SELAYANG PANDANG
Kartini dalam OSSANSA (OSIS Masa bhakti 2008-2009)
Ucapan selamat banyak diberikan kepada gadis yang lahir di Sidoarjo, 1 Juni 1992 ini. Dia adalah putri ke-2 dari 3 bersaudara dengan seorang kakak laki-laki yang cakep dan seorang adik perempun yang kocak abis. Ia beralamatkan di Desa Selorejo, Kecamatan Selorejo, yang tak lain adalah ketua OSSANSA yang baru, Lidya Yunita Sari nama lengkapnya, kelas IPS-2 hasil pemilu ketua OSIS yang kandidatnya terdiri atas 4 orang, yaitu Aditya Mohammad Amien (XI IPS-2), Bayu Pujiantoro (XI IPA-2), Lidya Yunita Sari (XI IPS-2), dan yang terakhir adalah Rista Widjayanti (XI IPS-3). Untuk menjadi ketua OSIS, tentu saja tidak semudah membalik telapak tangan. Dia harus mempunyai visi dan misi yang jelas untuk dapat dilaksanakan setelah terpilih menjadi ketua OSIS.
“Saya deg-degan banget saat teman-teman yang lain
menyampaikan visi dan misi, karena mereka sudah menyiapkan matang-matang materi yang disampaikannya. Sedangkan aku hanya secara impromtu (langsung secara lisan/serta-merta),” kata Lidya. Namun, kehendak Tuhan lain, walau
penyampaian visi/misinya dilakukan secara lisan dengan kepolosan dan ketulusan hati, Lidya terpilih menjadi ketua OSIS. “Puji Tuhan, saya sangat terkejut ketika melihat pengumuman di papan pengumuman. Di situ tertera kalau suara terbanyak pemilihan ketua OSIS adalah aku. Perolehan suaraku sangat tinggi bahkan jauh selisihnya di antara temanteman yang lain. Padahal saya tidak mempunyai ambisi menjadi ketua OSIS, lho! Apalagi aku merasa teman-teman dan Bapak-ibu guru SMANSA tidak kenal dengan saya! Saya benar-benar kaget ... so, menurutku itu yang paling berkesan,” aku Lidya dengan rendah hati. Tidak lupa lewat majalah FM ini, Lidya menyampaikan salam, “Terima kasih kepada seluruh warga SMA NEGERI 1 KEASAMBEN yang sudah memberikan kepercayaan kepada saya!” (Sama-sama Lid, semoga kamu bisa menuntaskan semua tanggung jawab ini dengan baik. Amiin) “Perasaanku setelah menjadi ketua OSIS adalah senang dan sangat bangga. Tetapi terkadang aku merasa agak canggung dengan jabatan ini. Di satu sisi saya memenag sangat suka berorganisasi, namun di sisi lain saya khawatir dengan prestasi belajar di kelas. Saya hanya takut kalau nilaiku merosot karena kesibukanku,” curhat Lidya kepada redaksi FM. Memang, ketua OSIS adalah jabatan yang menuntut tanggung jawab besar dan dedikasi tinggi. Sehingga butuh stamina yang besar serta keteguhan hati untuk menjalankan beban berat yang telah menanti. Banyak hal besar yang siap menghadang di depan mata. Menjadi ketua OSIS tidaklah mudah. Jika kegiatan OSIS sukses, jarang mendapat pujian. Namun, jika sedikit saja ketua OSIS melakukan kesalahan , pasti akan mendapatkan cercaan yang tiada henti dari segala penjuru. Sebagai ketua OSIS harus mempu mengorganisasikan semua kegiatan dengan terpadu dan juga harus mampu memantau kinerja anggota OSIS yang lain. Benar-benar membutuhkan kesabaran yang ekstra. Apalagi kesehatan ketua OSIS kita yang satu ini gampang sekali down kalau kelelahan. Apalagi sebagai ketua dia harus bisa tegas
kepada anak buahnya, dapat
mengembangkan pemikiran yang kritis dalam menghadapi masalah intern
sekolah, dan juga intern OSIS. Selain itu juga harus belajar mengatur dan memimpin anggota OSIS lain yang memiliki berbagai karakter unik dan beraneka ragam. Visi dan misi Lidya adalah: •
Turut membantu pihak sekolah untuk mengembangkan bakat, kreasi para siswa SMANSA (misalnya: melalui peningkatan mutu ekstra, khususnya ekstra pramuka yang tahun sebelumnya hampir saja fakum. Karena jumlah pesertanya yang sedikit) dan prestasi sekolah.
•
Menjaga nama baik sekolah (contohnya: Aku pernah menjadi juara III dalam Lomba Musikalisasi Puisi
SMA/SMAK/MA Tingkat Jatim, olimpiade
ekonomi tingkat nasional dan lagi-lagi SMANSA mendapat peringkat III di Kabupaten Blitar). Satu pesan lagi yang diucapkan Lidya adalah “Apabila ada kekurangan dalam melaksanakan kinerja pengurus OSIS, jangan semua itu dinilai negatif. Karena mereka sudah berusaha untuk memberikan pengabdian yang terbaik sesuai dengan kemampuannya. Bagaimanapun juga mereka adalah manusia biasa yang tidak luput dari salah dan khilaf. Karena kesempurnaan adalah milik Tuhan semata. Dan, khususnya untuk Bapak-ibu guru, saya mewakili pengurus OSIS ingin minta maaf apabila ada sikap dan tingkah laku kami yang tidak berkenan di hati. Dan satu catatan penting bahwa jika ada pelanggaran individu yang dilakukan salah satu dari pengurus OSIS, jangan sekali-kali dikait-kaitkan dengan nama OSIS. Karena akan berdampak negatif pada reputasi OSIS yang akhirnya akan mempengaruhi kinerja OSIS yang masih aktif dan kinerjanya sangat baik! Karena pelanggaran itu seharusnya dinilai berdasarkan kesalahan mereka sendiri secara individu.” Good luck to SMANSA. Better than before! (K@RI!/!@ ~ €X)
Cokelat
Melestarikan Lagu-lagu Patriotisme Sekarang ini Kikan, Edwin, Ronny, Ervin dan Ernest bolehlah merasa lega dan puas, karena minat lama grup musik Cokelat membuat album patriotis telah terlaksana. Pekan lalu, bertempat di Atrium Mal Kelapa Gading 2 (MKG-2), mereka meluncurkannya dengan tajuk “Untukmu Indonesia-ku” serta sekaligus membikin konser showcase di hadapan reporter dan pengunjung MKG-2. “Kami bersama memang punya tujuan di saat ulang tahun kesepuluh, ingin membikin sesuatu untuk negeri ini yang sebentar lagi berusia 63 tahun. “Untukmu Indonesia-ku” bermaksud melestarikan lagu-lagu (perjuangan) nasional melalui aransemen pop rock, dengan harapan bisa nyambung ke batin anak muda, sambil mengupayakan mereka tetap cinta kepada negerinya sendiri,” ungkap gitaris Edwin. “Ide awalnya dari Kikan, karena dia berharap bisa memberikan kontribusi untuk Indonesia. Tetapi kenapa akhirnya kami ngotot dan bisa terlaksana, lantaran ada murid (drumer) Ervin yang ternyata tidak tahu judul lagu-lagu perjuangan, dan tidak ngerti pula tentang esensinya,” kisah pendentum bas Cokelat, Ronny. Meski sudah puas dan merasa plong, tetap saja masih ada kerinduan Cokelat agar segera mendapat izin dari Sekneg untuk mengaransemen ulang lagu kebangsaan, “Indonesia Raya”. Lagu “Indonesia Raya” memang harus dimainkan. Namun, belum terlaksana karena aturan protokoler yang tak boleh dikomersialkan, dan tidak boleh diulang-ulang (beberapa) baitnya,” sambung Ronny. Namun, Edwin tetap mensyukurinya. “Sebagai anak band yang cinta Indonesia, kami harus mengeluarkan album ini. Bahkan, setiap kita lagi manggung, diharapkan Kikan bisa menyanyikan 1-3 lagu dari “Untukmu Indonesia-ku”. Ini karena melihat kenyataan di saat setiap kami menyajikan lagu Bendera, penonton ternyata sudah siap dengan bendera merah putih yang dikibar-kibarkan. Kami kini tetap mengusahakan agar Sekneg bisa meloloskan ”Indonesia Raya” ke album rekaman,” jelas Edwin. Penjelasan Edwin tersebut bisa diartikan Cokelat suatu saat bakal merilis album patriotis jilid kedua. Adapun di dalam “Untukmu Indonesia-ku”, Cokelat menyertakan dua lagu baru bertajuk “Cinta Damai” dan “Ikrar Kami”, serta “Bendera” yang diolah ulang menjadi ramuan pop modern dan ikut dibumbui aroma sweet rock ala Cokelat.
Selebihnya, so pasti memuat lagu-lagu patriotik seperti “Satu Nusa Satu Bangsa” karya Liberty Manik, “Tanah Air” (Bintang Sudibyo), “Syukur” dan “Hari Merdeka” (H Mutahar), “Bangun Pemudi Pemuda” (A Simanjuntak), “Halo Halo Bandung” (Ismail Marzuki) serta termasuk lagu pop patriotik “generasi baru” karya Gombloh, “Kebyar-kebyar”. Nilai kebaruan, terbilang menjadi sisi ideal dari Untukmu Indonesia-ku. Dimulai dari “Satu Nusa Satu Bangsa” yang diaransemen berirama rock balada dengan dukungan orkestrasi dari kelompok pengiring, Sa’unine. Berlanjut dengan “Tanah Air” yang memasukkan unsur musik tradisi Minang melalui kerja sama dengan pemusik jazz, Riza Arshad. Di samping itu, ada nuansa elektronik pada lagu “Bangun Pemudi Pemuda”.
PEMBELAJARAN PUISI di SMANSA
Setelah menyabet juara III dalam lomba Musikalisasai Puisi Tingkat Jawa Timur, para musisi, vokalis dan juga penyair yang terlibat dalam lomba tersebut terus merapatkan barisan untuk memperkuat armada sastra di SMANSA dengan meningkatkan pembelajaran puisi dalam asuhan Pak Hari dan Abi Dodo. Selain membaca puisi secara konvensional mereka juga mengembangkannya dalam
bentuk yang lain, yaitu Musikalisasi Puisi dan Teatrikalisasi Puisi. Kelas III IPA, IPS, dan BAHASA telah berhasil unjuk kebolehan dalam kegiatan pembelajaran puisi tersebut. Kelas 3 BAHASA yang dikomandani Linda bersama Ika, Faek, dan Bayu sebagai maestro penyair kelas III BAHASA tampil dengan baik dan sangat memukau, membawakan puisi Chairil Anwar : Kerawang Bekasi dalam bentuk teatrikalisasai puisi. Demikian juga Anak IPS, yang dikomandani oleh sang maestro puisi duta Gus dan Jeng SMANSA, Ivvana bersama Natalis, Cucu, dan Hamidah Exo juga menampilkan
musikalisasi puisi yang sangat
spektakuler dengan membawakan puisi DO’A I karya Si Celurit Emas, Zawawi Imron. Tidak ketinggalan pula anak IPA dengan Mareta sebagai komandannya juga menampilkan pembacaan puisi yang tidak kalah serunya. Sebenarnya SMANSA mempunyai penyair-penyair yang handal. Hanya saja bakat mereka trerpendam terlalu dalam, sehingga
sulit tersalurkan. Oleh karena itu wahai
warga SMANSA, mari kita galang tekad satukan hati untuk selalu berkarya dan berprestasi. Semoga SMANSA Tetap Jaya. “VIDYA PRAJNA JAYATE ... SMANSA!”