PEMODELAN OKSIGEN TERLARUT (DO) DAN KEBUTUHAN OKSIGEN BIOLOGIS (BOD) DALAM ALIRAN SUNGAI CIKAPUNDUNG MENGGUNAKAN SISTEM DINAMIK MODELING OF DISSOLVED OXYGEN (DO) AND BIOCHEMICAL OXYGEN DEMAND (BOD) IN CIKAPUNDUNG RIVER WATER USING SYSTEM DYNAMICS Karissa Mayangsunda Philomela1 dan Arief Sudradjat2 Program Studi Teknik Lingkungan Fakultas Teknik Sipil dan Lingkungan, Institut Teknologi Bandung Jalan Ganesha 10 Bandung, 40132 1
[email protected] dan
[email protected]
Abstrak: Pembuangan limbah domestik dan penggelontoran kotoran ternak yang terjadi di sungai Cikapundung berkontribusi terhadap peningkatan kandungan organik dalam sungai. Di sisi lain pada salah satu ruas sungai merupakan intake PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtawening Kota Bandung. Kandungan organik ini menambah beban pengolahan PDAM terutama disebabkan oleh peningkatan kebutuhan bahan kimia untuk proses koagulasi. Hal ini memerlukan pengelolaan yang terencana disesuaikan dengan kondisi sungai. Kegiatan perencanaan dan pengelolaan memerlukan pertimbangan terhadap kondisi hidrolik dan kualitas air yang seringkali di luar kisaran data lapangan yang terlihat. Studi ini dilakukan dengan maksud mengembangkan model untuk menunjukkan hubungan antara DO dan BOD dalam segmen Sungai Cikapundung. Pemodelan sistem dinamik Sungai Cikapundung menggunakan STELLA 9.0.1 dengan persamaan Streeter-Phelps modifikasi dengan tahapan: (1) Artikulasi masalah; (2) Formulasi hipotesis dinamik; (3) Formulasi model simulasi; (4) Pengujian model; dan (5) Desain kebijakan dan evaluasi. Validasi terhadap data aktual mendapatkan nilai Mean Absolute Percentage Error sebesar 13,64 %. Nilai error >10% menunjukkan model tidak memiliki akurasi yang baik. Hasil simulasi terbaik ditunjukkan skenario 3, dengan konsentrasi DO dan BOD berturut-turut pada kompartemen 1, kompartemen 2, dan kompartemen 3 adalah sebagai berikut. Konsentrasi DO: 4,43 mg/L; 4,32 mg/L; 4,15 mg/L dan BOD: 1,2 mg/L; 1,09 mg/L; dan 1,01 mg/L. Untuk itu diperlukan kebijakan yang dapat melindungi kualitas air sungai di daerah dulu serta membatasi pembuangan limbah domestik di sepanjang aliran sungai. Kata kunci: DO, BOD, organik,.sistem dinamik, STELLA.
Abstract: Disposal of domestic waste and manure flushing occuring in Cikapundung river contribute to the enhancement of organic in the stream. On the other hand, one of the sections of the river is where the intake of PDAM Tirtawening Kota Bandung has been placed. This increasing of organic content adds the load of water treatment due to the high need of chemical for coagulation process. Thus, planning and management of river based on the characteristic is needed. Planning and management activities require the assessment of hydraulic and water quality conditions often beyond the range of observed field data. This study is aiming to develop a model to show interdependent relationship between DO and BOD in Cikapundung River segment. System Dynamic modelling in Cikapundung River using STELLA 9.0.1 with equation of modified Streeter-Phelps consist of following steps: (1) problem articulation; (2) formulation of dynamic hypothesis; (3) formulation of simulation model; and (4) testing. Validation by Mean Absolute Percentage Error resulting 13,64% error. Error value >10% shows less-accuracy of the model. Best simulation result is shown by scenario 3 by the concentration of DO and BOD in compartment 1,2, and 3 respectively as follows. DO: 4,43 mg/L; 4,32 mg/L; 4,15 mg/L. and BOD: 1,2 mg/L; 1,09 mg/L; and 1,01 mg/L. Therefore, necessary policy is one which can protect the quality of upstream and limiting domestic waste disposal along the riverbank. Key words: DO, BOD, organic, system dynamic, STELLA.
1
PENDAHULUAN Sungai Cikapundung merupakan salah satu anak sungai utama sungai Citarum. Sungai ini sebagian besar diapit oleh pemukiman warga yang sebagian besar berada langsung di bantaran sungai. Data BPLHD Kota Bandung menyebutkan sekitar 1.058 rumah yang berada dekat dengan bantaran Sungai Cikapundung hampir seluruhnya membuang limbah langsung ke sungai. Karenanya, sungai ini menerima limbah lebih dari 2,5 juta liter setiap harinya (Anonim, 2009). Pembuangan limbah domestik dan penggelontoran kotoran ternak yang terjadi di sungai Cikapundung berkontribusi terhadap peningkatan kandungan organik dalam sungai. Di sisi lain pada salah satu ruas sungai merupakan intake PDAM (Perusahaan Daerah Air Minum) Tirtawening Kota Bandung. Tingginya kandungan organik memerlukan oksigen terlarut yang berdampak terhadap peningkatan BOD. Kandungan organik ini menambah beban pengolahan PDAM terutama disebabkan oleh peningkatan kebutuhan kimia untuk proses koagulasi. Mempertimbangkan kondisi tersebut, perlu dilakukan upaya pengelolaan yang baik bagi Sungai Cikapundung. Kegiatan perencanaan dan pengelolaan memerlukan pertimbangan terhadap kondisi hidrolik dan kualitas air yang seringkali di luar kisaran data lapangan yang terlihat. Dalam konteks ini model hidrolik dan kualitas air perlu diformulasikan seumum mungkin untuk (1) mendeskripsikan kondisi terobservasi dan (2) memprediksikan skenario perencanaan yang mungkin berbeda secara substansial dari kondisi yang terlihat (Radwan dkk, 2003). Simonovic (1992; dalam Elshorbagy dan Ormsbee, 2006) menyarankan bahwa analisis sistem memiliki tempat tersendiri dalam ruang lingkup pengelolaan sumber daya air dan simulasinya merupakan alat yang esensial untuk pengembangan basis kuantitatif untuk pengambilan keputusan pengelolaan air. Bagaimanapun juga, terdapat kebutuhan yang kuat untuk mengeksplor alat simulasi yang dapat merepresentasikan sistem kompleks secara realistis dan dapat melibatkan pengelola sumber daya air dan operatornya dalam pengembangan model tersebut. Kebutuhan ini salah satunya dapat dipenuhi dengan pendekatan sistem dinamik. Adanya kebutuhan data untuk pengelolaan Sungai Cikapundung terutama oleh Pemerintah Kota Bandung sebagai pengelola dan sebagai input bagi PDAM Kota Bandung sendiri, maka salah satu pendekatannya ialah melalui pemodelan DO dan BOD dalam sungai tersebut terutama pada ruas di mana intake ditempatkan. Penelitian ini bertujuan untuk menguraikan sistem DO-BOD dalam segmen Sungai Cikapundung, membuat model sistem dinamik pada segmen terpilih, serta membandingkan kandungan DO dan BOD pada beberapa alternatif kebijakan.
METODOLOGI Pelaksanaan pemodelan secara umum terdiri atas tahapan: (1) studi pustaka; (2) pengumpulan data; (3) formulasi model; (4) kalibrasi dan validasi; dan (5) simulasi; sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 1. Studi pustaka dilakukan untuk menentukan persamaan dasar pemodelan dan variabel – variabel terkait. Data sekunder yang didapatkan adalah data fisik sungai serta kualitas sungai pada tahun 2012 yang diperoleh dari WASPOLA (Water Supply and Sanitation Policy Formula and Action Planning) facility. Sementara itu pengamatan secara langsung dilakukan untuk mendapatkan data kondisi bantaran sungai sepanjang segmen serta profil sungai sebagai perbandingan terhadap data sekunder yang telah didapatkan. 2
Model merupakan representasi dari realita yang kompleks. Model digunakan untuk menguji teori, untuk mengeksplor implikasi dan kontradiksinya (Winz dan Brierly, 2007). Sistem dinamik (Forester, 1961; dalam Teegavarapu dkk., 2005) adalah konsep berdasarkan system thinking dimana interaksi dinamik antara elemen dalam sebuah sistem keseluruhan. Gagasan utama pemodelan sistem dinamik ialah untuk memahami perilaku sebuah sistem melalui penggunaan struktur matematika sederhana secara konseptual. Tahapan dalam pemodelan dinamik ialah (Sterman, 2000): (1) Artikulasi masalah; (2) Formulasi hipotesis dinamik; (3) Formulasi model simulasi; (4) Pengujian model; dan (5) Desain kebijakan dan evaluasi. mulai mulai
STUDI STUDI LITERATUR LITERATUR
PENGUMPULAN PENGUMPULAN DATA DATA SEKUNDER SEKUNDER
PENGUMPULAN PENGUMPULAN DATA DATA PRIMER PRIMER
FORMULASI FORMULASI MODEL MODEL SISTEM SISTEM DINAMIS DINAMIS
Tidak Kalibrasi Kalibrasi dan dan validasi validasi
valid
SIMULASI SIMULASI
Pembuatan Pembuatan laporan laporan tugas tugas akhir akhir
selesai selesai
Gambar 1. Metode pengembangan model Formulasi model menggunakan perangkat lunak STELLA 9.0.1 dengan persamaan Streeter-Phelps (1925) modifikasi. STELLA (Structural Thinking, Experiental Learning Laboratory with Animation) merupakan alat yang ideal untuk memodelkan sistem dinamik (Teegavarapu et al, 2005) salah satunya pemodelan sumber daya air. STELLA memiliki empat objek yang digunakan untuk memformulasikan struktur model, yaitu stock, flow, converter, dan connector. Keempat objek tersebut merepresentasikan elemen fisik dan proses yang mempengaruhi kualitas air sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 1.
3
Tabel 1. Elemen fisik dan proses yang memengaruhi kualitas air dan objek terkait dalam STELLA (Teegavarapu, R. S. V., A. K. Tangirala, dan L. Ormsbee 2005) Komponen Danau, aliran sungai, deposisi, beban polutan Aliran masuk (sungai), berbagai beban Hubungan matematis (contoh: aliran beban polutan, hubungan peluluhan Batas sistem: alur sungai, outlet, dan DAS. Transfer hubungan dan penghubung tautan
Objek Stocks Flows Converters Sources and sinks Connectors
Kalibrasi menggunakan data DO dan BOD pada November 2012. Dalam studi ini validasi dilakukan dengan behavior test, yakni pengujian terhadap keluaran model yang dicocokkan dengan data yang tersedia. Metode yang digunakan adalah Mean Absolute Percentage Error (MAPE) berdasarkan konsentrasi DO dan BOD yang telah diobservasi dan yang diprediksikan model. MAPE merupakan rata-rata absolut dari kesalahan terhadap prediksi model, dihitung berdasarkan Persamaan (1). Nilai optimal parameter pada model dipilih berdasarkan nilai MAPE terendah dan hasil model yang dapat diterima. Uji ini juga digunakan untuk mengetahui kesesuaian data hasil prakiraan dengan data aktual. Kriteria ketepatan model dengan uji MAPE (Lomauro dan Bakshi, 1985; dalam Somantri, 2005; dalam Somantri dan Thahir, 2007) adalah: MAPE < 5% : sangat tepat 5% < MAPE < 10% : tepat MAPE > 10% : tidak tepat
(1)
HASIL DAN PEMBAHASAN Dalam proses pengembangan model, terdapat beberapa hal yang perlu dipersiapkan untuk melengkapi formulasi model sebagaimana tahapan pemodelan yang dikemukakan oleh Sterman (2000). 1. Artikulasi masalah dan batasan Permasalahan yang diselesaikan dengan pemodelan ini adalah masalah kualitas sungai Cikapundung di mana terdapat kandungan organik yang tinggi. Kandungan organik tersebut menambah beban Instalasi Pengolahan Air milik PDAM Tirtawening. Pemodelan ini diharapkan dapat membuat model yang merepresentasikan perilaku sistem dinamis sungai sehingga dapat memberikan rekomendasi kebijakan pengelolaan sungai Cikapundung di segmen terpilih. Batasan yang digunakan dalam pemodelan adalah sebagai berikut. a. Segmen sungai terpilih ialah segmen sungai Cikapundung dimulai dari jembatan Dago Bengkok sampai dengan intake PDAM Dago Pojok PDAM Tirtawening (Gambar 2).
4
Dilakukan pembagian menjadi tiga segmen lebih kecil yang diasumsikan sebagai kompartemenyang konsentrasinya tercampur sempurna. b. Parameter yang digunakan dalam pemodelan adalah DO sebagai indikator kesehatan perairan dan BOD sebagai indikator pencemaran organik. c. Persamaan dasar yang digunakan adalah persamaan Streeter-Phelps modifikasi. d. Model hanya dapat diaplikasikan secara spesifik pada segmen terpilih.
Gambar 2. Segmen Sungai Cikapundung terpilih 2. Formulasi hipotetik dinamik Hipotetik dinamik dibangun dalam suatu bentuk model konseptual berupa Diagram sebab akibat “Causal Loop Diagram”. Diagram ini berguna untuk menunjukkan hubungan sebabakibat antar variabel dalam model. Dalam pemodelan ini digunakan diagram sebab akibat pada Gambar 3.
+ BOD BOD
-
+
deoksigenasi deoksigenasi
DO DO
-
-
reoksigenasi reoksigenasi
+
+ debit debit
Gambar 3. Causal Loop Diagram model DO-BOD 3. Formulasi struktur model Segmen sungai sepanjang 1.470 m dibagi menjadi tiga segmen. Segmen pertama dimulai dari jembatan Dago Bengkok sampai dengan setelah masuknya Kali Cibojong (titik 1 – titik 2 pada Gambar 2) dengan panjang segmen 110 m. Segmen kedua sepanjang 690 m berakhir setelah masuknya saluran pembuangan domestik dari RW 08 Kelurahan Ciumbuleuit (titik 3
5
pada Gambar 2). Setiap segmen dimisalkan sebagai suatu kompartemen berpenampang persegi panjang dengan properti tertentu sebagaimana ditunjukkan oleh Tabel 2. Tabel 2. Data fisik tiap kompartemen sungai Properti Temperatur (oC) DO jenuh (mg/L) Panjang segmen (m) Kedalaman lebar (m) kecepatan (m/s) debit (m3/s)
Kompartemen 1
Kompartemen 2
Kompartemen 3
28,1 7
23,5 7,6
27,7 6,9
110 0,25 5,5 1,1 4,11061
690 0,5 3 0,4 4,39861
670 0,8 7,5 0,9 4,4
DO dan BOD dalam air sungai merupakan suatu sistem dinamik. konsentrasi DO dalam badan air bervariasi terhadap waktu dan dipengaruhi oleh faktor fisik, biologis, dan kimiawi seperti pH, temperatur, tekanan udara, dan salinitas (Mwegoha et al, 2010). Dalam pemodelan ini, sistem dinamik DO dan BOD dalam sungai mengikuti persamaan Streeter-Phelps modifikasi pada Persamaan (2).
(2) Keterangan: D L N R-P S H kd kn
= Defisit oksigen, mg/L = BOD, mg/L = NH3-N, mg/L = selisih oksigen dari fotosintesis dengan penggunaan respirasi, mg/L = laju kebutuhan oksigen terkait organik tersedimentasi, mg/L = kedalaman rata – rata, m = konstanta penguraian CBOD, /hari = konstanta penguraian NBOD, /hari
Laju reoksigenasi dipengaruhi oleh selisih DO jenuh dengan DO pada segmen tersebut serta koefisien reaerasi (ka) mengikuti Persamaan (3).
(3)
6
DO jenuh dihitung berdasarkan tekanan, temperatur, dan konduktivitas air sungai sehingga didapatkan data pada Tabel 2. Nilai ka secara teoritis dapat dihitung berdasarkan persamaan Negulescu & Rojanski (1969) pada Persamaan (4).
(4) Keterangan: U = Kecepatan aliran, ft/s H = Kedalaman, ft Laju deoksigenasi dipengaruhi langsung oleh BOD (CBOD dan NBOD) serta materi organik yang tersedimentasi mengikuti Persamaan (5). Nilai kd untuk materi organik di sungai Cikapundung ialah rata – rata 0,207606 dengan standar deviasi (Sd) 0,29531/hari (Harsono dan Nomosatryo, 2010). Kebutuhan oksigen untuk sedimen ditentukan pada rentang 0,079 g O2/m2.jam – 0,116 O2/m2.jam (USEPA, 1997). Sementara itu, nilai k laju penggunaan BOD untuk nitrogen berkisar antara 0,1 dan 0,5 /hari dan N = 4,57 x NH3-N (Van & Loc, 2012). Peningkatan BOD diakibatkan oleh input BOD dari aliran hulu, kali yang masuk, atau limbah domestik yang dialirkan ke sungai. Penurunan BOD berkaitan erat dengan laju deoksigenasi (kd). Selain dengan proses biokimiawi, BOD juga dapat turun akibat proses sedimentasi materi organik yang tersuspensi (Schnoor, 1996). Nilai k sedimentasi yang pernah dilaporkan adalah sekitar 0,5-5/hari (Schnoor, 1996). Akan tetapi nilai tersebut sangat tergantung pada kondisi aliran, termasuk kualitas airnya, dan badan sungai yang mendukung terjadinya proses sedimentasi (WASPOLA facility, 2013).
(5) Dalam setiap kompartemen dihitung berat DO dan BOD sehingga data dikonversi ke dalam satuan gram/detik. Pemodelan dimulai dengan kondisi setiap DO kompartemen = 0. Transfer massa antar kompartemen digambarkan sebagai flow mengikuti Persamaan (6), demikian pula untuk BOD.
(6) Dari persamaan – persamaan tersebut di atas dibentuk struktur model sebagaimana ditunjukkan oleh Gambar 4.
7
DOsat2
DOsat1
DOsat3
convertion ka3
ka2
ka1
cibojong
convertion C0
Q0
reaeration1
conv ertion
DO1
Q1
reaeration3
reaeration2 Q2
DO2
dV1
dV3
f low 2 to 3
f low 1 to 2
f low to 1
Q3
DO3
dV2
f low 3 to 4
Q2
NBOD Q1 Q0
SOD1 deoxy genation1
deoxy genation2
SOD3 NBOD deoxy genation3
SOD2
NBOD kd2
kd1
kd3
convertion
convertion
convertion
ksed1 ksed2 BOD dec2
BOD dec1 Q0
Co
ksed3
dV1
f low 0:1
BOD dec3 Q2
Q1 BOD1
BOD2
domestic load
BOD3 Q3
f low 2:3
f low 1:2
input BOD 1
dV2
dV3
f low 3:4
Limbah RW08 input BOD3
input BOD 2
BOD dom1 BOD cibojong
Gambar 4. Struktur model pada segmen terpilih 4. Kalibrasi dan validasi Parameter yang perlu dikalibrasi dalam pemodelan ini adalah koefisien reaerasi, SOD, koefisien laju sedimentasi, serta input BOD di setiap segmen. Kalibrasi dengan metode trial and error untuk mendapatkan nilai terdekat yang dapat diperoleh oleh model. Setelah kalibrasi, maka didapatkan data DO dan BOD pada tiap segmen sebagai berikut pada Tabel 3. Tabel 3. Variabel sistem yang telah dikalibrasi Variabel Kompartemen 1 Kompartemen 2 Kompartemen 3 ka (/hari) 8,2 1,73 2,54 0,079 0,1043 0,116 SOD (g/m2.jam) ksed (/hari) 0 9 5 input BOD (g/s) 107,52 0 0 kn (/hari) 0,5 0,5 0,5
8
Validasi perilaku model dilakukan dengan membandingkan estimasi model terhadap nilai sebenarnya, yang didekati dengan nilai Mean Absolute Percentage Error (MAPE). Nilai estimasi model dan perbandingannya ditunjukkan oleh Tabel 4. Grafik masing – masing kompartemen ditunjukkan oleh Gambar 4 dan Gambar 5. Berdasarkan nilai MAPE keluaran model tidak memiliki akurasi yang baik. Namun demikian, nilai yang ditunjukkan model sudah merupakan estimasi terbaik yang dapat dicapai oleh model ini dengan data yang tersedia. Oleh karena itu model masih dapat digunakan dengan beberapa penyesuaian. Tabel 4. Nilai estimasi model dan nilai aktual DO terukur (mg/L)
2,880
2,750
3,360
DO model (mg/L)
2,334
2,279
2,183
BOD terukur (mg/L)
35,000
28,000
26,000
BOD model (mg/L)
31,405
28,099
26,034
MAPE
13,64%
Gambar 4. Grafik estimasi DO pada setiap kompartemen
Gambar 5. Grafik estimasi BOD pada setiap kompartemen Model yang sudah dibuat merupakan representasi dari perilaku sistem sungai pada segmen terpilih sehingga selanjutnya dapat disimulasikan pada kondisi – kondisi yang telah 9
ditetapkan untuk mengambil kebijakan pengelolaan sungai yang terbaik pada segmen tersebut. Model ini juga dapat dikembangkan oleh end-user sesuai dengan kondisi sungai. 5. Simulasi Simulasi diperlukan untuk melihat pengaruh suatu kebijakan terhadap DO dan BOD dalam segmen terpilih. Pada pengembangan model ini akan dilakukan simulasi terhadap empat skenario, sebagai berikut. Skenario 1 : Skenario 2 : Skenario 3 : Skenario 4 :
Tidak ada input limbah domestik di kompartemen 1 dan kompartemen 2 Aliran dari hulu telah memenuhi baku mutu, konsentrasi DO = 7 mg/L dan BOD = 2 mg/L Skenario 1 dan skenario 2 bersamaan. Skenario 1 dan 2 bersamaan terjadi pada debit minimum.
Skenario 1 dibuat untuk melihat dampak ketiadaan masukan limbah domestik yang merupakan representasi dari kebijakan untuk membatasi pembuangan limbah ke sungai. Hasil simulasi dapat dilihat pada Gambar 6 dan Gambar 7. Skenario 2 dilakukan untuk mengetahui kemampuan segmen terpilih dalam mempertahankan DO dan BOD nya. Baku mutu yang digunakan adalah Peraturan Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air berdasarkan kriteria mutu kelas I. Hasil simulasinya dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. Skenario 3 meninjau kombinasi dari kedua skenario sebelumnya, dengan hasil simulasi ditunjukkan oleh Gambar 10 dan Gambar 11. Sementara dalam skenario 4 akan ditinjau DO dan BOD dalam kondisi ekstrim. Hasil simulasinya ditunjukkan oleh Gambar 12 dan Gambar 13.
Gambar 6. Simulasi DO skenario 1
Gambar 7. Simulasi BOD skenario 1
Gambar 8. Simulasi DO skenario 2
Gambar 9. Simulasi BOD skenario 2 10
Gambar 10. Simulasi DO skenario 3
Gambar 12. Simulasi DO skenario 4
Gambar 11. Simulasi BOD skenario 3
Gambar 13. Simulasi BOD skenario 4
KESIMPULAN Dalam sistem DO-BOD di segmen terpilih, terdapat beberapa mekanisme dan konstanta yang terlibat. Mekanisme dalam sub-sistem DO terdiri atas reoksigenasi, deoksigenasi CBOD, NBOD, dan SOD. Mekanisme dalam sub-sistem BOD terdiri atas input BOD, penguraian, dan sedimentasi. Model sistem dinamis pada segmen terpilih dapat dibuat menggunakan STELLA 9.0.1 dengan MAPE 13,64%. Nilai validasi >10% menunjukkan model tidak memiliki akurasi yang baik. Hasil simulasi terbaik ditunjukkan skenario 3, dengan konsentrasi DO dan BOD berturut-turut pada kompartemen 1, kompartemen 2, dan kompartemen 3 adalah sebagai berikut. Konsentrasi DO: 4,43 mg/L; 4,32 mg/L; 4,15 mg/L. Konsentrasi BOD: 1,2 mg/L; 1,09 mg/L; dan 1,01 mg/L. Mempertimbangkan hasil simulasi maka diperlukan kebijakan yang dapat melindungi kualitas air sungai di daerah dulu serta membatasi pembuangan limbah domestik di sepanjang aliran sungai.
11
DAFTAR PUSTAKA Anonim. (2009). Gambaran Umum Sungai Cikapundung. Diakses tangal 27 Maret 2013 dari: www.citarum.org Elshorbagy, Amin & Ormsbee, Lindell. (2006). Object Oriented Modeling Approach to Surface Water Quality Management. Environmental Modeling & Software 21, 689 – 698. Harsono, E., & S. Nomosatryo. (2010). Pencirian karbon organik air Sungai Citarum Hulu dari masukan air limbah penduduk dan industri. J. Biologi Indonesia., 6, 277-288. Mwegoha, W. J. S., Kaseva, M. E., & Sabai, S. M. M. (2010). Mathematical Modeling of Dissolved Oxygen in Fish Ponds. African Journal of Environmental Science and Technology Vol. 4(9), pp. 625-638 Negulescu, M. & V., Rojanski. 1969. Recent Research to Determine Reaeration Coefficient. Water Res. 3 (3):189. Radwan, M., Willems, P., El-Sadek, A., & Berlamont, J. (2003). Modeling of Dissolved Oxygen and Biochemical Oxygen Demand in River Water Using a Detailed and a Simplified Model. Intl Journal of River Basin Management Vol. 1, No. 2, pp. 97-103. Schnoor, J. (1996). Environmental Modeling, Fate and Transport of Pollutants in Water, Air and Soil. Wiley-Interscience. ISBN 978-0-471-12436-8. Somantri, Agus Supriatna & Thahir, Ridwan. (2007). Analisis Sistem Dinamik Ketersediaan Beras di Merauke Dalam Rangka Menuju Lumbung Padi Bagi Kawasan Timur Indonesia. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Sterman, John D. (2000). Business Dynamics: System Thinking and Modeling for a Complex World. McGraw-Hill: New York. Streeter, H., & E. Phelps. 1925. A study of the purification of the Ohio River. U.S. Public Health Service Bulletin No. 146, Washington, D.C., USA. Teegavarapu, R. S. V., Tangirala , A. K., & Ormsbee, L. (2005). Modeling Water Quality Management Alternatives for a Nutrient Impaired Stream using System Dynamics Simulation. Journal of Environmental Informatics 5 (2) 73-81. Van, Hoang Ngoc Tuong & Loc, Tran Quang. (2012). Assessment of Assimilative Capacity of Dong Ba and Bach Yen River Branches, Hue City. Journal of Science, Vol. 70, No. 1, pp. 275-288 WASPOLA facility. (2013). Pemodelan Kualitas Air RPAM-Sumber Sungai Cikapundung. Bandung Winz, Ines & Brierley, Gary. (2007). The Use of System Dynamics Simulation in Integrated Water Resources Management. Proceedings of the 25th International Conference of the System Dynamics Society and 50th Anniversary Celebration. System Dynamics Society. [Available at http://www.systemdynamics.org/conferences/2007/proceed/index.htm]
12