KASTIL AISYA
KASTIL AISYA Sebuah Telaah, Buku Puisi Penyair Singapura Oleh Muhammad Rois Rinaldi Kastil Aisya seperti ruang transisi sastera Melayu mutakhir. Ada pergeseran-pergeseran penggunaan bahasa Melayu yang cukup mencolok di dalamnya. Pola penggunaan diksi yang tidak biasa, penciptaanpenciptaan metafora yang unik, dan sudut pandang yang nyaris tidak menjadi sudut pandang kebanyakan penyair Melayu di Singapura. Di sinilah letak „masa transisi‟ I karya-karya Noor Aisya, seperti mendekati pergerakan sastera Melayu mutakhir—meski istilah „mutakhir‟ ini belumlah ditemukan rumusannya.
Mungkin ada benarnya juga apa yang dikatakan Laurence Perrine, puisi merupakan sebuah bahasa yang universal yang sudah begitu purba, karena puisi telah lahir di zaman yang jauh ke belakang. Manusia yang paling primitif sudah menggunakannya, dan yang zaman yang maju sudah mengembangkannya. Puisi berlaku bagi semua semua usia, dan di semua negara, puisi sudah ditulis dan dibaca dengan ghairah atau didengar pada-hampir semus jenis dan keadaan manusia, oleh seorang prajurit—seperti zaman Rasulullah— negarawan, lawyer, petani, dokter, saintis, pujangga, raja dan ratu. Pada setiap zaman--terutama yang melibatkan manusia terpelajar, cendikian dan yang berjiwa sensitif—puisi menemukan bentuk paling mudah bahkan bagi orang-orang buta huruf dan anak-anak.
KASTIL AISYA
Puisi juga pada era ini—dikenal dengan era komunikasi terbuka—tetap ada, tetap dibaca, dipahami, dan dirasakan di tengah masyarakat—bahkan, dekade 202 ini sudah masuk pada taraf pelahiran karya sastra tingkat tinggi. Produksi sastra Indonesia akhir-akhir ini menunjukkan peningkatan yang luar biasa, sulit dihitung jumlah pastinya. Hal ini antara lain dapat dilihat dari maraknya penerbitan baik melalui penerbitan indie, mayor, maupun penerbitan yang dibiayai sendiri oleh penulisnya. Tentulah sebuah kabar gembira yang layak disambut dengan gembira, betapapun kita masih terus digelisahkan oleh persoalan-persoalan kualitas karya sastra yang diterbitkan. Baik juga rasanya, menyoal kualitas itu kita serahkan kepada alam dan waktu yang akan menjadi selektor paling selektif. Tingginya produktivitas karya sastra dekade 202 sejalan dengan kian akrabnya masyarakat dunia dengan komoditas global semacam telepon (rumah maupun genggam) dan internet. Arus komunikasi terbuka tidak hanya menawarkan beraneka bentuk komunikasi, melainkan juga pertukaran gagasan-gagasan dan tentu saja ada pengaruh penggunaan bahasa, secara langsung maupun tidak langsung. Sebagaimana Arjun Appadurai yang menyebut arus-arus kebudayaan global tersebut masing-masing sebagai financescape, mediascape, technoscape, ideascape. Saya membaca kumpulan puisi Kastil Aisya karya Noor Aisya di tengah pergerakan peradaban dunia yang kian ambisius dalam segi ekonomi, media, teknologi dan dunia idea itu. Secara umum, karya-karya Noor Aisya—yang merupakan pewaris tradisi kesusastraan Nusantara yang bermula dari tradisi lisan berupa mantra, pantun, dongeng, kisah rakyat, fabel dan sejenisnya—diuji oleh kemungkinankemungkinan penciptaan daya puitik, sebagaimana semua penyair yang pasti digelisahkan oleh pencapaian-pencapaian
KASTIL AISYA
puitik, baik berupa pencapaian olah bahasa maupun pencapaian makna. Dalam hal ini, kemungkinankemungkinan penggunaan bahasa yang eksperimental tampak kental pada puisi-puisi Noor Aisya. Eksperimen bahasa ini bukan mudah, karena dituntut untuk dapat tegak berdiri antara arus bahasa global yang kadang mencemaskan dan bahasa lokal Melayu yang merupakan warisan dari masa ke masa. Eksperimen kebahasaanlah yang (barangkali) membuat Kastil Aisya seperti ruang transisi sastera Melayu mutakhir. Ada pergeseran-pergeseran penggunaan bahasa Melayu yang cukup mencolok di dalamnya. Pola penggunaan diksi yang tidak biasa, penciptaan-penciptaan metafora yang unik, dan sudut pandang yang nyaris tidak menjadi sudut pandang kebanyakan penyair Melayu di Singapura. Di sinilah letak „masa transisi‟ karya-karya Noor Aisya, seperti mendekati pergerakan sastera Melayu mutakhir—meski istilah „mutakhir‟ ini belumlah ditemukan rumusannya. Mengenai pergeseran penggunaan bahasa tersebut, tidak ada yang perlu dikhawatirkan, misalnya khawatir jika sastra Melayu akan bergeser atau direduksi dalam Kastil Aisya. Kita dapat memandangnya sebagai penawaran yang baik bagi perkembangan kesusastraan Melayu itu sendiri. Sebagaimana kehidupan yang bergerak, bahasa sastra Melayu juga akan senantiasa bergerak—mencari kebaruan-kebaruan yang paling mungkin dapat ditempuh—dan setiap zaman mewariskan coraknya sendiri. Sebagaimana abad 16-19 yang memberikan warisan berupa Hikayat Nabi Muhammad s.a.w, Hikayat Nabi-nabi sebelum Rasulullah, Hikayat Para Sahabat Nabi, Hikayat Orang-orang Saleh dan Suci, Hikayat Pahlawan-pahlawan Islam, Syair Rampai, Cerita Jenaka, Pelipur lara dan lain-lain.
KASTIL AISYA
Dipandang dari sudut lain, Kastil Aisya menunjukkan „sesuatu‟ yang tidak sekadar puisi. Di mana puisi-puisinya tidak hanya mengandung unsur puitik dalam pengertian sempit, melainkan meluas pada konsep makna yang puitik. Ada pertempuran-pertempuran pandangan yang kadang saling menukik satu sama lain, suara-suara lantang yang mempertanyakan kebenaran, manusia, kemanusiaan, dan hakikat dari hidup dan kehidupan. Banyak juga yang saling bentur, misalkan “Ombak Fansuri”, “Pasik”, dan “Tuhan II”. Bukan paradoks, tapi ianya lahir sebagai sesuatu yang harmonis. Keharmonisan diri manusia adalah ketika ia menyeimbangkan segala hal dalam keadaan segenting apapun. Usaha untuk menyeimbangkan itulah yang seolah melahirkan pertentangan-pertentangan dalam diri seorang manusia. Kalau kita jeli melihat realitas ini, kita akan menemukan penerapan teori keseimbangan. Daya tarik yang lain dari puisi-puisinya adalah suara keperempuannya yang tidak tendensius seperti kaum feminis. Puisi-puisinya seperti ingin mengembalikan perempuan kepada fitrahnya, sebagai istri dan ibu yang menyelamatkan dunia yang penuh huru-hara ini dari petaka. Misalkan dalam puisi bertajuk “Pewaris Laila” berikut ini: ““waktu ini/tidak lagi mahu/mencatat semua mimpi/cukup melakar sebuah luka/terpasung pada garisan nasib/akulah pewaris malam purba/‟adalah sejagat rindu kuhisab/berangka tarikat, rumi cinta‟”. Noor Aisya dengan suara yang „sedu-sedan‟ berusaha kembali menafakuri, apa gerangan hakikat dirinya sebagai seorang perempuan, sebagai pewaris Laila. Noor Aisya tidak mengikuti arah mata kaum feminis, ia lebih memilih sikap yang lebih arif seperti digambarkan dalam dua (2) petikan puisi berikut:
KASTIL AISYA
hujan bukan lagi kahmar hilanh waras—membeku lalikan setiap denyut ingin. Dan kamu hanya mengungkapkan sekian pinta, mencangkir rasa tidak beralamatkan jalan ke sarang perkasihan. Atau sengaja melakar hujanhujan—mengajak logika manusiawi menjalang di hukumhakam kejahilan. (Pasik, hal 28) lihatlah itu, ayah! kubawa doadoa berkepak kukapakkan mata hari membakar pinta kayangan biar kisah jadi mitos suci -penerbangan maha kudus bukan pesanmu kualpa, ayah aku hanya menyampai warta pada wasiat kau tuliskan di labirin maut dan aku kini penebus dosa kau-benihkan! (Izinkan Aku Menggapai Mentari, hal 65) II Pembelokan pemaknaan sebagaimana yang pernah dinyatakan oleh Riffattere sebagai ketidaklangsungan ekspresi, juga menjadi daya tarik tersendiri. Noor Aisya rupanya sadar bahwa dirinya adalah penyair, maka ia tidak segan-segan menciptakan ketidaklangsungan ekspresi. Misalkan pada beberapa puisi, meski yang menjadi objek tembak adalah gejala sosial—manusia yang dianggap sudah kehilangan kemanusiaannya—Noor Aisya memutar pesan itu melalui puisi-puisi kerohanian, ia menggunakan pelafalan
KASTIL AISYA
layaknya seorang filsuf sebagaimana digambarkan dalam puisi “Tuhan di Mana-mana” berikut ini: ““di kuil hati/kita persembahkan/taat-setia jalani hidup/takut dikarmakan sengsara/‟kulihat/tuhan di mana-mana!‟/diamdiam mendungu angkuh”. Selain ketidaklangsungan ekspresi dengan memanfaatkan tema kerohanian Kastil Aisya pada beberapa puisi secara jelas menunjukkan minat yang sangat terhadap tema-tema kerohanian baik dalam pengertian dirinya yang berhadapan dengan nilai-nilai agama yang diyakini maupun dirinya yang dihadapkan pada eksisistensi alam semesta dan kekuasaan Sang Pencipta. Kehadiran puisi-puisi kerohanian dalam Kastil Aisya cukup dominan, sehingga layaklah rasanya saya menyebut Noor Aisya sebagai penyair yang mencari jalan Tuhan di tengah jalan berkelok dan melingkar yang diciptakan manusia dengan segenap kepentingannya. Berikut saya petikkan beberapa puisi kerohanian yang saya maksud: ... kucari berkalikali, suara sang sufi tinggal sepisau sepi runcing sendiri duhai kekasih tanpa pilih kasih dalam purba bara aku gigil memanggilmanggil khasyaf-kanlah pandangan hingga di jiwa, berkhalawat cinta (Kesaksian Putih, hal 9) ... apa harus kumohon saat Arafah merengkuh raih, berjemaah berpasang kekasih aku sendirian
KASTIL AISYA
menatap dedahan qurma kering seperti rindu dalam diriku : jauh nian engkau daripada sentuhan(?) ... (Jabal Rahmah, hal 1) ... pada rukuk dan sujudku kubaitkan kalimah mustajab ijab lidah-hati-perbuatan tersuruk di gerbang alpa ... (Kaffah Ramadhan, hal 8) “Kesaksian Putih” menunjukkan kata sebagai pembawa makna yang mendalam. Dalam puisi tersebut, Noor Aisya ingin menyatakan, betapa kehidupan kita masa kini, banyak yang secara sadar ataupun tidak sadar telah kehilangan Tuhan karena terlalu sibuk dengan urusan dunianya. Pada larik pertama Noor Aisya menulis: “kucari berkalikali, suara sang sufi”. Pencarian ini sebagai sebuah perjalanan yang jauh, mencari Sang Sufi bukanlah mencari manusia yang filsuf, melainkan mencari titik dari diri sendiri yang jernih. Seperti seorang musafir di padang pasir yang sangat luas, ia berjalan bukan mencari atau menuju siapasiapa atau apa, melainkan menuju dirinya sendiri. Diri yang mana? Adalah diri yang lebih sanggup memahami arti dari sebuah perjalanan, makna dari waktu, musim, hakikat dari harapan dan keyakinan-keyakinannya. Konsepsi pengenalan diri sesungguhnya telah diamini sebagian banyak manusia di muka bumi ini. Mengenali diri sendiri adalah cara paling popular di kalangan manusia, karena dengan mengenali diri sendiri maka manusia akan mengenali Tuhannya. Sebagaimana yang telah Allah
KASTIL AISYA
Subhanahu wa ta‟ala firmankan: “Akan Kami perlihatkan ayat-ayat Kami di ufuk ini dan di dalam jiwa-jiwa mereka, hingga jelas bagi mereka bahwa itu adalah al-Haq…” QS Fushilat [41] : 53. Ini adalah konsepsi yang sangat jelas dan realistis yang dapat diterima oleh akan dan nalar. “Kesaksian Putih”, dilihat dari pesan yang ingin disampaikan mengingatkan saya pada “Sajak Putih” karya sang maestro penyair Indonesia yang mati muda dan tetap dikenang hingga hari ini, Chairil Anwar. Puisi yang diberi anak judul “Buat tunanganku Mirat” ini termasuk puisi terbaik dari Sang Maestro, berikut ini yang saya maksud: Bersandar pada tari warna pelangi Kau depanku bertudung sutra senja Di hitam matamu kembang mawar dan melati Harum rambutmu mengalun bergelut senda Sepi menyanyi, malam dalam mendoa tiba Meriak muka air kolam jiwa Dan dalam dadaku memerdu lagu Menarik menari seluruh aku Hidup dari hidupku, pintu terbuka Selama matamu bagiku menengadah Selama kau darah mengalir dari luka Antara kita Mati datang tidak membelah 18 Januari 1944 Ada pencarian dan kesuraman serta harapan yang setara antara puisi Chairil Anwar dan Noor Aisya, sebuah potret batin yang begitu mendalam. Kemudian “putih” yang dikenal sebagai simbol kesucian sama-sama dihadapkan pada
KASTIL AISYA
pencarian panjang. Keduanya sama-sama berpegangan pada harapan dan keyakinan. Meski demikian, dilihat dari sisi orientasinya, antara Chairil dan Aisya tidaklah sama persis. Kata “putih” memang telah menjadi simbol universal yang digemari, meski dengan perwujudan dan pemaknaan berlainan. Tidak dapat dipastikan siapa yang memulai penggunaan kata “putih” sebagai simbol dalam puisi. Yang pasti, banyak sekali penyair di dunia ini yang menggunakannya. Di Asia Tenggara misalnya, penyairpenyair Asia Tenggara gemar juga menggunakan “putih” sebagai simbol. Selain Aisya (Singapura) dan Chairil (Indonesia), yang sudah disebutkan di awal, penyair kenamaan Malaysia—yang merupakan Sastrawan Negara— menulis puisi bertajuk “Bunga Putih”: Bunga putih antara seribu warna Menguntum ketika hidup kepudaran cahaya; Segarlah mata mengechapinya, Segarlah dada yang diresapinya. Bunga putih dengan kehairumannya abadi, Terserlah dalam kelopak murni sejati; Suntingkanlah di setiap tangkai hati, Lambang kemuliaan sinar seribudi. Berlanjut pada puisi “Jabal Rahmah”, ianya lebih dalam lagi, kerinduan yang transenden seorang manusia kepada kesejatian. Senyap dan sunyi di puisi tersebut begitu menyergap. Untuk menemukan hal yang lebih, perhatikan empat larik terakhir dalam kutipan: “aku sendirian/menatap dedahan qurma/kering seperti rindu dalam diriku/: jauh nian engkau daripada sentuhan(?)”. Realitas yang ironis, sebuah pengembaraan batin yang sedemikian menyentuh. Ada
KASTIL AISYA
perjuangan yang menghadapi kenyataan pahit serta harapan yang terasa begitu jauh dari jangkauan. Akan tetapi, seorang pejalan mau tidak mau harus terus berjalan ke arah yang terasa jauh itu. Seorang pejalan tidak boleh memilih berhenti, sekalipun perjalanan yang ia ritusi begitu melelahkan. Larik “aku berjalan sendiri” menandakan kesadaran bahwa, meski seseorang hidup di antara keramaian, berkomunikasi, dan saling melakukan tindakan tolong menolong, sesungguhnya kita (manusia) adalah mereka yang sendiri. Sendiri dalam pengertian yang lebih khusus, di mana seorang manusia akan menanggung akibat dari sebab yang ia ciptakan. Semisal seseorang berbuat baik kepada orang lain, maka kebaikan itu sejatinya tidak hanya untuk orang yang lain, tapi untuk dirinya sendiri. Sebab itu kita diperkenalkan dengan doa: “Robbana dzolamna anfusana wa illam tagfirlana watarhaman lanakunanna minal khosirin” (QS. Al A'raf 7 : 23) yang dalam bahasa Indonesia kurang lebih begini: “Ya Allah, kami telah mendholimi pada diri kami sendiri, jika tidak engkau ampuni kami dan merahmati kami tentulah kami menjadi orang yang rugi”. Jelaslah, kesendirian dalam puisi tersebut bukan menunjukkan antisosial, melainkan kesendirian manusia dalam mengilhami segala kejadian di alam semesta sebagai sumber ilmu dan pemahaman. Puisi “Kaffah Ramadhan” dijadikan ruang refleksi dan ruang-ruang kontemplasi yang berhasil lepas dari kedirian penyairnya. Ruang yang diciptakan Noor Aisya menjelma ruang pembaca yang sangat akrab dan intim. Seperti ada salam penyambutan yang mempersilakan siapapun memasuki puisi tersebut, memilikinya secara utuh dan menyeluruh. Larik : “ijab lidah-hati-perbuatan/ tersuruk di gerbang alpa” adalah kesadaran tentang hati yang mudah terbolak balik, perbuatan yang kadang khilaf, dan kealpaan
KASTIL AISYA
manusia yang senantiasa dilakukan. Kesadaran tersebut tentu membuat “aku lirik” menjadi lebih dewasa dalam memandang dirinya di tengah kehidupan. “Aku lirik” dalam larik tersebut menjadi “aku setiap pembaca. Pengusungan pesan yang tidak profan, tidak tampak menggurui, dan menceramahi menjadi warna utama dalam Kastil Aisya. Karena memang, puisi yang tampak menceramahi dan menggurui akan terkesan seperti teks pidato belaka, dan risikonya, pembaca akan menolak nilainilai makna yang hendak disampaikan. Terlebih, mengingat zaman ini adalah zaman di mana manusia mulai tidak suka diceramahi: sebuah fragmen kehidupan maju yang kehilangan sisi religius, kearifan dan kesadarannya. III Dalam Kastil Aisya, pemanfaatan enjabemen ditata sedemikian ketat dan berani. Noor Aisya sepertinya sudah cukup paham akan fungsi enjabemen sebagai pemerluas ruang pemaknaan, memungkinkan terciptanya larik-larik dengan makna yang seolah menyendiri tapi sesunggunya menjadi satu kesatuan dalam sebuah puisi. Dikarenakan itulah, saya selalu mengatakan bahwa semakin pandai seorang penyair mengolah enjabemen, maka puisi-puisinya jauh lebih hidup dan tampak lincah. Sebaliknya, kesalahan pemanfaatan enjabemen akan membuat puisi terasa terbatabata. Mengenai enjabemen memanglah tidak ada teori mutlak, ianya menjadi hak masing-masing penyair untuk menentukan di bagian mana ia akan memenggal larik, di bagian mana ia akan meletakkan kata dan menurunkan kata. Lantaran itu, penyair dituntut mempelajari dan memahami dengan serius pemanfaatan enjabemen berdasarkan pengalaman dan pengetahuannya. Karena enjabemen inilah
KASTIL AISYA
yang juga menjadi penentu tipografi, agar tampilan puisi enak dipandang, tidak menusuk mata dan menurunkan minat pembaca. Ketidaksanggupan penyair dalam mengolah enjabemen dapat berakibat buruk pula pada lemahnya bunyi. Dengan kata lain, enjabemen juga berkaitan dengan musikalitas sebuah puisi. Dari segi tata-bahasa, banyak sekali penyimpangan bahasa yang dilakukan oleh Noor Aisya seperti tidak menggunakan huruf kapital di awal larik dan di setiap akhir kalimat, tidak menggunakan tanda baca di setiap akhir kalimat dan tidak menggunakan tanda strip/sempang (-) untuk kata ulang, dan kaidah-kaidah lainnya yang dilampui bgitu saja. Hal ini dilakukan dengan sengaja untuk mencapai tujuan-tujuan tertentu yang berkaitan dengan estetika. Di Indonesia dikenal dengan istilah Licentia Poetica. Walau kemudian, selalu ada perdebatan panjang mengenai kelayakan penggunaan Licentia Poetica. Memang tidak dapat dipungkiri, Licentia Poetica sudah sangat lama menjadi persoalan pelik, karena sejauh ini belum ada yang sanggup memecahkan mana yang boleh dilanggar dan mana yang tidak boleh dilanggar. Klasifikasi dan spesifikasinya bagaimana? Mana yang boleh dan mana yang tidak boleh? Siapa yang diperkenankan sebagai pengguna Licentia Poetica dan siapa yang tidak diperkenankan? Jadi, jika hendak mempertanyakan tentang Licentia Poetica mesti juga mempertanyakan bagaimana cara meniadakan atau sebaliknya membakukannya? Kemudian muncul pernyataan, pembakuan akan membuat puisi semakin kaku. Dan benar, lantas? Masingmasing penyair hanya butuh satu hal, dapat mempertanggungjawabkan tulisannya. Dengan kata lain, penyair diharapkan bijak dalam menggunakan Licentia
KASTIL AISYA
Poetica. Tidak semena-mena sehingga menghasilkan polemik tidak berkesudahan. Penyair harus tahu persis mengapa ia menggunakan Licentia Poetica dan apa tujuannya. Penyair tidak bisa terus-menerus mengatakan: “Penyair telah mati” sebagaimana mitos kepenyairan yang telah lama dipercaya. Begitulah kiranya penelaahan dari 73 puisi dalam Kastil Asiya. Buku yang diterbitkan oleh Nation Art Council Singapura tahun 2014 ini memberikan satu khazanah yang layak disimpan. Tentu keberadaan Noor Aisya di Singapura sebagai penyair perempuan yang reaktif, produktif, dan kreatif juga memberi kabar gembira. Ia terus bergerak dan beranjak sebagai penyair perempuan yang akan meninggalkan jejak berharga bagi sejarah kesusasteraan Singapura. ***
KASTIL AISYA
JABAL RAHMAH jika suatu waktu tiba, apa harus kubawa, sejubah luka cinta dikias motif noda jambak melati wangian hamis serelung hati--dimamah remuk baitbait dipukul kecewa(?) di antara saksi bisu, diamdiam pun masih meriwayatkan bibit pertemuan pilu; Adam Hawa, perawalan kisah cinta paling sakral apa harus kumohon saat Arafah merengkuh raih, berjemaah berpasang kekasih aku sendirian menatap dedahan qurma kering seperti rindu dalam diriku : jauh nian engkau daripada sentuhan(?) dakian perempuan ini hanya simbol, engkau tidak tahu, kesukaran kumenggapai setiap tangis pengorbanan, kau nafikan -di jiwamu yang keras, segala menjelma dengung dongeng belaka dalam renungan tikam paling kosong, kutadah tangan--pintaku dalam "duhai kekasih, di sini
KASTIL AISYA
di Jabal Rahmah temuilah perempuanmu ini ajarkan menulis di atas batu-batu hingga aku menemu arti, mencintaimu" 141013
KASTIL AISYA
BERKHALAWAT SUNYI
kausering biarkan kelam menjadi teman meriaskan pesona pada sepi tika hati menghampar sejadah kerinduan katamu, sunyi itu pintu haqiqi mendekat malaikat menghulur kitabkitab rumi juga para sufi tanpa kata, kaubawaku ke gua diri untuk berkhlawat dengan vakum bisu. dan meninggalkan dedaun dzikir penghibur. kaupergi ke arah kiblat cinta--biarkan aku gelepar menyahut sunyi di mirhab hijab. saat itu, hancurlah segala bising. 030213
KASTIL AISYA
BUKAN SUFI katakanlah! gua jiwa berkandilkan setitik cahaya belum mampu menyuluh terang ketika nyala wajd membakar majaz dari segumpal degup hati 'ashiq saraf saraf nadi deras mengalir zat mahabbah masihkah, kekasih ingin meneguk khamar rindu dari piala nurani nil? 270414
KASTIL AISYA
SIMURGH
musafir itu. dalam deru ada seru. debar menggetir getar-degup menderap jejak sepi menjelajahi gurun tak tahu lena, jauh bertapa dalam gua gulita pada setiap arakan patah langkah tersimpuh pasrah tak lekang dahaga rindu dari minuman kemarau asyik--masyikmasyuk bertafakur mendiami ruangruang terbuka-tutup antara waras menyingkap sejuta sir dan hijab bertirai berkurun cahaya khasyaf musafir itu. dalam jaga ada khusyuk berkelana senyap, mencari alamat mahabbah-bersama syawq simurgh attar. 250514
KASTIL AISYA
HIJAIYYAH LAM kupahat lam pada ya latif enambelas ribu enamratus empatpuluh satu berkali beduk nurani memalu syariat sunnah bersatu khalawatku tersisih di gua batil-menyepi dalam tapa--berhaqiqi mencari nur abadi segenap rasa melebur dalam debur-hablur kefanaan tamsil ragaku berdayung duniawi bermusafir di gurun cintaNYA antara nyata dan fatamorgana aku hilang dalam asyik lam-MU! 060413
KASTIL AISYA
ANGGUR HAQIQI gugusan mabuk gugur dari hela-helaian zikir mewirid peraman tapa malam malam bertauhid gagasan diperah resah masyuk dirasuk khusyuk sunyi bersila, tafakur bersimpuh rapi menihil logikal, berdalih akal tawaf demi tawaf wirit waras mereguk berguci anggur haqiqi 160414
KASTIL AISYA
KAFFAH RAMADHAN
menghitung bilangan hari mampukah kudikurniakan tuhfat malam 1000 bulan di mimbar teragungMU? pada rukuk dan sujudku kubaitkan kalimah mustajab ijab lidah-hati-perbuatan tersuruk di gerbang alpa ramadhan nyalakan imani kucari cahaya paling terang pada kandil-kandil sejadah jiwaku rebah basah: kaffah! 18 Ramadhan
KASTIL AISYA
KESAKSIAN PUTIH
"kulihat Tuhan di manamana!" pekik sang sufi mengembara di tandus gersang gurun pada tahuntahun yang beruntun perlahan mengendap lalu seketika di telinga, senyap! ke langit, mataku mengeja nun ah..., mengapa jadi rabun samar mengabut pandang bergema lolongan-laung "di manamana Tuhan?" duduk berhalakan hati di beranda haqiqi Engkau dalam diriku di luar timbul tenggelam atau seperti nyala yang padam? jiwaku tungku penuh abu, hitam jam besar kembali berdentam malam sebentar lagi pitam belum juga aku menemu santapan menjamu rindu masyuknya padaMu kucari berkalikali, suara sang sufi tinggal sepisau sepi runcing sendiri
KASTIL AISYA
duhai kekasih tanpa pilih kasih dalam purba bara aku gigil memanggilmanggil khasyaf-kanlah pandangan hingga di jiwa, berkhalawat cinta 2013
KASTIL AISYA
MALAM RAMADHAN
kukandilkan nur dari rembulan dikakap cahaya--halau gulita biar gua nurani lupa gelap cari percikan silauan kasih o gumpalan gundah! kaim pada lamaran syahadat kupinang segala cinta ijab-kalbu iman hati sekurun maknawi kusisir setiap kalimah mulianya teragung hikmah junjungan pujapuji pada kekasih ya para pemuja! ratib kukidungkan di ufuk malammalam asyik rindu munajatkan sejuta doa-dupa-rupa tebarkan hitungan mengutip angka butiran pahala tersisa ketika ada laila-merubai qalam sulaman jiwa titipkan senja istighfar ya rabb-hadiranku berkerudung siti aisyah 4 Ramadhan ( 2012)
KASTIL AISYA
MARHABAN RINDU doa bermunajat pinta di kain safra--jamuan dzikir suarasuara dihidangkan mengalas indah : berzanji safsaf tersusun rapi menanti alunan bergilir kitakita diam tafakur nikmati qalam pujapuji di akhir takbir serpihan nur dibagibagi di antara kening--dahi bersaksi rebanakan talkin, marhaban rindu : kuimpikan syafaat kasihmu o habibi 160213
KASTIL AISYA
MASYA ALLAH
suluh tertegun simpuh doadoa ditabur melati masa didakwa rapi purna ditinta nafi bukan hak manusiawi, sekian ucap-cakap suci altar nurani sang kekasih kekasih hati paling putih putih memilin tasbih tasbih(ku) ya Hafizh tiada cukup bercumbu kata puja-puji dikuduskan Ma-Sya'a- Allah! 050513
KASTIL AISYA
MEMUTIH RINDU, CINTA
segugus melati, kurangkaikan 63 kuntum wangian kasturi semerbak rumi di palung rindu bersufi nurani cinta habibi, rinduku bergurun pepasir lara menggumam sepi haus musafir tiada terhapus ya ishq, labuhkan zamzam langit! kuhitung angkaangka waktu rangka tubuh temulang kudrat wahai kuduhaikan fansuri lautan haqiqi-kukarami diri! di atas makam aku balutan kafan, tangisi doa 63 tasbih melati berpuisi memutih safra rindu, cinta 150613
KASTIL AISYA
MENCANGKIR KUDUS
kekasih, kubawa secangkir anggur merah teguklah sepuas hati, pada mabuk asyik masyuk maha waras. kutari qalam paling sunyi, biduk nurani melantun rubaiyat zikirullah khusyuk lalu aku telanjangi ruh menuju cinta haqiqi 2013
KASTIL AISYA
MENCARI HAMZAH
tasawufkan bidukku di tamsil meraga duniawi pada arus zahirbatin berdesir kulayarkan panji cahaya imani seperti angin melayar arah biduk nurani mengikut hembus bersyariatkan nafas la illa ha ilallah karami aku, dalam lautan haqiqi berkandilkan selawat menyuluh nur bawaku pulang ke alamat tuhan lenyap gelap hadir cahaya kekasih 100213
KASTIL AISYA
MENCARI ZAHIR
o diri pada raga mematung tidak bersemayam haq di mana tempatnya hati? pada hati menaksir nafsu lenyap dalam entiti aku apakah sukma diam-memaku hakikat diri sesat ke mana? o aku dalam tamsil raga di lautan haqiqi kucari temui aku dalam AKU! 080413
KASTIL AISYA
MENUAK KOPI RUMI secangkir sepi mabuk pada tuak pahitnya kafein kelat rasa menghujam diksi mistik aroma pekat: di titik pertemuan hitamputih. mataku seketika melihat belukar sahara membakar-beku-mengikut putaran takdir pepasir rindu menghitung saatsaat dicicir lupa akan waktu semakin pendek tika pagi berkelana fana mencari haqiqi masa. kiblat masih juga sama, tak berubah wajah walau sekeliling dihiasi pesona kemewahan duniawi--komersialkan kudus syurganeraka ya, hanya tuak kopi sepi sebab anggur merah tak lagi kuat bawa ajakan pasik menggila khayal kekasih sudah lama tinggalkan mabuk rindu, menjejak bekas pulang--cerlang sepercik nur. malam pun turut tergoda dalam masyik-asyik tarian cinta. tanpa keriuhan genderang muzik cukup dengan getaran Hu ALLAH Hu ALLAH Hu! mata tertutup. dada mendegup dzikir. teriak rumi antara selaan sepoi bahasa angin: kucari di kuilkuil,
KASTIL AISYA
gereja, pura, juga masjid. namun kutemui Tuhan dalam hatiku! dan rumi terkubur ditelan wahyu sufi -bagai awan beriring tenang mengikut hembusan begitu juga perginya seorang pemuja pada kekasih. 170313
KASTIL AISYA
MERUMIKAN RINDU
masih ada lagikah purnama meraung-laungan kata tika cahaya terus mengangkuh di kerudung siang memercik api panasnya menyelimut seperti kain dengan kapas ada benang menarik sulaman indah rumi di nurani raga kaligrafi mendinding asa tunas kasih di pucuk rasa kias damba merias dada sampai akhir nafas melafas cinta berpulang pada yang satu
090213
KASTIL AISYA
NUR SELAWAT
tertutup. aswad nurani lapar-dahaga cahaya sepercik--cukup sepercik begitukah rayuan mengemis merabik cabik segala rindu mengheningkan sejuta sepi bertamu lalu pinta merdeka kelebat pasrah, jatuh di sejadah melangit selawat mengalir deras di sungai harap mengisi setiap vakum teriak "hadirlah selawat nur ketika jiwajiwa hilang kiblat" 030213
KASTIL AISYA
OMBAK FANSURI
ada cahaya kaulemparkan---di birumu mensyairkan perahu fansuri yang berlayar mencari-tercari seruan rindudifatwakan padanya tanpa riak-teriakan amuk amarah salam sejahtera kaukidungkan belahan ombak menggulung mengumpul damai di pepasir pantai waktu---kau menghitung pasang surut tanpa lelah hanya pasrah asyik meronce buihbuih tasbih di rubsyah getir memetir rindu kauwahyukan hembus cinta di raut wajahwajah menagih sisa-sisa nafas damai tanpa menghirau isakan sesal di bait ombakmu 081212
KASTIL AISYA
PADAMU, TUHAN sesepoi angin berbahasa dalam nafas basahi rasa membahas logika kuyup pada serelung hati sayup duduk diam-tafakur sepi mencari wujud dalam tiada canting rindu berkaligrafi di dinding nurani paling sunyi menatap, menghayati bunyi -nyanyian ilalang mathnawi serangkap fuzuli berkidung "mataku berdarah lewat hijab pandanganmu, seperti mawar", lalu. menagih wangiannya merias merahnya di bibir rumi--mendiksi cinta. ya Rabb... malam terasyik panjang berqasidah kalimah kekasih pun di atas sejadah Laila, seperti majnun meredah gurun menghimpun ribuan pepasir menasbih bilangan angka tak terhitung-hutang, musafir diri
KASTIL AISYA
PANGGILAN CINTA
baitbait itu membeduk paluan gema-degup rindu getaran menggegar sukma ajak jiwa berkhalawat sunyi tika senja berarak dan malam merangkak semakin hiba menanggung beban duniawi di aras bahu kapan aku realisasikan butiran tangisan haru tinggalkan bekas noda-dosa reinkarnasi aku? kafankan jasadku pada pakaian ihram tawaf sepenggal rindu wukuf setahajud kasih sai' destinasi renungan di akhir musafir ini tahallulkan mahkota riak sempurnakan rukun kusemadikan diri-haqiqi penyerahan abdi padaMU 251012
KASTIL AISYA
PASIK
apakah mabuk kaucari, kewarasan paling khusyuk berjeninkan nikmat? pada serelung katakata menelanjangi cabangan lidah, hati resah dihanyut rindu--entah kapan akan terusai -lunas setiap bait berhutang? ah, begitukah dogma sang pujangga, meminta tuak-pelali, biar segala dungu tidak lagi ingat genangkenangan pahit kenyataan. lalu memuja serpihan teori berfalsafah, mendagangnya di kitabkitab rasa, amuk bebalisme maha bijak? hujan bukan lagi kahmar hilangkan waras -membeku lalikan setiap denyut ingin. dan kamu hanya mengungkap sekian pinta, mencangkir rasa tidak beralamatkan jalan ke sarang perkasihan. atau sengaja melakar hujah hujan--mengajak logika manusiawi menjalang di hukumhakam kejahilan. 171013
KASTIL AISYA
PEWARIS LAILA
mataku telaga sendu, kaulupakah? pada sungai hati kauhanyutkan bungabunga sesajen malam tanpa rupa, cukup tujuh memutih pekatnya gulita tinta seraya qalam--kutulis apakah kau leka dilena dalam asyiknya baca magis mantra menyeru? waktu ini tidak lagi mahu mencatat semua mimpi cukup melakar sebuah luka terpasung pada garisan nasib akulah pewaris malam purba "adalah sejagat rindu kuhisab berangka tarikat, rumi cinta" 010513
KASTIL AISYA
RUKUN TERAKHIR
tasyrik-kan jiwa penyucian diri ihram-kan hati wukuf-kan cinta tawaf-kan haqiqi sa'i-kan masa tahallul mahkota : tertib labbaik Allah humma labbaik rukun terakhir mabrurkanlah -kuwakaf secupak rindu di tapak rumah-MU 251012
KASTIL AISYA
SEBATAS DOA TERLUPA
membaca tenunan indah lautan perih--menyiksa batin, pada siapa risalah dimunajat dedoa melamar api nirvana o rabb, dendangan kamboja qasidah bermelodi kudus, kalimat tersentuh tak terasa lalu membisu-membeku kelam menghiris tuba asa hamparan sejadah malam telah kusimpuh segala pinta gugusan air mata-gerimis hanyutnya aku--terlupa pada seijazah doa mulus kuwarkah terkasih-kekasih ingin kuamnesia, terpadam sekian waktu berdetikdetak pada setiap catatan dakwat tak perlu kembali diingati. akukah dalam dementia demi masa memasik sejuta dungu berlagu aku rebah--terpatah (?) gemerincing tawa, tarian
KASTIL AISYA
gelang kaki kuhentak-retak dan nadi tersumbang pecah kuikutkan saja irama hayat -meliuk dilema ekstase resah kau-tahu? sebatas sunyi pesona kusisipkan imbuhan waktu: memori 290913
KASTIL AISYA
SEPOTONG RINDU DI MIMBAR KEKASIH kubah hijau itu diam menganyam khatkhat menjawi sekian damba ketika riuh lolongan memecah tangisan sunyi raga malam tak berbintang sayu menghiris kepinganqalbu di sinikah taman untuk diwakaf dalam sujud meretak sejuta manikmanik air mata pendosa? kekasih, haruskah potongan nurani menjadi baja pinta walau tak tentu diketahui benihbenih suburbertubuh menumbuhi hijauan cinta di mimbar tegak berdiri khutbahkhutbah sepi berkidung sepurba bahasa menggumam doadoa rindu 270314
KASTIL AISYA
SYAHADAT AKHIR salam kulafas kanan-kiri di akhir takhiyat bersimpuh sejadah, jejak sesembah masih menapak dan basah waktu malam, terjaga. nodanoda hitam dan kuku -kuku dosa yang tajam terasa menikam-tikam saat kukhalawat gelap di gua jiwa mencari nur segala nur salam selawat pada kekasih dalam tahiyat akhir nafasku tiada kusembah melainkan Allah kunaik saksi,Muhammad rasul penghabisan. 080513
KASTIL AISYA
TALKIN AKU
pada sepi menyatu di mihrab junjungan rindu kubisikkan talkin cinta sebelum waktu izinkan segala aku dikafankan jenazahku di akhir perjalanan usungkan doa-doa tangis-cinta meraikan aku dalam kefanaan akhirnya silam-awalnya hadapan hijrahku mempias debu!
090214
KASTIL AISYA
TUHAN aku ingin mencintaimu dalam sunyi juga riuh mencari alamat tarikat letak wasilah segala inti segala wujud, maut, mengikat munajat takut? keberadaanmu di sini kaukah minta sembah? namun seperti fansuri kutemukan zahir bertabir berkali ratus ribu kulafas berakhir tuhan di hantu hantukah kau, tuhan? meminta berhala cinta tak kenal harkat berkiblat tuhan, bukan sekadar huruf tapi tauhidku tak tertawar demi pencipta semesta raya di lidahku Allah azza wa jalla : asma'ul husna menikam nadi! 160613
KASTIL AISYA
TUHAN DI MANA-MANA
lihatlah. betapa kau-aku mereka-kita berhalakan sekian ciptaan tanpa sedar fatwakan ke-tauhid-an nafsu wang kuasa : tuhan di kuil hati kita persembahkan taat-setia jalani hidup takut dikarmakan sengsara "kulihat tuhan di mana-mana!" diamdiam mendungu angkuh laa ilaaha illallaah: saksian iman niat-lafas-perbuatan, syariatkan.... 170813 Hitam Dan Putih, Mahrajan Persatuan dan Kesenian Islam Nusantara, Sabah.
KASTIL AISYA
TUHAN II aku manusia rindu rasa rindu rupa mencari wajah di sebalik hijab mencari maknawi dari segumpal tafsir tidak juga ketemui tak jua kuakrabi mengisi sisa usia haqiqi dari bilahbilah waktu menuju ke jalan-MU aku makhluk menyanjung nama menyemai kuasa menjadi tuan dari beribu berhala hadirkah Engkau kuwujudkan sembah? 070514
KASTIL AISYA
WASIAT DEWATA : WANNABE kau-aku tahu makna tersisip antara gilanya majas-magis dalam rakaman dewata amuk angkara sang pendeta menyemai bahasa jiwa picisan tatapan kejam menusuk pada sekian bab kitab teori dan simbol menyembul hitam dimani-pulasi secubit faham erti dabik dada seraya mengaum "aku pendeta jelmaan dewata!" ah, saat para pemuja pena fana sadis merobek selaput makna sang diri. saksikanlah o penyair! katakata sihir alir bagaikan doa kaburi iman, nurani dimatikan mengagung sembah butatuli! 231113
KASTIL AISYA
YUSUF
alif. laam. raa bagi setiap rahsia ditakbir mimpi-haqiqi "sebelas bintang, matahari juga bulan tunduk hormat padaku" adalah wahyu sudah merakam sketsa hasad menduri dalam kalimah hati nafsu kuat menutup cahaya iman kasih pun lenyap-belas pun mati menari atas tungku bara pesona, terkulai pukau nikmat birahi pada cinta ternoda hasutan nyalakan sepercik hidayah! di penjara taqwa-sabar menempuhi segala dugaan bahawa hidup ini misteri tidak tertilik padaNYA tempat segala aduan disejadahkan secupak cinta--satukan perpisahan qalam bercerita ajak renungan jadikan iktibar menjubah Yusuf tamam tawaduk bertawajuh
KASTIL AISYA
"Dan kebanyakan manusia tidak akan beriman walaupun engkau terlalu ingin (supaya mereka beriman)" sepanjang masa kulalui hingga akhir nafasku kupinta: sempurnakan ajalku dalam kalimah Laillahailallah 1413
KASTIL AISYA
QURBAN
hati ini ku-infaq di kiblat haqiqi jasad ini ku-wakaf di tapak rumahMU raga ini kusedekahkan di jihad mencapai redhaanMU sungguh, aku malu! aku hanya abdi padaMU cuba merdekakan diri daripada rantai duniawi di bawah-telunjuk nafsunafsi kutasyrikkan diri padaMU 251012
KASTIL AISYA
SETUAK RINDU SEPOTONG REMBULAN malam bawa dengkur tak lena sepanjang tidur waras resah remuk tikam dada nazak di ambang kelam rindu apakah ini, kekasih? kureguk tak mabuk jua dalam asyik sejuta khayal menuak damba pewaris Laila keluh-melenguh igauan kata mimpi pun tak melenyap lapar rasa kepayang tak halau dahaga ranjang suram bermalam sunyi kau-kah kucari lalu hilang sepurba sepi tak berwaktu? kekasih, setuak rasa damba sepotong rembulan hidangan tersaji resah tak berdaya santapan cinta dalam fakir segenap puas tak puas membunuh raga nafsu-nafsi karami wujud keasyikkan saans zikir munajat hajat 080214
KASTIL AISYA
KASTIL AISYA
kerlipkemilau mengerling bukan cahaya rembulan, derai menghujani tafsir pada baitbait berpuisi melantun lautan rumi pun begitu asyik mengajak aku tenggelam dalam sedar lupa fana, lena pun sepurba rasa tak tertuak dahaga rindu sepintas saatku mabuk dalam asyik bermasyuk aku. kehilangan kosakata hurufhuruf tidak menjadi segala tafsir hilang erti yang kutahu--damba merisik degup hati melamar cinta di altar puja 180813
KASTIL AISYA
SESEMPURNA ITU
sebatas hitungan, ramalan tak pernah mampu menilik esok atau kembalikan sisasisa tercicir di peradaban jahil manakah mungkin sebutir pasir digilap menjadi permata berkilauan lingkungan kudrat tak benarkan faktafakta diubah jadi dongengan menjeninkan segala citra berdungu dalam kitabkitab didoktrinkan hurufhuruf dipakubisukan lalu anakanak zaman pun baca separuh faham antara paksa dan membatilkan rasa manusia mendagang hukumhakam tuhan, demi mencupak kuasa yang fana 171113
KASTIL AISYA
JEMBALANG JALANG
kucoretkan picisan hati, mungkin kau tabalkan sebagai rasa jahanam--lalu kutabikkan dengan slogan kau tidak mungkin faham. pada sebatang tongkat sihir-mengaburi pandangan mata nuranimu, kubiarkan saja kontradiksi menjadi mainan bicaramu, sungguh! kusudah amini segala doadoa keparat kau-letakkan di altar bertanduk! dalam sejuta asyik, kau menari di atas genangan darah hamis, dalam diam kau tidak lihat nyata. ah, batubatu pun menjelma malaikat, kau-angkat derajat para wali. aku hanya diamdiam saksikan--para dalang mewayangkan ravana sebagai wira, memang sudah mainan nyata --semuanya harus berhiperbolakan! sudah kubaca ulangan sandiwara, sudah kulelah hadapi dungudungu yang tidak sudah-sudah. persilakan, ambil saja, aku tidak perlu manusia mudah disuap pujapuji dan lakonan sinetron pedipedi peye! padamu, tuan kusalut segala semangatmu, mantramantra pun tidak lagi mahu serapahkan kemuliaan--berhalakan saja
KASTIL AISYA
hantuhantu bermanusia! "jahat! kejam!" suguhkan semua makicaci dalam tuak paling benci, kan kuteguk dengan rela lalu kuludah pada api puja kaubakar. semarak lah api duhai api! santaplah ketulan daging yang busuk ini --jamuan para ekor-tanduk menanti korban. demi masa, akan terjawab semua. sabar itu nikmat juga siksaan namun pada sejadah Yusuf dan kerudung Siti Hajar--zamzamkan kesucian nurani. pada ketika ini jenuh dijadikan mangsa dengki si tanduk-ekor : hantu jembalang jalang! 031013
KASTIL AISYA
MUSAFIR JALANAN
pengembara masa merisik laluan berkaca-onak noda yang menjejak tapak doa : kiblat tersesat di surau jiwa rindu beduk ajak memalu bermunajat lima penjuru saat angin hembus saans cintakah sungguh kutuju? putar--putarlah lingkar kasih ricik zamzam menyuci wuduk hingga keningku pecah beribu --membulir Nur 'ala nur, insaf! 170613
KASTIL AISYA
EJA DAN DIAM LAFASKU
kukutip rangkaian rumi basmallah jadi kalung nur menyeri--nurani kekasih, setiap kali kening ini mencuri kecupan kasih kutitip barisan doa surau sepi qalbuku membeduk paluan rindu bergema getar-getiran rasa desah-resah sering terpukul asa tidakkah kau-fahami itu, o habibi? ini safsaf abjad kujawikan kalimah ejalah segenap jiwamu, dalam sejuta diam kumaharkan o kekasih, ada engkau bersembunyi dalam makrifat jiwaku 18 Ramadhan
KASTIL AISYA
KEMBARA LUKA
eulogimu terlalu sukar kukunyah serpihan katakata membiak ironis dalam rahim maknawi mengepal serapah--meratap recok "remuk meredah rawan paluan rebana melawan tajalli sir bermalam berufuk tafakur diam" begitu lidahmu mengajar serupa tongkat musa membelah lautan helah bermadah mainan kata o duhai! aku ditusuk rasa pada sepatah fahaman tersesat membelit erti? belum sempat kumamah tikamanmu meracuni hati dalam luka mengembara hampa akhirnya terkafan segala asa! 2013
KASTIL AISYA
DAKAP AKU, KEKASIH kubasahi bidang dadamu seteru langit sendu pada sunyi tak kenal sekurun keramaian tawa pada utuh dakapan arjuna hangat membunuh lara sita tak tersentuh membahu asa gerimisgerimis sang derita di atas lena belaian kasih fatwa pujuk menggema di antara sejuta isakan pelukan kekasih, kubawa sepanjang linangan diam walau hakikatnya, pintalan kudus menasbih redha, cinta 270214
KASTIL AISYA
IRAMA MISTIK KLASIK
mainkan nafiri saktimu bersyairlah dengan alunan mistik rima kasih bermadahkan rindu mencipta aksara kimbah asmara. tika asyik riasi atma madah kinayat usikan rubsyah tidak terka menghidupkan lisah meliar dalam sukma berwalang. betapa merdu iramamu dalam sesaat langgasi jauh, hati kiruh tiada terkata inikah kasih berpingit dilema? Dec 2011
KASTIL AISYA
KLASIKAL RINDU
alkamar kerdipan almas afsun wajah terserlah indah hingga dibawa jauh berkhial meniti pelangi bindu aringsun semerbak ambur kasturi harumi tapak membekas fuad sujud ikram aringsun persembah mendamba cinta nan fana zahir mendura aringsun memanjat segugus doa di ufuk falak tak terbatas bindu si pungguk berlagu pada wulan digamit kesepian Dec 2011
KASTIL AISYA
NAGAM KLASIKAL
o nagam puisi diuntai-kata dibuang kias jiwa selaksa kandiskan rindu bercandi-purba tatapan kiruh dicanang khali sekaul diam adinda baitkan biar bayu serulingkan kidung bukan jamu orang helat asing sekadar buang karat di hati tika panahan bindu menusuk diri keti saat merangkul hiba ahmak terasa diperbudakkan rindu kimbah puisi kosek nestapa tidakkah kekanda tahu erti dambaku? 060912
KASTIL AISYA
BAHASA PEREMPUANKU
linguistik meramu sekian teori rumus bahasa kuremas pilu entah kapan-kuintikan erti sebuah penyimpangan sendu berkailkali puja kaji sinonim sandingan suku vokal konsonan apalah ada pada dais sefonem aku kau-palingkan makna cinta antonim melati putih kausanggulkan segugus berembunkan air mata malam adalah bahasa perempuanku-kau jadikan mainan pujangga : madah berhelah jangan kaubahaskan kuasa hukumhakam nahu batuego hanya sastra sendu, fahaman liriklarik tangis nurani-bermanusia bukan kutukan maha kautamparkan! 260813
KASTIL AISYA
BAIT RINDU
jingga pengaras layarkan panji jerih masa merangkak pergi kangen melilit di ufuk senja melati menenun kekabu kasa rerumput hijau katifah jiwa mengindung lirik buat inderalina kata umbuk mentaksir diri hanyut dibawa mendam sakti selungkas bunga bawa semerbak ngeh pawana selembar rindu, intai dewa di balik rawan pamit kasih di halaman cinta melati putih dicium embun inderalina menyulam tatah mutia buat pakaian hati kekasih agar cinta tidak bertasid lagi 180512
KASTIL AISYA
BERIKANKU JUDUL malam begitu sunyi memecah bulirbulir rindu rembulan tunduk, meratap pungguk berlagu-pilu terlalu sendu menyiat suarasuara sepi mimpi ketika gelapnya damba bawa kandil nurani mengaji surahsurah cinta kekasih, tak kutahu cara bagaimana lagi untuk munajatkan pinta seijazah cinta suci haruskah membisik namamu di gerbang pintu kaabah atau menaburi hasrat di ufuk jabal rahmah? atau saat mengecup hajar aswad, airmata alir-mengeja huruf namamu sebagai doa terakhirku? pada nafas terisak hanya kutahu satu sekuntum cinta awal -akhir daripada asma-MU
KASTIL AISYA
BODOH SOMBONG di dalam tempurung terperut seorang kodok cukup saja dunia tertutup jangan berani membukanya tak guna desus-desis luaran dijajah minda---ditindas buas luar itu rimba, banyak perangkap lebih selamat duduk dalam tempurung biar zaman silih berganti semakin canggih mencanggung biar langit runtuh, khianat takdir di sinilah tempat paling selamat 161212
KASTIL AISYA
BUNGA SI RONGGENG
segugus desuh menaburi wangian pada birahi 'cessss' berdengus rentak menggoda--tarian si ronggeng menambat tangkai liurliar pemuja gemalai-gemerincing berbunyi calung dipalu-gendang nyanyi pada lenggok pinggul dipuji di altar ranjang nafsu-nafsi ronggeng dikias julang pesona segugus rayuan, tenunan dungu sekuntum srintil tidak tersunting : hidup sebatas telanjang nasib ditiduri binal, petaka terkutuk! 010813
KASTIL AISYA
DI BATAS LARA ada setitis embun mengkristal di matamu, tika sebak menebal dalam rimbun rimba hatimu, tidak pernah sanggup kauhapuskan ilalang atau deduri yang liar membiak. dalam diam menadah benihbenih akurnya sabar. perihmu, siapa yang bisa mengerti. pada sejadah basah dengan kuyup kauhujankan-sunyi mengutip serpihan duka juga luka ditaburkan di atas lembaran doa terkoyak... sayang, air matamu riak di wajah telaga harutidak mampu dikesat walau dakapan hangat ini sesaat memberi tenang. kukehilangan katakata pujuk--entah apa harus kujadikan mantra untuk menyihir setiap sendu nan membelenggu nuranimu agar terbius segala lara itu.masih ada segugus doa termampu kuhadiahkan. ada sejambak pinta-kurayu dalam tangis pada-NYA. kita tiada siapasiapa. berteman tetapi mereka seteru. berkeluarga tetapi sering terasa yatim... hanya ada DIA yang sedia mendengar dan memberi penawar bagi segala racun dihirup! maka dalam sejuta redha mengulit pasrah, itulah penawar mampu menjadi perisai diri. sungguh, janji Allah pasti! kan terbit mentari bahagia haqiqi menyinari sekurun gelap nestapa. 081212
KASTIL AISYA
IBU
kulupa rupa rahimmu suatu dulu, tika buaian paling misteri lembut menghayun gerak degupmu--irama tenang hembusan nafasmu-aroma kudus asyik-masyuk kumengembara dalam mimpimimpi nafi realiti ibu, sakitmu tidak kufahami demi waktu, kutukanmu membatukan resahku menyiksa batinku kumulai mengeja lukamu dalam sejuta kedut halus kau-lukiskan abstrak kanvas perih beribu senyum-tangis 061013
KASTIL AISYA
INGINKU-SEPERTI
kemerlap kandil itu berbisik percik cahaya dituang gelap seperti malam dengan hitam memberi sejalur terang berteriak di antara sepi berpesta kebisingan pendita mencari dakapan cinta seperti jantung dengan denyut meronce rindu--khalawat keasingan pada api dengan dinginnya mana perginya panas melecur mencumbu mesra raga Ibrahim tertunduk, matinya segala bahang fatwakan daku qalam bersufi terdakwat seribu warna gemilang pada pelita iman di dada nurani ingin ku-seperti : ruh dan kekasih tidak terpisah. abadi
090213
KASTIL AISYA
IZINKAN AKU MENGGAPAI MENTARI bebola api itu pemercik semangat bebahang sumber tenaga, lalu apa harus disayapkan bahan di antara mega putih dan semaraknya api membakar? api itu memeluk Ibrahim pesona segala sir berhijab kilauannya adalah magis pikat tidak kuat ditepis ketika sembah bukan pada Tuhan namun berhala berkepala dungu? "lihatlah itu, ayah! kubawa doadoa berkepak kukapakkan mata hari membakar pinta kayangan biar kisahku jadi mitos suci -penerbangan maha kudus bukan pesanmu kualpa, ayah. aku hanya menyampai warta pada wasiat kautuliskan di labirin maut dan aku kini penebus dosa kau-benihkan!"
KASTIL AISYA
masih angin wahyukan abuabu membakar impi mengufuk temasya sepi dalam cita-cinta, adalah korban sebuah tuntutan! 111113
KASTIL AISYA
JEJAK TERAKHIR qalam sebelum malam menjemput sang satria ke alamat tuhannya tentang gugurnya rindu semusim sakura begitu intim menciumi bumi untuk menuai selaksa janji, di ladangladang jiwa o tanto keramat! kudusmu terletak pada penyucian raga memutih kesetiaan titis darah nan mengalir air mata maha basah membasuh segala tohmah menajis maruah! ketika semilir musim bawa jeritan amanah bushido dijunjung pada sebilah integriti kewiraan harakiri! 221113
KASTIL AISYA
JIKA TAMING SARI MASIH WUJUD
jika taming sari masih wujud pasti ramai menjadi korban beribu Jebat akan lahir mefatwakan panji-pembelaan! jika taming sari masih wujud, pasti amuk menggila sana sini akan mendapat kutukan dunia maka dituduh pula pengganas baru. jika taming sari masih wujud ramai akan menjadi mangsa nyawa, harta dan maruah tergadai demi memiliki pusaka Hang Tuah. jika taming sari berwujud akan hamba menyeru segala kuasa mencipta Melayu baru, Melayar murni disegani setiap kuasa di dunia ini. jika taming sari wujud berdaulatkah Melayu, pada mata kuasa mendabik akur. 'tak kan hilang Melayu di dunia' pada generasi marcapada? 050912
KASTIL AISYA
KEJORAKU malam begitu pekat menghimpit rasa segalanya kelambersuram durjana di manakah dikau? kubuka gulita, cahaya kulenterakan tidak juga ketemui cerlang kerdipmu menyapa tangis kejoraku. kuhilang alamat pulang ke rumah sang kekasih 270114
KASTIL AISYA
KESUMAT
tujuh petala langit dijunjung bermafhu pada barisan kuasa, sujud insan sembah penyerahan di tapak tangan tergaris takdir Illahi panji hijau dikibar-kibarkan langit mendung tersipu duka ikram hamba berhijab padaNYA, kata hamba bermantrakan kerama! di puncak gunung jati mencari qarar bertapak tapa dihening asrar pintalan asap beranbar angkak jangan beristifham pada kekarutan fuad disulam ikral inadat ganja berbakti pada bilah berbisa lidah bicara terselit racun cengkerai berkhusmat kedaifan, nyahkan! 200613
KASTIL AISYA
KITA
tentang warna kita tidak peduli walau pada nyata sama mengalir di sungaisaraf hayat serumpun seagama mungkin seibu sebapa -leluhur kita : Adam Hawa apakah bedakan kita selain amal ibadah? Ilmu? Pangkat? Harta Atau kitakita sendiri mahu kastakan tingkattangga perhambaan?! maka, nilai nyawa alas kaki berdakidebu sewenangnya diperjudikan pada dombalumba hirarki -benci-hasad-iri lalu, kita benarkan setiap kebuasan tak manusiawi mengiyakan semua kejahilan paling dungu menyesatkan
KASTIL AISYA
segala kebenaran kitab pada tuan menjadi tuhan kau-aku--kitakita hanya hamba! itu saja! 010812
KASTIL AISYA
Kitab Pujangga, Nirkala
gempita rima dentamdentum padamu kuaksarakan, oh cinta! dakwat liriklarik memedan makna adalah kamu-kurangkai-urai segala tempikan guruhlanggam sang alam gelora membuncah sajak berkalam citra-rasa-karsa berpusat di alis hati serapah sepah junjung dilentik jemari tanah-air-angin-api,jadi personifikasi! amanat dilakar lembarjiwa, o, pujangga aku pada sejuta gerabah puisi meng-gubah mutu-manikam kehilangan mantramantra! 080513
KASTIL AISYA
KOPI lidah ini masih kuajar untuk tidak terbiasa nikmati gigitan pahit hidung ini masih kuajar untuk tidak terbiasa menghidu aroma romantis pada sekurun rasa hitam-putih menyusu tagih membelai lelah kuingin terbiasa bebas daripada candu kafein : kopi 210214
KASTIL AISYA
MIMBAR PENGHABISAN di gurun waktu sang sufi mengira telah baki saat kembali pada rindu maha hakiki api-air-tanah-angin tiada meragu iman di mana harus luah cinta maha tinggi -gerak tari berputar, ishq!
pandangan menguak samar hanya wujudnya dan DIA dalam kebersamaan—hilang!
050513
KASTIL AISYA
MAZMUR SEPI
pawana malam diam menyisir ngeh sunyi--dingin mendakap layar awangan perlahan diarak kelana mimpi, empuk menilam begitupun mengait bebenang pintalan seri nur purnama tafsirkan baitbait kudus gelapnya-syahdu genap angka-angka nirvana pada musafir senyap di hujung gulita laila bisikan kalimah jiwa qalam nurani-cahaya lentera menyala puja : khalawat cinta 090713
KASTIL AISYA
NOVEMBER
semelati merah November hadir tersenyum sipu lalu berkata malu, "kubawa segugus topaz dari langit haru berpekat hitam" menabur tuhfat rindu dari langit hingga aku terharu-sayu menatap wajah November tika bibirku kelu-membisu hatiku terpaku-sendu apakah harus kubalas selain sejambak rindu dzkirullah November mengecup kening berarak bersama air mata di situ terlihat aura syahdu menerawang ke langit rindu. 011112
KASTIL AISYA
PEREMPUAN MIMPI "di dada kita tersisa apa? darah, amarah, pasrah, sepi begitu kental warnai mimpi" -mimpi begitu kental memintal bebenang warna rasa disisa suarsuara jarum racau-parau menyulam bunyian dengkur apakah kau bersiap jaga? lena tidak berkeranjang hilang empuk meriba lelah kicauan pagi terasa jauh-terasing masih sepi merindukan keriuhan diam masihkah ada lagi "sepolos mimpi membeli kepedihan" sedangkan kokok jantan teriak jalang sesuap rezeki ditabur sepiring pasir suria kejam memerah leleh keringat mengasari kehalusan murni kulitmu dari jauh mata ini terus menenun mimpimimpi lupa kembali jadi realiti 2014 Pameran Puisi Seni Rupa
KASTIL AISYA
REMBULAN
sebutir cerlang-berkilau indah titipan purnama ke atasku pada alis rapi menyisir pesona memukau sukma duhai kekasih, kuamanatkan segulung ijazah rasa damba adalah laila menyisir resah paut langgam pusaka kata cantik nian umbuk ditumbuk mantramantra menderai berabu wahai menduhai pujangga jiwa pada wajahku, tunduklah rindu! 040913
KASTIL AISYA
SEBARIS KATA BERHURUF
terkaku. tegak tiada makna hanya bunyian. masih telur diperam setengah matang pilihlah. di antara sandingan konsonan vokal pada semantik di atas tandu---pelaminan hakikat lalu--semilir rasa mengguncang ruh ditiup kencang di ubunubun nurani maujud sayap-sayap kesadaran saksikanlah ia bernafas bernyawa lalu merasuk kitakita penafsir bahasa abstrak 251212
KASTIL AISYA
SEBUAH JUDUL
kastil itu--terlalu kudus lalu di mana sayap malaikat untuk kupinjam mengepakkan doa pada sesajen khusus kujadikan puja? pada keramat tungku merahim bara kubaca jampi paling sakral-sakasakti menghalang sang tanduk-berekor daripada menyambar kesuciannya namun dupaku membakar hampa tidak kutemui abuabu mempurba terbang melangit ke kayangan maka kubina candicandi rindu batubata berazimat mantra o kekasih! di tapa inikah kau-diami berhala hatiku? kucari wujudmu--kutemui tidak tersesat dalam rimba-rambu semakin jauh menyimpang cermin syariat pun retak di wajah sang makrifat 100813
KASTIL AISYA
SERAGA BUNGA METAFORA PADA REALIST
realist. itu-lah nyanyianmu pada batubata tegap angkuh gegunung membongkah realiti bukan mainan imagis kaulukis sejuta kata mengherdik kenyataan kau-nafikan lenggok lembut romantisme untuk apa mengkhayal indah-hakikatnya waktu tidak pernah mengabai kebenaran : ceritacerita kini basabasi kutukan lapar pada aku-kau kolekkan sungaisungai sepi mengarus getirnya ombak, buihbuih lautan dipintal menjadi kalungan mimpi saat tersentuh panah mentari--pecah! dan debatmu lagi, pada air mengalir adalah muara air mata kau-nampak terang! lalu apa guna indahnya didendangkan mitos angan tidak tahu diri. tatapanmu tajam, lidahmu terlebih kejam… petakpetak sawah tidak lagi menghijau lalu menjadi emas, musim semakin dahagakan hujan sedangkan kemarau tamak meraup untung keringat kau-aku hebat kerjakan
KASTIL AISYA
bagi titisnya ibarat harga hutang dibayar adat keluh biar jadi hamparan sejadah bukan kuntuman munafik personifikasi kau hanya realist-pejuang kenyataan lalu aku, hanyalah magis tidak wujud dalam puisipuisi masa-dikabung terkafan balutan realiti: kamu 011013
KASTIL AISYA
SERULAH AKU
hening membulir sepi pada malam tiada purnama hanya gelap dan putih menjejak sejarah purba di rumah kukiblatkan cinta segugus rindu tuak abadi kureguk tiada tuntas puas ke mana lenyap secangkir dahaga? aku di sini, meraba jauh ke dalam makrifat nurani sejuta ingin bersayap akankah kuakhiri pencarian ini? di rumah, hamzah ketemui di hati, rumi dapati kekasih abadi haqiqi cinta di mana bakal kutemui o duhai kekasih, serulah aku dalam wujudmu agar terbebas rantai derita belenggu rindu tiada akhir 050413
KASTIL AISYA
SULAMAN KATA
kualitkan malam di mata biar wulan ayut menunduk malu, segenggam ajrih ikral dihiaskan afsun memuja jatuh pada kekasih afuah kasih sulaman rindu ini akram sembahan hati wulan terletak di telapak kanda rayuan dinda jangan dihampakan redup rembulan digenggaman menjadi seri damba pemuja embih kata ditawan manisan mantra penyeri kiasan jiwa . Dec 2011
KASTIL AISYA
TANGISAN
I/ tangisan sendu meraikan suram pada sebalut kafan terkaku sepi pucat: o dukacita mengusung perpisahan /II/ sayusayup suara yassin antara isakan tangis dan gerimis menderas membasahi wajah dan teras /III/ setanggi mendupa rapal doa membakar kuntum kasturi wangi mengepul zarah ke lauhil mahfuzh awal catatan segala akhir! 040413
KASTIL AISYA
TELAGA ke cangkir dahaga mana harus kutuang minuman zat zikirullah membilas nyuci nurani? meneguk aneka ramuan kalimah melenakan waras, khayal berasak masuk dalam posisi ruang tak kenal maknawi, tak terjangkau waqfah makrifat dan waqif, al bu'd jua al qub puncak nirvana cinta keperitan haqiqi ujian ke cangkir dahaga mana harus kutuang minuman zat zikirullah kupandang zillullah? 170414
KASTIL AISYA
TRAGEDI aku berada di medan pertarungan. entah apa yang kita mahu perjuangkan? pada pena kita pedangkan segala darah--meninta setiap luka mengalir hampa, dijadikan cerita juga dongeng biar para pembaca menjadi asyik dibuai khayalan-metaforakan segala imaginasi mampu mencabar! daripada chairil juga rendra, kumasih terbakar dengan katakata sakti, memberontak rasionaliti untuk terus maju--ayuh, bangun! haruskah terus kita menjadi binatang jalang--teriakan yang terus menusuk kalbu manusiawiku... lalu, daripada Shakespeare, kuungkapi romantisme dalam tragedi! aahhh... bukankah hidup ini tragedi! kita manusia sial yang sering dimalapetakakann permainan nasib. Lady Plath kutemui selendang jiwa hitam yang melaknat hidup! mati itu pelepasan-kemerdekaan roh dari raga yang tiada lagi membawa erti! betapa dia perjuangan kematian dengan aroma kerinduan, mengkupas, menyiatsiat satu per satu kulitnya. biar tinggal tulangtemulang putih merangka sekujur doa tak teramin sendu. derita? apakah derita yang kita junjung pada tiangtiang harapan sedangkan guruh waktu tidak jemu memetir untuk menjatuhkan kita. lihatlah! langit tidak butuhkan tiang untuk berdiri, awan masih mesra belayar dihembus nafas angin. kau,
KASTIL AISYA
aku masih tetap angkuh membongkak serapah leluhur paling sakti, memandrem setiap kejadian bahawa kita miliki secuil kuasa animisme! memuntahkan sepurba ajaran, melawan bak tuahjebat tantangan--menafikan kesakitan dari cerita air mata keramat ,titisan keringat mendakwat segala kecaman--bertubitubi menghentam raga bathin, namun sekadar metafora hidup. ada kemanisan -kemasinan air mata di setiap diksidiksi ucapan nurani,pali ng dalam, diamdiam menjadi pusaran mengelirukan. dalam jernih ada keruh--pertembunagan bercanggah arus. pada serpihaserpihan hati di pepasir cinta, masih ada cahaya menyuluh setiap kegelapan. lentera menyalakan harapan walau hakikatnya cinta itu menakutkan, sangat menggerunkan... derita itu tragedi. dan tragedi itu sudah tersurat dalam setiap kata kita jadikan nafas puisi. raikan saja setiap tarian nestapa, tamadun kemanusiaan yang tidak lepas dari cakaran nasib para pemahat kata. 160113
KASTIL AISYA
TUAH
adakah sumpahmu tiada erti seperti keris magismu taming sari ghaib dari pandangan insani ' tak kan Melayu hilang di dunia?' runtuhnya Melaka, jatuhnya empayar Melayu terbakarnya khazanah Melayu penjajahan minda, hati & keadaban itukah ironis sumpahmu, Tuah? penjajahan yang tiada adab menular, meresap dalam virus kemodenan yang angkuh lupa akan titik permulaan kita, bangsa Melayu, bangsa yang berdaulat yang dahulunya dilaungkan dengan bangga kini hanya menjadi sindiran si Melayu jenin?! ya Tuah, di manakah hilangnya keagungan sebuah bangsa berlagendakan magis lahir daripada kemistikan- keluarbiasaan memaparkan kedaulatan berkeramat akhirnya tewas dek kerakusan sendiri Tuah inikah akibatnya sumpahan,
KASTIL AISYA
tercemar, dicemar ? Tuah adakah kau akan biarkan setiap anak lelaki jati mewarisi darah pahlawanmu tertunduk pada kemodenan hingga hilang identiti diri? bangkitkan semangat mereka dengan membakar keMelayuan agar mereka menabik dada-pada kemurnian Melayu-kau sanjung dengan taat kesetiaanmu, Tuah! 050912
KASTIL AISYA
SUARASUARA PROTES
semalam kudengar tempikan menggegar langit paling atas rasarasa gelodak-ledak membangkang lunak tentang panggung-canggung arena palsu, bermukamuka "tidak berpacakkan beringin jiwa datuk nenek moyang mu sepi tanpa irama geselan rindu sang ibu" ketika beliung barat hebat menurunkan balabala pemusnah anak mudamudi berebutrebut ingin turut terkinjakinja bulat taksub dijajah-rela dipengaruhi menyarung kebatilan dungu beringin jiwa murni nenekmoyang -penghalang sekian purbakini kemodenan manusiawi walau kulit putih dicacar tato biar ditusuk-cucuk sana sini rupa berubah tidak lagi berwajah manusia melayu lalu, semerdu suara dang wangi pasak katakata wanita dahulu
KASTIL AISYA
harumanmu bukan semerbak melati begitu halus mengental-pintalan bebenang perisai bedebah lawan ah, alunan sesingkat bicara debat-jebat dijunjung keramat begitukah feminisme kemelayuan sanggul-lembut dikias teratai hasad (?) suarasuara pemberontak merinding menyusup nadi getar gemalai menggoncang kian lama semakin terasa di ambang abad 21, kubaca meramal-tilikan pujanggapujangga mengacakata 0902
Noor Aisya
KASTIL AISYA
Noor Aisya