KATA BERINFIKS -EM- DAN -IN- DALAM KBBI -EM- AND -IN- INFIXES WORDS IN KBBI Prima Hariyanto Kantor Bahasa Provinsi Bangka Belitung Ruko Permata 7, Jln. Solihin G.P. Km 4, Pangkalpinang pos-el:
[email protected] (Makalah diterima tanggal 5 Maret 2014—Disetujui tanggal 7 April 2014) Abstrak: Makalah ini membahas kata berinfiks -em- dan -in- dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif, sedangkan teknik pengumpulan data yang digunakan adalah analisis kepustakaan. Korpus data penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Berdasarkan penelitian yang dilakukan, ditemukan 44 kata berinfiks -em- yang terdiri dari dua belas jenis kelompok makna dan lima kata berinfiks -in- yang terdiri dari lima jenis kelompok makna. Selain memaparkan kata berinfiks -em- dan -in- yang ada, penelitian ini juga mencoba memaparkan metode pendefinisian lema kata berinfiks yang bermakna ‘sama dengan bentuk dasarnya’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Kata-kata kunci: infiks, -em-, -in-, makna, lema Abstract: This paper discusses -em- and -in- infixed words in Kamus Besar Bahasa Indonesia. This research uses descriptive method and the data collecting technique is bibliographical analysis. The data corpus of this research is Kamus Besar Bahasa Indonesia (Third Edition). From the research, 44 -em- infixes words and 12 meaning of -eminfixes words; five -in- infixes words and five meaning of -in- infixes words, are found. Besides showing all of the infixes, this research also explains the method to define entries with -em- and -in- infix which have ‘the same meaning with their bases’ in Kamus Besar Bahasa Indonesia. Keywords: infix, -em-, -in-, meaning, entries
PENDAHULUAN Latar Belakang Setiap bahasa yang hidup dalam suatu masyarakat—dalam hal ini bahasa Indonesia—selalu berkembang. Kosakata sebagai salah satu unsur bahasa mengalami hal yang sama. Seiring dengan perkembangan tersebut, banyak kata dalam bahasa Indonesia yang mulai dilupakan oleh pemakainya. Selain itu, banyak pula katakata asing yang diserap ke dalam bahasa Indonesia sehingga kata-kata yang mulai dilupakan tadi semakin terasing dan hanya tersimpan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia. Salah satu bentuk yang jarang dipakai tersebut adalah kata-kata berinfiks. Pada umumnya, kata-kata tersebut hanya digunakan dalam karya sastra dan jarang
digunakan dalam kegiatan berbahasa seharihari. Kata-kata berinfiks dibentuk dari morfem dasar yang disisipi infiks. Infiksasi merupakan salah satu proses morfologis dalam pembentukan kata. Dalam proses pembentukannya, infiks diletakkan di antara konsonan dan vokal pada suku kata pertama. Sebagai contoh, imbuhan -em- jika disisipkan pada kata gunung, akan disisipkan pada suku kata pertama (gu) sehingga menjadi gemunung. Dalam perkembangannya, infiks ini semakin lama semakin tidak produktif lagi. Jarang sekali—bahkan tidak pernah—muncul katakata berinfiks baru dari infiks yang ada. Kata-kata berinfiks yang ada saat ini merupakan kata-kata yang sudah ada sejak dahulu; bukan kata bentukan yang baru.
BÉBASAN, Vol. 1, No. 1, edisi Juni 2014: 1—13
Karena keterbatasan ruang penulisan, dalam makalah ini penulis hanya menganalisis dua bentuk kata berinfiks, yakni kata berinfiks -em- dan -in-. Kedua bentuk dipilih karena memiliki persamaan, yakni dikategorikan sebagai afiks pembentuk adjektiva oleh Kridalaksana (1992). Masalah Permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah kata-kata apa saja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga yang merupakan kata berinfiks -em- dan -in- serta bagaimana makna dan metode pendefinisian kata berinfiks -em- dan -in- yang bermakna ‘sama dengan bentuk dasarnya’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Tujuan Berdasarkan masalah tersebut, tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut. 1. Memaparkan kata-kata mana saja dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga yang merupakan kata berinfiks em- dan -in- dalam bahasa Indonesia. 2. Menjelaskan makna infiks -em- dan -indalam bahasa Indonesia berdasarkan data. 3. Menjelaskan metode pendefinisian kata berinfiks -em- dan -in- yang bermakna ‘sama dengan bentuk dasarnya’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga KERANGKA TEORI Penelitian mengenai infiks -em- dan -indalam bahasa Indonesia telah banyak dilakukan oleh para ahli linguistik bahasa Indonesia, baik ahli dari dalam maupun luar negeri. Akan tetapi, pembahasan mengenai infiks oleh para ahli tersebut hanya secara garis besar, belum secara mendalam. Pembahasan mengenai infiks tersebut selalu bergabung dan menjadi bagian dari penelitian mengenai proses morfologis maupun dalam tata bahasa yang dibuat oleh 2
para ahli linguistik. Penelitian itu pun tidak terbatas pada bahasa Indonesia saja, tetapi juga bahasa Melayu sebagai akar bahasa Indonesia. Pengertian Infiks Menurut Gorys Keraf (1984), infiks adalah morfem nondasar yang secara struktural dilekatkan di tengah sebuah kata, yaitu antara konsonan yang mengawali sebuah kata dan vokal berikutnya. Bentuk Infiks Menurut Harimurti Kridalaksana (1992), dalam bahasa Indonesia terdapat empat macam infiks, yaitu -em-, -el-, -er-, dan -in-. Infiks -em- dan -in- dikategorikan sebagai afiks pembentuk adjektiva, sedangkan infiks -el- dan -er- dikategorikan sebagai afiks pembentuk nomina. Keempat infiks ini tidak mengalami perubahan morfofonemik (tidak beralomorf). Makna Infiks Menurut Harimurti Kridalaksana (1992), infiks -em- bermakna (1) ‘menyatakan banyak, bermacam-macam, atau kumpulan’; (2) ‘menyatakan intensitas, frekuensi’; dan (3) ‘mempunyai sifat atau memiliki hal yang disebut dalam kata dasar’. Infiks -el- bermakna (1) ‘menyatakan yang melakukan; alat (instrumentalis) atau memiliki hal yang disebut dalam kata dasar’; (2) ‘menyatakan intensitas’; (3) ‘menyatakan banyak atau bermacammacam’; (4) ‘berarti benda yang…’; dan (5) ‘berarti terjadi, berlaku, atau melakukan yang pelaku atau tindakannya banyak’. Infiks -er- bermakna (1) ‘menyatakan banyak atau bermacam-macam’; (2) ‘menyatakan alat (instrumentalis)’; (3) ‘mempunyai sifat atau memiliki hal yang disebut dalam kata dasar’; (4) ‘menyatakan berulang, terus-menerus, intensitas’. Infiks -in- bermakna (1) ‘berlangsung beberapa lama (kontinu)’; (2) ‘mempunyai sifat atau memiliki hal yang disebut dalam kata dasar’.
Kata Berinfiks -em- dan -in- … (Prima Hariyanto)
METODE PENELITIAN Dalam penelitian ini, penulis menggunakan metode deskriptif, yaitu metode berdasarkan fakta yang ada atau fenomena yang secara empiris hidup pada pengguna-penggunanya. Dengan demikian, hasil yang diperoleh merupakan pemerian bahasa apa adanya secara terperinci dan mendalam (Sudaryanto, 1988: 62). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis kepustakaan. Teknik kepustakaan digunakan untuk menganalisis data yang ditemukan agar dapat tercapai tujuan penelitian ini, yaitu kata mana saja yang merupakan kata berinfiks serta bagaimana makna dan metode pendefinisian kata berinfiks -emdan -in- yang bermakna ‘sama dengan bentuk dasarnya’ dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Langkah-langkah penelitian yang dilakukan oleh penulis meliputi pengumpulan data, pemeriksaan data, dan penganalisisan data. Langkah pertama adalah pengumpulan data. Data dikumpulkan dengan mencari kata-kata yang dicurigai mengandung infiks dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga cetakan tahun 2005. Penulis mendaftar seluruh kata dalam KBBI yang mengandung bentuk -em- dan in-. Pada tahap pertama ini, penulis belum memperhatikan letak kedua bentuk infiks tersebut, apakah di suku kata awal, tengah, atau akhir sehingga ditemukan 1.567 kata yang mengandung bentuk -em- dan 2.723 kata yang mengandung bentuk -in-. Dari daftar kata yang telah ditemukan tersebut, penulis mencari kata-kata yang dicurigai sebagai kata berinfiks, yaitu dengan menggunakan ciri bahwa infiks diletakkan di antara konsonan dan vokal pada suku kata pertama. Sebagai contoh pada tahap pertama ditemukan kata emigrasi, gemebyar, dan demokrasi. Sesuai ciri di atas, hanya gemebyar dan demokrasi yang dimasukkan ke tahap kedua, sedangkan emigrasi dieliminasi karena tidak sesuai ciri. Pada
tahap ini ditemukan 358 kata (kelompok em-) dan 119 kata (kelompok -in-). Data tersebut disaring lagi dengan menghilangkan bentuk -em- dan -in- untuk mencari bentuk dasarnya. Sebagai contoh, pada tahap sebelulmnya ditemukan kata cemerlang dan demokrasi. Kedua kata tersebut dihilangkan bentuk -em- sehingga menjadi cerlang dan dokrasi. Setelah dicek di KBBI, hanya ditemukan kata cerlang. Bentuk dokrasi tidak dikenal dalam bahasa Indonesia sehingga dokrasi dieliminasi pada tahap ini. Pada tahap ini ditemukan 108 pasang kata. Dari data yang dihasilkan pada tahap ketiga tersebut, penulis meneliti kembali setiap pasangan kata tersebut, apakah memiliki keterkaitan makna atau tidak. Jika ditemukan keterkaitan makna antara kata yang dianggap berinfiks dan kata yang dianggap sebagai bentuk dasarnya, pasangan tersebut dimasukkan ke dalam kelompok selanjutnya, yaitu kelompok kata berinfiks. Pasangan kata inilah yang dianalisis lebih lanjut untuk ditentukan apakah merupakan pasangan kata berinfiks dan bentuk dasarnya atau bukan. Metode morfologis yang digunakan untuk meneliti kata-kata yang ditemukan tersebut adalah metode analisis struktural dengan model penataan. Metode penataan atau tata nama meneliti data berdasarkan unsur-unsur gramatikal yang ada. Sebagai contoh, kata gunung dan gemunung. gunung _________gunung gemunung_______banyak gunung Dari contoh di atas dapat dilihat bahwa perubahan bentuk gunung menjadi gemunung mengalami perubahan makna. Infiks -em- pada contoh tersebut mewakili konsep makna ‘banyak’. Sebagaimana disebutkan oleh Hocket (1959) dan Robins (1960) (dalam Kridalaksana, 2007: 24—25), dalam linguistik terdapat beberapa model analisis, yaitu model proses, model penataan, dan 3
BÉBASAN, Vol. 1, No. 1, edisi Juni 2014: 1—13
model paradigma. Untuk menjelaskan model penataan dan model paradigma, digunakan kata pesuruh sebagai contoh; sedangkan untuk menjelaskan model proses, digunakan kata ajar sebagai contoh. Model penataan atau model tata nama (item—and—arrangement model) menyajikan unsur-unsur gramatikal—dalam hal ini morfem—dan memperlihatkan bagaimana hubungan di antara unsur-unsur tersebut. Kata pesuruh terbentuk dari morfem afiks pe- dan morfem suruh. Dalam model paradigma (word— and—paradigm model), yang diperlakukan sebagai satuan dasar adalah kata, dan unsurunsur kata, yakni morfem, diperlihatkan secara tersirat. Kata pesuruh disajikan bersama dengan kata lain yang mengandung nama-nama yang mirip: pesuruh, penyuruh, menyuruh, dan suruhan. Dalam model proses (item—and— process model) diakui dua komponen, yaitu dasar dan proses. Sebagai contoh kata ajar yang dibentuk menjadi kata polimorfemis dengan kelas verba. Kata ajar dapat dibentuk menjadi belajar dan mengajar. Dari bentuk belajar dibentuk lagi menjadi nomina pelajaran dan ‘pelaku’ pelajar, sedangkan mengajar dibentuk menjadi nomina pengajaran dan ‘pelaku’ pengajar. Langkah kedua adalah pemeriksaan data. Data yang telah diperoleh diperiksa apakah benar-benar merupakan kata berinfiks atau bukan. Langkah terakhir adalah penganalisisan data. Dari data yang telah tersusun tadi kemudian dianalisis sesuai dengan permasalahan dan tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini. Korpus data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga. Untuk mempermudah pengambilan data, penulis juga menggunakan KBBI Daring (http://pusatbahasa.diknas.go.id/kbbi/) yang merupakan edisi online dari Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga.
4
HASIL DAN PEMBAHASAN Kata Berinfiks Kata Berinfiks -emBerdasarkan analisis yang dilakukan terhadap pasangan dugaan kata berinfiks dan dugaan bentuk dasarnya (hasil dari tahap ketiga), ditemukan 44 kata berinfiks -em-.
1a
Kata Berinfiks ce·mer·lang
2a 3a
ce·mo·mot ge·ma·ung
2b 3b
1
4a
ge·meb·yar
4b
geb·yar
5a
ge·me·le·tuk
5b
6a
ge·me·lu·gut
6b
7a
ge·men·tar
7b
gen·tar
8a
ge·me·re·tak
8b
ge·re·tak
9a
ge·mer·lap
9b
ger·lap
10a
ge·mer·tuk
10b
ger·tuk
11a
ge·me·tar
11b
ge·tar
12a
ge·mi·lang
12b
gi·lang a, gi·langge·mi·lang
13a
ge·mi·lap
13b
gi·lap
14a
ge·mi·rang
14b
gi·rang
15a
ge·mu·lung
15b
gu·lung
16a
ge·mun·tur
16b
gun·tur
17a
ge·mu·ruh
17b
gu·ruh
18a
je·ma·ri
18b
19a
je·ma·ring
19b
ja·ring
20a
ke·mi·lap
20b
ki·lap
21a
ke·mi·lau
21b
ki·lau
22a
ke·mu·di·an
22b
ku·di·an
23a
2
23b
ku·ning
No.
ke·mu·ning
No.
Bentuk Dasar
1b
cer·lang co·mot ga·ung
1
ge·le·tuk, meng·ge·le·tuk ge·lu·gut, ber·ge·lu·gut
1
ja·ri
Kata Berinfiks -em- dan -in- … (Prima Hariyanto)
24a
le·mu·kat
24b
lu·kat
25a
le·mu·kut
25b
2
26a
me·meng·kis
26b
27a
me·mu·tah
27b
28a
pe·ma·li
28b
29a
pe·ma·yang
29b
1
30a
pe·ming·gir
30b
ping·gir
lu·kut
meng·kis 2
mu·tah pa·li
pa·yang
1
31a
re·mi·ak
31b
ri·ak
32a
se·ma·nak
32b
sa·nak
33a
se·man·tan
33b
san·tan
34a
se·me·jak
34b
se·jak
35a
se·men·jak
35b
sen·jak
36a
se·mer·bak
36b
ser·bak, me·nyer·bak
37a
se·mi·lir
37b
1
si·lir
38a
1
se·mi·nar
38b
1
39a
se·mi·nau
39b
si·nau
40a
te·ma·bur
40b
ta·bur v, ber·ta·bur
41a
te·ma·li
41b
42a
te·ma·ram
42b
ta·ram
43a
te·me·nga·lan
43b
te·nga·lan
si·nar
1
ta·li
1
tung·kul, me·nung·kul Ket.: Angka kecil di depan kata-kata tersebut menyatakan bahwa kata-kata tersebut merupakan homonim (memiliki bentuk dan pengucapan yang sama, tetapi maknanya berbeda). 44a
te·mung·kul
44b
Berdasarkan bentuknya, pasangan kata berinfiks dan bentuk dasar pada tabel di atas dapat digolongkan ke dalam empat kelompok sebagai berikut. 1. Bentuk berinfiksnya berupa morfem bebas
Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini merupakan kata berinfiks yang dapat berdiri sendiri sebagai kata dalam sebuah klausa atau kalimat dan tidak perlu dirangkaikan dengan morfem lain, baik morfem bebas (membentuk frase) maupun morfem terikat (membentuk polimorfemis dengan dua morfem terikat; infiks dan afiks lain). Seluruh bentuk berinfiks -em- yang ditemukan merupakan morfem bebas. 2. Bentuk dasarnya berupa morfem bebas Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini merupakan bentuk dasar yang dapat berdiri sendiri sebagai kata dalam sebuah klausa atau kalimat dan tidak perlu dirangkaikan dengan morfem lain, baik morfem bebas (membentuk frase) maupun morfem terikat (membentuk polimorfemis). Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini adalah cerlang (cemerlang), comot (1) (cemomot), gaung (1) (gemaung), gebyar (gemebyar) gentar (gementar), geretak (gemeretak) gerlap (gemerlap), gertuk (gemertuk), getar (gemetar), gilap (gemilap), girang (gemirang), gulung (gemulung), guntur (gemuntur), guruh (gemuruh), jari (1) (jemari), jari (jemaring), kilap (kemilap), kilau (kemilau), kudian (kemudian), kuning (2kemuning), lukut (2) (lemukut), mutah (2) (memutah), pali (pemali), payang (1) (pemayang), pinggir (peminggir), riak (1) (remiak), sanak (semanak), santan (semantan), sejak (semejak), senjak (semenjak), silir (1) (semilir), sinar (1) (seminar), tali (1) (temali), taram (temaram), dan tengalan (temengalan). 3. Bentuk dasar dan bentuk berinfiksnya berupa morfem bebas Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini merupakan kata yang muncul dalam kedua kelompok di atas. Hal ini menunjukkan bahwa baik bentuk dasar maupun bentuk berinfiksnya merupakan morfem bebas yang dapat berdiri sendiri sebagai kata dalam konstruksi klausa atau kalimat. Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini adalah 5
BÉBASAN, Vol. 1, No. 1, edisi Juni 2014: 1—13
cemerlang (cerlang), cemomot (1comot), gemaung (1gaung), gemebyar (gebyar), gementar (gentar), gemeretak (geretak), gemerlap (gerlap), gemertuk (gertuk), gemetar (getar), gemilap (gilap), gemirang (girang), gemulung (gulung), gemuntur (guntur), gemuruh (guruh), jemari (1jari), jemaring (jaring), kemilap (kilap), kemilau (kilau), kemudian (kudian), kemuning (2) (kuning), lemukut (2lukut), memutah (2mutah), pemali (pali), pemayang (1payang), peminggir (pinggir), remiak (1riak), semanak (sanak), semantan (santan), semejak (sejak), semenjak (senjak), semilir (1silir), seminar (1sinar), temali (1tali), temaram (taram), dan temengalan (tengalan). 4. Bentuk dasarnya berupa morfem terikat Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini merupakan bentuk dasar yang tidak dapat berdiri sendiri sebagai kata dalam sebuah klausa atau kalimat dan harus dirangkaikan dengan morfem lain, baik morfem bebas (membentuk frase) maupun morfem terikat (membentuk polimorfemis). Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini adalah geletuk (gemeletuk), gelugut (gemelugut), gilang (gemilang), lukat (lemukat), mengkis (memengkis), serbak (semerbak), sinau (seminau), tabur (temabur), dan tungkul (1) (temungkul). Kata Berinfiks -inBerdasarkan analisis yang dilakukan terhadap pasangan dugaan kata berinfiks dan dugaan bentuk dasarnya (hasil dari tahap ketiga), ditemukan lima kata berinfiks -in-. No. 1a 2a 3a 4a 5a
Kata Berinfiks ki·na·sih ki·ner·ja li·nu·hung mi·nan·tu si·nam·bung
No. 1b 2b 3b 4b 5b
Bentuk Dasar ka·sih ker·ja lu·hung man·tu sam·bung
Makna Kata Berinfiks Makna Kata Berinfiks -emBerdasarkan kata berinfiks yang ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, penulis menemukan dua belas makna yang terkandung di dalam infiks -em, yaitu sebagai berikut. (1) ‘menyatakan makna sama seperti bentuk dasarnya’ ge·lu·gut, 1 ge·me·lu·gut v menggigil keras; ber·ge·lu·gut v menggelugut menggelugut 2
3
4 5
ge·me·re·tak v berbunyi "kertakkertak" spt dahan besar yg patah ge·mi·lang a 1 bercahaya terang; 2 ki bagus (baik) sekali (tt hasil suatu pekerjaan dsb); cemerlang
ge·mi·rang a Sas suka ria; girang ke·mi·lau → kilau
1
Ket.: Angka kecil di depan kata-kata tersebut menyatakan bahwa kata-kata tersebut merupakan homonim (memiliki bentuk dan pengucapan yang sama, tetapi maknanya berbeda).
6
Kelima pasangan bentuk berinfiks dan bentuk dasarnya di atas seluruhnya merupakan morfem bebas. Dengan demikian, semua kata tersebut dapat berdiri sendiri sebagai kata dalam konstruksi klausa maupun kalimat tanpa harus dibentuk menjadi frase maupun bentuk polimorfemis. Akan tetapi, kata minantu dirujuk silang ke lema menantu. Hal ini mununjukkan bahwa kata minantu tidak disarankan untuk digunakan (tidak baku).
6
ke·mu·di·an n 1 belakangan; yg ada di belakang; 2 waktu yg akan datang; kelak; belakang hari; 3 sesudah itu;
ge·re·tak n bunyi "kertak-kertak" spt gigi digesekkan gi·lang a, gi·langge·mi·lang a 1 bercahaya terang; terang sekali; 2 amat elok; baik sekali; cemerlang gi·rang a riang; gembira ki·lau n cahaya gemerlap; cahaya berkilap; cahaya yg memantul ku·di·an Mk n 1 kemudian; kelak; 2 yg terakhir; yg belakangan
Kata Berinfiks -em- dan -in- … (Prima Hariyanto)
7
8
9
10 11
12
13
akhirnya (lalu) le·mu·kut → melukut me·lu·kut n ujung beras yg terlepas ketika ditumbuk; pecahan beras yg halus; menir me·mu·tah n pohon, akarnya dapat dibuat obat, kayunya ringan, tetapi kuat; Excoecaria agallocha
pe·ma·li n pantangan; larangan (berdasarkan adat dan kebiasaan) pe·ma·yang n jaring besar; pukat re·mi·ak lihat 1riak
se·me·jak → semenjak se·men·jak p sejak; mulai dr se·men·jak p sejak; mulai dr
2
lu·kut → melukut
2
mu·tah n pohon yg tumbuh di sepanjang pantai, akarnya dapat dibuat obat bengkakbengkak pd tangan dan kaki, kayunya ringan dan tidak awet, digunakan untuk membuat tusuk gigi; Exocecaria agollocha pa·li → pemali
1
pa·yang n pukat
1
ri·ak n 1 gerakan mengombak di permukaan air; ombak kecil; gerakan air yg merupakan lingkaran (spt bila kita menjatuhkan batu ke air; 2 getaran (udara); 3 gelagat; gerak-gerik yg menjadi alamat bahwa ada sesuatu yg terkandung di dl hati se·jak p kata penghubung untuk menandai mulai dr; dari sen·jak → sejak se·jak p kata penghubung
untuk menandai mulai dr; dari 1 si·lir a sejuk krn 14 se·mi·lir → 1silir ada angin yg bertiup perlahan-lahan 15 se·mi·nau a bercahaya; si·nau, -- seminau berkilau; kemilau a bersinarsinar; berkilaukilau te·nga·lan n ikan 16 te·me·nga·lan → darat, Puntius tengalan buln 1 tung·kul, 17 te·mung·kul Jw v menunduk (dl me·nung·kul v berdoa, menghadap 1 kl mengaku orang tua) kalah; tunduk; takluk; 2 (diam) menundukkan kepala; tumungkul (2) ‘menyatakan (sesuatu yang) mengambil sifat’ 1 le·mu·kat → melukut lu·kat v, me·lu·kat v terlepas (tt me·lu·kut n ujung barang yg beras yg terlepas dilekatkan); ketika ditumbuk; lekang pecahan beras yg halus; menir (3) ‘menyatakan makna lebih spesifik’ 1 co·mot a kotor 1 ce·mo·mot a kotor (pd muka); sekali (spt cemong; jemuas coreng-moreng, berlumur lumpur) gen·tar 1 n gerakan 2 ge·men·tar → berulang-ulang gemetar yg cepat sekali ge·me·tar a bergetar (spt kawat kecapi anggota badan yg dipetik); getar; krn ketakutan geletar; 2 a ki (kedinginan takut dsb); menggigil krn ketakutan dsb ge·tar n gerak 3 ge·me·tar a bergetar anggota badan berulang-ulang krn ketakutan dng cepat spt tali (kedinginan biola, per, jarum dsb); menggigil jam yg tersentuh krn ketakutan dsb (4) ‘menyatakan bunyi atau tiruan bunyi’ ge·le·tuk, 1 ge·me·le·tuk v berbunyi "kertuk, meng·ge·le·tuk kertuk" spt bunyi v gemetar krn gigi yg menggigil bersentuhan krn kedinginan dsb;
7
BÉBASAN, Vol. 1, No. 1, edisi Juni 2014: 1—13
menggigil menggelatuk kedinginan (5) ‘menyatakan mengandung atau memiliki’ san·tan n air 1 se·man·tan a sudah cukup tua, banyak perahan kelapa santannya (tt yg sudah nyiur) dikukur (6) ‘menyatakan sifat’ cer·lang n cahaya 1 ce·mer·lang a 1 bercahaya atau terang bersinar sangat terang; berkilauan; 2 cerdas (tt otak): ia memiliki otak yg --; 3 ki indah sekali; elok sekali; 4 ki bagus (baik) sekali (tt hasil suatu pekerjaan dsb) 2 ge·meb·yar a serba geb·yar n gemerlap gebyar; gemerlap sa·nak n saudara; 3 se·ma·nak Jw a bersifat ramah keluarga (akrab, kekeluargaan) 4 se·man·tan a sudah san·tan n air perahan cukup tua, kelapa yg sudah banyak dikukur santannya (tt nyiur) ser·bak, me·nyer·bak 5 se·mer·bak a harum; merata v menyebar atau (tt bau yg mengeluarkan (bau harum) harum); semerbak
8
se·mi·nar kl a bersinar-sinar
1
si·nar n 1 pancaran terang (cahaya); 2 cahaya (kelip) mata (sangat tajam pd ketika marah); sorot mata ta·ram n bulan terang 7 te·ma·ram a remangyg berwarna remang sehingga tampak agak redup (7) ‘menyatakan intensitas atau berkali-kali’ gen·tar 1 n gerakan 1 ge·men·tar → berulang-ulang gemetar yg cepat sekali ge·me·tar a bergetar (spt kawat anggota badan krn kecapi yg ketakutan dipetik); getar; (kedinginan dsb); geletar; 2 a ki 6
2 3
menggigil krn ketakutan dsb ge·mer·lap a berkilapkilap; berkilauan ge·me·tar a bergetar anggota badan krn ketakutan (kedinginan dsb); menggigil krn ketakutan dsb
ger·lap a kerlap; kilat; kilau ge·tar n gerak berulang-ulang dng cepat spt tali biola, per, jarum jam yg tersentuh
gi·lap a bersih dan bercahaya (spt emas baru diupam) gu·lung n benda yg 5 ge·mu·lung a bergulung-gulung berlembar(tt ombak dsb) lembar atau berutas-utas yg dilipat menjadi berbentuk bulat 6 ge·mun·tur a gemuruh gun·tur n suara menggelegar di udara (disebabkan oleh halilintar); guruh ge·mu·ruh a menderugu·ruh n suara 7 deru spt bunyi menggelegar di guruh atau suara udara ombak besar (disebabkan mengalun menepis oleh halilintar); pantai Guntur ki·lap 1 v gilap; 8 ke·mi·lap a berkilaukilau kilat; 2 n pantulan cahaya yg disebabkan oleh gelepar ikan terserang parasit 1 si·nar n 1 pancaran 9 se·mi·nar kl a bersinar-sinar terang (cahaya); 2 cahaya (kelip) mata (sangat tajam pd ketika marah); sorot mata (8) ‘menyatakan (melakukan) perbuatan atau berbuat sesuatu’ 1 ga·ung n gema; 1 ge·ma·ung v Sas berkumandang; kumandang; bergaung sipongang 2 ge·mer·tuk v berbunyi ger·tuk n tiruan gemeletuk bunyi "kertuk" 4
ge·mi·lap a berkilapkilap; berkilauan
takut
ge·me·le·tuk v berbunyi "kertuk,
Kata Berinfiks -em- dan -in- … (Prima Hariyanto)
3
kertuk" spt bunyi gigi yg bersentuhan krn menggigil kedinginan me·meng·kis → pekis (memekis)
meng·kis v, me·meng·kis v berteriak (memanggil dsb) dng maksud mengejek, menantang, dsb
pe.kis, me.me.kis v mengeluarkan perkataan yang pedas (menghinakan, menistakan, menantang, dsb) (9) ‘menyatakan banyak atau kumpulan’ 1 ja·ri n 1 ujung 1 je·ma·ri n jari-jari (tangan, kaki) tangan atau kaki yg beruasruas, lima banyaknya; 2 nama ukuran, kira-kira sebesar atau selebar jari tangan orang dewasa; 3 bagian suatu benda yg rupanya spt jari ja·ring n 1 alat 2 je·ma·ring n jaringjaring penangkap ikan, burung, dsb yg berupa siratan (rajutan) tali (benang) yg membentuk mata jala; 2 Olr net (dl tenis, badminton); 3 ki jebakan; perangkap te·ma·bur v bertaburan ta·bur v, 3 (tt bintang-bintang ber·ta·bur v 1 di langit) berkurik-kurik (hitam, merah, dsb); 2 bersungkit (tt kain); 3 ki membagibagikan (uang, sedekah, dsb) (10) ‘menyatakan serupa (agak mirip) atau tiruan’ ja·ring n 1 alat 1 je·ma·ring n jaringjaring penangkap ikan, burung,
2
1
1
dsb yg berupa siratan (rajutan) tali (benang) yg membentuk mata jala; 2 Olr net (dl tenis, badminton); 3 ki jebakan; perangkap 2 ke·mu·ning a merah ku·ning 1 n warna keemasan yg serupa dng warna kunyit atau emas murni: ia mengenakan selendang -- di bahunya; 2 a mengandung atau memperlihatkan warna yg serupa warna kunyit atau emas murni (11) ‘menyatakan macam-macam’ 1 te·ma·li lihat 1tali ta·li n 1 barang yg berutas-utas panjang, dibuat dr bermacam-macam bahan (sabut kelapa, ijuk, plastik, dsb) ada yg dipintal ada yg tidak, gunanya untuk mengikat, mengebat, menghela, menarik, dsb; 2 ki hubungan; -- temali 1 bermacam-macam tali; 2 berkaitkaitan; banyak berkaitan dng (12) ‘menyatakan tempat atau daerah’ pe·ming·gir kl n ping·gir n tepi; sisi daerah perbatasan
Selain kata-kata di atas, penulis juga menemukan kata yang diduga merupakan kata berinfiks -em-. Hal ini didasarkan pada kemiripan makna di antara dugaan bentuk berinfiks dan dugaan bentuk dasarnya. Kata di bawah ini dapat dijadikan penelitian lebih lanjut mengenai infiks dalam bahasa Indonesia. Untuk menetapkan bentuk di 9
BÉBASAN, Vol. 1, No. 1, edisi Juni 2014: 1—13
bawah ini merupakan gejala infiks, dibutuhkan penelitian yang bersifat diakronis. Kata tersebut adalah sebagai berikut. No Dugaan Bentuk Berinfiks 1 ge·mer·tak v berbunyi "kertak, kertak" ker·tak n bunyi spt dahan patah atau lantai papan yg terinjak;
2
me·me·las lihat melas
Dugaan Bentuk Dasar ger·tak n suara keras (entakan kaki, ancaman, dsb) untuk menakutnakuti: jangan takut, itu hanya --; meng·ger·tak v menakutnakuti dng suara keras (dng ancaman dsb) me·las, memelas Jw a menimbulkan rasa belas kasihan
Keterangan Keduanya memiliki kemiripan konsep makna, yaitu ‘berbunyi’ dan ‘suara keras (ancaman). ’
Keduanya memiliki makna yang sama, bahkan hanya berupa rujuk silang. Akan tetapi, terdapat kemungkin an bahwa kata ini bukan hasil infiksasi, melainkan prefiksasi.
Makna Kata Berinfiks -inBerdasarkan kata berinfiks yang ditemukan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, penulis menemukan lima makna yang terkandung di dalam infiks -in-, yaitu sebagai berikut. (1) ‘menyatakan makna sama seperti bentuk dasarnya’ man·tu n menantu 1 mi·nan·tu → menantu me·nan·tu
10
n
istri
atau suami anak kita;
dr
(2) ‘menyatakan (sesuatu) yang mengambil sifat atau yang di-’ 1 ka·sih n perasaan 1 ki·na·sih a sangat dikasihi sayang (cinta, suka kpd 2
li·nu·hung Jw a tertinggi; mulia
lu·hung Jw a luhur
(3) ‘menyatakan (mempunyai) sifat atau memiliki hal seperti dalam bentuk dasarnya’ ker·ja 1 n kegiatan 1 ki·ner·ja n 1 sesuatu yg dicapai; 2 melakukan prestasi yg sesuatu; yg diperlihatkan; 3 dilakukan kemampuan (diperbuat; 2 n kerja (tt sesuatu yg peralatan); dilakukan untuk mencari nafkah; mata pencaharian; 3 n perayaan yg berhubungan dng perkawinan, khitanan, dsb; pesta perjamuan; 4 n cak pekerjaan; 5 v cak bekerja
1
(4) ‘menyatakan hasil’ man·tu v mi·nan·tu → mengawinkan menantu anak; me·nan·tu n istri mengadakan atau suami dr pesta anak kita; perkawinan anak
(5) ‘menyatakan kontinuitas atau terusmenerus’ sam·bung v 1 si·nam·bung v berlanjut; terushubungkan; menerus; kontinu satukan
Selain memiliki makna ‘menyatakan makna sama seperti bentuk dasarnya’, kata minantu juga memiliki makna lain, yaitu ‘menyatakan hasil dari perbuatan mantu.’ Hal ini dapat dilihat pada tabel di atas
Kata Berinfiks -em- dan -in- … (Prima Hariyanto)
bahwa minantu memiliki makna ‘istri atau suami dari anak kita,’ sedangkan mantu berarti ‘mengawinkan anak; mengadakan pesta perkawinan anak.’ Metode Pendefinisian Lema Kata Berinfiks yang Bermakna ‘Sama dengan Bentuk Dasarnya’ Sebagaimana dijelaskan dalam subbab sebelumnya, sebagian besar kata berinfiks em- memiliki makna yang sama dengan bentuk dasarnya. Sebanyak 17 kata berinfiks -em- dan satu kata berinfiks -in- maknanya sama dengan bentuk dasarnya. Akan tetapi, kedelapan belas kata tersebut masih dapat dikelompokkan lagi berdasarkan nuansa maknanya lebih lanjut. Adapun kata-kata tersebut dapat digolongkan ke dalam lima kelompok. Kelima kelompok tersebut adalah sebagai berikut. 1. Rujuk silang ke bentuk dasar atau rujuk silang ke bentuk berinfiks Kata-kata ini cukup mudah diidentifikasi sebagai kata berinfiks mengingat perbedaan makna pada bentuk dasar dengan bentuk berinfiksnya tidak ada. Perbedaannya hanya terletak pada ragam penggunaannya. Kata yang dirujuk silang merupakan kata yang tidak disarankan penggunaannya karena merupakan kata yang tidak baku. Sebagai contoh, dalam lema pali → pemali, kata pali tidak disarankan penggunaannya (tidak baku) sehingga dirujuk silang ke kata pemali yang disarankan penggunaannya. Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini adalah sebagai berikut. Kata Berinfiks
ke·mi·lau → kilau pe·ma·li se·mi·lir →
Bentuk Dasar
ki·lau pa·li → pemali 1 si·lir
Yang Disarankan Digunakan (Baku) kilau (bentuk dasar) pemali (bentuk berinfiks) silir (bentuk
1
silir te·me·nga·lan → tengalan
te·nga·lan
dasar) tengalan (bentuk dasar)
2. Pendefinisian lema kata berinfiks mengandung bentuk dasarnya Kata-kata pada kelompok ini juga masih cukup mudah diidentifikasi karena persamaan antara kata berinfiks dan bentuk dasarnya masih tersurat, yaitu dalam definisi bentuk berinfiks terkandung bentuk dasar. Sebagai contoh lema gemelugut diberi definisi (makna) ‘menggigil keras; menggelugut.’ Kata menggelugut merupakan bentukan dari kata gelugut. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa gemelugut dan gelugut memiliki makna yang sama. Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini adalah gemelugut (gelugut) dan gemirang (girang). 3. Pendefinisian lema bentuk dasar mengandung kata berinfiksnya Kata-kata pada kelompok ini merupakan kebalikan dari kata-kata pada kelompok sebelumnya. Jika pada kelompok sebelumnya terdapat bentuk dasar dalam definisi lema kata berinfiksnya, dalam kelompok ini terdapat kata berinfiks dalam definisi lema bentuk dasarnya. Sebagai contoh, dalam definisi lema kudian terdapat definisi ‘kemudian; kelak’ dan ‘yang terakhir; yang belakangan.’ Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa kudian dan kemudian memiliki makna yang sama. Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini adalah kemudian (kudian) dan temungkul (tungkul). Kata kerja dan kinerja juga masuk dalam kelompok ini. 4. Definisi lema bentuk berinfiks merujuk ke lema bentuk dasarnya Kelompok ini berbeda dengan kelompok pertama. Pada kelompok pertama, rujuk silang menggunakan tanda anak panah (→), sedangkan pada kelompok ini digunakan kata lihat. Di dalam data, ditemukan lema remiak yang merujuk ke lema riak (1) 11
BÉBASAN, Vol. 1, No. 1, edisi Juni 2014: 1—13
dengan menggunakan kata lihat. Di dalam petunjuk pemakaian Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga, disebutkan bahwa lema atau sublema yang merupakan gabungan kata yang deskripsi maknanya terdapat pada lema lain digunakan kata lihat (Tim Penyusun, 2007: xxx). Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa arti kata remiak dapat dilihat di lema riak (1). 5. Persamaan konsep makna definisi lema bentuk dasar dan definisi lema kata berinfiksnya Kelompok ini berbeda dengan kelompok (i). Pada kelompok (i) lema yang dirujuk silang (dengan menggunakan tanda →) tidak disarankan penggunaannya, sedangkan dalam kelompok ini, lema yang dirujuk silang (dengan menggunakan kata lihat) masih disarankan penggunaannya. Pada umumnya, lema yang dirujuk silang dengan menggunakan kata lihat menjadi sublema pada lema lainnya. Sebagai contoh, kata temali yang dirujuk ke lema tali (1) dapat dilihat maknanya pada lema tali (1) dan menjadi sublema pada lema tali (1). Kata-kata pada kelompok ini merupakan kata-kata yang memiliki pasangan dengan konsep makna yang sama atau merujuk pada hal atau sesuatu yang sama. Kata-kata ini pada dasarnya juga mudah untuk diidentifikasi sebagai kata berinfiks mengingat baik bentuk berinfiks maupun bentuk dasarnya memiliki makna yang sama secara eksplisit. Sebagai contoh pasangan gemeretak dan geretak dimasukkan sebagai pasangan kata berinfiks karena keduanya memiliki kesamaan makna secara eksplisit, yaitu ‘berbunyi "kertakkertak."’ Kata-kata yang masuk dalam kelompok ini adalah gemeretak (geretak), gemilang (gilang), lemukut (2lukut), memutah (2mutah), pemayang (1payang), semenjak (sejak), dan seminau (sinau). Dari ketujuh kata tersebut, terdapat dua kata berinfiks yang tidak disarankan penggunaannya, yaitu lemukut dan semejak. 12
Kata lemukut merujuk pada kata melukut, sedangkan semejak merujuk pada kata semenjak. PENUTUP Berdasarkan pemaparan sebelumnya, penulis menyimpulkan beberapa hal sebagai berikut. Berdasarkan penelitian ini, di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Ketiga ditemukan jenis infiks -em- dan -em-. Terdapat sebanyak 44 kata berinfiks -emdan lima kata berinfiks -in-. Berdasarkan penelitian, ditemukan sebanyak dua belas makna infiks -em- dan lima makna infiks in-. Hal ini menunjukkan adanya perkembangan makna infiks -em- dari yang awalnya hanya terdiri dari tiga makna— menurut Kridalaksana (1992)—yakni (1) ‘menyatakan banyak, bermacam-macam, atau kumpulan’; (2) ‘menyatakan intensitas, frekuensi’; dan (3) ‘mempunyai sifat atau memiliki hal yang disebut dalam kata dasar’ menjadi dua belas makna, yaitu (1) ‘menyatakan makna sama seperti bentuk dasarnya’; (2) ‘menyatakan (sesuatu yang) mengambil sifat’; (3) ‘menyatakan makna lebih spesifik’; (4) ‘menyatakan bunyi atau tiruan bunyi’; (5) ‘menyatakan mengandung atau memiliki’; (6) ‘menyatakan sifat’; (7) ‘menyatakan intensitas atau berkali-kali’; (8) ‘menyatakan (melakukan) perbuatan atau berbuat sesuatu’; (9) ‘menyatakan banyak atau kumpulan’; (10) ‘menyatakan serupa (agak mirip) atau tiruan’; (11) ‘menyatakan macam-macam’; dan (12) ‘menyatakan tempat atau daerah’. Adapun makna infiks -in- dari dua, yaitu (1) ‘berlangsung beberapa lama (kontinu)’; dan (2) ‘mempunyai sifat atau memiliki hal yang disebut dalam kata dasar’ menjadi lima makna, yaitu (1) ‘menyatakan makna sama seperti bentuk dasarnya’; (2) ‘menyatakan (sesuatu) yang mengambil sifat atau yang di-’; (3) ‘menyatakan (mempunyai) sifat atau memiliki hal seperti dalam bentuk dasarnya’; (4) ‘menyatakan hasil’; dan (5)
Kata Berinfiks -em- dan -in- … (Prima Hariyanto)
‘menyatakan menerus’.
kontinuitas
atau
terus-
DAFTAR PUSTAKA Alwi, Hasan, dkk. 1998. Tata Bahasa Baku Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Crawford, John. 1852. A Grammar and Dictionary of the Malay Language. London: Smith, Elder, and Co. Dumaria. 2009. “Manfaat Kamus Besar Bahasa Indonesia dalam Kehidupan Sehari-Hari,” disampaikan pada acara Bedah Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV, Selasa, 24 Februari, di Bentara Budaya Jakarta. Keraf, Gorys. 1984. Tata Bahasa Indonesia. Ende: Nusa Indah. Kridalaksana, Harimurti (ed.). 1991. Masa Lampau Bahasa Indonesia: Sebuah Bunga Rampai. Yogyakarta: Kanisius. Kridalaksana, Harimurti, dkk. 2007. “DasarDasar Leksikografi dan Leksikologi: Bahan Pelatihan Penyusunan Kamus Dwibahasa (Indonesia/Melayu – asing, Indonesia/Melayu – daerah)”. Diktat. Depok: Pusat Leksikologi dan Leksikografi, Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya UI. Kridalaksana, Harimurti. 1992. Pembentukan Kata dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV, Selasa, 24 Februari, di Bentara Budaya Jakarta. Qodratillah, Meity Taqdir. 2009. “Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV,” disampaikan pada acara Bedah Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV, Selasa, 24 Februari, di Bentara Budaya Jakarta. Smarapradhipa, Galih. 2009. “Membaca Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi Keempat,” disampaikan pada acara Bedah Kamus Besar Bahasa Indonesia Pusat Bahasa Edisi IV, Selasa, 24 Februari, di Bentara Budaya Jakarta. Sudaryanto. 1988. Metode Linguistik. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Tim Penyusun. 2004. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Balai Pustaka. Tim Penyusun. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka. Yusuf, A. Muri. 2007. Metodologi Penelitian. Padang: UNP Press.
Kridalaksana, Harimurti. 1994. Kelas Kata dalam Bahasa Indonesia, Edisi Kedua. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. Purwo, Bambang Kaswanti. 2009. “Bedah KBBI Edisi IV,” disampaikan pada acara Bedah Kamus Besar Bahasa 13