KARYA TULIS ILMIAH FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KEJADIAN IMS PADA WPS DI LOKALISASI DJOKO TINGKIR SRAGEN
ARTIKEL
Disusun Oleh : Astuti Handayani 040112a006
PROGRAM STUDI D III KEBIDANAN STIKES NGUDI WALUYO UNGARAN 2015
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen The Factors Associated with the Incidence of Sexually Transmitted Infections in Female Sex Workers (FSWs) at the Djoko Tingkir Localization Sragen Astuti Handayani1, Fitria Primi Astuti, S.SiT,M.Kes2, Sundari, S.SiT3
[email protected] 123 Program Studi Diploma III Kebidanan ABSTRAK Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan utama dan menjadi beban ekonomi bagi negara-negara berkembang. Prevalensi IMS dilokalisasi Djoko Tingkir Sragen pada tahun 2014 telah mencapai 90% jalur penularan utama melalui hubungan seksual. Hal ini didukung dengan tingginya perilaku seksual beresiko pada WPS.Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian deskriptif korelasi dengan menggunakan pendekatan cross sectional. Dalam pengambilan sampel menggunakan simple random samplingsehingga didapatkan 53 WPS dilokalisasi Djoko Tingkir yang mempunyai masa kerja 3 bulan dan analisa data menggunakan analisa univariat dan bivariat. Hasil penelitian didapatkan jumlah pelanggan WPS 3 orang sebanyak 48 WPS (90,6%), lama bekerja WPS 1 tahun sebanyak 53 WPS (84,9%), umur pertama kali berhubungan seksual < 20 tahun sebanyak 43 WPS (81,1%), pemeriksaan kesehatan secara rutin sebanyak 40 WPS ( 75,5%)kejadian IMS sebanyak 45 WPS (84,9%). Dari hasil analisis Chi Square didapatkan bahwa terdapat beberapa faktor yang berhubungan dengan kejadian IMS diantaranya faktorjumlah pelanggan p-value: 0,02 < (0,05), lama menjadi WPS p-value : 0,00 < (0,05), umur pertama kali berhubungan seksual pvalue : 0,00 < (0,05). Diharapkan para WPS untuk melakukan upaya preventif dalam hal pencegahan InfeksiMenular Seksual dengan selalu menggunakan kondom secara konsisten dan selalu menjaga kebersihan daerah kewanitannya (personal hygiene). Kata Kunci
: lama menjadi WPS, jumlah pelanggan, umur pertama kali melakukan hubungan seksual, pemeriksaan kesehatan, kejadian IMS, WPS Daftar Pustaka : 50 (2004-2014)
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen | 1
ABSTRACT Sexually transmitted infections (STIs) are a major health problem and a burden for the economy in developing countries. In 2014, the prevalence of STIs at the Djoko Tingkir Localization of Sragen has reached 90% in which the main transmission path is by sexual intercourse. This supported by the high-risk sexual behavior on the female sex workers (FSWs). The research design used in this study is descriptive correlative with cross sectional approach. The data sampling used the simple random sampling technique so that obtained 53 FSWs at the Djoko Tingkir localization of Sragen who have worked 3 months and the data analysis used univariate and bivariate analyses. The results of this study indicate that the FSWs with subscribers 3 is 48 respondents (90.6%), duration of worked 1 year as many as 53 respondents (84.9%), the age of first intercourse <20 years as many as 43 respondents (81.1%), have routine medical examination as many as 40 respondents (75.5%), the incidence of STIs as many as 45 respondents (84.9%). The result of the data analysis by using the Chi Square test indicate that there are several factors related to the incidence of STIs such as the number of customers with p-value of 0.02 < (0.05), the period of become FSWs with p-value of 0.00 < (0.05), the age of first intercourse with p-value of 0.00 < (0.05). The FSWs are expected to make the preventive efforts in terms of prevention of sexually transmitted infections by always using condoms consistently and always maintain the cleanliness of her genital organ (personal hygiene). Keywords
: period becoming FSWs, number of customers, the age of first intercourse, medical examination, the incidence of STIs, FSWs Bibliographies : 50 (2004-2014)
PENDAHULUAN Infeksi menular seksual (IMS) merupakan masalah kesehatan utama dan menjadi beban ekonomi bagi negara-negara berkembang. World Health Organization (WHO) memperkirakan bahwa sekitar 340 juta kasus baru dari empat IMS (gonore, infeksi klamidia, sifilis, dan trikomoniasis) dapat disembuhkan. Sekitar 75-85% dari jumlah tersebut berasal dari negara berkembang. (Mabey, 2004). Saat ini Jawa Tengah merupakan urutan ke-enam kasus IMS seIndonesia.Setelah Papua, Jawa Timur, DKI Jakarta, Bali, dan Jawa Barat.Dimana Jawa Tengah memiliki sebanyak 12.799(Depkes RI, 2014). Menurut data yang sudah didapat dari Dinkes Kabupaten Sragen pada
tahun 2013 telah terjadi sebanyak 240 kasus wanita yang tekena penyakit menular seksual dan pada tahun 2014 dari bulan Januari-September didapat data angka kejadian IMS pada wanita sebanyak 144 kasus. Dari data tersebut presentasi pengidap yang paling tinggi adalah pada Wanita Pekerja Seksual (Dinkes Sragen, 2013). Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan peneliti di Lokalisasi Djoko Tingkir Kabupaten Sragen pada bulan November 2014, terdapat 114 WPS yang bekerja di Lokalisasai Djoko Tingkir dengan lama bekerja rata-rata 20 bulan, dan rata-rata berumur antara 1845 tahun. Dalam sehari WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir mempunyai mitra seksual rata-rata sebanyak 1-3 orang, sehingga dapat diperkirakan dalam sehari terdapat 342 orang
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen | 2
pengunjung.Dan jumlah penderita IMS sebanyak 60 WPS, dan terdapat 1 kasus WPS yang diketahui meninggal dunia karena menderita Sifilis.Setiap bulannya WPS di Lokalisasi Djoko Tinggkir secara periodik memeriksakan dirinya di Klinik IMS Puskesmas Sambirejo, diketahui sebanyak 68 WPS yang memeriksakan kesehatannya di Klinik IMS Sambirejo.tinggi (Mabey, 2004). Intervensi yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen berupa penjangkauan, pendampingan, pelayanan kesehatan kepada WPS bersama dengan LSM. Program pengendalian IMS dilaksanakan secara terintegrasi dengan upaya pengendalian infeksi HIV dan AIDS. Sosialisasi pencegahan IMS, pemeriksaan dan pengobatan IMS secara rutin dan distribusi kondom telah dilaksanakan secara berkala yang dikoordinasikan oleh Komisi Penaggulangan AIDS Daerah (KPAD).Pemeriksaan dan pengobatan IMS pada WPS di klinik IMS yang dilaksanakan secara periodik setiap dua kali dalam sebulan sekali seharusnya mampu menurunkan insidensi IMS secara bertahap. Berdasarkan hal diatas peneliti ingin melakukan penelitian tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian IMSpada WPS di lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Untuk mengetahui faktorfaktor yang berhubungan dengan kejadian IMS pada WPS di lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. 2. Tujuan Khusus a. Mengetahui lama menjadi WPS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen.
b. Mengetahui jumlah pelanggan pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. c. Mengetahui umur pertama kali melakukan pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. d. Mengetahui pemeriksaan kesehatan pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. e. Mengetahui kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. f. Mengetahui hubungan antara jumlah pelanggan dengan kejadian IMS pada WPS di lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. g. Mengetahui hubungan antara lama menjadi WPS dengan kejadian IMS pada WPS di lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. h. Mengetahui hubungan antara umur pertama kali melakukan hubungan seks dengan kejadian IMS pada WPS di lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. i. Mengetahui hubungan pemeriksaan kesehatan dengan kejadian IMS pada WPS di lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Manfaat Penelitian 1. Bagi Instansi Sebagai bahan masukan bagi Dinas Kesehatan Sragen dalam menentukan kebijakan strategis untuk mendukung progam penecegahan IMS. METODE PENELITIAN Penelitian ini menggunakan metode deskriptif korelasi dengan pendekatan cross sectional, dilakukan di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen pada 13-20 Mei 2015.Populasi dalam penelitian ini adalah adalah seluruh WPS yang bekerja di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen sebanyak 114 WPS.Teknik pengambilan sample yang digunakan
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen | 2
adalah simple random sampling dengan jumlah responden 53 WPS.Data yang digunakan adalah data primer.Data primer diperoleh dari data faktor-faktor yang mempengaruhi IMS pada WPS.Penelitian ini menggunakan alat pengumpulan data yaitu wawancara terpimpin.Analisa yang digunakan adalah analisa univariat dengan table distribusi frekuensi dan analisa bivariat dengan uji chi square. HASIL PENELITIAN A. Karakteristik Responden 1. Umur Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, 2015 Variabel N Umur 53
Mean 36,15
SD 5,123
Min 26
Max 45
B. Analisis Univariat 1. Lama Menjadi WPS Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Menjadi WPS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, 2015 Lama Menjadi Frekuensi Persentase WPS (%) 1 tahun 45 84,9 <1 tahun 8 15,1 Jumlah 53 100,0 2. Jumlah Pelanggan Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Jumlah Pelanggan pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, 2015 Jumlah Frekuensi Persentase Pelanggan (%) < 3 orang /hari 5 9,4 3 orang /hari 48 90,6 Jumlah 53 100,0
3. Umur Melakukan Hubungan Seksual Pertama Kali Tabel 4.4 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Hubungan Seksual Pertama pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, 2015 Umur Hubungan Frekuensi Persentase Seksual Pertama (%) Kali < 20 Tahun 43 81,1 20 Tahun 10 18,9 Jumlah 53 100,0 4. Pemeriksaan Kesehatan Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Pemeriksaan Kesehatan pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, 2015 Pemeriksaan Frekuensi Persentase Kesehatan (%) Tidak Rutin 13 24,5 Rutin 40 75,5 Jumlah 53 100,0 5. Kejadian IMS Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, 2015 Kejadian Frekuensi Persentase IMS (%) IMS 45 84,9 Tidak IMS 8 15,1 Jumlah 53 100,0 C. Analisis Bivariat 1. Hubungan Lama Menjadi PWS dengan Kejadian IMS Tabel 4.7 Hubungan Lama Menjadi WPS dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, 2015
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen | 3
Kejadian IMS IMS Tidak IMS f % f % 44 97,8 1 2,2 1 12,5 7 87,5 45 84,9 8 15,1
Lama Menjadi WPS 1 tahun < 1 tahun Total
pOR Total value f % 45 100 0,00 308,00 8 100 53 100
2. Hubungan Jumlah Pelanggan Menjadi WPS dengan Kejadian IMS Tabel 4.8 Hubungan Jumlah Pelanggan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, 2015 Kejadian IMS Tidak pIMS Total OR IMS value f % f % f % <3 org / hari 2 40,0 3 60,0 5 100 3 org / hari 43 89,6 5 10,4 48 100 0,020 12,90 Total 45 84,9 8 15,1 53 100 Jumlah Pelanggan
3. Hubungan Umur Berhubungan Seks Pertama dengan Kejadian IMS Tabel 4.9 Hubungan antara Umur Berhubungan Seks Pertama dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, 2015 Umur Berhubungan Seks Pertama
Kejadian IMS Tidak IMS IMS %
Total f
pvalue
OR
f
%
f
< 20 Tahun 20 Tahun
41 4
95,3 40,0
2 6
4,7 43 60,0 10
100 0,000 30,75 100
%
Total
45
84,9
8
15,1 53
100
4. Hubungan Pemeriksaan Kesehatan dengan Kejadian IMS Tabel 4.10 Hubungan antara Pemeriksaan Kesehatan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, 2015
Pemeriksaan Kesehatan Tidak Rutin Rutin Total
Kejadian IMS IMS Tidak IMS Total f
%
F
9 69,2 4 36 90,0 4 45 84,9 8
% 30,8 10,0 15,1
f
%
pOR value
13 100 0,090 0,250 40 100 53 100
PEMBAHASAN A. Analisis Univariat 1. Gambaran Lama Menjadi WPS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Menurut Hutapea (2010), lama bekerja WPS merupakan faktor penting, karena makin besar kemungkinan bisa melayani pelanggan yang telah terinfeksi IMS. Lama kerja WPS merupakan salah satu variable penting yang berkaitan dengan risiko tertular IMS. Dalam penelitian ini didapatkan hasil bahwa, dari 53 responden wanita pekerja seksual (WPS) di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, sebagian besar responden sudah menjadi WPS selama 1 tahun, yaitu sejumlah 45 orang (84,9%). Berdasarkan SurveyInfeksi Saluran Reproduksi (2007), pada kalangan WPS di 7 kota di Indonesia melaporkan bahwa rata-rata para WPS mempunyai masa kerja berkisar antara 1 bulan sampai dengan 30 tahun. 2. Gambaran Jumlah Pelanggan pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Menurut WHO (2008), Salah satu determinan perubahan individu adalah sumber daya yang dimiliki individu tersebut. Sumber daya yang dimiliki seorang penjaja seks adalah jumlah pelanggannya. Banyaknya jumlah pelanggan menunjukkan jumlah pasangan
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen | 4
seks yang dilayani,semakin banyak pelanggan seks yang dimiliki WPS menyebabkan WPS sangat rentan terhadap penularan IMS. Berdasarkan penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian besar jumlah pelanggan Wanita Pekerja Seksual (WPS) di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen 3 orang per hari, yaitu sejumlah 48 orang ( 90,6 %). 3. Gambaran umur pertama kali melakukan hubungan seksual pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Menurut Ronald (2011), karakteristik WPS dalam umur pertama kali melakukan hubungan seksual rata-rata adalah 17 tahun, dan termuda adalah 12 tahun.Hal ini sesuai dengan penelitian yang telah dilakukan, bahwa sebagian besar Wanita Pekerja Seksual (WPS) di Lokalisasi Sragen melakukan hubungan seksual pertama kali pada umur < 20 tahun, yaitu sejumlah 43 orang (81,1%). 4. Gambaran Pemerikasaan Kesehatan pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Hasil penelitian yang telah dilakukan dapat diketahui bahwa sebagian besar wanita pekerja seksual (WPS) di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, yaitu sejumlah 40 orang (75,5%).Menurut Depkes RI (2011), pemeriksaan kesehatan pada WPS yang meliputi skrining bertujuan untuk mengurangi laju penambahan kasus infeksi sampai HIV. Penatalaksanaan pasien IMS yang efektif, tidak terbatas hanya pada pengobatan
antimikroba untuk memperoleh kesembuhan tingkat infeksi namun juga untuk memberikan perawatan paripurna yang dibutuhkan untuk mencapai derajat kesehatan reproduksi yang baik . 5. Gambaran kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Berdasarkan hasil penelitian ini dapat diketahui bahwa sebagian wanita pekerja seksual (WPS) di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen menderita IMS, yaitu sejumlah 45 orang (84,9%).Dari hasil penelitian juga didapatkan bahwa 45 Responden yang terkena IMS mengalami lebih dari satu tandatanda IMS diantaranya, sebanyak 20 Responden mengalami bintikbintik berisi cairan, borok atau lecet pada daerah kewanitaan, sebanyak 17 Responden mengalami kutil yang tumbuh seperti jengger ayam, dan sebanyak 32 responden mengalami rasa sakit luar biasa pada saat kencing, serta semua Responden yang mengalami IMS tersebut telah mendapatkan pengobatan IMS dari Klinik IMS Sambirejo. Analisa Bivariat 1. Hubungan antara lama menjadi WPS dengan kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Berdasarkan penelitian ini diketahui bahwa WPS yang sudah menjadi WPS 1 tahun sebagian besar mengalami kejadian IMS sejumlah 44 orang (97,8%). Sedangkan WPS yang baru menjadi WPS < 1 tahun sebagian besar tidak mengalami kejadian IMS sejumlah 7 orang (87,5%).semakin lama WPS bekerja
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen | 5
maka WPS tersebut mempunyai resiko semakin tinggi terkena IMS, hal ini dikarenakan WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir masih mempunyai kesadaran yang rendah dalam pemakaian kondom pada saat berhubungan seksual, dikarenakan para WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen tidak ingin kehilangan pelanggan.Sehingga didapatkan hasil p-value 0,000 < 0,05, maka disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara lama menjadi WPS dengan kejadian WPS. 2. Hubungan antara jumlah pelanggan dengan kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Didapatkan bahwa sebagian besar jumlah pelanggan wanita pekerja seksual (WPS) di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen 3 orang per hari, yaitu sejumlah 48 orang (90,6%). Peningkatan laju insidens IMS berbanding lurus dengan jumlah mitra seks persatuan waktu dan durasi. Dapat dipastikan bahwa semakin banyak jumlah mitra seksual semakin besar risiko terinfeksi IMS dan akibatnya insidens IMS di masyarakat semakin tinggi pula. Diperoleh p-value 0,02 < 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara jumlah pelanggan dengan kejadian IMS. 3. Hubungan antara umur pertama kali berhubungan seksual dengan kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Didapatkan hasil bahwa WPS yang melakukan hubungan seksual pertama pada umur < 20 tahun sebagian besar mengalami kejadian IMS sejumlah 41 orang (95,3%).hubungan seksual yang dini akan memudahkan infeksi karena
system reproduksi belum berkembang secara optimal sehingga akan menurunkan kekebalan sistem reproduksi ,dan wanita lebih mukosa sehingga jika ada mikrolesi selama hubungan seksual, akan dapat menjadi salah satu jalan untuk masuk virus, dan juga sperma mempunyai jumlah virus yang lebih banyak disbanding dari secret vagina dan hal ini membuat perempuan lebih beresiko terkena IMS (Kartono,2011). Pada penelitian ini didapatkan nilai p-value 0,000, sehingga dapat disimpulkan bahwa nilai p-value 0,000 < 0,05, maka ada hubungan yang signifikan antara umur berhubungan seksual pertama kali dengan kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. 4. Hubungan antara pemeriksaan kesehatan dengan kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen. Penelitian ini didapatkan hasil bahwa WPS yang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin sebagian besar mengalami kejadian IMS sejumlah 36 orang (90,0 diperoleh nilai p = 0,954 (p > 0,05). Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara pemeriksaan kesehatan dengan kejadian IMS pada WPS.Penyebab IMS secara umumnya terjadi akibat perilaku yang beresiko, sehingga menyebabkan individu dalam situasi yang rentan terhadap infeksi.Perilaku beresiko yang dimaksud adalah dalam hal melakukan hubungan seksual yang tidak terlindungi (tidak konsisitensi menggunakan kondom), baik secara vagina maupun anal dalam pasangan yang berganti-ganti, perilaku merupakan salah satu faktor yang banyak memegang peranan dalam menentukan derajat kesehatan suatu masyarakat.
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen | 6
PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan tujuan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut: 1. Sebagian besar WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen sudah menjadi WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen selama 1 tahun, yaitu sejumlah 45 WPS (84,9%). 2. Sebagian besar WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen mempunyai jumlah pelanggan 3 orang per harinya, yaitu sejumlah 48 WPS (90,6%). 3. Sebagian besar WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen melakukan hubungan seksual pertama kali pada umur < 20 tahun, yaitu sejumlah 43 WPS (81,1%). 4. Sebagian besar WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen melakukan pemeriksaan kesehatan secara rutin, yaitu sejumlah 40 WPS ( 75,5%). 5. Sebagian besar WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen terkena IMS , yaitu sejumlah 45 WPS (84,9%). 6. Ada hubungan antara lama menjadi WPS dengan kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, dengan nilai p-value = 0,000 ( <0,05). 7. Ada hubungan antara jumlah pelanggan dengan kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, dengan nilai pvalue = 0,020 ( <0,05). 8. Ada hubungan antara umur pertama kali melakukan hubungan seksual dengan kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, dengan nilai p-value = 0,000 ( <0,05).
9. Tidak ada hubungan antara pemeriksaan kesehatan dengan kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen, dengan nilai p-value = 0,090 ( >0,05). B. SARAN 1. Bagi Tenaga Kesehatan Sebagai petugas kesehatan hendaknya memotivasi para WPS melalui pemberian informasi tentang IMS seperti pemberian penyuluhan mengenai faktor – faktor yang berhubungan dengan kejadian IMS pada WPS dan mempertahankan kegiatan – kegiatan positif dalam rangka pencegahan IMS pada kelompok risiko. 2. Bagi Wanita Pekerja Seksual Diharapkan para WPS untuk melakukan upaya preventif dalam hal pencegahan Infeksi Menular Seksual dengan selalu menggunakan kondom secara konsisten dan selalu menjaga kebersihan daerah kewanitannya (personal hygiene). 3. Peneliti Selanjutnya Diharapkan peneliti selanjutnya dapat meneliti faktorfaktor yang mempengaruhi konsistensi wanita penjaja seksual dalam pemakaian kondom untuk mencegah penularan IMS, diharapkan dapat mengurangi angka kejadian IMS pada WPS dengan menerapkan pencegahan IMS terutama dalam penggunaan kondom. DAFTAR PUSTAKA Daili, Ilmu Penyakit dan Kelamin Edisi 3, Jakarta, 2007. Depkes RI. 2011. Surveilans Terpadu Biologis dan Perilaku (STBP). Jakarta
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen | 7
Harahap.(2008). Musuh di Bawah Selimut.Available :Http://www.kompasnia.com/in fo Kespro.(19 Oktober 2012) Hutapea.(2010). AIDS & PMS dan Perkosaan. Jakarta: Rineka Cipta. Kartono.(2011). Patologi social.Jakarta : Rajawali Pers. Kemenkes. (2010). Pencegahan dan Pengndalian IMS, http://www.depkes.go.id/ KPA Nasional. (2010). Strategi Nasional Penanggulangan HIV/AIDS 20072010,http://www.aidsindonesia. or.id/ KPAD Jawa Tengah. (2013). Renstra KPA Jawa Tengah 2007 2013,http://www.aidsjateng.or.i d/ Mayaud, P., & Mabey, D. (2004) Approaches to the Control of Sexually
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian IMS pada WPS di Lokalisasi Djoko Tingkir Sragen | 8