KARYA TULIS ILMIAH SUSTAINABILITY PERPUSTAKAAN KOMUNITAS SEBAGAI SARANA PEMBERANTASAN 3B DAN PENINGKATAN LITERASI INFORMASI MASYARAKAT DI SEMARANG
Oleh: Jefri Eko Cahyono (A2D009009 / 2009)
UNIVERSITAS DIPONEGORO SEMARANG 2011
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan berkah, rahmat, dan ridho-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan sebuah karya tulis yang berjudul “Sustainability perpustakaan komunitas sebagai sarana pemberantasan 3B di Semarang” dengan lancar. 3 B (Buta aksara, buta informasi dasar dan buta bahasa Indonesia) merupakan masalah serius yang dihadapi yang notabenya merupakan berkembang atau bahkan mati suatu pembenahan di dalam
pemerintah Indonesia termasuk di Semarang. Perpustakaan sarana pembelajaran sepenjang hayat cenderung kurang suri. Menghadapi kondidi seperti ini sangat perlu dilakukan pengelolaan perpustakaan komunitas di Semarang supaya
perpustakaan mampu menjadi tempat pembelajaran masyarakat dan memberantas 3B. Tulisan ini mengajukan gagasan untuk mengatasi permasalahan mendasar perekonomian negara berkembang (tingkat pengangguran yang tinggi, inflasi, dan defisit neraca perdagangan) dengan mengintegrasikan sisi kreativitas, iklim perekonomian berdaya saing, dan pemanfaatan sumberdaya terbarukan. Dengan meningkatkan kemandirian dan kreatifitas masyarakat, maka akan mendorong perkembangan usaha mikro berbasis pertanian, sehingga stabilitas perekonomian bangsa diharapkan dapat terwujud. Disinilah agroindustri kreatif memainkan peran penting dalam pembangunan ekonomi nasional dan penyelesaian masalah lapangan kerja. Mengingat keterbatasan yang ada, penulis menyadari bahwa penulisan ini masih belum sempurna. Oleh karena itu, diharapkan saran dan kritik terhadap penulisan karya tulis ini untuk perbaikan dan kesempurnaan dalam penulisan selanjutnya. Penulis berharap gagasan tertulis ini dapat memberikan manfaat kepada seluruh pembaca khususnya pihakpihak yang peduli terhadap minat baca dan literasi informasi masyarakat di Semarang.
Semarang, Juni 2011
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul ...................................................................................................................... i Kata Pengantar ..................................................................................................................... ii Daftar Isi ............................................................................................................................. iii Daftar Gambar ...................................................................................................................... iv Ringkasan .............................................................................................................................. v Pendahuluan .......................................................................................................................... 1 Latar belakang .................................................................................................................. 1 Tujuan .............................................................................................................................. 2 Manfaat ............................................................................................................................ 2 Gagasan .................................................................................................................................. 3 Perpustakaan komunitas .................................................................................................... 3 Mengintegrasikan kreativitas pengelolaan perpustakaan komunitas ................................ 4 Pengembangan kerjasama untuk keberlanjutan perpustakaan komunitas ........................ 5 Perpustakaan komunitas untuk memberantas 3B dan peningkatan literasi informasi masyarakat......................................................................................................................... 8 Kesimpulan .......................................................................................................................... 10 Daftar Pustaka ...................................................................................................................... 11
iii
DAFTAR TABEL Tabel 1 : Persentase Penduduk Buta Huruf menurut Kelompok Usia di Jawa Tengah............. 1 Tabel2 : Rekapitulasi Rumah Pintar 2010 di Semarang ........................................................... 3
iv
RINGKASAN Sustainability Perpustakaan Komunitas sebagai Sarana Pemberantasan 3B dan Peningkatan Literasi Informasi Masyarakat di Semarang Buta huruf menjadi masalah serius bagi pemerintah Indonesia khususnya Semarang. Pemerintah masih terus berusaha memberantas 3B (buta aksara/ buta huruf, buta informasi dasar dan buta bahasa Indonesia). Pada tahun 2010 di Jawa Tengah angka buta huruf masih terbilang tinggi. Dari 1.553.778 penduduk Jawa Tengah setidaknya terdapat 10,05 % anak sampai usia 15 tahun yang masih buta aksara, 1,32 % di rentang usia 15 sampai 44 tahun dan 23,52 % penduduk usia 45 keatas masih buta aksara. Tulisan ini mengajukan gagasan untuk menekan tingginya angka 3B termasuk di salamnnya adalah buta aksara melalui perpustakaan komunitas atau yang di Semarang lebih dikenal dengan istilah Rumah Pintar. Saat ini di Semarang tercatat ada 194 Rumah Pintar, 70 diantaranya kurang aktif dan 16 sudah tidak aktif. Sangat disayangkan apabila perpustakaan yang merupakan sarana pembelajaran sepanjang hayat justru banyak yang tidak aktif karena kurangnya inovasi, pendekatan pengelola dan kurangnya perhatian masyarakat sekitar. Melihat pentingnya peran perpustakaan dalam sebuah komunitas harus ada inovasiinovasi baru dalam mengelola perpustakaan supaya eksistensi perpustakaan dapat terus terjaga. Perpustakaan harus berbenah diri dengan menggandeng pihak lain supaya perpustakaan dapat bertahan dan berkembang. Kerjasama dapat dilakukan dengan pemerintah ataupun swasta di berbagai bidang kegiatan perpustakaan komunitas . Melalui kerjasama perpustakaan memperoleh banyak manfaat, diantaranya: 1). Efisiensi biaya dan waktu, 2). Menghindari overload karena begitu banyaknya sumber informasi yang ada 3). Membangun kebersamaan dan penguatan komunitas 4). Explore Resources: lebih mudah menggali potensi yang ada di dalam komunitas 5). Percepatan pencapaian tujuan bersama. Agar dapat berjalan dengan maksimal, kerjasama perpustakaan harus melalui persiapan yang matang dengan didasari kebijakan yang jelas. Kerjasama dapat menguatkan eksistensi perpustakaan komunitas dan perpustakaan yang kuat menjadi tempat pembelajaran sepanjang hayat bagi komunitas penggunanya.
v
PENDAHULUAN Latar Belakang Buta huruf menjadi masalah serius bagi pemerintah Indonesia khususnya Semarang. Pemerintah masih terus berusaha memberantas 3B (buta aksara / buta huruf, buta informasi dasar dan buta bahasa Indonesia). Berikut ini adalah tabel mengenai angka buta huruf di Jawa Tengah dari tahum 2003-2010. Tabel 1. Persentase Penduduk Buta Huruf menurut Kelompok Usia di Jawa Tengah No
Usia
1
Tahun 2003
2004
2005
2006
2007
2008
2009
2010
0 - 15
14.21
13.28
12.59
11.76
11.38
10.76
10.54
10.05
2
15 - 44
4.24
3.35
2.92
2.53
2.98
1.67
1.53
1.32
3
45 +
34.09
32.76
30.43
28.29
25.13
24.92
24.49
23.52
Sumber: BPS-RI, Susenas 2003-2010 Dari data diatas terlihat bahwa sampai tahun 2010 angka buta aksara masih cukup tinggi. Hal ini sungguh memprihatinkan ditengah pasatnya perkembangan jaman dan derasnya arus informasi. Berbagai upaya dapat ditempuh untuk mengatasi masalah ini salah satunya melalui perpustakaan komunitas yang secara geografis dekat dengan masyarakat. Perpustakaan komunitas dapat dijadikan ajang pembelajaran bagi masyarakat sekaligus sarana pemberantasan 3B di Semarang. Perpustakaan adalah sebuah ruangan, bagian sebuah gedung, ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan terbitan lainnya menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan untuk dijual (Sulistyo-Basuki, 1991: 3). Dalam UU No.43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkaan Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Perpustakaan sebagaimana yang ada dan berkembang sekarang telah dipergunakan sebagai salah satu pusat informasi, sumber ilmu pengetahuan, penelitian, rekreasi, pelestarian khasanah budaya bangsa, serta memberikan berbagai layanan jasa lainnya. Perpustakaan bukan merupakan hal yang baru di kalangan masyarakat, di mana-mana telah diselenggarakan perpustakaan. Penyelenggara perpustakaan juga beragam, ada yang dikelola oleh pemerintah, oleh lembaga swasta maupun dikelola komunitas masyarakat tertentu. Perpustakaan yang dikelola oleh komunitas masyarakat cenderung kurang mampu bertahan 1
dalam menghadapi tantangan. Banyak perpustakaan komunitas yang sepi atau bahkan tanpa pengunjung yang berujung pada penutupan perpustakaan. Melihat data Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang dari 194 perpustakaan komunitas yg ada di Semarang tinggal 108 saja yang masih aktif pada tahun 2010. Hal ini tentu sangat memprihatinkan. 44,33% perpustakaan tidak dapat mempertahankan eksistensinya untuk terus memberikan pembelajaran kepada masyarakat Semarang. Penyelenggaraan perpustakaan komunitas tidak hanya untuk mengumpulkan dan menyimpan bahan-bahan pustaka, tetapi dengan adanya perpustakaan komunitas diharapkan dapat membantu masyarakat dalam memperoleh informasi-informasi yang dibutuhkan. Oleh sebab itu segala bahan pustaka yang dimiliki perpustakaan harus dapat sesuai dengan keadaan dan kebutuhan komunitas. Agar dapat dimanfaatkan secara optimal sudah seharusnya koleksikoleksi yang ada juga mudah untuk ditemukan kembali saat dibutuhkan. Tujuan 1. Mengidentifikasi sebab-sebab kecenderungan kurang diminatinya perpustakaan komunitas. 2. Menjawab masalah sosial yang dihadapi Indonesia khususnya di Semarang (perpustakaan komunitas kurang diminati) dengan mengajukan gagasan yang mengintegrasikan kreativitas pengelolaan perpustakaan komunitas, pendekatan sosial dan penguatan jaringan perpustakaan. 3. Membentuk Masyarakat yang gemar membaca dan mempunyai literasi informasi tinggi dan dapat menerapkanya dalam kehidupan sehari-hari melalui perpustakaan komunitas. Manfaat Manfaat karya tulis ini bagi mahasiswa adalah menumbuhkan pola pikir ilmiah, kreatif, dan inovatif untuk berkarya dalam mengkaji dan menyelesaikan permasalahan yang ada. Gagasan ini merupakan salah satu bentuk policy recearch, yaitu sebuah penelitian tentang permasalahan sosial yang mendasar, sehingga solusi yang ditawarkan dapat dijadikan acuan oleh pembuat keputusan untuk bertindak strategis menyelesaikan masalah memecahkan persoalan yang ada di masyarakat yaitu kurangnya minat untuk menggunakan perpustakaan komunitas yang pengaruh pada keberlanjutan penyelenggaraan perpustakaan komunitas. Manfaat bagi perguruan tinggi adalah meningkatakan kompetisi dan kualitas ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh perguruan tinggi, dan juga sebagai salah satu bentuk pilar Tri Dharma Perguruan Tinggi, yaitu pengabdian masyarakat. 2
GAGASAN Perpustakaan komunitas Dalam Undang Undang No. 43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan disebutkan bahwa Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka. Disebutkan juga bahwa perpustakaan khusus adalah perpustakaan yang diperuntukkan secara terbatas bagi pemustaka di lingkungan lembaga pemerintah, lembaga masyarakat, lembaga pendidikan keagamaan, rumah ibadah, atau organisasi lain. Menengok uraian diatas perpustakaan komunitas dapat digolongkan sebagai prepustakaan khusus karena berada dalam lingkup komunitas dan lebih diperuntukan kepada sekelompok kecil masyarakat pengguna (komunitas). Ada banyak sebutan yang digunakan untuk menyebut perpustakaan komunitas, ada Taman Baca Masyaakat, Taman Belajar Masyarakat, atau Rumah Pintar. Dari beberapa istilah penamaan itu intinya sama, yaitu perpustakaan yang menyediakan layanan untuk komunitas. Secara umum perpustakaan berfungsi sebagai wahana pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi untuk meningkatkan kecerdasan dan memberdayakan komunitas masyarakat penggunanya. Perpustakaan komunitas bertujuan memberikan layanan kepada pemustakanya, meningkatkan kegemaran membaca, serta memperluas wawasan dan pengetahuan untuk mencerdaskan kehidupan komunitas pemakainya, dengan demikian koleksi perpustakaan harus sesuai dengan kemampuan dan kebutuhan informasi pemustakanya. Perpustakaan dalam lingkup komunitas pedesaan melayankan koleksi-koleksi praktis (how to) tentang pedesaan, cara bercocok tanam atau peternakan. Perpustakaan komunitas atau yang di Semarang lebih dikenal dengan Rumah Pintar cukup banyak. Dari 177 keluharan yang ada 152 diantaranya sudah mempunyai Rumah Pintar pada tahun 2007. Jumlah Rumah Pintar di Semarang selalu mengalami pergeseran. Ada Rumah Pintar yang dibangun tetapi tidak sedikit pula yang justru sepi peminat dan mati suri. Tabel 2. Rekapitulasi Rumah Pintar 2010 di Semarang Kondisi No.
Lokasi Aktif
Kurang Aktif
Tidak Aktif
1
Kecamatan Mijen
5
10
-
2
Kecamatan Gunungpati
5
11
-
3
3
Kecamatan Semarang Timur
3
7
-
4
Kecamatan Semarang Tengah
5
3
5
5
Kecamatan Gajahmungkur
4
4
-
6
Kecamatan Semarang Barat
8
1
-
7
Kecamatan Tugu
-
2
5
8
Kecamatan Ngaliyan
17
2
-
9
Kecamatan Gayamsari
7
-
-
10
Kecamatan Genuk
7
5
1
11
Kecamatan Banyumanik
9
2
1
12
Kecamatan Semarang Selatan
5
5
-
13
Kecamatan Candisari
6
-
-
14
Kecamatan Semarang Utara
9
-
-
15
Kecamatan Pedurungan
11
13
4
16
Kecamatan Tembalang
7
5
-
17
Jumlah
108
70
16
Sumber: Kantor Perpustakaan dan Arsip Kota Semarang Rumah Pintar ini dikelola oleh relawan dan tutor yang mengajar sesuai bidangnya masing-masing. Bidang yang diajarkan seperti, pengetahuan, keterampilan, kesehatan, olah raga, keagamaan, dan seni. Dari sekian banyak Rumah Pintar yang ada di Semarang mereka rata-rata mempunyai sekitar 300 anggota kecuali Rumah Pintar Sasana Wiyata di Kelurahan Krobokan yang anggotanya mencapai 1000 lebih.
Mengintegrasikan kreativitas pengelolaan perpustakaan komunitas Perpustakaan masih identik dengan tumpukan buku-buku yang jauh dari kesan menyenangkan. Menghadapi hal itu kreatifitas pengelola perpustakaan dalam suatu komunitas harus terus digali sehingga mampu meningkatan kualitas dan perpustakaan menjadi lebih menarik. Sebagian besar perpustakaan saat ini masih banyak yang berkutat pada rutinitas pengelolaan teknis perpustakaan yang monoton, seperti penataan buku dan sekedar sirkulasi saja. Sebenarnya banyak hal yang masih perlu digali dari potensi sebuah perpustakaan komunitas, 4
dukungan komunitas yang kuat dapat memunculkan ide-ide baru untuk pengelolaan perpustakaan. Perpustakaan dapat dibuat semenarik mungkin tanpa harus mengesampingkan layanan kepada komunitas pemustakanya. Dengan kelebihan dan keunikan yang dimiliki perpustakaan komunitas perpustakaan lebih dikenal dan diminati masyarakat. Seiring dengan terus meningkatnya kebutuhan informasi komunitas pengguna, layanan perpustakaan kmunitas tidak hanya sebatas menyediakan buku. Perpustakaan dapat memberikan layanan yang mempunyai nilai lebih seperti pelatihan komputer, pelatihan bahasa Inggris, latihan tari atau kegiatan lain yang menerik minat masyarakat setempat. Koleksi bagus, penataan bagus dan variasi layanan bagus saja tidak ada artinya kalau jam buka perpustakaan tidak pada waktu yang tepat menyesuaikan keadaan masyarakat sekitar. Perpustakaan komunitas tidak harus buka setiap hari, yang penting konsisten dan tepat waktu. Ada kalanya perpustakaan harus buka pada malam hari saja misalnya untuk perpustakaan di lingkungan karyawan yang bekerja dari pagi sampai sore hari. Pembenahan
internal
perpustakaan
saja
tidak
cukup
untuk
memasyarakatkan
perpustakaan. Perlu adanya promosi perpustakaan yang menuntuk kreatifitas pengelola perpustakaan. Promosi dalam hal ini sebaiknya dilakukan secara perlahan dengan memperhatikan nilai-nilai kebersamaan komunitas. Promosi perpustakaan tidak melulu melalui media massa. Terlepas dari itu promosi dapat dilakukan melalui kegiatan-kegiatan yang dilakukan di perpustakaan. Perpustakaan
dapat menyelenggarakan kegiatan yang diminati
masyarakan dalam lingkup komunitas tersebut misalnya memberi pelatihan “pranotocoro” untuk bapak-bapak, memberi pelatihan kerajinan mote atau bordir yang banyak dijumpai di Banyumanik dan bisa juga melalui lomba melukin untuk anak-anak dan lomba memasak untuk ibu-ibu. Melalui kegiatan seperti ini perpustakaan dapat mamantapkan posisinya dalam komunitasnya dan memperkuat hubungan sosial masyarakat. Dengan inovasi-inovasi baru dalam perpustakaan komunitas hubungan perpustakaan dengan komunitas pemakainya semakin erat dan perpustakaan dapat menjadi ajang pembelajaran sepanjang hayat.
Pengembangan Kerjasama untuk Keberlanjutan Perpustakaan Komunitas Menyadari begitu penting peran perpustakaan dalam masyarakat, maka menjaga keberlanjutan perpustakaan komunitas adalah sebuah keharusan. Salah satu cara yang dapat dilakukan untuk menjaga keberlanjutan perpustakaan ini adalah dengan kerjasama. Tujuan utama dilakukanya kerjasama perpustakaan adalah untnuk meningkatkan mutu layanan perpustakaan. Kerjasama perpustakaan sangat perlu dilakukan karena tidak mungkin perpustakaan mampu memenuhi semua kebutuhan informasi pemustakanya. Kerjasama ini dapat dijalin antara sesama perpustakaan komunitas, perpustakaan umum, individu atau lembaga yang saling berkaitan. 5
Kerjasama antar perpustakaan komunitas sangat mungkin dan penting untuk dilaksanakan mengingat banyaknya jumlah perpustakaan yang ada di Semarang, baik perpustakaan yang dikelola oleh pemerintah maupun swasta. Selain bekerjasama dengan perpustakaan, kerjasama dengan pihak swasta sangat mungkin dilakukan di Semarang mengingat banyaknya perusahaanperusahaan swasta di Semarang. BAB V Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas membahas mengenai Tanggung Jawab Sosial. Dalam Pasal 74 UU No 40 Tahun 2007 Perseroan Terbatas disebutkan: (1) Perseroan yang menjalankan kegiatan usahanya di bidang dan/atau berkaitan dengan sumber daya alam wajib melaksanakan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan. (2) Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan kewajiban Perseroan yang dianggarkan dan diperhitungkan sebagai biaya Perseroan yang pelaksanaannya dilakukan dengan memperhatikan kepatutan dan kewajaran. (3) Perseroan yang tidak melaksanakan kewajiban sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan diatur dengan Peraturan Pemerintah. Pasal 74 Undang-undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas membuka peluang besar bagi perpustakaan untuk bekerjasama dengan perusahaan-perusahaan yang ada. Yang jadi masalah adalah ketika pengetahuan pengelola perpustakaan mengenai CSR Perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang rendah. Di sini dibutuhkan adanya pendekatan intensif dan pemahaman-pemahaman bahwa perpustakaan adalah sarana pencerdasan bangsa. Dengan adanya pemahaman yang demikian ini perusahaan diharapkan bersedia menyalurkan dana CSR mereka melalui perpustakaan. Ada beberapa LSM yang bergerak di bidang minat baca yang tentunya memungkinkan untuk dilakukan kerjasama misalnya Yayasan Pengembangan Perpustakaan Indonesia (YPPI), Yayasan 1001 Buku, Indonesia Buku dan Rotary Club. Dengan demikian perpustakaan tidak sendirian dan memperoleh banyak manfaat dari kerjasama ini. Bentuk kerjasama yang dapat dilakukan perpustakaan komunitas antaralain: 1. Kerja sama Pengadaan Kerjasama ini dilakukan oleh beberapa perpustakaan saling bekerjasama dalam pengadaan bahan pustaka (buku). Masing-masing perpustakaan bertanggung jawab atas kebutuhan informasi pemakainya dengan memilih buku atas dasar permintaan pemakainya atau berdasarkan dugaan pengetahuan pustakawan atas keperluan pemakainya. Buku-buku kebutuhan pemakai tadi pengadaannya dilakukan bersama oleh perpustakaan yang ditunjuk sebagai koordinator kerjasama. Penempatan koleksi 6
dilakukan di masing-masing perpustakaan yang memesan buku tersebut, namun bukubuku tersebut dapat digunakan secara bersama oleh pemakai masing-masing perpustakaan. 2. Kerja sama Pengolahan Dalam bentuk kerjasama ini, perpustakaan bekerjasama untuk mengolah bahan pustaka. Pengolahan bahan pustaka (pengkatalogan, pengklasifikasian, pemberian label buku, kartu buku dan lain-lain) dikerjakan oleh satu perpustakaan yang menjadi koordinator kerjasama atau berupa tukar menukar data bibliografi buku. 3. Kerja sama penyediaan fasilitas Dalam bentuk ini, perpustakaan bersepakat bahwa koleksi mereka terbuka bagi pengguna perpustakaan lainnya. Perpustakaan biasanya menyediakan fasilitas berupa kesempatan menggunakan koleksi, menggunakan jasa perpustakaan seperti penelusuran, informasi kilat, penggunaan mesin fotokopi, namun tidak membuka kesempatan untuk meminjam. Biasanya peminjaman buku untuk peminjam bukan anggota dilakukan dengan menggunakan fasilitas pinjam antar perpustakaan atau melakukan rotasi koleksi di perpustakaan anggota kerjasama. 4. Kerja sama pinjam antar pustakawan Bentuk kerjasama ini dilakukan karena pengguna perpustakaan lain tidak boleh meminjam koleksi perpustakaan lain. Sebagai gantinya maka perpustakaannya yang meminjamkan
buku
dari
perpustakaan
lain
kemudian
perpustakaan
tersebut
meminjamkannya kepada pemakainya. Yang bertanggungjawab terhadap peminjaman buku tersebut adalah perpustakaan yang meminjam. 5. Kerja sama antar pustakawan Kerjasama ini dilakukan antar pustakawan untuk memecahkan beberapa permasalahan yang dihadapi oleh pustakawan atau pengelola perpustakaan. Dengan sering bertukar informasi, pengelola perpustakaan menjadi lebih up to date dan mampu memunculkan ide-ide baru untuk pengembangan perpustakaan. 6. Kerja sama penyusunan katalog induk Dua perpustakaan atau lebih menyusun katalog perpustakaan secara bersama-sama. Katalog tersebut berisi keterangan tentang buku yang dimiliki oleh perpustakaan peserta kerjasama disertai dengan keterangan mengenai lokasi buku tersebut. Kerjasama seperti ini bukan hal baru di Indonesia. Bahkan beberapa katalog induk sudah banyak yang diterbitkan secara nasional, antara lain beberapa diterbitkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Ilmiah LIPI atau yang online di ucs.jogjalib.net atau primurlib.net. dengan katalog induk akan memudahkan pemustaka untuk menemukan koleksi yang ia cari. 7
Manfaat yang diperoleh melalui kerjasama perpustakaan sangatlah besar, diantaranya: 1). Efisiensi biaya dan waktu, 2). Menghindari overload karena begitu banyaknya sumber informasi yang ada 3). Membangun kebersamaan dan penguatan komunitas 4). Explore Resources: lebih mudah menggali potensi yang ada di dalam komunitas 5). Percepatan pencapaian tujuan bersama. Agar dapat berjalan dengan maksimal, kerjasama perpustakaan harus melalui persiapan yang matang dengan didasari kebijakan yang jelas.
Perpustakaan Komunitas untuk Memberantas 3B dan Peningkatan Literasi Informasi Masyarakat Memberantas 3 B di Semarang memang tidak mudah. Namun, hal ini sangat mungkin dilakukan mengingat banyaknya fasilitas yang tersedia di dalam masyarakat. Perpustakaan atau Rumah Pintar di Semarang harus digiatkan kembali karena sangat potensial untuk mendukung pemerintah memberantas 3B dan meningkatkan literasi informasi masyarakat. Ada cara-cara yang dapat ditempuh bisa dengan memberikan pelajaran membaca bagi yang belum bisa membaca, atau dengan penguatan kemampuan dan kemauan membaca sehingga merasa membaca adalah suatu kebutuhan. Untuk melakukan hal ini diperlukan pendekatan pendekatan khusus, khususnya untuk masyarakat yang keseharianya dihabiskan untuk bekerja. Pengelola perpustakaan harus menggandeng pihak-pihak lain yang berhubungan secara langsung dengan mereka. Misalnya untuk memberikan pelajaran membaca Rumah Pintar bisa menggandeng mahasiswa kependidikan yang ada di Semarang. Mereka pasti mempunyai cara-cara khusus untuk melakukan hal ini. Terus apakan masyarakat yang bisa membaca sudah pasti mau memanfaatkan Rumah Pintar yang ada? Jawabanya tentu tidak. Sebagian besar dari masyarakat semarang belum menyadari manfaat besar yang bisa diperoleh melalui membaca dan untuk menyadarkan mereka mengenai pentingnya membaca juga bukan perkara yang mudah terlebih untuk masyarakat Semarang pinggiran. Waktu mereka habis untuk bekerja dan malam mereka kecapekan sehingga tidak sempat membaca. Untuk memdekati kelompok masyarakat seperti ini diperlukan cara tersendiri, cara yang tidak langsung berhubungan dengan dunia intelektual karena memang kapasitas mereka bukan intelektual. Cara unik bisa menjadikan mereka melek literasi informasi. Misalnya kita melakukan pendekatan kepada sekelompok petani. Undangan minum teh saat mereka istirahat di pinggir sawah bisa dicoba untuk mengumpulkan mereka. Pertemuan-pertemuan awal mungkin kita masih membicarakan hal-hal yang ringan. Pertemuan-pertemuan selanjutnya bisa digunakan untuk menyadarkan mereka akan pentingnya informasi dalam meningkatkan hasil panen. Untuk melakukan hal-hal di atas memang bukan pekerjaan yang mudah, sepertinya pustakawan tidak bisa melakukan kegiatan ini sendiri. Pustakawan memerlukan bantuan orang lain untuk memulai 8
kegiatan ini. Penyuluh pertanian adalah patner yang tepat untuk melakukan kegiatan ini. Penyuluh pertanian menyampaikan hal-hal teknis tentang pertanian sementara pustakawan memperkenalkan sumber-sumber informasinya. Tanpa sadar kegiatan berkembang menjadi sebuah pelatihan literasi informasi kepada sekelompok petani tersebut.
9
KESIMPULAN Perpustakaan komunitas atau yang di Semarang lebih dikenal dengan Rumah Pintar jumlahnya cukup banyak. Saat ini di Semarang tercatat ada 194 Rumah Pintar, 44,33% diantaranya atau 86 unit sudah tidak aktif atau kurang aktif. Ada banyak faktor yang menyebabkan perpustakaan komunitas ini sepi peminat hingga akhirnya mati suri. Pada umumnya masyarakat Semarang belum menyadari arti pentingnya membaca dan sebagian lainya waktunya habis untuk bekerja pada siang hari sehingga pada malam hari sudah capek dan tidak sempat membaca. Selain itu dari segi perpustakaanya juga cenderung kurang pro aktif melakukan pendekatan kepada masyarakat dan masih terbelenggu dalam kegiatan rutinitas perpustakaan. Perpustakaan masih bertindak sebagai penyedia informasi tanpa ada usaha untuk memasarkan informasi yang dimilikinya. Banyak perpustakan komunitas yang mati suri sungguh sangat disayangkan. Pihak pengelola perpustakaan harus membuat inovasi-inovasi baru dalam mengelola perpustakaan supaya eksistensi perpustakaan dapat terus terjaga. Perpustakaan harus berbenah diri dengan menggandeng pihak lain supaya perpustakaan dapat bertahan dan berkembang. Kerjasama dapat dilakukan dengan perpustakaan lain, pemerintah, swasta, individu atau LSM yang bergerak di bidang literasi informasi atau bidang sosial. Melalui kerjasama perpustakaan memperoleh banyak manfaat, diantaranya: 1). Efisiensi biaya dan waktu, 2). Menghindari overload karena begitu banyaknya sumber informasi yang ada 3). Membangun kebersamaan dan penguatan komunitas 4). Explore Resources: lebih mudah menggali potensi yang ada di dalam komunitas 5). Percepatan pencapaian tujuan bersama. Agar dapat berjalan dengan maksimal, kerjasama perpustakaan harus melalui persiapan yang matang dengan didasari kebijakan yang jelas. Perpustakaan harus tetap eksis di dalam masyarakat dan perpustakaan harus memantapkan fungsi dan perananya sebagai sarana pembelajaran sepanjang hayat. Di era informasi ini perpustakaan berperan sebagai penyebar informasi kepada masyarakat. Masyarakat harus menanamkan arti penting membaca kepada masyarakat dan masyarakat harus diajarkan bagaimana cara mencari, mengumpulkan dan mengolah informasi dalam kehidupan sehari-hari (information literacy).
10
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2005. “Pengelola perpustakaan PKK harus bisa mengupayakan agar masyarakat bebas dari 3B”. Media Pustaka. Ed. 05/ Juni 2005. Hlm. 23 Anonim. 2005. “Perpustakaan umum demak berusaha bangkit agar diminati masyarakat”. Media Pustaka. Ed. 03/ Januari 2005. Hlm. 24. Badan Pusat Statistik. “Tabel 4. Persentase Penduduk Buta Huruf menurut Kelompok Umur Tahun 2003-2010”. http://www.bps.go.id/tab_sub/view.php?tabel=1&daftar= 1&id_subyek=28¬ab=5. Diakses 27 Juni 2011 Jamal. 2010. “Mengembangkan Perpustakaan Komunitas di Desa”. http://edukasi.kompasiana.com/2010/07/01/mengembangkan-perpustakaan-komunitasdi-desa/. Diakses 27 Juni 2011 Kantor Perpustakaan dan Arsip. 2010. Buku Pedoman Rumah Pintar: Tunas Bangsa Harapan Bangsa. Semarang: Kantor Peprustakaan dan Arsip Kota Semarang. Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 40 Tahun 2007 Tentang Perseroan Terbatas. Sekretariat Negara. Jakarta Republik Indonesia. 2007. Undang-undang No. 43 Tahun 2007 Tentang Perpustakaan. Sekretariat Negara. Jakarta Suara Merdeka. 2010. “12 Rumah Pintar Mati Suri”. http://suaramerdeka.com/v1/index.php/read/cetak/2010/03/10/101632/12-Rumah-PintarMati-Suri. Diakses 27 Juni 2011 Sulistyo-Basuki. 1991. Pengantar ilmu perpustakaan. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama Sutano N.S. 2003. Perpustakaan dan masyarakat. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia Sutarno N.S. 2005. Tanggung jawab perpustakaan dalam mengembangkan masyarakat informasi. Jakarta: Penta Rai Sutarno N.S. 2008. Membina perpustakaan desa: dilengkapi undang-undang nomor 43 tahun 2007 tentang perpustakaan. Jakarta: Penta Rai Suwarno, Wiji. 2009. Psikologi perpustakaan. Jakarta: Sagung Seto
11
DAFTAR RIWAYAT HIDUP Nama Lengkap
: JEFRI EKO CAHYONO
NIM
: A2D009009
Status
: Mahasiswa Ilmu Perpustakaan, FIB Undip
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Tempat / Tgl. Lahir
: Blora, 14 Juni 1991
Alamat Semarang
: Jl. Pleburan Barat 8B Semarang
Pendidikan
: TK Dharmawanita Randulawang SD Negeri 1 Randulawang SMP Negeri 1 Randublatung SMA Negeri 1 Randublatung S1 Ilmu Perpustakaan FIB Undip
Organisasi
: HMJ Ilmu Perpustakaan 2010-2011 Riset Club FIB Undip 2011
12