PENGISIAN SIGN IN DALAM MENINGKATKAN KEPATUHAN SAFE SURGERY DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA II SIGN IN COMPLETING IN IMPROVING COMPLIANCE SAFE SURGERY IN PKU MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA UNIT II HOSPITAL Andri Firman Saputra¹, Elsye Maria Rosa² Program studi Manajemen Rumah Sakit, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta Jalan Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan, Bantul, Yogyakarta 55183 Email:
[email protected] ABSTRAK Latar Belakang: Komplikasi dan kematian akibat pembedahan menjadi salah satu masalah kesehatan global. WHO memperkirakan sedikitnya ada setengah juta kematian akibat pembedahan yang sebenarnya bisa dicegah. Upaya untuk meningkatkan kualitas pelayanan bedah diantaranya dengan cara menggunakan Surgical Safety Checklist yang dibuat oleh WHO. Kepatuhan akan penggunaan checklist ini diantaranya bisa meningkatkan angka safe surgery, mencegah terjadinya operasi salah sisi ataupun kejadian nyaris cidera. Metode: Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan rancangan action research. Populasi penelitian ini adalah semua dokter dan perawat anestesi. Jumlah sampel 6 orang. Data dikumpulkan dengan cara observasi lembar Surgical Safety Checklist: Sign In RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II selama 3 siklus observasi. Hasil dan Pembahasan: Hasil observasi pada siklus pertama hingga ketiga menunjukkan bahwa seluruh perawat anestesi tidak patuh (100%) dalam mengisi Surgical Safety Checklist: Sign In. Hasil dari respon setiap siklus dan wawancara terstruktur dengan dokter anestesi menunjukkan bahwa perawat masih bingung cara menggunakan checklist, checklist belum menjadi kebutuhan, budaya patient safety masih minim, kualitas SDM kurang, belum adanya mekanisme pengawasan dan kurangnya sosialisasi Surgical Safety Checklist ini yang mempengaruhi ketidakpatuhan perawat untuk mengisi Sign In. Kesimpulan dan Saran: Pengisian Sign In di Instalasi Bedah Sentral RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II tidak patuh, karena masih didapatkannya gelang identitas yang belum dipasang pada pasien yang akan dioperasi dan pemberian tanda lokasi operasi yang jarang dilakukan. Saran kepada rumah sakit untuk membuat Standar Operasional Prosedur (SPO), mensosialisasikan SPO secara berkala, membuat in-house training, meningkatkan komitmen dokter dan perawat, membuat sistem pengawasan, membuat sistem reward dan punishment. Kata Kunci: Sign In, Kepatuhan Safe Surge 1
ABSTRACT Background: Complications and deaths due to surgery become one of the global health problems. World Health Organization estimates that at least half a million deaths due to preventable surgical. An effort to improve the quality of surgical services including the Surgical Safety Checklist to use made by World Health Organization. Compliance to use this surgery checklist which is can increase the number of safe surgery, reduce the wrong site surgery and nearmiss. Method: This research is a qualitative action research design. The study population was all the doctors and nurse anesthetist. Number of samples 6 people. The data is collected by observation sheet Surgical Safety Checklist: Sign In RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II for 3 cycles of observation. Result and Discussion: The results of observations on the first to the third cycle shows that all disobeying nurse anesthetist (100%) the Surgical Safety Checklist to fill: Sign In. The results of the response every cycle and a structured interview with the anesthesiologist showed that nurses are still confused how to use the checklist, the checklist has not been a necessity, the culture of patient safety is still minimal, lack quality of human resources, lack of supervision and lack of socialization mechanisms Surgical Safety Checklist noncompliance that influence nurses Sign In to to fill. Conclusion: Completing Sign In in the installation of surgery center in PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Hospital is noncompliance, because they still haven’t got the identity bracelet mounted on a patient who will be operating and marking the location of a rare surgery. Advice to hospital are to create a Standard Operating Procedure (SOP), SOP socialize regularly, make inhouse training, increase the commitment of doctors and nurses, create a surveillance system, create a system of reward and punishment. Keywords: Sign In, Compliance Safe Surgery
2
PENDAHULUAN
dari setengah anggotanya telah
Patient safety di rumah
menyatakan
sakit merupakan suatu kebutuhan.
terhadap program patient safety. ²
Patient safety dewasa ini telah menjadi
isu
yang
diperbincangkan
di
komitmennya
Patient
hangat
safety
harus
melibatkan sistem operasional dan
berbagai
proses
pelayanan
yang
negara. Isu ini berkembang karena
meminimalkan
masih banyaknya kejadian tidak
terjadinya adverse event / error
diharapkan (KTD) dan kejadian
dan
nyaris cidera (KNC) masih sering
langkah penanganan bila error
terjadi di rumah sakit. KTD dan
telah terjadi.³ Isu patient safety
KNC merupakan kejadian yang
merupakan salah satu isu utama
masih cukup tinggi terjadi di
dalam
rumah sakit. Pada tahun 1999
Patient safety merupakan sesuatu
Institute
yang jauh lebih penting daripada
of
Medicine
melaporkan
sebanyak
(IOM) 44.000
kemungkinan
memaksimalkan
pelayanan
sekedar
efisiensi
langkah-
kesehatan.
pelayanan.
sampai 98.000 orang meninggal
Berbagai resiko akibat tindakan
setiap tahunnya di rumah sakit
medik dapat terjadi sebagai bagian
karena kesalahan medis. ¹
utama dari pelaksanaan konsep
Melihat
permasalahan
patient
safety.
Di
Indonesia,
diatas, WHO pada pertemuan ke-
program
55
2002
dicanangkan pada tahun 2005, dan
resolusi
terus berkembang menjadi isu
pada
bulan
mengeluarkan World
Mei
sebuah
Health
Assembly
55
utama
(WHA55), resolusi ini mendorong perhatian
pelayanan
pasien
medis
di
Indonesia.
setiap negara anggotanya untuk memberikan
keselamatan
Di Indonesia patient safety
kepada
telah diatur dalam UU
No. 44
keselamatan pasien. Resolusi ini
tahun 2009 pasal 43 tentang
mendapat dukungan yang kuat,
rumah sakit, dimana rumah sakit
terbukti pada tahun 2004 lebih
wajib 3
menerapkan
standar
keselamatan
pasien
(Depkes,
sebesar 63,6%, penurunan angka
Penerbitan
undang-
kematian di rumah sakit akibat
undang dan penetapan kebijakan
operasi dari 3,7% menjadi 1,4%
meupakan
angka Infeksi Luka Operasi (ILO)
2009).4
pasien
usaha
dan
melindungi
mencegah
adanya
turun dari 11,2% menjadi 6,6%
Kejadian Tidak Diharapkan (KTD)
dan kehilangan darah lebih dari
dan
500 ml turun dari 20,2% menjadi
apabila
bahwa
terjadi
dipastikan
terdapat
pelaporan,
analisa
prosedur dan
13,2%.5
aturan
WHO menjelaskan bahwa
pemecahan masalah sebagai upaya
surgical safety checklist di kamar
menurunkan angka kejadian tidak
bedah digunakan melalui 3 tahap,
diinginkan. Kepedulian terhadap
masing-masing sesuai dengan alur
patient safety juga diwujudkan
waktunya
dengan
Komite
induksi anestesi (Sign In), sebelum
Keselamatan Pasien Rumah Sakit
dilakukan insisi kulit (Time Out)
(KKP-RS)
Perhimpunan
dan sebelum mengeluarkan pasien
Rumah Sakit Seluruh Indonesia
dari kamar operasi (Sign Out).
(PERSI) pada tanggal 1 Juni 2005.
Surgical Safety Checklist tersebut
Selanjutnya Gerakan Keselamatan
sudah
Pasien Rumah Sakit kemudian
merupakan
alat
dicanangkan
praktis
sederhana
pembentukan oleh
oleh
Mentri
yaitu
baku dan
saat
dari
sebelum
WHO
yang
komunikasi dalam
Kesehatan pada Seminar Nasional
memastikan keselamatan pasien
PERSI pada tanggal 21 Agustus
dalam
2005, di Jakarta Convention Center.
intraoperatif dan paskaoperatif.6
Berdasarkan
studi
tahap
Belum ada data yang lengkap
implementasi, WHO Surgical Safety
tentang
Checklist
komplikasi
pasca
ujicoba
preoperatif,
yang
angka
kematian
dan
pembedahan
di
dilakukan di delapan rumah sakit
Indonesia. Demikian pula belum
yang sama didapatkan penurunan
ada data lengkap tentang praktek
komplikasi pada operasi darurat
keselamatan 4
pasien
(patient
safety) pada tindakan pembedahan
penerapan surgical safety checklist
di Indonesia.
sering terlewat dan juga belum
Berdasarkan
survei
adanya pelatihan mengenai patient
pendahuluan yang dilakukan di
safety di IBS dan penggunaan
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
surgical safety checklist itu sendiri.
Yogyakarta Unit II, didapatkan
Berdasarkan
latar
bahwa Surgical Safety Checklist
belakang yang telah diuraikan di
sudah tersedia di Instalasi Bedah
atas,
Sentral
melakukan penelitian dengan judul
(IBS),
sedangkan
peneliti
penggunaannya checklist sendiri
“Pengisian
belum
Meningkatkan
rutin.
Berdasarkan
tertarik
Sign
In
untuk Dalam
Kepatuhan
Safe
wawancara dengan koordinator
Surgery di Rumah Sakit PKU
Patient
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
Safety
di
RS
PKU
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
II”.
mengatakan bahwa pelaksanaan
BAHAN DAN CARA
surgical safety checklist di Instalasi
Jenis
penelitian
Bedah Sentral (IBS) rumah sakit
merupakan
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
kualitatif dengan rancangan action
Unit II dimulai sejak bulan maret
research
2013 lalu, surgical safety checklist
Surgery Safety Checklist khususnya
yang digunakan mengacu pada
kolom “Sign In” di instalasi bedah
surgical safety checklist buatan
sentral RS. PKU Muhammadiyah
WHO. Koordinator surgical safety
Yogyakarta
checklist adalah perawat bedah
penelitian ini peneliti membaginya
atau
menjadi 3 siklus (siklus I, II dan
anestesi
operasi
yang
mengikuti
tersebut.
Selama
III).
penerapan surgical safety checklist di IBS kendala yang sering terjadi jika ada operasi yang bersamaan
5
jenis
ini
penelitian
penerapan
Unit
pengisian
II.
Dalam
Tabel 1. alur jalannya penelitian dalam 3 siklus Siklus I Perencanaan Menilai pengisian checklist Aksi
Observasi dan wawancara
Observasi
Sebelum operasi dimulai Jumlah operasi yang menggunakan checklist
Refleksi
Populasi
Siklus III Menilai pengisian checklist Observasi
Sebelum operasi dimulai Jumlah operasi yang menggunakan checklist.
ini
kedalam bahasa Indonesia. SSC ini
adalah semua dokter anestesi dan
dibagi dalam tiga tahapan, sebelum
perawat anestesi yang bekerja di
induksi (Sign In), sebelum insisi
instalasi bedah sentral RS. PKU
kulit (Time Out), dan sebelum
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
pasien
II. Dengan sampel penelitian ini
operasi (Sign Out). Ketiga fase ini
adalah
yang
wajib di isi untuk meningkatkan
berjumlah 4 orang dan 2 orang
budaya safe surgery. Dalam 3
perawat anestesi yang bertugas di
siklus penelitian ini ada 15 operasi
instalasi bedah sentral RS. PKU
yang peneliti nilai. Semua poin
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
pada checklist ini harus diisi sesuai
II.
dengan
dokter
penelitian
Siklus II Menilai pengisian checklist dan pelatihan SSC - Observasi dan wawancara - Edukasi surgical safety checklist, pengisian lembar pretest dan posttest, observasi Sebelum operasi dimulai Respon dari peserta terkait pelaksanaan surgical safety checklist selama ini
anestesi
Instrumen yang digunakan
pengisian
meninggalkan
waktunya checklist
kamar
misalkan Sign
In
untuk pengambilan data dalam
dilakukan sebelum induksi, jika
penelitian ini oleh peneliti adalah
tidak maka poin 0 atau sama
1). Surgical Safety Checklist (SSC)
dengan tidak dilakukan, jika diisi
WHO yang sudah diterjemahkan
mendapatkan poin 1 dan jika tidak 6
mendapatkan poin 0. Ada 10 poin
triangulasi
metode,
yang harus di isi pada SSC; Sign In
data atau analisis.
ini, dikatakan patuh jika semua
HASIL
triangulasi
poinnya terisi (100%). 2). Lembar
RS PKU Muhammadiyah
penilaian pemahaman pretest dan
Yogyakarta Unit II merupakan
posttest, soal pretest dan posttest
pengembangan
dari
ini diisi oleh perawat anestesi,
Muhammadiyah
Yogyakarta,
pertanyaan pre-posttest ini sama
Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta.
dan
dan
Sejarah RS PKU Muhammadiyah
edukasi.
Unit II tidak bisa lepas dari sejarah
diberikan
sesudah
sebelum
dilakukannya
Terdapat
5
pertanyaan
PKU Jl.
berdirinya
RS
lembar pretest dan posttest jika
Muhammadiyah
Yogyakarta,
benar mendapatkan poin 1 dan
Ahmad Dahlan 20 Yogyakarta.
jika salah mendapatkan poin 0. 3).
Rumah Sakit PKU Muhammadiyah
Panduan wawancara, wawancara
Yogyakarta Unit II yang terletak di
terstruktur ini ditujukan kepada
Jl. Wates KM 5,5 ini masih satu
dokter
anestesi,
manajemen dengan Rumah Sakit
pertanyaan dalam wawancara ini
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
seputar
penggunaan
yang beralamat di Jl. KH. Dahlan
hambatan
dan
spesialis
saran
pada
RS
SSC, untuk
No.
perbaikan SSC yang sudah ada.
20
Yogyakarta.
Februari 2009.
organisasi data, koding, analisis
Falsafah
dan interpretasi. Pada penelitian
Muhammadiyah
ini
perwujudan
pemeriksaan
data
PKU
mulai beroperasi pada tanggal 15
data pada penelitian ini adalah:
dilakukan
RS
Jl.
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Tahapan-tahapan analisis
juga
PKU
teknik yang
sebagai
dari
sarana
RS
PKU adalah
amal
shalih
ibadah
yang
memanfaatkan sesuatu yang lain
dilandasi iman dan taqwa kepada
diluar
Triangulasi
Allah SWT. Visi dari RS PKU
sumber,
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
meliputi
data
itu.
triangulasi
7
adalah menjadi rumah sakit Islam
professional, cepat, nyaman dan
rujukan
bermutu.
terpercaya
dengan
kualitas pelayanan dan pendidikan kesehatan
yang
islami,
Tabel 2. Distribusi Frekuensi
aman
Responden berdasarkan Umur,
Jenis Kelamin, Masa Kerja dan Pendidikan Karakteristik responden Umur 20 – 30 tahun > 30 tahun Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan Lama Bekerja 1-5 tahun > 5 tahun Pendidikan D3 Spesialis
Jumlah responden 2 4 6 0 5 1 2 4
Berdasarkan tabel diatas
semuanya adalah laki-laki dengan
menunjukkan bahwa responden
jumlah 6. Responden terbanyak
mempunyai
umur
memiliki masa kerja rata-rata 1-5
terbanyak antara 20-30 tahun,
tahun dengan jumlah 5. Responden
dengan jumlah 3 dan terbanyak
terbanyak berpendidikan spesialis
umur >30 tahun, dengan jumlah 4.
anestesi dengan jumlah 4.
Jenis
golongan
kelamin
responden
Gambar 1. Grafik penilaian responden dalam mengisi Sign In 8
Berdasarkan
gambar
1.
penggunaannya 80%, poin 2-4
bisa dilihat bahwa penggunaan
penggunaannya sudah 100%, poin
Surgical Safety Checklist; Sign In
5 penggunaannya 40%, dan pada
pada siklus I masih belum patuh
poin 6-10 penggunaannya sudah
karena dari total operasi yang
100%.
dilakukan hanya 40% operasi yang
Wawancara
terstruktur
menggunakan Sign In. Pada siklus
dilakukan oleh peneliti terhadap
II berdasarkan gambar 4.1 dapat
dokter spesialis anestesi untuk
dilihat bahwa poin 1-4 pada kolom
mengetahui
Sign In sudah dilakukan 100%,
anestesi dan perawat anestesi
poin 5 penggunaannya 40%, poin
dalam penggunaan Surgical Safety
6-8 sudah dilakukan 100%, poin 9
Checklist khususnya Sign In di
penggunaannya 80% dan poin 10
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
penggunaannya sebesar 60%. Pada
Muhammadiyah Yogyakarta Unit
siklus III berdasarkan gambar 4.1
II.
bisa
dilihat
pada
poin
kepatuhan
dokter
1
Tabel 3. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi tentang penggunaan surgical safety checklist Responden 1 2 3 4
Penggunaan Surgical Safety Checklist (SSC) - Setiap pasien yang akan dioperasi - Surgical safety checklist merupakan kebutuhan - Dimulai dari serah terima pasien - SDM kita masih terbatas dan jumlah operasi belum banyak - SSC sudah kita pakai - Belum berjalan - Penggunaan belum rutin Berdasarkan tabel diatas berjalan dengan baik karena SSC
Surgical Safety Checklist (SSC) di
masih belum rutin digunakan.
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
Seharusnya setiap pasien yang
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
akan
sudah
mulai dari serah terima pasien
dipakai
namun
belum 9
dioperasi
dan
dianestesi
sudah dilakukan pengisian SSC,
padahal dengan jumlah operasi
karena SSC merupakan kebutuhan.
yang belum banyak seharusnya
Kendala dalam pengisian SSC ini
penggunaan SSC bisa jadi lebih
karena SDM yang masih terbatas,
baik.
Tabel 4. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi tentang patient safety di RS Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Responden 1
-
2
-
3 4
-
Patient safety Pernah terjadi kejadian operasi salah sisi dan salah pemberian obat. Lebih aware dalam pemberian obat-obatan. Operasi belum banyak dan Surgical Safety Checklist wajib ada Jangan sampai salah pasien Masih perlu pembiasaan Sudah cukup baik
Berdasarkan kutipan wawancara
kamar
tabel diatas, masalah patient safety
kenyataan
di RS PKU Yogyakarta Unit II sudah
masih perlu pembiasaan agar tidak
cukup baik dilihat dari segi tim
terulang
operasi yang lebih aware dalam
salah sisi dan salah pemberian
pemberian
obat pada pasien yang akan di
obat-obatan,
pencegahan salah pasien operasi
operasi. dilapangan lagi
kejadian
Meskipun hal
ini
operasi
operasi.
dan kewajiban adanya SSC di Tabel 5. Matriks hasil wawancara mendalam dengan dokter spesialis anestesi tentang hambatan dalam penerapan Surgical Safety Checklist di RS PKU Muhammadiyah Yogyakarta Unit II Responden 1 2 3 4 -
Hambatan dalam penerapan SSC Belum menjadi kebutuhan SDM kurang SSC kadang tidak di isi Tidak ada hambatan Kualitas SDM kurang 10
Adapun
hambatan
dalam
operasi. Akan tetapi ada partisipan
penerapan SSC ini diantaranya
yang
anggapan
belum
hambatan dalam penerapan SSC
menjadi kebutuhan, kualitas SDM
ini di Instalasi Bedah Sentral RS
yang
PKU Muhammadiyah Yogyakarta
bahwa
kurang
SSC
dan
SSC
yang
terkadang tidak diisi pada saat
mengatakan
tidak
ada
Unit II.
Tabel 6. Matriks hasil wawancara dengan dokter anestesi tentang saran untuk Surgical Safety Checklist Responden 1
2 3
-
4
-
Saran untuk Surgical Safety Checklist Format sudah sesuai standar internasional Harus ada mekanisme pengawasan Koordinator shift mengingatkan untuk mengisi SSC Mengisi SSC harus baik dan benar Budaya patient safety masih minim Sebelum induksi harus tetap di Sign In Sign Out penting untuk evaluasi dan selama ini belum dikerjakan Harus diingatkan lagi SSC itu penting dan harus dibiasakan Dirumah sakit lain yang tanda tangan di SSC itu dokter bedah, anestesi dan perawat Dibuat mekanisme penilaian dan pengawasan yang tepat
Berdasarkan tabel diatas banyak
mengingatkan sebelum pasien di
saran dan masukan untuk SSC ini
induksi harus dilakukan Sign In
diantaranya budaya patient safety
terlebih
yang masih minim padahal format
bahwa SSC itu penting dan harus
dari SSC sudah sesuai standar
dibiasakan. Saran dari partisipan
internasional atau WHO, sehingga
yang lain adalah kolom Sign Out
perlu dibuat mekanisme penilaian
yang selama ini belum di kerjakan
dan
pengawasan
dahulu,
mengingatkan
yang
tepat,
padahal penting untuk evaluasi
Koordinator
Shift
dan tanda tangan pada lembar SSC
mengingatkan untuk mengisi SSC
itu sebaiknya di lakukan oleh siapa
dengan
karena di rumah sakit lain yang
misalnya
baik
dan
benar, 11
menandatangani dokter
SSC
bedah,
adalah
Sebaiknya diberikan info tentang
dan
cara pengisian checklist, dan diberi
anestesi
perawat sedangkan di RS PKU
kolom “Ya” dan “Tidak”
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
Adapun
saran
yang menandatangani SSC hanya
partisipan
penanggung jawab kamar operasi.
edukasi tentang cara pengisian
Hasil pemahaman Pretest
penilaian pre
dan
diberikan
setelah
dari
lembar
checklist
dan
posttest,
Surgical
Safety
sebelum
diterapkan
diberikan
membandingkan Checklist
di
RS
yang PKU
partisipan mendapatkan pelatihan
Muhammadiyah Yogyakarta Unit II
sedangkan posttest diberikan pada
dengan Surgical Safety Checklist
saat
sudah
South Carolina 2015, yaitu Surgical
mendapatkan pelatihan, adapun
Safety Checklist South Carolina
jawaban dari partisipan sebagai
2015 jauh lebih lengkap, tapi
berikut: perlu hadirnya dokter
sebaiknya
anestesi
saat
diskusi
induksi,
perlunya
partisipan
akan
dilakukan
ditambahkan mengenai
form rencana
mengetahui
tindakan pada pasien oleh Tim
riwayat alergi pada pasien yang
Operasi (dokter bedah, anestesi
akan
dan perawat).
di
diberikan
operasi, tanda
perlunya
pada
lokasi
PEMBAHASAN
operasi, dan yang bertanggung
1. Karakteristik responden
jawab terhadap Surgical Safety
Program Patient Safety di
Checklist adalah tim operasi bukan
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
dokter anestesi ataupun penata
Muhammadiyah
anestesi. Saran dari partisipan
Unit
untuk Surgical Safety Checklist
kepatuhan
pada saat pretest diantaranya: 1)
Sign In pada Surgical Safety
Kurangnya
pasien
Checklist
ruang
meningkatkan kepatuhan safe
pindah resusitasi
klasifikasi
ruangan ke
dari
bangsal
dan
2) 12
II
Yogyakarta
dengan pengisian dalam
sasaran kolom rangka
surgery ini belum terlaksana
perkembangannya,
dengan baik.
biasanya adalah seorang ibu
Dari
hasil
penelitian
yang
sebagian
besar
responden
selama sakit dengan perawatan
terbanyak
pada
tahun.
umur
Berdasarkan
>30
merawat
perawat
fisik.
periode
Mother
pertama
keluarganya instinct
kali
yang
melakukan
kehidupan, usia ini menjadi
perawatan
penting karena pada periode
memberikan
ini struktur kehidupan menjadi
menjaganya agar tidak sakit.
lebih
stabil.
Kemudian pada abad ke-16
Kecerdasan yang berhubungan
sampai 19, mulai dilakukan
dengan kebudayaan dan hasil
perekrutan
pelajaran
perempuan
tetap
yang
dan
sepanjang diperoleh
hidup
untuk
anaknya,
susu
dan
perempuanuntuk
menjadi
dari
perawat dengan dibekali ilmu
belajar
pengetahuan. Pada abad ke-21
semakin kuat. Semakin cukup
setelah perang dunia ke dua
umur
pendidikan keperawatan mulai
pengalaman
dan
seseorang,
kemampuan
dan
tingkat kekuatan
dikembangkan
berdasarkan
sesorang akan lebih matang
perkembangan
ilmu
dalam berpikir dan bekerja.
pengetahuan, dan diikuti oleh
Seseorang yang lebih dewasa
perempuan dan laki-laki. Oleh
mempunyai
karena
kecenderungan
itu,
berdasarkan
akan lebih dipercaya daripada
perkembangannya
orang yang belum cukup tinggi
jumlah perawat laki-lakipun
kedewasaannya. Hal ini sebagai
tidak
akibat
perawat perempuan.8
dari
pengalaman
kematangan jiwanya.7
kalah
saat
dari
Berdasarkan
Dari jumlah responden
penelitian
terlihat
ini
jumlah hasil bahwa
penelitian, semuanya berjenis
penata anestesi di IBS memiliki
kelamin laki-laki. Pada awal
tingkat 13
pendidikan
DIII
keperawatan dengan jumlah 2
kejenuhan
dalam
orang, sedangkan untuk dokter
sehingga
mereka
spesialis
mengembangkan
anestesi
memiliki
bekerja, dalam
diri
dan
tingkat pendidikan PPDS 1
memberikan pelayanan pasien
(spesialis
apabila
diarahkan
pada
pendidikan adalah level atau
tanggung
jawabnya
dalam
tingkat
berperan di program patient
1). suatu
Tingkat
proses
berkaitan
yang dalam
safety.
mengembangkan semua aspek
Berdasarkan
hasil
kepribadian
manusia,
yang
observasi pengisian Surgical
mencakup
pengetahuannya,
Safety Checklist; Sign In pada
nilai
sikapnya
siklus
dan
serta
I,
didapatkan
ketrampilannya. Makin tinggi
pengisian
pendidikan seseorang makin
responden sebesar 40% untuk
banyak pula pengetahuan yang
semua poin, dari data tersebut
dimiliki.
dapat disimpulkan bahwa Safe
Pendidikan
kurang
akan
yang
Sign
Instalasi
oleh
menghambat
Surgery
perkembangan sikap seseorang
Sentral
terhadap nilai-nilai yang baru
Muhammadiyah
diperkenalkan.7 Ada hubungan
Unit II ini masih tidak patuh.
yang bermakna antara tingkat
2. Kepatuhan pengisian Sign In
pendidikan dengan kepatuhan
di
In
hasil
di
RS
Berdasarkan observasi
pedoman patient safety.9
Siklus I ditemukan
hasil
PKU
Yogyakarta
perawat dalam menerapkan Dari
Bedah
peneliti
hasil selama adanya
penelitian
operasi yang dilakukan oleh
didapatkan sebanyak 4 orang
dokter operator dan anestesi
sudah
tanpa
bekerja
selama
1-5
terlebih
dahulu
tahun. Perawat dengan masa
mengkonfirmasi
kerja 1-5 tahun biasanya masih
pasien, artinya operator datang
segar
di kamar operasi setelah pasien
dan
belum
terdapat 14
identitas
di
lakukan
Konfirmasi
pembiusan.
identitas
pasien
ditandai
tidak
dilakukan,
hal
pernah ini
tidak
sebelum dilakukan pembiusan
dilakukan karena tidak ada
mengurangi resiko kesalahan
Standar Prosedur Operasional
operasi pada orang ataupun
(SPO) pemberian tanda pada
sisi yang dioperasi. Faktor-
sisi yang akan di operasi.
faktor
Berdasarkan hasil observasi
yang
mempengaruhi
kesalahan operasi salah sisi
pada
terletak pada tahapan Sign In,
disimpulkan bahwa responden
untuk itu tahapan ini harus
masih tidak patuh terhadap
konsisten dijalankan.10
safe surgery di Instalasi Bedah
Berdasarkan
hasil
Siklus
II
Sentral
RS
observasi pengisian Surgical
Muhammadiyah
Safety Checklist (SSC) yang
Unit II.
telah peneliti lakukan, terjadi
ini
dapat
PKU Yogyakarta
Selama
peneliti
peningkatan dari siklus I jika
melakukan penelitian di RS
dibandingkan dengan siklus II,
PKU
pada poin 1-4 dan poin 6-8
Yogyakarta Unit II ini belum
sudah 100% di lakukan pada
ada kasus salah sisi, salah
fase Sign In, sedangkan pada
pasien maupun salah prosedur.
poin 9 masih 80% dan pada
Petugas
poin 10 masih 60%. Pada
melakukan
Siklus
terhadap rekam medis pasien
II
ini
masih
Muhammadiyah
operasi
selalu
cross
check
menunjukkan bahwa ada poin
dan
pada Surgical Safety Checklist
mengingatkan
yang jarang dilakukan di kamar
kejadian salah sisi, salah pasien
bedah Instalasi Bedah Sentral
dan
RS
Muhammadiyah
terjadi. Hal-hal di atas penting
Yogyakarta Unit II. Poin 5
dilakukan untuk meningkatkan
berupa
keselamatan
PKU sisi
pembedahan 15
anggota
salah
tim
saling sehingga
prosedur
pasien
tidak
dalam
prosedur
pembedahan.11
Checklist
verifikasi
pelayanan
tindakan
kesehatan
harus
berfokus pada pasien.13
pembedahan digunakan untuk
Riwayat alergi penderita
mencegah terjadinya operasi
sangat
salah sisi, salah orang dan
karena dapat mempengaruhi
prosedur.12
proses pembedahan.14 Alergi
Pada
Siklus
diketahui
ini
diketahui pada saat dokter
didapatkan hasil penggunaan
bedah visit ke bangsal. Jika ada,
Checklist Sign In pada poin 1
maka akan di tulis di status
sebesar 80%, poin 2-4 sebesar
pasien.
100%, poin 5 sebesar 40%, dan
Sentral
poin
Muhammadiyah
6-10
III
penting
sebesar
100%.
Di
Instalasi
Bedah
RS
PKU Yogyakarta
Berdasarkan data diatas masih
Unit II, penata dan dokter
terlihat
anestesi
bahwa
responden
selalu
menanyakan
masih tidak patuh terhadap
riwayat alergi di ruang operasi
safe surgery di Instalasi Bedah
sebelum
dilakukan
induksi
Sentral
anestesi
sehingga
riwayat
RS
Muhammadiyah
PKU Yogyakarta
alergi
Unit II. Keselamatan pasien merupakan
bagian
berorientasi
continuous
di
kamar
operasi.
yang
3. Pemahaman
penting dari mutu pelayanan yang
diketahui dan
kesadaran
pentingnya Sign In
pada
Surgical Safety Checklist di
quality
kamar
operasi
digunakan
improvement. Dalam definisi ini
melalui 3 tahap, masing-masing
jelas
keselamatan
sesuai dengan alur waktu yaitu
dilihat dalam perspektif pasien,
sebelum induksi anestesi (Sign
hal ini menjelaskan betapa
In), sebelum insisi kulit (Time
pentingnya kita peduli pada
Out)
keselamatan
mengeluarkan
bahwa
pasien
dalam
dan
sebelum pasien
ruang operasi (Sign Out).15 16
dari
Pada fase Sign In sebelum
masa kerja yang lebih pendek
induksi anestesi, koordinator
petugas
secara
mendapatkan sosialisasi terkait
verbal
memeriksa
bisa
saja
belum
apakah identitas pasien telah
penggunaan
dikonfirmasi, prosedur dan sisi
Checklist sehingga hal tersebut
operasi sudah benar, sisi yang
dapat berpengaruh terhadap
akan dioperasi telah ditandai,
pemahaman
persetujuan
pengisian
untuk
operasi
Surgical
dan
Safety
kepatuhan
Surgical
Safety
telah diberikan, pulse oksimetri
Checklist: Sign In. Bisa juga
pada
meskipun
pasien
Koordinator atau
berfungsi.
dengan
dokter
penata
petugas
tersebut
masa kerjanya lama namun
anestesi
pendidikannya
rendah
akan
mengkonfirmasi resiko pasien,
menyebabkan kinerjanya juga
apakah pasien ada riwayat
rendah. Selain itu mungkin
alergi, kesulitan jalan nafas dan
sosialisasi tentang penggunaan
resiko kehilangan darah.
Surgical Safety Checklist belum
Dari
hasil
penelitian
atau jarang dilakukan sehingga
bahwa
perawat anestesi baik dengan
menunjukkan pemahaman
dan
kesadaran
masa
pentingnya
Sign
In
masih
maupun yang telah lama tidak
kurang dan alasan terbanyak
paham terhadap penggunaan
terkait hal tersebut adalah
Checklist Sign In.
kurangnya sosialisasi dan SDM
kerja
yang
Berdasarkan
pendek
data
yang kurang. Sosialisasi yang
penelitian ini pada variabel
kurang dapat dikaitkan dengan
usia, perawat yang bekerja di
masa kerja dari perawat. Dari 2
Instalasi Bedah Sentral RS PKU
responden perawat anestesi
Muhammadiyah
semuanya bekerja <5 tahun.
Unit II rata-rata berusia <30
Hasil penelitian ini mungkin
tahun.
disebabkan oleh karena pada
berkaitan 17
Secara
Yogyakarta teori,
dengan
umur tingkat
kedewasaan
dan
maturasi,
Pengalaman
kerja
dalam arti meningkatnya umur
menjadi salah satu faktor kunci
akan
pula
dalam keselamatan pasien di
kedewasaan atau kematangan
rumah sakit. Pengalaman kerja
secara teknis dan psikologis,
menunjukkan hubungan yang
serta
signifikan
meningkat
semakin
mampu
melaksanakan tugasnya.16 penelitian
asuhan
keperawatan yang aman bagi
Pada variabel pendidikan, hasil
terhadap
pasien. Pengalaman kerja atau
tidak
lama bekerja menjadi faktor
menunjukkan hal yang serupa
yang
dengan kepatuhan safe surgery.
signifikan pada kepatuhan safe
Menurut
surgery
Pusat
Dewan
Pimpinan
Persatuan
Perawat
Nasional
Indonesia
berhubungan karena
kecenderungan
secara ada dimana
(DPP-
perawat yang telah bekerja
PPNI), yang dimaksud dengan
lama di rumah sakit memiliki
perawat adalah seseorang yang
kemampuan lebih baik dalam
telah
melakukan
menyelesaikan
pendidikannya pendidikan
pada
keperawatan yang aman bagi
formal
pasien. Dari hasil observasi
keperawatan minimal lulusan
yang
D3
Latar
bahwa
akan
pengisian
Keperawatan.
belakang
pendidikan
mempengaruhi
asuhan
dilakukan,
ditemukan
ketidakpatuhan Surgical
Safety
perilaku
Checklist selama ini banyak
seseorang dalam pekerjaannya.
dilakukan oleh perawat yang
Semakin
masih
tinggi
pendidikan
muda
dengan
seseorang maka semakin besar
pengalaman kerja yang masih
keinginan
terbilang baru.
memanfaatkan
pengetahuan
dan
Masalah
keterampilannya.16
komunikasi
seperti kegagalan komunikasi verbal 18
dan
non
verbal,
miskomunikasi antar staf, antar
pelayanan kesehatan, dimana
shift, komunikasi yang tidak
pada
terdokumentasi dengan baik,
kesehatan harus berfokus pada
merupakan hal yang dapat
pasien.13
menimbulkan
kesalahan.17
dan
merupakan
pelayanan
Berdasarkan
perawat
salah
ini
KESIMPULAN
Buruknya komunikasi antara dokter
saat
hasil
penelitian dan pembahasan maka
satu
dapat
ditarik
kesimpulan,
penyebab insiden atau kejadian
pengisian Surgical Safety Checklist:
yang tidak diharapkan yang
Sign In di Instalasi bedah Sentral
dialami oleh pasien yang dapat
RS
berdampak
kematian
Yogyakarta Unit II tidak patuh.
pasien, terutama di ruangan-
Seperti yang sudah dijelaskan pada
ruangan
bagian
pada intensif
yang
PKU
Muhammadiyah
pembahasan,
masih
menangani kondisi kritis pada
didapatkan: 1). Penggunaan SSC
pasien.18
yang belum sesuai dengan standar
Keselamatan merupakan
pasien
yang sudah ditetapkan oleh WHO.
yang
2). Pemasangan gelang identitas
bagian
penting dari mutu pelayanan
pada
yang
sering belum dilakukan. 3). Banyak
berorientasi
pada
continuous
quality
improvement.
pasien
operasi
Keselamatan
emergency
yang
dilakukan
masih tanpa
pemberian tanda lokasi operasi
pasien dapat diartikan sebagai
oleh dokter operator.
freedom from accidental injury.
DAFTAR PUSTAKA
Dalam definisi ini jelas bahwa
1. Putri, Y. (2010) Budaya Patient
keselamatan perspektif
dilihat pasien,
menjelaskan
hal
dari
Safety di Rumah Sakit PKU
ini
Muhammadiyah Bantul. Tesis.
betapa
Program
Studi
Manajemen
Sakit.
Universitas
pentingnya kita peduli pada
Rumah
keselamatan
Muhammadiyah Yogyakarta.
pasien
dalam 19
2. Siagian, E. (2011) Pelaksanaan
8. Taylor, C., Lillis, C., Lemone, P.
Surgical
Patient
Safety
2005, Fundamental of Nursing,
Terhadap
Adverse
Events
Liipincot William & Wilkin,
Pascaoperasi Bedah Digestif di Instalasi
Bedah
RSUP
Sardjito
Yogyakarta.
Philadelphia.
DR.
9. Anugrahini,
Tesis.
organisasi dengan kepatuhan
3. Battles JB, Lilford RJ. 2003. Patient
(2010).
Hubungan faktor individu dan
Universitas Gajah Mada. Organizing
C.
perawat
dalam
menerapkan
Safety
pedoman patient safety di RSAB
Researcher to Identify Risk and
Harapan Kita Jakarta. Tesis FIK
Hazards, Qual Saf Heakth Care
UI. Tidak dipublikasikan.
12 (Suppl II): ii1 – ii7. 4. Depkes undang
RI.
10. Clarke, J.R., Jhonston, J., Finley,
2009.
Republik
Undang-
E.D. (2007) Getting Surgery
Indonesia
Right. Annals of Surgery, 264(3)
Nomor 44 Tahun 2009 Tentang
September, pp. 395-405.
Rumah Sakit, Jakarta: Depkes
11. Verdaasdonk, E.G.G., Stassen,
RI.
L.P.S.,
5. Weiser, T.G., Regenbogen, S.E.,
Widhiasmara,
Dankelman,
J.
P.P., (2009)
Thompson, K.D., Haynes, A.B.,
Requirements for The Design
Lipsitz, S.R., Berry, W.R., et al.
and
(2008) An estimation of the
Checklist
global volume of surgery: a
Processes. Surgical Endoscopy,
modeling strategy based on
23(4), pp. 715-26.
available
data.
Lancet,
12. Cahyono,
372(9633), pp. 139-44. 6. WHO,
2009.
Implementation for
suharjo.
Membangun
Forward
Keselamatan
Programme 2008-2009.
of
Surgical
(2008). Budaya
Pasien
dalam
Praktik Kedokteran (pp. 1-
7. Nursalam. 2011. Manajemen
396). Yogyakarta: Kanisius.
Keperawatan. Salemba Medika.
13. Kohn, Linda T,. Corringan, Janet
Jakarta.
M and Donalson, molla S,. 2000. 20
To Err is Human, Building a Safer Health System. National Academy Press. Washington D.C. 14. Schrock,
Theodore.
(1991).
Ilmu Bedah Edisi 7. Jakarta: EGC. 15. Haynes,
A.B.,
Weiser,
T.G.,
Berry, W.R., et al. (2009) A Surgical Safety Checklist to Reduce
Morbidity
Mortality
in
a
and Global
Population. The New England Journal of Medicine, 360(5) January 29, pp. 491-99. 16. Siagian,
S.P.
Manajemen
(2006).
Sumber
Daya
Manusia. Jakarta: PT. Rineka Cipta. 17. AHRQ (2003), Publication No. 07-E005. Rockville, MD: Agency for Healthcare Research and Quality
Maret:
151.
www.ahrq.gov 18. Manojlovich, Healthy
work
M.
(2007).
environment,
nurse-physician communication, and patient’s outcomes. American Journal of Critical Care vol. 16,pp. 536-43. 21