KARENA KASIH Sebuah fragmen berdasarkan perumpamaan ‘Anak Yang Hilang’ Para Lakon: 1. Bapak 2. Sulung 3. Peternak 4. Bungsu
: .................... : .................... : .................... : ....................
Adegan 1. Seorang bapak setengah baya nampak sedang berbincang-bincang dengan anak sulungnya, seorang pemuda berusia sekitar 25. 001. Bapak
: (Menarik napas panjang) Hhhhh.... Bapak tidak tahu... musibah apa yang menimpa adikmu Joko... kenapa dia tak kunjung kembali... sudah lima tahun dia pergi... jangankan kembali... kabarpun tak ada... Bapak mempunyai firasat buruk.....
002. Andi
: Ah, Bapak... setiap hari itu-itu saja yang dipikirkan... sudahlah Pak, Bapak jangan memikirkan yang tidak-tidak....
003. Bapak
:Tidak-tidak bagaimana, Andi? Sebagai seorang ayah... Bapak tentu merasa kuatir dengan keselamatan adikmu itu....
004. Andi
: Bapak... bukankah Joko telah menerima separuh harta warisan dari Bapak, mengapa pula Bapak masih mengkuatirkannya... Dengan uang sebanyak itu, ia tentu tidak akan jatuh miskin, apalagi sampai mati kelaparan...
005. Bapak
: Andi! Mengapa engkau begitu tega berbicara seperti itu terhadap adikmu?!
006. Andi
: Tega? Apakah dia juga tidak tega, waktu meminta warisan dari Bapak, sementara Bapak masih hidup dan masih segar bugar.... lalu pergi begitu saja setelah mengambil separuh warisan dari Bapak?
007. Bapak
: Itu sudah menjadi haknya Andi, Bapak telah memberikannya dengan ikhlas dan kau pun akan menerima bagian yang sama kelak...
008. Andi
: Tapi aku tetap tidak setuju dengan caranya itu... seharusnya ia dapat menunggu dengan sabar.... bahkan akupun tidak dimintainya pendapat...
009. Bapak
: Sudahlah Andi, kita tidak perlu memperdebatkan soal ini lagi... Yang perlu kita lakukan sekarang adalah mencari tahu, apa yang telah terjadi dengan Joko adikmu itu....
010. Andi
: Ah, Bapak... Bapak selalu saja membela Joko, padahal sudah jelas-jelas ia bersalah terhadap Bapak... sedangkan aku....
011. Bapak
: Andi... Bapak tidak bermaksud membela adikmu Joko, Bapak hanya kuatir dengan keselamatannya...
012. Andi
: Bapak pilih kasih...
013. Bapak
: Andi... mengapa kau berkata begitu...? Bapak menyayangimu sama seperti Bapak menyayangi Joko, kalian sama-sama anakku, tidak alasan bagiku untuk pilih kasih...
014. Andi
: Setiap kali Bapak selalu membela Joko, seakan-akan ia telah melakukan hal yang baik.... sedangkan aku... belum pernah Bapak memuji aku...
015. Bapak
: Andi... semua ini Bapak lakukan bukan karena Bapak lebih mengasihi Joko daripada kamu.... tapi semata-mata karena Bapak rindu pada adikmu itu...
016. Andi
: Seharusnya Bapak sudah menganggap Joko itu tidak ada, karena ia telah berbuat kurang ajar pada Bapak.... tapi... ini Bapak malah membelanya...
017. Bapak
: Andi, Andi... mengapa kau berpikir picik seperti itu.... aku....
018. Andi
: Sudahlah... aku mau memberi makan ternak-ternak dulu.... setelah itu aku akan pergi ke ladang untuk membersihkan semak-semak yang mulai tumbuh.... (OUT).
019. Bapak
: Andi, Andi... tidak seharusnya kamu bersikap seperti itu terhadap adikmu... hhhh.... Joko... tidak tahukah engkau nak, betapa rindunya hati Bapak ingin bertemu denganmu.... apa yang telah terjadi denganmu, nak? Pulanglah, anakku... Bapak betul-betul rindu ingin bertemu.... (OUT).
Adegan 2. Seorang pria yang berprawakan agak gemuk sedang membersihkan kandang binatang. Tampaknya ia adalah seorang peternak. Dari sebelah kanan panggung muncul seorang pemuda berusia 20-an dengan pakaian compang-camping, kelihatannya seperti seorang pengemis.
020. Bungsu : Pak... kasihani saya, Pak.... sudah tiga hari tidak makan nasi.... cuma ubi... itu juga pemberin orang.... kasihani saya, Pak.... 021. Peternak : (Mengamati bungsu dengan seksama) Hei, anak muda, mengapa pula kamu menjadi peminta-minta, sedang tubuhmu masih kuat begini? 022. Bungsu : Saya tidak punya pekerjaan, Pak... tidak ada yang mau memberi pekerjaan pada saya... saya malah diusir di mana-mana... mereka bilang sedang krismon..... 023. Peternak : Ooooo... lalu maksud kamu ke mari, mau apa? 024. Bungsu : Lho, tadi kan saya sudah bilang....? 025. Peternak : Bilang apa? Tadi kan saya lagi sibuk kerja, mana saya perhatikan, kamu bilang apa.... 026. Bungsu : Saya minta dikasihani Pak... perut saya lapar... sudah tiga hari tidak makan nasi.... 027. Peternak : Kamu baru tiga hari... saya sudah seminggu tidak makan nasi... cuma makan roti saja.... 028. Bungsu : Uh, Bapak... pakai bercanda lagi... Bapak ini mau kasih apa nggak sih?! 029. Peternak : Lho, kamu ini mau minta apa mau maksa? 030. Bungsu : O..iya... maaf, Pak... habis.. perut saya sudah tidak tahan lagi....sudah mau pingsan rasanya.... 031. Peternak : (SAMBIL MENERUSKAN KERJA) Oh.... begitu toh??!! Nama kamu siapa? 032. Bungsu : Joko, pak!! 033. Peternak : Apa? Joko? Kamu kenal sama A Cong? 034. Bungsu : A Cong temannya Sitorus? 035. Peternak : Ya.. ya.. betul sekali, kamu kenal sama mereka? 036. Bungsu : Mereka itu teman-teman saya waktu masih kecil di kampung.... 037. Peternak : Ohoo... bagus... bagus kalau begitu, A Cong itu masih keponakan saya... kamu betul temannya? 038. Bungsu : Betul, pak... jadi... jadi... boleh saya minta sedikit nasinya, pak...
039. Peternak : Oho! Jangan kuatir... jangan kuatir... kamu boleh tinggal di kandang babi ini bersama-sama dengan babi saya. Besok... kamu akan saya kasih sedikit makanan.... Tapi, ngomong-ngomong, kalau tidur jangan ngorok ya! Itu sangat mengganggu babi-babi yang mau tidur.... ha ha ha.... (SAMBIL OUT). 040. Bungsu : Pak, pak, mana nasinya.... saya sudah tidak kuat lagi.... 041. Peternak : Tunggu saja besok... kamu pasti mendapatkannya... ha ha ha ha.... (OUT). 042. Bungsu : Oh... perutku... perutku.... BUNGSU MELIHAT TEMPAT MAKANAN TERNAK DAN MEMAKAN ISINYA. 043. Bungsu : Oh... mengapa aku telah memaksa Bapak memberikan warisan padaku dan meninggalkan rumah? Aku mempunyai rumah yang bagus... Aku mempunyai orangtua yang baik dan sayang padaku.... Kakak yang mengasihiku... aku telah mengecewakan mereka... aku telah bersalah... aku menyesal..... Di rumah Bapaku berlimpah-limpah makanan, sedang di sini aku mati kelaparan.... Oh... matahari telah terbit... aku akan pulang ke rumah... mungkin aku boleh bekerja di kandang babi milik Bapa.... (OUT). Adegan 3. Bapak sedang berdiri merenung. Tiba-tiba muncul seorang pemuda dengan pakaian compang-camping menghampiri Bapak dan jatuh berlutut di kaki Bapak. 044. Bungsu : Bapak... bapak... ampunilah aku... aku telah mendukakan hati Bapak... 045. Bapak
: Oh... engkaukah Joko? Engkaukah Joko anakku?
046. Bungsu : Betul, Bapak... aku Joko... aku telah berdosa pada Bapak... aku tidak layak lagi disebut anak Bapa, karena aku telah menghamburkan uang harta warisan dari Bapak..... 047. Bapak
: (Membangunkan Joko) Mamat....!!!
048. Mamat
: (Hanya suara saja) Yaaaa... Tuaann....!!!!
049. Bapak
: Anakku Joko telah kembali. Lekas bawa ke mari jubah yang terbaik, pakaikanlah itu kepadanya. Dan ambillah anak babi yang tambun untuk disembelih. Marilah kita makan dan bersukacita....!!!!!
050. Mamat
: (Hanya suara) Baik... Tuaannnn!!!!!!
051. Sulung
: (Muncul tergesa-gesa) Apa yang terjadi?
052. Bapak
: Adikmu telah kembali dan Bapak telah menyembelih anak babi tambun untuk merayakannya karena adikmu kembali dalam keadaan sehat....
Sulung marah dan hendak pergi, Bapak menghalanginya. 053. Bapak
: Adikmu telah kembali dengan selamat. Adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.
054. Sulung
: Telah bertahun-tahun aku melayani Bapa, dan belum pernah aku melanggar perintah Bapa, tetapi kepadaku belum pernah Bapa memberikan seekor ayampun untuk bersukacita dengan sahabatsahabatku....
055. Bapak
: Adikmu hampir mati kelaparan....
056. Sulung
: Itulah akibatnya, karena telah memboroskan harta kekayaan Bapa. Tetapi kenapa Bapa menyembelih anak babi tambun untuk dia?
057. Bapak
: Akan ada sukacita di surga karena satu orang berdosa bertobat.
058. Sulung
: Dia telah mempunyai kesalahan besar terhadap Bapa, kenapa Bapa masih mau mengampuninya dengan sukacita?
059. Bapak
: Anakku, engkau selalu bersama-sama dengan aku, dan segala kepunyaanku adalah kepunyaanmu... Kita patut bersukacita karena adikmu telah mati dan hidup kembali, ia telah hilang dan didapat kembali.... Ayo... marilah kita merayakannya.... (OUT).
SELESAI