IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN TPS DENGAN MULTIMEDIA INTERAKTIF UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR HUKUM BACAAN NUN MATI/TANWIN DAN MIM MATI DI SMP NEGERI 1 BONANG
Mushonef Guru Pendidikan Agama Islam SMP Negeri 1 Bonang, Peserta Program Peningkatan Kompetensi dan Wawasan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Ditjen Pendidikan Agama Islam, yang diselenggarakan FITK UNSIQ kerjasama dengan Kementrian Agama RI Abstrak Penelitian Tindakan Kelas ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi model pembelajaran TPS dengan multimedia interaktif sebagai upaya meningkatkan motivasi dan hasil belajar peserta didik dalam menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati di kelas VII A SMP Negeri 1 Bonang Tahun Pelajaran 2011/2012. Adapun permasalahan yang menjadi latar belakang penelitian ini adalah rendahnya motivasi dan hasil belajar peserta didik Kelas VII-A SMP Negeri 1 Bonang Tahun Pelajaran 2011/2012 dalam Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati. Dari hasil penelitian dengan subyek penelitian peserta didik kelas VII A sejumlah 32 peserta didik di SMP Negeri 1 Bonang Kabupaten Demak, dapat disimpulkan bahwa implementasi model pembelajaran TPS dengan multimedia interaktif dapat lebih efektif untuk meningkatkan motivasil belajar Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati Di Kelas VII-A SMP Negeri 1 Bonang Tahun Pelajaran 2011/2012 , Juga dapat meningkatkan hasil belajar pada siklus I dengan rata-rata nilai hasil evaluasi 73,46 Ketuntasan Klasikal sebesar 72,86 % dengan KKM 71 dan pada siklus II rata-rata nilai hasil evaluasi meningkat menjadi 81,17 Ketuntasan Klasikal sebesar 94,29 % dengan KKM 71.
Kata-kunci : Model Pembelajaran TPS, Multimedia Interaktif, Motivasi dan Hasil Belajar
PENDAHULUAN A.
Latar belakang Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah Swt., kepada Nabi Muhammad Saw., di dalamnya terkumpul wahyu Ilahi yang menjadi petunjuk, pedoman dan pelajaran bagi siapa saja yang meyakini dan mengamalkannya. Islam memerintahkan kepada umatnya untuk belajar Al-Qur’an dan mengajarkannya kepada orang lain. Rasulullah Saw., bersabda : ”Sebaik-baik diantara kamu adalah orang belajar Al-Qur:’an dan mengajarkannya” (HR. Bukhari, Abu Dawud, Tarmidzi dan An-Nasa’i). Agar dapat membaca dan mempelajari Al Qur'an dengan baik dan benar diperlukan pengetahuan yang cukup dan memadahi segala ilmu yang berkaitan dengan Al Qur'an terutama ilmu tajwid, yang merupakan bagian tak terpisahkan
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 59
Penelitian Tindakan Kelas dari ilmu Al Qur'an. Maka tepatlah kiranya pelajaran ilmu tajwid termasuk bagian dari materi yang harus dilaksanakan dalam proses belajar mengajar di tingkat SMP. Berkaitan dengan hal di atas, proses pembelajaran PAI terutama Standar Kompetensi Al Qur’an: Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati perlu mendapat perhatian yang intensif baik dari segi metode, sumbersumber belajar maupun suasana pembelajaran yang kondusif, mengingat penguasaan kompetensi membaca al-Quran sangat diperlukan bagi peserta didik, salah satu alasannya apabila peserta didik salah dalam membaca al Qur’an maka akan mengakibatkan perbedaan pada maknanya. Namun dalam kenyataanya sebagian peserta didik di SMP Negeri 1 Bonang Kabupaten Demak, terutama kelas VII-A belum mampu memenuhi harapan dari
standar isi yang diatur dalam Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.22/2006. Pada tataran realitas, melalui survey awal ditemukan bahwa secara umum peserta didik kelas VII-A SMP Negeri 1 Bonang masih banyak mengalami kesulitan dan tingkat motivasi yang rendah dalam mempelajari al Qur’an: Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati. Indikasi itu terlihat dari beberapa segi antara lain; 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
Peserta didik yang memiliki buku pelajaran hanya 25% peserta didik yang memilikinya. Peserta didik yang mau bertanya pada teman tentang materi PAI baru mencapai 31,25%. Peserta didik yang mau bertanya kepada guru sebesar 18,75%. Peserta didik yang selalu mengulang pelajaran PAI di rumah berkisar 3,125%. Peserta didik yang selalu tepat waktu mengumpulkan tugas PAI 25%. Peserta didik yang mengganggap materi PAI sangat sulit sebanyak 40,625%. Peserta didik yang sangat serius mengikuti pelajaran PAI hanya 6,25% dan Peserta didik yang mengaku rugi jika tidak mengikuti materi pelajaran PAI hanya sebanyak 75%.
Berdasarkan kenyataan di atas, maka perlu dicarikan cara terbaik untuk menyampaikan konsep al Qur’an, pada sub bahasan Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati sehingga peserta didik memiliki motivasi yang tinggi untuk mengikuti pembelajaran yang pada gilirannya dapat meningkatkan hasil belajar. Salah satu upaya yang penulis lakukan yaitu melalui penerapan model pembelajaran Think Pair Share dengan bantuan multimedia interaktif. Upaya ini akan diwujudkan dalam suatu Penelitian Tindakan Kelas (PTK), dengan judul: ”Implementasi Model Pembelajaran TPS dengan Multimedia Interaktif Untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati Di Kelas VII-A SMP Negeri 1 Bonang Tahun Pelajaran 2011/2012”.
60 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
B.
Rumusan masalah Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, maka rumusan masalah dalam penelitian tindakan kelas (PTK) ini adalah :
C.
1.
Bagaimana implementasi model pembelajaran TPS dengan Multimedia Interaktif dalam menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati di Kelas VII-A SMP Negeri 1 Bonang Tahun Pelajaran 2011/2012 ?
2.
Apakah model pembelajaran TPS dengan Multimedia Interaktif dapat meningkatkan hasil belajar menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati di Kelas VII-A SMP Negeri 1 Bonang Tahun Pelajaran 2011/2012?
Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.
Tujuan Adapun tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
2.
a.
Untuk mendiskripsikan implementasi model pembelajaran TPS dengan Multimedia Interaktif dalam menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati di SMP Negeri 1 Bonang?
b.
Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar peserta didik dalam menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati dengan menggunakan model pembelajaran TPS dengan Multimedia Interaktif
Manfaat Sedangkan beberapa manfaat dan kegunaan yang diperoleh dari hasil penelitian tindakan kelas ini diantranya adalah : a.
Secara teoritis 1) untuk melengkapi model pembelajaran dengan Think Pair Share dengan bantuan multimedia interaktif 2) untuk menambah khazanah inovasi pembelajaran bagi para guru dalam mengembangkan ide-idenya secara kreatif.
b.
Secarara praktis 1) Bagi peserta didik, untuk membangkitkan semangat belajar PAI, membangun kerja sama, meningkatkan keterampilan komunikasi ilmiah, mendapatkan proses pembelajaran yang menyenangkan dan meningkatkan prestasi hasil belajar. 2)
Bagi guru, sebagai bahan pertimbangan dalam menentukan metode pembelajaran yang dapat memberikan manfaat, untuk sumbangan pemikiran dalam mengajar, dan meningkatkan kreativitas guru guna mencapai pembelajaran yang berkualitas.
3)
Bagi sekolah, untuk meningkatkan prestasi sekolah melalui peningkatan prestasi hasil belajar peserta didik dan meningkatkan kinerja sekolah dengan mengoptimalkan kinerja guru.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 61
Penelitian Tindakan Kelas
KAJIAN TEORI A.
Proses Belajar Mengajar Proses pembelajaran merupakan aktivitas kompleks yang mengintegrasikan secara utuh berbagai komponen kemampuan, seperti tingkat pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai. (Prasetya Irawan dkk.: 1996). Ini berarti bahwa baik guru maupun peserta didik harus memenuhi persyaratan tertentu dalam pengetahuan, kemampuan, sikap nilai, serta sifat-sifat pribadi agar proses pembelajaran dapat terselenggara secara optimal. Dalam proses pembelajaran peserta didik dituntut untuk aktif dan mandiri dalam kegiatan di kelas. Banyak cara yang dapat dilakukan oleh guru untuk meningkatkan aktivitas peserta didik dalam proses pembelajaran di kelas, diantaranya adalah melalui model
pembelajaran Think Pair Share dengan bantuan multimedia interaktif. Keberhasilan pembelajaran amat ditentukan oleh kondisi yang terbangun selama pembelajaran. Kondisi pembelajaran yang kondusif dan menyenangkan, akan menyebabkan tingkat keberhasilan peserta didik dalam belajarnya akan semakin baik, sebaliknya keberhasilan peserta didik akan rendah jika kondisi pembelajaran kurang kondusif dan membosankan. Dengan kata lain, terciptanya kondisi pembelajaran yang kondusif akan menjadikan proses pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien, sehingga tercapai tujuan/kompetensi yang diharapkan dalam proses pembelajaran. Dan proses pembelajaran akan dapat berlangsung secara efektif apabila didukung oleh motivasi belajar yang kuat dari peserta didik. Seperti yang diungkapkan Nasution (2004), bahwa teori-teori belajar apa pun apabila didukung oleh motivasi belajar yang tinggi dalam proses pembelajaran, maka akan memperoleh hasil yang maksimal. B.
Motivasi Belajar 1.
Pengertian Motivasi Para ahli memberikan difinisi yang berbeda tentang motivasi, menurut Soemanto (2003), motivasi sebagai suatu perubahan tenaga di dalam diri seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. Sedangkan Sudarman (2004), mendefinisikan motivasi sebagai kekuatan, dorongan, kebutuhan, semangat, tekanan, atau mekanisme psikologi yang mendorong seseorang atau sekelompok orang untuk mencapai prestasi tertentu sesuai dengan apa yang dikehendakinya. Dalam kaitannya dengan kegiatan belajar, maka motivasi belajar berarti keseluruhan daya penggerak di dalam diri peserta didik yang dapat menimbulkan, menjamin, dan memberikan arah pada kegiatan belajar untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Denga motivasi belajar maka peserta didik dapat mempunyai intensitas dan kesinambungan dalam proses belajar yang diikuti.
62 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Dalam proses kegiatan belajar mengajar, motivasi memiliki peran yang sangat penting, seperti akan memberi semangat dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, membuat seseorang berkeinginan untuk melakukan sesuatu kegiatan, memberi petunjuk pada tingkah laku belajar, menentukan tingkat keberhasilan atau kegagalan pembelajaran peserta didik dan sebagai pendorong dalam usaha pencapaian prestasi dan hasil belajar yang diharapkan. Secara umum motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yakni motivasi intrisik dan motivasi ektrinsik. a.
Motivasi Intrinsik Motif-motif yang menjadi aktif atau berfungsinya tidak perlu dirangsang dari luar, karena dalam setiap diri individu sudah, untuk membangun motivasi intrinsik terdapat beberapa strategi yang dapat dilakukan antar lain 1) Mengaitkan tujuan belajar dengan tujuan peserta didik 2) Memberikan kebebasan dalam memperluas materi pelajaran sebatas yang pokok 3) Memberikan banyak waktu ekstra bagi peserta didik untuk mengerjakan tugas dan memanfaatkan sumber belajar di sekolah 4) Sesekali memberikan penghargaan pada peserta didik atas pekerjaannya 5) Meminta peserta didik untuk menjelaskan hasil pekerjaannya
b.
Motivasi Ekstrinsik Motif-motif yang aktif dan berfungsi karena ada perangsang dari luar. Motivasi ekstrinsik dapat dibangkitkan melalui strategi sebagai berikut:
C.
1)
Kompetisi (persaingan)
2)
Pace Making (membuat tujuan sementara atau dekat)
3)
Tujuan yang jelas
4)
Kesempurnaan untuk sukses
5)
Minat besar: Motif akan timbul jika peserta didik memiliki minat yang besar.
6)
Mengadakan penilaian atau tes.
Model Pembelajaran Think Pair Share Model Think Pair Share dikembangkan oleh Frank Lyman dan rekan-rekannya dari Universitas Maryland. Think Pair Share memiliki prosedur secara eksplisit dapat memberi peserta didik waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, saling membantu satu sama lain (Ibrahim dalam Estiti, 2007:10), dengan cara ini diharapkan peserta didik mampu bekerja sama, saling membutuhkan dan saling bergantung pada kelompok-kelompok kecil secara kooperatif. Metode Think Pair Share (TPS) merupakan salah satu strategi dalam pembelajaran
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 63
Penelitian Tindakan Kelas kooperatif yang dapat memberikan waktu kepada peserta didik untuk berpikir sehingga strategi ini punya potensi kuat untuk memberdayakan kemampuan berpikir peserta didik. Peningkatan kemampuan berpikir peserta didik akan meningkatkan hasil belajar atau prestasi belajar peserta didik dan kecakapan akademiknya.
Think-Pair-Share (TPS) atau Berpikir-Berpasangan merupakan jenis cooperative learning yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi peserta didik. Struktur ini menghendaki peserta didik bekerja saling membantu dalam kelompok kecil (2-6 orang) dan lebih dicirikan oleh penghargaan kooperatif daripada penghargaan individu. Langkah-langkahnya adalah: Thinking (berpikir) mengenai pelajaran, Pairing (berpasangan) untuk berdiskusi dan Sharing (berbagi); membahas hasil diskusi. Dalam metode Think Pair Share (TPS) peserta didik dilatih bernalar dan dapat berpikir kritis untuk memecahkan masalah yang diberikan oleh guru. Guru juga memberikan kesempatan peserta didik untuk menjawab dengan asumsi pemikirannya sendiri, kemudian berpasangan untuk mendiskusikan hasil jawabannya kepada teman sekelas untuk dapat didiskusikan dan dicari pemecahannya bersama-sama sehingga terbentuk suatu konsep. Dalam hal ini, Nurhadi dkk, (2003 : 66), mengatakan Think-Pair-Share memiliki prosedur ynag ditetapkan secara eksplisit untuk memberi peserta didik waktu lebih banyak untuk berpikir, menjawab, dan saling membantu satu sama lain, dengan langkah-langkah (prosedur) sebagai berikut: 1. 2. 3. 4.
guru membagi peserta didik dalam kelompok berempat dan memberikan tugas kepada semua kelompok, setiap peserta didik memikirkan dan mengerjakan tugas tersebut sendiri, peserta didik berpasangan dengan salah satu rekan dalam kelompok dan berdiskusi dengan pasangannya, kedua pasangan bertemu kembali dalam kelompok berempat. Peserta didik mempunyai kesempatan untuk membagikan hasil kerjanya kepada kelompok berempat
Dalam model ini, guru meminta peserta didik untuk memikirkan suatu topik, berpasangan dengan peserta didik lain dan mendiskusikannya, kemudian berbagi ide dengan seluruh kelas. Tahap utama dalam pembelajaran Think-Pair-
Share menurut Ibrahim (2000: 26-27) dapat diuraikan sebagai berikut: 1.
Tahap 1 : Thingking (berpikir) Guru mengajukan pertanyaan atau isu yang berhubungan dengan pelajaran. Kemudian peserta didik diminta untuk memikirkan pertanyaan atau isu tersebut secara mandiri untuk beberapa saat.
2.
Tahap 2 : Pairing
64 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Guru meminta peserta didik berpasangan dengan peserta didik lain untuk mendiskusikan apa yang telah dipikirkannya pada tahap pertama. Dalam tahap ini, setiap anggota pada kelompok membandingkan jawaban atau hasil pemikiran mereka dengan mendefinisikan jawaban yang dianggap paling benar, paling meyakinkan, atau paling unik. Biasanya guru memberi waktu 4-5 menit untuk berpasangan. 3.
Tahap 3 : Sharing (berbagi) Pada tahap akhir, guru meminta kepada pasangan untuk berbagi dengan seluruh kelas tentang apa yang telah mereka bicarakan. Keterampilan berbagi dalam seluruh kelas dapat dilakukan dengan menunjuk pasangan yang secara sukarela bersedia melaporkan hasil kerja kelompoknya atau bergiliran pasangan demi pasangan hingga sekitar seperempat pasangan telah mendapat kesempatan untuk melaporkan.
Kegiatan
“berpikir-berpasaangan-berbagi”
dalam
model
Think-Pair-Share
memberikan keuntungan. Peserta didik secara individu dapat mengembangkan pemikirannya masing-masing karena adanya waktu berpikir (think time), sehingga kualitas jawaban juga dapat meningkat. D.
Multimedia Interaktif Secara etimologis multimedia berasal dari kata multi (Bahasa Latin, nouns) yang berarti banyak, bermacam-macam, dan medium yang berarti sesuatu yang dipakai untuk menyampaikan atau membawa sesuatu. Kata medium dalam American Heritage Electronic Dictionary (1991) diartikan sebagai alat untuk mendistribusikan dan mempresentasikan informasi. Lebih jauh terkait dengan definisi multimedia menurut para ahli adalah: 1.
2. 3.
4.
Kombinasi dari paling sedikit dua media input atau output. Media ini dapat berupa audio (suara, musik), animasi, video, teks, grafik dan gambar. Alat yang dapat menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan teks, grafik, animasi, audio dan video. Multimedia dalam konteks komputer menurut Hofstetter (2001) adalah: pemanfaatan komputer untuk membuat dan menggabungkan teks, grafik, audio, video, dengan menggunakan tool yang memungkinkan pemakai berinteraksi, berkreasi, dan berkomunikasi. Multimedia (sebagai kata sifat) adalah media elektronik untuk menyimpan dan menampilkan data-data multimedia. Berdasarkan pendapat-pendapat tersebut maka dapat disimpulkan bahwa multimedia merupakan perpaduan antara berbagai media (format file) yang berupa teks, gambar (vektor atau bitmap), grafik, sound, animasi, video, interaksi, dll. yang telah dikemas menjadi file digital (komputerisasi), digunakan untuk menyampaikan pesan kepada publik.
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 65
Penelitian Tindakan Kelas
METODE PENELITIAN A.
Seting penelitian Tindakan pada penelitian ini dilakukan selama tiga bulan yaitu pada bulan Januari 2012 sampai dengan bulan Maret 2012. Penelitian ini dilakukan di SMP Negeri 1 Bonang Kabupaten Demak Jawa Tengah, dengan subyek penelitian adalah peserta didik kelas VII A, sebanyak 32 orang, dengan perincian 16 putra dan 16 putri.
B.
Indikator keberhasilan Keberhasilan tindakan kelas ini akan nampak pada peningkatan motivasi belajar peserta didik yang dapat dilihat dari:
C.
1.
Persentase jumlah peserta didik yang memiliki bahan/materi pelajaran.
2.
Persentase jumlah peserta didik yang antusias belajar mandiri.
3.
Persentase jumlah peserta didik yang mau bertanya kepada teman dalam satu kelompok.
4.
Persentase jumlah peserta didik yang mau bertanya kepada guru.
5.
Persentase jumlah peserta didik yang mau mengajarkan materi pada teman satu kelompok.
6.
Persentase jumlah peserta didik yang dapat menjawab soal.
Gambaran umum penelitian (siklus tindakan) Penelitian ini dilaksanakan dengan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) selama 3 siklus, masing-masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama) dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes di akhir masing-masing putaran. Masing-masing siklus dalam penelitian mencakup empat tahap kegiatan, yaitu perencanaan (planing), pelaksanaan tindakan (acting), pengamatan (observing) dan refleksi (reflecting), dapat dijabarkan kegiatannya sebagai berikut: 1.
Perencanan (planing) Dalam perencanaan ini meliputi kegiatan identifikasi masalah, menganalisis penyebab masalah dan menetapkan tindakan pemecahannya. Beberapa kegiatan yang dilakukan dalam observasi awal untuk mengidentifikasi masalah yaitu melalui wawancara dengan peserta didik. Berdasarkan analisis terhadap masalah yang ditemukan kemudian ditentukan metode yang akan digunakan yaitu melalui implementasi metode pembelajaran Think Pair Share dengan bantuan Multimedia interaktif di kelas VII A SMP Negeri 1 Bonang Tahun Pelajaran 2011/2012.
2.
Pelaksanaan tindakan (acting) Dalam
tahap
ini,
dilaksanakan skenario
pembelajaran
yang
telah
direncanakan guru. Pada dasarnya dalam penelitian ini bentuk tindakannya sama. Pada tiap-tiap siklus yaitu menerapkan pembelajaran menggunakan
66 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
model pembelajaran Think Pair Share dengan bantuan Multimedia Interaktif. Siklus II merupakan hasil pengembangan atas refleksi hasil siklus I, dan siklus III merupakan hasil pengembangan dan perbaikan dari refleksi siklus II. 3.
Pengamatan (observing) Pada kegiatan ini peneliti dibantu oleh satu orang observer untuk melaksanakan observasi terhadap pelaksanaan tindakan untuk mengetahui sejauh mana pemanfaatan model pembelajaran Think Pair Share dengan bantuan Multimedia Interaktif. Observasi dilaksanakan bersamaan pelaksanaan tindakan dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
4.
Refleksi (reflecting) Hasil dan tahap observasi yang meliputi aktifitas peserta didik selama proses belajar mengajar, hasil tes pada akhir siklus juga kendala-kendala yang dihadapi selama kegiatan pembelajaran dikumpulkan serta dikaji sehingga diperoleh hasil refleksi kegiatan untuk mengetahui perubahan yang terjadi selama menerapkan pembelajaran ini. Hasil analisis data yang dilaksanakan
dalam
tahap
ini
digunakan
sebagai
acuan
untuk
melaksanakan siklus berikutnya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A.
Diskripsi Kondisi Awal Kondisi awal ditandai dengan rata-rata perolehan nilai murni Ulangan Akhir Semester 1 mata pelajaran PAI di SMP Negeri 1 Bonang kelas VII-A tahun pelajaran 2011/2012 yaitu 68,84 %, nilai tertinggi 87 dan nilai terendah 50. Di samping itu peserta didik kelas VII-A dalam hal motivasi belajar al Qur’an: Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati atau Tanwin dan Mim Mati masih sangat rendah. Hal itu dapat dilihat dari beberapa indikator antara lain dalam hal kepemilikan buku hanya 25% peserta didik yang memilikinya. Peserta didik yang mau bertanya pada teman tentang materi PAI baru mencapai 31,25%. Peserta didik yang mau bertanya kepada guru sebesar 18,75%. Peserta didik yang selalu mengulang pelajaran PAI di rumah berkisar 3,125%. Peserta didik yang selalu tepat waktu mengumpulkan tugas PAI 25%. Peserta didik yang mengganggap materi PAI sangat sulit sebanyak 40,625%. Peserta didik yang sangat serius mengikuti pelajaran PAI hanya 6,25% dan peserta didik yang mengaku rugi jika tidak mengikuti materi pelajaran PAI hanya sebanyak 75%. Padahal pelajaran PAI termasuk di dalamnya kompetensi al Qur’an sangat penting dan harus dikuasai peserta didik.
B.
Hasil Tindakan 1.
Siklus pertama (I) a. Perencanaan Tindakan
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 67
Penelitian Tindakan Kelas Kegiatan yang dilakukan oleh peneliti pada tahap perencanaan adalah menusun RPP yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan pada materi penerapan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati dengan media CD pembelajaran interaktif dengan kegiatan antara lain : 1.
Peneliti menentukan model pembelajaran Think Pair Share.
2.
Peneliti menyiapkan CD pembelajaran dengan materi hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati.
3.
Peneliti/guru menyiapkan ruang multimedia untuk kegiatan proses belajar mengajar.
4.
Peneliti/guru membagi CD pembelajaran dengan materi al Qur’an: Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati.
5.
Peneliti/guru menyiapkan alat observasi dan angket tentang motivasi peserta didik belajar materi al-Qur’an: Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati
6.
Menyiapkan butir soal pre test dan post test
7.
Memberi angket (terlampir) yang intinya menanyakan motivasi peserta didik belajar materi al-Qur’an: Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati
8.
Memberikan penjelasan-penjelasan dan mengadakan kesepakatan tentang akan dilaksanakannya penelitian tindakan kelas pada pertemuan berikutnya dengan menggunakan model pembelajaran Think Pair Share
dengan bantuan multimedia interaktif. b.
Pelaksanaan Tindakan Rangkuman hasil monitoring terhadap motivasi peserta didik pada siklus I dalam lampiran 2, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 01 Tindakan Peserta didik Pada Siklus I
No
Butir Pengamatan
Jml
Persenta se ( % )
1
Peserta didik yang memiliki buku pelajaran
8
25
2
Peserta didik yang antusias belajar mandiri.
12
37,5
3
Peserta didik yang mau bertanya kepada teman dalam satu kelompok.
10
31,25
68 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
4
Peserta didik yang mau bertanya kepada guru.
6
18,75
5
Peserta didik yang mau mengajarkan materi yang dikuasai pada teman satu kelompok.
18
56,25
6
Peserta didik yang dapat menjawab soal dengan benar sebelum batas waktu habis.
24
75
7
Peserta didik yang aktif positif dalam proses pembelajaran.
20
62,5
Sumber : Data primer yang diolah Hasil monitoring terhadap guru, pada tindakan siklus pertama menggunakan check list adalah sebagai berikut: 1. 2. 3. 4. 5.
Guru membuat persiapan mengajar dengan baik. Guru memberikan apersepsi. Guru kurang memberikan motivasi kepada peserta didik. Guru memberikan tugas kepada peserta didik. Guru menjelaskan secara singkat tentang model pembelajaran Think Pair Share dengan bantuan multimedia interaktif yang akan dilakukan oleh peserta didik. 6. Guru membantu peserta didik belajar. 7. Guru pasif dalam memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya. 8. Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membantu peserta didik lain dalam belajar. 9. Guru berkeliling membantu peserta didik secara aktif. 10. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik agar peserta didik berlomba-lomba menyelesaikan tugas. 11. Guru kurang memberi motivasi kepada peserta didik untuk menjawab soal dengan secepat-cepatnya. 12. Guru memberikan pujian kepada peserta didik yang paling cepat dan benar dalam menjawab pertanyaan. Sedangkan hasil monitoring terhadap guru dan aktivitas kelas menggunakan lembar observasi tak terstruktur sebagai berikut: Guru memanfaatkan model pembelajaran Think Pair Share dengan baik, namun tindakan guru sedikit tegang, kurang improvisasi dan belum melebur dalam keceriaan peserta didik. Secara umum peserta didik merasa senang mendapat situasi belajar yang baru yaitu belajar didalam ruang multimedia dan dapat berdiskusi dengan temannya. Namun demikian kelas masih nampak sering gaduh sehingga mengurangi
perhatian, keaktifan dan
kesungguhan peserta didik dalam belajar. Adapun analisis hasil tes maka diperoleh data sebagai berikut: Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 69
Penelitian Tindakan Kelas Tabel 02 Rekapitulasi Hasil Tes Peserta didik Pada Siklus I
No
Uraian
Hasil Siklus I
1
Persentase Nilai Rata-rata peserta didik
69,37%
2
Nilai tertinggi
85
3
Nilai terendah
50
4
Jumlah peserta didik yang tuntas belajar
16
5
Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar
16
6
Persentase peserta didik yang tuntas belajar
50%
7
Persentase peserta didik yang belum tuntas belajar
50%
Sumber : Data primer yang diolah Keterangan : Kriteria Ketuntasan Minimal Materi pelajaran Al Qur’an: Menerapkan Hukum Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati kelas VII semester II SMP Negeri 1 Bonang tahun Pelajaran 2011/2012 adalah 71 c.
Refleksi Tindakan Hasil tindakan siklus I menunjukkan bahwa belum semua peserta didik bermotivasi belajar tinggi dan peserta didik mendapatkan model pembelajaran baru yang masih asing sehingga dampaknya baru 50 % anak yang tuntas belajar. Ini berarti bahwa indikator kinerja pada akhir siklus 1 belum tercapai yaitu diharapkan minimal 60% peserta didik di kelas VII A SMP Negeri 1 Bonang Kabupaten Demak mampu memahami dan dapat menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati, dengan memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah. Oleh sebab itu perlu dilakukan optimalisasi tindakan sehingga penelitian akan diteruskan pada siklus II Melalui
observasi
tentang
performance
guru
dan
suasana
pembelajaran diperoleh kesimpulan bahwa ada beberapa hal yang perlu diperbaiki: 1.
Tindakan guru nampak sedikit tegang ,kurang improvisasi dan belum melebur dengan keceriaan peserta didik.
70 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
2. 3.
4. 5. 6.
Guru masih kurang dalam mendorong peserta didik untuk aktif melakukan kegiatan menyenangkan. Guru pasif dalam memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya hanya menunggu pertanyaan dari peserta didik. Guru kurang memberi motivasi kepada peserta didik untuk menjawab soal dengan secepat-cepatnya. Suasana kelas masih sering gaduh. Implementasi Think Pair Share masih rendah karena masing-masing peserta didik masih berlatih untuk menirukan bacaan yang ada pada CD pembelajaran.
Dengan demikian dapat diajukan alternatif perbaikan tindakan pada siklus II sebagai berikut:
2.
1.
Guru diusahakan lebih rilek, banyak berimprovisasi dan melebur bersama peserta didik.
2.
Guru meningkatkan upaya mendorong peserta didik untuk lebih aktif.
3.
Guru lebih memotivasi peserta didik untuk bekerjasama dengan teman.
4.
Peserta didik diusahakan lebih banyak berlatih menirukan penerapan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati yang ada pada CD pembelajaran dan teman kelompoknya mencocokkan contoh bacaan yang benar seperti yang terdapat pada CD pembelajaran.
Siklus kedua (II) a. Perencanaan Tindakan Rencana tindakan Siklus II yang dilakukan oleh peneliti antara lain :
b.
1.
Guru mempersiapkan contoh bacaan pada surat pendek.
2.
Guru berusaha rilek ketika proses pembelajaran dimulai.
3.
Peserta didik lebih aktif sharing pada teman kelompoknya.
Pelaksanaan Tindakan Rangkuman hasil monitoring terhadap peserta didik pada siklus kedua dalam lampiran 2, dapat dilihat pada tabel berikut ini: Tabel 03 Tindakan Peserta didik Pada Siklus II
No
Butir Pengamatan
Jml
Persentase (%)
1
Peserta didik yang memiliki buku pelajaran
16
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 71
50
Penelitian Tindakan Kelas
2
Peserta didik yang antusias belajar mandiri.
18
56,25
3
Peserta didik yang mau bertanya kepada teman dalam satu kelompok.
24
75
4
Peserta didik yang mau bertanya kepada guru.
12
37,5
5
Peserta didik yang mau mengajarkan materi yang dikuasai pada teman satu kelompok.
24
75
6
Peserta didik yang dapat dapat menjawab soal dengan benar dalam sebelum batas waktu habis.
28
87,5
7
Peserta didik yang aktif positif dalam proses pembelajaran.
30
93,75
Sumber : Data primer yang diolah
Hasil monitoring terhadap guru, adalah sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5)
Guru membuat persiapan mengajar dengan baik. Guru memberikan appersepsi. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik Guru memberikan tugas kepada peserta didik. Guru menjelaskan secara singkat tentang model pembelajaran Think Pair Share yang akan dilakukan oleh peserta didik. 6) Guru membantu peserta didik belajar. 7) Guru aktif dalam memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya 8) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membantu peserta didik lain dalam belajar. 9) Guru berkeliling membantu peserta didik secara aktif. 10) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik agar peserta didik berlomba-lomba menyelesaikan tugas. 11) Guru memberi motivasi kepada peserta didik untuk menjawab soal dengan secepat-cepatnya. 12) Guru memberikan pujian kepada peserta didik yang paling cepat dan benar dalam menjawab pertanyaan. Secara umum peserta didik menunjukkan rasa senang dalam mengikuti pelajaran, ada perhatian, keaktifan dan kesungguhan dalam mengikuti proses belajar. Namun ketika melakukan sharing di depan kelas, peserta didik masih malu dan kurang keberanian. Adapun analisis melalui tes maka diperoleh data sebagai berikut:
72 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Tabel 04 Rekapitulasi Hasil Tes Peserta didik Pada Siklus II No
Uraian
Hasil Siklus II
1
Persentase Nilai Rata.rata Peserta didik
79,21 %
2
Nilai Tertinggi
100
3
Nilai Terendah
65
4
Jumlah Peserta didik yang Tuntas Belajar
25
5
Jumlah Peserta didik yang Belum Tuntas Belajar
7
6
Persentase Peserta didik yang Tuntas Belajar
78,125 %
7
Persentase Peserta didik yang Belum Tuntas Belajar
21,875 %
Sumber : Data primer yang diolah c.
Refleksi Tindakan Hasil tindakan siklus II menunjukkan bahwa motivasi belajar PAI meningkat sehingga dampaknya ada kenaikan dalam hasil belajarnya yaitu peserta didik yang memperoleh hasil tes di atas KKM sebanyak 78,12%, ini berarti tindakan sudah menunjukkan hasil lebih baik walaupun belum mencapai hasil yang optimal. Dengan demikian indikator kinerja pada akhir siklus 2 belum tercapai yaitu diharapkan minimal 80% peserta didik di kelas VII A SMP Negeri 1 Bonang Kabupaten Demak mampu memahami dan dapat menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati, dengan memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah. Oleh sebab itu perlu dilakukan optimalisasi tindakan sehingga penelitian akan diteruskan pada siklus III. Dengan demikian diajukan alternatif perbaikan tindakan pada siklus III sebagai berikut: 1)
2) 3.
Masing-masing peserta didik perlu melakukan sharing didepan kelas untuk menguji hasil pemahaman masingmasing kelompok. Guru mepersiapkan materi Al-Qur’an surat-surat pendek untuk dipraktekkan peserta didik.
Siklus ketiga Kegiatan dalam penelitian Siklus III sebagai berikut:
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 73
Penelitian Tindakan Kelas a.
Perencanaan Tindakan Rencana tindakan Siklus III yang dilakukan oleh peneliti antara lain:
b.
1.
Guru membagi materi Al-Qur’an kepada peserta didik.
2.
Peserta didik membuka kembali CD pembelajan hukum nun mati/tanwin dan mim mati.
3.
Peserta didik mempraktekkan bacaan nun mati/tanwin dan mim mati pada surat-surat pilihan.
Pelaksanaan Tindakan Rangkuman hasil monitoring terhadap peserta didik pada siklus ketiga dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel: 05 Tindakan Peserta didik Pada Siklus III
No
Butir Pengamatan
Jml
Persentase (%)
1
Peserta didik yang memiliki buku pelajaran
29
90,62
2
Peserta didik yang antusias belajar mandiri.
30
93,75
3
Peserta didik yang mau bertanya kepada teman dalam satu kelompok.
28
87,5
4
Peserta didik yang mau bertanya kepada guru.
19
59,37
5
Peserta didik yang mau mengajarkan materi yang dikuasai pada teman satu kelompok.
32
100
6
Peserta didik yang dapat menjawab soal dengan benar batas waktu habis.
32
100
7
Peserta didik yang aktif positif dalam proses pembelajaran.
32
100
sebelum
Sumber : Data primer yang diolah Hasil monitoring terhadap guru, sebagai berikut: 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Guru Guru Guru Guru Guru
membuat persiapan mengajar dengan baik, memberikan appersepsi, aktif memberikan motivasi kepada peserta didik , memberikan tugas kepada peserta didik, menjelaskan secara singkat tentang model pembelajaran Think Pair Share yang akan dilakukan oleh peserta didik, Guru membantu peserta didik belajar,
74 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
7)
Guru aktif memberi kesempatan kepada peserta didik untuk bertanya, 8) Guru memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk membantu peserta didik lain dalam belajar, 9) Guru berkeliling membantu peserta didik secara aktif, 10) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik agar peserta didik berlomba-lomba menyelesaikan tugas, 11) Guru selalu memberi motivasi kepada peserta didik untuk menjawab soal dengan secepat-cepatnya, 12) Guru sering memberikan pujian kepada peserta didik yang paling cepat dan benar dalam menjawab pertanyaan.
Adapun analisis melalui tes maka diperoleh data sebagai berikut: Tabel 06 Rekapitulasi Hasil Tes Peserta didik Pada Siklus III
No
Uraian
Hasil Siklus III
1
Persentase Nilai peserta didik
89,06 %
2
Nilai tertinggi
100
3
Nilai terendah
75
4
Jumlah peserta didik yang tuntas belajar
32
5
Jumlah peserta didik yang belum tuntas belajar
0
6
Persentase peserta didik yang tuntas belajar
7
Persentase peserta didik yang belum tuntas belajar
100 % 0%
Sumber : Data primer yang diolah Dari tabel diatas diketahui nahwa telah terjadi peningkatan hasil belajar yang ditandai dengan banyaknya peserta didik yang tuntas belajar yaitu mencapai 100%. Ini berarti bahwa indikator kinerja pada akhir siklus 3 sudah tercapai yaitu diharapkan minimal 95% peserta didik di kelas VII A SMP Negeri 1 Bonang Kabupaten Demak mampu memahami dan dapat
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 75
Penelitian Tindakan Kelas menerapkan hukum bacaan nun mati/tanwin dan mim mati, dengan memenuhi kriteria ketuntasan minimal yang ditetapkan sekolah. C.
Tingkat Kemajuan Motivasi Belajar Peserta didik Tabel 07 Tabel Peningkatan Motivasi Belajar Peserta didik
No.
Indikator
Siklus I
Siklus II
Siklus III
(%)
(%)
(%)
1.
Peserta didik yang memiliki buku pelajaran.
25
50
90,62
2.
Peserta didik yang antusias belajar mandiri.
37,5
56,25
93,75
3.
Peserta didik yang mau bertanya kepada teman dalam satu kelompok
31,25
75
87,5
4.
Peserta didik yang mau bertanya kepada guru.
18,75
37,5
59,37
5.
Peserta didik yang mau mengajarkan materi yang dikuasai pada teman satu kelompok.
56,25
75
100
6.
Peserta didik yang dapat dapat menjawab soal dengan benar sebelum batas waktu habis.
75
87,5
100
7.
Peserta didik yang aktif positif dalam proses pembelajaran
62,5
93,75
100
Sumber : Data primer yang diolah Hasil perbandingan peningkatan motivasi belajar peserta didik pada siklus I, II dan III dapat dilihat pada grafik berikut:
76 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Tindakan Peserta didik Pada Siklus I, II dan III
Persentase
100 80 60 40
SIKLUS I
20
SIKLUS II
0
SIKLUS III
Motivasi Belajar Peserta didik
Gambar 03 Grafik Perbandingan Motivasi Belajar Peserta didik Pada Siklus I, II, III D.
Peningkatan Hasil Belajar dan Ketuntasan Belajar Peserta didik Tabel 08 Tingkat Hasil Belajar Rata-rata dan Ketuntasan Belajar Peserta didik
No
Pre test
Indikator
Siklus
Siklus
Siklus III
I
II
66,75
69,37
79,21
89,06
1.
Nilai Hasil Belajar Rata-Rata
2.
Nilai Tertinggi
80
85
100
100
3.
Nilai Terendah
50
50
65
75
4.
Jumlah Belajar
Tuntas
14
16
25
32
5.
Jumlah Peserta didik yang Belum tuntas Belajar
18
16
7
0
6.
Persentase Peserta didik yang Tuntas Belajar
43,75%
50%
78,12%
100%
Peserta
didik
yang
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 77
Penelitian Tindakan Kelas
7.
Persentase Peserta didik yang Belum Tuntas Belajar
56,25%
50%
21,87%
Sumber : Data primer yang diolah Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa hasil penilaian pada siklus I, II dan III, terjadi peningkatan hasil belajar sebesar 9,84 dari siklus I ke siklus II dan 9,85 dari siklus II ke siklus III dari rata-rata nilai pada siklus I = 69,37 dan siklus II = 79,21 serta siklus III = 89,06. Juga diperoleh peningkatan hasil ketuntasan klasikal sebesar 29,21 % pada siklus II dan 21,78 % pada siklus III dari ketuntasan klasikal pada siklus I = 50 %, siklus II = 78,12 % dan siklus III = 100 %.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut ini : Tabel 09 Perbandingan Penilaian Hasil Belajar Tiap Siklus PENILAIAN HASIL BELAJAR SIKLUS I Rata-rata Nilai 69,37
SIKLUS II
Ketuntasan
50%
Rata-rata Nilai 79,21
SIKLUS III
Ketuntasan
78,12%
Rata-rata Nilai 89,06
Sumber : Data primer yang diolah
78 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Ketuntasan
100%
0%
Hasil Belajar Peserta didik Pada Siklus I, II, dan III KKM
RATA-RATA NILAI
71 69.37
KETUNTASAN (%) 100 89.06
71 79.2178.12
71
SIKLUS II
SIKLUS III
50
SIKLUS I
Gambar 04 Grafik Perbandingan Hasil Belajar Peserta didik Pada Siklus I, II, III E.
Kondisi Pembelajaran di Kelas Tabel 10 Kondisi Pembelajaran di Kelas
No.
Indikator
Siklus I
Siklus II
Siklus III
(%)
(%)
(%)
1.
Partisipasi aktif peserta didik
62,5
93,75
100
2.
Respon positip dari peserta didik kepada guru
46,87
93,75
100
3.
Semangat belajar
37,5
56,25
93,75
4.
Komunikasi peserta didik dengan peserta didik
31,25
75
87,5
5.
Komunikasi peserta didik dengan Guru
15,75
37,5
59,37
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 79
Penelitian Tindakan Kelas
Kondisi Pembelajaran Pada Siklus I, II dan III SIKLUS I 100 93.75
SIKLUS II
100 93.75
62.5
93.75 56.25 37.5
46.87
SIKLUS III 87.5 75 59.37 37.5
31.25
15.75
indikator 1
indikator 2
indikator 3
indikator 4
indikator 5
Gambar 05 Grafik Perbandingan Kondisi Pembelajaran Siklus I, II, dan III F.
Hasil Learning Logs Peserta didik Tabel 11 Hasil Learning Logs Peserta didik
No. 1.
2.
3.
Indikator Pendapat peserta didik tentang materi pelajaran PAI
Pendapat peserta didik jika tidak mengikuti pembelajaran PAI
Sikap ketika mengikuti proses pembelajaran PAI
80 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
Siklus I
Siklus II
Siklus III
(%)
(%)
(%)
Sangat sulit
37,50
21,87
0,00
Sulit
40,67
25,00
9,37
Mudah
21,87
53,12
90,62
Sangat mudah
0,00
0,00
0,00
Sangat Rugi
0,00
0,00
0,00
Rugi
93,75
96,87
100
Tidak rugi
6,25
3,12
0,00
Sangat Tidak Rugi
0,00
0,00
0,00
Sangat Serius
0,00
6,25
15,62
Serius
93,75
87,5
84,37
Tidak Serius
6,25
6,25
0,00
Respon Peserta didik
4.
5.
Kebiasaan menyerahkan tugas/PR materi pelajaran PAI
Kebiasaan peserta didik mengulang pelajaran PAI di rumah
Sangat Tidak Serius
0,00
0,00
0,00
Selalu Tepat waktu
40,62
53,12
68,75
Kadang Tepat Waktu
28,12
34,37
28,12
Tidak Tepat Waktu
28,12
9,37
3,12
Tidak Menyerahkan
3,12
3,12
0,00
Selalu Mengulang
6,25
15,62
34,37
Kadang Mengulang
25,00
31,25
46,87
Mengulang jika ada PR
37,50
46,87
15,62
31,25
6,25
0,00
Sangat Menarik
3,12
21,87
31,25
Menarik
62,50
65,62
68,75
Kurang Menarik
31,25
71,87
0,00
Tidak Menarik
31,25
6,25
0,00
Sangat Senang
3,12
8,25
46,87
Senang
46,87
68,75
53,12
Kurang Senang
46,87
6,25
0,00
Tidak Senang
3,12
0,00
0,00
Sangat Senang
25,00
31,25
50,00
Senang
62,50
65,62
50,00
Kurang Senang
12,50
3,12
0,00
Tidak Senang
0,00
0,00
0,00
Sangat Paham
0,00
6,25
18,75
Paham
40,62
68,75
81,25
Kurang paham
46,87
25,00
0,00
Tidak Paham
12,50
0,00
0,00
Sangat Menarik
6,25
46,87
62,50
Menarik
68,75
53,12
37,50
Kurang Menarik
21,87
0,00
0,00
Tidak Mengulang 6.
7.
8.
9.
Adanya kegiatan pembelajaran dengan model think paire share
Adanya kegiatan pembelajaran dengan multimedia interaktif
Adanya kegiatan pairing (berpasangan) dan sharing (berbagi)
Penguasaan materi PAI setelah memakai model Think Pair Share
dengan multimedia interaktif
10.
Perbandingan proses Pembelajaran Think Pair Share dengan proses pembelajaran sebelumnya
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 81
Penelitian Tindakan Kelas
Tidak Menarik
3,12
0,00
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Simpulan Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa: 1.
model pembelajaran Think Pair Share dengan bantuan multimedia interaktif dalam proses pembelajaran materi al Qur’an: Penggunakan
Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati dapat meningkatkan motivasi belajar peserta didik 2.
B.
Penggunaan model pembelajaran Think Pair Share dengan bantuan multimedia interaktif dalam proses pembelajaran materi al Qur’an: Menerapkan Hukum Bacaan Nun Mati/Tanwin dan Mim Mati dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik.
Saran 1.
Untuk peningkatan motivasi peserta didik dalam proses pembelajaran, salah satu solusinya adalah menggunakan model pembelajaran Think Pair
Share 2.
Model pembelajaran Think Pair Share dapat dilaksanakan di sekolah mana saja dan semua propinsi dengan beberapa modifikasi.
3.
Dapat digunakan sebagai model pembelajaran untuk semua mata pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Bumi Aksara. Daradjat, Zakiah, dkk. 1992 Ilmu Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara. Depdiknas RI. 2003. Undang Undang Rep. Indonesia no 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, (UUSPN), Jakarta: Depdiknas RI. Direktorat Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI: 2009. Kurikulum &
Pengembangan Silabus Pendidikan Agama Islam Sekolah Menengah Pertama (SMP), Jakarta: Direktorat Pendidikan Agama Islam pada Sekolah Direktorat Jenderal Pendidikan Agama Islam Departemen Agama RI. Djamarah, Syaiful Bahri. 2002. Psikologi Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Estiti, M. 2007. Penerapan Pembelajaran Kooperatif Model TPS pada Mata Pelajaran
Biologi untuk Meningkatkan Prestasi dan Belajar Peserta didik Kelas XII IPA SMAN I Gondangwetan Pasuruan. Skripsi tidak diterbitkan. Malang: UMHadi,
82 | Jurnal Kependidikan Al-Qalam.Vol. VI. TH.2012
0,00
Sutrisno. 1982. Metodologi Research Yogyakarta: Yayasan penerbit Fakultas Psikologi UGM. Hussein, Syed Sajjad dan Syed Ali Ashraf. 1986. Krisis Pendidikan Islam, terj. Rahmani Astuti, Bandung : Risalah. Ibrahim. 2000. Pembelajaran Kooperatif. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Irawan Prasetya dkk., 1996. Teori Belajar,Motivasi,dan Keterampilan Mengajar, Jakarta: Pusat Antar Universitas Depdikbud RI. Ismail
SM: 2009. Strategi Pembelajaran Agama Islam Berbasis PAIKEM, Pembelajaran Aktif, Inovatif, Kreatif, Efektif, dan Menyenangkan, Semarang: Rasail Media Group.
Moleong, Lexy . J. Rosdakarya.
2002. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung: Remaja
Muhaimin dan Abdul Mujib. 1993. Pemikiran Pendidikan Islam, Jakarta: Tri Genda Karya. Multahim,dkk. 2007. Agama Islam Penuntun Akhlak, Jakarta: Yudhistira. Nasution, S. 2004. Didaktik Azaz-azaz Mengajar, Cetakan Ketiga. Jakarta: Bumi Aksara. Nurhadi, dkk. 2004. Pembelajaran Contextual (Contectal Teaching and Learning/CTL)
dan Penerapannya dalam KBK. Malang: UM. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia, No: 22 tahun 2006 Rusn, A. Ibnu. 1998. Pemikiran Al Ghazali tentang Pendidikan, Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Sadiman A.M. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, PT Raja Grafinda Persada, Jakarta, 1997 Sugiyono: 2006. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, Bandung: Alfabeta. Sudjana, Nana dan Ahmad Rivai, Media Pembelajaran, Bandung: sinar Baru Algesindo. Tim Depag RI. 1983. Filsafat Pendidikan Islam, Jakarta: Proyek Pembinaan Sarana dan Prasarana PT/IAIN. Wartono,dkk., 2004. Sains,Materi Pelatihan Terintegrasi,Jakarta: Bagian Proyek Pengembangan sistem dan Pengendalian Program. Yayasan Penyelenggara Penterjemah Al Qur’an. 1996. Al Quran dan Terjemahnya, Jakarta: Indah Press,
Pusat Studi Kependidikan FITK UNSIQ | 83