1
Desain Interior Hotel The Malioboro Heritage Yogyakarta dengan konsep Cultural Heritage sebagai Daya Tarik Wisata dari Akulturasi Budaya Pecinan dan Yogyakarta Adnin Fairuzy Putri, dan Anggri Indraprasti Jurusan Desain Interior, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia e-mail:
[email protected]
Abstrak— Yogyakarta merupakan salah satu daerah tujuan wisata bagi para wisatawan yang datang baik dari dalam maupun luar negeri, di mana dengan potensi yang sangat tinggi tersebut, berbagai jenis hotel baik bintang maupun non-bintang dibangun untuk mengakomodasi para wisatawan yang datang berkunjung ke Yogyakarta. Hotel The Malioboro Heritage memiliki potensi menjadi sebuah daya tarik wisata bagi para wisatawan yang datang berkunjung ke Yogyakarta sebagai sebuah penginapan yang menawarkan suasana berbudaya dan bersejarah; sebuah hotel yang bercitrakan warisan budaya Pecinan dan Yogyakarta. Untuk itu, diperlukan sebuah pengkajian khusus terhadap nilainilai dan karakter budaya Pecinan dan Yogyakarta, serta karakter wisatawan yang merupakan target utama pengunjung hotel, untuk kemudian akan dibahas di dalam penelitian ini bagaimana konsep desain yang mampu mengangkat potensi hotel The Malioboro Heritage tersebut. Metode desain meliputi pengumpulan data yang dilaksanakan secara langsung maupun tidak langsung, dengan tahapan pengumpulan data berupa wawancara, survey, observasi dan studi literatur yang mengacu pada variabel yaitu karakter wisatawan sebagai pengguna, fasilitas khusus sebagai daya tarik wisata, dan suasana serta elemen interior sesuai image budaya Pecinan dan Yogyakarta. Hasil yang dicapai adalah konsep desain interior hotel sebagai sebuah daya tarik wisata dengan akulturasi budaya Pecinan dan Yogyakarta, di mana diharapkan mampu menampilkan image hotel sebagai warisan budaya keduanya, serta mampu menjadikan hotel The Malioboro Heritage menjadi salah satu tujuan utama wisatawan ketika berkunjung ke Yogyakarta sebagai bentuk perwujudan dalam menjadi salah satu icon penginapan terbaik di Yogyakarta. Kata Kunci— akulturasi budaya, daya tarik wisata, Hotel The Malioboro Heritage, Pecinan, Yogyakarta
I. PENDAHULUAN OGYAKARTA merupakan daerah tujuan wisata terbesar kedua di Indonesia setelah Bali. Wisatawan yang datang ke Yogyakarta beragam baik dari dalam maupun luar negeri. Berbagai jenis objek wisata telah dikembangkan di Yogyakarta, yaitu wisata alam, wisata sejarah, wisata budaya,
Y
serta wisata pendidikan. Namun daya tarik akan wisata budaya dan sejarah yang paling banyak merebut animo para wisatawan untuk terus datang berkunjung ke Yogyakarta. Salah satu tujuan kunjungan para wisatawan di Yogyakarta adalah Malioboro. Malioboro merupakan salah satu jalan utama di Yogyakarta di mana di sepanjang jalan tersebut dipenuhi berbagai pertokoan dan pedagang yang menjual suvenir khas Yogyakarta. Lebih dari 250 tahun yang lalu Malioboro telah menjadi sarana kegiatan ekonomi melalui sebuah pasar tradisional pada masa pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I. Dari tahun 1758 – sekarang Malioboro masih terus bertahan sebagai kawasan perdagangan dan menjadi salah satu daerah yang mewakili wajah kota Yogyakarta1. “Living Culture" atau suasana budaya di suatu masyarakat yang masih tetap terbangun dan berkembang adalah letak keunggulan wisata yang ditawarkan oleh Malioboro, yang juga menjadi salah satu bukti bahwa Yogyakarta sangat kaya akan sejarah dan budaya. Hal inilah yang pada akhirnya menjadi alasan mengapa wisatawan tertarik untuk mengunjungi Yogyakarta. Dengan potensi yang sangat tinggi tersebut, berbagai jenis hotel baik bintang maupun non-bintang dibangun untuk mengakomodasi para wisatawan yang datang berkunjung ke Yogyakarta. Meningkatnya persaingan dalam bisnis penginapan ini pada akhirnya menuntut setiap hotel wisata untuk memiliki sebuah keunikan dan image yang khusus sehingga dapat menjadi pilihan tempat menginap bagi para wisatawan. Pada kenyataannya pula, hotel juga dapat dikembangkan menjadi daya tarik bagi para wisatawan tersebut untuk datang berkunjung ke Yogyakarta. Hotel The Malioboro Heritage dibangun di wilayah Malioboro, tepatnya di daerah Kampung Ketandan dengan kualifikasi bintang tiga. Kampung Ketandan merupakan saksi sejarah akulturasi antara budaya Cina, Keraton dan warga Kota Yogyakarta. Sejak 200 tahun yang lalu daerah ini menjadi tempat masyarakat Cina tinggal dan mencari nafkah, sehingga diakui sebagai kawasan Pecinan Yogyakarta. Pada 1
Sejarah Malioboro, www.kotajogja.com
2 saat itu, Pemerintah Belanda menerapkan peraturan yang membatasi pergerakan dan membatasi wilayah kaum Cina. Atas izin Sri Sultan Hamengku Buwono II, mereka dapat menetap di daerah tersebut2. Kawasan pecinan Ketandan ini semakin tergusur oleh perkembangan zaman. Kawasan dengan unsur etnis Cina ini semakin terpinggirkan akibat semakin meningkatnya kawasan perdagangan di sekitar Malioboro. Oleh karena itu, muncul berbagai upaya untuk melestarikan kawasan ini oleh berbagai pihak, misalnya Pemerintah Kota Yogyakarta yang telah menetapkan Kampung Ketandan sebagai kawasan Pecinan yang akan selalu dikembangkan. Pada kawasan ini bangunanbangunan baru yang akan dibuat diharuskan dengan arsitektur Cina, sementara bangunan berarsitektur Cina yang telah ada akan tetap dipertahankan. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa bangunan hotel The Malioboro Heritage didesain dengan menerapkan ciri khas arsitektur Cina. Namun, sebuah hotel dengan arsitektur Cina saja tidak cukup untuk menarik wisatawan yang merupakan masyarakat di zaman modern ini, terutama di daerah wisata di mana telah banyak dibangun puluhan hotel sebagai akomodasi para wisatawan tersebut. Hotel The Malioboro Heritage perlu didesain dengan menerapkan suasana kehidupan rakyat kampung Pecinan dan Yogyakarta secara utuh. Hotel juga perlu dikembangkan tidak hanya sebagai sarana tempat untuk menginap tetapi juga menjadi sebuah daya tarik wisata yang menawarkan penginapan dengan suasana berbudaya dan bersejarah, disesuaikan dengan alasan mengapa wisatawan datang berkunjung ke Yogyakarta. Dengan beberapa alasan yang telah dipaparkan diatas, diangkat sebuah konsep desain interior hotel the Malioboro Heritage sebagai daya tarik wisata dengan konsep penerapan akulturasi budaya dan tradisi Pecinan dan Yogyakarta. Diharapkan dengan mengangkat penerapan budaya dari kedua wilayah yang bersejarah dan prestisius, dapat kembali menghidupkan wilayah tersebut, juga dapat tercipta sebuah image khusus pada hotel ini yaitu sebagai warisan budaya Pecinan dan Yogyakarta yang kemudian dapat dilirik sebagai sebuah daya tarik wisata bagi para wisatawan dan menjadi salah satu icon penginapan terbaik di Yogyakarta. II. URAIAN PENELITIAN A. Tahap Identifikasi Objek Tahap identifikasi objek merupakan tahapan untuk menentukan latar belakang, judul dan definisi judul, di mana dipaparkan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar belakang untuk melakukan riset desain interior Hotel The Malioboro Heritage. B. Tahap Identifikasi Masalah Tahap identifikasi masalah merupakan tahapan untuk menemukan permasalahan yang dilakukan guna mencapai tujuan dan mendapatkan manfaat dari desain interior Hotel The Malioboro Heritage. 2
Sejarah kampung ketandan, www.kotajogja.com
C. Tahap Pengumpulan Data Setelah melakukan tahapan identifikasi objek dan identifikasi masalah, dapat diketahui data-data yang diperlukan untuk mendukung proses desain interior hotel The Malioboro Heritahe. Pada tahap pengumpulan data, data yang dikumpulkan menjadi dua jenis yakni data primer yang mencakup wawancara, observasi lapangan dan survey, dan data sekunder yang meliputi studi literatur, yaitu : a). Wawancara Wawancara dilakukan dengan pemilik hotel untuk mengetahui dan memperoleh data-data yang berhubungan tentang hotel The Malioboro Heritage. b). Observasi Lapangan Observasi langsung dilakukan ke wilayah Malioboro dan Kampung Ketandan untuk mengetahui kondisi objek studi yang sebenarnya sehingga dapat memperoleh gambaran tentang wilayah tersebut. c). Survey Survey secara langsung berupa pembagian kuisioner dilakukan kepada target pengguna interior yaitu wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta dan memiliki pengalaman menginap di hotel. d). Literatur Studi literatur merupakan data sekunder yang didapatkan dari pihak yang tidak berkaitan langsung dan dijadikan landasan atau dasar dalam membuat konsep rancangan. Studi literatur diperoleh dari jurnal, buku peraturan, laporan penelitian, internet, koran, maupun majalah. Data dan informasi yang dicari adalah : a. Studi tentang hotel wisata, berkaitan dengan pengertian hotel wisata dan karakter tamu hotel wisata b. Studi tentang hotel bintang tiga, berkaitan dengan syarat fisik atau kriteria fasilitas hotel, jenis dan fasilitas standar kamar tamu, dan organisasi fungsional hotel c. Studi tentang hotel The Malioboro Heritage d. Studi tentang konsep daya tarik wisata e. Studi tentang akulturasi budaya f. Studi tentang budaya Yogyakarta g. Studi tentang budaya Pecinan h. Studi tentang hotel pembanding yang mengangkat konsep akulturasi budaya D. Tahap Analisa Data Dalam desain ini menggunakan metode penelitian untuk mengolah data berupa metode induktif, yaitu dengan mengumpulkan semua data yang ada kemudian dianalisa menggunakan metode analisa deskriptif dan metode analisa deduktif.
3 Wujud desain dari perpaduan karakter budaya Pecinan dan Yogyakarta akan difokuskan pada karakter budaya Yogyakarta sebagai gaya yang lebih dominan dari karakter budaya Pecinan. Perpaduan karakter kedua budaya yang akan dikembangkan pada interior adalah karakter-karakter dari unsur rumah Joglo Yogyakarta, ukiran khas Yogyakarta dan unsur arsitektur khas Cina yang nantinya akan menjadi sebuah bentuk warisan budaya dalam bentuk interior hotel sehingga menjadi sebuah bentuk daya tarik wisata bagi para wisatawan untuk mengeksplor budaya yang diterapkan di hotel tersebut. E. Aplikasi Konsep Desain 1). Konsep Ruangan Hotel berdiri di atas lahan dengan luas sekitar 3000 m² yang berupa bangunan 7 lantai dan 2 lantai basement.
Gambar. 1. Skema alur metode desain
III. KONSEP DESAIN A. Objek Desain Objek desain interior merupakan sebuah fasilitas akomodasi berupa hotel wisata berbintang yang dibangun di kampung Ketandan kawasan Malioboro, Yogyakarta. B. Konsep Awal
Gambar. 2. Denah eksisting lantai 1
Konsep awal merupakan hubungan dari latar belakang rumusan masalah, dan segmentasi desain dari hotel The Malioboro Heritage yang saling terkait satu sama lainnya. Wujud desain interior mengikuti dari ketiga hal tersebut sehingga didapatkan sebuah desain interior dengan nuansa akulturasi budaya Pecinan dan Yogyakarta dengan konsep Cultural Heritage sebagai sebuah bentuk daya tarik wisata. C. Tema Tema pada desain adalah Cultural Heritage dengan akulturasi budaya Pecinan dan Yogyakarta yang diterapkan pada bangunan hotel. Konsep Cultural Heritage diterapkan dengan perwujudan karakter budaya Pecinan dan Yogyakarta yang mewakili unsur tertentu sehingga menggambarkan sebuah warisan budaya ke dalam elemen bentuk, warna dan material pada interior ruangan.
Gambar. 3. Denah eksisting lantai 2
D. Konsep Desain Secara keseluruhan konsep yang diterapkan pada desain interior hotel The Malioboro Heritage adalah menciptakan desain interior hotel dengan perpaduan karakter budaya Pecinan dan Yogyakarta yang kemudian dikembangkan berdasarkan latar belakang, permasalahan dan tujuan. SesuaiM dengan konsep awal, penerapan konsep akan diterapkan pada interior serta bentuk bangunan.
Gambar. 4. Denah eksisting lantai 3-7
4 2) Konsep Bentuk Konsep bentuk yang diambil dari karakter terkuat dari budaya Yogyakarta yakni dari unsur-unsur pada Rumah Joglo Yogyakarta dan ukiran khas Yogyakarta, sedangkan yang diambil dari karakter terkuat dari budaya Pecinan adalah dari bentuk Moon Gate khas Cina. Diharapkan dari penerapan karakter budaya ini akan menjadi ciri khas budaya pada elemen interior hotel. Rumah Joglo Yogyakarta memiliki struktur dinding material kayu yang memiliki ukiran khas pada bagian-bagian dindingnya. Bentuk dinding ini akan diterapkan pada elemen dinding interior hotel dengan konsep bentuk dinding panel kayu.
Aksentuasi furniture menggunakan bentukan relung dari motif ukiran
Gambar. 8. Pengembangan motif ukiran pada elemen estetis, elemen dinding dan furniture.
Rumah Joglo Yogyakarta memiliki struktur utama dengan karakter khas yang terdapat pada empat pilar Soko Guru yang menyangga blandar Tumpang Sari, dimana struktur ini mengandung filosofi yang kuat dan dapat mewakili budaya Yogyakarta. Bentuk Soko Guru dan Tumpang Sari ini kemudian akan diterapkan sebagai bentuk kolom dan bentuk plafon pada area lobby hotel The Malioboro Heritage.
Gambar. 5. Konsep bentuk dinding panel dari analogi dinding kayu ukir
Yogyakarta memiliki motif ukiran kayu terkenal yaitu Motif ukiran Perak Yogyakarta. Motif ini memiliki ciri-ciri khusus yaitu berupa bentuk relungan daun pokok dengan daun cembung dan cekung yang tumbuh pada relung tersebut, dengan bagian akhir dari relung ini merupakan bentuk bulatan bunga yang mekar. Motif ini kemudian ditransformasikan ke dalam bentuk yang lebih sederhana.
Analogi bentuk Tumpang Sari diambil dari bentuk susunan penutup atap yang terdiri dari 5 susunan
Analogi bentuk Soko Guru diambil pada bentuk pilar yang persegi dan juga karakter bentuk penopang bagian atas yang terdiri atas 3 susunan
Bentuk relung daun pokok dan bulatan bunga diambil sebagai bentukan utama dari motif ukiran
Gambar. 6. Transformasi bentuk aksentuasi ukiran
Selanjutnya transformasi bentuk dari motif ukiran ini akan diterapkan sebagai aksentuasi pada dinding panel kayu, partisi, elemen estetis, maupun aksentuasi furniture.
Bentuk motif diterapkan dengan bentuk pengulangan sebagai pengembangan motif
Gambar. 7. Transformasi bentuk aksentuasi ukiran
Gambar. 9. Analogi bentuk Soko Guru dan Tumpang Sari
Selanjutnya adalah ciri khas dari arsitektur Cina yang terkenal yang akan diterapkan pada interior adalah bentuk Moon Gate. Moon gate merupakan gerbang khas Cina yang mengandung filosofi keterbukaan dan keramahan dalam budaya Cina, serta menyimbolkan sebuah transisi antara dua tempat khusus yang memiliki keindahan dengan ciri khas yang terdapat pada bentuk bulat atau hampir bulat, yang mewakili unsur budaya Cina. Bentuk moon gate tersebut kemudian diterapkan sebagai ide bentuk partisi kayu ukir dengan mengambil aksentuasi ukiran motif Perak Yogyakarta yang telah ditransformasi.
5 IV. HASIL DESAIN A. Ruang Terpilih – Kamar President Suite (Arjuna)
Gambar. 10. Analogi bentuk moon gate dengan ukiran kayu
3) Konsep Warna Konsep warna yang diterapkan pada desain merupakan perpaduan warna dari budaya Pecinan dan Yogyakarta, yaitu : Warna khas Yogyakarta
Warna khas Cina
Gambar. 12. Denah kamar President Suite (Arjuna)
Kamar ini memiliki luas sekitar 70 m². Fasilitas kamar ini berupa double bed, walk in closet, mini bar, tv, dining dan living area serta kamar mandi dengan bath tub, toilet dan wastafel. B. Desain Akhir Ruang Warna merah dan kuning (emas) merupakan bagian dari simbol lima elemen cina. warna merah melambangkan keberuntungan dan kemakmuran dan warna kuning (emas) melambangkan kekuatan dan kekuasaan, dan kedua warna tersebut paling banyak digunakan pada elemenelemen khas Cina.
Gambar. 11. Konsep warna dari karakter khas Yogyakarta dan Cina
4) Konsep Material Material yang banyak digunakan adalah material khas yang digunakan pada bangunan adat Cina dan Yogyakarta, yaitu kayu dan batu. Material kayu akan digunakan sebagai material furniture, dinding panel, partisi, hingga lantai dengan penggunaan parket. Sedangkan material batu akan digunakan sebagai material kolom hingga lantai dengan penggunaan marmer. 5) Konsep Pencahayaan Konsep pencahayaan pada ruangan adalah dengan pencahayaan alami dan buatan. Pencahayaan alami didapatkan dari jendela-jendela besar pada hotel. Pencahayaan buatan yang digunakan adalah general light dengan downlight serta task light dengan mengunakan wall washer, table lamp dan standing lamp.
Gambar. 13. Desain akhir kamar President Suite (Arjuna)
Kamar merupakan ruang dimana memiliki fungsi utama sebagai tempat istirahat, maka desain pada kamar dibuat senyaman mungkin dengan elemen interior perpaduan budaya Pecinan dan Yogyakarta diulang kembali pada interior kamar tapi dalam bentukan yang lebih sederhana dan sebagai bentuk point of interest dari desain kamar tersebut. Pola lantai pada area kamar tamu menerapkan perbedaan motif lantai untuk membedakan fungsi area yang ada di kamar tidur. Untuk living area menggunakan lantai parket kayu sedangkan untuk area yang lebih privat yaitu dining area dan area bed menggunakan karpet berwarna emas. Penggunaan karpet pada area kamar bertujuan untuk meredam suara berlebihan yang biasanya ditimbulkan dari lantai parket ataupun lantai marmer.
6
Gambar. 14. Desain akhir kamar President Suite (Arjuna)
Bentuk dinding pada area kamar tamu lebih menggunakan dinding bata polos biasa yang dicat berwarna beige untuk memberikan kesan yang netral untuk mendukung fungsi kamar sebagai area istirahat. Terdapat bentuk partisi moonshape sebagai wujud budaya Cina berdasarkan konsep desain yang telah ditentukan, sebagai partisi pada area privat. Partisi menggunakan aksentuasi ukiran Perak Yogyakarta sebagai bagian dari wujud budaya Yogyakarta. Bentuk furniture disesuaikan dengan konsep furniture khas tradisional Jawa yang tegas dan kaku dengan material kayu dan rotan. Sedangkan aksentuasi warna merah dan emas Cina diterapkan pada aksentuasi double bed. Selain itu elemen estetis pada area kamar tamu seperti tv cabinet dan bed headboard menerapkan transformasi motif ukiran Perak yang diaplikasikan secara berulang.
Yogyakarta dapat diambil beberapa kesimpulan, diantaranya : 1. Hotel The Malioboro Heritage merupakan hotel yang dibangun di Yogyakarta, tepatnya Kampung Ketandan dan diharapkan dapat menjadi ikon dari akulturasi budaya Cina dan Jawa. 2. Ditemukan 2 permasalahan untuk perancangan desain interior hotel The Malioboro Heritage, yaitu masalah meningkatkan aspek hotel agar meningkatkan kunjungan wisatawan dan masalah mewujudkan image hotel menjadi hotel warisan budaya Pecinan dan Yogyakarta. 3. Pemilihan konsep Cultural Heritage dengan penerapan akulturasi budaya Pecinan dan Yogyakarta merupakan korelasi antara meningkatkan aspek hotel menjadi daya tarik wisata yang dapat meningkatkan kunjungan wisatawan dan dalam usaha menciptakan image hotel menjadi image hotel warisan budaya keduanya. 4. Secara keseluruhan konsep desain dilanjutkan dengan penyusunan perancangan desain interior hotel The Malioboro Heritage dengan konsep Cultural Heritage adalah solusi dari atas masalah desain sesuai yang tercantum pada poin nomor 2. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya, atas segala kekuatan yang diberikan kepada penulis. Kedua orang tua penulis beserta keluarga. Ibu Anggri Indraprasti, S.Sn, M.Ds selaku dosen pembimbing dan dosen koordinator Tugas Akhir. Bapak Ir.Budiono, M.Sn dan Ibu Ir. Susy Budi Astuti, MT selaku dosen penguji. Bapak Dr.Mahendra Wardhana ST, MT selaku dosen Riset Desain Interior. Bapak Rudy Gunawan selaku pemilik hotel The Malioboro Heritage Yogyakarta dan Ibu Mita Lukardi dari PT. Herschel Indonesia yang telah membantu proses perhubungan dengan pihak hotel. Teman-teman Desain Interior angkatan 2010 ITS. DAFTAR PUSTAKA [1]
[2]
[3]
[4] [5] Gambar. 15. Desain akhir kamar President Suite (Arjuna) [6]
V. KESIMPULAN/RINGKASAN Dari pembahasan mengenai desain interior Hotel The Malioboro Heritage dengan konsep Cultural Heritage sebagai daya tarik wisata dari akulturasi budaya Pecinan dan
______. (2013). Ragam Motif Hias Klasik Tradisional. Sumber: http://blog-senirupa.blogspot.com/2013/09/ragam-motif-hias-klasiktradisional.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014. Achmad Junal Fajri. (2012). Mengulas Sistem Struktur Joglo Dan Arti Yang Terkandung di dalamnya. Sumber: http://achmadjf.blogspot.com/2012/06/mengulas-sistem-struktur-joglo-dan-arti.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014. Gina Adler. (2000). Architectural Themes of China. http://faculty.randolphcollege.edu/fwebb/buck/gdadler/chinesearchitectu re.html. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014. Hattrell, W.S. and Partner. Hotels, Restaurants, Bars. New York : Reinhold Publishing Corporation. (1962) Lynn Kirk. Gateway To the Garden. Sumber: http://www.lewisginter.org/gardens/collections/moongate.php. Diakses pada tanggal 10 Maret 2014. Moedjiono. (Januari 2011). Ragam Hias dan Warna sebagai Simbol dalam Arsitektur Cina. Sumber : http://eprints.undip.ac.id/32469/1/3.RAGAM_HIAS_DAN_WARNA_S EBAGAI_SIMBOL-moejiono.pdf