TEKNIK KOMUNIKASI DENGAN ANAK PENGERTIAN KOMUNIKASI Menurut buku Pendidikan Kesehatan Gigi, komunikasi adalah suatu pengiriman dan penerimaan pesan atau berita melalui suatu media antara dua orang atau lebih sehingga pesan yang dimaksud dapat dipahami yang di dalamnya terdapat unsur sumber atau pengirim berita, pesan yang disampaikan, media atau alat, umpan balik, sasaran serta akibat. Menurut Charles Cooley pada tahun 1909 dalam buku Kepemimpinan dan komunikasi, komunikasi adalah mekanisme yang menyebabkan adanya hubungan antar manusia dan yang memperkembangkan semua lambing pikiran, bersama-sama dengan alat-alat untuk menyiarkannya dalam ruang dan merekamnya dalam waktu. Ini mencakup wajah, sikap dan gerak-gerik, suara, kata-kata tertulis, percetakan, kereta api, telegram, telepon, dan apa saja yang merupakan penemuan mutakhir untuk menguasain ruang dan waktu. Dalam buku Pengantar Ilmu Komunikasi, komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik, yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan membangun hubungan antar sesama manusia, melalui pertukaran informasi, untuk menguatkan sikap dan ingkah laku orang lain, serta berusaha mengubah sikap dan ingkah laku itu. Everet M. Rogers seorang pakar Sosiologi Pedesaan Amerika yang telah banyak memberikan perhaian pada studi riset komunikasi, khususnya dalam hal penyebaran inovasi membuat deinisi bahwa komunikasi adalah proses dimana suatu ide dialihkan dari sumber kepada satu penerima atau lebih, dengan maksud untuk mengubah ingkah laku mereka. Deinisi ini kemudian dikembangkan oleh Rogers bersama D. Lawrence Kincaid (1981) sehingga melahirkan suatu deinisi baru yang menyatakan bahwa komunikasi adalah suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan iba pada saling pengerian yang mendalam.
Proses Komunikasi Dalam proses komunikasi, komunikator, media, dan pesan yang disampaikan akan berpengaruh terhadap terjadinya perubahan sikap dari penerima pesan. Apabila komunikator mempunyai kredibilitas yang baik oleh penerima pesan, perubahan sikap akan mudah terjadi pada diri penerima pesan. Sebaliknya apabila komunikator dianggap kurang baik kredibilitasnya oleh penerima pesan, biasanya perubahan yang terjadi kemungkinan akan kecil sekali atau bahkan mungkin akan terdapat penolakan terhadap komunikator. Selain kredibilitas komunikator, terdapat factor lain yang dapat mempengaruhi ingkat perubahan sikap penderita, seperi kekuatan, keatrakifan dan ailiasi kelompok. Jenis-Jenis Komunikasi : 1. KOMUNIKASI EKSPLISIF (OBYEKTIF) Komunikasi ekspilisit adalah komunikasi yang informasinya disampaikan secara verbal. Dalam hal ini, dokter gigi jangan membuat pertanyaan yang memaksa anak untuk memilih jawaban ya atau idak, misalnya “mau, kan, kamu membuka mulut?” Komunikasi Obyekif mencakup aspek-aspek berupa ; a. Vocabulary (perbendaharaan kata-kata). Komunikasi idak akan efekif bila pesan disampaikan dengan
kata-kata yang idak dimengeri, karena itu olah kata menjadi pening dalam berkomunikasi. b. Racing (kecepatan). Komunikasi akan lebih efekif dan sukses bila kecepatan bicara dapat diatur dengan baik, idak terlalu cepat atau terlalu lambat. c. Intonasi suara: akan mempengaruhi ari pesan secara dramaik sehingga pesan akan menjadi lain arinya bila diucapkan dengan intonasi suara yang berbeda. Intonasi suara yang idak proposional merupakan hambatan dalam berkomunikasi. d. Humor: dapat meningkatkan kehidupan yang bahagia. Dugan (1989), memberikan catatan bahwa dengan tertawa dapat membantu menghilangkan stress dan nyeri. Tertawa mempunyai hubungan isik dan psikis dan harus diingat bahwa humor adalah merupakan satu-satunya selingan dalam berkomunikasi. e. Singkat dan jelas. Komunikasi akan efekif bila disampaikan secara singkat dan jelas, langsung pada pokok permasalahannya sehingga lebih mudah dimengeri. f. Timing (waktu yang tepat) adalah hal kriis yang perlu diperhaikan karena berkomunikasi akan berari bila seseorang bersedia untuk berkomunikasi, arinya dapat menyediakan waktu untuk mendengar atau memperhaikan apa yang disampaikan. Komunikasi Eksplisif (Objekif) merupakan komunikasi yang informasinya disampaikan secara verbal. Verbal communicaion merupakan salah satu bentuk komunikasi yang disampaikan kepada pihak lain melalui tulisan atau lisan (Djoko Purwanto;1997). Seperi contoh berbicara dengan orang lain, menelepon kawan, presentasi makalah, membacakan puisi, membaca surat kabar, mendengarkan radio dan menonton televisi. Komunikasi verbal walaupun lebih kecil presentase keberhasilannya -bahkan menurut Ross hanya 35 %- dibanding komunikasi nonverbal, tetaplah dibutuhkan karena ada beberapa situasi yang idak bisa disampaikan komunikasi kita secara nonverbal. Melalui komunikasi ini diharapkan orang akan memahami apa yang disampaikan komunikator secara apa adanya. Komunikan diharapkan membaca atau mendengar apa yang dikatakan. Komunikasi verbal menempai porsi besar. Karena kenyataannya, ide-ide, pemikiran atau keputusan, lebih mudah disampaikan secara verbal keimbang non verbal. Dengan harapan, komunikan (baik pendengar maupun pembaca ) bisa lebih mudah memahami pesan-pesan yang disampaikan. Prakteknya, komunikasi verbal bisa dilakukan dengan cara : Berbicara dan menulis. Umumnya untuk menyampaikan bussines message,orang cenderung lebih menyukai speaking (berbicara) keimbang (wriing ). Selain karena alas an prakis, speaking dianggap lebih mudah “menyentuh” sasaran karena langsung didengar komunikan. Namun bukan berari pesan tertulis idak pening. Untuk menyampaikan pesan bisnis yang panjang dan memerlukan pemahaman dan pengkajian matang, diperlukan pula penyampaian wriing. Semisal penyampaian bussines report. Sangat idak mungkin jika hanya disampaikan dengan berbicara. Mendengarkan dan membaca. Kenyataan menunjukkan, pelaku bisnis lebih sering mendapatkan informasi keimbang menyampaikan informasi. Dan akivitas penerimaan informasi.pesan bisnis ini dilakukan lewat proses (listening) mendengarkan dan membaca (reading). Sayangnya, kenyataan juga menunjukkan, masih banyak di antara kalangan bisnis yang idak memiliki kemampuan dan kemauan memadai untuk melakukan proses reading dan listening ini. Sehingga pesan pening sering hanya berlalu begitu saja, dan hanya sebagian kecil yang tercerna dengan baik. 2. KOMUNIKASI IMPLISIF ( SUBYEKTIF ) Manusia dalam berkomunikasi selain memakai kode verbal ( bahasa), juga memakai kode implisit ( non
verbal). Kode implisit ( non verbal) biasa disebut bahasa isyarat atau bahasa diam ( silent language). Komunikasi implisit adalah informasi yang disampaikan secara non verbal seperi ekspresi wajah, tekanan suara, sentuhan tangan, ruang tunggu. Umumnya pasien anak-anak yang merasa cemas bentuk komunikasi non verbal sangat membantu Kode implisit yang digunakan dalam berkomunikasi, sudah lama menarik perhaian para ahli terutama dari kalangan antropologi, bahasa, bahkan dari bidang kedokteran. Perhaian para ahli untuk mempelajari bahasa implicit diperkirakan dimulai sejak tahun 1873, terutama dengan munculnya tulisan Charles Darwin tentang bahasa ekspresi wajah manusia. Hal menarik dari kode implicit adalah study Albert Mahradian (1971) yang menyimpulkan bahwa ingkat kepercayaan dari pembicaraan orang hanya 7% dari bahasa verbal, 38% dari vocal suara, dan 55%dari ekspresi muka. Ia juga menambahkan bahwa jika terjadi pertentangan antara apa yang diucapkan seseorang dengan perbuatannya, orang lain cenderung percaya hal- hal yang bersifat non verbal. Oleh sebab itu, Mark Knaf (1978) menyebut bahwa penggunaan kode non verbal dalam berkomunikasi memiliki fungsi untuk : 1. Meyakinkan apa yang diucapkannya (repeiion) 2. Menunjukkan perasaan dan emosi yang idak bisa diutarakan dengan kata- kata ( subsituion) 3. Menunjukkan jai diri sehingga orang lain bias mengenalnya ( idenity) 4. Menambah atau melengkapi ucapan- ucapan yang dirasakan belum sempurna. Pemberian ari terhadap kode implicit sangat dipengaruhi oleh system social budaya masyarakat yang menggunakannnya. Misalnya meludah di depan orang dipandang oleh beberapa kelompok masyarakat di Asia sebagai perbuatan yang kurang terpuji. Tetapi pada suku Indian, di Amerika diarikan sebagai penghormatan, di Afrika sebagai penghinaan dan pada beberapa suku, di Eropa Timur dianggap sebagai lambing kesialan. Demikian juga halnya dengan kebiasaan mengeluarkan lidah, bagi orang Eropa dan Amerika diarikan sebagai lelucon atau ejekan, tetapi di beberapa suku tradisional di Papua Nugini dilambangkan seagai ucapan selamat datang. Dalam kehidupan sehari- hari, kita sering kali di hadapkan pada hal- hal yang unik, seperi makin langkanya orang yang bias menganut prinsip satu kata dan perbuatan, makin banyak orang yang pintar bicara tetapi idak disertai perbuatan yang sesuai dengan ucapannya. Ataukah kita sering dihadapkan pada sesuatu yang justru kontradiksi dengan persepsi kita. Misalnya orang cenderung menggunakan atribut tertentu justru untuk menipu orang lain. Dari berbagai studi yang pernah dilakukan sebelumnya, kode implisit dapat dikelompokkan dalam beberapa bentuk, antara lain: a. Kinesics Ialah kode implicit yang ditunjukkan oleh gerakan-gerakan badan. Gerakan-gerakan badan dapat dibedakan atas 5 macam yaitu: 1). Emblems Ialah isyarat yang berari langsung pada symbol yang dibuat oleh gerakan badan. Misalnya mengangkat jari V yang arinya victory(menang), mengangkat jempol yang berari terbaik untuk orang Indonesia, tetapi terjelek bagi orang India. 2). Ilustrators Ialah isyarat yang dibuat dengan gerakan-gerakan badan untuk menjelaskan sesuatu. Misalnya besarnya
barang atau inggi rendahnya suatu objek yang dibicarakan. 3). Afect displays Ialah isyarat yang terjadi karena adanya dorongan emosional sehingga berpengaruh pada ekspresi muka, misalnya tertawa, menangis, tersenyum, sinis dan sebagainya. Hamper semua bahasa di dunia melihat prilaku tertawa dan tersenyum sebagai lambang kebahagiaan, sedangkan menangis dilambangkan sebagai tanda kesedihan. 4). Regulators Adalah gerakan-gerakan tubuh yang terjadi pada daerah kepala, misalnya mengangguk tanda setuju, atau menggeleng tanda menolak. 5). Adaptory Adalah gerakan badan yang dilakukan sebagai tanda kejengkelan. Misalnya menggerutu, mengepalkan inju ke atas meja, dan sebagainya. Selain gerakan-gerakan badan yang dilakukan oleh kepala dan tangan, juga gerakan-gerakan kaki bisa memberi isyarat seperi halnya posisi duduk. Bagi masyarakat Amerika dan Eropa, posisi duduk dengan kaki menyilang di atas kaki yang lainnya atau berdiri sambil bertolak pinggang adalah hal biasa,tetapi bagi orang Indonesia hal ini dinilai sebagai perbuatan yang kurang sopan. Begitu juga halnya dengan memberi atau menerima sesuatu selamanya dilakukan dengan tangan kanan, tetapi bagi orang Eropa dan Amerika menerima dengan tangan kiri dianggap biasa saja b. Gerakan mata Mata adalah alat komunikasi yang paling berari dalam member isyarat tanpa kata dan encerminan isi hai seseorang. Mark Knapp dalam risetnya menemukan 4 fungsi utama gerakan mata: 1. Untuk memperoleh umpan balik dari seorang lawan bicaranya. 2. Untuk menyatakan terbukanya saluran komunikasi dengan ibanya waktu untuk bicara. 3. Sebagai sinyal untuk menyalurkan hubungan, dimana kontak mata akan meningkatkan frekuensi bagi orang yang saling memerlukan. 4. Sebagai penggani jarak isik. c. Sentuhan (touching) Ialah isyarat yang dilambangkan dengan sentuhan badan. Menurut bentuknya sentuhan badan dibagi atas 3 macam yaitu: 1. Kinestheics Ialah isyarat yang ditunjukkan dengan bergandengan tangan satu sama lain sebagai symbol keakraban atau kemesraan. 2. Sociofugal Adalah isyarat yang ditunjukkan dengan jabat tangan atau saling merangkul. 3. Thermal Adalah isyarat yang ditunjukkan dengan sentuhan badan yang terlalu emosional sebagai tanda persahabatan yan begitu inim. d. Diam Sikap diam juga merupakan kode nonverbal yang mempunyai ari. Max Picard menyatakan bahwa diam idak semata-mata mengandung ari bersikap negaive, tetapi bias juga melambangkan sikap posiif.
Please download full document at www.DOCFOC.com Thanks