Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
EKSISTENSI MAJELIS PERMUSYAWARATAN RAKYAT DALAM SISTEM KETATANEGARAAN INDONESIA SUATU TINJAUAN YURIDIS KONSTITUSIONAL
Oleh: Zainal Abidin Pakpahan, S.H., MH. Dosen Tetap STIH Labuhanbatu (
[email protected]) ABSTRAK Majelis Permusyawratan Rakyat (MPR) sebagai sebuah nama dalam struktur ketatanegaraan Republik Indonesia sudah ada sejak lahirnya negara ini. Pada awal disahkannya UUD 1945 pada tanggal 18 Agustus 1945 MPR memiliki posisi sebagai lembaga negara tertinggi. Sebagai lembaga negara tertinggi saat itu MPR ditetapkan dalam UUD 1945 sebagai pemegang kedaulatan rakyat. Sebagai pemegang kedaulatan rakyat MPR mempunyai wewenang memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden untuk jangka waktu 5 (lima) tahun. Oleh karena mempunyai wewenang memilih dan mengangkat Presiden dan Wakil Presiden, maka MPR mempunyai wewenang pula memberhentikan Presiden dan Wakil Presiden sebelum masa jabatannya berakhir apabila Presiden dan Wakil Presiden dianggap melanggar haluan negara. Berubahnya kedudukan MPR memang sering diartikan salah baik yang terkait dengan eksistensi lembaga maupun Pimpinan MPR, ia juga berimplikasi kepada tugas dan wewenang MPR. Sebagai lembaga negara yang mempunyai eksistensi dalam sebuah bangunan negara, MPR secara konstitusional diberikan fungsi dan wewenang sebagaimana tercantum dalam Pasal 3 ayat (1), (2), dan (3), dan Pasal 8 ayat (1), (2) dan (3) UUD Negara RI Tahun 1945. Meskipun sebatas yang tercantum dalam pasal-pasal dan ayat-ayat itu, fungsi dan kewenangan MPR sekarang, substansinya adalah menyangkut hal-hal yang sangat penting dan mendasar dalam kehidupan bernegara. Kedudukan MPR setelah perubahan UUD 1945 adalah sebagai Lembaga negara sejajar dengan Lembaga Negara lainnya, tidak lagi sebagai Lembaga Tertinggi Negara. MPR yang sekarang bukan lagi sebagai satu-satunya lembaga yang melaksanakan kedaulatan rakyat. Lembagalembaga Negara yang mengemban tugas-tugas politik negara dan pemerintahan (tidak termasuk kekuasaan kehakiman) merupakan pelaksana kedaulatan rakyat yang harus tunduk dan bertanggung jawab kepada rakyat, karena lembaga-lembaga itu juga langsung dipilih oleh rakyat (Presiden, PDR, dan DPD). Kata Kunci : Esksistensi, Majelis Permusyawaratan Rakyat, Ketatanegaraan singkat, supel, dan rigid1. Singkat;
I. PENDAHULUAN
karena
1.1 Latar Belakang Undang-Undang Dasar 1945
tidak
banyak
pasal
dan
ayatnya; supel, karena hanya memuat
(UUD 1945) sebelum
mengalami
aturan-aturan yang pokok-pokok saja
perubahan,
penjelasan
dan sekaligus terkandung sifat rigid di
umumnya antara lain menyebutkan
dalamnya, yaitu sulit diubah secara
bahwa, UUD 1945 adalah UUD yang
formal.
di
dalam
Sebelum
diubah,
materi
1
Istilah UUD 1945 Asli karena saat ini UUD 1945 sudah mengalami empat kali perubahan
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 81
Zainal Abidin Pakpahan
muatan
UUD
ISSN Nomor 2337-7261
dari
sepenuhnya kedaulatan rakyat menjadi
Pembukaan dan Batang Tubuh yang
Lembaga Tinggi Negara atau lazim
memuat 16 bab dan 37 pasal, 4 aturan
disebut sebagai Lembaga Negara saja.
peralihan
1945
serta
tambahan.
1
terdiri
(satu)
Kemudian
aturan
Kedudukan
pasal-pasal
MPR
setelah
perubahan UUD 1945 adalah sebagai
tersebut dilengkapi dengan penjelasan
Lembaga
yang
untuk
Lembaga Negara lainnya, tidak lagi
menginterpretasikan isi dari batang
sebagai Lembaga Tertinggi Negara.
tubuh tersebut. Adapun materi muatan
MPR
yang terdapat dalam UUD 1945,
sebagai satu-satunya lembaga yang
beberapa
melaksanakan
berfungsi
di
antaranya
adalah
negara
yang
sejajar
sekarang
dengan
bukan
kedaulatan
lagi
rakyat.
mengatur kedudukan dan kekuasaan
Lembaga-lembaga
lembaga-lembaga
secara
mengemban tugas-tugas politik negara
Majelis
dan pemerintahan (tidak termasuk
(MPR),
kekuasaan
keseluruhan
negara, seperti:
Permusyawaratan
Rakyat
Negara
kehakiman)
yang
merupakan
Presiden, Dewan Perwakilan Rakyat
pelaksana kedaulatan rakyat yang
(DPR), Mahkamah Agung (MA),
harus tunduk dan bertanggung jawab
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK)
kepada
dan
lembaga itu juga langsung dipilih oleh
Dewan
Pertimbangan
Agung
(DPA).
rakyat,
karena
lembaga-
rakyat (Presiden, PDR, dan DPD). Rumusan Pasal 1 ayat (2)
Perubahan kedudukan MPR
naskah asli UUD 1945 mengatakan
yang semula sebagai Lembaga Tinggi
bahwa: “Kedaulatan adalah ditangan
Negara menjadi Lembaga Negara
rakyat, dan dilakukan sepenuhnya
yang sejajar dengan Lembaga Negara
oleh
Pemusyawaratan
lainnya (Presiden, DPR, DPD, MA
Rakyat”, namun setelah reformasi dan
dsb), merupakan penegasan bahwa
dilakukan Perubahan terhadap UUD
Negara Indonesia tidak lagi menganut
1945 Pasal 1 ayat (2) ini rumusannya
sistem
berubah menjadi: “Kedaulatan berada
(distribution
di tangan rakyat dan dilaksanakan
pemisahan kekuasaan (seperation of
menurut UndangUndang Dasar”, ini
power).
berarti rumusan pasal tersebut telah
Negara RI Tahun 1945 yang telah
mengubah kedudukan
menganut
Majelis
MPR
yang
pembagian of
kekuasaan
power),
Undang-Undang
teori
namun
Dasar
“pemisahan
semula merupakan Lembaga Tertinggi
kekuasaan” (seperation of power),
Negara
berarti dengan begitu maka prinsip
yang
melaksanakan
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 82
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
supremasi MPR telah berganti dengan
Majelis
Rakyat
yang
tertinggi
prinsip keseimbangan antar lembaga
(Supreme People’s Council) seperti di
negara (checks and balances). Dengan
Uni Soviyet dan RRC3.
prinsip checks and balances, maka
Selama diberlakukannya UUD
antar lembaga negara bisa saling
1945, ada yang menarik dengan
mengawasi dan mempunyai hubungan
struktur
yang bersifat horizontal2.
Indonesia, yaitu tentang keberadaan
ketatanegaraan
Republik
Dari lembaga-lembaga negara
MPR. Dimana dalam Pasal 1 ayat (2)
tersebut, menurut Jimly Ashiddiqie,
UUD 1945 dikatakan: “Kedaulatan
hanya
adalah di tangan rakyat dan dilakukan
MPR
saja
bersifat
khas
Indonesia. Lima lainnya berasal dari
sepenuhnya
cetak biru kelembagaan yang dicontoh
Permusyawaratan Rakyat” Ketentuan
dari zaman Hindia Belanda. DPR
tersebut secara otomatis menempatkan
dapat
MPR sebagai satu-satunya lembaga
dikaitkan
dengan
sejarah
oleh
Majelis
‘Yolksraad’ (Dewan Rakyat), Presiden
pemegang kedaulatan
adalah pengganti dari lembaga negara
dianggap sebagai penjelmaan seluruh
‘Gavernuur
rakyat Indonesia, berbeda dengan
Agung
General’,
sendiri
Mahkamah
berkaitan
dengan
lembaga-lembaga
rakyat atau
negara
lainnya.
‘Landraat’ dan ‘Raad van Justice’ di
Dengan kata lain, MPR RI didaulat
Hindia Belanda, serta ‘Hogeraad’
sebagai Lembaga Tertinggi Negara.
yang
Sebagai
ada
di
Negeri
Belanda.
Lembaga
Negara,
MPR
Sedangkan BPK berasal dari ‘Raad
dipandang sebagai lembaga negara
van Rakenkamer’ dan DPA berasal
yang
dari ‘Raad van NederlendscheIndie’
menafsirkan konstitusi (UUD 1945)
yang ada di Batavia atau ‘Raad van
dan
State’ yang ada di Negeri Belanda,
negara
yang
sedangkan MPR tidak ada contoh
melalui
pemilihan
sebelumnya, kecuali yang ada di
lembaga tinggi negara lain yang ada di
lingkungan
bawahnya. Namun dalam perjalanan
yang
negara-negara komunis
menerapkan
sistem
memiliki
otoritas
membagi-bagikan
untuk
kekuasaan
diamanatkan umum
rakyat kepada
partai
bangsa Indonesia, terutama pada masa
tunggal, dimana kedaulatan rakyat
Orde Baru, seringkali UUD 1945 tidak
disalurkan ke dalam pelembagaan
ditaati
2
3
Moh. Mahfud MD, “Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), Cet ke 1, Hal. 31
terutama
oleh
pemerintah.
Jimly Asshiddiqie, Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi, (Jakarta: Konstitusi Press, 2005.), Cet. I, Hal. 37
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 83
Zainal Abidin Pakpahan
Berbagai
ISSN Nomor 2337-7261
penyimpangan
muncul
perubahan
terhadap
UUD
1945.
seperti pembagian kekuasaan yang
Tuntutan itu muncul sebagai reaksi
tumpang
biasa
atas dominannya kekuasaan eksekutif
karena
(executive heavy) dalam bingkai UUD
tindih,
dikatakan
bahkan
kacau-balau
melakukan
bahkan
balances antar lembaga negara serta
mengambil alih tugas, wewenang dan
beragamnya tafsir terhadap bunyi
fungsi lembaga-lembaga lainnya. Azas
pasal dalam UUD 1945. Selain itu,
lex superior derogate legi inferiori
banyak
dalam
Indonesia
pembuatan
undangan
perundang-
adanya
and
1945,
intervensi,
tidak
check
dominannya peran pemerintah dalam
persoalan yang
seringkali
tidak
sehingga
terjadi
sangat simpel.
tumpang-tindih peraturan yang lebih
Setelah
diindahkan4,
ketatanegaraan tidak
ditemukan
jawabannya karena desain UUD 1945
terjadi
Perubahan
rendah dengan peraturan yang lebih
Undang-Undang Dasar 1945 (UUD
tinggi. Walaupun pada Pasal 37 UUD
1945) yang dimulai sejak tahun 2000
1945
untuk
hingga tahun 2002 dengan diawali
mengubah (amandemen) UUD 1945,
tuntutan reformasi di segala bidang,
namun pemerintah Orde Baru terkesan
membawa
mengenyampingkan
perubahan
struktur
organisasi
dengan alasan melaksanakan UUD
kenegaraan
Republik
Indonesia.
1945 secara murni dan konsekuen.
Struktur katatanegaraan yang semula
Dengan pengertian bahwa UUD 1945
terbagi
adalah amanat para pendiri bangsa
negara dan lembaga tinggi negara
yang harus dijaga dan dihormati
menjadikan tidak adanya lembaga
(disakralkan) sehingga tidak boleh
tertinggi
dikutak-katik. Hal ini dapat dilihat
Permusyawaratan Rakyat (MPR) yang
dalam
semula berposisi sebagai lembaga
memberi
Ketetapan
I/MPR/1983
jo
peluang
hal
MPR Ketetapan
tersebut
Nomor MPR
tertinggi
dampak
dalam
pula
lembaga
pada
tertinggi
negara.
negara
Majelis
menjadi
sama
Nomor IV/MPR/1983. Namun setelah
posisinya dengan lembaga-lembaga
berakhirnya pemerintahan Orde Baru,
negara yang lain. Kesamaan posisi
21 Mei 1998, dan bergulirnya Era
dari lembaga-lembaga negara yang
Reformasi,
berbagai
elemen
ada menunjukkan adanya kewenangan
masyarakat
menuntut
adanya
satu dengan yang lain pada tugasnya masing-masing
yang
tidak
dapat
4
Sudikno Mertokusumo, “Penemuan Hukum”, (Yogyakarta: Liberty, 2009), Cet ke-9, Hal. 8
saling menjatuhkan satu terhadap yang
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 84
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
lain. Dalam posisi yang demikian
bila tidak ada gabungan tersebut.
nampaknya
Keberadaan
kewenangan
MPR
MPR
berdasarkan
menjadi lebih sempit dan kurang
perubahan UUD 1945 sebagai sebuah
strategis serta sangat terbatas, karena
lembaga
negara
apa yang menjadi kewenangannya
sistem
ketatanegaraan
ditegaskan dalam beberapa pasal yang
menjadi tidak jelas. Hal tersebut
ada dalam Perubahan UUD 1945
memunculkan
hanyalah satu kewenangan rutin yang
tentang sistem badan perwakilan yang
dilakukan sekali dalam lima tahun
dianut Indonesia yaitu, unikameral,
sebagai
penetapan
bikameral atau trikameral. Sedangkan
semata, sedangkan kewenangan yang
menyangkut keberadaannya sebagai
lain berupa kewenangan insidental
sebuah lembaga Negara yang berdiri
yang muncul seandainya ada kejadian-
sendiri juga patut diperdebatkan5.
kewenangan
kemudian
dalam
Indonesia
berbagai
perdebatan
kejadian yang sifatnya penyimpangan. Perubahan yang menyangkut
1.2 Perumusan Masalah
khusus tentang MPR, berimplikasi
1. Bagaimana susunan, kedudukan,
pula pada berkurangnya kewenangan
tugas
lembaga tersebut, di antaranya adalah
sebelum perubahan UUD 1945 ?
kewenangan
hal
wewenang
MPR
memilih
2. Bagaimana susunan, kedudukan,
presiden dan wakil presiden. Menurut
tugas dan wewenang MPR setelah
Pasal 3 UUD 1945, MPR hanya
perubahan UUD 1945 ?
berwenang:
dalam
dan
mengubah
dan
menetapkan UUD; melantik presiden dan/atau
wakil
II. PEMBAHASAN
presiden;
2.1 Tugas dan Wewenang MPR
memberhentikan presiden dan/ atau
Menurut UUD 1945 Sebelum
wakil presiden dalam masa jabatannya
Perubahan
menurut UUD; Mengingat kecilnya peran
MPR,
muncul
Majelis
berbagai
Permusyawratan
Rakyat (MPR) sebagai sebuah nama
pemikiran untuk tidak melembagakan
dalam
struktur
MPR sebagai organisasi tersendiri.
Republik Indonesia sudah ada sejak
Dengan demikian, MPR hanya sebagai
lahirnya
sidang gabungan (joint session) antara
disahkannya UUD 1945 pada tanggal
DPD dan DPR. Dengan demikian,
18 Agustus 1945 MPR memiliki posisi
negara
ketatanegaraan
ini.
Pada
awal
MPR tidak akan mempunyai pimpinan tersendiri dan lembaga ini tidak ada
5
Moh. Mahfud MD, Op.Cit, Hal. 68
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 85
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
sebagai lembaga negara tertinggi.
Pasal 2 ayat (1) UUD 1945 ini juga
Sebagai lembaga negara tertinggi saat
menimbulkan pertanyaan dikarenakan
itu MPR ditetapkan dalam UUD 1945
dalam penjelasan UUD 1945 tidak
sebagai pemegang kedaulatan rakyat6.
diuraikan
Sebagai pemegang kedaulatan rakyat
pertanyaan yang muncul adalah apa
MPR mempunyai wewenang memilih
yang dimaksud dengan daerah-daerah
dan mengangkat Presiden dan Wakil
dan golongan-golongan. Tidak ada
Presiden untuk jangka waktu 5 (lima)
satu pasal pun dalam UUD 1945 yang
tahun.
menjelaskan
Oleh
karena
mempunyai
secara
jelas,
hal
sehingga
tersebut,
namun
wewenang memilih dan mengangkat
dalam Penjelasan Pasal 2 UUD 1945
Presiden dan Wakil Presiden, maka
hanyalah
MPR mempunyai wewenang pula
golongan-golongan
memberhentikan Presiden dan Wakil
sebagai berikut: Maksudnya ialah
Presiden sebelum masa jabatannya
supaya
berakhir apabila Presiden dan Wakil
golongan,
Presiden dianggap melanggar haluan
mempunyai wakil dalam Majelis,
negara.
sehingga Majelis itu akan betul-betul Pasal 2 ayat (1) UUD 1945
sebelum
perubahan
menjelaskan
tentang
yang
seluruh
diuraikan
rakyat,
seluruh
seluruh
daerah
akan
dapat dianggap sebagai penjelmaan
menyatakan
rakyat.
”Yang
disebut
golongan-
bahwa MPR terdiri atas anggota-
golongan ialah badan-badan seperti
anggota
kooperasi, serikat pekerja dan lain-lain
DPR
ditambah
dengan
utusan-utusan dari daerah-daerah dan
badan
golongan-golongan, menurut aturan
memang sesuai dengan aliran zaman.
yang
Berhubung
ditetapkan
dengan
undang-
kolektif.
Aturan
demikian
dengan
anjuran
undang7. Dari ketentuan Pasal 2 ayat
mengadakan sistem kooperasi dalam
(1) UUD 1945 ini dapat dikatakan
ekonomi, maka ayat ini mengingat
bahwa MPR merupakan perluasan dari
akan
DPR setelah ditambah dengan utusan-
dalam
utusan
dan
Menurut Pasal 3 UUD 1945 sebelum
aturan
perubahan dinyatakan bahwa MPR
undang-
menetapkan UUD dan garis-garis
dari
daerah-daerah
golongan-golongan yang
ditetapkan
menurut dengan
undang. Namun demikian ketentuan
besar
adanya
golongan-golongan
badan-badan
dari
pada
ekonomi.”
haluan
negara.
Berdasarkan Pasal 2 ayat (1) dan Pasal 6
M. Solly Lubis, “Serba-Serbi Politik Dan Hukum”, edisi 2 (Jakarta: PT. Sofmedia, 2011), Cet ke1, Hal. 86 7 Juniarto, Op.Cit, Hal. 46
3 UUD 1945 sebelum perubahan tersebut dapat diketahui siapa saja
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 86
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
anggota MPR itu dan apa kewenangan
berbulan-bulan, mulai dari persiapan
MPR itu, namun dari kedua pasal
samapai sidang pleno penutupan).
tersebut belumlah nampak kedudukan
Sidang MPR merupakan pelaksanaan
MPR itu sendiri. Hal ini akan nampak
kedudukan, tugas, dan wewenang
bila dikaitkan dengan ketentuan pasal-
MPR. Ketentuan ini tercantum dalam
pasal UUD 1945 yang lain, antara
ketetapan
lain:
II/MPR/1999 tentang peraturan tat
-
Pasal 6 ayat (2) yang menyatakan
tertib, dalam Bab II nya diatur tentang
bahwa
kedudukan, tugas, dan wewenang
-
Presiden
dan
Wakil
MPR
RI
Presiden dipilih oleh MPR dengan
MPR, sebagai berikut:
suara yang terbanyak.
1. Pasal 2 (Kedudukan)
Nomor
Pasal 1 ayat (2) yang menyatakan
Majelis adalah penjelmaan seluruh
bahwa kedaulatan adalah di tangan
rakyat indonesia dan merupakan
rakyat dan dilakukan sepenuhnya
lembaga
oleh
pemegang
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat.
tertinggi dan
negara, pelaksana
sepenuhnya kedaulatan rakyat.
Dalam periode ini, MPR hasil pemilu
1997,
setelah
sidang
umum
maret
2. Pasal 3 (Tugas)
melakukan 1998,
Majelis mempunyai tugas:
juga
Menetapkan
1).
Undang-Undang
mengadakan sidang istimewa8 pada
Dasar, 2). Menetapkan Garis-Garis
november 1998 tetapi hasil pemilu
Besar Haluan Negara. 3). Memilih
1971,1977, 1982, 1987, 1992 hanya
dan mengangkat periden dan wakil
bersidang satu kali (satu kali bukan
presiden.
berarti satu hari tetapi satu masa
3. Pasal
4
(Wewenang)
persidangan yang memakan waktu
memiliki wewenang:
8
a) Membuat
Sidang istimewa di era reformasi terjai tahun 2001 ketika presiden abdurrahman wahid (Gus Dur) dianggap terlibat dalam kasus penyimpangan/penyalahgunaan dana BULOG sebesar 45 Miliyar dan bantuan Sultan Brunei yang kemudian membuatnya di impeacment MPR dan digantikan Megawati. Sidang istimewa adalah: 1). Sidang yang diselenggarankan majelis selain sidang Umum dan sidang Tahunan. 2). Sidang yang diselenggarkan majelis atas permintaan DPR untuk meminta dan menilai pertanggung jawaban presiden atas pelaksanaan putusan majelis, 3). Sidang yang diselenggarakan majelis untuk mengisi lowongan jabatan presiden dan/wakil presiden berhalangan tetap. Di kutip melalui Buku Abdi Yuhana, “Sistem Ketatanegaraan Indonesia Pasca Perubahan UUD 1945”. Hal. 86
Majelis
putusan-putusan
yang tidak dapat dibatalkan oleh lembaga-lembaga negara yang lain, termasuk penetapan GBHN yang pelaksanaannya ditugaskan
kepada
presiden/mandataris. b) Memberikan penjelasan yang bersifat
penafsiran terhadap
putusan-putusan majelis.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 87
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
c) Menyelesaikan pemilihan dan selanjutnya
MPR No. 1/MPR/1983, tugas itu
mengangkat
meliputi:
presiden dan wakil presiden. d) Meminta
dan
1. Menetapkan UUD;
menilai
2. Menetapkan
pertanggung jawaban presiden/ mandataris
mengenai
3. Memilih dan mengangkat presiden dan wakil presiden.
dari pada haluan negara dan tanggung
Ketentuan kedudukan, tugas,
jawab
dan wewenang MPR seperti tersebut
tersebut. e) Mencabut
Besar
Haluan Negara;
pelaksanaan garis-garis besar
menilai
Garis-Garis
diatas adalah pengejewantahan pasal 3 mandat
memberhentikan
dan
UUD 1945 serta ketentuan dalam
presiden
penjelasan
tentang
UUD
dalam masa jabatannya apabila
menjelaskan
presiden/mandataris sungguh-
negara, bagian III berbunyi sebagai
sunggu melanggar garis-garis
berikut:
dari
tertinggi
pada
dan/atau
haluan
negara
kekuasaan
negara
ditangan
staatsgewalt
yang majelis
liegt
alien
bei
der
majelis)9.
Undang-Undang
Dasar. g) Menetapkan
pemerintahan
permusyawaratan rakyat (die gesamte
Undang-Undang
Dasar. f) Mengubah
sistem
RI,
Dengan demikian nampaklah peraturan
tata
bahwa MPR menurut UUD 1945
tertib majelis.
sebelum
perubahan
merupakan
h) Menetapkan pimpinan majelis
lembaga
negara
yang dipilih dari dan oleh
susunan
ketatanegaraan
anggota.
Indonesia. Bahkan Penjelasan UUD
i) Mengambil/memberi
tertinggi
dalam Republik
1945 dalam Sistem Pemerintahan
keputusan terhadap anggota
Negara angka Romawi III dinyatakan
yang melanggar sumpah/janji
bahwa ”Kekuasaan negara tertinggi
anggota.
ada di tangan MPR. Kedaulatan rakyat
Disamping itu dalam rangka
dipegang oleh badan bernama MPR
menjlankan kedaulatan rakyat tersebut
sebagai penjelmaan seluruh rakyat
MPR mempunyai tuga dan wewenang
Indonesia. Majelis ini menetapkan
. tugas dan wewenang tersebut diatur didalam pasal 3 dan pasal 6 ayat (2)
9
B.N. Marbun, DPR-RI Pertumbuhan dan cara kerjanya, edisi revisi, (Jakarta: depertemen pendidikan dan kebudayaan), 2000, Hal. 46-47.
UUD 1945 serta pasal 3 ketetapan
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 88
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Undang-Undang Dasar (UUD) dan
penjelmaan seluruh rakyat Indonesia
menetapkan garis-garis besar haluan
dari Sabang sampai Merauke.
negara.
Majelis
ini
mengangkat
Dalam struktur ketetanegaraan
Kepala Negara (Presiden) dan Wakil
Republik
Kepala
Negara
(wakil
Presiden).
diatur dalam UUD 1945 sebelum
Majelis
inilah
yang
memegang
perubahan, MPR sebagai lembaga
tertinggi,
negara tertinggi menetapkan kebijakan
sedang Presiden harus menjalankan
tentang garis-garis besar dari pada
haluan negara menurut garis-garis
haluan negara10, dan melalui garis-
besar yang telah ditetapkan oleh
garis besar dari pada haluan negara ini
Majelis. Presiden yang diangkat oleh
pemerintahan dijalankan. Garis-garis
Majelis,
besar
kekuasaan
negara
yang
tunduk
dan
Indonesia
dari
pada
sebagaimana
haluan
bertanggungjawab kepada Majelis. Ia
merupakan
adalah ’mandataris’ dari majelis, ia
(Presiden) dalam menjalankan roda
wajib menjalankan putusan-putusan
pemerintahan. Jadi Presiden dalam
Majelis. Presiden tidak ’neben’, akan
menjalankan pemeritahan berpedoman
’untergeordnet’
tetapi
pedoman
negara
pemerintah
kepada
pada garis-garis besar haluan negara
Majelis”. Sebagai lembaga negara
yang ditetapkan oleh MPR. Apabila
tertinggi menjadikan kekuasaan MPR
Presiden melanggar garis-garis besar
berada di atas segala kekuasaan
haluan negara yang ditetapkan oleh
lembaga-lembaga negara yang ada di
MPR,
negara Republik Indonesia. Hal ini
diberhentikan oleh MPR. Hal ini
sebenarnya dapat dipahami, sebab
dianggap wajar sebab Presiden adalah
MPR
pemegang
mandataris MPR, maksudnya MPR
kedaulatan rakyat Republik Indonesia,
memberikan mandat kepada Presiden
dan sejak didirikan oleh founding
untuk menjalankan pemerintahan, bila
fathers
Presiden
merupakan
Republik
Indonesia
maka
Presiden
melanggar
mandat
dapat
yang
memanglah dikonstruksikan sebagai
diberikan oleh rakyat maka rakyat
negara demokrasi, yaitu bahwa negara
dapat memberhentikan Presiden.
dimana kekuasaan tertinggi ada di
Majelis
Permusyawaratan
tangan rakyat. Kekuasaan rakyat inilah
Rakyat merupakan lembaga
yang
dilontarkan oleh Ir. Soekarno pada
dijelmakan
karenanya
seluruh
MPR.
Oleh
anggota
MPR
yang
10
Pasal 3 UUD 1945: “Majelis Permusyawaratan Rakyat menetapkan UndangUndang Dasar dan garis-garis besar dari pada haluan negara”.
merupakan wakil-wakil rakyat sebagai
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 89
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
pidatonya tanggal 1 Juni 1945, sebuah
senantiasa mengetahui dan merasakan
keinginan untuk menjelmakan aspirasi
keadilan rakyat dan cita-cita rakyat12.
rakyat di dalam bentuk yang berupa perwakilan
yaitu
Majelis
2.2 Tugas dan wewenang MPR Pasca
Permusyawaratan Rakyat11. Soepomo
Perubahan UUD 1945
juga mengemukakan gagasannya yang mendasarkan
pada
Salah satu alasan perlunya
prinsip
diadakan perubahan terhadap UUD
musyawarah dengan istilah ”Badan
1945
Permusyawaratan”
dasar
tertinggi itu di tangan MPR dan
Indonesia merdeka. Indonesia yang
adanya kekuasaan yang sangat besar
akan
bersistem
pada Presiden sehingga prinsip checks
individualisme seperti pada negara-
and balances tidak dapat dijalankan.
negara Barat, tetapi berdasar pada
Perubahan UUD 1945 itu diantara
kekeluargaan.
mempunyai
berdiri
pada
tidak
Kekeluargaan
yang
adalah
karena
kekuasaan
tujuan
untuk
dimaksudkan Soepomo yakni bahwa
menyempurnakan
warganegara merupakan bagian yang
mengenai tatanan negara, kedaulatan
tak terpisahkan dengan pemegang
rakyat
kekuasaan di dalam negara atau
kekuasaan pemerintahan.
dan
aturan
penegasan
dasar
pembagian
dengan istilah ”manunggale kawulo
Untuk menjamin terlaksananya
gusti”. Warga negara tidak dalam
kedaualatan itu, maka UUD Negara RI
kedudukan bertanya apa hak saya
Tahun
dengan adanya negara tetapi yang
mengatur pemilihan Prsiden secara
harus selalu ditanyakan adalah apa
langsung dan menegaskan pembagian
kewajiban
negara.
kekuasaan yang dianut dalam UUD ini
demikian
dengan sistem pemisahan kekuasaan
penyelesaian
(seperation of power), bukan lagi
masalah-masalah yang terjadi dalam
dengan sistem pembagian kekuasaan
negara akan diselesaikan atas dasar
(distribution
kebersamaan dan musyawarah antara
dimaksudkan
untuk
rakyat dengan penguasa, dan badan
terlaksananya
prinsip
permusyawaratan sebagai wakil-wakil
balances
rakyat yang paling berperan dalam hal
negara itu mempunyai kedudukan
ini, sedangkan kepala negara akan
yang seimbang dan dapat saling
Dalam
saya
terhadap
konstruksi
diharapkan
dalam
yang
1945
(hasil
of
Perubahan)
power).
sehingga
Hal
itu
menjamin checks
antar
and
lembaga
11
Samsul Wahidin, “MPR RI dari Masa ke Masa”, (Jakarta: Bina Aksara, 1986), Hal. 69.
12
Ibid, Hal. 71 - 72.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 90
Zainal Abidin Pakpahan
mengawasi
ISSN Nomor 2337-7261
sehingga
(1) Dalam hal terjadi kekosongan
kedudukan
lembaga-lembaga negara itu saling
Wakil
kuat (terutama MPR dan Presiden)13.
lambatnya Dalam waktu enam
Berdasarkan hal tersebut di atas, maka
puluh
sistem supremasi MPR sudah tidak
Permusyawaratan
ada
mengenai
menyelenggarakan sidang untuk
pemilihan Presiden secara langsung
memilih Wakil Presiden dari dua
yang diatur dalam perubahan UUD
calon
1945 itu berimplikasi terhadap tugas
Presiden.
lagi.
Sedangkan
Presiden,
selambat-
hari,
yang
Majelis Rakyat
diusulkan
oleh
dan wewenang MPR. Tugas dan
(2) Jika Presiden dan Wakil Presiden
wewenang MPR dalam UUD Negara
mangkat, berhenti, diberhentikan
RI Tahun 1945 (hasil perubahan)
atau
diatur dalam Pasal 3 yang berbunyi14:
kewajibannya
(1) Majelis Permusyawaratan Rakyat
jabatannya
berwenang menetapkan
mengubah
dan
tidak
adalah
Dasar. (2) Majelis Permusyawaratan Rakyat
dalam
tugas
Menteri
Menteri
melakukan
secara
pelaksana
UndangUndang
dapat
bersamaan, kepresidenan
Luar
Dalam
Menteri
masa
Negeri,
Negeri,
Pertahanan
dan secara
melantik Presiden dan/ atau Wakil
bersama.
Presiden.
tigapuluh hari setelah itu, Majelis
(3) Majelis Permusyawaratan Rakyat hanya
dapat
Selambat-lambatnya
Permusyawaratan
memberhentikan
Rakyat
menyelenggarakan sidang untuk
Presiden dan/ atau Wakil Presiden
memilih
dalam masa jabatannya menurut
Presiden dari dua pasangan calon
UndangUndang Dasar.
Presiden dan Wakil Presiden yang
Selain itu tugas dan wewenang
Presiden
dan
Wakil
diusulkan oleh partai politik yang
MPR juga diatur Pada pasal 8 ayat (2)
pasangan
calon
Presiden
dan ayat (3). Adapun bunyi dari pasal
Wakil Presidennya meraih suara
tersebut adalah:
terbanyak
pertama
dalam
pemilihan
dan
dan
kedua umum
sebelumnya, sampai akhir masa
13
Abdy Yuhana, S.H, M.H, “Sistem Ketatanegaraan indonesia pasca perubahan UUD 1945 (Sistem perwakilan di indonesia dan masa depan MPR RI)”, ( Bandung: Fokusmedia, 2007), Cet ke-1, Hal. 121 14 Pasal 3 ayat (2) UUD 1945 Perubahan: “Majelis Permusyawaratan Rakyat melantik Presiden dan/atau Wakil Presiden”.
jabatannya. Dari pasal 3 dan pasal 8 ayat (2) dan ayat (3) tersebut dapat dilihat
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 91
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
secara jelas tugas dan wewenang MPR
berwenang memilih dan mengangkat
yang meliputi:
presiden. Hubungan MPR terhadap
a) Mengubah
dan
menetapkan
Presiden dan kaitannya pemilihan
Undang-Undang Dasar (pasal 3
hanya sebatas mempunyai wewenang
ayat (1));
untuk melantik Presiden dan Wakil
b) Melantik Presiden dan/atauWakil
Presiden yang dipilih langsung oleh
Presiden (pasal 3 ayat (2)); c) Memberhentikan
rakyat.
Sedangkan
penghapusan
Presiden
wewenang MPR menetapkan Garis-
dan/atau Wakil Presiden dalam
Garis Besar Haluan Negara (GBHN)
masa jabatanya menurut UUD
itu sejalan dengan perubahan sistem
(pasal 3 ayat (3));
hubungan
d) Memilih Wakil Presiden dari dua
antara
MPR
dengan
Presiden. Menurut UUD Negara RI
calon yang diusulkan Presiden
Tahun
dalam
Presiden dipilih secara langsung oleh
hal
terjadi
kekosongan
Presiden
dan
(hasil
perubahan)
rakyat (direct popular vote), yang
Wakil Presiden (pasal 8 ayat (2)); e) Memilih
1945
Wakil
meniadakan
hubungan
tanggung
Presiden dari dua pasangan calon
jawab Presiden kepada MPR. Dengan
Presiden dan Wakil Presiden yang
begitu
diusulkan oleh partai politik atau
pertanggungjawaban Presiden tidak
gabungan
partai
politik
yang
diperlukan lagi.
pasangan
calon
Presiden
dan
pertama
dalam
pemilihan
dan
sebagai
pengukur
Ad. a) Mengubah dan menetapkan
Wakil Presidennya meraih suara terbanyak
GBHN
Undang-Undang Dasar
kedua
Wewenang MPR untuk
umum
mengubah
dan
menetapkan
sebelumnya sampai berakhir masa
UUD ini diatur secara lebih
jabatanya, jika Presiden dan Wakil
tegas,
Presiden
perubahan
mangkat,
berhenti,
karena
sebelum
UUD
1945
diberhentikan, atau tidak dapat
wewenang untuk mengubah
melakukan kewajibannya dalam
UUD dasar itu diatur secara
masa jabatanya secara bersamaan
implisit
(pasal 8 ayat (3)).
diinterprestasikan dari pasal 3
Menurut
UUD
RI
tentang wewenang menetapkan
Tahun 1945 (hasil perubahan) MPR
UUD dan pasal 37 tentang
tidak
lagi
mekanisme perubahan UUD.
besar
haluan
menetapkan negara
Negara
yang
garis-garis dan
tidak
Menurut
UUD
Negara
RI
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 92
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Tahun 1945 (hasil perubahan) wewenang
MPR
mengubah
dan
Sebagai
untuk
wewenang
konsekuensi
mengubah
dan
menetapkan
menetapkan UUD yang diatur
UUD dirumuskan dalam satu
dalam UUD Negara RI Tahun
ayat, yaitu pasal 3 ayat (1).
1945, maka dalam UUD ini
Perumusan
juga
mengenai
wewenang
MPR
untuk
diatur
mekanisme
mengubah UUD yang diatur
terhadap
secara
perubahan
tegas
dalam
mengenai
UUD
perubahan
UUD.
Mekanisme
terhadap
UUD
Negara RI Tahun 1945 itu
Negara RI Tahun 1945 diatur
dimaksudkan
dalam
untuk
Pasal
37.
Adapun
memberikan fungsi konstitusi
mekanisme yang diatur dalam
yang penuh kepada lembaga
pasal
ini.
berikut:
“Majelis
Permusyawaratan berwenang menetapkan Dasar”.
Dasar
dapat diagendakan dalam
dan
UndangUndang Rumusan
sebagai
Undang-Undang
Rakyat
mengubah
adalah
(1) Usul perubahan pasal-pasal
Pasal 3 ayat (1) yang berbunyi:
37
Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
diajukan
oleh
demikian, mempunyai makna
sekurang-kurangnya
1/3
bahwa
dari
wewenang
yang
sidang
apabila
untuk
menetapkan UUD merupakan
Majelis
tindakan yuridis sebagai tindak
Rakyat.
lanjut
setelah
perubahan
(2) Setiap
dilakukan
terhadap
anggota
Permusyawaratan
usul
perubahan
pasal-pasal
Undang-
1945. Wewenang menetapkan
Undang
diajukan
UUD ini hanya mempunyai
secara
makna
ditunjukkan dengan jelas
tunggal
UUD
jumlah
yaitu
Dasar tertulis
merupakan tindak lanjut dari
bagian
yang
wewenang mengubah, tidak
untuk
diubah
lagi
alasannya.
mempunyai
makna
(3) Untuk
menetapkan UUD dasar untuk mengatasi
sifat
pasal
kesementaraannya.
Dasar,
dan
diusulkan
mengubah
beserta
pasal-
Undang-Undang sidang
Majelis
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 93
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Permusyawaratan dihadiri
Rakyat
perubahan,
sekurang-
yaitu
terhadap
pembukaan UUD 1945 dan
kurangnya 2/3 dari jumlah
terhadap
anggota
Kesatuan Republik Indonesia.
Majelis
Permusyawaratan Rakyat.
Negara
Pembukaan UUD 1945
(4) Putusan untuk mengubah pasal-pasal
bentuk
yang merupakan dasar kaidah
Undang-
hukum
yang
fundamental
Undang Dasar dilakukan
memuat dasar filosofis dan
dengan
dasar normatif yang mendasari
persetujuan
sekurang-kurangnya
lima
seluruh
pasal-pasal
dalam
puluh persen ditambah satu
UUD 1945. Pembukaan UUD
anggota
seluruh
1945
Majelis
staatsidee (ideologi) berdirinya
dari
anggota
Permusyawaratan Rakyat.
juga
Negara
(5) Khusus mengenai bentuk
mengandung
Kesatuan
Indonesia,
Republik
maka
jika
negara Kesatuan Republik
pembukaan UUD 1945 itu
Indonesia
diubah,
tidak
dapat
dilakukan perubahan.
berarti
sama
membubarkan
hal
Negara
Dari mekainsme yang
Indonesia.
diatur dalam pasal 37 tersebut
mengenai
bentuk
negara
dapat
kesatuan
yang tidak
dapat
dilihat
bahwa
UUD
Sedangkan
Negara RI Tahun 1945 juga
dilakukan perubahan, karena
mempunyai sifat yang flexible
hal itu sesuai dengan jiwa dan
karena
oleh
kepribadian bangsa Indonesia
dengan
untuk hidup bersatu dalam
MPR,
dapat tidak
diubah harus
referendum.
Prosedur
wadah
perubahannya pun tidak begitu
Negara
Republik Indonesia.
sulit, hanya harus dihadiri
Ad.
sekurang-kurangnya 2/3 dari
atauWakil Presiden
b)
Melantik
disetujui
sekurang-kurangnya
UUD Negara RI tahun 1945
50% ditambah satu anggota
(hasil perubahan) Presiden dan
MPR.
ada
Wakil Presiden dipilih dalam
beberapa hal yang secara tegas
satu pasangan secara langsung
tidak
oleh
dapat
Menurut
dan/
MPR
saja
harus
Presiden
seluruh
Namun,
dan
Kesatuan
dilakukan
rakyat
ketentuan
(Pasal
6A).
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 94
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Sehingga
wewenang
untuk
memilih
MPR
merupakan
salah
satu
ciri
dan
dalam sistem parlemen, yang
mengangkat Presiden dan/atau
hal ini menunjukan kedudukan
Wakil Presiden sudah tidak
eksekutif lebih lemah dari pada
ada lagi. Karena dipilih secara
parlemen,
langsung oleh rakyat, maka
sistem
Presiden
kedudukan
juga
bertanggung MPR,
tidak
jawab
namun
lagi
padahal
dalam
presidensiil
itu
eksekutif
dan
kepada
legislatif itu harus sama-sama
langsung
kuat. Di satu sisi Presiden
bertanggung
jawab
kepada
selain sebagai Kepala Negara
pemilihnya
yaitu
rakyat.
sekaligus
Sejalan
dengan
Kepala
maka
Pemerintahan merupakan satu
untuk
ciri dalam sistem pemerintahan
menetapkan GBHN sebagai
presidensiil, sehingga dalam
bentuk
pertanggungjawaban
keadaan yang demikian tidak
Presiden kepada MPR juga
dapat dikatakan Indonesia itu
telah dihapus.
menganut sistem pemerintahan
wewenang
itu,
sebagai
MPR
Penghapusan terhadap wewenang
MPR
presidensiil,
untuk
dikatakan
akan
tetapi
sebagai
sistem
menetapkan GBHN sebagai
presidensiil yang semu/tidak
bahan
murni (quasi presidensiil) atau
pengukur
disebut
“quasi
dan
adapula
mengatakan
sistem
pertanggungjawaban Presiden,
juga
terkait
parlementer”
dengan
sistem
antara
Presiden
hubungan
yang
bisa
dengan MPR, dimana Presiden
supremasi
harus tunduk dan bertanggung
setelah Peubahan UUD 1945
jawab
sistem
kepada
MPR,
suatu
langkah
merupakan untuk
menegaskan
pemerintahan menurut Tahun
yang
UUD 1945
Presidensiil.
Presiden
Namun
pemerintahan
presidensiil itu dianut secara
sistem
murni
dianut
Presiden dipilih langsung oleh
Negara yaitu
MPR.
atau
utuh,
karena
RI
rakyat sehingga ia tidak lagi
sistem
tunduk dan bertanggung jawab
yang
kepada
harus tunduk dan betanggung
MPR,
akan
tetapi
betanggung jawab langsung
jawab kepada MPR (parlemen) Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 95
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
kepada
pemilihnya
yaitu
peraturannya dengan selurus-
rakyat.
lurusnya. Hubungan
Presiden
antara
dan/atau
Ad. c) Memberhentikan Presiden
Wakil
dan/atau
Wakil
Presiden dengan MPR yang
dalam
masih
menurut UUD
ada
adalah
hanya
sebatas
bahwa
Presiden
dan/atau
Wakil
Presiden
Presiden
masa
jabatanya
Meskipun
wewenang
untuk
menetapkan
MPR
terpilih itu sebelum memangku
GBHN sebagai suatu bahan
jabatannya bersumpah menurut
untuk menilai kebijakan yang
agamanya,
ditempuh pemerintah , yang
atau
berjanji
dengan sungguh-sungguh di
dari
hadapan
muncul wewenang lain yaitu
Majelis
wewenang
itu
Permusyawaratan Rakyat atau
mencabut
Dewan
memberhentikan
Presiden
(Pasal 9 ayat (1)). Lebih lanjut
dan/atau
Presiden
Pasal 9 ayat (2) mengatur
apabila Majelis dalam Sidang
dalam hal MPR dan DPR tidak
Istimewa MPR yang diminta
sedang
Presiden
DPR, menilai bahwa Presiden
Presiden
dengan
sungguh-sungguh
melanggar
haluan
dan/
Perwakilan
Rakyat
bersidang, atau
terpilih
Wakil bersumpah
atau
mandat
juga
Wakil
dan
negara
berjanji dihadapan Pimpinan
dan/atau UUD 1945 itu sudah
MPR
pimpinan
tidak ada lagi. Namun dalam
Mahkamah Agung. Dalam hal
keadaan tertentu Majelis juga
ini berarti MPR menjalankan
masih mempunyai wewenang
fungsi
untuk
disaksikan
perwakilan,
yaitu
memberhentikan
menjadi wakil seluruh rakyat
Presiden
Indonesia untuk menjadi saksi
Presiden dalam masa jabatanya
sekaligus mengambil sumpah
menurut UUD (Pasal 3 ayat
dan janji Presiden dan Wakil
(3)). Ketentuan itu sejalan
Presiden terpilih bahwa ia akan
dengan
memenuhi
kewajibannya
menyatakan:
sesuai
dan
“Presiden
UUD
undang-undang
segala serta
dan/atau
Pasal
7A
dan/atau
Wakil
yang
Wakil
Presiden dapat diberhentikan dalam masa jabatannya oleh
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 96
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Majelis Rakyat
Permusyawaratan atas
usul
Perwakilan
Dewan
Rakyat,
apabila
terbukti
mengambil
tindakan
untuk
memberhentikan
baik
Presiden
dan/atau
telah
Presiden
dari
melakukan pelanggaran hukum
sebagai
berupa pengkhianatan terhadap
pelanggaran
negara, korupsi, penyuapan,
dilakukannya.
tindak pidana berat lainnya,
nyata
Wakil
jabatannya konsekuensi yang
Mengenai
mekanisme
atau perbuatan tercela maupun
pemberhentian
apabila
dan/atau Wakil Presiden secara
terbukti
memenuhi Presiden
tidak
lagi
syarat
sebagai
dan/atau
Wakil
konstitusional
Tahun
Jadi apabila Presiden Wakil
terbukti
telah
pelanggaran
diatur
dalam
pasal 7B UUD Negara RI
Presiden”.
dan/atau
Presiden
1945
yang
dapat
dijabarkan sebagai berikut:
Presiden
a. Menurut Pasal 7A ayat (1)
melakukan
Presiden dan/atau Wakil
hukum
pengkhianatan
berupa
Presiden
terhadap
dapat
diberhentikan
apabila
negara, korupsi, penyuapan,
terbukti telah melakukan
tindak pidana berat lainnya,
pelanggaran hukum berupa
atau perbuatan tercela maupun
pengkhianatan
terhadap
apabila
negara,
korupsi,
terbukti
memenuhi
tidak
lagi
syarat
sebagai
Presiden
dan/atau
Wakil
Presiden,
maka
MPR
perbuatan tercela maupun
mempunyai wewenang untuk
apabila terbukti tidak lagi
memberhentikan Presiden dan/
memenuhi syarat sebagai
atau Wakil Presiden atas usul
Presiden dan/atau Wakil
DPR.
Presiden.
Wewenang
penyuapan, tindak pidana berat
ini
lainnya,
atau
merupakan suatu tindak lanjut
b. Kemudian menurut Pasal
dari fungsi pengawasan yang
7B ayat (3) jika ingin
dipegang oleh DPR. Sehingga
memberhentikan Presiden
secara langsung MPR juga
dan/atau Wakil Presiden
melaksanakan
fungsi
maka DPR harus bersidang
berhak
yang
pengawasan,
yaitu
dihadiri
sekurang-
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 97
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
kurangnya 2/3 dari semua
Dewan Perwakilan Rakyat
anggota
dan
tersebut paling lambat tiga
2/3
puluh hari sejak Majelis
DPR
sekurang-kurangnya
yang hadir menyetujuinya.
Permusyawaratan
(proses politik)
menerima
c. Selanjutnya DPR
kesimpulan
itu
disampaikan
usul
7B
(Pasal
Rakyat tersebut
ayat
(6)).
(proses politik).
kepada
Mahkamah
Konstitusi.
Mahkamah
memberhentikan Presiden
Konstitusi
wajib
dan/atau Wakil Presiden
memeriksa, mengadili, dan
jika dalam sidang untuk itu
memutus dengan seadil-
dihadiri
adilnya terhadap pendapat
kurangnya ¾ dari seluruh
DPR tersebut paling lama
anggota
90 hari setelah permintaan
sekurang-kurangnya
DPR
diterima
yang hadir menyetujui usul
Konstitusi
pembehentian itu (Pasal
itu
Mahkamah 7B
(Pasal
ayat
f. MPR
dapat
sekurang-
MPR
2/3
7B ayat (7))15.
(4)).
Terkait
(proses hukum) d. Jika Mahkmah Konstitusi memutuskan
dan
dengan
hal
tersebut diatas, Pasal 24C ayat
bahwa
(2)
mengatur
bahwa:
Presiden dan/atau Wakil
“Mahkamah Konstitusi wajib
Presiden benar-benar telah
memberikan
terbukti
pendapat Dewan Perwakilan
melakukan
perbuatan tercela, apalagi
Rakyat
melanggar hukum, seperti
pelanggaran
dituduhkan
maka
dan/atau
bersidang
menurut
menyampaikan
Dasar”.
DPR
DPR
segera
untuk
putusan
mengenai oleh Wakil
atas
dugaan Presiden Presiden
UndangUndang Pasal
tersebut
kepada MPR (Pasal 7B
menegaskan bahwa Mahkamah
ayat (5)).
Konstitusi
e. Majelis
Permusyawaratan
Rakyat
wajib
mempunyai
kewenangan untuk melibatkan 15
Miriam, Budiardjo, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, (Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. ke 27, Hal. 88
menyelenggarakan sidang untuk
memutuskan
usul
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 98
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
diri
dalam
proses
Ad. d) Memilih Wakil Presiden dari
pemberhentian
Presiden
dua calon yang diusulkan
dan/atau
Presiden
Presiden dalam hal terjadi
Wakil
sebagai proses hukum yang
kekosongan Wakil Presiden
harus dilalui terlebih dulu.
Sistem
Berdasarkan Pasal 7B dan
Pasal
ayat
dan/atau
wakil
(2)
Presiden yang dipilih secara
atau
langsung oleh rakyat, seperti
proses pemberhentian Presiden
yang diatur dalam Pasal 6 ayat
dan/atau Wakil Presiden di
(2), tidak menghapus fungsi
Indonesia
menganut
sistem
perwakilan
gabungan
yaitu
melalui
tersebut,
24C
Presiden
pemilihan
mekanisme
mekanisme mekanisme
politik hukum.
MPR
secara
keseluruhan, terutama terkait
dan Proses
dengan
tugasnya
memilih
Wakil
Presiden.
Dalam
pemberhentian itu dimulai dari
keadaan tertentu MPR masih
arena politik di DPR yang
menjalankan fungsi perwakilan
berpendapat Presiden dan/atau
untuk memilih Wakil Presiden
Wakil
telah
seperti diatur dalam Pasal 8
pelanggaran,
ayat (2) yang menyatakan:
selanjutnya kasus pelanggaran
“Dalam hal terjadi kekosongan
itu dibawa ke arena yuridis
Wakil
yaitu di Mahkamah Konstitusi
lambatnya dalam waktu enam
untuk
puluh
Presiden
melakukan
di
putus.
Setelah
Presiden,
selambat-
hari,
Majelis
Konstitusi
Permusyawaratan
Rakyat
memutuskan bahwa Presiden
menyelenggarakan
sidang
dan/atau Wakil Presiden telah
untuk memilih Wakil Presiden
terbukti
maka
dari dua calon yang diusulkan
kembali ke arena politik yaitu
oleh Presiden”. Jadi dalam hal
dibawa ke sidang MPR untuk
terjadi
diputuskan. Ditangan MPR lah
presiden,
sebagai arena politik keputusan
mempunyai wewenang untuk
pemberhentian
Presiden
memilih Wakil Presiden yang
dan/atau Wakil Presiden itu
diusulkan oleh Presiden untuk
ditentukan.
mengatasi kekosongan jabatan
Makamah
bersalah,
kekosongan MPR
Wakil masih
tersebut. Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 99
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Dalam
hal
terjadi
melalui
kekosongan Wakil Presiden,
pemilihan
secara
langsung.
Presiden berhak mengusulkan
Sebagaimana Manan16,
dua calon Wakil Presiden.
dijelaskan
Kekosongan itu bisa terjadi
calon Wakil Presiden untuk
karena
Presiden
mengisi kekosongan diajukan
berhenti,
oleh Presiden. Jalan pikiran
diberhentikan, dan tidak dapat
dari penuyusunan ketentuan ini
melakukan
adalah untuk menjamin kerja
Wakil
mangkat,
kewajibannya
Bagir
(Bagir Manan, 2003: 93). Ini
sama
berarti jika Wakil Presiden
Wakil
mangkat,
Pernahkah terpikirkan, bahaya
berhenti,
antara
Presiden
Presiden
baru.
diberhentikan, dan tidak dapat
yang
melakukan
dibandingkan menjamin kerja
kewajibannya,
lebih
dan
Wakil Presiden itu tidak dipilih
sama
secara langsung oleh rakyat,
Presiden. Presiden tidak hanya
karena hanya diusulkan oleh
memilih
Presiden dan dipilih oleh MPR
bekerja sama, tetapi yang akan
sehingga hal itu dirasa tidak
tunduk pada kemauan Presiden
mencerminkan demokrasi. Hal
belaka (Bagir Manan, 2003:
itu
95).
mungkin
Wakil jabatan
dikarenakan
Presiden
merupakan
yang
bertugas
Presiden
potensial
calon
dan
Wakil
yang
dapat
Jadi dalam hal terjadi kekosongan
jabatan
mendampingi Presiden, maka
Presiden,
ia harus dapat bekerjasama
mengusulkan dua calon Wakil
dengan
Presiden.
Presiden
menjalankan
dalam
Presiden
Wakil
Hal
itu
berhak
untuk
pemerintahan.
menjamin adanya kerja sama
Selain itu, sepertinya tidak
antara Presiden dengan Wakil
mungkin diadakan pemilihan
Presiden baru, karena tanpa
umum hanya untuk memilih
adanya kerja sama maka akan
seorang Wakil Presiden saja,
menganggu
karena pada dasarnya Presiden
penyelenggaraan
jalannya
dan Wakil Presiden dipilih dalam satu pasangan calon
16
Bagir Manan, “ DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru “, (yogyakarta: UII Press, 2003), Hal. 95
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 100
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
pemerintahan. Kemudian MPR
Luar Negeri, Menteri Dalam
memilih satu dari dua calon
Negeri,
dan
yang diusulkan oleh Presiden
Pertahanan
secara bersama-
itu. Meskipun hal itu dirasa
sama. Selambat-lambatnya tiga
tidak
puluh hari setelah itu, Majelis
mencerminkan
Menteri
demokrasi, namun wewenang
Permusyawaratan
Rakyat
ini
menyelenggarakan
sidang
dirasa
perlu
mengatasi
untuk
terjadinya
untuk memilih Presiden dan
kekosongan Wakil Presiden.
Wakil
Presiden
dari
dua
Ad. e) Memilih Presiden dan Wakil
pasangan calon Presiden dan
Presiden dari dua pasangan
Wakil Presiden yang diusulkan
calon Presiden dan Wakil
oleh
Presiden
dalam
masa
pasangan calon Presiden dan
jabatanya
jika
terjadi
Wakil
secara
suara terbanyak pertama dan
kekosongan
politik
Presidennya
yang
meraih
kedua dalam pemilihan umum
bersamaan Wewenang menunjukkan masih
partai
ini
juga
bahwa
MPR
melaksanakan
fungsi
sebelumnya,
akhir
masa jabatannya”. Presiden
perwakilan yang sangat kuat.
Presiden
Dalam
dipilih
terjadi
sampai
kekosongan
dan
yang oleh
Wakil
seharusnya
rakyat
secara
jabatan Presiden dan Wakil
langsung, namun hak yang
Presiden
bersamaan,
diatur secara tegas dalam Pasal
maka MPR berwenang untuk
6 ayat (2) UUD Negara RI
memilih Presiden dan Wakil
tahun 1945 tersebut tidak dapat
Presiden. Pasal 8 ayat (3) yang
dilaksanakan jika Presiden dan
mengatur mengenai wewenang
Wakil
ini menyatakan:
berhenti, diberhentikan, atau
“Jika
secara
Presiden
dan
Wakil
Presiden
tidak
dapat
mangkat,
melakukan
Presiden mangkat, berhenti,
kewajibannya
diberhentikan atau tidak dapat
jabatanya secara bersamaan.
melakukan
Untuk
kewajibannya
dalam
masa
menyelenggarakan
dalam masa jabatannya secara
pemilihan
bersamaan,
tugas
Presiden dan Wakil Presiden
kepresidenan adalah Menteri
secara langsung memerlukan
pelaksana
umum
memilih
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 101
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
persiapan yang cukup lama,
Pasal 8 ayat (2) itu timbul
padahal kekosongan jabatan
karena
Presiden dan Wakil Presiden
jabatan Wakil Presiden saja
harus segara diisi. Sehingga
sedang mekanisme pengisian
konstitusi
itu
memberikan
terjadi
dilakukan
kekosongan
dengan
cara
mengusulkan
dua
wewenang itu kepada MPR
Presiden
sebagai salah satu lembaga
calon
perwakilan
kemudian MPR memilih satu
yang
dianggap
lebih dapat mewakili kehendak
diantara
seluruh
diajukan
rakyat
dengan
pertimbangan keanggotaannya
terdiri
Wakil
dua
Presiden,
calon
itu.
yang
Sedangkan
unsur
wewenang yang diatur dalam
dari
pasal 8 ayat (3) itu muncul
anggota DPR dan DPD yang
karena
lebih
Presiden dan Wakil Presiden
mencerminkan
kedaulatan rakyat.
terjadi
kekosongan
secara bersamaan, sedangkan
Sementara
untuk
untuk pengisian dua jabatan itu
mengatasi kekosongan selama
dilakukan
belum dipilih Presiden dan
memilih
Wakil
baru,
Presiden dan Wakil Presiden
pelaksana tugas kepresidenan
yang diusulkan oleh partai
adalah Menteri Luar Negeri,
politik yang pasangan calon
Menteri Dalam Negeri, dan
Presiden
dan
Menteri
Presidennya
meraih
Presiden
Pertahanan
bersama-sama.
secara
Penunjukan
dengan dua
jalan pasangan
Wakil suara
terbanyak pertama dan kedua
ketiga menteri itu dirasa cukup
dalam
untuk mewakili tugas pokok
sebelumnya. Jadi MPR itu
Presiden dalam urusan dalam
menjalankan fungsi perwakilan
negeri,
dalam hal terjadi kekosongan
luar
negeri
dan
pertahanan.
Wakil
pemilihan
Presiden
umum
saja
dan
Sebenarnya wewenang
terjadinya kekosongan jabatan
ini sama dengan wewenang
Presiden dan Wakil Presiden
yang diatur dalam pasal Pasal
secara
8 ayat (2), hanya saja kasus
dilakukan
dan mekanismenya berbeda.
kekosongan jabatan tersebut yg
Wewenang yang diatur dalam
harus segera diisi.
bersamaan, untuk
hal
itu
mengatasi
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 102
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Dari uraian mengenai
untuk
mengakomodir
tugas dan wewenang setelah
kehendak
rakyat
Perubahan UUD 1945 tersebut,
mungkin
dapat dilihat fungsi Majelis
sewaktu-waktu
sebagai salah satu lembaga
dengan
yang melaksanakan kedaulatan
zaman. Selain itu juga
rakyat. Fungsi Majelis sebelum
untuk
dan setelah Perubahan UUD
kelemahan-kelemahan
1945, sebenarnya adalah sama,
terhadap
hanya saja wewenang yang
ketentuan
menjadi subtansi dari fungsi
Negara RI Tahun 1945
itu
yang dirasa perlu dilakukan
yang
membedakannya.
akan
perkembangan
mengatasi
ketentuandalam
perbaikan
mengubah
penyempurnaan
wewenang
MPR,
dan sehingga
muncul sesuai
Perubahan UUD 1945 telah tugas
yang
UUD
atau untuk
menjamin penyelenggaraan
fungsi MPR yang tercermin
negara
dari
serta terjaminnya HAM18.
tugas
dan
wewenang
dalam hal subtansinya juga berubah.
Menurut
yang
demokratis
(2) Fungsi Pengawasan
UUD
Fungsi pengawasan
Negara RI Tahun 1945 (hasil
tercermin dari tugas dan
perubahan)
wewenang
MPR
melaksanakan
untuk
MPR
untuk
kedaulatan
memberhentikan Presiden
rakyat tetap memegang tiga
dan/atau Wakil Presiden
fungsi, adapun ketiga fungsi
dalam
itu adalah sebagai berikut17:
menurut UUD. Fungsi ini
(1) Fungsi Konstitusi
merupakan tindak lanjut
Fungsi ini tercermin
dari
masa
fungsi
pengawasan
dari tugas dan wewenang
DPR,
MPR untuk mengubah dan
mengambil
menetapkan
Undang-
terhadap usulan DPR untuk
Undang Dasar (pasal 3 ayat
memberhentikan Presiden
(1)).
dan Wakil
Hal
ini
bertujuan
MPR
jabatanya
berwenang keputusan
Presiden di
17
.http://brikjon.blogspot.com/2012/05/pengar uh-politik-terhadap-penegakan.html+ Fungsi Majelis Permusyawaratan Rakyat Setelah Perubahan UUD 1945, Kamis, 8 Oktober 2012.
18
Lili Rasyidi, & Ira Rasyidi, “Pengantar Filsafat dan Teori Hukum”, (Bandung: PT Citra Adtya Bakti, 2001), Cet. Ke-8, Hal. 56
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 103
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
tengah
masa
jabatannya
pasangan calon Presiden
setelah
Mahkamah
dan
Konstitusi
memeriksa,
meraih
Wakil
Presidennya
suara
terbanyak
mangadili, dan memutus
pertama dan kedua dalam
usulan DPR tentang usul
pemilihan
umum
pemberhentian
sebelumnya
sampai
Presiden
dan/atau Wakli Presiden.
berakhir masa jabatanya,
Jadi
jika Presiden dan Wakil
MPR
berhak
mengambil untuk
keputusan
Presiden
mangkat,
memberhentikan
berhenti,
diberhentikan,
Presiden dan/atau Wakil
atau tidak dapat melakukan
Presiden jika MPR menilai
kewajibannya dalam masa
Presiden dan/atau Wakil
jabatanya
Presiden telah melakukan
bersamaan.
pelanggaran sebagai sanksi
secara
Fungsi ini juga disebut fungsi electoral, karena dalam
yang dapat diambil. (3) Fungsi Perwakilan (fungsi
hal ini MPR bertugas dan
electoral)
berwenang memilih
Fungsi perwakilan
pejabat
publik, yaitu Presiden dan
tercermin dari tugas dan
Wakil
wewenang
MPR masih tetap mempunyai
MPR
untuk
Presiden.
Meskipun
melantik
Presiden
fungsi
dan/atauWakil
Presiden,
berarti membawa konsekuensi
Memilih Wakil Presiden
Presiden harus tunduk dan
dari
bertanggung
dua
calon
yang
electoral
diusulkan Presiden dalam
MPR,
hal
sifatnya
terjadi
Wakil
kekosongan
jawab
karena tidak
tidak
kepada
fungsi rutin
ini hanya
dan
berlaku jika terjadi kekosongan
dan
Presiden dan Wakil Presiden
Wakil Presiden dari dua
secara bersamaan atau terjadi
pasangan calon Presiden
kekosongan Wakil Presiden
dan Wakil Presiden yang
saja
diusulkan
jabtannya.
memilih
politik partai
Presiden,
ini
Presiden
oleh atau politik
partai
sebelum
habis MPR
masa hanya
gabungan
menjalankan fungsi ini dalam
yang
hal terjadi kekosongan jabatan
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 104
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Presiden
dan/atau
Wakil
dan
wewenang
sebagaimana
Presiden, baik terjadi karena
tercantum dalam Pasal 3 ayat (1), (2),
Presiden
Wakil
dan (3), dan Pasal 8 ayat (1), (2) dan
Presiden mangkat, berhenti,
(3) UUD Negara RI Tahun 1945.
diberhentikan atau tidak dapat
Meskipun sebatas yang tercantum
melakukan
dalam pasal-pasal dan ayat-ayat itu,
dan/atau
kewajibannya
dalam masa jabatannya yang
fungsi
harus segera diisi. Akan tetapi
sekarang,
substansinya
adalah
jika
menyangkut
hal-hal
sangat
jabatan
Presiden
dan
dan
kewenangan
yang
Wakil Presiden telah habis,
penting
maka rakyatlah yang memilih
kehidupan bernegara. Sebagai contoh
Presiden dan Wakil Presiden
adalah adalah wewenang MPR dalam
secara
hal terjadinya impeachment yang tentu
langsung
melalui
pemilihan umum.
dan
MPR
mendasar
dalam
saja memperkuat sistem presidensial kita.
III. KESIMPULAN DAN SARAN
Dengan demikian perubahan
kedudukan, tugas, dan wewenang
3.1 Kesimpulan Perubahan UUD 1945 telah membawa
terhadap
eksistensi MPR dan Pimpinannya
kedudukan, tugas, dan wewenang
serta peran penting MPR dalam sistem
MPR. Dimana MPR yang dahulu
ketatanegaraan Indonesia, MPR masih
berkedudukan
mempunyai
tertinggi
implikasi
MPR tidak berarti menghilangkan
sebagai
negara,
pelaksana
lembaga
pemegang
sistem
penting
ketatanegaraan
dalam
Indonesia.
kedaulatan
Peran keseharian MPR lainnya juga
berkedudukan
terlihat dari upaya MPR mengelola
sebagai lembaga negara yang setara
setiap wacana usul perubahan UUD
dengan lembaga negara lainnya.
Negara
rakyat,
sepenuhnya
dan
peran
kini
MPR
Berubahnya kedudukan MPR
RI
Tahun
peningkatan pemahaman
dan
konstitusi
memang sering diartikan salah baik
dalam
yang
bernegara melalui sosialisasi UUD
terkait
dengan
eksistensi
lembaga maupun Pimpinan MPR, ia
kehidupan
1945
berbangsa
dan
Negara Republi Indonesia 1945.
juga berimplikasi kepada tugas dan
3.2 Saran
wewenang MPR. Sebagai lembaga
Dari
berbagai
penulisan
negara yang mempunyai eksistensi
makalah yang simpel ini mungkin
dalam sebuah bangunan negara, MPR
masih jauh dari kebenaran yang dapat
secara konstitusional diberikan fungsi
untuk di kaji kembali dalam dunia
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 105
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Marbun, B.N., “DPR-RI Pertumbuhan dan cara kerjanya”, edisi revisi, (Jakarta: depertemen pendidikan dan kebudayaan, 2000)
perkuliahan. Oleh karena itu penulis tidak
bosan-bosannya
menawarkan
kepada para pihak pembaca yang budiman
dan
khususnya
kepada
Mertokusumo, Sudikno, “Penemuan Hukum”, (Yogyakarta: Liberty, 2009), Cet ke-9,
bapak/ ibu dosen pembimbing berupa kritik maupun saran-saranya yang sifatnya
membangun
makalah
ini
Rasyidi, Lili & Rasyidi, Ira, “Pengantar Filsafat dan Teori Hukum”, (Bandung: PT Citra Adtya Bakti, 2001), Cet. ke VIII
kedepannya. DAFTAR PUSTAKA Buku Asshiddiqie, Jimly, “Hukum Tata Negara dan Pilar-Pilar Demokrasi”, (Jakarta: Konstitusi Press, 2005.), Cet. I.
Riyanto, Astim Kapita Selekta Hukum Dalam Dinamika, (Bandung: YAPEMDO, 2007) Thaib, Dahlan, et. all, “Teori dan Hukum Konstitusi” (Jakarta: Rajawali Pers, 2010)
Budiardjo, Miriam, “Dasar-Dasar Ilmu Politik”, Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 2005), Cet. ke 27.
Soemantri M, Sri, Tentang LembagaLembaga Negara Menurut UUD 1945, (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 1993)
Budiman, Arif, “Rambu-rambu Demokrasi, pengantar buku dari jack snyder, dari pemungutan suara ke pertumbuhan darah demokratisasi dan konflik nasionalis”, (Jakarta: kepustakaan populer gramedia (KPG), 2003), tanpa halaman. Juniarto, Demokrasi dan Pemerintahan Negara, Rineka Cipta, 1990),
Wahidin, Samsul MPR RI dari Masa ke Masa, (Jakarta. Bina Aksara, 1986) Yuhana, Abdy, “Sistem Ketatanegaraan indonesia pasca perubahan UUD 1945 (Sistem perwakilan di indonesia dan masa depan MPR RI)”, ( Bandung: Fokusmedia, 2007), Cet ke1
Sistem (Jakarta:
Lubis, M. Solly, “Serba-Serbi Politik Dan Hukum”, edisi 2 (Jakarta: PT. Sofmedia, 2011), Cet ke-1
Undang-Undang/Peraturan: Undang-Undang Dasar Negara Indonesia 1945 perubahan
Mahfud MD, Moh, “Perdebatan Hukum Tata Negara Pasca Amandemen Konstitusi” (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2010), Cet ke 1.
Republik sebelum
Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 setelah perubahan
--------------, “Dasar Dan Struktur Ketatanegaraan Indonesia”, (yogyakarta: UII Press, 1993)
ketetapan MPR RI Nomor II/MPR/1999 tentang peraturan tata tertib
Manan, Bagir, “ DPR, DPD dan MPR dalam UUD 1945 Baru “, (yogyakarta: UII Press, 2003)
Internet: http//:www.geogle: I gde pantja, “Identifikasi Masalah Atas Hasil Perubahan Uud 1945 Yang Dilakukan Oleh MPR Dan Komisi
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 106
Zainal Abidin Pakpahan
ISSN Nomor 2337-7261
Konstitusi”, seminar FH UNPAD bekerjasama dengan PERSAHI, 2004. Di akses, Senin 5 Oktober 2012. http://brikjon.blogspot.com/2012/05/pengaruh -politik-terhadap-penegakan.html+ Fungsi Majelis Permusyawaratan Rakyat Setelah Perubahan UUD 1945, Kamis, 8 Oktober 2012.
Jurnal Ilmiah “Advokasi” Vol. 04. No. 02. September 2016 107