SEKOLAH KARTINI DAN VAN DEVENTER: PELOPOR SEKOLAH PEREMPUAN DI SEMARANG PADA MASA KOLONIAL Retnaningtyas Dwi Hapsari Alumnus Pascasarjana Jurusan Ilmu Sejarah Universitas Diponegoro dan Penulis di www.sejarahdk.com
Abstract This paper is a result of historical research; thus, it uses historical method based on heuristic, critical, interpretative, and historiography. It discusses about education activities in two women schools in Semarang, namely SekolahKartini and Van Deventer. These schools were owned by Kartini foundation, which deals with women education. Education system applied by this organization was inspired by R.A. Kartini’s ideas and principles. Her ideas portray the condition of local people especially Javanese women who were suffered due to the absence of education. It makes them has no pride before their husband and society. Abstrak Tulisan ini merupakan hasil dari sebuah penelitian sejarah oleh sebab itu metode dalam penelitian ini menggunakan metode sejarah yang bertumpu ke dalam empat bagian yaitu heuristik, kritik, interpretasi, historiografi. Penelitian sejarah ini mengenai aktivitas pendidikan yang dilakukan oleh dua sekolah perempuan di Semarang yaitu Sekolah Kartini dan Van Deventer. Kedua sekolah tersebut merupakan milik dari Yayasan Kartini yaitu sebuah yayasan sosial yang bergerak dalam bidang pendidikan khusus perempuan. Pola pendidikan yang dilakukan oleh yayasan ini terinspirasi dari pemikiran-pemikiran seorang perempuan Jawa yang bernama Raden Ajeng Kartini. Berbagai pemikiran beliau merupakan gambaran dari keadaan pribumi khususnya perempuan Jawa yang saat itu hidup menderita karena disebabkan tidak memiliki pendidikan. Tidak adanya pendidikan membuat perempuan Jawa memiliki harga tawar yang rendah baik di mata suami maupun masyarakat.
manak, masak, macak yang artinya
A. Pendahuluan Dalam budaya Jawa
terdapat
melahirkan, memasak, dan berdandan.
kesan kuat bahwa laki-laki lebih
Oleh sebab itu perempuan Jawa
memperoleh kesempatan lebih besar
mendapatkan
mendapatkan
kanca
perempuan.
pendidikan Budaya
daripada
wingking
atau
sebagaia teman
di
sendiri
belakang. Tugas dan peran perempuan
perempuan
hanya mengurusi urusan belakang,
hanya bertumpu pada tiga hal yaitu:
tidak boleh tampil di depan. Meskipun
mendeskripsikan
Jawa
stereotipe
tugas
demikan tidak selamanya perempuan
perkebunan ini membutuhkan banyak
Jawa berada dalam posisi yang lebih
tenaga mulai dari tenaga ahli hingga
rendah.
masa
kuli. Sayangngnya, upah tenaga ahli
Hindhu-Budha telah tercatat beberapa
yang berasal dari negeri Belanda
tokoh perempuan yang memegang
mahal, sehingga pemerintah mulai
kepemimpinan seperti Ratu Siwa dari
mendidik penduduk pribumi untuk
Kerajaan Holing atau Keling dan Putri
dapat
Kaliyamat
pendidikan di Hindia Belanda mulai
Sebelumnya,
dari
pada
Kerajaan
Demak.
dijadikan
ditata
yang mampu menyejajarkan dirinya
pertengahan abad ke-19. Beberapa
dengan kaum laki-laki masih sangat
sekolah mulai didirikan pemerintah
sedikit pada saat itu. Masuknya agama
seperti Hogere Burger School (HBS)
Islam dan berkuasanya pemerintahan
pada tahun 1864 di Batavia. Disusul
Kolonial
paham
pendirian HBS di Surabaya pada tahun
patriarki membuat jurang perbedaan
1875 dan di Semarang tahun 1878
antara
(Ulbe Bosma 2008: 209).
laki-laki
menganut
dan
perempuan
semakin lebar. Akhirnya diskriminasi pendidikan
Diresmikannya politik etis pada awal abad ke-20 menjadi momentum
perbedaan gender menjadi sesuatu
perbaikan sistem pendidikan bagi
yang wajar dalam tatanan masyarakat
penduduk pribumi agar lebih baik.
Jawa.
Pada awal pelaksanaannya, pribumi
aktivitas khusunya berjalan
masa
didasarkan
pada
pada
Pada
yang
sederhana
Sistem
Sayangnya, jumlah tokoh perempuan
yang
secara
pekerja.
keuasaan
pendidikan di untuk lambat.
VOC
Nusantara
sulit diajak bekerja sama. Mereka takut
untuk bersekolah di sekolah
kaum
pribumi
pemerintah
Jatuhnya
Hindia
terpengaruh
karena
khawatir
budaya
barat
akan yang
Belanda ke tangan Inggris dan adanya
dianggap tidak baik. Memasuki tahun
Perang Jawa, membuat Pemerintah
1906,
Hindia Belanda masih belum dapat
pribumi yang menempuh pendidikan
mengatur sistem pendidikan dengan
di sekolah semakin besar (Robert Van
baik. Memasuki pertengahan abad ke-
Niel, 1984: 71-72). Hal ini menjadi
XIX, pergerakan ekonomi khususnya
problem baru bagi pemerintah karena
dalam bidang perkebunan meningkat
jumlah sekolah yang disediakan tidak
tajam.
sebanding dengan jumlah penduduk
Kegiatan
eksploitasi
secara
perlahan
antusiasme
yang ingin bersekolah. Selain itu
Belanda juga datang dari kalangan
pemerintah
masyarakat
juga
memberlakukan
masih diskriminasi
Belanda
yaitu
para
misonaris dan zending serta tokoh-
penerimaan siswa berdasarkan status
tokoh
sosial. Menurut S. Nasution politik
satunya adalah CH. T. Van Deventer.
pendidikan
Mereka ini turut serta
yang
dijalankan
masyarakat
Belanda
salah
mendirikan
pemerintah memiliki enam ciri pokok
berbagai sekolah di penjuru Hindia
yaitu, gradualisme, dualisme, kontrol
Belanda. Semua sekolah ini masuk ke
sentral yang kuat, tidak memiliki
dalama golongan sekolah pertikuler
tujuan yang jelas, prinsip konkordansi,
atau
dan
memberikan tanggapan yang berbeda-
tidak
pendidikan
adanya yang
perencanaan
sistematis
(S.
Nasution, 2011: 9-10).
untuk
masyarakat,
semua
menimbulkan
swasta.
terhadap
Pemerintah
pendirian
sekolah
swasta ini. Biasanya sekolah yang
Keadaan pendidikan yang belum merata
beda
sekolah
didirikan oleh masyarakat Belanda
lapisan
akan
diberikan
bantuan
dana.
inisiatif
Sementara sekolah yang didirikan oleh
dari para elit1 untuk mendirikan
elit
sekolah. Mereka mendirikan berbagai
pengawasan ketat dan hanya sedikit
sekolah umum dan kejuruan yang
sekolah yang diberikan bantuan dana.
meniru metode dan sistem pengajaran Barat
dengan
landasan
cita-cita
pribumi
akan
mendapatkan
Kota Semarang merupakan pusat pemerintahan
dari
Jawa
Tengah.
nasional. (William Frederick, 1984:
Dibandingkan dengan daerah lain di
263-254).
terhadap
Jawa Tengah, pendidikan di Semarang
pendidikan bagi penduduk Hindia
lebih maju. Hal yang menarik dari
Perhatian
pendidikan Semarang adalah pendirian 1
Pengertian para elit adalah para penduduk pribumi yang telah berhasil untuk mendapatkan pendidikan. Dalam stratifikasi sosial penduduk saat itu, mereka dianggap sebagai golongan baru yaitu golongan terdidik yang mulai memiliki rasa nasionalisme. Kepedulian mereka terhadap nasib kaum sebangsanya (pribumi Hindia Belanda) sangat besar sehingga mereka rela mengorbankan apa yang dimiliki demi perjuangan.
sekolah-sekolah partikulermya yang didirikan
oleh
berbagai
kalangan
mulai dari perorangan, komunitas, dan organisasi
politik.
Masing-masing
sekolah ini memiliki prinsip dan ideologi yang berbeda pula. Sehingga tidak
jarang
pendirian
sejumlah
sekolah partikuler di Semarang tidak
Yayasan Kartini mendirikan Sekolah
lepas dari permasalahan politik.
Van
Perkembangan
Deventer
yang
merupakan
aktivitas
sekolah lanjutan bagi lulusan Sekolah
pendidikan yang terjadi di Semarang,
Kartini pada 1915. Kedua sekolah
bukan
para
yang berada dalam naungan Yayasan
perempuan dapat lebih mudah untuk
Kartini telah ini membawa angin baru
mengakses
bagi perempuan Semarang. Dengan
berarti
membuat
pendidikan.
Mengingat
saat itu jumlah sekolah masih terbatas
bersekolah
dan mayoritas siswanya adalah pria,
memungkinkan
serta paham patriarki yang dianut
untuk dapat memperolah pendidikan
masyarakat
yang nantinya dapat digunakan dalam
membuat
perempuan
di
tempat para
masih memiliki kesempatan yang kecil
kehidupan
untuk dapat bersekolah. Pada awal
memperolah pekerjaan.
abad ke-20 belum ada sekolah khusus perempuan berdiri di Semarang.
satu
penggiat
politik
Latar
belakang
perempuan
sera
untuk
yang
telah
diuraikan membagi tulisan ini ke
Van Deventer yang merupakan salah
sehari-hari
ini
dalam dalam dua permalahan yaitu
etis
1. Apa
alasan
pendirian
melakukan sebuah gebrakan dalam
sekolah khusus perempuan
bidang pendidikan dengan mendirikan
di
Sekolah Kartini di Semarang pada
kolonial?
tahun 1913. Sekolah ini berada di bawah
naungan
Yayasan
2. Bagaimana
Kartini
pada
1912
era
antusiasme
bersekolah?
hanya
Kajian penulisan ini bertemakan
menerima siswa perempuan Jawa.
tentang aktivitas pendidikan yang
Pendirian sekolah ini dapat dikatakan
diperuntukkan bagi kaum perempuan.
tidak
Oleh sebab itu tujuan dari penulisan
mengalami
dan
pada
perempuan Semarang untuk
(Kartini Vereneging) yang didirikan di Belanda
Semarang
kendala
yang
menyulitkan dan bahkan mendapatkan
ini
adalah
guna
bantuan dana dari pemerintah karena
perkembangan dua sekolah perempuan
tidak berorentasi ke politik serta
pertama di Semarang karena aktivitas
penduduk Semarang menyambut baik
pendidikan
hadirnya sekolah ini. Perkembangan
dapat
ke arah yang baik ini membuat
perkembangan masyarakat ke arah
yang
memberikan
mengetahui
mereka
lakukan
pengaruh
bagi
yang lebih baik. Melalui pendidikan
yang dijalankan pemerintah. Tempat
nantinya akan dapat tercipta sumber
kedua penelitian adalah di Badan
daya manusia yang berkualitas yang
Arsip
dapat
pembangunan
Provinsi Jawa Tengah. Arsip yang
masyarakat. Sementara itu kegunaan
ditemukan adalah catatan keuangan
penyusunan
pendirian
membantu
penulisan
ini
adalah
dan
Perpustakaan
dan
Daerah
perbaikan
sekolah.
sebagai salah satu reverensi akademik
Arsip-arsip tersebut terdapat dalam
tentang
DPA
sejarah
pendidikan
di
Tweede
Waterstaat
te
Indonesia, khususnya pada zaman
Semaraang dan Hoofd Provinciale
Pemerintahan Hindia Belanda.
Waterstaat Waterstaat Midden Java.
Metode
penelitian
yang
digunakan dalam penelitian ini adalah
2) Data sekunder Sumber
sekunder merupakan
metode sejarah. Metode penulisan ini
sumber yang tidak secara langsung
bertumpu pada empat kegiatan pokok
memberikan keterangan dan sifatnya
yaitu (Louis Gottschalk, 1986: 32):
mendukung sumber primer. Untuk
1. Heuristik
mendapatkan
Heuristik merupakan tahapan pertama
dalam
penelitian.
Fungsi
sumber
sekunder
diperoleh dengan cara studi literatur seperti buku-buku dan artikel yang
tahapan ini untuk menemukan dan
mempunyai
relevansi
menghimpun
memperkuat
argumentasi
sumber-sumber
yang
untuk dan
diperlukan dalam penulisan sejarah.
melengkapi hasil penelitian. Dalam
Sumber data yang dibutuhkan pada
penulisan
penulisan
sekunder didapat dari buku sejaman
ini
diperoleh
melalui
berbagai cara, yaitu:
ini
salah
satu
sumber
yaitu Jubileum Verslag Uitgegeven
1) Sumber primer
Ter Gelegenheid Van Het 25 Jarig
Sumber primer yang digunakan
Bestaan Der Vereeniging Kertinifonds
berupa
arsip
yang
diperoleh
di
yang diperoleh di SD Sarirejo 1
beberapa tempat. Pertama dari Arsip
Semarang
Nasional Republik Indonesia (ANRI).
sekolah Kartini. Selain itu sumber
Di ANRI, arsip yang ditemukan
sekunder juga diperoleh dari sumber
adalah
internet berupa gambar dari website
Regeerings
difungsikan
untuk
Almanak
yang
mengetahui
berbagai kebijakan umum pendidikan
yang merupakan bekas
KITLV. 2. Kritik
Langkah
selanjutnya
setelah
menjadi sesuatu kisah atau penyajian
mengumpulan sumber adalah kritik,
yang berarti. (Louis Gottschalk, 1986:
yaitu tahapan pengujian sumber. Kritik
18)
dibagi dua, pertama kritik ekstern yang digunakan untuk mengetahui
B. Kajian Teori
Guna
Dalam Kamus Besar Bahasa
memastikan bahwa sumber itu otentik,
Indonesia, pendidikan adalah proses
sumber
pengubahan
keontentikan
sumber.
yang
digunakan
harus
sikap
dan
tata
laku
merupakan sumber yang dikehendaki,
seseorang dalam usaha mendewasakan
sumber harus asli atau tidak turunan,
manusia melalui upaya pengajaran dan
dan sumber harus utuh. Kedua, kritik
pelatihan (Tim
intern
2005: 263). John Dewey berpendapat
yang
mendapatkan
diperlukan
untuk
kredibilitas
atau
tujuan
utama
Penyusun
pendidikan
Kamus,
adalah
kebenaran sumber. Caranya, sumber-
membentuk
komunitas-komunitas
sumber yang telah didapat saling
sosial ideal sebagai bagian dari proses
dibanding-bandingkan satu sama lain
transformasi
sehingga dapat diperoleh sumber yang
didik tanpa memperhatikan seperti apa
dapat dipercaya.
bentuk pendidikan yang dijalankan
pendewasaan
peserta
(Sudarman Danim, 2005: 5).
3. Interpretasi telah
Pelaksanaan pendidikan yang
diteliti atau dilakukan kritik ekstern
baik harus memperhatikan tiga hal
dan intern, kemudian disusun dengan
sebagai berikut yaitu: 1).menjadikan
cara menghubung-hubungkan sumber
kritik sebagai metodologi sehingga
yang satu dengan yang lainnya dan
seseorang
kemudian disusun secara kronologis.
berpikir yang baik disertai daya kritis,
Sumber-sumber
yang
peneiltian
akhir yaitu
kemampuan
2). kurikulum yang integratif dan kritis
4. Historiografi Tahap
memiliki
dari
proses
proses penulisan
sehingga dapat menjadi pegangan tentang
tujuan,
metode,
lingkup
kembali peristiwa di masa lampau
materi, dan evaluasi pendidikan yang
berdasarkan
telah
terintegrasi, 3). relasi guru-siswa yang
diperoleh setelah dilakukan proses
transformatif. Hubungan guru-siswa
kritik dan interpretasi sehingga data
yang transformati akan selalu berusaha
dalam
menciptakan perjumpaan yang lebih
data-data
pemulisan
yang
dapat
dipercaya
bermutu. Suatu perjumpaan guru dan
Robinson sekolah memiliki ciri-ciri
siswa dapat dikatakan bermutu apabila
yaitu: formalitas, hieraki, tujuan yang
berdampak membantu perkembangan
jelas, lama pendidikan, dan besar dan
siswa (A. Atmadi, 2000: 23-26).
kompleksnya (Philip Robinson, 1986:
Pendidikan, baik itu formal dan
238-239).
nonformal merupakan suatu sarana
Pendidikan
nonformal
untuk memberikan ilmu secara luas
jalur
melalui lembaga. Pengertian lembaga
pendidikan
formal.
adalah suatu sistem norma untuk
nonformal
mempunyai
mencapai suatu tujuan atau kegiatan
pendidikan
yang
dibandingkan
oleh
masyarakat
dipandang
pendidikan
yang
luar
jalur
Pendidikan sistem
lebih
longgar
pendidikan
formal.
penting. Sebuah lembaga memiliki
Selain
sistem
memiliki bentuk dan isi program yang
yang
terstruktur
melaksanakan
untuk
berbagai
kegiatan
itu
di
adalah
pendidikan
bervariasi,
sedangkan
pendidikan
tertentu (Paul B. Horton, 1984: 244).
formal
Lembaga pendidikan dikembangkan
program yang seragam untuk setiap
sebagai suatu upaya sistematis untuk
jenis
mengajarkan apa yang tidak bisa
Pengembang Ilmu, 2007: 11-13).
dipelajari
di
satuan
bentuk
dan
pendidikannya
isi
(Tim
keluarga.
Di luar dari pendidikan formal
Pendidikan formal didapatkan melalui
dan nonformal terdapat pendidikan
lembaga pendidikan yaitu sekolah
informal.
yang memiliki jenjang dari taman
berlangsung di tengah keluarga dan
kanak-kanak hingga perguruan tinggi
tanpa disadari (Paul B. Horton, 1984:
(Paul B. Horton, 1984: 334).
336).
Sekolah
dalam
memiliki
informal
formal
Pendidikan
Pendidikan
model
informal
ini
tidak
merupakan
memiliki organisasi, tidak memiliki
sekolah yang masuk dalam sistem
program waktu, dan tidak terdapat
pendidikan
yang
oleh
evaluasi.
pemerintah.
Selain
juga
pendidikan ini memiliki pengaruh
dari
yang
mendapatkan
diatur itu
pengakuan
pemerintah. Berdasarkan
sumber
dananya sekolah formal memiliki dua jenis yaitu sekolah pemerintah dan sekolah
swasta.
Menurut
Philip
kuat
Meskipun
terhadap
demikian
pembentukan
kepribadian (H. Abu Ahmadi, 2003: 162-169). Kajian penulisan ini mengenai pendidikan
yang
memfokuskan
terhadap
perkembangan
lembaga
pendidikan. Orang tua masih tidak
pendidikan formal bagi perempuan di
mengijinkan
Semarang.
untuk
Lembaga
pendidikan
tersebut adalah Sekolah Kartini dan
anak
pergi
ke
perempuannya sekolah.
(AK.
Pringgodigdo, 1991: 22).
Van Deventer yang termasuk ke dalam
Antara Kartini dan Abedanon
sekolah swasta yang diakui oleh
sering berkirim surat yang berisi
pemerintah. Sekolah swasta ini harus
berbagai pemikiran mereka tentang
mempergunakan
permasalahan
kurikulum
penduduk
pribumi.
pengajaran seperti sekolah pemerintah
Setelah R.A Kartini wafat tahun 1904,
dan memenuhi berbagai syarat untuk
Abendanon
dapat diakui oleh pemerintah. Kedua
menerbitkan kumpulan surat Kartini
sekolah tersebut merupakan sekolah
dalam bentuk buku yang diberi judul
yang kualitasnya diakui setara dengan
Door Duisternist Tot Licht artinya
sekolah Barat lainnya dan masuk ke
Melalui Gelap Menuju Terang. Buku
dalam sistem pendidikan di bawah
ini terbit tahun 1911 (Sitisoemandari
pengawasan Dapertemen Pendidikan
Soeroto, 1982: 354). Tanpa disangka
dan Peribadatan Hindia Belanda.
masyarakat Belanda menyukai buku
yang merasa
berduka
tersebut dan mereka mulai bersimpati C. Hasil dan Pembahasan
terhadap kehidupan perempuan Jawa,
a. Sekolah Kartini
sehingga memunculkan ide untuk
Selama
tinggal
di
Hindia
membuat yayasan bagi pendidikan
Belanda, Abendanon yang merupakan
perempuan pribumi. Ratu Belanda
Kepala Dinas Pendidikan di Hindia
menanggapi
Belanda berteman dengan R.A Kartini,
menunjuk Abendanon untuk mengatur
putri Bupati Jepara yang memiliki
pendirian yayasan bagi pendidikan
perhatian terhadap persamaan hak
perempuan pribumi di Hindia Belanda.
perempuan dalam rumah tangga. Pada
Sebelum sebuah yayasan berdiri,
ide
terlebih
seorang anak perempuan yang pandai
komite yang anggotanya terdiri dari A.
dan
Baronesse van Hogendrops Jacob, J.H
Dia
berpendapat
Abedanon
perempuan dalam kehidupan rumah
Deventer dan istri, Kessler de Lange,
tangga
D.von Schmidt auf Altenstadt, J.C.F
dari
kurangnya
istri,
sebuah
kesenjangan kedudukan yang dialami
akibat
dan
dibentuk
dengan
masanya, R.A Kartini diakui sebagai
berani.
dahulu
tersebut
C.Th.
Van
de Graeff, E.van Loon, H.V Baron
menjadi
Bentinck, dan D. Hannema. Pada
(Anonim, 1937: 6).
tanggal
1
Februari
1912,
untuk
pimpinan
yayasan
ini
Yayasan Kartini pertama kali
pertama kalinya komite mengadakan
mendirikan
Sekolah
Kartini
di
pertemuan di Den Haag. Secara resmi
Semarang pada tahun 1913. Sekolah
Yayasan Kartini (Kartini Vereeniging)
ini kemudian didirikan di kota lain di
diresmikan tanggal 22 Agustus 1912
Pulau Jawa pada tahun berikutnya.
di Belanda dengan Van Deventer
Total keseluruhan Sekolah Kartini berjumlah tujuh buah.
Tabel. 1 Lokasi Sekolah Kartini dan Tanggal Diresmikan No Lokasi Diresmikan 1 Semarang 15 September 1913 2 Madiun 5 Januari 1914 3 Batavia 11 Januari 1914 4 Buitenzorg Februari 1914 5 Malang September 1915 6 Cirebon 31 Januari 1916 7 Pekalongan 1 November 1916 Sumber: Jubileum Verslag Uitgegeven Ter Gelegenheid Van Het 25 Jarig Bestaan Der Vereeniging Kartinifonds. Sekolah
Semarang
Sekolah Kartni hanya sampai kelas
berdiri pada tahun 1913 dan termasuk
dua. Jumlah total siswa kelas satu
dalam sekolah yang menerima subsidi
sebanyak 87 siswa yang dibagi ke
pemerintah. Pada tahun 1913, Sekolah
dalam tiga kelas. Sedangkan jumlah
Kartini
siswa kelas dua sebanyak 25 siswa.
subsidi
Kartini
Semarang sebesar
pembangunan
mendapatkan f.23.000
sekolah
untuk (“Surat
Jadi total siswa di Sekolah Kartini Semarang
pada
tahun
pertama
Pembangunan Lokal Kelas Sekolaha
berjumlah 112 siswa. Jumlah yang
Kartini
cukup banyak untuk siswa sekolah
Desa
Karang
Tengah
Semarang 1913”, Tweede Waterstaat
perempuan
te Semaraang No 1223). Pada tahun
siswanya antara 7 hingga 13 tahun.
pertama,
jenjang
pendidikan
di
dengan
kisaran
usia
Tabel. 2 Jumlah Siswa Sekolah Kartini Semarang Tahun 1913-1937 Tahun
1913 1914 1915 1916 1917 1918 1919 1920 1921 1922 1923 1924 1925 1926 1927 1928 1929 1930 1931 1932 1933 1934 1935 1936 1937 Sumber:
I 87 32 32 31 29 35 31 34
2 25 56 30 29 29 22 30 28
3 25 52 33 29 26 22 26
JUMLAH SISWA KELAS 4 5 6 24 44 21 30 32 17 27 22 22 23 23 18 25 16 20
TOTAL 112 113 138 158 166 168 161 160
12 12
35 30 31 20 23 14 16 169 34 29 34 28 19 20 9 173 35 30 24 31 26 14 18 178 47 33 30 25 24 16 18 193 47 45 33 30 25 17 15 212 46 41 40 27 31 18 17 220 45 49 38 34 27 20 16 229 46 38 44 35 27 22 29 241 50 34 41 35 25 23 21 229 51 38 33 30 25 17 18 212 43 4 28 23 28 21 14 205 53 43 46 34 16 24 16 232 45 52 39 42 37 17 18 250 46 43 40 35 38 31 12 245 48 41 48 37 36 27 26 263 55 37 41 45 35 27 17 257 51 51 41 38 45 29 22 277 Jubileum Verslag Uitgegeven Ter Gelegenheid Van Het 25 Der Vereeniging Kartinifonds, hlm. 106.
Banyaknya siswa di Sekolah Kartini
7 14 14 11
YANG MENERIMA IJAZAH
di
tahun
pertama,
dan
menjadi
tumbuhnya
10 12 9 11 14 13 10 12 24 15 12 11 13 13 11 16 18 Jarig Bestaan
pertanda
kesadaraan
mulai
pendidikan
menunjukkan bahwa Sekolah Kartini
bagi anak perempuan di Semarang.
telah mampu memikat hati masyarakat
Mayoritas guru di Sekolah Kartini
adalah
orang
sekolah
Kartini
Belanda,
sehingga
dianggap
standar
memiliki kualitas yang baik. Pada
perempuannya sudah memakai rok dan celana pada saat olahraga. Jumlah siswa di Sekolah Kartini
pendidikan di
setiap tahunnya semakin banyak.3
Sekolah Kartini menjadi tiga tahun.
Tetapi tidak banyak siswa Sekolah
Berikutnya
Kartini yang dapat menyelesaikan
tahun 1914, lama
jenjang
pendidikan
di
Rata – rata dari satu
Sekolah Kartini bertambah satu tahun
pendidikan.
setiap tahunnya. Pada tahun 1919
angkatan hanya 50 persen saja yang
jenjang pendidikan di Sekolah Kartini
dapat menyelesaikan hingga kelas
telah genap menjadi tujuh tahun,
tujuh. Semenjak tahun 1920, lulusan
sesuai dengan atu ran sekolah dasar
sekolah Kartini mendapatkan ijasah.
pemerintah. Maka Sekolah Kartini
Siswa kelas tujuh harus mengikuti
dapat disejajarkan dengan ELS, HIS
ujian jika ingin mendapatkan ijazah.
dan HCS2
Tetapi hanya 80 persen dari siswa
Perbedaan
(Anonim, 1937: yang
dimiliki
106). Sekolah
kelas tujuh yang
Kartini dengan sekolah dasar lainnya
mendapat
yaitu adanya pelajaran kewanitaan
106), yang dapat digunakan untuk
seperti
melanjutkan pendidikan ke jenjang
memasak
dan
menjahit
(Iswanti, 2008: 115). Gaya berbusana
ijazah
berhasil lulus dan (Anonim,
yang lebih tinggi.
yang dikenakan para siswa di sekolah mengikuti budaya Jawa saat itu yaitu kebaya dan kain jarik serta rambut disanggul ke belakang. Ini membuat siswa Sekolah Kartini nampak anggun dan
bersahaja.
Berbeda
dengan
sekolah Barat lainnya yang siswa
Europeesche Lagere Scholen (ELS), Hollandsche Inlandsche School (HIS), dan Hollandsche Chinesch School (HCS) merupakan sekolah dasar yang didirikan pemerintah. ELS untuk anak Eropa dan bangsawan pribumi, HIS untuk priyayi pribumi, sementara HCS untuk anak Tionghoa. 2
3
Lihat pada tabel 2 dan 3.
1937:
Gambar. 1 Foto Sekolah Kartini Semarang Tahun 19204
Sumber: Jubileum Verslag Uitgegeven Ter Gelegenheid Van Het 25 Jarig Bestaan Der Vereeniging Kartinifonds, hlm. 85.
4
Hingga sekarang bangunan bekas Sekolah Kartini masih berdiri. Bangunan ini dimanfaatkan sebagai gedung SD N Sarirejo 1 di jalan Dr. Cipto - Semarang, tetapi masyarakat masih menyebut SD tersebut sebagai SD Kartini.
Dalam
perkembangannya,
sekolah Kartini pernah mendapatkan kritikan.
Misalnya
Deventer atas prakasa Elisabet Mass6.
yang
Sekolah Van Deventer ini bagian
dilontarkan oleh Sekolah Mendut5,
dari Yayasan Kartini dan merupakan
yang
sekolah guru (Kweekschool) yang
mengangap
Kartini
hanya
kritikan
Jawa maka didirikan Sekolah Van
bahwa untuk
Sekolah membantu
diprioritaskan
bagi
siswa
lulusan
perempuan supaya dapat membaca
Sekolah Kartini. Ketika melakukan
dan menulis saja. Selain itu terkadang
pembangunan Sekolah Van Deventer,
Sekolah
hanya
yayasan mengalami kekurangan dana.
sebagai tempat para siswa untuk
Total biaya yang dibutuhkan untuk
pamer dan bersolek. Menurut mereka,
mendirikan Sekolah Van Deventer
tujuan
sebesar f.80.000, sedangkan dana yang
Kartini
Sekolah
dipandang
Kartini
mendidik
perempuan supaya dapat menjadi istri
tersedia
dan ibu yang baik, bukan untuk
1937:
menjadi perempuan yang mandiri dan
Deventer mendapatkan bantuan dari
kritis
Sekolah
terhadap lingkungan sekitar
(Iswanti, demikian,
2008: hal
116).
Meskipun
tersebut
tidak
sebesar f.14.000 (Anonim, 25-26). Maka Sekolah Van
Kartini
untuk
menutupi
kekurangan biaya. Secara
resmi
Sekolah
Van
menyurutkan perkembangan Sekolah
Deventer Semarang berdiri pada tahun
Kartini.
1917 tetapi belum memiliki gedung
b. Sekolah Van Deventer
sendiri. Ruang belajar Sekolah Van
Pada tahun 1915, CH. T. Van Deventer
yang
menjadi
pimpinan
Deventer masih meminjam salah satu kelas di sekolah Kartini. Sekolah
Van
Jabatan
Yayasan Kartini meninggal dunia.
kepala
Deventer
Sebagai bentuk penghormatan karena
dirangkap oleh kepala Sekolah Kartini
dianggap memiliki jasa besar dalam
yaitu Nyonya F.A Volkers Schippers,
memajukan pendidikan perempuan di
yang juga bertanggung jawab untuk merancang kurikulum di Sekolah Van Deventer (Anonim, 1937:
5
Sekolah Mendut adalah sekolah putri Katholik yang didirikan oleh misionaris di daerah Mendut (Magelang).
26-27).
Selain di Semarang, Sekolah Van Deventer juga didirikan di kota lain 6
Elizabet Mass adalah istri Van Deventer.
yaitu, Bandung (1918), Solo (1925),
Van
Deventer
mulai
mengalami
dan Malang (1931).
peningkatan setelah memiliki gedung
Lama pendidikan di Sekolah
baru. Pada tahun pertama, total siswa
Van Deventer empat tahun. Pada
berjumlah 20 siswa yang semuanya
tahun pertama jumlah siswa Sekolah
merupakan siswa kelas satu. Tahun
Van Deventer Semarang sebanyak
berikutnya, sekolah
sembilan orang. Sedikitnya jumlah
kelas, terdiri dari kelas satu dan dua
siswa dan masalah keuangan yang
yang masing-masing kelas memiliki
dialami
Deventer
20 siswa. Pada tahun ke tiga, total
Semarang membuat sekolah hanya
jumlah siswa ada 58 siswa, terdiri dari
berdiri selama satu tahun karena
21 siswa kelas satu, 19 siswa kelas
dewan
dua, dan 18 siswa kelas tiga.
Sekolah
sekolah
Van
memutuskan
memiliki
dua
menutupnya untuk sementara waktu.
Pada 1924, jenjang pendidikan
Sekolah Van Deventer direncakan
di Sekolah Van Deventer menjadi
akan dibuka kembali empat tahun
empat tahun. Total jumlah siswa pada
kemudian.
tahun
1924
sebanyak
80
siswa.
Setelah persiapan yang matang,
Rinciannya, kelas satu memiliki 23
pada tanggal 4 Juni 1921, Sekolah Van
siswa, kelas dua berjumlah 21 siswa,
Deventer dibuka kembali di lokasi
kelas tiga sebanyak 18 siswa dan
yang berbeda. Sekolah Van Deventer
siswa kelas empat berjumlah 18 siswa
menempati gedung baru dan memiliki
(Anonim, 1937: 113).
asrama bagi siswa yang bertempat tinggal jauh dari sekolah (Anonim, 1937: 25). Jumlah siswa di Sekolah Tabel. 3 Jumlah Siswa Sekolah Van Deventer Semarang Tahun 1921-1937 Total
Kelas Tahun 1921 1922 1923 1924 1925 1926
1 20 20 21 23 22 20
2 20 19 21 20 23
3 18 18 19 19
4 18 17 19
20 40 58 80 78 81
1927 22 21 20 30 83 1928 23 19 21 20 83 1929 22 23 20 19 84 1930 24 21 19 21 85 1931 23 24 18 19 84 1932 20 20 21 16 77 1933 20 16 19 19 74 1934 15 21 15 17 68 1935 18 22 14 17 71 1936 25 24 19 20 88 1937 40 24 23 25 112 Sumber: Jubileum Verslag Uitgegeven Ter Gelegenheid Van Het 25 Jarig Bestaan Der Vereeniging Kartinifonds, hlm. 113. Pendirian Sekolah Van Deventer ini
telah
membantu
memberikan
D. Penutup Tanggung
jawab
perempuan
peluang bagi perempuan untuk dapat
dianggap hanya berhubungan dengan
bekerja.
Deventer
urusan rumah tangga, menjadikan
tiga jenis ijazah yaitu
perempuan sebagai manusia nomer
huishoud diploma,7 frobel diploma8,
dua yang berdampak pada kecilnya
hand werk acte.9 Setiap siswa dapat
peluang
memilih ijazah mana yang ingin
mendampatkan pendidikan di sekolah.
diperolehnya.
ijazah
Upaya mulia yang dilakukan Yayasan
tersebut baru dimulai pada tahun 1925.
Kartini melalui Sekolah Kartini dan
Rata-rata siswa memperoleh frobel
Sekolah Van Deventer
diploma,
karena
ijazah
dapat
pembuka
digunakan
untuk
bekerja
sebagai
memiliki
Sekolah
Van
Pemberian
seorang guru. (Anonim, 1937: 113).
perempuan
jalan
khususnya
untuk
bagi
bisa
menjadi perempuan
perempuan
Jawadi
Semarang untuk dapat merasakan bangku pendidikan. Upaya dalam bidang pendidikan
7
Huishoud diploma adalah ijazah untuk spesialisasi pekerjaan rumah tangga. 8
Frobel diploma adalah ijazah dalam bidang mengajar. Frobel School adalah sekolah anak-anak (TK). 9
Hand werk acte merupakan ijazah dalam bidang keterampilan.
yang dilakukan kedua sekolah tersebut bertumpu pada kurikulum pengajaran sesuai dengan sistem pendidikan milik pemerintah dan dipadukan dengan pemberian tangga.
Hal
keterampilan ini
membuat
rumah para
perempuan lulusan sekolah ini dapat
rumah
tangga,
tentu
akan
dapat
memiliki pilihan hidup lebih beragam.
menjadi teman bicara yang sepadan
Mereka dapat bekerja atau memilih
dengan suaminya dan akan dapat
menjadi ibu rumah tangga. Jika pun
mendidik anak-anaknya dengan cara
mereka memilih untuk menjadi ibu
yang lebih baik.
Daftar Pustaka Arsip: Surat Pembangunan Lokal Kelas Sekolaha Kartini Desa Karang Tengah Semarang 1913”, Tweede Waterstaat te Semaraang No 1223, Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah. “Pembangunan Lokal Kelas Sekolahan Kartini Desa Karang Tengah Semarang 1911”, Tweede Waterstaat te Semaraang No 1223, Badan Arsip dan Perpustakaan Daerah Provinsi Jawa Tengah “Regeerings Almanak 1914”, Arsip Nasional Republik Indonesia. “Regeerings Almanak 1926”, Arsip Nasional Republik Indonesia. “Regeerings Almanak 1930”, Arsip Nasional Republik Indonesia. “Regeerings Almanak 1940”, Arsip Nasional Republik Indonesia. Buku: Anonim, Jubileum Verslag Uitgegeven Ter Gelegenheid Van Het 25 Jarig Bestaan Der Vereeniging Kartinifonds (Semarang: Tanpa Penerbit, 1937). Ahmadi, H. Abu dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003). Atmadi, A. dan Y Setiyaningsih, Transformasi Pendidikan Memasuki Milenium Ketiga (Yogyakarta: Kanisius, 2000). Bosma, Ulbe dan Remco Raben, Being Dutch in The Indies: The History of Cleolisation and Empire1500-1920 (Singapore: NUS Press, 2008). Danim, Sudarman, Agenda Pembaruan Sistem Pendidikan (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005). Frederick , William dan Soeri Soeroto, Pemahaman Sejarah Indonesia Sebelum dan Sesudah Reformasi (Jakarta: LP3ES, 1984).
Gottschalk, Louis, Mengerti Sejarah, terjemahan Nugroho Notosusanto (Jakarta: UI Press, 1986). Horton , Paul B. dan Chester L. Hunt, Sosiologi Jilid 1, terjemahan Aminuddin Ram dan Tita Sobari (Jakarta: Penerbit Erlangga, 1984). Iswanti, Jalan Emansipasi: Sekolah dan Asrama Mendut (1908-1943), (Penerbit Kanisius: Yogyakarta, 2008). Nasution, S, Sejarah Pendidikan Indonesia (Jakarta: Bumi Aksara, 2011). Pringgodigdo, AK, Sejarah Pergerakan Rakyat Indonesia (Jakarta: Dian Rakyat, 1991). Robinson, Philip, Beberapa Perspektif Sosiologi Pendidikan 1986).
(Jakarta: Rajawali,
Soeroto, Sitisoemandari, Kartni Sebuah Biografi, (Jakarta: Gunung Agung, 1982) hlm.354. Tim Pengembang Ilmu Pendidikan, Ilmu dan Aplikasi Pendidikan Bagian 2 (Bandung: PT. IMTIMA, 2007). Tim Penyusun Kamus, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 2005). Van Niel, Robert, Munculnya Elit Modern Indonesia, terjemahan Zahara Deliar Noer (Jakarta: Pustaka Jaya, 1984).
Lampiran: Surat Pembangunan Sekolah Kartini Semarang