eperginya Lou Jun-yan, orang aneh tadi masih terus miringkan kepalanya untuk mendengarkan, belang wajahnya yang mengerikan itu ber-kerut2, matanya yang buta tiada hentinya mengerling. Bedanya tadi ia terus mengubar jejaknya si gadis, adapun sekarang orangnya berdiri tegak bagaikan patung. Melihat keadaan orang, Jing-ling-cu menghela napas kasihan, katanya pada Tong Po dan Bok Siang-hiong: “Bicara tentang ilmu silat, terang sobat ini jauh lebih tinggi dari kita. Cuma sayang ia sudah buta, pula bisu, boleh jadi dimasa dulu hatinya pernah kena pukulan yang hebat sehingga tindak-tanduknya menjadi abnormal. Untuk selanjutnya diharap kalian mengingat akan sesama orang persilatan sukalah meng-amat2i dan mencari tahu siapakah gerangan dia ini serta adakah sanak pamilinya. Adapun kini terpaksa biarkan dia tinggal sementara dikelentingku ini !" Habis berkata, lalu ia mendekati orang aneh itu. Tak terduga, tiba-tiba dilihatnya pada pipi orang aneh yang jelek itu sedikit basah, nyata air matanya sudah meleleh. Hati Jingling-cu tergerak, diam2 ia menduga pasti dimasa yang lalu orang aneh ini tentu mengalami sesuatu peristiwa yang amat menyakiti hati dan menggetarkan sukma. Cuma sayang, keadaan orang aneh ini kini dalam keadaan tidak waras hingga susah untuk ditanya. Yang mencurigakan ialah kejadian tadi sebab apakah mendadak Siauyau-ih-su menjerit kaget, lalu berlari pergi begitu saja ? Dan mengapa bila mendengar suara si gadis, Lou Jun-yan, lantas mengubar terus ? Apakah mungkin dengan kedua orang tersebut belakangan ini memang pernah ada hubungannya ? Dasar watak Jing-ling-cu memang simpatik, ia pikir orang aneh itu ia sendiri yang ketemukan, maka urusan apa yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ menyangkut diri orang aneh itu, sudahlah pasti ia takkan bisa tinggal diam. Maka kembali ia tutup muka orang dengan kain selubung hitam tadi dan katanya ramah : “Sobat, marilah kembali kekamar mengaso dulu !” Orang itu tetap diam saja, maka Jing-ling cu lantas menarik tangannya dan dibawa masuk keruangan belakang. Besok paginya sesudah Tong Po dan Bok Siang-hiong memohon diri pulang kekediamannya masing2, dalam keadaan seorang diri Jing-ling-cu terus memikirkan teka-teki yang menyelubungi diri orang aneh itu. Tiba2 ia menjadi ingat, kalau tak bisa buka suara, bukankah dapat menulis, dan kenapa kemarin tidak diberikan pena dan kertas suruh menulis jawaban apa yang ditanyakan itu ? Diam2 Jing-ling-cu mengomeli dirinya sendiri yang kenapa begitu goblok hingga tidak ingat akan akal ini. Maka lekas2 ia mendatangi kamar si orang aneh. Tapi ia kecele, sebab orang itu ternyata telah tiada di kamarnya lagi. Kalau melihat bantal dan selimut yang masih baik2 berada diatas ranjang, nyata sekali semalam sama sekali orang aneh itu tidak tidur disitu, dan sejak kapan orangnya menghilangpun susah diketahui. Karena kejadian ini, hati Jing-ling-cu menjadi murung, tapi apa daya ?
Dalam pada itu, mengenai diri Lou Jun-yan sejak meninggalkan kuil Lo seng-tian, ditengah jalan teringat olehnya kejadian dikelenteng itu, dimana ia telah menggoda habis2an beberapa tokoh angkatan tua, diam2 ia merasa geli sendiri dan saking senangnya, sepanjang jalan ia bersenandung per-lahan2 sembari memainkan tetumbuhan bunga hutan di tepi jalan, terus turun ke bawah gunung. Setibanya dibawah puncak gunung, gadis ini menjadi ragu2, apakah begitu saja terus pulang kerumah ? Biasanya
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sang sang kini tahu
guru teramat keras mengawasi dirinya, kalau bukan undangan Jing-ling-cu dan guru enggan turun gunung, boleh jadi hingga kini ia masih tetap dikeram, dirinya berada sejauh ribuan li dari gurunya, tentu orang tua itu takkan urusan disini ternyata begitu cepat sudah selesai ?
Dan kesempatan ini mengapa tak dipergunakannya untuk pesiar dikalangan kangouw ? Setelah ambil ketetapan itu, hati si gadis makin gembira. Terus saja ia melanjutkan perjalanan buat tinggalkan pegunungan Heng-san itu. Tak terduga, karena terlalu sedikit pengalaman, dan pula Lam-gak Heng-san ini baru pertama kali ia kunjungi, jalan pegunungan ber-liku2, bilak-biluk, meski ia sudah ber-putar2 hingga hari hampir magrib, masih juga belum keluar dari tanah pegunungan itu. Jun-yan menjadi gugup, akhirnya ia pikir2 jangan2 malam ini harus tidur dialas pegunungan terbuka. Dalam kesalnya ia duduk diatas satu batu ditepi jalan untuk mengaso. Tiba2 dilihatnya dari jauh ada beberapa orang yang mendatangi, sesudah dekat, ternyata mereka adalah beberapa tukang pencari kayu. Dalam girangnya Jun-yan terlompat bangun serta berseru : “Numpang tanya, toako tukang kayu kangzusi.com !" sembari berkata, segera iapun memapak maju. Siapa tahu, baru saja tubuhnya bergerak, mendadak terasa dibelakangnya ada berkesiur angin yang sangat perlahan, seakan2 ada seseorang yang mengintil dibelakangnya. Gerak-gerik Jun-yan memang sangat gesit dan cekatan, ketika berasa begitu, tanpa berpaling lagi, se-konyong2 ia baliki tangannya terus meraup kebelakang. Tapi ternyata ia hanya meraup angin belaka, ketika ia menoleh, yang tertampak hanya cuaca remang2 tanpa suatu bayanganpun. la
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
menjadi heran dan melengak, tapi segera ia meneruskan niatnya memapak beberapa tukang kayu tadi. Sudah tentu para tukang kayu itu terheran-heran ketika mendadak melihat seorang gadis jelita muncul ditengah-tengah alas pegunungan yang sunyi itu. Tadinya mereka menyangka jangan-jangan dewi kayangan yang turun kebumi. Sesudah mendengar pertanyaan si gadis tentang jalan turun kebawah gunung, lalu dengan sangat sopannya mereka memberitahukan dengan jelasnya. Dengan riangnya Jun-yan mengucapkan terima kasih lalu berlari-lari lagi kejurusan yang ditunjuk, tapi sesudah beberapa puluh tombak jauhnya, kembali ia merasa angin silir berkesiur lagi dibelakangnya. Tatkala hari itu sudah mulai gelap, cuma sang dewi malam belum menampakan diri. Kembali hati si gadis terkejut, diam2 ia memikir, apakah mungkin ada setan alas yang sedang mengintil dibelakangnya. Ketika ia coba menghentikan langkahnya, tahu2 angin silir dibelakangnyapun lenyap. Maka yakin sudah si gadis, pasti ada orang yang selalu mengintil, tapi bila ia mendadak menoleh toh tiada sesuatu bayangan yang terlihat olehnya? Dalam keadaan seorang diri di-tengah2 kini sudah gelap, sungguhpun nyali si mengkirik. Segera ia tarik senjatanya siapkan ditangan untuk menjaga segala
alas pegunungan, dan pula dimalam yang gadis cukup tabah, tak urung ia merasa "Ah-jui-bian" atau pecut mulut bebek, ia kemungkinan.
Pecut ini adalah senjata andalan gurunya, Thong-thian-sin-mo Jiau-Pek-king diwaktu mulai berkecimpung didunia kangouw. Meski nama senjata itu lucu kedengarannya, tapi sebenarnya adalah sesuatu genggaman yang liehay dan jarang dilihat. Panjang pecut itu kira2 tujuh kaki, besarnya seperti jari dan terbagi dalam ruas2 yang terbikin dari baja yang tajam sekali. Di ujung pecut itu terdapat pula dua potong
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ pelat baja yang tipis tajam, letak kelihayannya justru pada kedua pelat baja ini, kalau diputarkan, ke dua pelat ini bisa buka-tutup hingga mirip mulut bebek. Begitulah, Jun-yan siapkan pecutnya ini di tangan terus melanjutkan perjalanan dengan cepat. Beberapa kali terasa angin berkesiur lagi dibelakangnya, segera pecutnya ia sabetkan, tapi selalu mengenai tempat kosong. Dengan sendirinya hatinya menjadi semakin heran. Tidak antara lama, sesudah rembulan lambat laun meninggi disebelah belakangnya serta memancarkan sinarnya yang indah, diam2 Jun-yan bergirang. Tapi ketika ia memandang kebawah, ia menjadi terperanjat tidak kepalang. Kiranya di bawah sorot sinar bulan yang terang, kecuali bayangan tubuhnya yang tertampak memanjang kedepan ditengah pegunungan itu, terdapat pula satu bayangan orang lain yang lebih jangkung dari dirinya, kalau melihat jaraknya, orang itu terang selalu mengintil dalam jarak tiada 4-5 kaki dari belakangnya.
Memangnya sejak tadi Jun-yan curiga ada orang yang mengintil dibelakangnya hingga menerbitkan berkesiurnya angin, tapi beberapa kali ia berpaling atau menyabet dengan pecutnya, toh selalu nihil tiada sesuatu yang dilihatnya. Kini kalau bukan dia berjalan dengan memungkiri bulan hingga bayangannya tersorot kedepan, boleh jadi ia belum berani yakin kalau berkesiurnya angin itu dijangkitkan oleh orang. Dalam kagetnya, hati Jun-yan benar2 dek-dekan, ia menduga orang mungkin sudah lama mengintil, maka betapa hebat ilmu entengi tubuh orang itu, sungguh susah dibayangkan. Cuma anehnya, mustahil orang itu belum insyaf kalau bayangan tubuhnya yang tersorot sinar bulan itu kini sudah dapat diketahui? Ketika per-lahan2 Jun-yan sengaja melangkah dua tindak kedepan, tahu-tahu bayangan orang itupun bertindak dua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ langkah. Bila ia berlari, bayangan itupun ikut berlari, hingga mirip seperti bayangan sendiri saja. Sembari berjalan, diam-diam Jun-yan menimang-nimang, ia pikir orang mungkin tiada maksud jahat, sebab kalau punya tujuan jahat pada sebelum bayangannya diketahui, sejak tadi-tadi sudah turun tangan. Boleh jadi orang ini adalah Bulim Cianpwe atau angkatan tua dari dunia persilatan yang kenal akan kenakalannya maka sengaja hendak bergurau padanya. Memikir akan itu, diam2 Jun-yan geli sendiri, sebab besar kemungkinan malah suhunya sendiri yang telah turun gunung dan menggoda padanya. Diam2 ia himpun tenaganya, ia siapkan pecutnya baik2, suatu ketika, mendadak ia putar tubuh, terus menyabet ber-runtun2 tiga kali. Cara menyerangnya itu cepat luar biasa, tapi gerak tubuh orang yang dibelakangnya itu ternyata jauh lebih cepat lagi, hingga tiga kali sabetannya mengenai tempat kosong semua. Cuma ada hasilnya juga, sebab ia sudah pusatkan perhatian, maka sekilas dapat dilihat oleh Jun-yan, dibawah sinar bulan ada satu orang secepat angin telah melesat pergi terus menyelusup masuk kedalam rimba yang berdekatan. “Ha, masih lari ? Sudah kepergok, kau mau sembunyi kemana ?" teriak Jun-yan. Dan sambil mengangkat pecutnya, segera ia mengejar. Sesudah menyusur rimba, ia ber-teriak2 lagi memaki dengan maksud memancing keluar orang itu, tapi pohon2 rimba itu jarang2 saja tidak terlalu rindang, hingga keadaan sekitarnya cukup terlihat jelas, sunyi senyap saja tiada seorangpun. Tanpa terasa bulu roma si gadis berdiri, diam2 ia membatin, apakah mungkin setan atau genderuwo yang lagi menggodanya ? la coba tenangkan diri, lalu duduk dibawah satu pohon besar sambil meng-amat2i keadaan sekitarnya,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tapi benar2 tiada suatu bayanganpun yang terlihat, ketika ia menengadah, sinar bulan yang putih jernih menembus rimba yang jarang itu hingga suasana malam itu tenang2 aman. Selagi Jun-yan tengak-tengok kesana kemari, tiba2 dilihatnya diatas sebatang dahan pohon yang tumbuh miring, coraknya agak aneh. Ketika ditegasi, ternyata bukan dahan pohon, tapi kain baju yang ber-goyang2, terang seorang manusia terpantek miring dibatang pohon besar itu dengan ilmu kepandaian “lip te-seng-kin" atau berdiri ditanah tumbuh akar, semacam ilmu yang memberatkan tubuh yang pernah didengar tapi belum pernah dilihatnya. Ilmu “lip-te-seng-kin" itu adalah kepandaian tunggal kaum Khong-tong-pay. Yang melatih ilmu ini, kalau Iwekangnya belum punya dasar yang kuat, tak nanti bisa berhasil. Kalau begitu, apakah mungkin orang ini adalah Li Pong, Ciang-bunjin atau ketua dari Khong-tong-pay yang berjuluk Liok-hap-tong-cu itu ? Li Pong itu di waktu berusia tujuh belas tahun, ilmu silatnya sudah menjagoi sesama saudara seperguruannya, dengan liok-hap-to-hoat dari Khong-tong-pay mereka, sekaligus ia telah kalahkan tiga puluh lima saudara perguruannya hingga diangkat sebagai ketua. Sebab itulah orang kang-ouw menyebutnya “Liok-hap-tong-cu" atau sibocah pemain Liok-hap-to. Kini meski usianya sudah lanjut, tapi julukan muda itu masih belum terhapuskan. Jun-yan pikir Li Pong adalah kawan sehidup semati gurunya, Jiau Pek-king, biasanya suka menggoda dan bergurau padanya. Maka ia menduga orang ini pasti Li Pong adanya. Hatinya menjadi lega, dengan ketawa-ketawa segera ia menegur : “Hayo, Lisioksiok (paman Li), sudah dapat kukenali, kenapa masih kau pura2 tidak tahu disitu ? Lekaslah turun ke mari, ajarkanlah padaku ilmu golokmu Liok-hap-tohoat. Bila tidak nanti aku akan siarkan kau seorang tua
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sengaja menindas yang muda, coba bagaimana kau akan membela diri ?" habis berkata lalu iapun berdiri. Dan ketika ia mendongak pula sambil berkata dengan ketawa: “Nah, Li........" belum lagi sioksiok diucapkan tiba2 ia merasa mukanya seperti teraling-aling sesuatu nyata itulah muka seorang yang jelek dan menyeramkan luar biasa yang hampir-hampir menempel dengan mukanya, maka teranglah bahwa orang itu sekali-kali bukan Liok-hap-tong-cu Li Pong yang disangkanya, tapi adalah si orang aneh yang dilihatnya dikelenteng Lo-seng-tian siang tadi. Kiranya tadi tubuh orang aneh itu “terpantek" miring keatas dibatang pohon, tapi kemudian menggantung kebawah,
hingga mukanya hampir2 berciuman dengan mukanya Jun-yan ketika si gadis berdiri. Sesaat itu, saking kagetnya napas Jun-yan seakan-akan sesak, ia terhuyung-huyung mundur beberapa tindak. “Kau......kau sebenarnya........siapa?" tanyanya kemudian dengan suara gemetar. Mendadak matanya menjadi burem, tahu-tahu orang itu telah melayang turun kedua tangannya terpentang terus melangkah maju se-akan2 Jun-yan hendak dirangkul kedalam pelukannya. Dalam kagetnya Jun-yan menjerit tajam sembari melompat mundur. Mendengar suara jeritan si gadis, mendadak orang aneh itu berhenti tak jadi maju, kedua tangannya pun diluruskan kebawah lagi, hanya dari tenggorokannya terdengar berkeruyukan, mulut dengan bibirnya yang sudah tak utuh lagi itu ternganga dan mengeluarkan semacam suara yang menakutkan dan menggetarkan sukma. Mendengar orang mengandung rasa pilu, tapi penasaran dan benci, seperti orang yang telah dianiaya musuh, tapi dendam sedalam lautan itu tak berdaya dibalas. Maka meski suaranya tadi begitu menyeramkan, dari takut tiba-tiba timbul
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ rasa simpatik si gadis terhadap diri orang aneh itu. Jun-yan coba mengamatiamati perawakan dan bentuk wajah orang, tapi tiada sesuatu yang mirip Li Pong, diantara anak murid Khong-tong-pay juga tidak sedikit yang dikenalnya dan tiada seorangpun yang berwajah begini, sebaliknya kepandaian “lip-le-seng-kin" yang ditunjukkan si orang aneh ini tadi justru adalah ilmu tunggal golongan Khongtong-pay yang tak mungkin diajarkan pada orang luar. Diam-diam Jun-yan menimang-nimang meski orang aneh tiada maksud jahat, tapi ketika di Lo-seng-tian selalu mengejar saja pada dirinya, sesudah ia tinggalkan kelenteng itu masih terus orang mengintil. Dengan siapapun boleh berkawan, tetapi masa harus berkawan dengan seorang aneh seperti setan ini? Tidakkah jalan paling selamat ialah : kabur ? Karena itu segera ia pura2 membentak: “Hai, apakah kau ini orang Khong-tongpay ? Berani kau menggoda aku ditengah jalan, jika aku laporkan pada Ciangbunjin dari Khong-tong-pay, Liokhap-tong-cu Li Pong, pasti takkan menguntungkan kau!" Cara Jun-yan berkata ini sengaja ia keraskan suaranya, sebab ia insyaf, sedikit saja ia menggeser pergi, betapapun gesitnya, pasti orang aneh itu dapat menyusulnya. Maka semakin berkata semakin keras suaranya, sedang kakinya terus menggeser kebelakang. Ketika selesai ia berkata, sementara itu ia sudah berada sejauh 4-5 tombak dari orang aneh itu. Betul juga, orang aneh itu masih berdiri terpaku ditempatnya, hanya kepalanya miringi, rupanya sedang pasang kuping buat mendengarkan. Diam-diam Jun-yan sangat girang, lebih pasti lagi dugaannya bahwa orang aneh tentu seorang buta, asal ia menahan napas dan tidak
menerbitkan suara, pasti orang takkan dapat mencari jejaknya. Ia pikir mundur lagi sedikit jauh, lalu berdiam diri untuk melihat bagaimana reaksi orang aneh itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tak terduga ada lebih baik kalau ia tidak mundur lagi, tapi baru mundur selangkah, tahu-tahu tubuhnya telah menubruk kedalam pangkuan seseorang. Kagetnya Jun-yan kali ini ber-tambah2, tanpa pikir lagi telapak tangan kirinya ia tamparkan kebelakang. Dalam keadaan tubuh menempel, semestinya tamparan ini tentu kena sasarannya, siapa duga, baru saja tangannya diayun, tahu-tahu pergelangan tangannya malah terasa kesemutan, kiranya sudah kena ditangkap orang dibelakangnya itu. Jun-yan jadi mengeluh, ia tak berani berteriak, karena kuatir diketahui orang aneh itu hingga soalnya semakin bertele-tele. Dalam gugupnya ia ayun pecutnya yang berujung mulut bebek itu kebelakang dengan tipu “hwe-jui-tiok-le" atau membalik mulut mematok keong. Tapi sial baginya, sebelum sabetannya mengenai sasarannya, tahu-tahu “jiok-tek-hiat" di sikutnya terasa kesemutan, genggamannya menjadi kendor, dan senjatanya sudah pindah ketangan orang. Dahulu ketika Jun-yan mempelajari ilmu pecut itu, pernah gurunya Thong-thiansin-mo Jiau Pek-king berpesan:”Dengan ilmu pecut lain dari pada yang lain ini, betapapun musuh takkan dapat merampas senjatamu ini, tetapi bila sampai pecutmu ini kena direbut, maka terang kau sudah kecundang, tak perduli lawan seorang sepele saja, jangan lagi kau menempur terus, jalan paling selamat ialah lari. Baiknya gurumu ini bukan seorang ksatria atau laki2 sejati, lebih2 bukan manusia yang suka cari nama, maka kau larikan diri rasanya juga tidak merosotkan pamor gurumu ini!" Pesan itu selamanya diingat baik-baik oleh Jun-yan. Kini melihat pecutnya benar2 kena dirampas orang, segera ia bermaksud kabur. Namun pergelangan tangan kirinya kena dipegang musuh, mana bisa lari begitu saja ?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Dalam gugupnya ia me-ronta2 sembari melirik tangan musuh yang memegangi tangannya itu, dan diluar dugaan, demi nampak tangan orang, dari keringat dingin yang tadinya sudah membasahi tubuhnya itu, kini ia malah menjadi lega. Kiranya tangan orang yang memegangnya itu ternyata berjari gemuk-gemuk dan merah seperti diwanter kuku jarinya, panjang lebih dua senti hingga mengeluarkan cahaya mengkilap, siapa lagi dia kalau bukan telapak tangan Cu-seng-cian atau tangan merah Cu-se yang dikenalinya sebagai tangannya Liok-hap-tong-cu Li Pong.
Saking girangnya, segera iapun mengomel : “He, Lisioksiok, kenapa kau sengaja bikin kaget padaku ?" Maka terdengarlah orang yang dibelakangnya itu ketawa terbahak-bahak sembari kendorkan cekalannya, kemudian katanya : “Setan cerdik, dibelakangku kau selalu sebut namaku, apa yang sedang kau lakukan untuk alamatku bukan ? Haha, kalau tidak bikin kaget kau sekali-kali, adu mulut aku memang kalah, bukankah selalu aku akan rugi ?" Ketika Jun-yan menoleh, maka terlihatlah seorang berperawakan pendek buntat, rambutnya hitam mengkilap, alisnya yang panjang tebal, tapi berwarna putih bersih, dibawah janggutnya tumbuh serumpun jenggot, tapi warnanya justru hitam, dan diapit dan alisnya putih, wajahnya masih kekanak2an, tambah lagi sepasang tangan “Cu-seng-ciang", siapa lagi dijagat ini yang mempunyai corak khas seperti Liok-hap-tong-cu Li Pong ini ? Sesudah tertegun sejenak, segera Jun-yan mengomel lagi: “Bagus kau, Li-sioksiok ! Kau kirim orang golonganmu Khong-tong-pay untuk bikin rusuh di Lo-seng-tian diatas Ciok-yong-hong, kini tua menghina lagi seorang gadis muda seperti aku, kelakuanmu ini mana ada sifat pribadi yang agung sebagai Bulim-cianpwe (angkatan tua persilatan) dan seorang ketua cabang persilatan kangzusi.com. Biarlah aku siarkan berita ini tentu kau akan dibuat buah tertawaan orang!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Hebat benar dakwaanmu ini ?" sahut Li Pong sambil melelet-leletkan lidahnya. “Tapi cara bagaimana untuk menebus kekalahanku ini, supaya nona jelita tidak marah-marah lagi?" “Itu mudah", ujar Jun-yan sembari tekap mulutnya yang mungil untuk menahan tertawanya. “Asal kau ajarkan aku Liok-hap-to-hoat, maka segalanya akan menjadi beres!" Kiranya Liok-hap-tong-cu Li Pong ini memang bertabiat jenaka, meski seorang ketua cabang persilatan, tapi paling suka pada orang muda yang ingin maju, sama sekali tak berlagak tua terhadap kaum muda, dan Lou Jun-yan memang sudah biasa bersenda gurau dengan dia. “Ai, setan cerdik", demikian sahut Li Pong kemudian dengan tertawa ia menyambung : “Belum lagi menjadi pembesar, sudah mau terima sogok, sayang Liok-hap-to-hoat yang kau inginkan tidak ada, kalau Liok-hap-cio-hoat, bagaimana? Kau mau tidak?" Jun-yan tidak tahu kalau kata2 Li Pong itu sedang mempermainkannya, sebaliknya ia pikir, menurut cerita suhunya ilmu silat rahasia kaum Khong-tong-pay sangat banyak dan semuanya bagus tiada bandingan, keruan ia kegirangan, segera ia menyahut : “Ya, boleh, bagus sekali!" “Baik", kata Liok-hap-tong-cu Li Pong sembari geraki tangannya terus mendorong
ke arah si gadis. Sampai disini, barulah Jun-yan tahu dirinya kena diapusi. lapun tahu tak nanti Li Pong memukul sungguh-sungguh padanya, namun bila pukulan itu sampai kena, bukankah ia sendiri malu sebagai anak murid Thong-thian-sin mo Jiau Pek-king? Maka cepat sekali ia berkelit kesamping. “Bagus, gerakan yang gesit!" seru Li Pong memuji Tapi segera ia melangkah maju dan pukulan kedua dilontarkan pula.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Selagi Jun-yan hendak berkelit pula, mendadak terasa angin berkesiur cepat lewat disampingnya, si orang aneh yang terpaku ditempatnya tadi tahu-tahu melesat ketengah-tengah antara dia dengan Li Pong, terlihat pula tangan si orang aneh diangkat, iapun melontarkan pukulan kedepan, maka terdengarlah suara “plak", kedua tangan si orang aneh dan Li Pong saling beradu. Pukulan yang dilontarkan oleh Li Pong tadi hanya pura2 saja untuk menggoda Jun-yan, sama sekali ia tidak menduga bahwa mendadak bisa muncul kangzusi.com seseorang untuk merintanginya? Sebaliknya orang aneh itu melontarkan pukulan sepenuh tenaga, maka Liok-hap-tong-cu Li Pong tergetar hingga mundur 7-8 tindak, jika bukan Iwekangnya sudah terlatih sampai tingkat yang bisa dipergunakan dengan sesukanya dan segera kumpulkan tenaga buat menahan, boleh jadi ia sudah terluka dalam. Bila kemudian Li Pong dapat melihat bahwa lawannya itu ternyata seorang jelek yang mukanya 90 persen lebih mirip setan, kedua matanya melolor memutih, terang
seorang buta, tapi tenaga dalamnya ternyata sedemikian hebatnya, ia menjadi tercengang. “He, budak cerdik, kiranya kau masih punya bala bantuan!", katanya kemudian.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Semula Jun-yan menyangka kalau orang aneh ini adalah orang Khong-tong-pay, kini mendengar kata Li Pong, pula cara orang aneh itu turun tangan tadi terang bukannya pura2, tapi menganggap Li Pong hendak mencelakainya, kalau begitu, apakah benar2 orang aneh ini sudah berkawan dengan aku? demikian pikir si gadis. Karena itu, cepat ia menjawab: “Li-sioksiok, bergurau boleh bergurau, tapi kalau sungguh2 hendaklah kita juga sungguh2. Orang ini adalah orang yang bikin rusuh di kelenteng Lo-seng-tian, Jing-ling-cu dan kawan2nya tiada yang kenal asal-usulnya, tadi aku melihat ia gunakan kepandaian “lip-te-seng-kin" untuk pantek dirinya diatas batang pohon, masa dia bukan orang golonganmu? Dan tiba2 kaupun datang kemari, apakah kau juga hendak mengunjungi Jing-ling Totiang?" “Ya, aku juga menerima undangan Jing-ling-cu", sahut Li Pong. “Cuma ditengah jalan terhalang sesuatu urusan, maka datangnya terlambat. Apakah undangan Jingling-cu pada orang banyak, justru disebabkan urusan setan jelek ini?" “Benar", kata Jun-yan mengangguk. “Suhu juga diundang, ia bilang tentu akan berjumpa dengan seorang yang bernama Cu Hong-tin yang memuakkan, ia sendiri tak sudi turun gunung, maka aku yang diperintahkan kemari." “Bagus kuda liar terlepas dari kekangan, tentu saja hebat!" goda Li Pong dengan tertawa. “Li-sioksiok, biasanya kau sangat sayang padaku. Aku hanya gunakan kesempatan ini untuk mencari pengalaman kangouw, maka terlambat pulang, kelak jika ketemu suhu, harap jangan kau laporkan!" pinta si gadis. “Tak bisa", kata Li Pong sembari geleng2 kepalanya. “Masa kau suruh aku seorang tua yang menghina kaum muda, seorang yang tanpa sifat pribadi ketua cabang persilatan, supaya berdusta untukmu?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Aii, Li-sioksiok ini....." sahut Jun-yan sambil menjengkitkan mulut. Li Pong menjadi geli melihat muka si gadis yang menyenangkan ini. Jun-yan tahu kalau orang tua itu diam2 sudah berjanji, lalu ia menceritakan pengalamannya di Lo-seng-tian diatas Ciok-
yong-hong itu. Sambil mendengarkan cerita si gadis yang menarik itu, diam2 Li Pong memperhatikan orang aneh itu. Ia lihat orang aneh itu berdiri menghadap kearah si gadis tanpa bergerak sedikitpun, se-akan2 sangat senang dan ketarik oleh setiap kata2 serta setiap suara ketawa si gadis. Sesudah Jun-yan selesai menutur, lalu Li Pong berkata : “Kalau dia mahir ilmu silat cabang lain, itulah bukan soal, tapi kepandaian “lip-te-seng-kin" benar2 adalah ilmu tunggal Khong-tong-pay kami, darimana ia dapat mempelajarinya? Ahm....." ia merenung sejenak, tiba2 dari pinggangnya ia lolos keluar sebilah golok yang bersinar hijau mengkilap. Nyata itulah golok pusaka “Pek-lin-sin-to" kaum Khong-tong-pay. Melihat Li Pong mendadak lolos senjata, sedang orang aneh itu juga rupanya sudah mendengar suara senjata tajam dicabut, maka agak terkejut dan terus mundur setengah langkah, kakinya berdiri kokoh dalam gaya miring, nyata itulah kuda2 yang kuat sekali untuk menghadapi segala kemungkinan. Menyangka kedua orang bakal saling gebrak dan kasihan juga bila orang aneh yang cacat itu sampai terluka, maka cepat Jun-yan bertanya: “Li-sioksiok, apa yang hendak kau lakukan ?" “Aku hendak menjajal dia. Kau bilang dia mahir ilmu “lip-seng-kin", apakah ia juga pandai Liok-hap-to-hoat?!" sahut Li Pong. Lalu ia membentak ke arah si orang aneh: “Nah, sobat, sambutlah!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Habis itu, sekali tangannya bergerak, tahu2 golok pusakanya itu tertimpuk kedepan membawa selarik sinar hijau yang menyilaukan kearah orang aneh itu. Ternyata orang aneh itu sangat cekatan, sekali tangannya membalik, segera golok itu sudah kena dipegangnya. Terkejut sekali Li Pong melihat cara si orang aneh itu menyambuti goloknya, tanpa terasa ia berseru memuji. “Kepandaianmu bagus! Awas serangan!" Segera ia gunakan sarung goloknya sebagai senjata, terus dengan tipu Ci-gi-tonglai atau hawa ungu datang dari timur, sarung goloknya membawa angin kencang terus menusuk kemuka si orang aneh. Liok-hap-to-hoat dan Liok-hap-co-hoat dari Khong-tongpay, kesemuanya mengambil atas gabungan langit bumi dan keempat penjuru yang diubah lagi, jadi langit dan bumi atau atas dan bawah ditambah empat penjuru yalah enam, maka disebut Liokhap atau enam gabungan. Ilmu golok dan pukulan itu sebenarnya masing-masing
hanya terdiri dari enam jurus saja, yaitu dengan aksara langit, bumi, timur, barat, utara dan selatan, tapi diantara tiap-tiap jurus itu terkandung pula enam macam pecahan, dari tiap-tiap pecahan, ini juga mengambil kedudukan enam aksara seperti tersebut diatas, maka kalau dimainkan menjadi enam kali enam menjadi tiga puluh enam jurus. Ilmu silat ini adalah kepandaian tunggal Khong-tong-pay yang tak diajarkan pada orang lain. Begitulah Jun-yan melihat gerak serangan Li Pong itu dilontarkan sangat perlahan sekali, ia tak kenal tipu serangan macam apakah itu, juga tak tahu kemuzizatan yang terkandung dalam tipu ini, tapi bila ingat inilah kesempatan bagus untuk mencuri belajar Liok-hap-to-hoat, berkat otaknya yang tajam, segera ia perhatikan sungguh2 gerak geriknya Li Pong, ia ingat baik2.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Ia lihat ketika tusukan Li Pong itu dilontarkan, sarung golok yang dibuat senjata itu mendengung sekali terus ujungnya memutar hingga menjadi satu lingkaran kecil, kembali mendengung sekali terus menggores sebuah lingkaran besar, selesai dua lingkaran digores, ujung golok itu sudah mendekati muka si orang aneh. Orang aneh itu masih berdiri tegak sambil memegangi Pek-lin-to yang dilemparkan Li Pong tadi, sama sekali tiada tanda2 hendak menangkis atau berkelit. “Hayo sambut!" bentak Li Pong lagi sembari menggores lingkaran yang ketiga. Dengan digoresnya tiga lingkaran sinar itu, ujung goloknya sudah tinggal beberapa senti saja didepan muka si orang aneh. Karena itu, baru mendadak orang aneh itu geraki goloknya secepat kilat. Herannya gerak tipunya ternyata sama dengan tipu serangan Li Pong, golok bersinar hijau yang menyilaukan itu segera melingkar menjadi satu bundaran, hebatnya lingkaran pertama ini sudah jauh lebih besar dari lingkaran ketiga yang digoreskan Li Pong tadi. Dibawah sambaran sinar senjata itu, sarung golok Li Pong sudah terkurung didalamnya. Melihat sekali bergerak, orang itu benar-benar melontarkan tipu “Ci-gi-tonglai", jurus pertama dari Liok-hap-to-hoat, bahkan tenaga dalam yang digunakannya terang diatas dirinya, tak nanti dibawahnya, keruan Li Pong terkejut, segera ia bermaksud menarik kembali sarung goloknya, tapi sudah tidak keburu lagi. Tiba2 sinar hijau berkelebat, ilmu golok orang aneh itu sudah berubah, Pek-linto dibujurkan kesamping. Li Pong adalah Ciangbunjin atau ketua Khong-tong-pay, sudah tentu ia kenal gerak tipu itu disebut “Se-jut-ham-koan" atau kebarat keluar benteng Ham. Jika ia tidak mundur cepat saatnya, tapi tunggu sampai orang habis memainkan enam
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ jurus hingga tiga puluh enam macam perubahan seluruhnya dilontarkan, maka pasti ia akan kewalahan menghadapinya. Ia menjadi geregetan mengapa tadi terlalu pandang enteng lawannya dan menyerahkan golok pusaka kepadanya, kini ia sendiri hendak melepaskan diri dari rangsakan saja rasanya susah. Mendadak ia kendorkan cekalannya, sarung goloknya terpaksa ia korbankan, ia ulurkan kedepan dan dilepaskan, berbareng orangnya terus melompat mundur. Maka terlihatlah sinar golok gemerlapan, sarung golok itu tahu2 terkutung menjadi tujuh potong. Nyata itulah tipu “Lam-tau-liok-sing" atau enam bintang dari langit selatan. Tipu serangan ini biasanya sangat susah dimainkan, sebab harus sekali membacok beruntun-runtun menyendal enam kali, tapi dalam permainan orang aneh itu, tipu itu seperti sepele saja, jitu dan langgeng, sedikitpun tidak meleset, hingga sarung golok itu terbabat enam kali dan terkutung menjadi tujuh potong dan berserakan ditanah. Sesudah Liok-hap-tong-cu Li Pong melompat pergi, kembali orang aneh itu berdiri kaku. Saking herannya Jun-yan sampai ternganga, hingga lama baru ia buka suaranya : “Li-sioksiok, bagaimana ini ? Kau adalah Ciangbunjin Khong tong-pay, masa ilmu golokmu Liok-hap-to-hoat malah kalah sama dia?" “Bukan saja ilmu golokku kalah, bahkan tenaga dalam juga dia lebih menang", sahut Li Pong. “Umpamanya dia yang gunakan sarung golokku dan aku memegang Peklin-to, rasanya akupun bukan tandingannya! Bukankah kau saksikan tadi, begitu bergerak, jurus pertama saja sarung golokku sudah terkurung didalam sinar goloknya? Sungguh aneh! Orang ini pasti tokoh Khong-tong-pay, apakah mungkin masih angkatan tua dari golongan kami ?" Sehabis berkata, segera ia gelengi kepala menjawab sendiri:
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Tak mungkin, tak mungkin!" “Li-siok-siok, tak perlu kau terka tak keruan, sebab ilmu silat cabang lain, iapun sangat mahirnya!" ujar Jun-yan. “Paling benar sekarang carilah akal untuk merebut kembali golok pusakamu itu dari tangannya!" Benar juga pikir Li Pong, segera ia menubruk maju sambil julurkan tangannya yang merah itu untuk merebut goloknya, tapi sedikit orang aneh itu angkat lengannya, dengan jurus “Thian-ho-to-kwa" atau sungai langit gantung terbalik, satu jurus dari Liok-hapto-hoat, terus hendak memotong
pergelangan tangan Li Pong. Keruan Li Pong menjadi terkejut, cepat ia tarik tangannya dan ganti jari tangan kiri diangkat buat menyerang kedua mata lawan, dan ketika orang aneh itu lintangkan goloknya hendak menangkis, Li Pong membarengi sekali gertak, tangan kanan secepat kilat hendak menangkap punggung golok. Tipu serangan Li Pong ini disebut “sam-sing-boan-ngoat" atau tiga bintang mengelilingi bulan, ialah semacam ilmu kepandaian merebut senjata orang dengan tangan kosong, lebih dulu jari kiri mengarah mata lawan, disusul menggertak, berbareng tangan kanan merebut, tiga gerakan sekaligus dilontarkan. Dibawah permainan Liok-hap-tong-cu, tipu itu menjadi makin hebat. Tapi hasilnya ternyata nihil, sebab orang aneh itu mendadak tekan goloknya kebawah sembari kepala mengegos, lalu tubuhnya terus meloncat keatas, dalam sekejap saja tipunya thian ho-to-kwa tadi sudah berganti menjadi “te-lai-hong-seng" atau bumi bergoncang menjangkitkan angin. Dalam kagetnya Li Pong tak berani menyusul buat merebut senjata lagi, dengan masgul ia melompat mundur, ia termangu-mangu tak berdaya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Disamping sana Jun-yan juga ikut kuatir bagi Li Pong, Pek-lin-to itu adalah golok pusaka kaum Khong-tong-pay yang hanya dibawa oleh ketuanya, malahan ada peraturan yang menentukan bahwa melihat golok itu seakan-akan melihat ketuanya, anak murid Khong-tong-pay sendiri tidak sedikit jumlahnya, golok pusaka kangzusi.com itu mana boleh dihilangkan begitu saja? Tapi apa daya, kalau Li Pong sendiri tak mampu merebut kembali, apa lagi ia sendiri ? “Hai, kau ini kenapa tidak kenal kebaikan", dalam gugupnya ia berseru, “Orang meminjamkan golok padamu untuk menjajal ilmu goloknya, mengapa senjatanya malah kau kangkangi?" Tiba-tiba mulut orang aneh itu menyengir, tapi karena wajahnya yang jelek dan bibirnya yang sudah cacat, maka nampaknya menjadi ngeri. Menyusul ia angsurkan Pek-lin-to itu kepada Lou Jun-yan yang terperanjat sembari mundur selangkah, tapi kemudian dapat dilihatnya orang tak bermaksud jahat, segera ia tabahkan diri dan menanya: “Apakah kau hendak berikan golok ini padaku ?" Orang aneh itu tertegun sejenak, lalu mengangguk. Maka tanpa ragu2 lagi Jun-yan mendekatinya, cuma untuk menjaga segala kemungkinan pecutnya ia siapkan ditangan. Lalu golok yang diangsurkan orang aneh itu diterimanya. Melihat itu, Liok-hap-tong-cu Li Pong menjadi lega, golok pusaka itupun ia
terima kembali dari si gadis, dan katanya : “Setan cerdik, sekali ini benar2 berkat kau ! Kebaikanmu ini tentu takkan kulupakan!" “Takkan melupakan, apa gunanya ? Masakan kau bakal memberikan golok itu padaku?" demikian sahut Jun-yan. Lalu iapun berkata lagi pada dirinya sendiri : “Ah, betapa baiknya kalau benar2 golok pusaka ini milikku ?"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Siapa duga, baru selesai ia berkata, mendadak si orang aneh itu terus menerjang ke arah Li Pong, kelima jarinya terpentang terus hendak merebut golok itu, diwaktu tangannya bergerak itu samar2 membawa suara yang gemuruh. Lekas2 Li Pong enjot tubuh berjumpalitan kebelakang hingga jauh sambil berseru : “Ilmu "Pi-lik-cio" yang hebat ! Setan cerdik, apa yang kau katakan tadi memang benar, orang ini mahir benar dalam berbagai cabang silat, ilmu pukulan Pi-likcio ini adalah kepandaian tunggal keluarga In di Holam yang hanya diturunkan kepada anaknya, ternyata diapun bisa menggunakannya, benar-benar hebat dan aneh !” Begitu ia melompat mundur, segera orang aneh itu memburunya dan beruntun-runtun melontarkan beberapa jurus serangan buat merebut golok, tapi Li Pong sudah memegang senjata pusakanya, iapun tidak gentar pula, segera ia mainkan Liok-hap-to-hoat dengan kencang hingga orang aneh itu ditahan dalam jarak-jarak tertentu tak mampu mendekat. Karena itu, maka terdengarlah orang aneh itu bersuara “uh-uh-uh" pula, rupanya gugup karena seketika tak bisa merebut senjata lawan. “Lekas kau pulang ketempatnya Jing-ling-cu saja, buat apa masih keluyuran disini ?" kata Jun-yan kemudian. Aneh bin ajaib, terhadap apa yang dikatakan Jun-yan, ternyata orang aneh itu selalu menurut. Maka sekali putar tubuh, cepat ia mengeloyor pergi. Li Pong dan Jun-yan ter-mangu2 melihat kelakuan orang yang susah dimengerti itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/
“Berpuluh tahun aku berkecimpung di kang ouw, tapi belum pernah kenal dikalangan persilatan ada seorang tokoh aneh seperti ini", demikian kata Li Pong saking herannya. “Kalau melihat tindak tanduknya sudah terang seorang gendeng yang tak merasa lagi asal usul dirinya sendiri. Menurut aku, Jing-ling-cu harus mengumpulkan semua tokoh2 dunia persilatan dari yang rendah sampai yang tinggi, boleh jadi baru bisa mengenalinya! Maka kini biarlah aku pergi ke Ciok-yong-hong untuk menemui Jingling-cu, apakah kau juga ingin ikut?" “Ah, tidak", sahut Jun-yan menggelengkan kepala. “Tapi harap Li-siok-siok, jangan sekali2 kau beritahukan suhu tentang jejakku ini, bila kau mengatakan padanya, kelak pasti aku akan siarkan kejadian golokmu dirampas orang aneh tadi, coba pamormu bakal merosot atau tidak ?" Habis berkata, dengan tertawa ter-kikih2 ia terus berlari pergi. Melihat kenakalan si gadis, Li Pong hanya bisa angkat bahu sambil tersenyum, lalu melanjutkan perjalanannya ke Ciok-yong-hong. Dengan kata2nya tadi, Jun-yan sudah yakin meski ia keluyuran setengah atau selama setahun diluaran, pasti juga Li Pong akan membelanya dimuka sang suhu, maka tak kuatir lagi kini, saking senangnya larinya tambah cepat. Malamnya, ia dapatkan sebuah penginapan disuatu kota kecil dibawah gunung, tapi belum lagi fajar tiba ia sudah bangun, ia melompat keluar melalui jendela, ia pilih sebuah gedung yang paling mentereng dan digerayanginya belasan lonjor emas yang seluruhnya hampir 400 tahil, dengan ini ia akan gunakan sebagai biaya pesiarnya nanti. Memangnya Jun-yan murid Thong-thian-sin-mo yang terkenal ksatria bukan, penjahat pun tidak, maka mesti sementara menjadi pencuri, Jun-yan tidak merasakan sesuatu keganjilan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setibanya kembali dihotel, hari masih belum terang, ia masuk tidur lagi hingga hari sudah dekat lohor baru mendusin, tapi baru saja sadar, segera ia merasakan sesuatu yang aneh, di dekat lehernya serasa dingin tajam, seperti ada sesuatu senjata tajam terletak disitu. Ketika ia menoleh kesamping, maka terlibatlah sebilah golok pusaka yang memancarkan sinar hijau menyilaukan, persis terletak diujung hidungnya, jaraknya tidak lebih dari satu senti saja. Coba bila ia menolehnya sedikit sembrono, boleh jadi hidungnya yang mancung itu sudah menjadi pesek. Demi nampak golok pusaka itu, segera Jun-yan mengenali itu adalah Pek-lin-to milik Khong-tong-pay, maka tanpa ragu2 lagi segera ia berteriak: “Ha, Li-siok-siok, kau selalu mau takut2i aku saja!" Tapi meski ia mengulangi teriakannya, masih tiada orang menyahut, malahan
terdengar pelayan hotel yang sedang menegur diluar: ”Apakah nona sudah bangun ? Apakah perlu diambilkan air cuci muka ?" “Siau-ji-ko (panggilan pada pelayan), mari kau masuk, aku ingin tanya padamu !" sahut Jun-yan sembari betulkan rambutnya yang kusut. Sebenarnya datangnya Jun-yan seorang diri menginap dihotel sudah membikin pengurus hotel merasa heran, kini dilihatnya pula si gadis tidur hingga lohor masih belum bangun, rasa curiga mereka semakin menjadi, maka sebenarnya sipelayan dan kasir lagi kasak kusuk dan bisik-bisik diluar kamar, kini demi mendengar panggilan, segera mereka mendorong pintu dan masuk kekamar. Tapi begitu pintu terbuka, mendadak mereka melihat si gadis berdiri didepan ranjang sambil menghunus golok,
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ mereka menjadi terpaku kaget, malahan saking ketakutan kasir hotel itu sampai mendeprok ditanah sembari memohon : ”Am........ampun Li-tai-ong (sebutan pada begal wanita) !" sedang sipelayanpun ikut-ikut mendekam diatas tubuh sikasir dengan badannya menggigil ketakutan. Mengkal dan geli si gadis melihat macam kedua orang itu, lalu dampratnya :”Ngaco belo, masa aku kalian sangka Li-tai-ong apa segala? Lekas bangun!" Dengan gemetar kedua orang itu berbangkit tapi muka mereka tetap pucat bagai mayat. “He, apakah semalam kalian melihat ada orang memasuki kamarku ?" tanya Jun-yan. Kedua orang itu saling pandang dengan heran oleh pertanyaan itu. “Tidak ada!" sahut mereka akhirnya. “Tiada seorang kakek buntak bertangan merah yang masuk kemari ?" desak Jun-yan. “Tidak ada, tidak ada!" sahut kedua orang itu berulang-ulang. Jun-yan menjadi semakin heran dan bingung tiba-tiba dapat dilihatnya disamping bantalnya terdapat pula secarik kertas kecil, lekaslekas ia mengambilnya dan dibaca, ternyata diatasnya tertulis dua huruf “Jingkin", gaya tulisannya kuat dan indah, selain itu, tiada sesuatu lagi yang didapatkannya. Semakin Jun-yan tak faham apakah artinya itu, dan meski sudah dipikir dan tiada mengerti, akhirnya iapun simpan baik-baik golok pusaka itu dan pesan pelayan menyediakan makanan, habis itu, iapun tinggalkan hotel. Ia membeli seekor kuda kuat untuk alat pembantu perjalanannya, sepanjang jalan ia selalu tungak tengok kesana kemari hingga sangat menarik perhatian orang-orang yang berlalu lalang, namun
sama sekali ia tak menghiraukan.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Jalan yang diikutinya itu ternyata adalah jalan raya kangzusi.com yang menuju kota Hengyang, suatu kota yang ramai makmur dan terkemuka diwilayah Oulam dan banyak dikunjungi saudagar2. Diatas kudanya Jun-yan sangat terpesona oleh keramaian lalu lintas itu. Tiba2 didengarnya ada suara keleningan bercampurkan suara berdetaknya kaki kuda dari belakang, ketika ia menoleh, kiranya seorang Su-seng atau orang sekolahan, menunggang seekor keledai sedang mendatangi cepat dari belakang. Orang menunggang keledai sebenarnya tidaklah mengherankan, tapi Suseng ini justru anak aneh, sebab caranya menunggang binatangnya itu dengan mungkur, jadi seperti caranya Thio-ko-lo, itu dewa dalam cerita Pat-sin (delapan dewa). Pula keledai itu meski kecil, tapi larinya ternyata amat cepat, lebih aneh lagi ialah bulu tubuhnya seluruhnya putih mulus, sebaliknya empat telapakan kaki dan ekornya hitam mengkilap. Ter-heran2 Jun-yan melihat macam keledai yang menarik itu, diam2 ia membatin : “Keledai ini hebat amat, jika dapat kurebutnya untuk pesiar ke-mana2, bukankah jauh lebih bagus daripada menunggang kuda belian ini ?" Tapi sipelajar muda itu se-akan2 dapat menerka akan maksud hatinya, tiba2 ia membentak, segera keledai putih itu pentang kaki terus lari cepat luar biasa. Sesaat itu Jun-yan malah tertegun, ketika ia sadar kembali, dua saudagar yang berlalu disitu sudah mendahuluinya lagi. Lekas2 ia berdiri diatas kudanya untuk melongok, tapi keledai sipelajar sudah jauh sekali, untuk mengejar rasanya tak mudah, diam2 ia menyesal kenapa tadi melepaskan kesempatan baik itu.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sedang ia ter-menung2, tiba2 disamping ada orang membentak keras2 : “Sam-thay....” lalu yang seorang menyambung: “Piau-kiok!" Nada teriakan itu semuanya sengaja ditarik panjang2 hingga kedengarannya rada aneh dan lucu. Ketika Jun-yan berpaling, kiranya itu adalah dua orang pembuka jalan dari sesuatu perusahaan pengawalan. Memangnya hati Jun-yan lagi mendongkol, apa pula tiba2
melihat kedua pembuka jalan Piau-kiok itu selalu melarak-lirik kearahnya seperti copet mengincar sasarannya, tentu saja ia menjadi gusar. “Setan, disamping nonamu, kenapa gembar-gembor sesukanya?" demikian dampratnya. Pada umumnya, sebagai pengawal rendahan Piaukiok, meski bisa silat juga tiada artinya, tapi karena pengalaman pekerjaan mereka yang senantiasa merantau, mulut mereka justru tajam luar biasa, lebih-lebih kata-kata yang bersifat menggoda dan rendah, jangan ditanya lagi! Maka ketika mendengar Jun-yan mendamprat orang tanpa alasan, cara mereka memandang si gadis menjadi semakin berani, mereka tidak melirik lagi kini, tapi sengaja mengamat-amati dari depan sampai kebelakang dan dari kepala turun kekaki lalu dari kaki naik lagi keatas. Menghadapi seorang gadis jelita, tentu saja mereka menjadi tambah berani dan ingin mendapatkan keuntungan kata-kata. Mereka saling pandang sekejap, lalu tertawa bersama, sikap mereka sangat rendah memuakkan. “He, nona besar, kami bukan lakimu, kenapa belum kenal, datang-datang kau memaki orang ?" segera seorang buka suara.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ “Ai, toako ini!" demikian sambung yang lain seperti dua pelawak yang lagi main dagelan, “kenapa dia memaki orang? Siapa tahu kalau dia telah penujui kita berdua! Hahaha!" Begitulah mereka bergelak ketawa, masih ada tiga-empat orang kawannya yang dengan sendirinya ikut terbahak-bahak. Sebenarnya mulut Lou Jun-yan tidak kalah tajamnya, ditambah kecerdasannya, biasanya tokoh persilatan mana saja kalau kebentur dia, tentu akan merasa kewalahan. Seperti halnya Siau-yau-ih-su yang dipermainkannya diatas Ciok-yong-hong, tapi tak mampu membalas. Tapi kini menghadapi dua lelaki bangor dengan katakatanya yang bersifat rendah kotor, sebagai seorang gadis dengan sendirinya tak ungkulan menandinginya. Keruan mukanya menjadi merah mendengar apa yang dikatakan kedua orang Piau-kiok tadi, pikirnya : “Mereka berteriak membuka jalan memang sudah menjadi peraturan Piaukiok, salahku sendiri tadi memaki mereka, kini rugi sendiri!" maka sembari melototi kedua orang itu dengan sengit, tanpa buka suara lagi ia keprak kudanya berlari mendahului. Kalau si nona sudah terima salah, sebenarnya urusan menjadi beres, tapi dasar kedua orang Piaukiok itu memang lelaki bangor, mereka masih tidak kenal selatan, dikiranya Jun-yan hanya seorang gadis biasa yang
mudah digoda. Tiba-tiba merekapun keprak kuda menyusul bahkan sambil bergembargembor dengan kata2 kotor yang tak sedap untuk didengar. Sungguh hati Jun-yan tak bisa bertahan lagi, diam2 ia pikirkan nama perusahaan “Sam-thay-piau-kiok" yang diteriakan mereka tadi, logat mereka juga logat daerah Soatang, nama Sam-thay-piau-kiok di Soatang memang sangat terkenal, cuma siapa pemimpinnya ia sudah lupa. Kini ia hendak memberi hajaran setimpal pada laki2 bangor itu, iapun tak pikir bakal cekcok dengan siapa nanti.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Maka segera ia menahan kudanya sambil menoleh, ia menggapaikan tangan dan memanggilnya : “Marilah, kalian kemari !" Melihat itu, mengira kalau si nona sungguh2 kepincut, saking senangnya, tulang kedua orang itu se-akan2 lemas seluruhnya. Maka dengan suara sahutan yang dibikin2, segera merekapun keprak kuda kedepan. Diluar dugaan, baru mendekati si gadis, mendadak sinar pecut berkelebat, pandangan mereka menjadi silau “tar-tar" dua kali, muka kedua orang itu terkena sabetan pecut, saking kesakitan hingga mereka ber-kuik2 bagai babi disembelih, terus merosot kebawah kuda. Rasa gusar Jun-yan masih belum reda, sekali lompat turun “sret" golok Pek-lin-to asal milik Li Pong itu ia lolos hingga memancarkan sinar hijau, dan sekejap kemudian, daun telinga kedua orang itu sudah berpisah dengan tuannya, menyusul mana si gadis ayunkan kakinya hingga tubuh mereka terpental jauh ke tepi jalan. Meski perbuatan Jun-yan dilakukan dengan cepat sekali, namun tempat dimana terjadi itu adalah jalan raya yang sangat ramai. Maka demi melihat seorang gadis jelita memegangi sebilah golok yang gemerlapan, sedang dua orang lagi berguling2 ditanah penuh darah dimuka, karuan orang yang berlalu disitu menjadi kacau. Tapi Jun-yan tidak peduli, sedang ia hendak melanjutkan perjalanannya, tiba2 terdengar lagi suara keleningan yang ber-ning2. Waktu ia memandang, kiranya keledai putih yang bertelapak kaki dan ekor hitam itu lagi yang sudah balik kembali dan berhenti sejauh dua-tiga tombak darinya. Penunggangnya, sipelajar muda itu yang menunggang keledai secara mungkur, lagi ter- senyum2 kearahnya diatas binatang tunggangannya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Pikir Jun-yan, kebetulan “ular mencari penggebuk", memangnya dirinya lagi hendak merampas keledai itu, kini ia sendiri yang datang kembali, kenapa tidak sekalian dilakukan sekarang, tokh tadi sudah terjadi onar? Dengan keputusan itu, sedang ia hendak melesat kesana, tiba-tiba dilihatnya ada tiga kuda bagus sedang menerobos rombongan kereta dan berjalan menuju kearahnya,
tiga orang penunggangnya nampak cekatan sekali diatas kudanya hingga sekejap saja sudah datang menghadang didepan si gadis. Belum lagi Jun-yan mengamat-amati ketiga orang itu, dilihatnya si Suseng tadi sedang bertepuk tangan sambil tertawa dan berkata : “Hahaha, bakal ramai, bakal ramai, tentu bakal ramai sekali!" Jun-yan menjadi mendongkol, ia mendelik kearahnya. Tapi tiba-tiba dilihatnya sewaktu pelajar itu bertepuk tangan tadi, tangannnya gemerlapan dengan sinar kuning emas, bila ditegasinya, baru diketahui bahwa kedua telapak tangan pemuda itu ternyata halus rata tanpa satu jaripun, kecuali ditangan kanannya pada jari telunjuknya memakai sebuah salut emas yang bersinar kuning mengkilap. Melihat itu, diam2 Jun-yan gegetun sendiri. Sungguh sayang seribu kali sayang, seorang pemuda yang begitu tampan ganteng ternyata tangannya cacat tanpa jari. Karena itu, tanpa merasa ia memperhatikan pula sekejap pada orang, sebaliknya Suseng itupun lagi tersenyum padanya, entah mengapa, Jun-yan menjadi merah jengah dan lekas-lekas melengos. Ketiga penunggang kuda yang memburu datang tadi, sebenarnya mula-mula berwajah sangat gusar, tapi ketika melihat ditangan si gadis membawa Pek-lin-to, mereka jadi tercengang dan mengunjuk rasa heran. Segera yang berdiri ditengah yang berumur paling tua melangkah maju serta menegur: “Sam thay-piaukiok kami
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ selamanya tiada permusuhan dengan Khong-tong-pay, guru kami Sam-jiu ji-lay HangIt-wi dengan Liok-hap-tong-cu malahan adalah sobat kental, kenapa sekarang nona mencegat ditengah jalan hendak merampas “piau" (barang kawalan) kami ditengah hari bolong ?" Meski lagu perkataan orang ini tidak kasar tapi terang bersifat menuduh tanpa sebab musababnya, walau sudah kenal juga golok pusaka yang berada ditangan si gadis adalah Pek-lin-to pusaka Khong-tong-pay. Keruan Jun-yan menjadi marah. “Hm, jadi kalian bilang aku hendak merampas barang kawalanmu?" jengeknya segera. Ketiga orang itu tertegun, tapi toh menjawab juga : “Rasanya juga tidak mudah, jika itu memang maksudmu !" Sebenarnya tiada maksud sama sekali pada Jun-yan hendak merampas barang kawalan orang, tapi kini ia benar2 dibikin marah. Tiba2 terdengar Suseng muda tadi dari samping malahan ikut mengipasi, katanya dingin: “Aha, orang sudah terlalu mendesak, kalau tidak turun tangan, kemanakah muka harus disembunyikan!" Sementara itu ketiga orang tadi sudah ambil kedudukan sejajar, masing2 mengeluarkan toya “Sam-ciat-kun", yaitu toya tekuk tiga, hingga menerbitkan
suara gemerincing karena rantai penyambungnya. Tentu saja hal mana sangat menarik perhatian orang yang berlalu lalang disitu, segera penonton merubung makin lama makin berjubel, se-akan2 tinggal menunggu Jun-yan yang memulai turun tangan. Dasar anak murid Thong-thian-sin-mo Jiau Pek king yang tindak tanduknya terkenal aneh, setiap perbuatan hatinya menurut panggilan hati seketika, sedang akibatnya tak pernah
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dipikir. Rupanya sifat ini sedikit banyak juga menurun pada diri Jun-yan. Maka dengan tertawa dingin segera jengeknya : “Baiklah, katakan terus terang barang apa yang kalian kawal, jika nonamu tidak penuju, boleh jadi tidak sudi turun tangan!" Ketiga orang itu berwatak berangasan dan tinggi hati, berkat nama besar Sam-thay piaukiok pula dengan tiga pemimpinnya, yaitu terdiri dari tiga saudara perguruan, yang tua bernama Sam-jiu-ji-lai Hang It-wi, kedua Sam-pi lo-jia Tiat Gin, ketiga Sam-bok-Ieng-koan Siang Lui. Kesemuanya memiliki kepandaian tunggal yang lihay, pergaulannya luas diseluruh negeri, sejak membuka Sam-thay piaukiok, dari kalangan mana saja suka memberi bantuan seperlunya dan selamanya tak pernah gagal. Sebab itu sedikit banyak orang2nya menjadi terkebur, apalagi kini melihat Jun-yan hanya seorang gadis jelita, lebih2 tak dipandang sebelah mata oleh ketiga orang itu. Maka dengan tertawa dingin orang yang tadi menjawab : “Yang kami kawal adalah benda berharga yang bernilai belasan laksa tahil emas, ada diantaranya sebuah kopiah bertabur mutiara yang besar-besar, ada pula sebuah perahu jamrud yang panjangnya hampir satu meter warna seluruhnya hijau dan terukir dari batu kumala asli, betapa hidup ukiran perahu itu hingga beberapa puluh penumpangnya diatas perahu juga seperti hidup sungguh2. Nah, dapatkah barang2 itu menarik perhatianmu ?" Begitu terkeburnya, hingga barang2 berharga yang mereka kawal, benar2 ia beritahukan pada Jun-yan. Padahal biasanya benda apa yang dikawal, justru harus dirahasiakan, tak nanti sembarangan boleh diketahui orang, kini caranya bilang terus terang, jelas sekali Jun-yan di pandang sepele saja. Keruan hati si gadis semakin geram, ia pikir sekalipun nantinya harus berurusan dengan Sam jiu-ji-lai bertiga, hari ini
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ sudah pasti aku akan menahan piau ini, bila tidak, mukaku ini harus ditaruh dimana seperti kata si Suseng tadi ? Mengingat akan pelajar muda itu, tanpa terasa ia melirik pula kearahnya dan tertampak orang masih berpeluk tangan sambil bersenyum saja menonton disamping.
Dasar watak Jun-yan memang tak mau dikalahkan orang, apalagi sejak kecil sudah dimanjakan sang guru, maka begitu ambil keputusan, segera ia membentak : “Nah, jika begitu, semuanya tinggalkan untuk nonamu disini!" Habis itu, goloknya bergerak, selarik sinar hijau segera menyambar dari atas kebawah. Cepat ketiga orang itu bersuit, lalu memencar tanpa balas menyerang. Tapi orang yang berdiri ditengah-tengah tadi telah menjadi incaran Jun-yan, ia menyusul cepat dan mengirim tusukan dari samping. Lekas-lekas orang itu ayun toyanya untuk menangkis hingga menerbitkan suara gemerincingan. Mendadak dari menusuk Jun-yan baliki golok pusakanya terus membabat kebawah, maka terdengarlah suara “creng" yang keras, toya yang bertekuk tiga itu sudah kena ditabas kutung sebagian. “Ha, benar-benar Pek-lin-to pusaka Khong tong-pay!" seru orang itu dengan muka berubah. Mungkin tadinya ia masih ragu-ragu apakah anak murid Khong-tong-pay bisa melakukan pembegalan. Sementara itu Jun-yan telah tertawa dan berkata : “Nah, jika sudah kenal kelihayanku, tinggalkan barangmu, biar jiwamu nonamu ampuni!” sembari berkata, goloknyapun terus membacok dan membabat ber-runtun2 beberapa kali. Sebenarnya ia tak faham To-hoat atau ilmu permainan golok, gerak serangan ini hanya dia keluarkan berdasarkan “Hui-hun-cio-hoat" atau ilmu pukulan awan mengapung yang
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dipelajari dari sang guru, gerakan enteng gesit, tipu serangannya cepat ganas, pula ketiga orang itu takut pada tajamnya golok itu, maka mereka jadi terdesak sampai mundur2 terus. Melihat ada kesempatan, segera Jun-yan melompat kedepan. Tatkala itu para pekerja perusahaan pengawalan itu lagi berdiri disamping kereta muatan buat menonton pertempuran dan kereta2 itu berhenti ditengah jalan raya, ketika Jun-yan menerjang kesamping kereta itu, sekali kakinya melayang, dua orang disitu segera terpental pergi. Menyusul mana Jun-yan cabut panji pertandaan diatas kereta itu dan sekali tekuk, ia patahkan panji itu menjadi dua terus dibuang sekenanya, habis itu goloknya untuk membacok kereta. Keruan ketiga orang tadi sangat terkejut, berbareng mereka memburu datang. Mendengar dari belakang ramai dengan tindakan orang, tanpa berpaling lagi Junyan ayun goloknya terus membabat kebelakang dengan gerakan heng-hun-liu-cui atau awan meluncur air mengalir, tapi mendadak ia robah menjadi liu-hun-tui-gan atau awan meluncur mengejar belibis. Dasar golok pusaka Pek-lin-to lebar dan panjang, maka seperti tangan si gadis
bertambah panjang, dan pula dimainkan dengan dasar “bui hun-cio-hoat", maka terdengarlah segera suara “creng-creng" dua kali, menyusul sekali lagi suara jeritan orang yang ngeri. Setelah ini, barulah Jun-yan memutar tubuh, dilihatnya toya kedua lawannya sudah terkutung semua, seorang lagi pundaknya terluka parah dan roboh ditanah. Nyata dalam dua jurus saja tiga orang lawan sudah dikalahkannya. “Nah, bagaimana ? Cukup tidak untuk maukan perahu jamrudmu itu ?" jengek Jun-yan kemudian sembari acungkan goloknya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tapi baru selesai ucapannya, tiba2 terlihat wajah ketiga orang itu mengunjuk rasa girang sembari berseru : “Sam-susiok !" Menyusul mana lantas terdengar dibelakangnya ada suara orang tua yang serak sedang berkata : “Perahu jamrud itu berada padaku, jika nona mau boleh mengambilnya, mari!" Cepat Jun-yan berpaling, maka terlihatlah diatas kereta piau sana entah kapan sudah berdiri seorang tua berpakaian ringkas. Wajah muka orang tua ini aneh luar biasa, mukanya lebar, diantara kedua alisnya terdapat sebuah belang panjang bundar hingga nampaknya seakan-akan punya tiga mata, tangan dan kakinya pendek, tapi tanpa senjata. Kedua matanya bersinar tajam sedang memandangi Jun-yan. “Hm", tiba2 kakek itu menjengek pula, “kau membawa Pek-lin-to kaum Khong-tongpay, tapi terhadap Liok-hap-to-hoat sedikitpun tidak becus. Ketiga murid keponakanku itu kena kau kelabui, sebab menyangka kau adalah anak murid Khongtong-pay dan rada mengalah, karena itu, apakah kau lantas anggap diri sendiri tiada bandingan dikolong langit ini ?" Melihat macamnya orang, diam2 Jun-yan menduga orang tua ini tentu yang disebut Sam bok-leng-koan Siang Lui, simalaikat bermata tiga. Pikirnya kebetulan, memangnya aku bertujuan menyohorkan nama, kenapa aku tidak coba-coba tempur tokoh terkenal ini ? Maka dengan tertawa dingin iapun menyahut : “Huh, kalau golok pusaka Khong-tongpay saja sudah berada di tanganku, lalu apa kau tidak pikir baik2 dulu, tapi ingin cari penyakit ?" Dengan kata2nya itu, ia seakan-akan maksudkan : jika golok pusaka Liok-hap-tongcu Li Pong dari Khong-tong-pay saja dapat kurebut, lalu kau Sam-bok-leng-koan kira-kira bagaimana kalau dibandingkan Li Pong ?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Tapi Sam-bok-leng-koan Siang Lui justru bertabiat sangat keras, meski banyak sabar sesudah tua, namun tak tahan juga oleh kata2 pancingan si gadis, sekali
menggereng tertahan mendadak orangnya mendoyong kedepan dengan kaki masih menancap diatas kereta, lalu tangan kanannya tiba2 diulur, jarinya bagai kaitan terus mencengkeram kepundak si gadis. Melihat tangan orang pendek-pendek saja pula jarak mereka lebih dari lima kaki, Jung yan menaksir pasti cengkeraman orang itu tidak sampai, maka ia anggap sepi. Tak terduga, di waktu kecil Siang Lui bertiga pernah mendapat guru kosen dan masing-masing mendapatkan pelajaran ilmu yang lihay, sejak masih muda Siang Lui sudah berhasil melatih ilmu “thong-pi-kong" atau ilmu lengan sakti, walaupun lengannya pendek, tapi bila dijulurkan buat mencengkeram, sekali lengan kiri sedikit mengkeret, segera lengan kanan memanjang lebih dari dua kali. Karena tak ter-sangka2 akan kepandaian orang, hampir-hampir saja Jun-yan kena dicengkeram, cepat ia balikkan goloknya dengan tiy hun-li-yu-liong atau naga melayang didalam awan, segera ia bermaksud membabat lengan musuh. Akan tetapi sudah terlambat, tahu-tahu goloknya telah kena tercengkeram, ketika Siang Lui gunakan jari telunjuknya terus menjentik, maka nadi tangan Jun-yan kena tertutuk, separoh tubuh si gadis terasa kaku kesemutan, tubuhnya pun terhuyung2 mundur beberapa tindak dan golok pusaka Pek-lin-to sudah pindah ke tangan Siang Lui. Ternyata sekali gebrak saja, segera golok pek-lin-to sudah dapat direbut Siang Lui, hal ini benar salah Jun-yan sendiri yang lengah, tapi kalau dibandingkan sungguh2, keuletan Siang Lui memangnya juga jauh diatas si gadis, seumpamanya sekali gebrak tak berhasil, dalam sepuluh jurus hendak merebut golok, rasanya juga tidak sulit baginya.
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Setelah golok dirampas orang, Jun-yan berdiri tertegun ditempatnya tanpa berdaya. Sementara itu Sam-bok-leng-koan Siang Lui telah berkata lagi dengan dingin : “Nah, perahu jamrud itu apakah nona masih inginkan pula ?" Dibawah pandangan orang banyak, Jun-yan menjadi malu dan gusar, sesaat ia berdiri kaku tanpa bisa menjawab, dan selagi hendak nekad menubruk maju buat adu jiwa dengan Siang Lui, tiba2 terdengar suara “ting-ting" keleningan, Suseng menunggang keledai tadi tahu2 telah menyelak masuk kelingkaran orang banyak terus bersoja kepada Siang Lui. “Sam-bok-leng-koan", sapa pemuda itu, “sudah lama namamu tersohor, kenapa harus main2 dengan seorang nona cilik? Jika melihat dia membawa Pek-lin-to, dengan sendirinya dia ada hubungan dengan Liok-hap-tong-cu janganlah sampai dari kawan nanti menjadi lawan ?" Siang Lui tergerak hatinya oleh kata2 si pelajar, sahutnya : “Lalu, dua orangku dicelakai, apa lantas selesai begitu saja?" “Kejadian itu aku juga melihatnya tadi", kata Suseng itu pula. “Asalnya disebabkan kata-kata orangmu yang kasar hingga terjadi salah faham, maka menurut aku, tidakkah lebih baik dianggap selesailah sudah!"
Meski usianya muda, tapi caranya berkata ternyata seperti orang tua. Memangnya Jun-yan lagi serba susah, kini dapat diketengahi orang, hatinya benar2 berterima kasih. Sesudah memikir sejenak, kemudian Siang Lui menjawab : “Kata-katamu memang tidak salah, tapi golok ini harus ditinggalkan padaku biar kelak kalau pekerjaanku sudah selesai akan kuhantarkan sendiri ke Khong-tong san untuk diserahkan pada Li Pong!"
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Mendengar golok pusaka itu akan ditahan, Jun-yan menjadi gusar lagi dan segera hendak mendamprat, tapi suseng itu telah kedipi matanya mencegah, lalu terdengar ia berkata : “Baiklah, begitu juga boleh!" Habis itu, keledainya ia keprak mundur ke samping Jun-yan dan berkata pula :”Marilah kita pergi saja !" dan sedikit tubuhnya menggeser, tangannya diulur, tahu2 Jun-yan telah ditarik keatas keledainya, ketika suara keleningan berbunyi lagi, keledai itu segera pentang kaki berlari cepat, sekejap mata saja sudah jauh meninggalkan tempat itu. Karena merasa terima kasih, maka Jun-yan pun tidak anggap sembrono kelakuan Suseng itu, tanyanya kemudian : “Belum lagi aku menanya namamu yang terhormat, banyak terima kasih atas pertolonganmu !" Tiba2 suseng tertawa dan menjawab: “Keledaiku ini disebut “oh-hun-hoan-hui" (mega hitam ber-gulung2), disebut juga “soat-li-song-than" (menghantar orang dibawah salju), adalah binatang pilihan yang susah didapatkan, kalau siang bisa mencapai ribuan li, bila malam sanggup berlari ber-ratus2 li!" nyata jawabannya menyimpang dari yang ditanya. -0o0-dwkz-hendra-0o0-
Jilid 3 “HAHA, kau ini sungguh lucu, orang tanya namamu, tapi kau jawab tentang keledai!" kata Jun-yan sambil tertawa geli. “Eh, kiranya nona menanya namaku yang rendah ? Tapi bukankah nona juga ingin tahu betapa bagusnya keledai ini, supaya kalau ada kesempatan lantas turun tangan merampasnya" kata suseng itu mengunjuk heran. Ternyata rahasia hati Jun-yan dengan tepat telah kena dibongkar oleh pelajar itu, keruan muka si gadis menjadi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ merah. Tapi iapun benar2 seorang gadis yang bersifat kekanak2an, segera iapun bertanya : “He, darimana kau tahu ?" “Mudah saja", sahut suseng itu. “Aku melihat nona mengincar keledaiku terus ketika aku larikan dengan cepat, malahan nona berdiri keatas punggung kuda buat melihatnya, mengapa aku tak mengerti maksud nona?" Mendengar itu Jun-yan semakin kikuk, diam-diam ia merasa pelajar itu sangat menyenangkan, kalau melihat sifatnya yang ramah tamah tapi tentu juga orang kalangan Bulim, sudah tahu dirinya hendak mengincar keledainya, namun masih sudi menolong padanya, kalau dibandingkan, nyata dirinya yang terlalu tak berbudi. Karena pikiran ini, disamping berterima kasih, Jun-yan jadi menaruh hormat juga padanya. Pesat sekali keledai itu berlari, tidak lama 40-50 li sudah dilalui, tiba2 suseng itu menahan keledainya, perlahan sekali tangannya mengebas, tiba2 Jun-yan merasa didorong oleh sesuatu kekuatan yang maha besar, tahu2 orangnya terpental dari punggung keledai terus berdiri tegak baik2 diatas tanah. Sedang si gadis heran dan bingung sementara suseng itu sudah berkata: “Harap nona jaga diri baik2 dalam perjalanan selanjutnya, aku masih ada urusan lain, sekarang juga kumohon diri", ketika mengucapkan kata2 “mohon diri" itu, orang berikut keledainya sudah berada belasan tombak jauhnya. Dengan ter-mangu2 Jun-yan terpaku ditempatnya, sampai bayangan orang sudah menghilang, barulah ia seperti tersadar dari impian. Aneh juga, hatinya yang selama ini tiada ganjelan, tiba2 timbul semacam perasaan kesal, ia merasa kalau bisa hendak menyusul suseng itu untuk diajak ngobrol, dengan begitu hatinya yang kesal akan terhibur. Sesudah merenung sejenak, dengan masgul iapun meneruskan perjalanannya. Petangnya, ia sampai disuatu kota
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ dan mendapatkan suatu penginapan, didalam kamarnya, ia masih merasa kesal, sembari bersandar pada jendela, ia memandang jauh keluar, pikirannya me-layang2 pada suseng tampan itu. Pada saat itulah diluar terdengar suara ramai berisik, kiranya kereta barang Sam-thay Piaukiok itu juga menginap pada hotel yang sama, tapi Jun-yan tidak ambil pusing. Malamnya sehabis dahar, kembali Jun-yan ter-mangu2 menghadapi pelita didalam kamar, sesudah capek akhirnya ia tidur. Tapi sebelum hari terang tanah ia telah mendusin. Diluar dugaan, ketika ia menggeliat bangun, se-konyong2 terasa angin lembut berkesiur, menyusul daun jendela berbunyi keriut sekali, dimana jendela terbuka se-akan2 ada seorang melompat keluar dengan cepat luar biasa terus menghilang. Karena baru mendusin, matanya masih sepat, dan pula
gerakan orang itu hampir tiada mengeluarkan suara, hanya sekejap saja orang sudah menghilang, Jun-yan menjadi ragu2 akan pandangannya sendiri yang kabur, maka dengan sangsi ia rebahkan diri buat tidur pula. Bila kemudian ia mendusin pula, ini disebabkan oleh suara orang yang keras bagaikan guntur sedang ber-cakap2 diluar kamar. Segera juga Jun-yan dapat mengenali itu adalah suaranya Sam-bok-leng-koan Siang Lui. Sementara itu terdengar lagi Siang Lui membentak: “Bagus, kapal terbalik didalam selokan! kalian tidur dengan mengelilingi kereta2 kawalan, masa tidur kalian sedemikian nyenyak seperti babi mati?" Lalu seorang dengan suara gemetar, telah menyahut: “Sung... sungguh kami ti... tidak merasa sa... sama sekali!" “Hm", terdengar Siang Lui mengejek. “Jika manusia sembarangan rasanya tak berani membentur Sam-thaypiaukiok, bila bukan orang sembarangan, tak nanti berbuat secara sembunyi2. Coba periksa adakah sesuatu
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ tanda yang ditinggalkan, mungkin sobat baik siapa yang telah bergurau dengan kita!" “Sudah kami periksa", sahut orang tadi, “tiada sesuatu tanda2 yang ditinggalkan, golok Pek-lin-to dan perahu jamrud itupun lenyap semuanya!" “O, jangan2 Liok-hap tong-cu yang menyesali aku? Tapi rasanya tak mungkin dilakukan olehnya…” Ujar Siang Lui men-duga2 sendiri. Menyusul mana lantas terdengar suara tindakannya yang mantap. Rumah penginapan itu sebenarnya sudah kuno, dan mungkin Sam-bok-leng-koan Siang Lui sudah gusar luar biasa, maka diwaktu berjalan tindakannya menjadi berat luar biasa, sampai hotel itu se-akan2 ikut tergoncang. Mendengar percakapan itu, diam2 Jun-yan senang sekali, ia bersyukur Sam-bokleng-koan ini bisa kehilangan barang2, benar2 Thian maha adil. Segera ia hendak ber-kemas2 untuk keluar buat melihat apa yang sebenarnya sudah terjadi. Diluar dugaan, baru ia bangun berduduk, tiba2 dilihatnya golok pusaka Pek-lin-to justru terletak diatas mejanya dengan mengeluarkan sinar kemilauan, malahan disamping golok ada pula sebuah bungkusan besar sepanjang hampir satu meter, cuma apa isinya belum diketahui. Kembali Jun-yan ter-heran2. Pikirnya, golok ini sudah dua kali mendadak datang padanya, pertama kali terang direbut langsung dari tangannya Li Pong, dan kini terang dicuri kangzusi.com dari orang2nya Sam-thay Piaukiok ini, maka dapatlah dibayangkan betapa pandai orang yang
melakukannya ini, cuma entah mengapa selalu golok ini diserahkan pada dirinya ? Cepat ia melompat bangun sambil betulkan rambutnya yang terurai, lalu membuka kain sutera bungkusan itu, meski didalamnya masih dibungkus lagi oleh selapis kertas, tapi
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ segera sudah kelihatan cahaya hijau yang menyilaukan. Ketika kertas dibuka, kiranya isinya adalah sebuah kapal kumala hijau yang diukir sebagai Liong-cun atau kapal naga, didalam kapal itu terukir pula berpuluh penumpangnya yang semuanya beberapa senti besarnya, tapi gayanya seperti hidup sungguhan, benar2 semacam benda pusaka yang jarang diketemukan dan harganya tak ternilai. Dengan adanya benda itu, seketika Jun-yan malah menjadi terperanjat, lekas2 ia bungkus kembali kapal jamrud itu, dalam hatinya ia menjadi ragu-ragu dan serba salah. Terang sudah baginya kapal jamrud itu adalah benda kawalan Siang Lui yang memang nilainya tak terkatakan, jika ia ambil apa gunanya? Tadi Sam-bok-leng-koan Siang Lui marah2 diluar, tentu disebabkan kehilangan kapal ini, dan seharusnya sekarang juga ia kembalikan barang orang. Tapi karena masih mendongkol kecundang oleh Siang Lui kemarin, jika bukan dilerai oleh suseng itu, entahlah bagaimana kesudahannya? Kalau teringat si suseng itu, hati Jun-yan jadi tergerak, diam-diam ia memikirkan gerak-gerik pemuda yang tampaknya lemah gemulai itu, tapi sebenarnya memiliki ilmu kepandaian yang sangat tinggi, hal ini telah terbukti ketika ia dinaik-turunkan keledainya itu, bukankah dengan mudah suseng itu sedikit kebaskan tangannya. Maka terang sudah betapa tinggi tenaga dalamnya. Jangan2 dialah yang malam tadi menggerayangi barang kawalan Sam-bok-leng-koan Siang Lui sekedar untuk bergurau saja? Karena kemungkinan itu memang ada, tanpa merasa hati si gadis berlaut-madu. Ia termenung-menung sendiri, kemudian golok pusaka Pek-lin-to ia masukkan kebungkusan kapal jamrut itu dan di luarnya dibungkus lagi dengan sehelai kain kasar, ia pikir biarkan Siang Lui kelabakan sendiri, toh dirinya tiada pekerjaan lain, mengapa kapal jamrud ini tidak kuhantarkan sekalian ke Sam-thay Piaukiok di Soatang ?
Tiraikasih Website http://kangzusi.com/ Sesudah ambil keputusan ini, segera ia angkat bungkusannya, lalu hendak keluar kamar, tapi tiba-tiba dilihatnya diujung ranjangnya sana terdapat lagi secarik kertas putih, waktu ia menjemputnya dan dilihat, ternyata diatas-kertas itu tertulis dua huruf “Jing-kin" yang mencang menceng, gaya tulisannya mirip seperti apa yang diketemukan waktu pertama kalinya orang menghantarkan golok dulu.
Untuk sesaat Jun-yan tertegun, ia heran apakah artinya “Jing-kin" ini? Ia pikir, hal ini mungkin harus ditanyakan pada suseng itu. Tapi bila ia pikir lagi, tak mungkin orang yang pertama kali menghantarkan golok padanya itu adalah si suseng, sebab waktu itu kenal saja mereka belum, tentu percuma saja bertanya padanya. Karena kenyataan yang bertentangan itu, hati Jun-yan menjadi bingung, dengan murung ia melangkah keluar kamarnya hendak berangkat. Ia lihat Sam-bok-leng-koan Siang Lui sambil menggendong tangan lagi berjalan mondar-mandir di tengah ruangan hotel, mukanya mengunjuk rasa gusar, sedang ora