PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN LANGSUNG UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS II PADA MATA PELAJARAN BAHASA INDONESIA SD NEGERI 040474 TIGASERANGKAI Karolina Br Karo Guru SD Negeri 040474 Tigaserangkai Surel:
[email protected] Abstrak Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Action Researh Classroom) karena penelitian ini bertujuan menganalisis atau memecahkan suatu masalah yang nyata dalam pendidikan. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 040474 Tigaserangkai, di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II yang berjumlah 14 orang siswa. Hasil belajar kognitif siswa pada Formatif I menunjukkan 8 orang siswa tuntas secara individu, sedangkan kelas tidak tuntas 6 orang. Pada Siklus II, tuntas secara individu sebanyak 12 orang siswa, sedangkan kelas dengan ketuntasan klasikal sebesar 57,14% pada siklus I dan 85,71% pada Siklus II. Data hasil belajar afektif siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain: kejujuran (58%), Disiplin (49%), Tanggung jawab (33%), Ketelitian (33%), dan Kerjasama (38%). Dan Data hasil belajar afektif siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain: kejujuran (75%), Disiplin (85,71% ), Tanggung jawab (59%), Ketelitian (56%), dan Kerjasama (60%). Kata Kunci : Model Pembelajaran Langsung, Hasil Belajar Siswa.
PENDAHULUAN Aktivitas belajar mengajar merupakan kunci keberhasilan suatu pembelajaran di kelas. Baiknya suatu proses pembelajaran di kelas dipengaruhi dengan kualitas guru dalam mengelola pembelajaran. Anak didik di kelas rendah tidak mudah dikendalikan secara verbal. Cara berpikir yang masih di penuhi dengan imajinasi bermain membuat siswa tidak mudah menerima pembelajaran. Hal ini juga terlihat pada anak didik kelas 2 SD Negeri 040474 Tigaserangkai. Suasana kelas pada saat kegiatan belajar mengajar (KBM) di SD Negeri 040474
Tigaserangkai tidak selalu baik dan terkendali. Siswa kelas 2 SD Negeri 040474 Tigaserangkai tidak sepenuhnya betah mengikuti KBM. Dari 14 siswa yang mengisi kelas 2 terdapat 9 siswa yang bermasalah dalam mengikuti pembelajaran. Dalam hal ini 9 siswa tersebut kerap melakukan kegiatan yang tidak relevan dengan KBM. Misalnya berbicara dengan sebangkunya disaat guru memberikan penjelasan, menggambar hal yang tidak berkaitan dengan pembelajaran dibuku tulisnya. Untuk mengatasi hal itu guru selalu melakukan penertipan.
156
Berdasarkan pengamatan guru lakukan di kelas 2 yang diajar ternyata banyak siswa yang belum dapat membaca dengan baik dan benar. Dari 14 siswa peneliti, hanya 12 orang yang dapat membaca dengan baik, sedangkan 1 orang siswa peneliti dapat membaca tetapi masih tidak lancar dan 1 orang siswa peneliti tidak dapat membaca. Peneliti sudah pernah menyampaikan masalah ini kepada orang tua siswa, namun sangat di sayangkan hal itu tidak banyak membantu. Orang tua siswa juga merasa sulit menyuruh anak mereka belajar di rumah khususnya membaca, bahkan ada dua dari lima orang tua siswa yang tidak dapat membaca dan tidak dapat membantu anaknya untuk belajar membaca. Kondisi seperti ini cukup menghambat laju pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 2 SD Negeri 040474 Tigaserangkai. Rendahnya kemampuan siswa membaca dipengaruhi oleh faktor rendahnya minat belajar siswa. Di SD Negeri 040474 Tigaserangkai sudah terdapat perpustakaan yang cukup nyaman dan memiliki banyak buku, khususnya buku cerita. Namun ketersediaan fasilitas ini masih kurang dimanfaatkan oleh siswa. Siswa jarang meminjam buku pembelajaran maupun cerita ataupun meluangkan waktu untuk membaca di perpustakaan. Hal ini mengindikasikan bahwa minat membaca siswa SD Negeri 040474 Tigaserangkai masih rendah. Rendahnya aktivitas/ keaktifan siswa mengikuti KBM berdampak
buruk pada hasil belajar siswa. Berdasarkan hasil ulangan harian siswa pada bulan Agustus, rata-rata hanya 55% orang mendapat nilai di atas KKM bahasa Indonesia (67) yang di tetapkan di SD Negeri 040474 Tigaserangkai. Hal ini sangat mengecewakan peneliti sebagai guru kelas 2, hal ini menegaskan sebagai seorang guru peneliti belum mampu secara maksimal mengolah pembelajaran dan menyampaikan materi ajar kepada siswa. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif, dengan ciri-ciri sebagai berikut: (1) transformasi dan ketrampilan secara langsung; (2) pembelajaran berorientasi pada tujuan tertentu; (3) materi pembelajaran yang telah terstuktur; (4) lingkungan belajar yang telah terstruktur; dan (5) distruktur oleh guru. Guru berperan sebagai penyampai informasi, dan dalam hal ini guru seyogyanya menggunakan berbagai media yang sesuai, misalnya film, tape recorder, gambar, peragaan, dan sebaganya. Informasi yang disampaikan dapat berupa pengetahuan prosedural (yaitu pengetahuan tentang bagaimana melaksanakan sesuatu) atau pengetahuan deklaratif, (yaitu pengetahuan tentang sesuatu dapat berupa fakta, konsep, prinsip, atau generalisasi). Peneliti menyadari masalah di atas harus segera diselesaikan
157
mengingat membaca adalah hal yang harus dikuasai oleh siswa sedini mungkin karena tanpa bisa membaca akan sulit bagi siswa untuk dapat mengerti materi yang akan di ajarkan dan siswa tidak akan dapat mengerti soal yang diberikan padanya sebagai latihan. Oleh karena itu peneliti melakukan penelitian tindakan kelas dengan tujuan ingin meningkatkan kemampuan siswa dalam membaca.
METODOLOGI PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (Action Researh Classroom) karena penelitian ini bertujuan menganalisis atau memecahkan suatu masalah yang nyata dalam pendidikan. Halhal yang perlu dipersiapkan sebelum melakukan penelitian adalah instrumen untuk mengukur kemampuan membaca siswa, materi yang diajarkan, model/ metode yang digunakan. Dalam hal ini peneliti memilih menerapkan model pembelajaran Langsung yang kemudian membuat satuan pelajaran, rencana pelajaran dan perangkat pembelajaran (LKS, lembar observasi, media, buku siswa, dll). Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 040474 Tigaserangkai, di Desa Surbakti, Kecamatan Simpang Empat , dan waktu penyelenggaraan penelitian ini pada semester I (ganjil) mulai dari bulan September 2015 sampai dengan Desember 2015. Subjek penelitian tindakan kelas ini adalah siswa kelas II SD Negeri 040474 Tigaserangkai Tahun
Pembelajaran 2015/2016 yang berjumlah 14 orang siswa. Agar tidak terjadi salah persepsi terhadap variable-variabel yang digunakan, maka perlu didefinisikan hal-hal sebagai berikut: a. Model pembelajaran langsung adalah model pembelajaran yang menekankan pada penguasaan konsep dan/atau perubahan perilaku dengan mengutamakan pendekatan deduktif. b. Menurut Oemar Hamalik hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti (Munawar :2009) Siklus Penelitian Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilakukan dalam 2 siklus, sesuai dengan waktu yang telah direncanakan, yakni satu siklus 4 minggu dengan total 12 jam pelajaran setiap siklusnya. Pada saat pembelajaran Bahasa Indonesia maka dilakukan akan dilakukan kegiatan membaca. Bahan bacaan merupakan cerita bergambar seperti komik, cerpen yang memiliki gambar, dan puisi yeng memiliki gambar. Cerita bergambar merupakan media yang digunakan, sedangkan model pelajaran yang digunakan adalah Langsung yang mana guru akan memasangkan siswa yang lancar membaca dengan siswa yang kurang lancar membaca. Hal ini
158
diperuntukkan agar siswa yang kurang lancar membaca akan belajar dari siswa yang lancar membaca. Pada tiap putaran terdiri atas 4 tahap, yaitu : a. b. c. d.
Rancangan Kegiatan dan pengamatan Refleksi Revisi
Adapun putaran dari pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat digambarkan sebagai berikut : Silabus I Revisi
Reflek si I
Putaran 1 Kegiatan dan Pengamatan
Silabus II Revisi
Reflek si II
Putaran 2 Kegiatan dan Pengamata n
tan Gambar 1 : Alur Penelitian Tindakan Kelas (Tim PGSM, 1999) Berikut rincian kegiatan pada setiap tahapan adalah sebagai berikut:
Siklus I Tahap Perencanaan tindakan. Rencana kegiatan siklus I meliputi: a. Membuat RPP KBM 1 dan II, membuat intrumen untuk mengukur kemampuan membaca siswa dan soal tes hasil belajar siswa. b. Membuat skenario pembelajaran dengan menggunakan berbagai pola latihan yang disusun dari yang paling simpel ke yang lebih kompleks c. Membuat/ menyediakan alat bantu mengajar (media) yang bertujuan untuk meningkatkan kemampuan siswa. Pada Tahap Pelaksanaan Tindakan rancangan strategi dan skenario pembelajaran yang telah disusun pada perencanaan tindakan akan diterapkan dalam upaya meningkatkan kemampuan membaca siswa kelas II SD Negeri 040474 Tigaserangkai pada bidang studi Bahasa Indonesia dengan pemanfaatan media cerita bergambar dan penerapan model pembelajaran Langsung. Tindakan dilakukan oleh peneliti sendiri yang berlangsung di dalam kelas dengan berpedoman pada kurikulum, silabus mata pelajaran dan rencana pembelajaran. Selain itu juga peneliti berperan untuk memberikan stimulus dan motivasi kepada siswa dengan tujuan agar siswa lebih aktif dan kreatif dalam proses belajar mengajar.
159
Observasi (Pengamatan) a. Peneliti mengamati dan mencatat setiap kejadian yang muncul b. Kolaborator/observer mengamati serta mencatat kedalam lembar observasi aktivitas semua hal yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran. Refleksi Dari hasil pengamatan dan catatan-catatan yang ada selama kegiatan siklus I berlangsung diadakan evaluasi dan perbaikanperbaikan untuk masuk ke siklus berikutnya. Siklus II Pelaksanaan siklus II ini didasarkan pada hasil refleksi yang sudah dilakukan pada siklus I, mengulang tahapan-tahapan yang sudah tertera pada siklus I, sikulus II juga merupakan penyempurnaan dari kekurangan-kekurangan yang terdapat pada siklus I dengan tujuan untuk mendapatkan hasil yang jauh lebih sempurna. Instrumen Penelitian Alat pengumpul data dalam penelitian ini adalah tes pilihan berganda siswa yakni pedoman penilaian disusun oleh guru didasarkan pada aspek –aspek. Tes hasil belajar yakni soal cerita yang di barengi dengan soal di bawahnya. Jawaban soal tersurat di dalam cerita. Siswa harus membaca keseluruhan cerita baru siswa dapat menjawab soal. Dari jawaban yang diberikan
siswa kita dapat menilai apakah siswa benar-benar membaca dan mengerti isi cerita. Analisis Dan Refleksi a. Metode Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan tes kemampuan membaca siswa, untuk mengetahui sejauhmana tingkat kemampua siswa dalam membaca. Selain itu akan diberi tugas untuk melihat apakah siswa mengerjakan tugas yang diberikan guru dan apakah siswa mengerjakan tugasnya dengan benar dan nilainya memuaskan. Selain itu dilakukan juga tes hasil belajar siswa untuk melihat kemampuan siswa membaca dan memahami cerita. b. Metode Analisis Data Dalam penelitian ini analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif kualitatif. Data yang dianalisis ini adalah kemampuan menceritakan kembali siswa dan nilai tes belajar Bahasa Indonesia. Analisis data yang digunakan adalah sebagai berikut : a) Data hasil ketuntasan belajar siswa Secara individual, siswa telah tuntas belajar jika mencapai skor 70 % atau nilai 67 dengan perhitungan sebagai beriktu (Depdikbud, 1994) :
Skor Siswa
Skor yang diperoleh x 100% Skor maksimum
Suatu kelas dinyatakan tuntas belajar jika terdapat > 85% dari
160
jumlah siswa telah tuntas belajar dan mampu membaca dengan baik. Perhitungan untuk menyatakan ketuntasan belajar siswa secara klasikal : Ketuntasan klasikal
c.
jumlahsiswa yang tuntas x100% jumlahsiswa seluruhnya Ketentuan persentase ketuntasan belajar kelas
Ketuntasan belajar kelas
S K
b
100%
ΣSb = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 67 (kognitif) ΣK = Jumlah subjek penelitian Sebagai tolak ukur keberhasilan penelitian tindakan kelas ini dapat dilihat dari: hasil tes, jika hasil belajar siswa mencapai KKM secara individual dan 85% secara klasikal dan siswa yang dapat membaca di kelas ≥ 85% secara klasikal. Indikator Keberhasilan Indikator keberhasilan peneliti dalam penelitian ini adalah 85% siswa mendapat hasil belajar sama dengan atau di atas 67 pada kompetensi membaca. Selain itu penelitian dinyatakan berhasil jika 85% siswa dapat membaca dengan baik.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Setelah mengidentifikasi permasalahan pembelajaran selama peneliti menjadi guru kelas di kelas
Kelas 2 SDN 040474 Tigaserangkai. Penelitian tindakan dilakukan dengan menerapkan pembelajaran Langsung. Oleh karena itu, pemilihan pembelajaran langsung sebagai strategi pembelajaran akan sangat membantu siswa di dalam meyerap materi. Setelah melakukan Siklus I dan Siklus II, dan diperoleh data-data hasil belajar afektif dan kognitif siswa, maka data tersebut dapat disajikan dalam Tabel. Pengambilan data dilakukan empat kali pertemuan (4 RPP) dibagi menjadi dua Siklus. Pertemuan pertama dan pertemuan kedua disebut Siklus I, dan pertemuan ketiga dan pertemuan keempat disebut Siklus II. Sebelum melakukan kegiatan belajar mengajar maka dilakukan tes hasil belajar atau disebut Pretes. Analisis data menunjukan hasil pretes siswa ratarata adalah 22,0 hal ini menunjukan bahwa rata-rata siswa belum ada persiapan sebelum belajar di sekolah. Data Siklus I Pada tahap perencanaan ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari RPP 1 dan 2, LKS 1 dan LKS 2 serta soal tes formatif 1, dan alat-alat pengajaran dan media untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus I dilaksanakan pada hari Senin tanggal 12 Oktober 2015 pada pertemuan I dan Senin tanggal 19 Oktober 2015 pada pertemuan II di kelas 2 dengan
161
jumlah siswa 20 orang. Setelah siklus I dilaksanakan maka akan diadakan ujian formatif I. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran yang telah dipersiapkan. Pengamatan (observasi) afektif siswa dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Akhir Siklus I dilakukan tes hasil belajar atau disebut Formatif I, dengan data dapat dilihat Pada Tabel 4.1. Merujuk pada kesimpulan ini guru sebagai peneliti berusaha memperbaiki proses dan hasil belajar siswa melalui model pembelajaran Langsung. Hasil belajar yang diperoleh pada Siklus I selama dua pertemuan disajikan dalam Tabel berikut: Tabel 1. Distribusi Hasil Formatif I Nilai
Frekuensi
Tuntas Individu
20
2
-
40
2
-
60
2
-
Tuntas Kelas
Nilai ratarata
64 57,14%
80
6
6
100
2
2
Jlh
14
8
Pada Tabel 1 tersebut, nilai terendah Formatif I adalah 20 sebanyak 2 orang dan nilai tertinggi adalah 100 sebanyak 2 orang, dengan 6 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 57,14%. Dengan nilai KMM sebesar 67. Nilai
ini berada sedikit di bawah kriteria keberhasilan klasikal sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I kurang berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 64 belum tuntas KKM. Data hasil Formatif I ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut: 7
6
Frekuensi
6 5
Tuntas Kelas (%)
4 3
2
2
2
2
2 1
0
0
0
20
40
60
25%
10%
0 80
100
Gambar 2 Grafik data hasil Formatif I
Setelah guru selesai menyajikan materi pembelajaran, maka siswa disuruh untuk mengerjakan LKS. Siswa dengan teman sekelompoknya, peneliti memberikan instrument afektif siswa kepada pengamat. Untuk merekam afektif siswa, yang dilakukan oleh seorang pengamat sesuai dengan instruksi oleh peneliti. Pengamat melakukan pengamatan selama 4 kali atau Siklus I dan Siklus II. Hasil rekaman yang dilakukan oleh pengamat diserahkan kembali kepada peneliti. Hasil analisis rekaman afektif siswa dapat dilihat pada Tabel 2.
Tabel 2. Skor Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus I
162
No 1
Siklus I Afektif Skor Kejujuran 46
Proporsi 58%
2
Disiplin
39
49%
3
Tanggung Jawab Ketelitian
26
33%
26
33%
Kerjasama
30
38%
4 5
Refleksi Berdasarkan data Tabel 4.1 diperoleh bahwa rata-rata Formatif 64 pada Siklus I dengan persentase 57,14%. Hasil tersebut menunjukkan bahwa pada Siklus I secara klasikal siswa belum tuntas belajar, karena siswa yang memperoleh nilai ≥ 67 hanya sebesar 57,14% lebih kecil dari persentase ketuntasan yang dikehendaki yaitu sebesar 85%. Hal ini disebabkan karena siswa masih merasa baru dan belum mengerti apa yang dimaksudkan dan digunakan guru dengan menerapkan model pembelajaran Langsung. Belum tercapainya standar ketuntasan tersebut tidak terlepas dari rendahnya hasil belajar afektif siswa. Merujuk pada Tabel 4.2, pada Siklus I rata-rata afektif kejujuran memperoleh proporsi 58%, afektif disiplin mencapai 49%., afektif bertanggung jawab sebesar 33%, afektif ketelitian 33% dan afektif kerjasama sebesar 38%. Afektif bertanggung jawab dan ketelitian memiliki proporsi yang paling rendah. Hal ini berarti belum ada kesiapan kelompok yang presentase, sehingga ketika ada temannya yang bertanya tidak bisa dipertanggung
jawabkan. Pada proses pembelajaran masih ditemukan hal-hal yang perlu mendapatkan perhatian berkaitan dengan penelitian tindakan kelas yaitu : a. Kekompakan kerja kelompoknya masih kurang terlihat dari sikap kerjasama memiliki proporsi yang rendah (38%). b. Dalam menyelesaikan tugas kelompok masih terburu, terlihat dari rendahnya proporsi afektif ketelitian (33%). c. Belum pahamnya tentang alur presentase, sehingga ada jarang yang bertanya dan kalau adapun yang bertanya tidak bisa dijawab kelompok pemateri, itu terlihat kurangnya proporsi tanggungjawab (33%). d. Secara umum pembentukan kelompok masih kurang baik terlihat dari semangat kerja yang buruk dari dokumentasi penelitian. e. Siswa yang mengalami kesulitan membaca ada 1 dan 1 siswa sama sekali tidak mampu membaca dengan baik. f. Guru lebih dominan dalam penggunaan waktu belajar dikarenakan siswa sulit untuk tertib Revisi Dari paparan deskripsi penelitian tindakan kelas siklus I, maka di dalam refleksi diupayakan perbaikan untuk meningkatkan proses pembelajaran dan aktivitas belajar siswa pada Siklus II, beberapa
163
perbaikan pembelajaran dilakukan antara lain: a. Pada Siklus II setiap kelompok dipilih salah satu ketua kelompok yang bertugas untuk mengorganisir anggota kelompoknya dan untuk memimpin kelompoknya dalam bekerjasama. b. Tugas-tugas dikumpulkan dengan cara penagihan tiap individu ini untuk meningkatkan partisipasi dan kemampuan siswa dalam menyelesaikan tugas c. Dalam pembahasan materi ajar, guru menggunakan aturan seperti pada pertemuan sebelumnya, tetapi pada pembelajaran kali ini guru membenahi gaya mengajarnya seperti melakukan pendekatan kepada siswa yang kurang perhatian pada saat pelajaran berlangsung. d. Guru juga memberikan kata-kata pujian, semangat agar siswa menjadi lebih aktif dan menimbulkan rasa percaya diri siswa mengerjakan tugas di depan kelas. e. Dalam proses pembelajaran ini setiap siswa dilibatkan secara keseluruhan oleh guru. Para siswa harus memperhatikan guru saat memberikan penjelasan. Selain itu guru juga berkeliling memantau dan memberikan bimbingan kepada siswa yang mengalami kesulitan dalam menangkap inti pelajaran serta
yang mengalami kesulitan dalam mengerjakan soal. f. Guru memposisikan temat duduk bagi siswa yang lemah terhadap membaca agar duduk dibagian depan dan memudahkan guru dalam membimbingnya. Data Siklus II Melihat hasil evaluasi belajar siklus I dimana yang tuntas belajar 8 siswa dari 14 siswa (57,14%) sedangkan yang tidak tuntas 6 siswa (42,86%), maka sebelum penelitian lanjutan siklus II dilaksanakan, pada tanggal 26 Oktober 2015 peneliti melakukan refleksi hasil siklus 1. Refleksi ini bertujuan: a. Memecahkan masalah dan kendala-kendala pada siklus I, b. Membuat rancangan tindakan di siklus II, c. Melakukan evaluasi terpadu terhadap peningkatan hasil belajar ranah kognitif dan afektif. Pertemuan ini menghasilkan langkah-langkah sebagai berikut adalah: a. Melakukan persiapan dan menyusun pembuatan rancangan pengajaran yang lebih komprehensif pada siklus II. b. Penelitian tindakan kelas siklus II tetap membutuhkan kerjasama rumpun mengingat penelitian ini tidak dapat berjalan dengan baik tanpa adanya dukungan dan kerjasama dari anggota rumpun.
164
c. Persiapan media dan sumber belajar juga dilakukan di siklus II misalnya buku paket, visualisasi gambar dan lain-lain. Pada siklus II penelitian tindakan kelas tetap memakai observer (pengamat), maka dibuat juga format observasi untuk memudahkan pengamat melakukan penilaian dan refleksi. d. Pada tahap ini peneliti mempersiapkan perangkat pembelajaran yang terdiri dari rencana pelajaran 3 dan 4, LKS 3 dan 4, soal tes formatif II, dan alat-alat pembelajaran dan media yang lebih besar agar dapat dilihat dengan baik oleh siswa dari segala arah untuk mendukung kegiatan belajar mengajar. Pelaksanaan kegiatan belajar mengajar untuk siklus II dilaksanakan pertemuan ketiga pada Senin tanggal 2 November 2015 dan pertemuan keempat Hari Senin tanggal 9 November 2015 di kelas 2 dengan jumlah siswa 20 orang. Adapun proses belajar mengajar mengacu pada rencana pelajaran dengan memperhatikan revisi pada siklus I, sehingga kesalahan atau kekurangan pada siklus I tidak terulang lagi pada siklus II. Pengamatan (observasi) dilaksanakan bersamaan dengan pelaksanaan belajar mengajar. Data-data Formatif I dianalisis, sehingga mendapat suatu gambaran tentang keberhasilan siswa. Untuk
memperbaiki hasil belajar siswa, peneliti memberikan suatu gambaran hasil belajar siswa pada Formatif I sesama peneliti/guru kemudian didiskusikan untuk mengambil tindakan berikutnya pada Siklus II. Diskusi tersebut juga dilakukan terhadap pembimbing PTK agar pada tindakan berikutnya hasil belajar kognitif siswa semakin baik dan hasil belajar afektifnya juga lebih baik. Uraian di atas menyatakan bahwa pada Siklus I indikator keberhasilan belum tercapai karena terdapat 6 siswa yang belum tuntas nilainya. Oleh karena itu perlu adanya suatu tindakan pada Siklus II agar hasil belajar siswa dapat ditingkatkan dan mencapai indikator keberhasilan dengan ketuntasan klasikal mencapai maksimum. Tindakan yang diberikan berupa mengefisienkan waktu dengan cara peneliti memberikan LKS pada siswa terlebih dahulu sebelum pertemuan 3, dan menugaskan pada siswa agar mencatatnya di buku dengan harapan siswa sudah terlebih dahulu memahami langkah-langkah untuk melakukan observasi kelompok dan memberikan variasi-variasi penugasan yang bersifat memotivasi untuk melibatkan semua anggota kelompok. Akhir KBM ke empat dilakukan tes hasil belajar atau disebut Formatif II, datanya dapat dilihat Pada Tabel 3.
165
Tabel 3. Distribusi Hasil Formatif II
Nilai
Frekuensi
Tuntas Individu
20
-
-
40
-
-
60
2
-
80
5
5
100
7
7
Jlh
14
12
Tuntas Kelas
85,71%
Nilai ratarata
85
Merujuk pada Tabel 4.3, nilai terendah untuk Formatif II adalah 60 sebanyak 2 orang dan tertinggi adalah 100 sebanyak 7 orang. Dengan 2 orang mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 85,71%. Nilai ini berada di atas kriteria keberhasilan sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II berhasil memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 85. Data hasil Formatif II ini dapat disajikan kembali dalam grafik histogram sebagai berikut:
040474 Tigaserangkai yang paling dominan adalah afektif disiplin, kejujuran, kerjasama, tanggung jawab dan ketelitian. Jadi dapat dikatakan bahwa hasil belajar siswa dapat dikategorikan baik. Penskoran dilakukan dan dijabarkan dalam data berupa Tabel hasil belajar afektif oleh pengamat untuk Siklus II sebagai berikut: Tabel 4. Skor hasil belajar afektif siswa siklus II No. 1 2 3 4 5
Siklus II Afektif Skor Kejujuran 60 Disiplin 72 Tanggung jawab 47 Ketelitian 45 Kerjasama 48
Proporsi 75,00% 90,00% 58,75% 56,25% 60,00%
Data pada Tabel 4 dapat disajikan dalam bentuk diagram batang atau histogram sesuai Gambar 4. Grafik Afektif Siklus II
100%
80%
Data Hasil Formatif II 10 5
2 00
00
0
20
40
60
60% 40%
7 5 55.00 35.00 % %
0 80
100
Gambar .4.3 Grafik hasil Formatif II
Berdasarkan analisis data, diperoleh aktivitas siswa dalam proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas 2 SD Negeri
20% 0% Siklus II 75%
90%
59%
56%
60%
Gambar 4. Grafik Hasil Belajar Afektif Siswa Siklus II
Keterangan: 1. Kejujuran 2. Disiplin 3. Tanggung Jawab 4. Ketelitian 5. Kerjasama 166
Refleksi Hasil belajar siswa diakhir Siklus II telah mencapai ketuntasan klasikal 85,71%, yang berarti hampir seluruh siswa telah memperoleh nilai tuntas dengan 2 orang siswa yang belum mendapatkan nilai di atas KKM. Dengan demikian tindakan yang diberikan pada Siklus II telah berhasil memberikan perbaikan hasil belajar kogntif pada siswa. Hal ini dipengaruhi beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut: a. Siswa mulai terbiasa dengan bekerja secara kelompok. b. Keberanian siswa untuk berinteraksi berjalan dengan baik karena siswa sudah mulai terbiasa untuk bertanya dan menyampaikan pendapatnya kepada sesama teman lainnya dalam menyelesaikan masalah. c. Siswa mulai aktif dan tahu akan tugasnya sehingga tidak menggantungkan permasalahan yang dihadapi kepada teman dalam kelompoknya. Pada Siklus II, pelaksanaan pembelajaran Langsung, tindakan berupa menampilkan alat peraga dan pemberian penugasan yang memunculkan banyak afektif menjadi baik. Revisi Pelaksanaan Pada siklus II guru telah menerapkan model pembelajaran Langsung dengan baik dan dilihat dari afektif siswa serta hasil belajar kognitif siswa selama pelaksanaan proses belajar mengajar sudah
berjalan dengan baik. Maka tidak diperlukan revisi terlalu banyak, tetapi yang perlu diperhatikan untuk tindakan selanjutnya adalah memaksimalkan dan mempertahankan apa yang telah ada dengan tujuan agar pada pelaksanaan proses belajar mengajar selanjutnya penerapan pembelajaran Langsung dapat meningkatkan proses belajar mengajar sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Pembahasan Dari data hasil penelitian yang telah tersaji pada tabel 1, 2, 3, 4 tersebut dengan jelas diketahui bahwa hasil belajar afektif siswa dalam segala aspek pengamatan mengalami peningkatan yang sangat berarti dari siklus I ke siklus II. Penerapan model pembelajaran Langsung melalui tindakan guru yang berupa pembentukan kelompok belajar secara acak terstruktur ditambah dengan pemberian dan penyematan tanda nomor identifikasi selama proses belajar untuk memudahkan observasi dan penilaian sepertinya cukup ampuh untuk menggugah motivasi dan gairah belajar siswa. Siswa seolah menjadi sangat terkesan dengan penciptaan suasana belajar dan proses penilaian yang tampak serius dan resmi dari guru. Mereka berusaha untuk tampil sebaik mungkin dalam rangka mendapat penilaian yang terbaik dari guru selama proses pembelajaran. Apalagi setelah mereka mengetahui
167
tentang aturan main dalam penilaian proses maupun penilaian hasil. Merujuk pada Tabel 4.1, nilai terendah formatif I adalah 20 dan tertinggi adalah 100. Merujuk pada KKM sebesar 67 maka 8 dari 14 orang siswa mendapat nilai dibawah kriteria ketuntasan atau ketuntasan klasikal tercapai sebesar 57,14%. Nilai ini berada di bawah kriteria ketuntasan klasikal sebesar 85% sehingga dapat dikatakan KBM Siklus I gagal memberi ketuntasan belajar dalam kelas. Nilai rata-rata kelas adalah 64. Dengan demikian maka peneliti berusaha melakukan tindakan perbaikan dalam melaksanakan pembelajaran Siklus II yang dirasa perlu. Merujuk pada Tabel 4.3, nilai terendah untuk formatif II adalah 60 dan tertinggi adalah 100 dengan 2 orang siswa mendapat nilai dibawah KKM atau ketuntasan klasikal adalah sebesar 85,71%. Nilai ini berada di atas 85% sehingga dapat dikatakan KBM Siklus II telah berhasil memberi ketuntasan belajar pada siswa dalam kelas. Dengan demikian pembelajaran menggunakan model Langsung memberikan ketuntasan belajar Bahasa Indonesia siswa pada Siklus II. Pembelajaran Langsung selain meningkatkan hasil belajar kognitif siswa ternyata juga telah mampu meningkatkan hasil belajar afektif siswa. Hal ini terlihat bahwa data hasil belajar afektif siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain: kejujuran (58%), disiplin (49% ), tanggung jawab (33%),
ketelitian (33%), dan kerjasama (38%) sedangkan data hasil belajar afektif siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain: kejujuran (75%), disiplin (85,71% ), tanggung jawab (59%), ketelitian (56%), dan kerjasama (60%). Hasil belajar afektif yang paling signifikan perkembangannya adalah kedisiplinan siswa, hal ini disebabkan guru memantau setiap jalannya diskusi kelompok dan di awal pembelajaran guru memotivasi siswa bahwa betapa pentingnya sikap disiplin itu dalam kehipuan seharihari. Hasil belajar yang paling minim peningkatannya adalah ketelitian, hal ini disebabkan waktu yang dberikan guru dalam menjawab soal relative singkat, sehingga siswa kurang teliti dalam memeriksa kembali jawaban karena waktunya terbatas. Dari peningkatan hasil belajar afektif siswa Dengan yang dirumuskan dalam penelitian ini terbukti dapat diterima kebenarannya secara sah dan meyakinkan. Penerapan model pembelajaran Langsung pada pembelajaran bahasa Indonesia terbukti dapat meningkatkan hasil belajar siswa Kelas 2 SD Negeri 040474 Tigaserangkai T.P. 2015/2016. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Data-data tes hasil belajar bahasa Indonesia siswa kelas 2 SD Negeri 040474 Tigaserangkai dengan penerapan model pembelajaran
168
Langsung dapat disimpulkan sesuai dengan rumusan masalah. a. Hasil belajar kognitif siswa dengan menerapkan model pembelajaran Langsung pada Formatif I menunjukkan 8 orang siswa tuntas secara individu, sedangkan kelas tidak tuntas 6 orang. Pada Siklus II, tuntas secara individu sebanyak 12 orang siswa, sedangkan kelas dengan ketuntasan klasikal sebesar 57,14% pada siklus I dan 85,71% pada Siklus II. b. Data hasil belajar afektif siswa menurut pengamatan pengamat pada Siklus I antara lain: kejujuran (58%), Disiplin (49%), Tanggung jawab (33%), Ketelitian (33%), dan Kerjasama (38%). Dan Data hasil belajar afektif siswa menurut pengamatan pada Siklus II antara lain: kejujuran (75%), Disiplin (85,71% ), Tanggung jawab (59%), Ketelitian (56%), dan Kerjasama (60%). Dengan demikian maka tindakan guru dalam menerapkan model pembelajaran Langsung pada pelajaran bahasa Indonesia di sini telah berhasil mencapai tujuan yang diinginkan. Saran Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, maka ada beberapa saran yang diajukan yaitu: a. Diharapkan bagi guru memperhatikan pengetahuan awal, bakat dan kecerdasan yang
dimiliki siswa sebelum pembelajaran diberikan. b. Kepada siswa; mereka para siswa hendaknya lebih meningkatkan kerjasamanya dalam kegiatan pembelajaran, terutama dalam mengerjakan tugas-tugas kelompok yang diberikan oleh guru. c. Untuk melaksanakan model pembelajaran Langsung memerlukan persiapan yang cukup matang, sehingga guru harus mampu menentukan atau memilih topik yang benar-benar bisa diterapkan dengan model pembelajaran Langsung dalam proses belajar mengajar sehingga diperoleh hasil yang optimal. d. Dalam rangka meningkatkan hasil belajar afektif siswa, guru hendaknya lebih sering melatih siswa dengan berbagai metode pembelajaran, walau dalam taraf yang sederhana, dimana siswa nantinya dapat menemukan pengetahuan baru, memperoleh konsep dan keterampilan, sehingga siswa berhasil atau mampu memecahkan masalahmasalah yang dihadapinya. DAFTAR RUJUKAN Abdurrahman, M. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Jipta. Aqib, Zainal. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Bandung: Yrama Widya. Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan
169
Praktik. Jakarta PT. Rineksa Cipta. Dimyati, dan Mudjiono. 2006. Belajar dan pembelajaran, Jakarta: Rineka cipta. Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zain. 2006. Startegi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta. Joyce, Wheil, dan Calhoun. 2010. Model’s of Teaching (Model– Model Pengajaran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. S.Sadiman. A, dkk. 2005. Media Pendidikan Pengertian, pengembangan, dan pemanfaatannya. Jakarta: Pt. Raja grafindo Persada. Sagala, S. 2009. Konsep Dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Sanjaya, W. 2008. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Bandung: Kencana Prenada Media Group. Slameto. 2003. Belajar dan FaktorFaktor Yang Mempengaruhinya, Jakarta: Penerbit Rineka Cipta. Slavin, R.E. 2005. Cooperative Learning Teori, Riset dan Praktik. Bandung : Nusa Media. Sudjana. 2002. Metode Statistik. Bandung: Tarsito. Trianto. 2007. Model-model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik, Jakarta: Prestasi Pustaka Publisher.
170