Karangasem.doc 1

KabarAmed Dari Pewarta Warga Purwakerthi

Januari 2016

©Mutsumi Fujioka/LMN-CORAL-YRCI/ Karangasem.doc 1

Sekapur Sirih Kawasan pariwisata Amed sudah dikenal sejak lama seiring dengan berkembang nya pariwisata bahari di Bali di era tahun 80an, dan sekarang sudah menjadi seperti “desa internasional” dimana orang asing yang dijumpai disana bukan hanya wisatawan tapi juga penduduk sementara dengan berbagai kepentingan. Hal ini tentu akan menjadi positif bila sinergi antar pihak dapat dilakukan untuk memecahkan berbagai masalah yang ada, dari masalah sampah hingga tata ruang. Apalagi kawasan Amed dipilih sebagai salah satu dari 11 kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) di Bali (minus KSPN Besakih Gunung Agung yang sudah direkomendasikan untuk dikeluarkan dari daftar KSPN di Bali). Dalam konteks lokal, kawasan Amed juga diusulkan untuk menjadi bagian dari kawasan konservasi perairan (KKP) Karangasem, sehingga semakin besar tantangan ke depan untuk membangun Amed menjadi kawasan pariwisata berbasis konservasi sehingga dapat dijamin keberlanjutan manfaat ekonomi dan ekologi yang diberikan oleh sumber daya alam yang tersedia. Program Jurnalisme Warga di Amed, yang merupakan kerjasama antara Conservation International Indonesia dengan Sloka Institute dan Lensa Masyarakat Nusantara, merupakan sebuah program yang dimaksudkan untuk memberikan kapasitas yang cukup untuk anggota masyarakat khususnya generasi muda dan tokoh masyarakat dalam mengangkat berbagai informasi dan cerita ke dalam berbagai bentuk media baik cetak maupun elektronik (media sosial). Sehingga diharapkan akan tumbuh partisipasi yang kuat dari berbagai elemen masyarakat dalam memecahkan berbagai persoalan yang ada dan merancang masa depan Amed. Semoga “Kabar Amed” menjadi perekat warga dalam era keterbukaan informasi dan nantinya dapat dikelola secara mandiri oleh warga bersama pemerintah desa dan pemerintah Kabupaten Karangasem. Salam, I Made Iwan Dewantama Manajer Program Jejaring KKP Bali, CI Indonesia

Daftar isi Sekapur Sirih .............................. 2 Jurnalisme Warga Amed ............. 3 Potensi Wisata Pedesaan............ 4 Obyek Wisata TIrta Jemeluk ....... 5 Simantri Banjar Babakan ............ 7 Tantangan Sampah Desa ............ 9 Sampah di Purwakerthi ............. 10 Jalan Purwakerthi Rusak ........... 13 Runtuhnya Garam Amed ........... 14 Anak- Anak Penjual Garam ....... 15 Sisa karang & Aturan ................ 19 Galeri Foto .......................... 20 - 24 2

Tim Pewarta Warga Amed Ni Nengah Suciani Ni Komang Tirta Novitanti I Komang Budiasa Tangkas Made Suteja I Wayan Susanto I Komang Anas Murdana Wayan Mertayani Made Mertha Nengah Suanda Nengah Polos Komang Pande Nuarta Suara Sri Sedana Nengah Sutarma Alek Nengah Sulandra

“Mengenalkan Amed Melalui Internet”

Oleh Just Aleks

3

Potensi Wisata Pedesaan Selain aktivitas wisata di daerah pesisir, Amed juga memiliki potensi wisata pedesaan yang selama ini belum digarap secara optimal. Atraksi traking melihat kehidupan masyarakat pedesaan, melihat pemandangan desa, pemandangan air terjun, dan laut dari ketinggian bukit adalah potensi yang masih terpendam karena infrastruktur pendukung seperti jalan, dan lain-lain masih sangat minim dan harapannya kedepan supaya perbaikan infrastruktur jalan ini dan juga infrastruktur dijalan utama pusat wisata dan juga jalan-jalan menuju daerah pedesaan bisa menjadi menjadi prioritas pembangunan desa.

4

©Ery Ana/LMN-CORAL-YRCI/ Karangasem.doc

Objek Wisata Tirta Jemeluk Mangkrak, Jadi Tempat Pacaran Oleh Ni Komang Tirta Novi Yanti

Membuat Anyaman dari Daun Lontar

©Komang Sumadiaya/LMN-CORAL-YRCI/Karangasem.doc .doc

Making Webbing from Papyrus A granny is making a webbing made from papyrus that will be used in a religious ceremony. Other than using it for herself, it could be sold for 500 rupiah per sheet. If there a lot of them, a collector at the village will take it to be sold at the market. The time needed to make a webbing is around 5 until 10 minutes for those who are already expert.

6

Produk Simantri Banjar Babakan, Purwa Kerthi Sulit Dipasarkan Oleh Nengah Sutarma

7

©Mutsumi Fujioka/LMN-CORAL-YRCI/Karangasem.doc

Masalah Sampah Plastik

Plastic Waste Issue Waste becomes a serious issue everywhere, especially at the coastal area. Because all the waste that comes from the upstream will end up at the coast or at the beach. Amed as a tourism destination where people gain economic benefits from the tourism activities should address the issue collectively, because a tourism attraction could not maintain its attraction if we do not pay attention on the aesthetic aspect of our environment. Wastes that are mostly found at the coast are plastic waste and used cloth that could come from a ceremony or other sources. What makes it worst is that this type of waste is very difficult to get degraded. Raining season brings more waste to the sea. As seen on the picture where fiches are swimming among plastic waste and this could disturb underwater tourism activities.Diving guide personnels are also helping to clean the ocean from waste, and sometimes together with tourists who would like to help willingly. It is actually the responsibility of 8 everyone to do a real action to solve this problem continuously.

Tantangan Sampah Desa Purwakerthi Oleh I Wayan Sulandra

Foto oleh Tangkas Suteja

9

Sampah di Purwakerthi: Sisi Lain Kawasan Wisata Penyelaman Terkenal Oleh Tangkas Suteja Keranjang-keranjang sampah berjejer di pinggir jalan Desa Purwakerthi menunggu untuk diangkut. Pengangkutannya tiap tiga hari sekali, dengan pembayarannya sebulan sebesar Rp 10.00. Banyak juga warga yang menumpuk sampahnya di selokan di pinggir jalan. Berakibat tersumbatnya saluran irigasi lahan-lahan pertanian, dan pada musim penghujan menyebabkan banjir.

Pengendara motor melintasi tumpukan sampah di pinggiran Jalan, di ruas jalan Desa Purwakerthi, Amed

Mununggu untuk “dijemput” sampahsampah tersebut hanya ditumpuk di pingiran jalan Desa Purwakata yang digaji oleh Pihak Desa.

Di Balik Glamour Pariwisata Amed Dipandang secara global, Amed sangat terkenal dengan daya tarik wisata selam dan lautnya. Meningkatnya kedatangan turis di Amed sejalan dengan itu taraf ekonomi masyarakat otomatis sudah meningkat. Salah satunya dirasakan oleh I Wayan Sukadana, warga Banjar Dinas Lebah, Desa Purwakerthi. Sukadana tak segan mengatakan pendapatannya mencapai 5 sampai 10 juta per hari. Masyarakat Desa Purwa Kerthi tidak hanya hanya berprofesi atau bekerja di bidang pariwisata. Terdapat masyarakat yang berkerja sebagai petani, nelayan, peternak dan buruh bangunan. Peningkatan wisatawan tidak dibarengi dengan pemeratan hasil-hasil pariwisata ke sektor yang lain. Hal lain yang juga meningkatkan perbedaan tersebut adalah rendahnya tingkat pendidikan masyarakat lokal. Sehingga tidak mampu mengikuti tren wisata yang notabene berbahasa inggris.

10

Oleh Ni Luh Sridanti

Pedagang sate serapah di dekat Pantai Amed dikempung sampah.

Sampah berserakan di kawasan Wisata Tirta Jemeluk, Amed.

Sampah menumpuk di selokan, tidak ada perhatian dari warga setempat. Sampah biasanya hanya dibakar saja.

Salah satunya I Nyoman Gejer. Pria berusia 50 tahun yang sehari-hari berprofesi sebagai petani. Minggu siang, 13 September 2015, saya menemui Nyoman Gejer di rumahnya, lingkungan Banjar Dinas Lebah, Desa Purwa Kerthi. Keadaan rumahnya sangat berantakan. “Bape dapat uang darimana?” Saya memberanikan diri untuk bertanya mengenai pendapatannya sebagai petani. “Saya tidak punya penghasilan, saya sudah tua dan tidak mampu bekerja. Hanya punya uang ketika ternak saya laku dijual,” Ungkap Nyoman Gejer yang juga memelihara ternak di dekat rumahnya. Keadaan seperti ini sudah berlangsung sekian tahun. Di saat pariwisata semakin maju, di saat itu juga para petani, nelayan dan buruh keadaannya semakin terpuruk. Menurut I Nengah Suanda, Kelian Banjar Lebah memang jumlah penduduk miskin di Desa Purwakerthi sangat banyak. “Jumlah penduduk yang masuk Keluarga Ekonomi Miskin (KEM) berkisar 500 keluarga dari 1.500 keluarga,” ujarnya. Jumlah yang sangat fantastis untuk Kawasan pariwisata yang dikenal secara internasional.

11

Banjir


Flood This is what happen when the water coming from the upstream mixed with sea water.The sea water turns brownish, it gives a bad impacts to the sea ecosystem. Mud and garbage that are brought to the sea are difficult to clean and they are damaging the coral and kills the fish. When the flood happens, the transportation line in this location is unaccessible, the fishermen cannot shail because the boat parking area is also flooded. The vilagers do expect assistance from the government and all parties to address garbage and flood problems, increasing the awareness of the people about the danger of littering, construction of water sewage system that could holds garbade and mud and materials brought by water from the upstream to the sea.

12

Ruas Jalan Purwakerthi 80% Rusak Oleh Nengah Polos

Mobil wisata berhati-hati melewati areal jalan yang rusak di jalan utama Amed-Jemeluk, di Dusun Lebah.

Aspal di jalan menuju pantai Amed nampak lepas dan dapat menyebankan kendaraan yang melintas tergelincir

Sebuah mobil melintas di jalan Amed-Jemeluk, tepatnya di Dusun Lebah Desa PUrwakerthi. Nampak jalan yang berlubang tak kunjung diperbaiki (13/9)

Pengendara nampak perlahan melewati areal Jalan Amed-Jemeluk di dusun Lebah. Masyarakat telah lama meminta dibangun sebuah jembatan untuk aliran sungai periodik tersebut.

http://www.rideitright.org/

13

Runtuhnya Kejayaan Garam Amed Oleh Nengah Suanda

14

Anak-anak Penjual Garam di Amed Oleh Ni Wayan Mertayani

Anak-Anak Penjual Garam di Amed: Berjualan, Belajar, dan Bermain Amed, merupakan salah satu destinasi wisata selam terkenal di Kabupaten Karangasem, Bali. Sebagai daerah tujuan wisata Amed menyimpan potensi lainnya, Garam Amed. Garam kualitas terbaik dapat ditemukan dijajakan di sepanjang jalan Desa Purwakerthi, Abang. Garam tersebut dijajakan oleh anak-anak usia 10-16, sepulang sekolah hingga sore. disela-sela berdagang mengisi waktunya dengan belajar dan bermain.

Losok atau tempat garam yang sudah dipercantik dengan manik-manik yang dibuat oleh anak-anak Amed

16

Sepulang sekolah, Komang Ayu membuat tempat garam yang akan dijualnya


Ocean is one of the places being sacred by the Balinese Hindu. A lot of important rituals such as Ngaben, Melasti, Melukat and other ceremonies that should be ended at the sea. The challenges now is on the waste as the result of the ceremonies that is oftenly forgotten to be cleaned and they are sitting on the shoreline and when the tides come, the waste carried away to the sea.

17

©Nengah Polos/LMN-CORAL-YRCI/ Karangasem.doc

Hasil tangkapan Ikan

Fish Catches Fishermen usually have the transaction for their catches in the morning or in the afternoon to dusk. This is matched with fishermen’s arrival from the sea. Fish sale price that has already been negotiated is paid after the suppliers sold the fish. The income is am equal share of profit between fishermen and suppliers who sells the fish to the markets or directly to the consumers. It shows a reciprocal cycle between the suppliers and fishermen. The good relationship and thrustworthiness between sippliers to the fishermen could be seen from their trust to the fishermen’s count on fish amount, and the fishermen believes the suppliers on the profits they get from selling the fish. Transaction between the fishermen and suppliers is witnessed by head of the group as the representative from all groups working together in the process.

18

Wisatawan menikmati pijat. Dapat dilihat sisa kerusakan karang di sepanjang Amed dan Jemeluk

Aturan standar penyelaman untuk penyelam pemula dan wisatawan di Kawasan Wisata Amed

Sisa Karang dan Aturan Penyelaman di Amed Oleh Suci

Pecahan karang berbagai macam warna

Wisatawan telah selesai menikmati pemandangan bawah laut Jemeluk

19


20

One of the interesting diving site in Jemeluk is Pyramid diving site. At the depth of 5 meters, this diving sites are mostly sand without coral. But in the depth of 20 meters, there are a lot of coral reefs, one of its type is hard coral. At the depth of 20 meters we could also found “Triggerfish”. The biota around Pyramid diving site are varied because this is one of the conservation sites. Other example is sea turtle and Pigmy Seahorse that beautify this site. There are alot of concretes and used tires and artificial reef as the donation from so many parties put at this location. At this moment, there have been a lot of new coral reefs grow on the concretes and used tires that become an attraction for fish to nest.


21

Japanese Shipwreck Dive Site


Japanese Shipwreck Diving Site Japanese shipwreck is one of the diving sites located in Amed considered to be a historical witness to what happen in Karangasem. There is a small Japanese shipwreck at this location. It is still in good condition, even we could still see the toilet inside of this shipwreck. This Japanese shipwreck could be seen only from a snorkeling activity because it only lies at the depth of 3 until 7 meters below surface. Other than the beauty of this shipwreck, there are soft coral and hard coral around this Japanese shipwreck diving site which is located at 5 meters below surface. It seems that one thing complement the others that they create marvelously beautiful underwater scenery. 22

©Nyoman Getas/LMN-CORAL-YRCI/Karangasem.doc

When they are sailing, resource person found the beauty of the sea that is the scenery view of Amed coast with Mount Agung, Mount Batur, and Mount Rinjani as the background, and it was an extraordinary beauty that couldnot be found at the beach. Hopefully these pictures could be a promotional tool that Amed is not merely a snorkeling spot, diving site, or enjoying its beautiful beach, but from the middle of the ocean using fishermen’s traditional boat, the tourists could enjoy this beauty. This type of activities could be the new source of living for the people in Amed and help their economy.

23

©Mutsumi Fujioka/LMN-CORAL-YRCI/ Karangasem.doc

Dive Site Kotak Post

24

Marine Post Office Box Diving Site Marine post office box and also three other statues around the Post Office Box diving site is one of the attractions in this Jemeluk bay. Snorkeling activity that pleases the eye, and diving activity that could be done from the Jemeluk shoreline makes this diving site oftenly visited by divers and snorkeling enthusiast. Hard coral that could be easily found around this site that is also home for fish makes it abbundant with fishes. Coral reef at the shallow water looks in better condition compored to those at the deeper location. Several coral reefs at the deeper location are broken, but there are still few fishes around. This diving site is one of the busiest site because there a lot of boats on top of it. The existance of the boats using big anchor give bad impacts to the corals underneath. There are several big anchors that were made as a permanent base for boats, but due to strong stream they shifted from original location, they hit and destroyed the coral around them. Other than marine box office, there are other statues being drowned at the Jemeluk Bay-Amed, such as Apsara statue, Mermaid statue, Hanuman statues, Barong status and the newest one is Bola Dunia statue. It takes time for the statues to crumble under the sea. So it could be used as one of the media to place the new corals in order to fix the ecosystem under the sea and very much influencing the diving tourism growth in Amed where the tourists could see not only the beautiful corals, but they could also see the beautiful shapes of statues being drowned in this underwater gallery Jemuluk Amed.

PosterKampanyeWarga

Karya: Sulandra

Karya: Suanda

25

Kenyem

26

Conservation International Indonesia Program Jejaring Kawasan Konservasi Perairan Bali CI Indonesia membangun kemitraan dalam mengembangkan desain daerah yang diusulkan sebagai kawasan KKP berdasarkan masukan ilmiah dan nilai-nilai lokal. Strategi program di Kabupaten Karangasem antara lain adalah dengan mengembangkan peraturan dan kerangka kerja yang jelas dalam upaya membangun kesadaran, kapasitas dan kemampuan anggota masyarakat di Kabupaten Karangasem. Kemitraan strategis juga dibangun dengan para pemangku kepentingan seperti Pemerintah Kabupaten Karangasem melalui instansi terkait, lembaga pendidikan, lembaga penelitian, LSM, anggota masyarakat tradisional masyarakat, asosiasi pariwisata yang berkepentingan. Dengan kolaborasi yang terbentuk CI dan mitra dapat mengembangkan dokumentasi yang komprehensif untuk membangun pendekatan standar dalam mendukung manajemen nyegara gunung di Kabupaten Karangasem untuk menjamin keberlanjutan nilai-nilai ekologis, sosial dan ekonomi bagi anggota masyarakat. Sehingga tujuan utama dari pengelolaan berbasis ekosistem, laut dan wilayah pesisir dapat terwujud dengan partisipasi aktif anggota masyarakat.

Sloka Institute Lembaga Pengembangan Media, Jurnalisme, dan Informasi Sloka Insitute adalah organisasi non-pemerintah dengan fokus program pada pengembangan media, jurnalisme, dan informasi. Cita-cita kami adalah mewujudkan hak publik atas informasi. Didirikan sejak 2007, Sloka berusaha mewujudkan cita-cita tersebut melalui advokasi, kampanye, peningkatan kapasitas warga, pengelolaan media jurnalisme warga, penelitian, dan aktif terlibat menyikapi isu-isu aktual di Bali. Untuk meningkatkan kapasitas warga dalam memproduksi informasi, Sloka Institute melaksanakan program kelas menulis jurnalisme warga. Program menyasar komunitas-komunitas di pedesaan Bali. Kabar Tulamben, Kabar Amed, dan Kabar Candidasa adalah produk yang dihasilkan melalui pelatihan jurnalisme warga berkolaborasi dengan Conservation International Indonesia. Mari berjejaring via akun twitter dan facebook @SlokaInstitute @BaleBengong, email: [email protected].

Mari Bicara Lewat Foto Mari Bicara Lewat Foto: merupakan program bersama Coral Reef Alliance, Lensa Masyarakat Nusantara dan Yayasan reef Check Indonesia. Program ini bertujuan untuk memetakan kondisi masyarakat dan alam di Karangasem (Jemeluk dan Tulamben) dengan menggunakan metode Photovoices yang melibatkan peran masyarakat secara aktif dalam prosesnya. Hasil kegiatan akan digunakan untuk mendukung perencanaan pembangunan, termasuk pengembangan kawasan konservasi dan jejaringnya yang sedang berlangsung selama program ini dilaksanakan.

27

•

0

CONSERVATJONI INTERNATIONAL lndonesl a

Lensa Masyarakat Nusantara

81oka institute

The Power of Perspective

CORA L REE F AL LIA NCE

Karangasem.doc 1

Recommend Documents