk Tanjung Medang meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Studi AMDAL/UKL/UPL, Pembangunan, Pelaksanaan Tahun 2010-2012 Mooring Dolphin, Breasting Dolphin, Konstruksi Pelindung - Tahun 2010 : Pembangunan Breasting Dolphin MB, Catwalk, Konstruksi Dudukan dan Rumah Kontrol, - Tahun 2011: Pembangunan Konstruksi Pelindung Pembangunan Movable Bridge. MB, Catwalk, Dudukan dan Rumah Kontrol - Tahun 2012 : Pembangunan MB
f. Kegiatan Pembangunan Dermaga Penyeberangan Menghubungkan pulau-pulau untuk Kuala Enok meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Studi AMDAL/UKL/UPL, Pembangunan, Pelaksanaan Tahun 2010-2012 Mooring Dolphin, Breasting Dolphin, Konstruksi Pelindung - Tahun 2010 : Pembangunan Trestle, Breasting MB, Catwalk, Konstruksi Dudukan dan Rumah Kontrol, Dolphin Pembangunan Movable Bridge. - Tahun 2011: Pembangunan Mooring Dolphin, Konstruksi Pelindung MB, Catwalk, Dudukan dan Rumah Kontrol. - Tahun 2012 : Pekerjaan Talud, Pembangunan MB 2013 Study UKL/UPL
g. Kegiatan Pembangunan Dermaga Penyeberangan Menghubungkan pulau-pulau untuk Pulau Burung meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Studi AMDAL/UKL/UPL, Pembangunan, Mooring Dolphin, Breasting Dolphin, Konstruksi Pelindung MB, Catwalk, Konstruksi Dudukan dan Rumah Kontrol, Pembangunan Movable Bridge.
APBN
Pembangunan Dimulai pada tahun 2007 (100%)
APBD
Pembangunan Dimulai pada tahun 2005 (100%)
100% APBN dan APBD
Pelaksanaan Tahun 2010-2012 - Tahun 2010 : Study Feasibility Stdudy - Tahun 2011: Study SID/DED - Tahun 2012 : Pembangunan Trestle, Breasting Dolphin. Pembangunan Mooring Dolphin, Konstruksi Pelindung MB, Catwalk, Dudukan dan Rumah Kontrol. - Tahun 2013: Pekerjaan Talud, Pembangunan MB , Study UKL/UPL
APBN dan APBD
100%
h. Kegiatan Pembangunan Dermaga Penyeberangan Menghubungkan pulau-pulau untuk Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan Meranti Bunting Pulau Padang (type pelencengan) meningkatkan kegiatan Parkir, Kantor , Talud dan Trestle perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Lapangan Pelaksanaan Tahun 2011 - Tahun 2011 : Study SID/DED - Tahun 2012 : Pembangunan Trestle, dan Talud - Tahun 2013 : Pembangunan Lapangan Parkir dan Kantor
APBN dan APBD
100%
i. Kegiatan Pembangunan Dermaga Penyeberangan Menghubungkan pulau-pulau untuk Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan Bantar Pulau Rangsang (type pelencengan) meningkatkan kegiatan Parkir, Kantor , Talud dan Trestle perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Lapangan Pelaksanaan Tahun 2012 - Tahun 2012 : Study SID/DED - Tahun 2013 : Pembangunan Trestle, dan Talud
APBD
50%
j. Kegiatan Pembangunan Dermaga Penyeberangan Menghubungkan pulau-pulau untuk Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan Dedap Pulau Padang (type pelencengan) meningkatkan kegiatan Parkir, Kantor , Talud dan Trestle perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Lapangan Pelaksanaan Tahun 2012 - Tahun 2012 : Study SID/DED - Tahun 2013 : Pembangunan Trestle, dan Talud
APBD
50%
k. Kegiatan Pembangunan Dermaga Penyeberangan Menghubungkan pulau-pulau untuk Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan Insit Pulau Tebing Tinggi (type pelencengan) meningkatkan kegiatan Parkir, Kantor , Talud dan Trestle perekonomian dan membuka daerah terisolir.
3.
APBD
50%
l. Kegiatan Pembangunan Dermaga Sungai di Sapat Tersedianya Fasilitas dermaga Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan , Kantor , Pelaksanaan Tahun 2011 Kecamatan Kuala Indragiri yang memenuhi syarat untuk Ruang Tunggu, Ponton Apung, Talud dan Trestle - Tahun 2011 : Study SID/DED mengkatkan perekonomian - Tahun 2012 : Pembangunan Kantor,Ruang masyarakat dan membuka daerah Tunggu,Ponton Apung,Trestle, dan Talud terisolir
APBD
50%
m. Pembangunan Dermaga Kecamatan Tempuling
APBD
50%
n. Kegiatan Pembangunan Dermaga Sungai di Kijang Tersedianya Fasilitas dermaga Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan , Kantor , Pelaksanaan Tahun 2013 Kecamatan Pulau Reteh yang memenuhi syarat untuk Ruang Tunggu, Ponton Apung, Talud dan Trestle - Tahun 2013 : Study SID/DED mengkatkan perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir
APBD
50%
o. Kegiatan Pembangunan Dermaga Sungai di Kota Tersedianya Fasilitas dermaga Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan , Kantor , Pelaksanaan Tahun 2013 Baru Kecamatan Keritang. yang memenuhi syarat untuk Ruang Tunggu, Ponton Apung, Talud dan Trestle - Tahun 2013 : Study SID/DED mengkatkan perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir
APBD
100%
p. Kegiatan Pembangunan Dermaga Belantaraya Kecamatan Gaung.
APBD
100%
Sungai
di
Lapangan Pelaksanaan Tahun 2012 - Tahun 2012 : Study SID/DED - Tahun 2013 : Pembangunan Trestle, dan Talud
Salak Tersedianya Fasilitas dermaga Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan , Kantor , Pelaksanaan Tahun 2011 yang memenuhi syarat untuk Ruang Tunggu, Ponton Apung, Talud dan Trestle - Tahun 2011 : Study SID/DED mengkatkan perekonomian - Tahun 2012 : Pembangunan Kantor,Ruang masyarakat dan membuka daerah Tunggu,Ponton Apung,Trestle, dan Talud terisolir
Sungai
di Tersedianya Fasilitas dermaga Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan , Kantor , Pelaksanaan Tahun 2013 yang memenuhi syarat untuk Ruang Tunggu, Ponton Apung, Talud dan Trestle - Tahun 2013 : Study SID/DED mengkatkan perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir
Program Pembangunan Sarana Transportasi Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan a. Kegiatan Pembangunan Kapal Penyeberangan 500 Tersedianya Sarana Angkutan Perencanaan dan Pembangunan Kapal 500 GRT GRT Lintas Dumai - Tanjung Kapal Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Tahun 2010-2011 - Tahun 2010 : Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal - Tahun 2011 : Pembangunan Lambung dan Pesangan Mesin Kapal
APBN
100%
b. Kegiatan Pembangunan Kapal Penyeberangan 500 Tersedianya Sarana Angkutan Perencanaan dan Pembangunan Kapal 500 GRT GRT Lintas Mengkapan - Kampung Balak Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Tahun 2010-2011 - Tahun 2010 : Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal - Tahun 2011 : Pembangunan Lambung dan Pesangan Mesin Kapal
APBN
100%
c. Kegiatan Pembangunan Kapal Penyeberangan 500 Tersedianya Sarana Angkutan Perencanaan dan Pembangunan Kapal 500 GRT GRT Lintas Kuala Enok - Dabo Singkep Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Tahun 2011-2012 - Tahun 2011 : Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal - Tahun 2012 : Pembangunan Lambung dan Pesangan Mesin Kapal
APBN
100%
d. Kegiatan Pembangunan Kapal Penyeberangan 500 Tersedianya Sarana Angkutan Perencanaan dan Pembangunan Kapal 500 GRT GRT Lintas Pulau Burung - Tanjung Batu. Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Tahun 2011-2012 - Tahun 2011 : Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal - Tahun 2012 : Pembangunan Lambung dan Pesangan Mesin Kapal
APBN
50%
e. Kegiatan Pembangunan Kapal Penyeberangan 500 Tersedianya Sarana Angkutan Perencanaan dan Pembangunan Kapal 500 GRT GRT Lintas Tanjung Samak (Pulau Rangsang) Penyeberangan untuk Tanjung Balai Karimun meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Tahun 2012-2013 - Tahun 2012 : Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal - Tahun 2013 : Pembangunan Lambung dan Pesangan Mesin Kapal
APBN
50%
f. Kegiatan Pembangunan Kapal Penyeberangan 300 Tersedianya Sarana Angkutan Perencanaan dan Pembangunan Kapal 300 GRT GRT Lintas Kampung Balak - Meranti Bunting. Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Tahun 2012-2013 - Tahun 2012 : Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal - Tahun 2013 : Pembangunan Lambung dan Pesangan Mesin Kapal
APBN
100%
g. Kegiatan Pembangunan Kapal Penyeberangan 300 Tersedianya Sarana Angkutan Perencanaan dan Pembangunan Kapal 300 GRT GRT Lintas Insit (Selat Panjang) - Tanjung Samak Penyeberangan untuk (Pulau Rangsang meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Tahun 2013 - Tahun 2013 : Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal
APBN
50%
h. Kegiatan Pembangunan Kapal Penyeberangan 300 Tersedianya Sarana Angkutan Perencanaan dan Pembangunan Kapal 300 GRT GRT Lintas Dedap (Pulau Padang) - Sibuk Penyeberangan untuk Kondur (Pulau Bengkalis) meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Tahun 2013 - Tahun 2013 : Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal
APBN
50%
i. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Dumai.
Pelaksanaan Tahun 2011 - Tahun 2011 : Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
j. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Tanjung Kapal
Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2011 daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2011 : Perencanaan dan pembangunan dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
APBN
100%
k. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Mengkapan
Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2011 daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2011 : Perencanaan dan pembangunan dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
APBN
100%
l. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Sei Selari
Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2011 daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2011 : Perencanaan dan pembangunan dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
APBN
100%
m. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Tanjung Medang
Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2012 daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2012 : Perencanaan dan pembangunan dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
APBN
100%
n. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Kuala Enok
Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2013 daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2013 : Perencanaan dan pembangunan dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
APBN
100%
o. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Pulau Burung
Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2013 daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2013 : Perencanaan dan pembangunan dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
APBN
100%
p. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2010 Untuk Dinas Perhubungan Kabupaten Siak (Daerah daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2010 : Perencanaan dan pembangunan Aliran Sungai Siak) (2 Unit) dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
APBN
100%
q. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2010 Untuk Dinas Perhubungan Kabupaten Indragiri Hilir daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2010 : Perencanaan dan pembangunan (Daerah Aliran Sungai Indragiri) 4 Unit) dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK (1 Undang-Undang Pelayaran No.17 Unit) tahun 2008 - Tahun 2011 : Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK (1 unit) - Tahun 2012 : Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK (2 unit)
APBN
100%
r. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2012 Untuk Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru (Daerah daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2012 : Perencanaan dan pembangunan Aliran Sungai Siak) 2 Unit dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
APBN
100%
s. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dinas Perhubungan Kabupaten Palalawan (Daerah Aliran Sungai Kampar)
Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2013 daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2013 : Perencanaan dan pembangunan dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
APBN
100%
t. Kegiatan Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dinas Perhubungan Provinsi Riau (Daerah Aliran Sungai Siak)
Terselengaranya pengawasan Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas Pelaksanaan Tahun 2010 daerah perairan sekitar dermaga penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK - Tahun 2010 : Perencanaan dan pembangunan dan kelancaran pelaksanaan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
APBN
100%
u. Kegiatan Pembangunan Kapal Bus Air Kapasitas 50 s/d 70 Penumpang untuk Dinas Perhubungan Kabupaten Indragiri Hilir Daerah Aliran Sungai Indragiri. (4 Unit)
Tersedianya jenis kapal sungai Perencanaan dan Pembangunan Kapal Bus Air kapasitas 50 Pelaksanaan Tahun 2010-2012 yang sesuai dengan karakteristik s/d 70 orang dengan rencana kecepatan 15 Knot. - Tahun 2010 : Perencanaan dan pembangunan alur yang ada dan tercapainya Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin (2 unit) daerah-daerah terisolir untuk - Tahun 2011 : Perencanaan dan pembangunan mendistribusikan penududk dan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin (1 unit) barang. - Tahun 2011 : Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin (1 unit)
APBN
100%
APBN
100%
v. Kegiatan Pembangunan Kapal Bus Air Kapasitas 50 Tersedianya jenis kapal sungai Perencanaan dan Pembangunan Kapal Bus Air kapasitas 50 Pelaksanaan Tahun 2010-2011 s/d 70 Penumpang untuk Dinas Perhubungan yang sesuai dengan karakteristik s/d 70 orang dengan rencana kecepatan 15 Knot. - Tahun 2010 : Perencanaan dan pembangunan Kabupaten Siak Daerah Aliran Sungai Siak.( 2 Unit) alur yang ada dan tercapainya Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin daerah-daerah terisolir untuk - Tahun 2011 : Perencanaan dan pembangunan mendistribusikan penududuk dan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin barang.
4.
5.
Program Pembangunan Pemasangan Alat Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan a. Kegiatan Pemasangan Rambu Sungai Daerah Tersedianya Alat Keselamatan Lalu Pelaksanaan survei Inventarisasi dan Pemasangan rambu Aliran Sungai Siak Lintas Angkutan Sungai Danau Dan sungai Penyeberangan
Pelaksanaan Tahun 2010 - Tahun 2010 : Pemasangan Rambu sungai.
APBD
100%
b. Kegiatan Pemasangan Rambu Sungai Daerah Tersedianya Alat Keselamatan Lalu Pelaksanaan survei Inventarisasi dan Pemasangan rambu Aliran Sungai Indragiri Lintas Angkutan Sungai Danau Dan sungai Penyeberangan
Pelaksanaan Tahun 2011-2012 - Tahun 2011 : Pelaksanaan Survei Inventarisasi rambu sungai. - Tahun 2012 : Pemasangan Rambu sungai.
APBD
100%
c. Kegiatan Rambu Sungai Daerah Aliran Sungai Tersedianya Alat Keselamatan Lalu Pelaksanaan survei Inventarisasi dan Pemasangan rambu Kampar Lintas Angkutan Sungai Danau Dan sungai Penyeberangan
Pelaksanaan Tahun 2011-2012 - Tahun 2011 : Pelaksanaan Survei Inventarisasi rambu sungai. - Tahun 2012 : Pemasangan Rambu sungai.
APBD
100%
Program Peningkatan Pelayanan Angkutan a. Kegiatan Pengadaan Prasarana Sistem Angkutan Peningkatan kelancaran dan Umum Massal (SAUM) di Kota Pekanbaru ketertiban lalu lintas serta pemenuhan kenyamanan dan keamanan penumpang terhadap pengguna angkutan umum
Pengadaan dan Pembangunan prasarana penunjang Pelaksanaan Tahun 2010-2012 operasional SAUM berupa ticketing system, marka jalan, - Tahun 2010 : Pengadaan dan Pembangunan fasilitas halte, safe deposit box, pembuatan celukan halte, rambu penunjang operasional SAUM berupa ticketing system standar di halte, bus prioritay control, rambu kontilever type 56 lokasi, marka jalan 1.376 m2, halte 64buah, safe F, rambu larangan stop + papan tamb deposit box 64 buah, pembuatan celukan halte 64 buah, rambu standar di halte 192 buah, bus prioritay co
APBN dan APBD
100%
b. Kegiatan Pemilihan Awak Kendaraan Teladan (AKUT) Tingkat Propinsi Riau.
Terciptanya awak kendaraan umum yang berkualitas, disiplin dan bertanggung jawab sehingga terwujudnya penurunan jumlah pelanggaran lalu lintas dan tingkat fatalitas akibat kecelakaan terutama yang disebabkan oleh faktor pengemudi.
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013. Kegiatan Rutin Tahunan Departemen Perhubungan.
APBD
100%
b. Kegiatan Lomba Tertib Lalu Lintas dan Angkutan Membina Pemerintah Daerah Terwujudnya pelayanan angkutan umum sebagai pelayanan Kota di Provinsi Riau. Provinsi dan Pemerintah Daerah publik dan sistem transportasi perkotaan yang handal dan Kabupaten/Kota dalam berkelanjutan penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan kota.
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013 Kegiatan Rutin Tahunan Departemen Perhubungan.
APBD
100%
c. Kegiatan Evaluasi Load Factor Angkutan Antar Kota Sebagai dasar pengambilan Dalam Provinsi (AKDP) di Provinsi Riau. keputusan untuk penambahan armada pada suatu trayek angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) dan sebagai dasar evaluasi tingkat ketersediaan armada terhadap kebutuhan masyarakat pengguna jasa transportasi.
Pelaksanaan Tahun 2010 dan Tahun 2012
APBD
100%
Umum Untuk mewujudkan pelayanan jasa angkutan umum yang baik guna mempersiapkan Awak Kendaraan Umum yang berkualitas, berdisiplin dan bertanggung jawab.
Tersedianya data Load Factor (LF) angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) di Provinsi Riau yang lebih terinci sehingga dapat dijadikan pedoman dalam pengambilan kebijakan mengenai terbuka dan tertutupnya suatu trayek untuk penambahan armada.
6.
d. Kegiatan Penyusunan dan Penetapan Jaringan Sebagai dasar untuk pengambilan Ditetapkannya jaringan lintas angkutan barang di Provinsi Lintas Angkutan Barang. keputusan dan lintasan angkutan Riau. barang.
Pelaksanaan Tahun 2011
APBD
100%
e. Kegiatan Pembinaan Pengusaha Angkutan Umum Untuk melakukan pembinaan Tersedianya data pengusaha angkutan umum yang masih di Provinsi Riau. kepada para pengusaha angkutan beroperasi di Provinsi Riau dan Kondisi Kelayakan Usaha. umum di Provinsi Riau sehingga tercipta iklim usaha angkutan yang sehat serta memberikan sosialisas peraturan yang berlaku dalam bidang lalu lintas dan angkutan jalan.
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013
APBD
100%
f. Pelaksanaan Keputusan Menteri Perhubungan Untuk memberikan jaminan Nomor KM 9 Tahun 2004 tentang Pengujian Tipe keselamatan secara teknis terhadap Kendaraan Bermotor. penggunaan kendaraan bermotor di jalan dan melestarikan lingkungan dari kemungkinan pencemaran yang diakibatkan oleh penggunaan kendaraan bermotor di jalan.
Terlaksananya kegiatan Uji Pertama di Dinas Perhubungan Propinsi Riau dengan diterbitkannya Surat Keterangan Bebas Uji Berkala Untuk Yang Pertama Kali dan Sertifikat Registrasi Uji Tipe.
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013
APBD
100%
g. Pemantauan dan evaluasi terhadap Daerah Rawan Tersedianya data Daerah Rawan Terwujudnya keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan di Kecelakaan sesuai dengan sifat keperluannya. Kecelakaan (DRK) untuk dasar Propinsi Riau. evaluasi dan tindak lanjut terhadap kondisi daerah yang rawan akan kecelakaan lalu lintas.
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013
APBD
100%
h. Pembinaan Terhadap Bengkel Karoseri Kendaraan Diterapkannya Petunjuk Teknis Terwujudnya produksi karoseri yang memenuhi persyaratan Bermotor di Provinsi Riau. Dirjen Perhubungan Darat teknis dan peruntukannya. mengenai Rancang Bangun Kendaraan Bermotor.
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013
APBD
100%
i. Pemilihan Penguji Teladan Kendaraan Bermotor di Pembinaan terhadap Penguji Terciptanya penguji kendaraan bermotor yang berkompeten. Provinsi Riau. Kendaraan bermotor di Propinsi Riau.
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013
APBD
100%
APBD
100%
Program Rehabilitasi / Pemeliharaan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan Kegiatan Paket Pemeliharaan Fasilitas dan Terpeliharanya kondisi fasilitas dan Perbaikan, pembersihan terhadap perlengkapan dan Pelaksanaan Tahun 2010-2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, sehingga Keselamatan LLAJ pada ruas jalan : keselamatan LLAJ sehingga dapat pengaman jalan pada ruas-ruas jalan nasional dan provinsi a. Pekanbaru – Air Tiris – Bangkinang – Rantau dipertahankan umur teknisnya. dapat memperbaiki dan membersihkan perlengkapan Berangin – Batas Propinsi Sumatera Barat dan pengaman jalan pada ruas jalan nasional dan b. Rantau Berangin – Tandun – Ujung Batu – Pasir provinsi. Pangaraian – Simpang Kumu – Dalu-Dalu – Batas Propinsi Sumatera Utara. c. Bangkinang - Petapahan d. Sp. Tandun - Tapung – Sp. Kandis e. Dalu-Dalu - Mahato - Pujut - Sedingin - Simpang Balam
f. Pekanbaru – Minas - Kandis - Duri - Simpang Kulim Sebanga - Bagan Besar - Dumai - Simpang Batang Ujung Tanjung - Simpang Balam - Bagan Batu Batas Prop. Sumut g. Simpang Perawang - Perawang - Simpang Buatan Simpang Teluk Mesjid - Mengkapan h. Simpang Lago - Batas Kabupaten Siak - Simpang Buatan - Buatan i. Simpang Ujung Tanjung - Tanah Putih - Bagan Siapi-api j. Simpang Teluk Mesjid - Sei Pakning - Sepahat Dumai k. Pekanbaru – Sikijang Mati – Simpang Lago – Pangkalan Kerinci – Sorek – Ukui – Simpang Japura – Pematang Reba – Selensen – Batas l. Pematang Reba - Rengat - Kuala Cinaku - Rumbai Jaya - Bagan Jaya m. Rumbai Jaya - Tempuling - Tembilahan n. Sei Akar - Bagan Jaya - Enok - Kuala Enok o. Pekanbaru – Lipat Kain - Muara Lembu - Taluk Kuantan - Lubuk Jambi – Batas Propinsi Sumatera Barat. p. Taluk Kuantan - Baserah - Cirenti - Peranap - Sp. Kalayang - Air Molek - Sp. Japura q. Peranap - Simpang IFA - Lubuk Kandis - Pangkalan Kasai
7.
Program Peningkatan Sarana dan Prasarana Operasional a. Kegiatan Pengadaan Kelengkapan Operasional dan Menambah sarana dan prasarana Peningkatan sarana dan prasarana petugas operasional Pelaksanaan Tahun 2010 - 2012 Sarana Penunjang Petugas Operasional Lapangan operasional pengawasan dan lapangan berupa pengadaan kendaraan roda 4 (jenis sedan) - Tahun 2010 : Pengadaan kendaraan roda 4 (jenis pengawalan sebanyak 2 unit, kendaraan roda dua sebanyak 4 unit dan sedan) sebanyak 1 Unit, kendaraan roda dua seragam dinas petugas lapangan sebanyak 2 Unit, dan Seragam PDL - Tahun 2012 : Pengadaan kendaraan roda 4 (jenis sedan) sebanyak 1 Unit, kendaraan roda dua sebanyak 2 Unit, dan Seragam PDL
APBD
100%
b. Kegiatan Pengadaan Kendaraan Khusus Unit Menambah sarana dan prasarana Peningkatan sarana dan prasarana berupa pengadaan Pelaksanaan Tahun 2011 - 2012 Pemeliharaan Fasilitas dan Keselamatan LLAJ untuk pemeliharaan fasilitas dan kendaraan khusus roda 4 (jenis truk double kabin) 1 unit, - Tahun 2011 : Pengadaan kendaraan khusus roda 4 keselamatan lalu lintas. kendaraan roda 4 (jenis truk) 1 unit dan alat aplikator marka (jenis truk double kabin) 1 Unit beserta jalan 1 unit. perlengkapannya. - Tahun 2012 : Pengadaan kendaraan roda 4 (jenis truk) 1 Unit dan alat aplikator marka jalan 1 unit
APBD
100%
c. Kegiatan Monitoring Arus Lalu Lintas Angkutan Menjaga kelancaran dan Keselamatan dan kelancaran lalu lintas angkutan lebaran Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, sehingga Lebaran Natal dan Tahun Baru keselamatan arus lalu lintas natal dan tahun baru angkutan lebaran natal dan tahun keselamatan dan kelancaran lalu lintas angkutan baru lebaran dan natal dapat terselenggara.
APBD
100%
8.
d. Kegiatan Sosialisasi dan Koordinasi Kegiatan Penyamaan persepsi terhadap Pembinaan teknis dan koordinasi dalam hal pengawalan Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, sehingga Pengawalan dan Pengawasan ke Kabupaten/Kota tugas pokok dan fungsi (tupoksi) pejabat dan pengawasan teknis bidang perhubungan darat. Dinas Perhubungan. diharapkan adanya koordinasi yang baik untuk mencapai suatu kesamaan persepsi terhadap tugas pokok dan fungsi (tupoksi) antara Dinas Perhubungan Propinsi Riau dengan Dinas Perhubungan Kab/Kota se-Propinsi
APBD
100%
e. Kegiatan Pelaksanaan Pengawalan Pejabat Daerah Memberikan Kelancaran Lalu Lintas Lancarnya Pelaksanaan Kegiatan Pejabat Daerah Terhadap Pejabat Daerah dan Tamu Daerah
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, sehingga diharapkan pada saat pelaksanaan pengawalan
APBD
100%
f. Kegiatan Pelaksanaan Operasi Operasi Rutin
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013 - Pelaksanaan berkelanjutan tiap tahunnya, sehingga diharapkan pelanggaran penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dapat kurangi.
APBD
100%
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2011 - Tahun 2010 : Daerah Studi banding Propinsi DKI Tahun 2011 : Daerah Studi banding Pro. Jawa Barat
APBD
100%
Pelaksanaan Tahun 2010 - 2013 - Tahun 2010 : Diklalat PPNS 2 Orang, Motoris 2 Orang, Wasdal 2 Orang. - Tahun 2011 : Diklalat PPNS 2 Orang, Motoris 2 Orang, Wasdal 2 Orang. - Tahun 2012 : Diklalat PPNS 2 Orang, Motoris 2 Orang, Wasdal 2 Orang. - Tahun 2013 : Diklalat PPNS 2 Orang, Motoris 2 Orang, Wasdal 2 Orang.
APBD
100%
Uji Petik dan Menekan tingkat pelanggaran Tertib penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan administrasi dan operasional angkutan penumpang dan barang serta kelebihan muatan
Program Peningkatan Sumber Daya Manusia a. Kegiatan Studi banding kinerja pengawasan Studi banding di Propinsi DKI dan pengendalian operasi dan pengawalan pejabat Jawa Barat
b. Kegiatan Pengiriman Diklat Teknis PPNS, Motoris, Menunjang Pelaksanaan dan Pengawasan dan Pengendalian Rutin Seksi Pengawasan
Peningkatan SDM Petugas Seksi Pengawasan Teknis
Tugas Peningkatan SDM Petugas Seksi Pengawasan Teknis
USULAN PROGRAM DAN PRIORITAS PEMBANGUNAN BERKELANJUTAN TAHUN 2010 - 2013 SATKER : DINAS PERHUBUNGAN PROVINSI RIAU NO
TUJUAN
SASARAN
2 Program Pembangunan Prasarana dan Fasilitas Perhubungan
3
4
1
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Kampung Balak
Menghubungkan pulau-pulau untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
2
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Tanjung Medang
Menghubungkan pulau-pulau untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
1 I
PROGRAM
JANGKA WAKTU ESTIMASI
SUMBER DANA
KETERANGAN
5
6
7
Pelaksanaan Studi AMDAL/UKL/UPL, Pembangunan Trestle, Mooring Dolphin, Breasting Dolphin, Konstruksi Pelindung MB, Catwalk, Konstruksi Dudukan dan Rumah Kontrol, Pembangunan Movable Bridge.
2010 ; Study UKL/UPL , Pembangunan Trestle,Mooring Dolphin,Breasting Dolphin, Pelindung MB, Catwalk, Dudukan dan Rumah Kontrol, Pembangunan MB
APBN
Pembangunan Dimulai pada tahun 2007 (100%)
Pelaksanaan Studi AMDAL/UKL/UPL, Pembangunan, Mooring Dolphin, Breasting Dolphin, Konstruksi Pelindung MB, Catwalk, Konstruksi Dudukan dan Rumah Kontrol, Pembangunan Movable Bridge.
2010; Pembangunan Breasting Dolphin. 2011; Pembangunan Konstruksi Pelindung MB, Catwalk, Dudukan dan Rumah Kontrol. 2012; Pembangunan MB
APBD
Pembangunan Dimulai pada tahun 2005 (100%)
3
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Kuala Enok
Menghubungkan pulau-pulau untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan studi AMDAL/UKL/UPL , Pembangunan Trestle, Mooring Dolphin, Breasting Dolphin, Konstruksi Pelindung MB, Catwalk, Konstruksi Dudukan dan Rumah Kontrol, Pembangunan Movable Bridge.
2010; Pembangunan Trestle, Breasting Dolphin. 2011; Pembangunan Mooring Dolphin, Konstruksi Pelindung MB, Catwalk, Dudukan dan Rumah Kontrol. 2012; Pekerjaan Talud, Pembangunan MB 2013 Study UKL/UPL
APBN/APBD
100%
4
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Pulau Burung
Menghubungkan pulau-pulau untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan studi Feasibility Study AMDAL/UKL/UPL , SID/DED, Pembangunan Trestle, Mooring Dolphin, Breasting Dolphin, Konstruksi Pelindung MB, Catwalk, Konstruksi Dudukan dan Rumah Kontrol, Pembangunan Movable Bridge.
2010; Study Feasibility Stdudy 2011; Study SID/DED 2012; Pembangunan Trestle, Breasting Dolphin. Pembangunan Mooring Dolphin, Konstruksi Pelindung MB, Catwalk, Dudukan dan Rumah Kontrol. 2013; Pekerjaan Talud, Pembangunan MB , Study UKL/UPL
APBN/APBD
100%
5
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Meranti Bunting Pulau Padang (type pelencengan)
Menghubungkan pulau-pulau untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan Lapangan Parkir, Kantor , Talud dan Trestle
2011; Study SID/DED 2012; Pembangunan Trestle, dan Talud 2013; Pembangunan Lapangan Parkir dan Kantor
APBD/APBD
75%
6
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Bantar Pulau Rangsang (type pelencengan)
Menghubungkan pulau-pulau untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan Lapangan Parkir, Kantor , Talud dan Trestle
2012; Study SID/DED 2013; Pembangunan Trestle, dan Talud
APBD
50%
7
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Dedap Pulau Padang (type pelencengan)
Menghubungkan pulau-pulau untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan Lapangan Parkir, Kantor , Talud dan Trestle
2012; Study SID/DED 2013; Pembangunan Trestle, dan Talud
APBD
50%
8
Pembangunan Dermaga Penyeberangan Insit Pulau Tebing Tinggi (type pelencengan)
Menghubungkan pulau-pulau untuk meningkatkan kegiatan perekonomian dan membuka daerah terisolir.
Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan Lapangan Parkir, Kantor , Talud dan Trestle
2012; Study SID/DED 2013; Pembangunan Trestle, dan Talud
APBD
50%
9
Pembangunan Dermaga Sungai di Sapat Kecamatan Kuala Indragiri
Tersedianya Fasilitas dermaga yang memenuhi syarat untuk mengkatkan perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir
Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan , Kantor , Ruang Tunggu, Ponton Apung, Talud dan Trestle
2011; Study SID/DED 2012; Pembangunan Kantor,Ruang Tunggu,Ponton Apung,Trestle, dan Talud
APBD/APBN
75%
10
Pembangunan Dermaga Sungai di Salak Kecamatan Tempuling
Tersedianya Fasilitas dermaga yang memenuhi syarat untuk mengkatkan perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir
Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan , Kantor , Ruang Tunggu, Ponton Apung, Talud dan Trestle
2011; Study SID/DED 2012; Pembangunan Kantor,Ruang Tunggu,Ponton Apung,Trestle, dan Talud
APBD/APBN
75%
11
Pembangunan Dermaga Sungai di Kijang Kecamatan Pulau Reteh
Tersedianya Fasilitas dermaga yang memenuhi syarat untuk mengkatkan perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir
Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan , Kantor , Ruang Tunggu, Ponton Apung, Talud dan Trestle
2013; Study SID/DED
APBD
10%
12
Pembangunan Dermaga Sungai di Kota Baru Kecamatan Keritang.
Tersedianya Fasilitas dermaga yang memenuhi syarat untuk mengkatkan perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir
Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan , Kantor , Ruang Tunggu, Ponton Apung, Talud dan Trestle
2013; Study SID/DED
APBD
10%
13
Pembangunan Dermaga Sungai di Belantaraya Kecamatan Gaung.
Tersedianya Fasilitas dermaga yang memenuhi syarat untuk mengkatkan perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir
Pelaksanaan Studi SID/DED, Pembangunan , Kantor , Ruang Tunggu, Ponton Apung, Talud dan Trestle
2013; Study SID/DED
APBD
10%
II
1
Program Pembangunan Sarana Transportasi Angkutan Sungai Danau dan Penyeberangan Pembangunan Kapal Penyeberangan 500 GRT Lintas Dumai - Tanjung Kapal
Tersedianya Sarana Angkutan Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Perencanaan dan Pembangunan Kapal 500 GRT
2010; Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal 2011 Pembangunan Lambung dan Pemasangan Mesin Kapal
APBN
100%
2
Pembangunan Kapal Penyeberangan 500 GRT Lintas Mengkapan Kampung Balak
Tersedianya Sarana Angkutan Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Perencanaan dan Pembangunan Kapal 500 GRT
2010; Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal 2011 Pembangunan Lambung dan Pemasangan Mesin Kapal
APBN
100%
3
Pembangunan Kapal Penyeberangan 500 GRT Lintas Kuala Enok - Dabo Singkep
Tersedianya Sarana Angkutan Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Perencanaan dan Pembangunan Kapal 500 GRT
2011; Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal 2011 Pembangunan Lambung dan Pemasangan Mesin Kapal
APBN
100%
4
Pembangunan Kapal Penyeberangan 500 GRT Lintas Pulau Burung Tanjung Batu.
Tersedianya Sarana Angkutan Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Perencanaan dan Pembangunan Kapal 500 GRT
2012; Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal 2011 Pembangunan Lambung dan Pemasangan Mesin Kapal
APBN
50%
5
Pembangunan Kapal Penyeberangan 500 GRT Lintas Tanjung Samak (Pulau Rangsang) - Tanjung Balai Karimun
Tersedianya Sarana Angkutan Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Perencanaan dan Pembangunan Kapal 500 GRT
2013; Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal
APBN
50%
6
Pembangunan Kapal Penyeberangan 300 GRT Lintas Kampung Balak Meranti Bunting.
Tersedianya Sarana Angkutan Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Perencanaan dan Pembangunan Kapal 300 GRT
2011; Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal 2012 Pembangunan Lambung dan Pemasangan Mesin Kapal
APBN
100%
7
Pembangunan Kapal Penyeberangan 300 GRT Lintas Insit (Selat Panjang) Tanjung Samak (Pulau Rangsang
Tersedianya Sarana Angkutan Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Perencanaan dan Pembangunan Kapal 300 GRT
2013; Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal
APBN
50%
8
Pembangunan Kapal Penyeberangan 300 GRT Lintas Dedap (Pulau Padang) - Sibuk Kondur (Pulau Bengkalis)
Tersedianya Sarana Angkutan Penyeberangan untuk meningkatkan pergerakat perekonomian masyarakat dan membuka daerah terisolir.
Perencanaan dan Pembangunan Kapal 300 GRT
2013; Perencanaan dan pembangunan Lunas Kapal
APBN
50%
9
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Dumai.
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2011; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
10
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Tanjung Kapal
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2011; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang
Pelayaran No.17 tahun 2008
11
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Mengkapan
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2011; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
12
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Sei Selari
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2011; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
13
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Tanjung Medang
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2012; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
14
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Kuala Enok
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2013; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
15
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dermaga Penyeberangan Pulau Burung
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2013; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
16
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dinas Perhubungan Kabupaten Siak (Daerah Aliran Sungai Siak) (1 Unit)
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2010; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
17
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dinas Perhubungan Kabupaten Indragiri Hilir (Daerah Aliran Sungai Indragiri) 3 Unit)
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2011; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK (1 Unit) 2012; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK (1 unit) 2013; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK (1 unit)
APBN
100%
18
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dinas Perhubungan Kota Pekanbaru (Daerah Aliran Sungai Siak) 1 Unit
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2012; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
19
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dinas Perhubungan Kabupaten Palalawan (Daerah Aliran Sungai Kampar)
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2013; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
20
Pembangunan Kapal Operasional/Kerja Untuk Dinas Perhubungan Provinsi Riau (Daerah Aliran Sungai Siak)
Terselengaranya pengawasan daerah perairan sekitar dermaga dan kelancaran pelaksanaan Undang-Undang Pelayaran No.17 tahun 2008
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Kerja Kapasitas penumpang 8 (delapan) orang dan daya mesin 200 PK
2010; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 200 PK
APBN
100%
21
Pembangunan Kapal Bus Air Kapasitas 50 s/d 70 Penumpang untuk Dinas Perhubungan Kabupaten Indragiri Hilir Daerah Aliran Sungai Indragiri. (4 Unit)
Tersedianya jenis kapal sungai yang sesuai dengan karakteristik alur yang ada dan tercapainya daerahdaerah terisolir untuk mendistribusikan penududk dan barang.
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Bus Air kapasitas 50 s/d 70 orang dengan rencana kecepatan 15 Knot.
2010; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin (2 unit) 2011; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin (1 unit) 2012; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin (1 unit)
APBN
100%
22
Pembangunan Kapal Bus Air Kapasitas 50 s/d 70 Penumpang untuk Dinas Perhubungan Kabupaten Siak Daerah Aliran Sungai Siak.( 2 Unit)
Tersedianya jenis kapal sungai yang sesuai dengan karakteristik alur yang ada dan tercapainya daerahdaerah terisolir untuk mendistribusikan penududk dan barang.
Perencanaan dan Pembangunan Kapal Bus Air kapasitas 50 s/d 70 orang dengan rencana kecepatan 15 Knot.
2010; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin 2012; Perencanaan dan pembangunan Lambung Kapal dan Pemasangan Mesin
APBN
100%
III
Program Pembangunan Pemasangan Alat Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau
dan Penyeberangan
1
Pemasangan Rambu Sungai Daerah Aliran Sungai Siak
Tersedianya Alat Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Pelaksanaan survei Inventarisasi dan Pemasangan rambu sungai
2010; Pemasangan Rambu sungai.
APBD
100%
2
Pemasangan Rambu Sungai Daerah Aliran Sungai Indragiri
Tersedianya Alat Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Pelaksanaan survei Inventarisasi dan Pemasangan rambu sungai
2011; Pelaksanaan Survei Inventarisasi rambu sungai. 2012; Pemasangan Rambu sungai.
APBD
100%
3
Pemasangan Rambu Sungai Daerah Aliran Sungai Kampar
Tersedianya Alat Keselamatan Lalu Lintas Angkutan Sungai Danau Dan Penyeberangan
Pelaksanaan survei Inventarisasi dan Pemasangan rambu sungai
2012; Pelaksanaan Survei Inventarisasi rambu sungai. 2013; Pemasangan Rambu sungai.
APBD
100%
PEKANBARU, MARET 2009 KEPALA BIDANG PERHUBUNGAN DARAT
INDRA SATRIA LUBIS,SE.MM NIP.120 150 680