KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL DAN PEMBERDAYAAN PETANI SUBAK DI BALI
SONDANG FITRIANI PAKPAHAN
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2013
viii
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Karakteristik Kepemimpinan Lokal dan Pemberdayaan Petani Subak di Bali adalah benar karya saya dengan arahan dosen pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Oktober 2013 Sondang Fitriani Pakpahan NIM I34090018
x
ABSTRAK SONDANG FITRIANI PAKPAHAN. Karakteristik Kepemimpinan Lokal dan Pemberdayaan Petani Subak di Bali. Dibimbing oleh LALA M KOLOPAKING. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam pemberdayaan petani Subak di Bali. Ketua Subak Kepaon dalam memimpin dipengaruhi oleh aspek budaya. Adapun aspek budaya tersebut berdasarkan Tri Hita Karana sesuai dengan filosofis agama Hindu. Aspek budaya ini mempengaruhi aspek kepemimpinan ketua Subak Kepaon. Aspek kepemimpinan yang dimiliki ketua Subak Kepaon untuk memberdayakan petani Subak Kepaon tidak cukup hanya dengan mengandalkan pengetahuan irigasi yang sesuai dengan aspek budaya. Adapun karakteristik yang dimiliki ketua Subak Kepaon seperti halnya intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan belum sepenuhnya mampu membuat petani Subak Kepaon menjadi berdaya. Adapun karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon yang mampu memberdayakan petani Subak Kepaon dalam berpendapat hanya intelegensi. Intelegensi itu sendiri hanya mampu memberdayakan beberapa petani penggarap sementara petani pemilik penggarap tidak demikian. Maka dapat dikatakan bahwa karakteristik ketua Subak Kepaon belum mampu memberdayakan petani Subak. Kata kunci: aspek budaya, aspek kepemimpinan, karakteristik kepemimpinan ketua subak, pemberdayaan petani subak ABSTRACT SONDANG FITRIANI PAKPAHAN. Local Leadership Characteristics and Empowerment Subak Farmer in Bali. Guided by LALA M Kolopaking. This study aimed to analyze the characteristics of effective local leadership in empowering farmers Subak in Bali. The Chairman of Kepaon Subak in the lead is influenced by cultural aspects. The cultural aspect is based Tri Hita Karana according to philosophical Hinduism. The cultural aspects affect aspects of leadership chairman Kepaon Subak. Aspects of leadership which is owned chairman Kepaon Subak to empower farmers Kepaon Subak not enough just to rely on the knowledge of irrigation in accordance with the cultural aspects. The characteristics of chief Kepaon Subak as intelligence, ability to communicate, and ideals have not been fully able to make Kepaon Subak farmers become empowered. The leadership characteristics of chief Kepaon Subak that can empower Kepaon Subak farmers in argue is intelligence only. Intelligence itself is only able to empower a peasant farmer while tenant farmer owner is not the case. It can be said that the characteristic of chief Kepaon Subak has not been able to empower farmers . Keywords: cultural aspects, aspects of leadership, leadership characteristics chairman Subak, Subak farmer empowerment
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL DAN PEMBERDAYAAN PETANI SUBAK DI BALI
SONDANG FITRIANI PAKPAHAN
Skripsi sebagai syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat pada Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat
DEPARTEMEN SAINS KOMUNIKASI DAN PENGEMBANGAN MASYARAKAT FAKULTAS EKOLOGI MANUSIA INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR 2013
xii
Judul Skripsi Nama NIM
: Karakteristik Kepemimpinan Lokal dan Pemberdayaan Petani Subak di Bali : Sondang Fitriani Pakpahan : I34090018
Disetujui Oleh
Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS Pembimbing
Diketahui Oleh
Dr Ir Soeryo Adiwibowo, MS Ketua Departemen
Tanggal Lulus:
xiv
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala berkat dan PenyertaanNya sehingga skripsi ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak Februari 2013 hingga Mei 2013 ini adalah Kepemimpinan Lokal, dengan judul Karakteristik Kepemimpinan Lokal dan Pemberdayaan Petani Subak di Bali. Terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr Ir Lala M. Kolopaking, MS selaku dosen pembimbing yang telah sabar dan banyak memberikan masukan, saran selama penulisan dan penelitian skripsi ini. Terimakasih juga diucapkan kepada Bapak Wayan Mardia sebagai Ketua Subak Kepaon yang membantu dan menemani penulis dalam mencari data. Selain itu, penulis juga sangat berterimakasih kepada Bapak Yayak yang membantu dalam pengurusan izin penelitian penulis. Tak lupa juga ucapan terimakasih diucapkan setulus hati kepada keluarga Kak Gustaria Pakpahan dan Abang Jhonpenri Purba yang membantu mencarikan tempat tinggal dan kepada P3MI yang juga menyambut kedatangan saya ketika pertama kali tiba di Denpasar. Terimakasih juga diucapkan kepada Keluarga Besar Mbok Kadek yang telah membantu penulis baik dalam hal bantuan material maupun nonmaterial. Ucapan terimakasih juga diucapkan kepada seluruh petani Subak Kepaon yang telah bersedia meluangkan waktunya bagi penulis. Penulis juga menyampaikan hormat dan terimakasih kepada Bapak Robin Pakpahan dan Ibu Sarmeni Girsang yang senantiasi mendukung dan mendoakan, serta kepada adik tercinta Feriancen, Citra, Evri atas doa, kasih sayang dan dukungannya. Tak lupa kepada M.Rangga Husein dan Septiana Nurhanifah, teman satu bimbingan dan seperjuangan, Mona Lusia Manihuruk, Bonita Wenas, Melisa A Siregar, Lorenza, Vici N.K Muham, Aldha Hermianty, Lansa Sofiasilmy, Karina Heza Pratama, Melisa Anjani, teman SKPM 46, K’Desni, Damayanti Elisabeth, Seffriwati, Elyzzabeth, Novelyn, Debora, Karin, Agnes, Happy, Yane, Vivi, Vina, Melisa A Samosir, Sinta, Suhani, Naomi teman sekosan Wisma Jenius, Teman-teman PMK 46 dan KPP serta pihak-pihak yang mendukung, memotivasi serta membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Semoga hasil karya tulis yang saya buat bermanfaat bagi orang lain. Bogor, Oktober 2013
Sondang Fitriani Pakpahan
DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Kegunaan Penelitian Tinjauan Pustaka Konsep Kepemimpinan Definisi Kepemimpinan Teori Kepemimpinan Pendekatan Teori Kepemimpinan Definisi Teori Kepemimpinan Sifat Berbagai Teori Kepemimpinan Sifat Aspek kepemimpinan Konsep Kepemimpinan Lokal Karakteristik Kepemimpinan Karakteristik Kepemimpinan Lokal Karakteristik Kepemimpinan Lokal yang Efektif Subak Konsep Pemberdayaan Masyarakat Kerangka Pemikiran Hipotesis Penelitian Definisi Operasional PENDEKATAN LAPANGAN Metode Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penentuan Responden Penelitian Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengolahan dan Analisis Data GAMBARAN UMUM DESA PEMOGAN Kondisi Geografis Kondisi Ekonomi Kondisi Pendidikan Struktur Sosial Masyarakat Pola Kebudayaan Masyarakat Karakteristik Responden ASPEK BUDAYA YANG MEMPENGARUHI KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL KETUA SUBAK KEPAON Pola Pikir Pembagian Air Irigasi Kegiatan Upacara Keagamaan
xi xiii xiii 1 1 3 6 6 7 7 7 7 7 8 8 9 10 10 12 12 16 16 18 19 20 23 23 23 23 24 24 27 27 28 29 30 30 31 35 35 38
xvi ANALISIS ASPEK KEPEMIMPINAN DENGAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL YANG EFEKTIF Hubungan Motif ketua Subak dengan Intelegensi, Kemampuan Berkomunikasi, dan Keteladanan Hubungan Pengetahuan ketua Subak dengan Intelegensi, Kemampuan Berkomunikasi, dan Keteladanan Hubungan Keterampilan ketua Subak dengan Intelegensi, Kemampuan Berkomunikasi, dan Keteladanan ANALISIS ASPEK KEPEMIMPINAN DENGAN INDIKATOR PEMBERDAYAAN PADA PETANI SUBAK DI BALI Hubungan Motif ketua Subak dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri Hubungan Pengetahuan ketua Subak dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri Hubungan Keterampilan ketua Subak dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL YANG EFEKTIF DALAM PEMBERDAYAAN PETANI SUBAK DI BALI Hubungan Intelegensi dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri Hubungan Kemampuan Berkomunikasi dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri Hubungan Keteladanan dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, dan Mengambil Keputusan Sendiri SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
41 41 46 51 57 57 61 66 71 71 77 82 89 89 91 93 96 136
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26
Ciri atau sifat pemimpin yang berhasil dalam memimpin Notions of effective leadership Karakteristik kepemimpinan dari beberapa ringkasan pustaka Luas wilayah Desa Pemogan menurut penggunaan tanah Jumlah responden petani Subak Kepaon berdasarkan jenis pekerjaan di luar sektor pertanian sawah Luas lahan sawah petani Subak Kepaon Jumlah dan persentase motif ketua Subak Kepaon Jumlah dan persentase karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon Hubungan motif ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif Hasil uji korelasi Rank Spearman motif ketua subak dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif beserta variabel variabelnya Jumlah dan persentase pengetahuan ketua Subak Kepaon Jumlah dan persentase karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif Hasil uji korelasi Rank Spearman pengetahuan ketua subak dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif beserta variabel variabelnya Jumlah dan persentase keterampilan ketua Subak Kepaon Jumlah dan persentase karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif Hasil uji korelasi Rank Spearman keterampilan ketua subak dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif beserta variabel variabelnya Jumlah dan persentase motif ketua Subak Kepaon Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hubungan motif ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hasil uji korelasi Rank Spearman motif ketua subak dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon beserta variabel variabelnya Jumlah dan persentase pengetahuan ketua Subak Kepaon Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hasil uji korelasi Rank Spearman pengetahuan ketua subak dengan
11 13 14 27 31 32 42 42 43 44 47 47 48 49 52 52 53 54 58 58 59 60 61 62 63 64
xviii
27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42
indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon beserta variabel variabelnya Jumlah dan persentase keterampilan ketua Subak Kepaon Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hasil uji korelasi Rank Spearman keterampilan ketua subak dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon beserta variabel variabelnya Jumlah dan persentase intelegensi ketua Subak Kepaon Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hubungan intelegensi ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hasil uji korelasi Rank Spearman intelegensi ketua subak dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon beserta variabelvariabelnya Jumlah dan persentase kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hubungan kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hasil uji korelasi Rank Spearman kemampuan berkomunikasi ketua subak dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon beserta variabel-variabelnya Jumlah dan persentase keteladanan ketua Subak Kepaon Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hubungan keteladanan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Hasil uji korelasi Rank Spearman keteladanan ketua subak dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon beserta variabelvariabelnya
66 67 68 69 72 72 73 74 77 78 79 80 82 83 84 85
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4 5 6 7 8 9
Kerangka pemikiran Persentase penduduk Desa Pemogan berdasarkan mata pencaharian di Desa Pemogan, Provinsi Bali 2011 Persentase penduduk berdasarkan tingkat pendudukan di Desa Pemogan Jumlah dan persentase aspek motif ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali Jumlah dan persentase aspek pengetahuan ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali Jumlah dan persentase aspek keterampilan ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali Jumlah dan persentase intelegensi ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali Jumlah dan persentase kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali Jumlah dan persentase keteladanan ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali
19 28 29 45 50 55 75 81 86
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15
Peta Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali Kerangka sampling Daftar responden Jumlah responden berdasarkan status kepemilikan sawah dan nama munduk sawahnya Luas lahan sawah petani Subak Kepaon Panduan wawancara mendalam Catatan harian Dokumentasi Hasil Crosstab (tabulasi silang dengan SPSS 16.0) Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan intelegensi ketua Subak Kepaon Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua Subak Kepaon Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan intelegensi ketua Subak Kepaon Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua
96 97 101 103 106 108 110 113 115 122 122 123 123 124 124
xx 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Subak Kepaon Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan intelegensi ketua Subak Kepaon Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua Subak Kepaon Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan kemampuan berpendapat Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan bertanggung-jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan mengambil keputusan sendiri Hubungan pengetahuan Subak Kepaon dan kemampuan berpendapat Hubungan pengetahuan Subak Kepaon dan bertanggung-jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat Hubungan pengetahuan Subak Kepaon dan mengambil keputusan sendiri Hubungan keterampilan Subak Kepaon dan kemampuan berpendapat Hubungan keterampilan Subak Kepaon dan bertanggung-jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat Hubungan keterampilan Subak Kepaon dan mengambil keputusan sendiri Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan intelegensi ketua Subak Kepaon Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon Hubungan motif ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua Subak Kepaon Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan intelegensi ketua Subak Kepaon Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua Subak Kepaon Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan dan intelegensi ketua Subak Kepaon Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan keteladanan ketua Subak Kepaon
125 125 126 126 127 127 128 128 129 129 130 130 131 131 132 132 133 133 134 134 135
1
PENDAHULUAN Latar belakang Kepemimpinan merupakan sebuah fenomena yang universal. Kepemimpinan merupakan hal menarik yang dibicarakan orang-orang dari waktu ke waktu. Kajian tentang kepemimpinan sebagai ilmu (leardership as a science) telah mengundang kepedulian para ahli ilmu-ilmu perilaku dan terutama ahli manajemen secara lebih besar sejak Perang Dunia II (Danim 2004). Kepemimpinan dibutuhkan oleh setiap manusia, mengingat adanya keterbatasan dan kelebihan pada manusia itu sendiri sehingga harus ada yang memimpin. Kepemimpinan dapat dikaji dari tiga sudut pandang yaitu : (1) pendekatan sifat atau karakteristik bawaan lahir; (2) pendekatan gaya atau tindakan dalam memimpin; dan (3) pendekatan kontingensi (Wibowo 2011). Para teoritisi berpendapat bahwa kepemimpinan yang efektif pada umumnya menggunakan salah satu pendekatan yaitu berdasarkan ciri-ciri ideal yang menjadi idaman setiap orang yang menduki jabatan pimpinan (Siagian 2010). Seseorang yang menduduki suatu jabatan pimpinan tertentu, dipastikan bahwa orang tersebut memiliki hanya sebagian saja dari ciri-ciri yang bersifat ideal. Maka dari itu, ciriciri ideal tersebut perlu diusahakan secara terus-menerus selama seorang tersebut menjadi seorang pemimpin. Seiring dengan perkembangan zaman maka mulai muncul sejumlah tokoh pemimpin dengan ciri khas yang dimilikinya dalam memimpin sebuah kota atau daerahnya. Hal ini tentu saja menjadi hal yang semakin banyak diperbincangkan. Adapun salah satu sosok pemimpin tersebut yang saat ini banyak menjadi pusat perhatian adalah mantan Walikota Solo yaitu Joko Widodo. Beliau berhasil menjadikan kota Solo beserta masyarakatnya memiliki jati diri serta mandiri hal ini banyak diungkapkan lewat media dan sejumlah buku yang menuliskan tentang beliau. Masyarakat kota Solo mampu memiliki City Branding yang cukup baik dari segi ekonomi, budaya, dan pariwisata dan pelayanan publik yang benar-benar melayani masyarakat yang dibuat oleh kepemimpinan inovasi ala Jokowi. Solo sangat kaya dengan potensi budaya, dan sektor ekonomi yang kuat pula. Adapun potensi budaya yang dimiliki oleh masyarakat Solo yaitu memiliki batik, acara festival dan karnaval. Sementara potensi dalam sektor ekonomi yaitu banyaknya pasar tradisional yang menjadi tumpuan perdagangan. Selain itu adanya industri, mall modern, perhotelan, restoran skala internasional, dan bank membuat kota Solo menjadi kota yang mandiri serta memiliki ketahanan dalam sektor ekonomi. Inovasi yang paling membuat jokowi berbeda dengan pemimpin di daerah lain justru terletak pada inovasi pola pikir (mindset) terlebih dahulu. Selain berhasil dalam memimpin ternyata beliau juga memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan pemimpin di daerah lain. Beliau memiliki keteladanan yang dekat dengan rakyat, memberikan inovasi dengan kepintaran yang dimilikinya, serta memilih strategi kepemimpinan dengan menggunakan empat pilar utama berbasis entrepreneur dalam memimpin kota Solo (Suwiknyo 2012). Semenjak tahun 1950-an sampai saat ini, di negara-negara yang sedang berkembang dapat diidentifikasi adanya pendekatan yang secara silih berganti menjadi arus utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat (Soetomo
2
2011). Adapun pendekatan dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat sampai masa kini yaitu pendekatan dengan arah pemberdayaan. Kepemimpinan itu sendiri tentu memiliki peran dalam pembangunan masyararakat. Kehadiran pemimpin tentunya mampu menggerakkan pengikutnya untuk lebih baik dan mampu mencapai tujuan. Pemimpin yang berhasil dalam mencapai tujuannya tentu dapat menjadikan pengikutnya menjadi masyarakat yang berdaya. Maksudnya masyarakat yang berdaya disini dapat dijelaskan oleh pendapat Kartasastima (1996) dalam Prasojo (2006) yang menjelaskan bahwa pemberdayaan masyarakat terkait dengan keberdayaan masyarakat, yaitu kemampuan individu dalam masyarakat dan membangun keberdayaan masyarakat yang bersangkutan. Keberdayaan masyarakat adalah unsur-unsur yang memungkinkan suatu masyarakat bertahan, mengembangkan diri, dan mencapai tujuan. Sesuai dengan pengertian tersebut dapat dikatakan bahwa elemen penting dari pemberdayaan adalah partisipasi. Adapun hasil penelitian lain menurut Subudi et al. (2011) bahwa peranan pemimpin Puri dalam memimpin rakyatnya di daerah Bali mampu memberdayakan rakyatnya. Hal ini terlihat dengan modal sosial, ekonomi, dan simbolik yang digunakan oleh pemimpin Puri Desa Adat Ubud Bali dalam hal pariwisata. Kepemimpinan Puri mampu membuat Desa Adat Ubud Bali menjadi desa pariwisata ekonomi berbasis budaya (spiritual). Karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin Puri ini yaitu kepemimpinan yang berbasis kearifan lokal. Selain itu kepemimpinan puri memberikan pelayanan sepenuh hati kepada rakyat dengan bantuan materi maupun non materi. Ditambah lagi kepemimpinan Puri ini berperan dalam menciptakan artefak dari budaya lokal menjadi global dengan modal simbolik Puri berupa kekuasaan yang kemudian menimbulkan rasa hormat masyarakat terhadap kepemimpinan Puri. Artefak budaya lokal menjadi global disini maksudnya yaitu segala bentuk kebendaan yang ada pada masyarakat Desa Ubud mampu dijadikan sebagai modal simbolik untuk menarik wisatawan yang berkunjung. Hal ini membuat artefak lokal seperti hasil lukisan yang berhasil dijual kepada wisatawan asing. Kepemimpinan Tetua Puri Desa Ubud ini berdasarkan kearifan lokal yang sangat kharismatik, visioner, serta partisipasi membuatnya berhasil menjadikan masyarakat Ubud memiliki kehidupan yang lebih baik. Sesuai dengan pemaparan mengenai kepemimpinan di daerah Solo dan Bali maka dapat disimpulkan bahwa karakteristik seorang pemimpin tiap daerah itu berbeda. Hal itu tergambar lewat karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin di daerah Solo dengan daerah Bali. Karakteristik kepemimpinan yang dinilai efektif pada kedua daerah tersebut tentunya jelas berbeda. Meskipun karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin berbeda antara daerah yang satu dengan daerah lainnya, namun keefektifan dalam hal memimpin untuk memberdayakan masyarakatnya paling tidak ada aspek budaya yang mempengaruhi. Hal itu terlihat dari kultural masyarakat Solo maupun masyarakat Bali. Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam memberdayakan masyarakatnya yang berbeda di setiap daerah justru hal yang menarik untuk diteliti lebih lanjut. Wilayah studi dalam penelitian ini yaitu kawasan irigasi sawah di Bali tepatnya daerah Subak Kepaon di Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali. Irigasi sawah di Bali ini dapat terlihat dari kelembagaannya yaitu Subak. Subak merupakan suatu kelembagaan tradisional
3 yang bersifat otonom yang mengatur pengairan pertanian di Bali. Disamping itu, ada juga yang mengatakan bahwa Subak adalah organisasi kemasyarakatan yang mengatur pengairan sawah dalam bercocok tanam padi di Bali (Budiarto 2012). Subak Kepaon merupakan salah satu Subak yang terdapat pada kota Denpasar. Subak kepaon termasuk salah satu Subak yang melakukan pemberdayaan terhadap petani dengan operasional dan pemeliharaan jaringan irigasi (Purbawijaya 2012). Penelitian tentang pemberdayaan Subak Kepaon yang telah dilakukan sebelumnya ini mampu memberikan akses kepada petani dalam mengembangkan potensi yang dimiliki sehingga lebih berdaya. Hal itu dapat dilihat dari dimensi pembinaan petani agar mencapai kemandirian, adanya perhatian/intervensi pemerintah dalam pertanian dengan cara keterlibatan pemerintah untuk memberikan akses petani dalam peningkatan pendapatan petani. Pemberdayaan petani Subak Kepaon selain melibatkan adanya peran pemerintah namun tidak dapat dilupakan bahwa peran ketua Subak juga berperan dalam Subak Kepaon. Peran ketua Subak Kepaon dalam memimpin tentu sesuai dengan konteks lokal daerah Bali. Maka dapat dikatakan bahwa pada Subak Kepaon masih melibatkan kepemimpinan lokal dalam memberdayakan petani. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi untuk dilakukannya penelitian mengenai kepemimpinan lokal dalam pemberdayaan masyarakat, khususnya petani. Secara keseluruhan, penelitian ini menarik untuk diteliti dalam hal melihat bagaimana seorang pemimpin lokal dapat memberdayakan suatu masyarakat, khususnya pada petani di Bali.
Masalah Penelitian Desa Pemogan merupakan desa yang memiliki beberapa Subak di Denpasar. Adapun salah satu Subak tersebut adalah Subak Kepaon yang merupakan kawasan irigasi di Bali yang memberdayakan Subak agar para petani lebih mandiri dalam hal irigasi padi di sawah. Kehadiran pemberdayaan masyarakat merupakan antitesis dari perspektif pertumbuhan, sehingga pendekatan yang digunakan cenderung kebalikan dari perspektif pertumbuhan. Pemberdayaan masyarakat itu sendiri memberikan wewenang dalam hal pengambilan keputusan dan pengelolaan sumberdaya kepada masyarakat. Agar masyarakat mampu menjalankan wewenang yang diberikan dengan baik diperlukan kapasitas dan kemampuan untuk melakukannya. Oleh sebab itu unsur utama dari pemberdayaan masyarakat disamping pemberian wewenang juga peningkatan kapasitas masyarakat (Soetomo 2011). Dalam hal pemberdayaan itu sendiri tentunya adanya orang yang diberdayakan dan ada orang yang memberdayakan. Hal ini terkait dengan seorang pemimpin dengan yang dipimpin. Seorang pemimpin yang mampu memberdayakan orang yang dipimpinnya tentulah dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya. Karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin dengan pemimpin lainnya jelas berbeda. Hal ini disebabkan oleh adanya faktor budaya dimana dia memimpin. Kepemimpinan antara suatu daerah dengan daerah yang lain juga akan ditemui perbedaan. Maka dari itu adapun pertanyaan penelitian kualitatif adalah apa saja aspek budaya yang dapat mempengaruhi karakteristik kepemimpinan lokal pada ketua Subak Kepaon.
4
Keefektifan pemimpin akan dapat terjadi jika saja pemimpin dengan yang dipimpin sama-sama mau berinteraksi dan memiliki kesepakatan dalam mencapai tujuan bersama. Keefektifan itu sendiri bisa dilihat dari apa saja yang sudah dimiliki oleh seorang pemimpin. Hal itu bisa saja seperti pengetahuan, kemampuan, motif, visi, dan misi. Adapun keefektifan pemimpin itu dapat dicapai dengan adanya suatu aspek kepemimpinan sesuai dengan hasil penelitian (Dewi 2009). Aspek kepemimpinan merupakan aspek dasar yang harus dimiliki atau dipenuhi oleh seorang pemimpin. Demikian halnya dalam suatu lembaga tradisional seperti Subak, tentunya juga diharapkan pemimpinnya mampu memiliki beberapa hal yang menjadi syarat dalam memimpin. Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif adalah seorang pemimpin dengan karakteristik yang dimilikinya mampu mendorong orang yang dipimpinnya menjadi lebih baik dalam mencapai tujuan. Adapun karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif sesuai dengan persamaan beberapa literatur menurut Suwiknyo (2012), Oktaviani (2007), Suwirta dan Hermawan ( 2012), Purbaningrum (2011), Suharnomo (2004) yaitu memiliki intelegensi/kecerdasan, memiliki kemampuan berkomunikasi, serta adanya keteladanan. Beberapa karakteristik ini akan dilihat nantinya pada pemimpin ketua subak di Desa Pemogan. Keefektifan dalam kepemimpinan ditentukan oleh aspek kepemimpinan, selain itu karakteristik juga merupakan hal yang harus diusahakan oleh seorang pemimpin. Hal itu menggambarkan bahwa dalam mencapai keefektifan tentunya diperlukan juga memiliki karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Pada Subak Kepaon itu sendiri selain penting memperhatikan aspek kepemimpinan juga perlu mengupayakan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Maka dari itu, yang akan diteliti yaitu bagaimana aspek kepemimpinan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Pemberdayaan masyarakat merupakan salah satu hal yang memungkinkan masyarakat memiliki daya atau kekuasaan yang diperoleh dari orang yang memiliki daya. Pemberdayaan masyarakat itu sendiri dapat dilihat dari indikatornya. Indikator pemberdayaan itu sendiri merupakan suatu gejala atau ciri yang menunjukkan bahwa suatu masyarakat sudah berdaya. Begitu juga halnya pada petani Subak di Bali akan dilihat apakah mereka sudah memiliki indikator sebagai petani yang berdaya. Adapun indikator pemberdayaaan itu sendiri seperti halnya menurut Suhendra (2006) yaitu kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat, serta mengambil keputusan sendiri. Pada ketiga indikator pemberdayaan masyarakat ini akan dilihat apakah hal ini sudah mampu menunjukkan keberdayaan petani Subak di Bali. Aspek kepemimpinan merupakan penentu keefektifan. Seperti halnya dalam penelitian sebelumnya Dewi (2009) yang mengungkapkan bahwa aspek kepemimpinan merupakan hal yang dimiliki oleh seorang pemimpin demi keefektifan. Aspek kepemimpinan itu sendiri dapat juga menentukan keberdayaan suatu masyarakat. Hal ini tergambar pada penelitian sebelumnya bahwa aspek kepemimpinan yang ada pada seorang pemimpin juga mempengaruhi kemampuannya untuk memberdayakan sekelompok orang yang dipimpin. Demikian halnya dengan aspek kepemimpinan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon juga diharapkan mampu memberdayakan petani Subak Kepaon. Untuk itu, maka akan diteliti bagaimana aspek kepemimpinan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon di Bali.
5 Kemampuan berdaya memiliki arti yang sama dengan kemandirian masyarakat. Adapun kemandirian tersebut meliputi kemandirian berpikir, bertindak, serta mengendalikan apa yang mereka lakukan. Keberdayaan masyarakat dapat diwujudkan melalui partisipasi aktif masyarakat yang difasilitasi dengan adanya pelaku pemberdayaan. Sasaran utama pemberdayaan masyarakat adalah mereka yang lemah dan tidak memiliki daya, kekuatan atau kemampuan mengakses sumberdaya. Kemandirian masyarakat tentu dapat dicapai melalui proses pembelajaran. Masyarakat yang mengikuti proses pembelajaran pada akhirnya secara bertahap akan memperoleh daya, kekuatan atau kemampuan dalam proses pengambilan keputusan secara mandiri (Widjajanti 2011). Sesuai dengan penjelasan diatas bahwa keberdayaan dapat diwujudkan dengan difasilitasi oleh pelaku pemberdayaan. Pelaku pemberdayaan disini adalah seorang pemimpin. Selain itu menurut Suradisastra (2008) bahwa kepemimpinan merupakan salah satu celah masuk yang penting dalam memberdayakan, menata dan mempertahankan kelangsungan hidup kelembagaan petani. Jelas bahwa dalam pemberdayaan dibutuhkan peran kepemimpinan. Peran kepemimpinan bisa dilihat dari karakteristiknya dalam memberdayakan. Akhirnya pemimpin dengan karakteristik tertentu yang dinilai efektif akan mampu memberdayakan masyarakatnya. Maka dari itu, akan dibahas dalam penelitian terkait dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam pemberdayaan petani Subak Kepaon di Bali.
6
Tujuan Penelitian Adapun tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengkaji karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam hal pemberdayaan masyarakat. Sementara tujuan khususnya yaitu : 1. Mengidentifikasi aspek budaya yang dapat mempengaruhi karakteristik kepemimpinan lokal pada ketua Subak Kepaon 2. Menganalisis aspek kepemimpinan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif 3. Menganalisis aspek kepemimpinan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat 4. Menganalisis karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam pemberdayaan petani Subak Kepaon di Bali
Kegunaan Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi mengenai kepemimpinan lokal. Dalam hal ini khususnya karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam hal pemberdayaan masyarakat. Melalui penelitian ini, terdapat juga beberapa hal yang ingin penulis sumbangkan pada berbagai pihak, yaitu: 1. Akademisi, dimana penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi peneliti yang ingin mengkaji lebih lanjut mengenai karakteristik kepemimpinan lokal dalam hal pemberdayaan masyarakat. 2. Masyarakat, diharapkan dengan penelitian ini menjadikan masyarakat semakin teliti dalam hal memilih seorang pemimpin dengan sejumlah karakteristik yang dinilai cukup efektif. 3. Pemimpin, baik itu pemimpin formal maupun informal seperti pemerintah, tokoh masyarakat, dan lainnya diharapkan menjadi sebuah masukan ketika menjabat sebagai pemimpin untuk mengusahakan sejumlah karakteristik yang efektif dalam pemberdayakan masyarakat.
7
TINJAUAN PUSTAKA Konsep Kepemimpinan Definisi Kepemimpinan Kepemimpinan merupakan fenomena yang sangat kompleks sehingga sangat sulit untuk membuat rumusan menyeluruh tentang pengertian kepemimpinan. Adapun beberapa pengertian kepemimpinan menurut para ahli seperti Farland (1987) dalam Danim (2011) mengatakan bahwa kepemimpinan adalah suatu proses yang mana pemimpin dilukiskan akan memberikan perintah atau pengaruh, bimbingan atau proses mempengaruhi pekerjaan orang lain dalam memilih dan mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Disisi lain menurut Gibson, Ivancevich, dan Donelly (2000) dalam Wibowo (2011) mendefinisikan kepemimpinan sebagai karakteristik seseorang, terutama berkaitan dengan sebutan pemimpin yaitu agen perubahan atau seorang yang mampu mempengaruhi orang lain lebih dari orang lain yang mempengaruhinya. Berdasarkan definisi kepemimpinan tersebut maka dapat memberi gambaran yang lebih luas mengenai kepemimpinan. Adapun rumusan yang dapat disimpulkan dari definisi diatas bahwa kepemimpinan adalah setiap perbuatan yang dilakukan oleh individu atau kelompok untuk memberi arah kepada individu atau kelompok yang tergabung pada suatu wadah tertentu demi mencapai tujuan yang sudah ditetapkan sebelumnya (Danim 2011). Teori Kepemimpinan Teori kepemimpinan adalah suatu generalisasi satu seni perilaku pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya. Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan mengemukakan beberapa segi, antara lain: latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinan serta sebab-musabab munculnya pemimpin. Adapun yang menjadi latar belakang sejarah pemimpin dan kepemimpinannya muncul seiring dengan adanya peradaban manusia. Masa peradaban itu semenjak zaman nabi-nabi dan nenek moyang yang berkumpul bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya dalam menantang kebuasan binatang serta alam di sekitarnya. Sejak saat itulah terjadi kerjasama atarmanusia, dan ada unsur kepemimpinan (Kartono 2011). Menurut Kartono (2011) bahwa yang ditunjuk menjadi seorang pemimpin pada saat itu adalah pribadi yang paling kuat, paling cerdas, dan paling berani. Maka dari itu dapat dinyatakan bahwa pemimpin dan kepemimpinan dimana dan kapan saja diperlukan khususnya pada zaman modern sekarang dan masa yang akan datang. Pendekatan Teori Kepemimpinan Secara teoritisi ada tiga macam pendekatan dalam studi kepemimpinan yaitu : pendekatan kesifatan (traits theories), pendekatan perilaku (behaviours theories) dan pendekatan situasional (contingency theories). Teori sifat (trait theory) muncul tahun 1920-an dari penelitian serius melalui serangkaian tes-tes psikologi yang berusaha melakukan identifikasi karakteristik umum effective leaders. Teori
8
sifat berpendapat bahwa pemimpin dilahirkan bukan diciptakan. Dalam perspektif teori ini yang ditonjolkan adalah sifat-sifat yang melekat pada diri seseorang. Adapun pemimpin seperti Hitler, Sukarno, Mahatma Gandhi dipelajari secara khusus mengenai karakteristik-karakteristik sifat yang mereka miliki sehingga menjadikan mereka sebagai pemimpin yang menonjol (Suharnomo 2004). Definisi Teori Kepemimpinan Sifat Teori awal tentang sifat ini dapat ditelusuri kembali pada zaman Yunani Kuno dan zaman Roma. Pada waktu itu, orang percaya bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukannya dibuat. Teori “The Great Man” menyatakan bahwa seseorang yang dilahirkan sebagai pemimpin ia akan menjadi pemimpin apakah ia mempunyai sifat atau tidak mempunyai sifat sebagai pemimpin. Contohnya ialah Napoleon, Ia dikatakan mempunyai kemampuan alamiah sebagai pemimpin besar pada setiap situasi. Sebuah kenyataan yang dapat diterima bahwa sifat-sifat kepemimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi dapat juga dicapai lewat suatu pendidikan dan pengalaman. Maka dari itu, perhatian terhadap kepemimpinan dialihkan kepada sifat-sifat umum yang dipunyai oleh pemimpin, tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat. Adapun sejumlah sifat-sifat seperti fisik, mental, kepribadian menjadi pusat perhatian untuk diteliti di sekitar tahun 1930-1950an. Dari beberapa hal sifat kecerdasan kelihatannya selalu nampak pada setiap penelitian dengan suatu derajat konsistensi yang tinggi. Ketika dikombinasikan dengan penelitian tentang sifatsifat fisik, kesimpulannya adalah bahwa pemimpin-pemimpin itu hendaknya harus lebih besar dan cerdas dibandingkan dengan yang dipimpin (Thoha 1991). “…Teori kepemimpinan sifat adalah suatu pandangan atau pendapat yang menyatakan bahwa efektivitas seorang pemimpin banyak ditentukan oleh sifat-sifat atau karakter yang dimiliki oleh pemimpin tersebut…” (Marianti 2009). Teori kepemimpinan sifat membedakan pemimpin dari nonpemimpin dengan memusatkan perhatian pada kualitas dan karakteristik pribadi seseorang. Individu-individu seperti Margaret Thatcher dan Nelson Mandela dikenal sebagai pemimpin yang memiliki karisma, bersemangat, dan berani (Robbins dan Judge 2007 dalam Marianti 2009). Berbagai Teori Kepemimpinan Sifat Ada berbagai pendapat dan hasil penelitian mengenai sifat-sifat seorang pemimpin yang dianggap efektif. Berikut beberapa pendapat dari penulis/peneliti seperti yang dijelaskan dalam penelitian (Marianti 2009): 1. Pendapat Daniel Goleman (1995) Goleman mengatakan bahwa karakter pemimpin yang dianggap efektif adalah seorang yang memiliki Emotional Intelligence (EI) yang tinggi. Komponen utama dari EI adalah empati. Apabila seorang pemimpin memiliki empati yang tinggi dapat membaca reaksi orang lain dan merasakan kebutuhan orang lain. Hasil riset yang dilakukan oleh Goleman mengenai Emotional Intellegence menyatakan bahwa Emotional
9 Intelligence terdiri atas lima dimensi yaitu: kesadaran diri, manajemen diri, motivasi diri, empati, dan kemampuan sosial. 2. Pendapat Rue dan Byars (1999) Rue dan Byars mengatakan bahwa karakteristik tertentu diinginkan dalam banyak situasi kepemimpinan yaitu: percaya diri, memiliki kekuatan mental dan fisik, antusias, rasa tanggung-jawab, memiliki empati dan hubungan baik dengan sesama. 3. Pendapat Jugde, Bono, Ilies, dan Gerthardt (2002) Usaha-usaha penelitian berusaha memisahkan karakteristik pemimpin berujung dengan kegagalan. Suatu terobosan baru telah terjadi ketika para peneliti mulai mengelompokkan kepribadian seseorang menjadi lima hal, yang dikenal sebagai kerangka kepribadian lima besar atau “The Big five Model”. Ciri-ciri ini dengan mudah digunakan untuk memprediksi kemampuan kepemimpinan seseorang. Judge, Bono, Ilies, dan Gerthadrt mengatakan bahwa ada lima faktor utama kepribadian seseorang (Robbins dan Judge 2007 : 98) yaitu: keterbukaan, dimensi ini menunjukkan kegemaran seseorang dalam melakukan hubungan dengan orang lain. Orang yang terbuka cenderung memiliki sifat gemar berteman dengan orang lain, menunjukkan sikap yang tegas dan ramah. Orang yang tertutup cenderung pendiam, pemalu, dan bersikap tenang; keramahan, dimensi ini menunjukkan pada sifat seseorang yang suka menghargai orang lain; kehati-hatian atau kesungguhan, dimensi ini mengukur tingkat kemampuan seseorang untuk bisa dipercaya; stabilitas emosi, dimensi ini menunjukkan kemampuan seseorang menghadapi tekanan; keterbukaan terhadap pengalaman, dimensi ini menunjukkan sikap seseorang yang berkaitan dengan kesenangan terhadap hal-hal baru. Berdasarkan teori kepribadian “The Big Five Model”, orang yang memiliki skor yang tinggi pada sifat atau karakter keterbukaan, keramahan, kehati-hatian, stabilitas emosi yang positif, dan keterbukaan terhadap pengalaman, adalah orang yang memiliki kemampuan untuk memimpin dengan efektif. 4. Pendapat Yulk (2006) dan Sidle (2007) Yulk dan Sidle mengatakan bahwa bukti-bukti menunjukkan ada empat sifat yang dimiliki oleh kebanyakan pemimpin (tetapi tidak semua pemimpin) yang sukses (Hellriegel dan Slocum 2009 : 207) yaitu: kepandaian, kematangan/kedewasaan dan keluasan, dorongan prestasi, integritas.
Aspek Kepemimpinan Keefektifan pemimpin sangat bergantung pada bagaimana interaksi antara pemimpin dengan bawahan yang dipimpin dan situasi yang berlangsung. Menjadi pemimpin yang efektif tidak dapat terjadi dengan seketika, namun butuh proses yang panjang. Menurut Locke (1991) dalam Dewi (2009) ada 4 aspek kepemimpinan yang efektif yaitu 1) motif ; 2) pengetahuan, keterampilan, dan kemauan; 3) visi; 4) penerapan visi. Locke menjelaskan bahwa motif yaitu keinginan yang dapat mendorong seseorang untuk bertindak. Inti penyebab alasan/motives kepemimpinan menurut Locke dalam Soliha dan Hersugondo
10
(2008) adalah dorongan/drive yang terdiri dari: prestasi, ambisi, energi, dan inisiatif, serta motivasi kepemimpinan yang terdiri dari personalized power motive and socialized power motive. Berdasarkan hasil observasi dan kajian tampak ambisi merupakan salah satu dorongan yang dapat diprediksi mempengaruhi keberhasilan seorang pemimpin. Pada bagian kedua tentang pengetahuan, keterampilan, dan kemauan. Locke berpendapat bahwa pengetahuan tentang teknologi sangat diperlukan, keterampilan dalam berkomunikasi dan membina hubungan dengan bawahan. Kualitas keputusan dan solusi pemecahan masalah sangat tergantung dari tingkat intelegensi seorang pemimpin. Selain pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan perlu dimiliki oleh seorang pemimpin namun penting juga untuk memiliki visi. Visi ini yang kemudian akan memberikan pedoman pada sebuah lembaga/organisasi dengan segala aktivitasnya untuk bergerak kearah tujuan yang telah disepakati secara resmi. Berdasarkan penjelasan aspek kepemimpinan maka hal yang dapat dipilih pada sebuah lembaga/organisasi yang masih bersifat tradisional seperti Subak yaitu motif, pengetahuan, dan keterampilan. Sementara untuk visi, dan penerapan visi itu sendiri belum ada pada Subak selaku organisasi pengairan yang bersifat tradisional.
Konsep Kepemimpinan Lokal Pemimpin menurut Etzioni (1985) dapat dibagi menjadi dua yaitu formal dan informal. Menurutnya pemimpin informal adalah seorang individu yang mampu mengendalikan bawahan berdasarkan kekuatan pribadi, sedangkan seorang yang sekaligus memiliki kekuasaan posisional dan kekuatan pribadi disebut pimpinan formal. Berangkat dari uraian diatas maka menurut Barlan (2011) bahwa pemimpin itu adalah seseorang yang memiliki tujuan dan dapat mempengaruhi orang lain. Sementara menurut Barlan (2011) sendiri dalam penelitiannya bahwa yang dimaksud dengan pemimpin lokal adalah individu yang memiliki tujuan atau maksud yang ditunjukkan dalam bentuk tindakan yang mempengaruhi masyarakat sekitarnya. Karakteristik kepemimpinan Karakter seseorang mulai ada semenjak dia mulai banyak berpikir. Perubahan karakter merupakan proses evolusi. Sebuah perilaku seseorang yang dapat diamati merupakan indikasi dari karakternya. Seseorang dengan karakter yang baik menunjukkan dorongan (drive), energi, tekad, disiplin diri, kemauan, dan syarat yang kuat. Disisi lain, seseorang dengan karakter lemah tidak menunjukkan sifat-sifat tersebut. Menjadi seorang pemimpin yang efektif secara alami hanya memerlukan seseorang untuk berhenti berusaha menjadi orang lain. Apabila diidentifikasi ditemukan karakteristik tertentu yang secara alamiah dimiliki oleh pemimpin yang efektif (Danim dan Suparno 2012 ). Kepemimpinan itu ada pada diri pemimpin/manajer. Dari aspek karakteristik dibedakan antara karakteristik pemimpin (leader) dengan karakteristik manajer. Luthan (2002 : 576) dalam Thoyib (2005) menegaskan bahwa karakteristik pemimpin di abad XXI adalah: Innovates (menciptakan sesuatu yang baru); An original (asli dari pemimpin); Develops (mengembangkan); Focuses on people
11 (terkonsetrasi pada manusia); Inspires trust (menghidupkan rasa percaya); Longrange perspective (memiliki perspektif jangka panjang); Ask what and why (ia menanyakan apa dan mengapa); Eye on the horizon (berpandangan sama dengan sesamanya); Originates (memiliki keaslian); Challenges the status quo (menentang kemapanan); Own person (mengakui tanggung jawab ada pada pemimpin); Does the right thing (mengerjakan yang benar). Thoyib (2005) mengatakan bahwa seorang pemimpin itu memiliki karakteristik yang selalu berupaya untuk menciptakan hal yang baru. Gagasan atau ide yang dimiliki merupakan dari diri sendiri tidak meniru orang lain. Berupaya untuk mengembangkan segala sesuatu yang dilakukannya. Percaya pada bawahan dan berupaya untuk menyalakan rasa kepercayaan pada anggotanya. Memiliki gagasan dan pemikiran dalam perspektif jangka panjang. Bertanya pada bawahannya dengan apa dan mengapa?. Menentang kemapanan, tidak cukup puas dengan apa yang ada. Bertanggungjawab atas apa yang dilakukan oleh anak buahnya. Terakhir yang sangat penting adalah pemimpin itu sendiri melakukan hal yang benar. Selain menurut pendapat Thoyib (2005) diatas, adapun menurut penelitian Suharnomo (2004) tentang karakteristik kepemimpinan adalah seperti yang diuraikan dibawah ini dalam bentuk Tabel 1. Tabel 1 Ciri atau sifat pemimpin yang berhasil dalam memimpin Sifat atau Karakteristik Pengertian Intelegensia (Kepintaran) Pemimpin pada umumnya relatif lebih cerdas dari rata-rata pengikutnya. Mempunyai motivasi dan keinginan Bahwa pemimpin mempunyai dorongan berprestasi dari dalam yang besar untuk dapat menyelesaikan sesuatu Kematangan dan keluasan pandangan Bahwa secara emosi pemimpin pada sosial umumnya lebih matang, sehingga mampu mengendalikan keadaan yang kritis. Mereka umumnya juga mempunyai keyakinan dan kepercayaan pada diri sendiri. Mempunyai kemampuan mengadakan Pemimpin itu tahu bahwa untuk mencapai hubungan antar manusia sesuatu mereka amat tergantung dengan orang lain, oleh sebab itu mereka selalu ingin dapat mengerti orang lain. Sumber: Keith Davis (1972) dalam Suharno (2004)
Karakteristik seorang pemimpin dari tabel diatas menunjukkan sebuah sosok kesempurnaan yang dijadikan persyaratan untuk memimpin tersebut tentu sangatlah sulit dipenuhi oleh kebanyakan orang. Disisi lain menurut Suwirta dan Hermawan (2012) bahwa tipe ideal pemimpin bagi bangsa Indonesia dimasa yang akan datang adalah seorang dengan karakteristik sebagai berikut: memiliki asal usul baik, berpendidikan, beragama
12
Islam, memiliki integritas pribadi yang baik, berpikiran maju dan modern, punya komitmen pada kehidupan demokrasi, memiliki visi dan kebijakan yang jelas, serta otoritasnya mampu mensinergikan seluruh potensi bangsa untuk mencapai kemajuan, kesejahteraan, kemerdekaan agar sejajar dengan bangsa-bangsa lain. Karakteristik kepemimpinan lokal Seorang pemimpin memiliki sifat yang berbeda dengan yang bukan pemimpin. Seorang pemimpin lokal juga tentunya memiliki karakter tersendiri untuk mengembangkan daerahnya. Sesuai dengan karakteristik kepemimpinan yang telah dipaparkan sebelumnya. Maka karakteristik kepemimpinan lokal juga berbeda dengan karakterisitik kepemimpinan pada umumnya. Adapun salah satu contoh yang dapat dilihat seperti pada karakteristik Jokowi yang sangat rendah hati yang mengimplementasikan empat pilar entrepreneur dalam memimpin kota Solo. Adapun karakteristiknya yang merakyat, membuat kejutan inovasi dan lainnya dinilai efektif dalam mengembangkan kota Solo (Suwiknyo 2012). Sementara menurut Oktaviani (2007) adapun karakteristik kepemimpinan kepala desa yang berpengaruh dalam pembangunan desanya yaitu dilihat dari keterampilan berkomunikasi, umur, pendidikan dan pengalaman, dan naluri untuk prioritas. Disisi lain, menurut Rais (1986) bahwa karakteristik kepala desa yang berpengaruh dalam perencanaan pengembangan pedesaan adalah faktor umur, tingkat pendidikan, pengalaman kerja, status sosial, status ekonomi, ambisi atau keinginan untuk tetap menjadi kepala desa, kemampuan berkomunikasi. Hal yang lain terkait dengan karakter juga terlihat pada karakter kepemimpinan yang hanya mengandalkan kekuasannya seperti halnya pada seorang raja. Raja yang dianggap sebagai seorang dengan karakter yang dimilikinya baik itu buruk atau tidak terkadang harus diterima begitu saja. Hal ini terlihat dari hasil penelitian yang diungkapkan oleh Kartodirdjo (1984) bahwa Kepemimpinan yang hanya mengandalkan sifat yang dianggap warisan dan bawaan lahir terkadang justru tidak mampu untuk membuat pengikutnya menjadi lebih baik. Hal yang paling mendasar adalah bahwa si pemimpin tadi dengan kekuasaan dan sikapnya terkadang justru tidak mencerminkan hal yang diinginkan oleh pengikutnya. Jelas terlihat bahwa karakteristik kepemimpinan lokal yang ada tiap daerah sangat berbeda. Hal ini mengingat kondisi masyarakatnya juga berbeda baik secara budaya dan strukturnya. Selain itu, ada juga karakteristik kepemimpinan lokal yang disukai dan tidak disukai oleh pengikutnya. Karakteristik Kepemimpinan Lokal yang Efektif Diyakini bahwa pada sebuah organisasi tentunya akan mengalami perubahan-perubahan yang akan mempengaruhi kehidupan organisasi tersebut. Pada sebuah hasil penelitian oleh Purnama (2005) mengungkapkan beberapa ide/gagasan dari sejumlah tokoh mengenai kepemimpinan efektif. Hal itu dijelaskan lewat Tabel 2 dibawah ini.
13 Tabel 2 Notions of Effective Leadership Nama tokoh Definisi kepemimpinan efektif Plato Effective leaders are philoshoper-king Machavelli Effective leaders are power-wielders, individuals who employ manipulation, exploitation, and deviousness to achieve their own ends. Weber Effective leaders have have charismathat special spiritual power or personal quality that gives an individual influence over large number numbers of people. Taylor Effective leaders view management as a science. DePree Effective leaders view management as a art. Drucker Effective leaders are able to carry out the functions of management : planning, organizing, directing, and measuring. Appley Effective leaders have mastered the art of getting things done through others. McGregor Effective leaders understand the human side of enterprise. Likert Effective leaders are able to establish effective management systems. Blake and Mouton lacocca Effective leaders choose a leadership style that reflects a concern for both production and people. Bradford and Cohen Effective leaders focus on the three”Ps”, people, product, and profitin that order. Block Effective leaders are develop people. Kantar Effective leaders are empower others Bennis and Nanus Effective leaders are change masters. Burns Effective leaders have vision and are able to translate the vision into action Deming Effective leaders are able to lift followers into their better selves. Effective leaders help others do quality work. Sumber: Hitt, William D. (1993) dalam Purnama (2005) “ The Model of Leader : A Fully Functioning Person” , Leadership & Organization Development Journal, Vol. 14 No. 7.
Dari Tabel 2 dapat dilihat bahwa pada kepemimpinan dalam organisasi diperlukannya sebuah kepemimpinan yang efektif. Demikian halnya dalam kepemimpinan dalam daerah atau kepemimpinan lokal. Kepemimpinan yang
14
memiliki karakteristik efektif sangat dibutuhkan untuk pemberdayaan masyarakat. Kepemimpinan lokal itu sendiri tadinya bertujuan untuk mengembangkan daerahnya. Berdasarkan penjabaran tentang karakteristik kepemimpinan lokal sebelumnya, maka dibawah ini disajikan tabel tentang persamaan karakteristik kepemimpinan dari beberapa ringkasan pustaka. Lihat Tabel 3. Tabel 3 Karakteristik kepemimpinan dari beberapa ringkasan pustaka No Judul Ringkasan Karakteristik Karakteristik Kepemimpinan Lokal kepemimpinan yang hampir sama pada beberapa ringkasan pustaka 1 Jokowi pemimpin yang Karakteristik yang Pemimpin yang rendah hati digunakan Jokowi untuk berbasis memimpin kota Solo keteladanan, adalah menggunakan membangun empat pilar utama kepercayaan “Entrepreneurship” yaitu : masyarakat, serta kejutan inovasi; pemimpin kepintaran dalam berbasis keteladanan; membuat kejutan membangun kepercayaan inovasi rakyat; dan prinsip-prinsip kebijakan ekonomi. 2
Pola Kepemimpinan Kepala Desa dan pengaruhnya terhadap pembangunan desa (Kasus desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat)
Karakteristik kepemimpinan kepala desa yang berpengaruh dalam pembangunan desanya yaitu dilihat dari Keterampilan berkomunikasi dengan rakyat, Umur, Pendidikan dan pengalaman, dan Naluri untuk prioritas
Komunikasi yang mampu membangun kepercayaan rakyat, pendidikan yang baik dalam memimpin
15 Tabel 3 Karakteristik kepemimpinan dari beberapa ringkasan pustaka (lanjutan) No Judul Ringkasan Karakteristik Karakteristik Kepemimpinan Lokal kepemimpinan yang hampir sama pada beberapa ringkasan pustaka 3 Masalah karakter Karakteristik bagi bangsa Memiliki bangsa dan figur Indonesia dimasa yang pendidikan/intelegensi kepemimpinan di akan datang adalah Indonesia : perspektif seorang yang asal sejarah usulnya baik, berpendidikan/memiliki intelegensi, beragama,memiliki integritas,berpikiran maju, memiliki visi,punya komitmen pada kehidupan demokrasi. 4
Komunikasi dan identitas kepemimpinan: studi tentang kepemimpinan BJ Habibie
Karakteristik yang dimiliki oleh BJ Habibie ketika menjadi pemimpin yaitu: memiliki kecerdasan dan interaksi yang luas,memiliki kharisma dan kredibilitas
Mempunyai kecerdasan, memiliki interaksi yang luas dalam hal ini melibatkan kemampuan berkomunikasi.
5
Trait Theory, persepsi kesempurnaan manusia dan krisis figur pemimpin : model substitusi kepemimpinan alternatif
Karakter atau sifat pemimpin yang dapat berhasil memimpin menurut (Keith Davis, 1972) yaitu memiliki intelegensia (kepintaran), mempunyai motivasi dan keinginan berprestasi, kematangan dan keluasan pandangan sosial, serta kemampuan mengadakan hubungan antar manusia.
Memiliki kepintaran, memiliki kemampuan mengadakan hubungan antar manusia (kemampuan berkomunikasi).
Sumber: Suwiknyo (2012), Oktaviani (2007), Suwirta dan Hermawan (2012), Purbaningrum (2011), Suharnomo (2004).
Sesuai dengan Tabel 3 maka terlihat bahwa dalam karakteristik kepemimpinan ditemui adanya kesamaan. Dari beberapa karakteristik kepemimpinan pada umumnya dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang ada pada tabel ditemukan kesamaan. Hal ini kemudian dapat dijadikan sebagai
16
karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Pada akhirnya, karakteristik yang memiliki kesamaan itu dapat dijadikan pedoman untuk menilai kepemimpinan dalam pemberdayaan masyarakat. Adapun karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif sesuai dengan tabel yaitu memiliki intelegensi, kemampuan berkomunikasi dan keteladanan. Maka karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif ini akan dilihat apakah sudah cukup dalam memberdayakan masyarakat.
Subak Subak merupakan organisasi yang masih eksis di beberapa wilayah di Bali mengenai pembagian air di areal sawah tradisional. Organisasi Subak memiliki 4 elemen seperti halnya lahan pertanian (sawah), sumber air, anggota Subak, dan pura Subak. Keempat hal yang disebutkan diatas adalah hal yang menjadi syarat mutlak untuk organisasi Subak (Martiningsih 2012). Sistem Subak berpijak pada prinsip aliran air dari atas dengan topografi persawahan yang berbukit dan distribusi air yang berkeadilan antar petani penggarap lahan (sawah). Alur distribusi ini diatur oleh seorang pemuka adat yang juga adalah seorang petani di Bali. Pada dasarnya Subak masih menggunakan teknologi yang tradisional dan berkearifan lokal. Peran manusia dalam pendistribusian air untuk keperluan irigasi persawahan masih didominasi oleh tenaga, kemampuan, kearifan dan sikap adil dari masyarakat yang dipimpin oleh pemangku adat (Budiarto 2012).
Konsep Pemberdayaan Masyarakat Sejak era 1950-an sampai saat ini, di negara-negara yang sedang berkembang dapat diidentifikasi adanya pendekatan yang secara silih berganti menjadi arus utama dalam pelaksanaan pembangunan masyarakat. Pada perkembangan terakhir, pemberdayaan masyarakat telah menempatkan dirinya sebagai pendekatan yang banyak dianut dan mewarnai berbagai kebijakan pembangunan masyarakat. Pendekatan ini dalam banyak hal dapat dilihat sebagai operasionalisasi dari perspektif atau paradigma pembangunan yang berpusat pada rakyat. Pemberdayaan masyarakat sendiri hadir akibat proses pembangunan yang hanya memikirkan perspektif pertumbuhan sehingga menjadikan masyarakat sebagai obyek pembangunan dan hal ini tidak mampu membuat pembangunan yang ada menjawab kebutuhan masyarakat (Soetomo 2011). Pemberdayaan sebagai proses mengembangkan, memandirikan, menswadayakan, memperkuat posisi tawar menawar masyarakat lapisan bawah terhadap kekuatan-kekuatan penekan di segala bidang dan sektor kehidupan. Menurut Erman (2003) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa pemberdayaan itu sendiri diharapkan dapat dicapai dengan adanya adanya suatu power sharing. Power sharing disini maksudnya semacam pembagian daya. Pembagian daya yang dimaksudkan adalah baik pihak Pemda maupun masyarakat saling berbagi khususnya dalam pelaksanaan program pembangunan. Maka dari itu, dengan dilakukannya pembangunan yang pendekatannya berbasis kerakyatan maka kegiatan kajian ini akan membentuk program partisipatif. Sesuai dengan hasil pemaparan diatas dapat disimpulkan bahwa untuk memberdayakan
17 masyarakat tentunya terkait dengan kepemimpinan lokal yang efektif. Maksudnya disini adalah kepemimpinan lokal yang mampu untuk menggunakan kekuasaannya untuk saling berinteraksi dengan masyarakat dan menjadikan masyarakat sebagai subyek pembangunan. Pada akhirnya kepemimpinan lokal yang efektif dengan menjadikan masyarakat sebagai subyek pembangunan akan mampu memberdayakan masyarakat. Sementara menurut Sudibyo (2006) dalam pemberdayaan memerlukan sikap yang dimiliki kaum penguasa untuk memberikan tuntunan pada masyarakat dengan hal yang sangat sederhana yang dapat dilihat yaitu: didengarkan pendapatnya, keamanan lingkungan, dan kesejahteraan hidup. Disisi lain menurut Adisasmita (2006) dalam Zamhariri (2008) bahwa pemberdayaan masyarakat adalah upaya pemanfaatan dan pengolahan sumberdaya manusia secara efektif yang dapat dilihat dari: (a) aspek masukan atau input (SDM, dana, sarana/peralatan, data, rencana, dan teknologi; (b) dari aspek proses (pelaksanaan, monitoring, dan pengawasan); dan (c) dari aspek keluaran atau output (pencapaian sasaran, efektivitas, dan efisien). Pemberdayaan dapat juga diartikan maknanya untuk menghidupkan kembali tatanan nilai, budaya, dan kearifan lokal dalam membangun jati dirinya sebagai masyarakat. Misalnya, menghidupkan kembali gotong royong dan tolong menolong pada masyarakat Indonesia terutama di daerah perkotaan merupakan wujud dari pemberdayaan masyarakat. Fokus pemberdayaan itu dapat bersifat individu maupun komunitas. Pemberdayaan juga menekankan pada proses, bukan hanya pada hasil (output) dari proses tersebut. Oleh sebab itu ukuran keberhasilan menurut Anwas (2013) yaitu seberapa besar partisipasi atau keberdayaan yang dilakukan oleh individu ataupun masyarakat. Disamping itu menurut penelitian Anwas (2013) bahwa petani sayuran lebih dinamis dibandingkan dengan petani padi. Selain itu secara budaya masing-masing petani memiliki kekhasan dan budaya masing-masing. Keragaman ini yang membuat agen perubahan dalam hal ini pemimpin perlu memahami petani sebagai kliennya. Apabila pemimpin telah memahami karakteristik petani sebagai kliennya maka hal itu kemudian menjadi acuan dalam merencanakan dan melaksanakan pemberdayaan. Adapun indikator pemberdayaan masyarakat menurut Suhendra (2006) adalah: kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata & sumbersumber yang ada di masyarakat, dapat berjalannya “bottom up planning”, kemampuan dan aktivitas ekonomi, kemampuan menyiapkan hari depan keluarga, kemampuan menyiapkan pendapat dan aspirasi tanpa adanya tekanan. Selain indikator pemberdayaan diatas menurut Kartasasmita (2003) bahwa pemberdayaan itu bukan hanya menyangkut masalah penguatan individu sebagai anggota masyarakat akan tetapi perlunya pranata-pranata. Hal yang teramat penting adalah adanya peningkatan partisipasi masyarakat dalam mengambil keputusan yang menyangkut dirinya. Mengambil keputusan sendiri dapat dikatakan sebagai hal yang diperlukan dalam pemberdayaan. Maka dari itu, selain hal yang disebutkan sebelumnya maka mengambil keputusan sendiri juga termasuk indikator pemberdayaan masyarakat.
18
Kerangka Pemikiran Kepemimpinan merupakan gejala universal yang banyak dibicarakan dari waktu ke waktu. Kepemimpinan lokal hadir seiring dengan perkembangan zaman. Kepemimpinan lokal antara suatu daerah dengan daerah lain berbeda. Perbedaan kepemimpinan di setiap daerah paling tidak dipengaruhi oleh aspek budaya. Aspek budaya tentunya mempengaruhi karakteristik kepemimpinan lokal. Demikian halnya pada ketua Subak Kepaon tentunya ada aspek budaya yang mempengaruhi karakteristiknya dalam memimpin. Aspek budaya ini yang kemudian akan ditemukan dilapangan yang dapat mempengaruhi karakteristik ketua Subak Kepaon. Disamping itu, penentu keefektifan kepemimpinan ditentukan oleh aspek kepemimpinan. Aspek kepemimpinan dapat menentukan karakteristik pemimpin lokal. Adapun aspek kepemimpinan yang digunakan dalam penelitian ini menurut Locke (1991) dalam Dewi (2009) yaitu motif, pengetahuan, dan keterampilan. Aspek kepemimpinan ini kemudian dilihat hubungannya dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon. Aspek kepemimpinan juga dapat menentukan berdayanya suatu kelompok atau komunitas oleh seorang pemimpin. Pemberdayaan itu sendiri meliputi pihak yang perlu diberdayakan dan adanya kepedulian oleh orang yang ingin memberdayakan. Hal itu dapat dilihat dari karakteristik yang dimiliki oleh pemimpin yang ingin memberdayakan pihak yang kurang berdaya tadi. Pemberdayaan masyarakat itu sendiri dapat dilihat dari indikatornya. Aspek kepemimpinan yang ada pada ketua Subak Kepaon kemudian dilihat kaitannya dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon. Sementara untuk pemberdayaan masyarakat dapat dilihat dari indikatornya seperti menurut Suhendra (2006) yaitu kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat, dan mengambil keputusan sendiri. Untuk memberdayakan petani Subak Kepaon tentunya diperlukan memiliki sejumlah karakteristik yang efektif pada ketua Subak Kepaon. Adapun karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif menurut kumpulan beberapa literatur seperti Suwiknyo (2012), Oktaviani (2007), Suwirta dan Hermawan (2012), Purbaningrum (2011), dan Suharnomo (2004) yaitu intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Karakteristik inilah yang digunakan dalam menilai keberhasilan ketua Subak Kepaon dalam memberdayakan petani Subak Kepaon. Adapun bagan kerangka analisis dapat dilihat seperti pada Gambar 1.
19
Aspek Budaya
Karakteristik Kepemimpinan lokal yang Efektif: - Intelegensi - Kemampuan Berkomunikasi - Keteladanan
Aspek Kepemimpinan: - Motif - Pengetahuan - Keterampilan
Indikator Pemberdayaan masyarakat pada petani Subak: - Kemampuan berpendapat - Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat - Mengambil keputusan sendiri
Keterangan : Berhubungan Diteliti secara kualitatif
Gambar 1 Analisis karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam pemberdayaan masyarakat
Hipotesis Hipotesis yang dapat ditarik dari penelitian diantaranya : 1. Terdapat hubungan antara aspek budaya dengan karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon 2. Terdapat hubungan antara aspek kepemimpinan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif 3. Terdapat hubungan antara aspek kepemimpinan dengan indikator pemberdayaan petani Subak di Bali 4. Terdapat hubungan antara karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dengan pemberdayaan petani Subak di Bali
20
Definisi Operasional 1. Aspek kepemimpinan adalah syarat yang memuat unsur penentuan seorang pemimpin yang efektif. Diukur dengan tiga variabel dengan menggunakan skala ordinal. Skor untuk masing-masing variabel jika dikategorikan tinggi adalah “3”, jika dikategorikan sedang adalah “2” dan jika dikategorikan rendah adalah “1”. Untuk masing-masing variabel, pengkategorian untuk masing-masing adalah sebagai berikut: a. Motif disini adalah hal yang mendorong ketua Subak untuk bekerja dengan sadar sebagai pemimpin lokal. Hal ini dapat dilihat dari faktor internal yang mempengaruhi motif ketua Subak dalam bekerja. Motif diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, motif dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu : Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan b. Pengetahuan disini adalah pengetahuan tentang organisasi dan teknologi. Pemahaman organisasi dapat dilihat dari pengetahuan seorang pemimpin mengenai subak, sementara untuk teknologi adalah pengetahuan mengenai hal-hal teknis dalam hal sistem subak. Responden akan ditanyakan mengenai tingkat pengetahuan yang dimiliki pemimpin Subak. Pengetahuan diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, pengetahuan dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu: Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan c. Keterampilan yaitu keahlian dalam hubungan manusia sesuai dengan pendapat (Locke 1991) dalam Dewi (2009). Hal itu dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki secara interpersonal seperti keterampilan mendengarkan, serta memelihara hubungan dengan bawahan, teman sejawat, dan pihak eksternal lainnya. Responden akan ditanyakan mengenai keterampilan yang dimiliki oleh pemimpin Subak. Keterampilan diukur berdasarkan skor total yang didapat dari pertanyaan, skor 1 untuk jawaban “Tidak” dan skor 2 untuk jawaban “Ya”. Oleh karena itu, keterampilan dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu: Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan Maka, pengkategorian aspek kepemimpinan adalah sebagai berikut: Tinggi : jika skor total ketiga variabel berjumlah 7-9 Sedang : jika skor total ketiga variabel berjumlah 4-6 Rendah : jika skor total ketiga variabel berjumlah 1-3
21 2. Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif adalah karakteristik yang dimiliki oleh seorang pemimpin yang mampu mencapai tujuan sebuah organisasi yang dipimpinnya. Skor untuk masing-masing variabel jika dikategorikan tinggi adalah “3”, jika sedang adalah “2”, jika rendah adalah “1”. Untuk masing-masing variabel, pengkategorian untuk masing-masing adalah sebagai berikut: a. Memiliki intelegensi adalah kemampuan berupa kepandaian yang dimiliki seorang pemimpin untuk melihat dan memahami dengan baik dan mengerti sebab akibat suatu kejadian (Kartono 2011). Intelegensi itu dapat dilihat dari pengalaman yang dimiliki oleh seorang pemimpin dalam hal pengetahuan. Intelegensi diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “5” untuk jawaban sangat setuju, skor 4 untuk jawaban setuju, skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, intelegensi dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu: Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah ≥ 25 Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah ≥ 13-24 Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 1-12 b. Kemampuan berkomunikasi yaitu mampu menjalin hubungan antar manusia dengan baik. Hal itu dapat dilihat dari kemampuan berpikir, menulis, membaca, dan berbicara (Thamrin 2010). Kemampuan berkomunikasi diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “5” untuk jawaban sangat setuju, skor 4 untuk jawaban setuju, skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, kemampuan berkomunikasi dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu: Tinggi : jika skor total pernyataan berjumlah ≥ 25 Sedang : jika skor total pernyataan berjumlah ≥ 13-24 Rendah : jika skor total pernyataan berjumlah 1-12 c. Keteladanan yaitu mampu menunjukkan kejujuran, dedikasi kepada tugas, disiplin kerja dan berbagi nilai-nilai hidup lainnya yang bersifat positif (Siagian 2010). Keteladanan diukur berdasarkan skor total dari pernyataan, skor “5” untuk jawaban sangat setuju, skor 4 untuk jawaban setuju, skor 3 untuk jawaban ragu-ragu, skor 2 untuk jawaban tidak setuju, skor 1 untuk jawaban sangat tidak setuju dari setiap pernyataan. Oleh karena itu, keteladanan dibedakan ke dalam skala ordinal yaitu: Tinggi : jika skor total dari pernyataan berjumlah ≥ 25 Sedang : jika skor total dari pernyataan berjumlah ≥ 13-24 Rendah : jika skor total dari pernyataan berjumlah 1-12 Maka, pengkategorian untuk karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif berdasarkan akumulasi skor sebagai berikut : Tinggi : jika skor total dari ketiga variabel adalah 7-9 Sedang : jika skor total dari ketiga variabel adalah 4-6 Rendah : jika skor total dari ketiga variabel adalah 1-3
22
3. Indikator pemberdayaan masyarakat adalah suatu hal yang menunjukkan suatu pemberdayaan masyarakat dapat tercapai. Skor untuk masingmasing variabel jika dikategorikan tinggi adalah “3”, jika dikategorikan sedang adalah “2” dan jika dikategorikan rendah adalah “1”. Untuk masing-masing variabel, pengkategorian untuk masing-masing adalah sebagai berikut: a. Kemampuan berpendapat yaitu kemampuan yang dimiliki untuk berani memberitahukan aspirasi, ide, atau gagasan mengenai sesuatu hal. Kemampuan berpendapat dapat dilihat dari tindakannya untuk memberikan pendapat saat diadakan rapat. Kemampuan menyiapkan pendapat diukur berdasarkan skor total dari setiap pernyataan, skor 1 untuk “Tidak” dan skor 2 untuk “Ya”. Oleh karena itu kemampuan berpendapat dikategorikan ke dalam skala ordinal sebagai berikut: Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan b. Bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat yaitu sejumlah tata aturan yang ada pada awig-awig dan segala jenis sumber-sumber masyarakat yang harus dilaksanakan. Bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat diukur berdasarkan skor total dari setiap pernyataan, skor 1 untuk “Tidak” dan skor 2 untuk “Ya”. Oleh karena itu bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat dikategorikan ke dalam skala ordinal sebagai berikut: Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan c. Mengambil keputusan sendiri yaitu mengambil keputusan sesuai dengan kemauannya sendiri selaku petani Subak di Bali. Hal ini dapat dilihat dari kemampuan dan kepercayaan diri yang dimiliki selaku petani Subak di Bali. Mengambil Keputusan sendiri diukur berdasarkan skor total dari setiap pertanyaan, skor 1 untuk “Tidak” dan skor 2 untuk “Ya”. Oleh karena itu mengambil keputusan sendiri dikategorikan ke dalam skala ordinal sebagai berikut: Tinggi : jika menjawab ya sebanyak ≥ 4 pertanyaan Sedang : jika menjawab ya sebanyak ≥ 2-3 pertanyaan Rendah : jika menjawab ya sebanyak < 2 pertanyaan Maka, pengkategorian untuk indikator pemberdayaan masyarakat dengan akumulasi skor sebagai berikut: Tinggi : jika skor total dari ketiga variabel berjumlah 7-9 Sedang : jika skor total dari ketiga variabel berjumlah 4-6 Rendah : jika skor total dari ketiga variabel berjumlah 1-3
23
PENDEKATAN LAPANG Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode pendekatan kuantitatif yang didukung dengan metode kualitatif. Metode pendekatan kuantitatif yang digunakan adalah teknik survei dengan instrumen kuesioner dan wawancara terstruktur. Hasil survei yang didapat kemudian menjadi dasar untuk menganalisis karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon yang kemudian ditambah lagi melalui metode pendekatan kualitatif. Metode pendekatan kualitatif digunakan untuk menemukan informasi terkait dengan aspek budaya yang mempengaruhi karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon. Metode pendekatan kualitatif menggunakan instrumen wawancara mendalam, observasi langsung dan studi literatur. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah explanatory research dan deskriptif. Deskriptif dimaksudkan untuk membuat penjelasan secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu, sedangkan explanatory research atau penjelasan dimaksudkan untuk menjelaskan hubungan korelasi antar variabel dan menguji hubungan antarvariabel yang dihipotesiskan (Singarimbun 1989).
Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilakukan di Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali (Lampiran 1). Pemilihan lokasi dilakukan dengan cara sengaja (purposive) sesuai dengan kebutuhan penelitian. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa Desa Pemogan merupakan salah satu desa yang telah melakukan pemberdayaan terhadap pertanian khususnya pemberdayaan petani sawah di Bali. Pemberdayaan terhadap petani dalam penelitian sebelumnya di Desa Pemogan dilakukan dengan memanfaatkan operasional dan jaringan fisik Subak. Melalui hal inilah pada akhirnya mampu memberdayakan petani Subak khususnya petani Subak Kepaon di Bali dalam hal pengairan. Pemberdayaan petani Subak Kepaon pada Desa Pemogan melibatkan peran seorang pemimpin. Peran pemimpin yang ada dalam pemberdayaan petani Subak Kepaon di Desa Pemogan menjadi dasar dalam penentuan lokasi penelitian. Waktu penelitian dilakukan pada awal Bulan April sampai pada awal Bulan Mei. Lamanya waktu penelitian yaitu kurang lebih satu bulan.
Penentuan Responden Penelitian Unit analisis penelitian ini adalah individu. Responden adalah petani Subak Kepaon yang tergabung pada Subak Kepaon. Populasi adalah Petani Subak Kepaon yang ada di Desa Pemogan dan Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar yang berjumlah 163 orang. Data populasi diperoleh dari daftar keanggotaan penerima pupuk pada Subak Kepaon yang dimiliki oleh ketua Subak di Desa Pemogan. Kerangka sampling adalah sama dengan populasi
24
(Lampiran 2). Penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik stratified random sampling dengan jumlah responden sebanyak 62 orang (Lampiran 4). Sampel yang diambil terdiri dari petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Sampel yang dijadikan responden sebanyak 62 orang dengan menggunakan rumus Slovin menurut Husein (2005) dalam Purbawijaya (2012) seperti rumus dibawah ini. n= 163 = 62. 1+163(0.10x0.10) Alasan dari penggunaan rumus Slovin untuk menentukan sampel yaitu dengan asumsi kesalahan sebesar 10 persen. Dari 62 Petani Subak Kepaon yang jadi sampel terdiri dari 12 petani pemilik penggarap dan 50 petani penggarap. Responden diambil secara acak dengan menggunakan bantuan Program MS. Excel 2007.
Teknik Pengumpulan Data Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui wawancara mendalam dengan kuesioner (Lampiran 5) kepada seluruh responden yaitu petani Subak Kepaon. Sementara pengumpulan data kualitatif dilakukan melalui observasi langsung di lapangan, wawancara mendalam, dan dokumen tertulis. Data-data yang terkumpul kemudian disusun secara sistematis dalam bentuk catatan harian tanpa adanya unsur analisis di dalamnya. Catatan harian merupakan data mentah yang nantinya dianalisis untuk penarikan kesimpulan. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui kuesioner yang diisi oleh peneliti atas dasar jawaban responden. Adapun data sekunder diperoleh dari kantor Desa Pemogan, kantor BPS, Dinas Pendapatan, buku, internet, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis, dan laporan penelitian yang ada kaitannya dengan penelitian ini. Data primer dan data sekunder saling mendukung satu sama lain dalam menyempurnakan hasil penelitian.
Teknik Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data kuantitatif digunakan menggunakan program komputer SPSS 16 for Windows untuk menguji hubungan antar variabel yang kemudian dianalisis dan diinterpretasikan untuk melihat fakta yang terjadi dengan menggunakan analisis Rank Spearman, serta dianalisis secara deskriptif untuk menggambarkan karakteristik kepemimpinan yang efektif pada petani Subak Kepaon di Bali. Kemudian untuk menguji hubungan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon, dianalisis melalui analisis Rank Spearman. Analisis Rank Spearman dengan nilai α (alpha) 5% untuk data-data ordinal, yaitu (a) aspek kunci kepemimpinan efektif (b) karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif (c) indikator pemberdayaan masyarakat. Hal tersebut berarti bila nilai probabilitas lebih kecil dari nilai α (0.05) hipotesis diterima, yang berarti terdapat hubungan
25 nyata antara variabel. Sebaliknya, apabila nilai probabilitas lebih besar dari nilai α (0.05) hipotesis ditolak, yang berarti tidak terdapat hubungan antara variabel. Selain menggunakan Rank Spearman dalam analisis data maka digunakan juga tabel frekuensi dan tabulasi silang. Setelah dilakukan analisis data maka selanjutnya dilakukan interpretasi hasil pengolahan data yang mengacu pada hipotesis penelitian. Kemudian ditarik kesimpulan dari semua data yang telah diolah untuk menjawab perumusan masalah.
26
27
GAMBARAN UMUM DESA PEMOGAN Bab ini menguraikan tentang profil lokasi penelitian yang terbagi kedalam beberapa sub bab. Sub bab yang pertama adalah mengenai kondisi geografis Desa Pemogan. Sub bab kedua mengenai struktur sosial di Desa Pemogan, yang terbagi dalam uraian mengenai pendidikan dan ekonomi. Pada sub bab ketiga diuraikan mengenai pola kebudayaan dan karakteristik responden.
Kondisi Geografis Desa Pemogan merupakan salah satu desa yang ada pada Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali. Desa Pemogan berbatasan langsung dengan satu kecamatan maupun dengan desa dari kecamatan yang berbeda. Sebelah utara berbatasan dengan Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan, sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Selat Badung Kecamatan Kuta Utara, sebelah timur berbatasan dengan Desa Pedungan Kecamatan Denpasar Selatan, sebelah barat berbatasan dengan Desa Pemecutan Kecamatan Denpasar Barat. Desa ini terletak 5 km dari kantor Kecamatan Denpasar Selatan, 7 km dari ibu kota Kabupaten Denpasar, 7 km dari ibu kota Provinsi Bali. Desa Pemogan terletak pada ketinggian 0.5 m dari permukaan laut. Suhu udara rata-rata desa ini mencapai 24-30ºC dengan curah hujan 10 mm per tahun. Desa pemogan terdiri dari 16 Dusun yaitu adalah Dusun/Banjar Pemogan Kaja, Dusun/Banjar Pantisari, Dusun/Banjar Panti Gede, Dusun/Banjar Dalem, Dusun/Banjar Dalem Kesumasari, Dusun/Banjar Kampung Islam Kepaon, Dusun/Banjar Jaba Tengah, Dusun/Banjar Jaba Jati, Dusun/Banjar Dukuh Tangkas, Dusun/Banjar Taruna Bhineka, Dusun/Banjar Praja Raksasa, Dusun/Banjar Sakah, Dusun/Banjar Rangkansari, Dusun/Banjar Kajeng, Dusun/Banjar Gelogor Carik, Dusun/Banjar Gunung. Luas wilayah Desa Pemogan ini adalah sebesar 971 ha dimana wilayahnya berada pada dataran rendah/pantai. Umumnya lahan digunakan sebagai pemukiman dan untuk pertokoan, tetapi banyak juga yang digunakan sebagai lahan persawahan. Berikut pada Tabel 4 dijelaskan mengenai luas wilayah menurut jenis penggunaan tanah . Tabel 4 Luas Wilayah Desa Pemogan menurut jenis penggunaan tanah tahun 2011 No Penggunaan Tanah Luas (ha) 1 Sawah 220.00 2 Tegal/huma 20.00 3 Pekarangan 454.00 4 Perkebunan 10.00 5 Kuburan 1.00 6 Lainnya 266.00 Total Luas 971.00 Sumber: Kantor Desa/Kelurahan dalam BPS 2011
28
Kondiisi Ekonom mi Ekonomi merupakan m salah satu pilar p pentin ng dalam meenopang kehidupan di desa.. Apabila aktivitas a ekoonomi semaakin mening gkat, maka harapan peeningkatan penddapatan massyarakat dappat meningkkat. Ekonom mi juga berkkaitan denggan bidangbidanng lain sepperti pendiddikan, infraastruktur, dan d keamannan. Keberrhasilan di bidanng ekonom mi tentunyaa akan mendukung keberhasilaan di bidaang-bidang lainnnya. Semula mata m pencaaharian waarga Desa Pemogan berasal ddari sektor pertaanian dan peternakann pada tahun 1970-an n. Masyaraakat pada umumnya menaanam padi dan beternnak ayam, babi, b sapi, itik, kambing/domba, dan kuda. Semeenjak tahuun 1990-ann mata peencaharian berubah lebih kepadda bidang perdaagangan daan jasa dikkarenakan pesatnya perkembang p gan industrri di Desa Pemoogan. Data Poddes 2011 yang dikeeluarkan BPS B menjeelaskan bahhwa mata pencaharian waarga Pemogan umum mnya berasaal dari biddang jasa. Mayoritas wargganya berkeerja sebagaii Pegawai Negeri, N Gurru, Buruh bangunan, b ddan bekerja di peerhotelan seerta industrri. Walaupuun demikian n, jumlah warga w yang bekerja di sektoor pertaniann juga relattif banyak. Melalui Gambar 2 teerlihat jelas mengenai mataa pencaharian pokok warga Dessa Pemogan n. Berdasarrkan gambaar tersebut dapaat dilihat bahwa b 28 persen dari d masyarrakat Desaa Pemogann bermata pencaharian di bidang perrdangan. Mata M pencah harian selannjutnya yanng menjadi pilihaan warga adalah di biddang industtri dengan persentase p s sebesar 12 ppersen dan disussul dengan 5 persen di bidang perttanian. Pertaanian
P Peternakan
Perdagaangan Induustri
Angk kutan
P Perbankan
Jasa 5%
Lainnnya
6%
2 28% 28% % 8% 9%
12%
4%
Gam mbar 2 Perseentase Pendduduk Desa Pemogan berdasarkan b sumber maata penccaharian di Desa D Pemoggan, Kecam matan Denpaasar Selatann, Kabuupaten Denppasar, Proviinsi Bali 20 011
29 K Kondisi Pen ndidikan Peendidikan merupakan m h yang san hal ngat diperluukan untuk m mengemban ngkan kapasitas sumberdayya manusia yang ada. Desa Pemoogan meruppakan desa yang sudah meemiliki inffrastruktur pendidikan p yang mem madai. Disam mping itu, Desa Pemogan memiliki sarana s pendidikan agama non formal f yaituu pesantren n dan madrasah.. Status sekkolah yang ada di Dessa Pemogann umumnyaa adalah sekolah data mono negeri, naamun ada juga beberaapa sekolah h swasta. Berdasarkan B ografi desa dan kelurahan tahun 20077, terdapat 6 Kelomppok Bermaiin negeri, 6 TK negeri, 11 SD negeri , SMP 4 neegeri, dan SMA 1 negeeri. Hal ini jauh berbed da jika dibandinggkan dengann data mennurut Caban ng Dinas Peendidikan ddan Kebudaayaan Denpasar Selatan dallam BPS Tahun T 2011 dengan meenyebutkan 8 TK Swaasta, 6 SD Negerri, 4 SD Swaasta, 4 SMA A Swasta, dan 1 SMA Swasta. S Faasilitas sekoolah yang ada a di Dessa Pemogann membuatt warga di Desa Pemogan banyak yanng dapat mengenyam m pendidikann sampai tinngkat SMU U. Hal ini dapat dilihat d juga dari jumlahh warga yan ng banyak taamatan SD sebanyak 13 961 jiwa. Banyyaknya warrga yang daapat mengen nyam pendiidikan samppai tingkat SMU, S membuat warga dapaat terserap di d lapangan pekerjaan p f formal mauppun informaal. Jum mlah pendudduk Desa Pemogan P menurut m tinngkat penddidikannya dapat dilihat padda Gambar 3.
T Tidak Sekollah
T Tidak tamatt SD
T Tamat SD
T Tamat SMP P
T Tamat SMU U
T Tamat Diploma
T Tamat Sarjaana/DIV 5% 3% 11 1%
12% %
2 26%
1 14% 29%
mogan Gambar 3 Persentasee Pendudukk berdasarkaan tingkat peendidikan ddi Desa Pem Kecamatann Denpasar Selatan, Kaabupaten Deenpasar, Proovinsi Bali 2011
30
Struktur Sosial Masyarakat Agama Hindu merupakan agama mayoritas yang menjadi kepercayaan warga di Desa Pemogan. Walaupun demikian, di Desa Pemogan juga terdapat agama lainnya seperti Kristen Protestan, Kristen Katholik, Islam, dan Budha. Keberagaman yang ada mampu membuat masyarakat untuk hidup secara berdampingan dengan damai. Di desa Pemogan sendiri justru ada kampung islam, dimana masyarakatnya bukan asli orang Bali. Mereka kebanyakan adalah orang jawa yang merantau ke Bali untuk mencari pekerjaan. Pelapisan masyarakat yang ada yaitu golongan atas, menengah, dan bawah. Masyarakat Bali pada umumnya memiliki kasta yang membuat posisi seseorang itu lebih dihormati. Golongan atas masyarakat Bali pada umumnya yaitu orang yang memiliki gelar dalam keagamaan serta orang yang memiliki banyak sawah maupun yang memiliki banyak harta. Sementara untuk golongan menengah adalah mereka yang bekerja sebagai petani sambilan yang memiliki luas beberapa hektar. Sementara untuk golongan bawah sendiri adalah mereka yang pekerjaannya tidak menentu, serta tidak memiliki sawah sama sekali. Masyarakat Desa Pemogan yang kebanyakan bekerja pada sektor jasa dan industri membuat sektor pertanian semakin tidak diperhatikan lagi. Hal ini terlihat dari kebanyakan pemuda Desa Pemogan memilih bekerja di sektor jasa dan industri dengan alasan bahwa bertani itu sulit. Sektor pertanian pada Desa Pemogan masih saja mampu menyumbangkan produksi hasil panennya dengan kualitas dan kuantitas yang baik. Hal ini dapat terjadi karena adanya sistem pola tanam yang terus dipertahankan. Selain itu, petani berupaya untuk menerapkan pupuk berimbang kepada tanaman sesuai dengan petunjuk yang diterima dari PPL. Akses untuk masuk ke Desa Pemogan, sangat mudah. Disamping lokasinya yang tidak jauh dari kota Denpasar, juga jalanan yang semuanya sudah diaspal. Hanya saja yang dapat menikmati serta mendapat keuntungan kebanyakan adalah mereka yang memiliki usaha dan sangat memerlukan jalanan yang diaspal.
Pola Kebudayaan Masyarakat Mayoritas masyarakat Desa Pemogan asli orang Bali namun seiring dengan perkembangan zaman sudah banyak terjadi pernikahan dengan orang asing. Hal ini yang kemudian membuat penduduk Desa Pemogan semakin banyak yang bukan orang Bali asli lagi. Kebiasaan orang Bali yang sangat khas dengan budaya seiring dengan perkembangan zaman mulai memudar. Hal itu dapat dilihat dari kebiasaan upacara-upacara yang dilakukan sudah mulai dikurangi. Seiring bertambahnya industri dengan pesat membuat masyarakat menjadi lebih berpikir secara instan. Ketertarikan masyarakat Desa Pemogan terhadap pertanian mulai berubah, hal ini juga dipicu oleh perkembangan yang terjadi pada Desa Pemogan. Adapun bahasa yang digunakan masyarakat Desa Pemogan adalah bahasa Bali sebagai bahasa sehari-hari. Selain bahasa Bali warga juga mengetahui bahasa Indonesia, namun mereka lebih sering menggunakan bahasa Bali untuk berkomunikasi satu sama lain. Masyarakat juga sudah mengenal media massa seperti televisi, handphone dan internet. Interaksi sosial yang terjalin antara masyarakat Desa Pemogan memiliki
31 hubungan yang sangat dekat satu sama lain. Hal ini dikarenakan setiap warga mengetahui siapa saja tetangganya. Kebanyakan warga Desa Pemogan juga masih bersaudara kandung yang tinggal dalam satu wilayah. Perkawinan yang terjadi antar satu Desa juga semakin mempererat hubungan kekeluargaan antar warga. Kebanyakan warga sudah memiliki tugas masing-masing, sehingga semakin jarang terlihat untuk gotong-royong. Adapun kegiatan gotong-royong yang dilakukan oleh warga secara rutin setiap minggu adalah bersih-bersih parit di lokasi yang sudah ditentukan oleh Banjar/Dusun.
Karakteristik Responden Petani Subak Kepaon dalam penelitian ini terdiri dari petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Petani Subak Kepaon yang menjadi responden kebanyakan menganut agama Hindu dan sisanya sebanyak dua orang menganut agama Islam. Di desa Pemogan sendiri terdapat kampung Islam. Hal inilah yang kemudian membuat masyarakat asli Bali sangat menghargai adanya perbedaan. Maka tidak heran bila pada Subak Kepaon terdapat beberapa anggota subak yang menganut agama selain agama Hindu. Adapun upacara berupa ucapan syukur yang biasa dilakukan warga Bali yang beragama Hindu tidak mengharuskan agar diikuti oleh petani Subak Kepaon yang tidak beragama Hindu. Petani Subak Kepaon yang bukan beragama Hindu hanya membayarkan uang untuk upacara yang dilakukan tanpa mengikutinya. Mengingat bahwa hal ini dilakukan demi saling menghargai dan menjaga perdamaian antar petani Subak Kepaon. Responden kebanyakan merupakan warga asli Desa Pemogan yang sehariharinya bekerja sebagai penggarap di sawah. Sekalipun ada beberapa petani yang memiliki sawah sendiri namun sawahnya tetap diusahakan oleh diri sendiri. Petani Subak Kepaon yang menjadi responden kebanyakan bekerja sebagai buruh bangunan di pabrik, dan jasa. Hal ini dilakukan karena bekerja hanya sebagai petani maka akan kurang cukup untuk menghidupi kehidupan sehari-hari. Pada tabel dibawah ini akan diperlihatkan jumlah responden yang memiliki pekerjaan sambilan selain menjadi petani. Tabel 5 Jumlah Responden Petani Subak Kepaon Berdasarkan Jenis Pekerjaan di luar Sektor Pertanian Sawah tahun 2013 Jenis Pekerjaan di Luar Jumlah Persentase (%) Sektor Pertanian Sawah Buruh Proyek Bangunan 7 11.29 Tukang 3 4.84 Jasa 6 9.68 Pedagang sembako 3 4.84 Pegawai swasta 6 9.68 Pegawai negeri 4 6.45 Tidak memiliki nafkah 33 53.22 non-pertanian Total 62 100.00 Sumber: hasil temuan lapang (diolah), 2013
32
Sesuai dengan Tabel 5 dapat dilihat bahwa sebanyak 11.29 persen anggota petani Subak Kepaon memiliki pekerjaan sambilan sebagai buruh proyek bangunan. Sementara sebesar 9.68 bekerja di bidang jasa seperti freelance, koki restauran, supir, dan dengan persentase yang sama sebagai pegawai swasta. Namun, terdapat 53.22 persen dari responden tidak memiliki pekerjaan lain di luar sektor pertanian sawah. Persentase ini dapat menunjukkan bahwa sebagian dari petani Subak Kepaon banyak yang bekerja sebagai buruh proyek bangunan. Hal ini dapat menunjukkan bahwa petani Subak Kepaon telah melakukan pola nafkah ganda. Hal ini dilakukan demi memenuhi kehidupan sehari-hari, dan tidak cukup hanya mengandalkan dari sektor pertanian. Kebanyakan petani Subak Kepaon baik yang tidak memiliki pekerjaan sampingan maupun yang memiliki tentunya memiliki luas lahan sawah yang digarap. Petani Subak kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap tentunya memiliki luas lahan sawah berbeda satu sama lain. Melalui Tabel 6 ini dapat dilihat rataan luas lahan sawah yang dimiliki oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Tabel 6 Luas lahan sawah petani Subak Kepaon Jenis Petani Subak Luas lahan petani Subak Kepaon Kepaon (m2) Petani pemilik penggarap 420 Petani penggarap 2571 Total luas lahan sawah 2991 a keterangan: lampiran 5
Rata-rata luas lahan sawah * 35.00 * 51.42 86.42
Dari Tabel 6 dapat dilihat bahwa rata-rata luas lahan sawah yang ada pada Subak Kepaon lebih banyak digarap daripada dimiliki oleh petani. Terlihat jelas bahwa rata-rata luas lahan penggarap lebih besar yaitu 51.42 m2 sedangkan petani pemilik penggarap sebesar 35.00 m2. Melalui hal ini dapat dijelaskan bahwa pertanian sendiri sudah bukan menjadi perhatian petani Subak Kepaon. Hal ini selain disebabkan oleh petani Subak Kepaon yang sudah memiliki pekerjaan sampingan juga tidak adanya uang untuk membeli sawah. Selain itu petani penggarap sendiri merasakan keuntungan dengan sistem bagi hasil yang diterapkan oleh pemilik sawah. Adapun sistem bagi hasilnya yaitu 1:2. Satu untuk pemilik sawah sedangkan dua untuk petani penggarap sendiri ketika panen tiba. Adapun penyebab sedikitnya yang memiliki sawah yaitu sudah banyaknya petani Subak Kepaon yang lebih tertarik untuk menjual lahannya kepada pihak industri lantaran dengan biaya yang mahal. Ditambah lagi dalam bertani dirasakan kurang begitu cepat untuk mendapatkan penghasilan maka dari itu banyak yang menjadikan sawahnya untuk dibangun kos-kosan atau sejenis usaha yang lain. Petani Subak Kepaon yang pekerjaannya tidak hanya sebagai petani semakin bertambah jumlahnya. Meskipun demikian, masih banyak petani yang hanya bekerja sebagi petani saja dan untuk mencukupi kehidupannya sehari-hari yaitu dengan menjual canang1 ke pasar untuk keperluan sembahyang. 1
Canang merupakan tempat sesajen yang dibuat untuk sembahyang. Biasanya canang tediri dari bentuk yang sama hanya saja ada berbagai ukuran. Canang itu sendiri banyak dibutuhkan masyarakat Bali ketika ingin sembahyang baik pada pagi hari dan sore hari.
33 Terlihat bahwa masih banyak petani di Subak Kepaon hanya mengandalkan dari sektor pertanian dibandingkan dengan mencari pekerjaan sambilan yang lain. Hal ini dikarenakan kebanyakan petani yang tergabung pada Subak Kepaon ratarata sudah tergolong dalam umur dewasa tua. Faktor umur petani Subak Kepaon yang membuat petani tidak lagi bekerja sebagai buruh bangunan di proyek, mengingat daya tahan sudah mulai menurun. Selain itu, biaya tanggungan sudah tidak lagi banyak sebab yang menjadi beban tanggungan rata-rata sudah berkeluarga. Maksudnya beban tanggungan adalah jumlah orang yang harus dibiayai hidupnya karena belum memiliki pekerjaan atau karena faktor yang lainnya.
34
35
ASPEK BUDAYA YANG MEMPENGARUHI KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL KETUA SUBAK KEPAON Pembahasan ini menjelaskan aspek budaya yang dapat mempengaruhi karakteristik kepemimpinan lokal ketua Subak Kepaon. Budaya masyarakat Bali sangat erat kaitannya dengan agama yang mereka anut yaitu Agama Hindu. Hal ini juga mempengaruhi kepemimpinan lokal pada ketua Subak. Seorang ketua Subak di Bali harus memahami budaya masyarakat Bali. Aspek budaya pada kepemimpinan lokal ketua Subak Kepaon akan dijabarkan sesuai dengan penilaian petani Subak Kepaon. Aspek budaya ini ditanyakan secara kualitatif pada petani Subak Kepaon baik itu petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Adapun aspek budaya yang mempengaruhi karakteristik kepemimpinan lokal ketua Subak Kepaon dijelaskan sebagai berikut.
Pola Pikir Pembagian Air Irigasi Subak pada umumnya beranggapan bagaimana irigasi dapat dikelola agar mampu mencukupi kebutuhan air berbagai tanaman pada saat tanaman kekurangan air. Adapun tanaman yang diari tersebut seperti tanaman yang dibudidayakan di lahan sawah yang berupa tanaman padi, dan palawija. Sistem subak menganut sistem distribusi air secara proporsional, untuk itu resiko ditanggung secara bersama-sama. Adapun cara yang dilakukan untuk mengatasi masalah kekurangan air yang tidak terprakirakan sebagai berikut : ada sistem saling meminjam air irigasi antar anggota subak dalam satu subak; adanya sistem pengelolaan area pada kawasan subak yang bersangkutan, ada sistem pelampias yakni kebijakan untuk memberikan tambahan air untuk lahan sawah yang berada di hilir; jumlah tambahan air ditentukan dengan kesepakatan bersama, dengan mempertimbangkan porositas lahan di subak yang bersangkutan; ada sistem pengurangan porsi air yang harus diberikan pada satu blok/komplek sawah milik petani tertentu; ada peran pekaseh/pengurus dalam mengatur air irigasi pada saat debit air yang sangat kecil. Hal yang sudah dijabarkan sebelumnya merupakan pola pikir yang ada pada Subak. Hal ini juga ditemukan pada Subak Kepaon. Petani Subak Kepaon yang mengandalkan pengairan untuk bertani memiliki sejumlah tata aturan dalam pengelolaannya. Hal itu dapat dilihat dari tata aturan yang tertulis pada awig-awig Subak Kepaon. Pada awig-awig dijelaskan tentang pergiliran tanaman demi menjaga keadilan dalam mendapatkan pengairan. Petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap menganggap bahwa air merupakan salah satu anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa. Pengelolaan air dilakukan dengan memperhatikan asas keadilan yang sesuai dengan filosofi ajaran agama Hindu yaitu Tri Hita Karana. Petani pemilik penggarap maupun petani penggarap yang tergabung pada Subak Kepaon sudah menganggap bagian dari kebiasaan mereka untuk menjaga keselarasan alam. Salah satu wujud dalam menjaga keselarasan alam tersebut yaitu dengan menaati peraturan yang disepakati.
36
Peraturan yang disepakati tersebut sudah bagian dari diri mereka sehingga tidak heran bahwa petani Subak Kepaon akan melaksanakan aturan yang berlaku. Petani Subak Kepaon merasakan manfaatnya sendiri dengan pengelolaan sistem irigasi yang adil. Setiap petani Subak Kepaon menerima pengairan ke sawah masing-masing dengan banyak yang hampir merata. Selain air, lahan persawahan juga merupakan sumberdaya yang dinilai petani Subak Kepaon perlu dijaga keberlangsungannya. Berbicara mengenai air yang dibutuhkan petani untuk bertani, maka lahan persawahan juga tidak kalah pentingnya bagi petani Subak Kepaon. Lahan persawahan merupakan modal awal khususnya bagi petani penggarap untuk bertani. Untuk itu melalui lahan persawahan yang digaraplah mampu menambah penghasilan petani Subak Kepaon. Menurut petani Subak Kepaon baik pemilik penggarap maupun penggarap bahwa ketua Subak Kepaon dalam hal memimpin dipengaruhi oleh aspek kebudayaan daerah Bali. Adapun aspek kebudayaan itu menurut petani Subak Kepaon adalah mengenai pola pikir pembagian air irigasi serta kegiatan upacara keagamaan yang sudah sepatutnya dipahami oleh ketua Subak Kepaon. Pola pikir pembagian air irigasi merupakan salah satu aspek budaya pada Subak Kepaon dalam bentuk kegiatan dimana para anggota bertemu untuk melakukan musyawarah. Musyawarah tersebut digunakan untuk membahas tentang berbagai hal terkait dengan kegiatan Subak Kepaon, khususnya mengenai tata kelola pembagian air irigasi di subak tersebut. Pola pikir merupakan langkah awal bagi anggota subak untuk menentukan bagaimana cara mengalirkan air yang berasal dari sumber mata air agar dapat sampai ke sawah-sawah anggota secara merata. Pertemuan yang dilakukan oleh anggota subak ini disebut dengan sangkepan krama yang berlangsung pada tingkat munduk dan pada tingkat subak. Sangkepan krama dalam bahasa Indonesia berarti rapat anggota. Rapat yang diadakan oleh Subak Kepaon, pada tingkat subak dipimpin oleh pekaseh (ketua subak) dan hanya dihadiri oleh penjuru arah yaitu kelian (ketua) setiap munduk, sekretaris, dan bendahara. Rapat pada tingkat munduk dipimpin oleh kelian munduk dan dihadiri oleh semua anggota munduk terkait. Rapat yang diadakan selama sebulan sekali pada tingkat subak untuk mendiskusikan setiap permasalahan pada masing-masing munduk serta solusi dari masalah yang ada. Selain itu, dibicarakan juga mengenai bagaimana memperoleh bantuan pupuk, benih, atau bantuan pemerintah lainnya yang terkait dengan pertanian. Subak kepaon memiliki bangunan tersendiri yang digunakan sebagai tempat mengadakan sangkepan pada tingkat subak, dan dilengkapi pura kecil untuk sembahyang yang terdapat di bagian depan bangunan. Selain membahas terkait pengelolaan irigasi dalam sangkepan juga dibahas mengenai sistem pola tanam yang diterapkan pada Subak Kepaon. Sistem pola tanam yang diterapkan oleh setiap anggota petani Subak Kepaon berbeda-beda untuk setiap munduk. Hal ini mengingat ketersediaan air Subak Kepaon yang berasal dari Tukad Badung. Keadaan sumber air subak Kepaon yang berasal dari Tukad Badung sangat menentukan pergiliran pola tanam pada setiap munduk. Pergiliran tanaman yang berbeda setiap munduk dilakukan agar setiap anggota tiap munduk mendapat air secara merata saat menanam. Adapun pola tanaman yang dilakukan pada Subak Kepaon itu sendiri yaitu padi-palawija-padi. Menanam palawija akan dilakukan secara bergiliran pada setiap munduk. Hal ini
37 dilakukan mengingat ketersedian air irigasi yang ada pada Tukad Badung kadang terbatas, dan bentuk sawah tiap munduk Subak Kepaon yang berbeda. Umumnya sistem pola tanam pada Subak Kepaon berdasarkan pada sistem kalender Bali. Pola tanam yang digunakan pada Subak Kepaon mampu membuat petani menghasilkan jumlah dan kualitas padi yang lebih baik. Namun, untuk masa “kertamase” biasanya hasil panen padi memang kurang begitu menguntungkan bagi petani Subak Kepaon. Menurut pengakuan bapak IMM bahwa biasanya ketika memasuki panen pada masa “kertamase” hasil panen akan kurang begitu baik disebabkan oleh faktor cuaca yang tidak baik membuat padi terserang hama seperti tungro. Maka dari itu, bobot padi yang dihasilkan saat panen berkurang lebih banyak dibandingkan dengan masa “gegadon”. Hal inilah yang kemudian membuat pendapatan mereka dari hasil panen hanya sekucupnya saja, bahkan tidak jarang ada beberapa dari mereka yang justru mengalami kerugian. Petani Subak Kepaon tergolong sudah cukup modern dalam membajak sawah hal itu terlihat lewat penggunakan traktor untuk membajak. Kondisi ini didukung karena kebanyakan petani Subak Kepaon orientasi pemikirannya sudah lebih kepada uang. Ditambah lagi Subak Kepaon yang terletak di kota yang membuat petani Subak Kepaon lebih berpikir secara instan. Seorang ketua Subak Kepaon diharapkan mau untuk mengadakan rapat di tingkat Subak. Biasanya ketika ada masalah terkait dengan pengelolaan pengairan akan diadakan rapat dibalai Subak. Rapat yang diadakan di Balai Subak inilah yang kemudian menjadi sebuah pola dalam membahas pembagian air irigasi. Pembagian air irigasi Subak Kepaon sudah menjadi pola kegiatan yang dilakukan setiap sebulan sekali di Balai Subak. Melalui rapat inilah ketua Subak Kepaon mendengarkan dan membahas setiap permasalahan yang menyangkut dengan Subak. Baik menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap bahwa aspek budaya dalam hal pola pembagian air irigasi membuat ketua Subak Kepaon berbeda dengan pemimpin daerah lain. Berikut pernyataan dari petani Subak Kepaon terkait dengan pola pikir pembagian air irigasi. “…Pembagian air irigasi yang diurus oleh ketua Subak Kepaon tentunya sesuai dengan ajaran agama Hindu, hal ini membuat beliau punya sifat yang sesui dengan budaya orang Bali…”(Mdo Petani pemilik penggarap, 54 tahun). “…Menurut saya sieh ketua Subak Kepaon dalam menangani masalah pembagian air irigasi sudah baik dan sesuai dengan ajaran agama Hindu, maka ketua Subak itu beda sama pemimpin yang lain…”(Wyi petani penggarap, 66 tahun).
Ketua Subak Kepaon memiliki karakteristik yang menjunjung tinggi nilainilai atau norma yang berlaku pada masyarakat Bali. Hal inilah yang kemudian membuat ketua Subak Kepaon memiliki karakteristik berbasis lokal dengan aspek budaya yang mempengaruhi karakteristiknya.
38
Kegiatan Upacara Keagamaan Petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun penggarap sudah terbiasa melakukan kegiatan upacara keagamaan sesuai dengan agama mereka. Setiap kegiatan subak akan dimulai, selalu didahului dengan upakara2 untuk memohon keselamatan dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Yang Maha Esa). Upakara ini dilakukan berdasarkan atas landasan Tri Hita Karana yang selalu dijadikan pegangan didalam melakukan kegiatan di persubakan. Untuk lebih jelasnya Tri Hita Karana tersebut adalah sebagai berikut: bakti terhadap Ida Sang Hyang Widi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa (prahyangan), hubungan yang harmonis dengan sesama anggota krama subak (pawongan), dan menjaga keseimbangan dengan lingkungan (palemahan). Hal ini telah menjadi ciri khas dan menjadi budaya masyarakat Bali secara umum. Kegiatan-kegiatan upacara yang dilakukan oleh anggota subak umumnya dapat dilakukan secara berkelompok dan juga dilakukan secara individu. Upacara-upacara tersebut dilaksanakan pada saat sebelum memulai panen hingga pada saat panen berakhir. Sebelum memulai menanam padi, anggota petani masing-masing munduk secara gotong royong membersihkan telabah-telabah dengan tujuan agar pada saat dialiri air irigasi ke sawah tidak terdapat hambatan sehingga air dapat mengalir dengan lancar. Begitu juga halnya dengan bendungan juga dibersihkan secara gotong royong oleh anggota subak. Apabila saat menanam padi hingga menjelang padi dipanen terdapat masalah hama dalam artian padi terkena serangan hama maka akan dilakukan upacara nangluk merana. Upacara ini hanya dilakukan pada saat padi terserang hama dan bertujuan untuk memohon agar merana-merana yang menyerang tanaman dapat dibatasi oleh Tuhan. Upacara-upacara yang dilakukan oleh subak merupakan budaya subak yang telah dilakukan turun-temurun oleh petani Subak Kepaon. Setiap kegiatan upacara yang berlangsung pada subak dilaksanakan di Pura Bedugul baik pada tingkat munduk maupun pada tingkat subak. Oleh karena itu, pada Subak Kepaon masing-masing munduk memiliki satu Pura Bedugul sebagai tempat melakukan sembahyang secara bersama-sama. Berikut pernyataan petani pemilik penggarap maupun petani penggarap terkait dengan kegiatan upacara keagamaan. “…Pekaseh Subak Kepaon itu tidak hanya ngerti soal pengaturan irigasi, tapi yah memimpin upacara keagamaan yang sesuai dengan budaya orang Bali yang beragama Hindu…”(Wai petani penggarap, 56 tahun). “…Bapak ketua Subak Kepaon itu selalu memimpin upacara syukuran sehabis panen dan itu selalu dilakukan sesuai dengan budaya orang Bali dengan bentuk sesajen dan pola upacaranya yang unik..”(Mdt petani pemilik penggarap, 65 tahun).
Pernyataan dari kedua petani Subak Kepaon ini menjelaskan bahwa ketua Subak Kepaon dalam memimpin masih dipengaruhi oleh budaya lokal itu sendiri. Apabila panen telah tiba maka akan diadakan upacara syukuran di Pura Bedugul yang dipimpin oleh ketua Subak Kepaon sendiri. 2
Upakara memiliki pengertian sebagai upacara. Upakara sendiri merupakan bahasa Bali.
39 Disamping itu, ternyata aspek kegiatan upacara keagamaan mempengaruhi kepemimpinan ketua Subak Kepaon dalam hal pola tanam. Kegiatan upacara keagamaan yang dilakukan sebelum dan setelah panen jelas membuat ketua Subak Kepaon harus memahami kegiatan yang dilakukan. Pengaruhnya yaitu dalam hal menentukan kebijakan dalam mengatasi permasalahan terkait dengan hama pada tanaman. Kegiatan upacara keagamaan yang dilakukan membuat seorang ketua Subak Kepaon lebih memilih mengatasi hama tikus pada padi tidak dengan menggunakan racun tikus. Hal ini dilakukan karena mereka meyakini bahwa dengan melakukan upacara maka hama tikus pada padi akan berkurang. Untuk saat ini petani Subak Kepaon sudah mulai menggunakan pestisida dalam membasmi hama penyakit pada tanaman mereka. Tentu hal ini menjadi perhatian ketua Subak untuk tetap mengingatkan petani dalam menjaga kelestarian alam dengan tidak menggunakan bahan kimia yang berbahaya untuk lahan sawah. Hal ini yang membuat ketua Subak Kepaon dalam mengatasi permasalahan petani masih mengedepankan nilai-nilai tradisional yang sudah membudaya. Maka dari kedua aspek budaya yang ditemukan dilapangan ini dapat disimpulkan bahwa kepemimpinan ketua Subak Kepaon dipengaruhi oleh aspek budaya. Hal ini bisa dilihat lewat sangkepan krama3 yang dilakukan dengan kebersamaan dan kesepakatan. Melalui sangkepan krama ini ketaatan dalam menjalankan keagamaan dan juga perasaan saling memiliki mampu membuat ketua Subak Kepaon dalam memimpin lebih mengedepankan nilai-nilai serta ajaran keagamaan. Adapun secara keseluruhan dapat dikatakan bahwa aspek budaya yang ditemukan dilapangan menurut petani Subak Kepaon ternyata mampu menentukan karakteristik ketua Subak Kepaon. Hal inilah yang membuat ketua Subak Kepaon memiliki karakteristik tersendiri yang sesuai dengan konteks lokal. Hal ini tergambar lewat sangkepan krama yang rutin dilakukan untuk membahas pembagian air kepada petani secara merata, serta melalui kegiatan upacara keagamaan yang masih dilakukan pra dan pasca panen sebagai wujud terimakasih kepada Tuhan Yang Maha Esa. Selain pola pikir pembagian air irigasi dan kegiatan upacara tersebut, adanya sistem sosial subak yang bertugas untuk mengatur penyediaan dan mengalokasikan air (mengelola air irigasi) atas dasar kesesuaian dengan pola pikir yang sudah ada. Disisi lain ketua Subak Kepaon itu sendiri dapat dikatakan memiliki dualisme kepemimpinan. Hal ini menyangkut dia sebagai perpanjangan tangan secara religius dan formal. Ketua Subak Kepaon dikatakan sebagai perpanjangan tangan secara religius ketika dia memimpin Subak yang didalamnya juga terdapat ritual yang dia harus pimpin dan lakukan. Sementara untuk perpanjangan tangan secara formal yaitu yang berhubungan langsung dengan pemerintah daerah dalam menjalankan inovasi pertanian pada Subak. Adapun hal yang harus dilakukan oleh ketua Subak Kepaon yaitu dengan menghadiri rapat terkait dengan inovasi dari PPL atau Badan Penelitian. Kemampuan ketua Subak Kepaon dalam menerima informasi yang diterimanya kemudian disesuaikan dengan pertimbangan yang sesuai dengan keadaan petani Subak Kepaon. Hal ini dengan memikirkan faktor biaya untuk menerapkannya, keuntungan dan kerugian jika diterapkan. Apabila hal ini sesuai dengan keadaan petani Subak Kepaon maka hal ini dapat diterapkan. 3
Kata sangkepan krama berarti rapat anggota, Kata tersebut merupakan bahasa asli Bali.
40
Jelas betapa kepemimpinan lokal pada ketua Subak Kepaon sangat dipengaruhi oleh faktor budaya masyarakat Bali. Ketua Subak Kepaon haruslah mengerti bagaimana menggunakan suatu inovasi dari Dinas Pertanian dan menyesuaikannnya dengan budaya petani Subak Kepaon. Selain itu, ketua Subak Kepaon juga harus paham tentang bagaimana upaya pembagian irigasi pada sawah. Apabila hal ini tidak diketahui oleh seorang ketua Subak Kepaon maka akan menjadi sulit bagi petani Subak Kepaon untuk menyampaikan permasalahan yang dialaminya. Dapat disimpulkan bahwa dari pola pikir pembagian air irigasi dan kegiatan upacara keagamaan bahwa karakteristik ketua Subak Kepaon dipengaruhi saat memimpin. Melalui aspek budaya yang ada pada masyarakat Bali, ketua Subak Kepaon memiliki sejumlah karakteristik yang religius, sosial, dan teknis sesuai dengan budaya lokal dalam mengelola irigasi.
41
ANALISIS ASPEK KEPEMIMPINAN DENGAN KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL YANG EFEKTIF Pembahasan ini menjelaskan aspek kepemimpinan dan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Adapun variabel aspek kepemimpinan yaitu motif, pengetahuan, dan keterampilan. Ketiga variabel ini akan dianalisis dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Adapun variabel karakteristik kepemimpinan lokal yaitu intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Aspek kepemimpinan merupakan syarat yang membuat kepemimpinan menjadi efektif. Hubungan aspek kepemimpinan dan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dilakukan melalui uji korelasi Rank Spearman. Pada penelitian ini, tingkat signifikasi atau probabilitas yang digunakan sebesar 5 persen. Apabila nilai signifikansi (Sig. (2-tailed)) < dari 0.05, maka keputusan yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara aspek kepemimpinan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon. Sebaliknya, tidak terdapat hubungan antara aspek kepemimpinan dan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon apabila sig. (2-tailed) > dari 0.05. Secara statistik, hal tersebut berarti terima H0 atau tolak H1. Sebelumnya, yang dimaksud dengan H0 adalah tidak ada korelasi sedangkan yang dimaksud dengan H1 adalah ada korelasi.
Hubungan Motif ketua Subak Kepaon dengan Intelegensi, Kemampuan Berkomunikasi, dan Keteladanan Motif ketua Subak Kepaon dalam penelitian ini bisa dilihat melalui hal apa saja yang mendasarinya dalam melaksanakan tugas sebagai ketua Subak Kepaon. Untuk itu perlu memahami motif yang mendasari ketua Subak Kepaon dalam bekerja. Melalui motif yang dimiliki ketua Subak Kepaon akan terlihat bagaimana karakteristik kepemimpinan yang dimilikinya. Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dapat tercapai jika karakteristik yang dimiliki ketua Subak Kepaon seperti halnya intelegensi, kemamouan berkomunikasi, dan keteladanan berada pada kategori tinggi. Pada tabel berikut dijelaskan mengenai hubungan motif ketua Subak dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif beserta variabel-variabelnya seperti intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Melalui tabel frekuensi dapat diketahui persentase dari masing-masing variabel. Sementara pada tabel tabulasi silang digunakan untuk melihat hubungan antara dua variabel.
42
Tabel 7 Jumlah dan persentase motif ketua Subak Kepaon Aspek kepemimpinan
Kategori
Motif ketua Subak
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 5 39 18
% 8.10 62.90 29.00
Total (%) 100.00
Melalui tabel frekuensi pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa persentase terbesar tentang motif ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang. Hal ini dinilai oleh petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Selanjutnya pada tabel 9 ini terlihat juga persentase karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon. Tabel 8 Jumlah dan persentase karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif Intelegensi
Kemampuan berkomunikasi
Keteladanan
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 1 34 27
%
Total (%)
1.60 54.80 43.50
100.00
Rendah Sedang Tinggi
53 9
85.50 14.50
100.00
Rendah Sedang Tinggi
52 10
83.90 16.10
100.00
Pada Tabel 8 terlihat bahwa karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon baik dari segi intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan berada pada kategori sedang. Melalui Tabel 8 dan Tabel 9 dapat dilihat bahwa persentase aspek kepemimpinan berupa motif ketua Subak Kepaon dan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif berada pada kategori sedang. Hal ini menjelaskan bahwa menurut petani Subak Kepaon motif yang ada pada ketua Subak Kepaon dalam memimpin termasuk pada kategori sedang. Demikian halnya juga dengan karakteristik yang dimiliki ketua Subak Kepaon dalam memimpin seperti intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan masih terbilang sedang. Adapun hubungan aspek kepemimpinan seperti motif ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dapat dilihat pada tabel selanjutnya.
43 Tabel 9 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif Intelegensi Motif ketua Rendah Sedang Tinggi Jumlah Subak n % n % n % n % Rendah 0 0 5 100 0 0 5 100 Sedang 1 2.56 17 43.59 39 100 21 53.85 Tinggi 0 0 8 44.45 10 55.55 18 100 Motif ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Motif ketua Subak Rendah Sedang Tinggi
Rendah n % 0 0 0 0 0 0
Kemampuan berkomunikasi Sedang Tinggi n % n % 5 100 0 0 7 17.95 32 82.05 2 11.11 16 88.89
Jumlah n % 5 100 39 100 18 100
Rendah n % 0 0 0 0 0 0
Keteladanan Sedang Tinggi n % n % 5 100 0 0 6 15.38 33 84.62 4 22.22 14 77.78
Jumlah n % 5 100 39 100 18 100
Melalui Tabel 9 dapat dilihat persentase setiap motif ketua Subak dengan karakteristik kepemimpinan lokal berada pada kategori sedang. Secara rinci dapat dilihat pada tabel motif ketua Subak Kepaon dalam memimpin dengan intelegensi sebesar 53. 85 persen, kemampuan berkomunikasi 82.05 persen, dan keteladanan 84.62 persen. Ketua Subak Kepaon dalam menjalankan tanggung jawabnya memiliki kekurangan dalam menangani masalah pupuk, dan traktor. Ditambah lagi ketika ada masalah terkait dengan keterlambatan pupuk ketua Subak Kepaon belum mampu mengatasinya. Maka tidak heran jika petani Subak Kepaon mengeluhkan kemampuan ketua Subak Kepaon dalam mengelola masalah pupuk yang terlambat sampai dua minggu. Hal ini diungkapkan oleh petani penggarap bahwa keterlambatan pupuk berpengaruh pada produksi panen mereka nantinya. Adapun penyebab motif ketua Subak Kepaon dalam bekerja menunjukkan keteladanan yang baik adalah akibat mampu menangani permasalahan pengairan. Maka hal inilah yang membuat motif ketua Subak Kepaon dalam bekerja dengan karakteristik keteladanan lebih memiliki persentase tertinggi. Pada akhirnya motif ketua Subak Kepaon yang sedang hanya menunjukkan keteladanan yang sedang juga. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa motif ketua Subak Kepaon dalam bekerja yang sedang jelas belum mampu menunjukkan karakteristik yang tinggi. Oleh sebab itu motif ketua Subak Kepaon dalam bekerja perlu didorong oleh adanya keinginan untuk berprestasi demi memiliki karakteristik kepemimpinan efektif yang tinggi. Keinginan berprestasi disini maksudnya kemampuan untuk menangani masalah Subak Kepaon bukan hanya dari aspek pengairannya saja. Selain itu menurut petani Subak Kepaon diperlukan juga keinginan untuk
44
mengayomi petani. Mengayomi petani dilakukan dengan cara bekerja sebagai ketua Subak yang memiliki motif dalam menangani masalah petani terkait dengan kekurangan pupuk, keterlambatan traktor, dan masalah lainnya yang dapat mempengaruhi produktivitas hasil panen petani. Apabila motif ketua Subak Kepaon sudah didorong oleh keinginan untuk berprestasi dan mengayomi petani maka hal itu akan membuat karakteristik kepemimpinannya menjadi efektif. Sesuai dengan penjelasan diatas dapat dikatakan bahwa aspek kepemimpinan seperti motif ketua Subak Kepaon belum sepenuhnya menunjukkan karakteristik kepemimpinan efektif yang tinggi. Melalui tabel selanjutnya dijelaskan lebih lanjut tentang hasil uji korelasi Rank Spearman. Pada tabel ini akan terlihat jelas mengenai ada tidaknya hubungan antara motif yang dimiliki ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Tabel 10 Hasil uji korelasi Rank Spearman motif ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dan variabel-variabelnya Karakteristik Kepemimpinan Lokal yang Efektif
Koefisien korelasi
Sig. (2-tailed)
Intelegensi 0.235
0.066
Kemampuan berkomunikasi
-0.005
0.972
Keteladanan
0.141
0.275
Keterangan Tidak berhubungan Tidak berhubungan Tidak berhubungan
Sumber: Lampiran 10, Lampiran 11, Lampiran 12.
Semua nilai signifikansi pada Tabel 10 lebih besar dari nilai α (0.05), dengan demikian keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa motif ketua Subak Kepaon tidak memiliki hubungan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Maka dari itu dapat dikatakan bahwa motif yang dimiliki ketua Subak Kepaon dalam bekerja tidak memiliki hubungan dengan intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Menurut petani penggarap bahwa ketua Subak Kepaon dalam melaksanakan tugasnya didasari oleh motif untuk menyelesaikan permasalahan petani dengan keputusan sendiri. Adapun penyebabnya adalah tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon yang hanya sampai pada tingkat SMP. Menurut petani penggarap bahwa saat ini diperlukan memiliki tingkat pendidikan minimal sampai tingkat SMA untuk menjadi seorang ketua Subak Kepaon. Untuk itu perlu pengetahuan yang lebih banyak selain hanya mengetahui masalah pengairan. Melalui tingkat pendidikan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon pada akhirnya akan membuat ketua Subak Kepaon lebih mampu berkomunikasi, dan memiliki intelegensi. Melalui tabel tabulasi silang sudah terlihat bahwa persentase motif ketua Subak Kepaon dengan keteladanan adalah yang tertinggi. Keteladanan dinilai
45 petani Subak Kepaon lebih tinggi disebabkan oleh kemampuannya dalam menangani masalah pengairan. Maka dari itu diperlukan memiliki pendidikan yang lebih tinggi agar dapat memiliki karakteristik yang lebih efektif seperti halnya intelegensi, dan kemampuan berkomunikasi. Motif ketua Subak Kepaon yang hanya didasari oleh keinginan sendiri dan pendidikan yang hanya sampai SMP belum mampu menunjukkan karakteristik ketua Subak Kepaon yang efektif. Untuk itu hal ini sesuai dengan hasil uji Rank Spearman yang menunjukkan tidak adanya hubungan motif ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon yang efektif. Selain itu untuk lebih jelasnya dibawah ini ada gambar yang menjelaskan motif ketua Subak Kepaon dalam bekerja menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Pada Gambar 4 dibawah ini dapat dilihat mengenai motif ketua Subak Kepaon menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap.
Gambar 4 Jumlah dan persentase aspek motif ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali Melalui Gambar 4 dapat dilihat bahwa persentase motif ketua Subak Kepaon baik menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap berada pada kategori sedang. Persentase total mengenai motif ketua Subak Kepaon pada kategori sedang yaitu sebesar 62.90 persen, selanjutnya diikuti oleh kategori tinggi pada persentase 29.04 persen, dan terakhir pada kategori rendah pada persentase 8.07 persen. Sesuai dengan gambar diatas terlihat jelas tidak ada perbedaan antara petani pemilik penggarap maupun petani penggarap mengenai motif ketua Subak
46
Kepaon. Menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap bahwa ketua Subak Kepaon dalam melaksanakan tugasnya masih sebatas menangani masalah pengairan. Berbicara masalah pengairan memang merupakan keteladanan yang dinilai petani Subak Kepaon lebih baik dari ketua Subak Kepaon sebelumnya. Hal ini yang kemudian membuat petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap menilai karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon masih sebatas menunjukkan keteladanan yang sedang dengan persentase tertinggi. Maka dapat disimpulkan bahwa motif ketua Subak Kepaon yang sedang lebih membuat beliau memiliki keteladanan yang lebih baik. Hal itu tercermin lewat kepeduliannya untuk memperhatikan irigasi ke sawah petani Subak Kepaon. Sesuai dengan tabel tabulasi sebelumnya bahwa persentase tertinggi karakteristik kepemimpinan yang efektif yaitu keteladanan. Motif yang dimiliki ketua Subak Kepaon dalam bekerja belum mampu membuat dirinya menunjukkan karakteristik kepemimpinan yang efektif dalam hal intelegensi dan kemampuan berkomunikasi. Akhirnya dapat dikatakan bahwa motif ketua Subak Kepaon dalam bekerja yang dinilai sedang belum mampu menunjukkan karakteristik yang efektif baik dalam intelegensi, dan kemampuan berkomunikasi. Akhirnya dapat dikatakan bahwa motif yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon dalam bekerja belum membuat ketua Subak Kepaon memiliki karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Ditambah lagi dengan hasil tabulasi silang dan hasil uji Rank Spearman yang menunjukkan bahwa tidak cukup hanya motif ketua Subak Kepaon dalam memperhatikan masalah irigasi sawah petani dapat membuat karakteristik ketua Subak Kepaon menjadi efektif.
Hubungan Pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan Intelegensi, Kemampuan Berkomunikasi, dan Keteladanan Pengetahuan merupakan salah satu aspek kepemimpinan yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin lokal. Pengetahuan dalam penelitian ini akan dilihat dari segi pengetahuannya mengenai Subak Kepaon dan kemampuannya akan teknologi yang terbaik untuk kepentingan subak. Pengetahuan yang dilihat dari segi teknologi yaitu pemahaman ketua Subak Kepaon terkait dengan hal-hal teknis irigasi pada Subak. Pengetahuan itu sendiri akan dinilai apakah mampu untuk menunjukkan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Pengetahuan yang ada pada ketua Subak akan dilihat apakah mampu menunjukkan karakteristik yang dimilikinya sudah efektif atau belum. Pada tabel frekuensi akan dipaparkan mengenai masing-masing variabel pengetahuan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif yaitu intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Sementara hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif menggunakan tabel tabulasi silang.
47 Tabel 11 Jumlah dan persentase pengetahuan ketua Subak Kepaon Aspek kepemimpinan Pengetahuan ketua Subak
Kategori Rendah
Jumlah Responden (Orang) 1
%
Total (%)
1.61 100.00
Sedang Tinggi
8 53
12.90 85.50
Pada Tabel 11 dapat dilihat bahwa pengetahuan ketua Subak Kepaon termasuk kategori tinggi dengan persentase terbesar yaitu 85.50 persen. Pengetahuan ketua Subak Kepaon yang dikatakan tinggi ini dinilai oleh petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Pada tabel selanjutnya terlihat jelas persentase dan kategori karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Tabel 12 Jumlah dan persentase karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif Intelegensi
Kemampuan berkomunikasi
Keteladanan
Kategori
%
Total (%)
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 1 34 27
1.60 54.80 43.50
100.00
Rendah Sedang Tinggi
53 9
85.50 14.50
100.00
Rendah Sedang Tinggi
52 10
83.90 16.10
100.00
Pada Tabel 12 terlihat jelas bahwa karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif seperti halnya intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan yang ada pada ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang. Pengetahuan yang dimiliki ketua Subak Kepaon terbilang tinggi sementara karakteristik yang dimiliki ketua Subak Kepaon terbilang sedang. Pada tabel tabulasi silang terlihat bagaimana persentase dari pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif seperti intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan.
48
Tabel 13 Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif Pengetahuan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Pengetahuan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Pengetahuan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi
Intelegensi Sedang Tinggi n % n % 1 100 0 0 6 75 2 25 25 47.17 27 50.94
Jumlah n % 1 100 8 100 53 100
Rendah n % 0 0 0 0 0 0
Kemampuan berkomunikasi Sedang Tinggi n % n % 1 100 0 0 7 87.50 1 12.50 8 15.09 45 84.91
Jumlah n % 1 100 8 100 53 100
Rendah n % 0 0 0 0 0 0
Keteladanan Sedang Tinggi n % n % 1 100 0 0 7 87.50 1 12.50 9 16.98 44 83.02
Jumlah n % 1 100 8 100 53 100
n 0 0 1
Rendah % 0 0 1.89
Melalui Tabel 13 dapat dilihat bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon berada pada kategori tinggi. Secara rinci dapat dilihat bahwa pengetahuan ketua Subak Kepaon yang tinggi menunjukkan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dalam kategori sedang. Setiap pengetahuan yang dimiliki ketua Subak Kepaon dengan intelegensi yaitu sebesar 50.94 persen, kemampuan berkomunikasi 84.91 persen, dan keteladanan 83.02 persen. Ketua Subak Kepaon sudah pernah memiliki pengalaman sebelumnya ketika menjabat sebagai panglima Subak. Faktor inilah yang kemudian membuat petani percaya bahwa ketua Subak Kepaon sudah cukup memiliki pengetahuan mengenai Subak. Walaupun pengetahuan yang dimiliki ketua Subak Kepaon sudah tinggi tidak lantas membuat karakteristik kepemimpinan yang dimilikinya tinggi juga. Adapun penyebabnya yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon untuk saat ini dinilai belum cukup untuk menunjukkan kecerdasan dan kemampuannya dalam berkomunikasi. Menurut petani Subak Kepaon bahwa ketua Subak Kepaon memang memahami sistem pola tanam yang disesuaikan dengan kalender Bali, pengelolaan irigasi, dan menentukan waktu yang tepat untuk membuat dan menanam benih padi. Namun ternyata belum cukup untuk membuat ketua Subak Kepaon memiliki kecerdasan dan keteladanan. Pengetahuan yang dimiliki ketua Subak Kepaon belum mampu menangani permasalahan seperti halnya keterlambatan pupuk, masalah sampah, maupun air sablon yang sampai ke pematang sawah petani. Tentu saja ini merupakan tanggung jawab ketua Subak Kepaon untuk menyelesaikan dan menemukan jalan
49 keluarnya. Baik menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap bahwa masalah pupuk, dan masalah sampah maupun limbah sablon akan mempengaruhi kualitas hasil panen mereka. Berikut ini dapat dilihat pernyataan petani Subak Kepaon. “…Masalah sampah yang sampai ke pematang sawah saya itu jadi penghalang irigasi saat menanam padi atau palawija…”(Nyk petani pemilik penggarap, 40 tahun). “…Masalah yang saya keluhkan itu yah kalo ada air sablon yang sampai ke pematang sawah saya, jadinya yah padi saya warnanya berubah kecoklatan dan bulir padinya jadi banyak yang kosong…”(Mdw petani penggarap, 48 tahun).
Pengetahuan ketua Subak Kepaon menurut petani belum mampu menangani masalah limbah sablon maupun keterlambatan pupuk yang berakibat pada hasil panen petani Subak Kepaon. Sangat jelas terlihat melalui tabel tabulasi silang bahwa pengetahuan ketua Subak Kepaon yang tinggi hanya mampu membuat ketua Subak Kepaon memiliki persentase tertinggi dalam berkomunikasi. Pengetahuan yang dimiliki ketua Subak Kepaon digunakan untuk menyampaikan informasi kepada panglimanya agar memberitahukan kapan waktu yang tepat untuk mulai membibit dan menanam benih padi. Selain itu, pengetahuan yang dimiliki ketua Subak Kepaon digunakan untuk menentukan pola tanam pada setiap munduk. Sementara untuk kecerdasan dan keteladanan pengetahuan ketua Subak Kepaon belum mampu menangani permasalahan petani terkait dengan pupuk, dan air sablon. Hal ini dinilai petani Subak Kepaon sangat meresahkan mereka karena kualitas hasil panen padi mereka menjadi kurang baik. Pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon belum mampu membuat ketua Subak Kepaon memiliki karakteristik kepemimpinan yang efektif. Pada tabel uji korelasi Rank Spearman akan lebih jelas terlihat mengenai ada tidaknya hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Tabel 14 Hasil uji korelasi Rank Spearman pengetahuan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dan variabel variabelnya Karakteristik Kepemimpinan Lokal yang Efektif
Koefisien korelasi
Sig. (2-tailed)
Intelegensi 0.168
0.192
0.042
0.747
0.058
0.653
Kemampuan berkomunikasi
Keteladanan
Sumber: Lampiran 13, Lampiran 14, Lampiran 15.
Keterangan Tidak berhubungan Tidak berhubungan Tidak berhubungan
50
Semua nilai signifikansi pada Tabel 14 lebih besar dari nilai α (0.05), dengan demikian keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Tidak adanya hubungan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun beberapa faktornya yaitu pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon masih berupa pengetahuan mengenai Subak Kepaon secara umum. Seperti halnya mengenai pengelolaan air irigasi, pola tanam, dan penentuan waktu untuk gotong royong membersihkan selokan sawah masing-masing setiap munduk. Sementara menurut petani subak baik pemilik penggarap maupun penggarap diperlukan juga pengetahuan lain untuk mempertahankan keberlanjutan subak. Pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon selain dalam bidang pertanian tentu menambah kemampuannya dalam memimpin. Maka jelas bahwa pengetahuan yang dimiliki ketua Subak Kepaon belum dapat menjadi penentu dalam hal memiliki karakteristik seorang pemimpin yang efektif. Meskipun menurut petani penggarap maupun petani pemilik penggarap bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon sudah cukup baik untuk masalah Subak sendiri. Untuk lebih jelasnya melalui Gambar 6 dibawah ini akan diperlihatkan mengenai pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon menurut petani pemilik penggarap dan petani penggarap. Pada Gambar 6 ini dijelaskan bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon termasuk pada kategori tinggi.
Gambar 5 Jumlah dan Persentase aspek pengetahuan ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali
51 Gambar 5 diatas menunjukkan bahwa pengetahuan ketua Subak Kepaon menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap berada pada kategori tinggi. Jumlah total persentase pengetahuan yang dimiliki ketua Subak Kepaon pada kategori tinggi sebesar 85.48 persen. Pengetahuan ketua Subak Kepaon dikatakan tinggi akibat mengetahui pengairan irigasi, pola tanam, dan penentuan waktu untuk mulai membibit atau menanam padi. Sesuai dengan hasil tabulasi silang dan Rank Spearman bahwa pengetahuan ketua Subak Kepaon sekalipun dalam kategori tinggi tidak lantas membuat beliau memiliki karakteristik kepemimpinan yang efektif. Adapun penyebab pengetahuan ketua Subak Kepaon yang tinggi tidak lantas membuatnya memiliki karakteristik yang efektif yaitu pengetahuan yang dimiliki kurang mendukung untuk mengatasi permasalahan sampah, maupun limbah sablon. Menurut petani Subak Kepaon bahwa diperlukan ketegasan dari ketua Subak untuk berani berkomunikasi dengan pihak yang membuang limbah sembarangan. Pengetahuan dalam menangani masalah ini tentunya bukan hanya sekedar mengetahui tentang Subak secara umum. Ditambah lagi Subak Kepaon yang dekat dengan kota memiliki kesulitan tersendiri dalam menangani masalah sampah maupun limbah sablon yang sampai ke pematang sawah petani. Untuk itu, diperlukan pengetahuan lain yang mendukung dalam menyelesaikan permasalahan sampah maupun limbah. Sekalipun pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon sudah cukup tinggi, akan tetapi belum mampu menunjukkan karakteristik yang efektif selaku pemimpin. Hal ini disebabkan oleh pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon dalam hal bertani sudah cukup memadai, ditambah lagi dengan pengalaman sebelumnya sebagai panglima. Penyebab inilah yang membuat pengetahuannya dinilai tinggi oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Namun disisi lain hal ini justru belum cukup untuk menunjukkan karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon menjadi efektif. Adanya permasalahan seperti masalah sablon dan sampah tidak cukup hanya mengandalkan pengetahuan akan Subak saja. Maka jelas sekali bahwa untuk memiliki karakteristik kepemimpinan yang efektif tidak cukup hanya dengan pengetahuan yang tinggi.
Hubungan Keterampilan ketua Subak Kepaon dengan Intelegensi, Kemampuan Berkomunikasi, dan Keteladanan Keterampilan ketua Subak Kepaon dalam penelitian ini dapat dilihat dari kemampuan yang dimiliki secara interpersonal seperti keterampilan mendengarkan, serta memelihara hubungan dengan bawahan, teman sejawat, dan pihak eksternal lainnya. Keterampilan pada ketua Subak Kepaon selain mampu menangani masalah yang dihadapi oleh petani, juga mampu berhubungan dengan orang lain. Hal ini diperlukan mengingat bahwa ketua Subak Kepaon akan menghadiri rapat dengan aparat pemerintahan seperti Dinas Pertanian. Keterampilan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon akan dilihat hubungannya dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Pada tabel frekuensi akan terlihat persentase dari variabel aspek kepemimpinan dan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Sementara untuk melihat hubungan antara
52
variabel keterampilan dengan setiap variabel karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif menggunakan tabel tabulasi silang. Tabel 15 Jumlah dan persentase keterampilan ketua Subak Kepaon Aspek kepemimpinan Keterampilan ketua Subak
Kategori Rendah
Jumlah Responden (Orang) 6
% 9.70
Sedang Tinggi
45 11
72.60 17.70
Total (%) 100.00
Pada Tabel 15 dapat dilihat bahwa keterampilan ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang dengan persentase terbesar yaitu 72.60 persen. Keterampilan ketua Subak Kepaon ini dinilai oleh petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Selanjutnya pada tabel tabulasi silang terlihat hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dengan masing-masing variabel karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Tabel 16 Jumlah dan persentase karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif Intelegensi
Kemampuan berkomunikasi
Keteladanan
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 1 34 27
%
Total (%)
1.60 54.80 43.50
100.00
Rendah Sedang Tinggi
53 9
85.50 14.50
100.00
Rendah Sedang Tinggi
52 10
83.90 16.10
100.00
Pada Tabel 16 dapat dilihat bahwa karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif seperti intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan berada pada kategori sedang. Keterampilan ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang sementara karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif berada pada kategori sedang juga. Hubungan antara keterampilan dengan masing-masing variabel karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dapat terlihat melalui tabel tabulasi silang dibawah ini.
53 Tabel 17 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif Keterampilan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Keterampilan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Keterampilan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi
Intelegensi Sedang Tinggi n % n % 4 66.67 2 33.33 19 42.22 25 55.56 5 45.45 6 54.55
Jumlah n % 6 100 45 100 11 100
Rendah n % 0 0 0 0 0 0
Kemampuan berkomunikasi Sedang Tinggi n % n % 5 83.33 1 16.67 6 13.33 39 86.67 9 81.82 2 18.18
Jumlah n % 6 100 45 100 11 100
Rendah n % 0 0 0 0 0 0
Keteladanan Sedang Tinggi n % n % 5 83.33 1 16.67 7 15.56 38 84.44 9 81.82 2 18.18
Jumlah n % 6 100 45 100 11 100
n 0 1 0
Rendah % 0 2.22 0
Melalui Tabel 17 dapat dilihat bahwa keterampilan ketua Subak Kepaon dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif termasuk pada kategori sedang. Secara rinci dapat dilihat keterampilan ketua Subak Kepaon dengan intelegensi sebesar 55.56 persen, kemampuan berkomunikasi 86.67 persen, dan keteladanan 84.44 persen. Keterampilan yang dimiliki ketua Subak Kepaon dalam hal membina hubungan dengan orang lain termasuk baik. Hal ini diungkapkan oleh petani penggarap bahwa ketua Subak Kepaon sangat terbuka dengan siapa saja dan suka bergaul. Disisi lain, menurut petani pemilik penggarap bahwa ketua Subak Kepaon hanya bergaul dengan kerabatnya saja. Adanya perbedaan pendapat ini disebabkan oleh intensitas yang dialami oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap dengan ketua Subak Kepaon. Menurut petani penggarap yang sering berinteraksi dengan ketua Subak Kepaon bahwa ketua Subak Kepaon sangat mudah untuk terbuka dengan siapa saja akibat tanggung jawabnya sebagai ketua Subak Kepaon. Hal itu diucapkan oleh petani penggarap bahwa ketua Subak Kepaon sering menerima orang asing yang kebetulan ingin mengetahui Subak Kepaon. Keterampilan ketua Subak Kepaon yang sedang juga membuat kemampuan berkomunikasinya sedang. Keterampilan ketua Subak Kepaon dalam membina hubungan dengan orang lain lebih menunjukkan persentase tertingginya pada karakteristik kemampuan berkomunikasi. Keterampilan ketua Subak Kepaon yang sudah berpengalaman dalam bertani dan mengetahui tentang Subak Kepaon dengan baik memberikan kemudahan kepada ketua Subak Kepaon untuk berkomunikasi dengan teman
54
seprofesi atau bahkan dari pihak luar. Tidak heran bahwa keterampilan ketua Subak Kepaon yang sedang lebih menunjukkan kemampuannya dalam berkomunikasi. Melalui tabel selanjutnya dijelaskan mengenai keterampilan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif seperti yang disajikan pada tabel uji korelasi Rank Spearman dibawah ini. Tabel 18 Hasil uji korelasi Rank Spearman keterampilan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dan variabel-variabelnya Karakteristik Kepemimpinan Lokal yang Efektif
Koefisien korelasi
Sig. (2-tailed)
Intelegensi 0.115
0.372
0.026
0.840
Kemampuan berkomunikasi
Keteladanan
0.017 0.894 Sumber: Lampiran 16, Lampiran 17, Lampiran 18.
Keterangan Tidak berhubungan Tidak berhubungan Tidak berhubungan
Semua nilai signifikansi pada Tabel 18 lebih besar dari nilai α (0.05), dengan demikian keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1. Hasil tersebut dapat diartikan bahwa keterampilan tidak berhubungan dengan intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Keterampilan tidak berhubungan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif ditentukan oleh beberapa faktor. Adapun yang menjadi salah satu faktornya yaitu sudah berpengalaman dalam bertani. Pengalaman dalam bertani disini maksudnya adalah memiliki kemampuan dalam bertani. Misalnya saja paham dalam bertanam, pengairan, dan pemupukan. Selain itu sifat ketua Subak Kepaon kurang begitu tegas dalam memperhatikan petani sebagai kramanya4. Adapun contohnya diungkapkan oleh petani Subak kepaon bahwa ketua Subak Kepaon belum bisa menentukan waktu yang tepat pada setiap petani untuk membajak sawah dengan menggunakan traktor. Menurut penuturan petani Subak Kepaon bahwa ada saja yang duluan menanam padi karena sawahnya lebih dulu dibajak, padahal sebelumnya sudah ditentukan jadwal pergiliran pembajakan sawah. Hal inilah yang membuat petani Subak Kepaon menilai ketua Subak Kepaon belum mampu menunjukkan sikap yang tegas terhadap petani yang melanggar kesepakatan yang telah dibuat. Sekalipun keterampilan ketua Subak Kepaon dalam menangani masalah pengairan sudah baik, namun belum dapat menjadikannya memiliki kemampuan dalam berkomunikasi. Ditambah lagi, keterampilan yang dimiliki ketua Subak Kepaon tidak lantas menunjukkan sebuah keteladanan bagi petani Subak Kepaon. 4
Kata krama diatas berarti anggota. Krama tersebut digunakan untuk mengatakan anggota dalam bahasa Bali.
55 Hal ini didasari bahwa ketua Subak Kepaon cenderung lebih meluap-luap ketika ada masalah terkait dengan petani subak. Baik menurut petani pemilik penggarap dan petani penggarap menyetujui bahwa keterampilan bukanlah satusatunya aspek dalam penentu karakteristik ketua Subak Kepaon yang efektif. Selain dari pada hal yang telah disebutkan, maka dibawah ini disajikan informasi terkait dengan pengetahuan ketua Subak Kepaon melalui sebuah gambar. Melalui Gambar 6 dapat dilihat jumlah dan persentase aspek keterampilan ketua Subak Kepaon menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Dari gambar dapat dilihat bahwa aspek keterampilan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang. Adapun keterampilan lain yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon yaitu mampu membina hubungan baik dengan pihak lain. Hal ini dapat dilihat dari keterbukaan ketua Subak Kepaon dalam menerima siapa saja untuk mengetahui tentang Subak Kepaon. Hal ini diutarakan oleh ketua Subak Kepaon sendiri bahwa siapapun yang ingin mengetahui tentang subak atau tentang pertanian beliau siap membantu dengan sepenuh hati. Hal ini dilakukan beliau mengingat tanggung jawabnya sebagai ketua Subak Kepaon.
Gambar 6 Jumlah dan persentase aspek keterampilan ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali Gambar 6 diatas memperlihatkan aspek ketua Subak Kepaon yang berada pada kategori sedang menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Terlihat jelas melalui gambar bahwa tidak ada perbedaan baik menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap dalam menilai keterampilan ketua Subak Kepaon. Jumlah total persentase keterampilan ketua Subak Kepaon yang sedang menurut petani pemilik penggarap dan petani
56
penggarap yaitu 72.58 persen. Sementara 27.42 persen lagi menilai keterampilan ketua Subak termasuk pada tingkat tinggi, dan rendah. Keterampilan yang dimiliki ketua Subak Kepaon selain memahami masalah pengairan Subak, juga mampu membina hubungan baik dengan pihak internal maupun eksternal. Hal ini terlihat dari bagaimana ketua Subak Kepaon mampu berteman dengan petani, ketua Subak, PPL, serta orang asing yang ingin mengetahui tentang Subak Kepaon. Keterampilan yang dimiliki ketua Subak Kepaon ini tidak lantas membuatnya memiliki karakteristik kepemimpinan yang efektif. Ketua Subak Kepaon memang mampu berteman dengan pihak yang dikenalnya maupun dari pihak luar, akan tetapi hal ini tidak ada kaitannya dengan kecerdasan, dan keteladanan yang dimilikinya. Aspek kepemimpinan seperti keterampilan ternyata tidak memiliki hubungan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Sesuai dengan penjelasan dari ketiga variabel aspek kepemimpinan berupa motif, pengetahuan, dan keterampilan ternyata tidak ada ditemuinya hubungan. Pada saat di lapangan hasil yang berbeda ditemukan mengenai aspek kepemimpinan yang ada pada ketua Subak Kepaon. Aspek kepemimpinan seperti motif, pengetahuan, dan keterampilan yang ada pada ketua Subak Kepaon tidak lantas membuat dirinya memiliki karakteristik kepemimpinan yang efektif. Menurut para petani Subak Kepaon baik pemilik penggarap dan penggarap bahwa ketua Subak Kepaon belum memiliki karakteristik kepemimpinan yang efektif. Penyebab ketua Subak Kepaon belum memiliki karakteristik kepemimpinan yang efektif adalah kecerdasannya yang belum mampu dalam menangani permasalahan petani. Tidak heran bahwa petani menyebutkan ketua Subak Kepaon kurang begitu cerdas akibat pengetahuan yang dimilikinya belum mampu mendukung dalam menyelesaikan permasalahan petani. Ditambah lagi motifnya dalam bekerja masih sebatas menangani permasalahan irigasi. Sementara keterampilan yang dimiliki ketua Subak Kepaon masih sampai kemampuan membina hubungan dengan pihak internal dan eksternal terkait dengan keingintahuan akan Subak Kepaon. Padahal masalah keberlanjutan Subak Kepaon diperlukan dengan adanya inovasi pertanian demi meningkatkan hasil produksi padi Subak Kepaon. Hal ini sudah selayaknya menjadi keterampilan yang dimiliki ketua Subak Kepaon demi kemajuan Subak Kepaon. Melalui penjelasan sebelumnya mengenai aspek kepemimpinan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif, ternyata tidak ditemui adanya hubungan saat diuji dengan Rank Spearman. Penyebab dari ketiadaan hubungan ini yaitu tidak ada satu variabelpun yang berhubungan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara aspek kepemimpinan dengan karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif.
57
ANALISIS ASPEK KEPEMIMPINAN DENGAN INDIKATOR PEMBERDAYAAN PADA PETANI SUBAK DI BALI Aspek kepemimpinan selain perlu dimiliki oleh seorang pemimpin demi memiliki karakteristik yang efektif, ternyata juga dapat memberdayakan masyarakat. Aspek kepemimpinan perlu dimiliki oleh seorang pemimpin demi memberdayakan suatu masyarakat. Sementara pengertian indikator pemberdayaan masyarakat yaitu salah satu gejala yang dapat menunjukkan bahwa suatu masyarakat berdaya. Berdaya disini maksudnya memiliki kemampuan sendiri setelah diberikan fasilitas dan mengalami proses pembelajaran. Maka dari itu, masyarakat dapat dikatakan telah berdaya jika masyarakat telah menyadari betapa mereka memiliki kekuatan yang dapat membantu dalam mengambil keputusan sendiri menyangkut dengan kepentingannya. Indikator pemberdayaan masyarakat dalam penelitian ini diukur melalui beberapa variabel yaitu kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat, serta mengambil keputusan sendiri. Keberhasilan seorang pemimpin tentunya ditentukan oleh aspek kepemimpinan yang sudah semestinya dimiliki oleh seorang pemimpin. Selain itu, aspek kepemimpinan dapat menjadi syarat yang harus dimiliki oleh seorang pemimpin lokal agar mampu memberdayakan masyarakat. Begitu juga halnya pada pemimpin lokal seperti ketua Subak dalam memberdayakan petaninya maka perlunya memiliki aspek kepemimpinan. Hubungan aspek kepemimpinan dan indikator pemberdayaan masyarakat melalui uji korelasi Rank Spearman. Pada penelitian ini, tingkat signifikasi atau probabilitas yang digunakan sebesar 5 persen. Apabila nilai signifikansi (Sig. (2tailed)) < dari 0.05, maka keputusan yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara aspek kepemimpinan dengan indikator pemberdayaan. Sebaliknya tidak terdapat hubungan antara aspek kepemimpinan dengan indikator pemberdayaan apabila sig. (2-tailed) > dari 0.05. Secara statistik, hal tersebut berarti terima H0 atau tolak H1. Dibawah ini dijelaskan mengenai masing-masing variabel aspek kepemimpinan dengan indikator pemberdayaan masyarakat.
Hubungan Motif ketua Subak dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, serta Mengambil Keputusan Sendiri Motif pada ketua Subak Kepaon merupakan salah satu aspek kepemimpinan. Motif dapat menentukan bagaimana seorang pemimpin dalam upaya memberdayakan masyarakat. Motif yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon memiliki hubungan dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Indikator pemberdayaan masyarakat itu sendiri bisa dilihat dari kemampuannya dalam berpendapat, dapat bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat, serta mampu mengambil keputusan sendiri. Motif yang ada pada ketua Subak Kepaon jelas mempengaruhi petani Subak Kepaon dalam hal berdaya atau tidak. Berikut akan dijelaskan mengenai motif ketua Subak Kepaon dengan
58
karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif melalui tabel frekuensi dan tabel tabulasi silang. Tabel 19 Jumlah dan persentase motif ketua Subak Kepaon Aspek kepemimpinan
Kategori
Motif ketua Subak
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 5 39 18
% 8.10 62.90 29.00
Total (%) 100.00
Pada Tabel 19 dapat dilihat bahwa motif ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang dengan persentase terbesar yaitu 62.90 persen. Hal ini dinilai oleh petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Pada tabel selanjutnya dapat dilihat persentase dari masing-masing variabel indikator pemberdayaan masyarakat. Tabel 20 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Indikator pemberdayaan Kategori Jumlah % Total masyarakat Responden (%) (Orang) Kemampuan berpendapat Rendah 32 51.60 Sedang 24 38.70 100.00 Tinggi 6 9.70 Bertanggung jawab dalam pranata & sumbersumber masyarakat
Mengambil sendiri
Rendah Sedang Tinggi
23 39 -
37.10 62.90 -
100.00
Rendah Sedang Tinggi
5 54 3
8.10 87.10 4.80
100.00
keputusan
Pada Tabel 20 terlihat jelas bahwa indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon berada pada kategori sedang dan tinggi. Kemampuan berpendapat sendiri pada petani Subak Kepaon terbilang rendah, sementara untuk bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri terbilang sedang. Motif ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang semantara indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon berada pada kategori rendah dan sedang. Hubungan antara motif
59 ketua Subak Kepaon dengan masing-masing variabel indikator pemberdayaan masyarakat dapat dilihat pada tabel tabulasi silang dibawah ini. Tabel 21 Hubungan motif ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat Kemampuan berpendapat Motif ketua Rendah Sedang Tinggi Jumlah Subak n % n % n % n % Rendah 0 0 4 66.67 2 33.33 6 100 Sedang 1 2.22 19 42.22 45 100 25 55.56 Tinggi 0 0 5 45.45 6 54.55 11 100 Motif ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Motif ketua Subak Rendah Sedang Tinggi
Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % 0 0 5 83.33 1 16.67 6 100 0 0 6 13.33 45 100 39 86.67 0 0 9 81.82 2 18.18 11 100
Rendah n % 0 0 0 0 0 0
Mengambil keputusan sendiri Sedang Tinggi n % n % 5 83.33 1 16.67 7 15.56 38 84.44 9 81.82 2 18.18
Jumlah n % 6 100 45 100 11 100
Tabel 21 diatas menunjukkan motif ketua Subak Kepaon dalam pemberdayaan petani Subak Kepaon berada pada kategori sedang, dan rendah. Motif ketua Subak Kepaon yang sedang menunjukkan indikator pemberdayaan petani Subak Kepaon sedang juga dalam hal bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri. Secara rinci dapat dilihat bahwa motif ketua Subak Kepaon yang sedang justru membuat kemampuan berpendapat petani Subak Kepaon rendah dengan persentase 55.56 persen. Sementara untuk motif ketua Subak Kepaon yang sedang dengan bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat yang sedang juga memiliki persentase sebesar 86.67 persen. Pada akhirnya motif ketua Subak Kepaon yang sedang dengan mengambil keputusan sendiri yang sedang juga memiliki persentase sebesar 84.44 persen. Disisi lain indikator pemberdayaan masyarakat seperti kemampuan berpendapat berada pada kategori rendah, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat pada kategori sedang, dan mengambil keputusan sendiri berada pada kategori sedang. Walaupun motif yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang namun belum dapat memberdayakan petani Subak Kepaon. Motif ketua Subak Kepaon dalam melaksanakan tugasnya
60
tidak lantas membuat petani mau untuk berpendapat saat diadakan rapat. Jelas terlihat bahwa petani Subak Kepaon dikatakan berdaya pada tingkat sedang dalam hal bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat, serta dalam mengambil keputusan sendiri. Untuk lebih jelasnya mengenai motif yang dimiliki ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat dapat dilihat melalui tabel hasil uji korelasi rank spearman dibawah ini. Tabel 22 Hasil uji korelasi Rank Spearman motif dengan indikator pemberdayaan masyarakat dan variabel-variabelnya Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Koefisien korelasi
Sig. (2-tailed)
Keterangan
Kemampuan Berpendapat 0.136
0.290
Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat
0.058
0.652
Mengambil sendiri
0.105
0.415
keputusan
Tidak berhubungan Tidak berhubungan Tidak berhubungan
Sumber: Lampiran 25, Lampiran 26, Lampiran 27.
Berdasarkan Tabel 22, nilai signifikansi antara motif dengan indikator pemberdayaan masyarakat, lebih besar dari nilai α (0.05). Oleh sebab itu, keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1. Hal ini berarti bahwa motif tidak berhubungan dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Ketiadaan hubungan antara motif dengan indikator pemberdayaan masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun beberapa faktornya yaitu bahwa motif yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon dalam bekerja tidak membuat petani Subak Kepaon menjadi mampu untuk berpendapat. Penyebabnya adalah ketua Subak Kepaon yang melaksanakan tugasnya selaku pemimpin lokal lebih banyak mengandalkan penjuru arahnya atau panglima. Banyaknya jumlah petani Subak Kepaon membuat ketua Subak Kepaon untuk memutuskan seorang ketua munduk pada setiap munduk Subak Kepaon dalam memimpin petani Subak Kepaon. Adapun alasannya yaitu demi memperhatikan petani Subak Kepaon yang cenderung sudah sibuk dengan pekerjaannya masing-masing. Motif ketua Subak Kepaon dalam bekerja lebih kepada keinginan diri sendiri agar petani Subak Kepaon lebih baik kehidupannya sebagai petani. Petani pemilik penggarap maupun petani penggarap pada Subak Kepaon memandang bahwa ketua Subak Kepaon dalam bekerja cenderung hanya memperhatikan petani jika ada keluhan dari petani. Sementara panglima yang ditugaskan untuk menangani masalah petani terkadang justru sibuk dengan pekerjaannya sendiri. Hal ini yang kemudian menghambat petani Subak Kepaon untuk lebih berdaya dalam hal berpendapat. Sementara untuk bertanggung jawab dalam
61 pranata & sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri tidak dipengaruhi oleh motif ketua Subak Kepaon. Hal ini yang membuat indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon berada pada kategori sedang. Menurut penjelasan petani Subak Kepaon bahwa bagi mereka bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat sudah semestinya ditaati. Selain disebabkan oleh perlunya menjaga keharmonisan antara sesama petani Subak Kepaon juga demi kepentingan bersama. Apabila melanggar pranata dan sumber-sumber yang digunakan tidak sebagaimana mestinya maka yang mendapatkan kerugian adalah diri sendiri. Keyakinan petani Subak Kepaon bahwa bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber yang digunakan untuk keperluan Subak disesuaikan dengan ajaran filosifis agama Hindu. Maka tidak heran bahwa motif ketua Subak Kepaon dalam bekerja tidak ada hubungannya dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon.
Hubungan Pengetahuan ketua Subak dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, serta Mengambil Keputusan Sendiri Pengetahuan merupakan salah satu aspek kepemimpinan. Pengetahuan akan dilihat keterkaitannya dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Pengetahuan itu sendiri dilihat dari pengetahuan ketua Subak Kepaon mengenai Subak dan halhal teknis terkait irigasi pada subak. Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa untuk melihat aspek kepemimpinan pada ketua Subak Kepaon maka akan dilihat korelasinya dengan indikator pemberdayaan masyarakat juga. Pengetahuan ketua Subak Kepaon diukur dengan memberikan pertanyaan tertutup dengan menjawab ya dan tidak. Pengetahuan kemudian dikategorikan menjadi tinggi, sedang, dan rendah. Pada tabel tabulasi silang dijelaskan mengenai hubungan pengetahuan dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Sementara pada tabel frekuensi terlihat persentase dari pengetahuan ketua Subak Kepaon dan masingmasing variabel indikator pemberdayaan masyarakat. Tabel 23 Jumlah dan persentase pengetahuan ketua Subak Kepaon Aspek kepemimpinan Pengetahuan ketua Subak
Kategori Rendah
Jumlah Responden (Orang) 1
%
Total (%)
1.61 100.00
Sedang Tinggi
8 53
12.90 85.50
Pada Tabel 23 dapat dilihat pengetahuan ketua Subak Kepaon berada pada kategori tinggi dengan persentase terbesar yaitu 85.50 persen. Hal ini dinilai oleh petani Subak Kepaon baik itu petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Pada tabel selanjutnya terlihat juga persentase dari masing-masing variabel indikator pemberdayaan masyarakat.
62
Tabel 24 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Indikator masyarakat
pemberdayaan
Kemampuan berpendapat
Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat
Mengambil sendiri
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 32 24 6
%
Total (%)
51.60 38.70 9.70
100.00
Rendah Sedang Tinggi
23 39 -
37.10 62.90 -
100.00
Rendah Sedang Tinggi
5 54 3
8.10 87.10 4.80
100.00
keputusan
Pada Tabel 24 dapat dilihat bahwa persentase indikator pemberdayaan masyarakat berada pada kategori rendah dan sedang. Indikator pemberdayaan yang berada pada kategori rendah yaitu kemampuan berpendapat, sementara untuk kategori sedang yaitu bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri. Sementara pengetahuan ketua Subak Kepaon berada pada kategori tinggi. Selanjutnya pada tabel tabulasi silang terlihat bagaimana hubungan antara pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat.
63 Tabel 25 Hubungan pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat Pengetahuan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Pengetahuan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Pengetahuan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi
Rendah n % 1 100 5 62.50 26 49.06
Kemampuan berpendapat Sedang Tinggi n % n % 0 0 0 0 3 37.50 0 0 21 39.62 6 11.32
Jumlah n % 1 100 8 100 53 100
Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % 0 0 1 100 0 0 1 100 4 50 4 50 0 0 8 100 19 35.85 0 0 53 100 34 64.15
Rendah n % 1 100 0 0 4 7.55
Mengambil keputusan sendiri Sedang Tinggi n % n % 0 0 0 0 8 100 0 0 3 5.66 46 86.79
Jumlah n % 1 100 8 100 53 100
Berdasarkan Tabel 25 dapat dilihat bahwa pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon berada pada kategori tinggi. Selanjutnya indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon berada pada kategori rendah dan sedang. Secara rinci dapat dilihat bahwa pengetahuan ketua Subak Kepaon yang tinggi justru belum mampu membuat petani Subak Kepaon menjadi berdaya dalam hal kemampuan berpendapat. Hal itu terlihat dari jumlah persentase kemampuan berpendapat petani Subak Kepaon sebesar 49.06 persen dengan pengetahuan ketua Subak Kepaon yang tinggi. Sementara persentase bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat maupun mengambil keputusan sendiri sebesar 64.15 persen dan 86.79 persen dengan pengetahuan ketua Subak Kepaon yang tinggi juga. Terlihat melalui persentase bahwa pengetahuan ketua Subak Kepaon yang tinggi memiliki persentase terendah pada kemampuan berpendapat petani Subak Kepaon. Adapun penyebab pengetahuan ketua Subak Kepaon tidak mampu memberdayakan petani Subak Kepaon adalah akibat petani Subak Kepaon sulit untuk menghadiri rapat yang diadakan di balai Subak. Selain itu bagi petani Subak Kepaon baik pemilik penggarap maupun penggarap bahwa kemampuan berpendapat tidak lantas mempengaruhi keadaan mereka. Ditambah lagi menurut petani Subak Kepaon sekalipun mereka mau untuk berpendapat namun pendapat mereka jarang didengarkan dan ditanggapi. Maka tidak heran bahwa petani Subak Kepaon memilih untuk tidak berpendapat ketika berada dalam rapat di balai
64
Subak. Sesuai dengan penyebab yang telah disebutkan sebelumnya merupakan faktor penghambat untuk memberdayakan petani Subak Kepaon. Untuk lebih jelasnya mengenai keterkaitan antara hubungan pengetahuan dengan indikator pemberdayaan masyarakat dapat dilihat pada tabel uji korelasi Rank Spearman dibawah ini.
Tabel 26 Hasil uji korelasi Rank Spearman pengetahuan dengan indikator pemberdayaan masyarakat dan variabel-variabelnya Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Koefisien korelasi
Sig. (2-tailed)
Keterangan
0.699
Tidak berhubungan
0.388
Tidak berhubungan
Kemampuan Berpendapat 0.050 Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat
0.112
Mengambil keputusan sendiri
Tidak berhubungan -0.916
0.126
Sumber: Lampiran 19, Lampiran 20, Lampiran 21.
Berdasarkan Tabel 26, nilai signifikansi antara pengetahuan dengan indikator pemberdayaan masyarakat, lebih besar dari nilai α (0.05). Oleh sebab itu, keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1. Hal ini berarti bahwa pengetahuan tidak berhubungan dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Pengetahuan ketua Subak Kepaon tidak memiliki hubungan dengan indikator pemberdayaan masyarakat baik dalam kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat, serta mengambil keputusan sendiri. Petani Subak Kepaon ketika rapat sedang berlangsung masih belum mampu untuk menunjukkan kemampuan dalam berpendapat. Hal ini mengingat bahwa petani Subak Kepaon sudah lebih memusatkan perhatiannya dengan pekerjaannya yang lain. Apabila ada undangan untuk rapat terkait membahas permasalahan di balai Subak, seringkali tidak dapat dihadiri oleh petani akibat waktu yang tidak sesuai. Akan tetapi, disisi lain petani Subak Kepaon ada juga yang terlihat aktif dalam menyampaikan pendapat saat rapat Subak. Petani Subak Kepaon yang terlihat aktif ini kebanyakan adalah pengurus Subak Kepaon yang memang sudah sewajarnya untuk lebih peduli dan aktif saat rapat berlangsung. Petani Subak Kepaon baik pemilik penggarap maupun penggarap mengatakan bahwa mereka sudah terbiasa dalam menaati awig-awig Subak. Awigawig tersebut merupakan pranata yang dipatuhi dalam bertingkah laku. Bahkan ada petani yang mengatakan akan ada sanksinya jika tidak menaati awig-awig yang sudah disepakati.
65
“...Setahu saya kalo awig-awig itu dilanggar akan ada sanksi yang didapat kalo dulu tanamannya dicabut, tetapi sekarang itu justru dibuat pembatasan air yang diperlukan untuk menanam padi atau palawija…”(IMP petani penggarap, 47 tahun). “…Awig-awig dalam menanam padi itu harus disepakati karena kalo gak nantinya rugi sendiri soalnya sanksinya gak dapat air buat nanam padi. Kalo kayak gitu kan kita sendiri yang rugi jadi mending ikuti aturannya aja…” (Kpe petani pemilik penggarap, 73 tahun).
Sementara sumber-sumber masyarakat yang ada pada Subak Kepaon baik seperti sumber fisik dan informasi tentunya mereka perlu gunakan dalam bertani. Sumber-sumber masyarakat yang digunakan oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap harus dipertanggungjawabkan. Hal ini harus dilakukan mengingat bahwa sumber-sumber masyarakat yang mereka gunakan tersebut jumlahnya terbatas. Selain itu, apabila sumber-sumber masyarakat yang digunakan oleh petani Subak Kepaon tidak digunakan dengan tanggung jawab maka akan berakibat pada hasil panennya. Adapun hasil panen yang kurang baik tersebut maksudnya akibat melanggar awig-awig dan penggunaan pupuk, benih, dan irigasi yang berlebihan. Pada akhirnya hasil panen tidak seperti yang diharapkan. Petani Subak Kepaon dalam hal mengambil keputusan sendiri belum sepenuhnya menggunakan kemampuan yang dimiliki sendiri. Hal ini mengingat bahwa bagi petani Subak Kepaon sendiri lebih nyaman untuk mengikuti hal yang sudah disepakati bersama. Mengambil keputusan sendiri dalam hal bercocok tanam, dinilai sangat beresiko oleh petani Subak Kepaon. Selain itu menurut mereka mengambil keputusan sendiri itu tidak begitu penting dalam bertani. Subak Kepaon sendiri sudah memiliki aturan yang sudah disepakati dan hal itu menguntungkan bagi petani Subak Kepaon itu sendiri. Meskipun mengambil keputusan sendiri sangat beresiko, namun petani Subak Kepaon mengatakan bahwa ketua Subak Kepaon setidaknya memberi mereka kesempatan untuk mengambil keputusan sendiri. Maksudnya memberi kesempatan dalam hal mengambil keputusan disini yaitu memutuskan sendiri terkait dengan hal apa yang harus dilakukan dalam bertani apabila sedang dalam masalah. Adapun contohnya yaitu memilih untuk menanam palawija daripada membiarkan lahan kosong tanpa ditanami apapun. Hal ini dinilai petani Subak Kepaon lebih baik dan memberi keuntungan bagi mereka sendiri. Akan tetapi, petani Subak Kepaon belum mampu mengambil keputusan sendiri disebabkan takut mengambil resiko. Ditambah lagi belum adanya pengetahuan maupun informasi yang cukup untuk dimiliki oleh petani Subak Kepaon dalam mengambil keputusan sendiri. Pengetahuan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon terkait dengan masalah Subak, belum dapat menjadikan petani Subak Kepaon lebih berdaya. Hal ini bisa dilihat dari ketiga variabel pada aspek kepemimpinan tidak adanya korelasi dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Adapun penyebab petani Subak Kepaon kurang berdaya dengan pengetahuan yang dimiliki ketua Subak Kepaon disebabkan oleh beberapa hal. Hal ini disebabkan oleh petaninya yang sulit untuk menyediakan waktu jika diundang rapat, dan hal ini membuat petani Subak Kepaon kurang mampu untuk berpendapat. Selain itu, petani Subak Kepaon bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat tanpa
66
ditentukan oleh pengetahuan ketua Subak Kepaon. Terlebih lagi dalam hal mengambil keputusan sendiri petani Subak Kepaon lebih kepada mematuhi aturan yang telah disepakati bersama. Mengingat jika mengambil keputusan sendiri terkadang dalam bertani hasil panen yang didapatkan kurang baik. Ditambah lagi pengetahuan ketua Subak Kepaon belum mampu untuk mendorong petani Subak Kepaon untuk mengambil keputusan sendiri.
Hubungan Keterampilan ketua Subak dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, serta Mengambil Keputusan Sendiri Keterampilan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon dalam penelitian ini merujuk pada kemampuan dalam hal mendengarkan serta menjalin hubungan baik dengan rekan kerja, kerabat, teman maupun pihak eksternal. Keterampilan yang merupakan aspek kunci kepemimpinan efektif akan dilihat hubungannya dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Keterampilan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon apakah dapat untuk memberdayakan petani Subak Kepaon. Maka dari itu, dibawah ini akan dijelaskan mengenai hubungan antara keterampilan dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon beserta dengan variabel-variabelnya. Tabel 27 Jumlah dan persentase keterampilan ketua Subak Kepaon Aspek kepemimpinan Keterampilan ketua Subak
Kategori Rendah
Jumlah Responden (Orang) 6
%
Total (%)
9.70 100.00
Sedang Tinggi
45 11
72.60 17.70
Pada Tabel 27 dapat dilihat bahwa keterampilan ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang dengan persentase terbesar yaitu 72.60 persen. Hal ini sesuai dengan penilaian petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Sementara keterampilan ketua Subak Kepaon sendiri termasuk pada kategori sedang. Pada tabel selanjutnya dapat dilihat persentase dari masingmasing variabel indikator pemberdayaan masyarakat.
67 Tabel 28 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Indikator pemberdayaan Kategori Jumlah % Total masyarakat Responden (%) (Orang) Kemampuan berpendapat Rendah 32 51.60 Sedang 24 38.70 100.00 Tinggi 6 9.70 Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat
Mengambil sendiri
Rendah Sedang Tinggi
23 39 -
37.10 62.90 -
100.00
Rendah Sedang Tinggi
5 54 3
8.10 87.10 4.80
100.00
keputusan
Pada tabel 28 terlihat bahwa indikator pemberdayaan masyarakat berada pada kategori rendah dan sedang. Hal itu tercermin lewat indikator pemberdayaan masyarakat seperti kemampuan berpendapat berada pada kategori rendah. Disisi lain indikator pemberdayaan seperti bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri berada pada kategori sedang. Selanjutnya pada tabel tabulasi silang akan terlihat hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat.
68
Tabel 29 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat Kemampuan berpendapat Keterampilan Rendah Sedang Tinggi Jumlah ketua Subak n % n % n % n % Rendah 3 50 2 33.33 1 16.67 6 100 Sedang 18 40 2 4.44 45 100 25 55.56 Tinggi 4 36.36 4 36.36 3 27.28 11 100 Keterampilan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Keterampilan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi
Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % 2 33.33 4 16.67 0 0 6 100 18 40 0 0 45 100 27 60 3 27.27 8 72.73 0 0 11 100
Rendah n % 0 0 5 11.11 0 0
Mengambil keputusan sendiri Sedang Tinggi n % n % 6 100 0 0 2 4.45 38 84.44 10 90.91 1 9.09
Jumlah n % 6 100 45 100 11 100
Sesuai dengan Tabel 29 diatas dapat dilihat bahwa keterampilan ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang. Sementara indikator pemberdayaan masyarakat berada pada kategori sedang dan rendah. Keterampilan ketua Subak Kepaon dalam menangani masalah Subak Kepaon tidak lantas membuat petani Subak Kepaon menjadi lebih berdaya. Pada tabel terlihat jelas bahwa petani Subak Kepaon dengan keterampilan yang sedang jelas tidak membuat petani Subak Kepaon menjadi memiliki kemampuan berpendapat. Pengetahuan yang tinggi saja tidak mampu membuat petani Subak Kepaon menjadi lebih berdaya dalam hal kemampuan berpendapat. Demikian juga halnya dengan keterampilan yang sedang tentu tidak berdampak pada kemampuan pendapat petani Subak Kepaon. Untuk lebih jelasnya terkait dengan hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon dapat dilihat pada tabel hasil uji korelasi Rank Spearman dibawah ini.
69 Tabel 30 Hasil uji korelasi Rank Spearman keterampilan dengan indikator pemberdayaan masyarakat dan variabel-variabelnya Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Koefisien korelasi
Sig. (2-tailed)
Keterangan
Kemampuan Berpendapat 0.149
0.247
Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat
0.056
0.663
Mengambil sendiri
0.107
0.409
keputusan
Tidak berhubungan Tidak berhubungan Tidak berhubungan
Sumber: Lampiran 22, Lampiran 23, Lampiran 24.
Berdasarkan Tabel 30, nilai signifikansi antara keterampilan dengan indikator pemberdayaan masyarakat, lebih besar dari nilai α (0.05). Oleh sebab itu, keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1. Hal ini berarti bahwa keterampilan tidak berhubungan dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Keterampilan tidak memiliki hubungan dengan indikator pemberdayaan masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun beberapa faktornya yaitu keterampilan dalam hal mendengarkan pendapat petani belum sepenuhnya baik. Hal ini dikarenakan ketua Subak Kepaon di beberapa kondisi lebih menggunakan perasaan. Misalnya saja, mudah marah ketika ada masalah yang seharusnya tidak terjadi. Petani pemilik penggarap dan penggarap mengutarakan bahwa ketua Subak Kepaon akan sangat marah ketika ada petani yang melanggar aturan kesepakatan dalam hal menanam padi. Tidak heran kalau petani Subak Kepaon terkadang enggan untuk menyampaikan pendapatnya ketika suasana hati ketua Subak Kepaon sedang marah. Disisi lain, mengenai hal bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat petani Subak Kepaon cenderung melakukannya tanpa paksaan. Keterampilan ketua Subak Kepaon untuk membina hubungan yang baik dengan siapa saja tidak ada kaitannya dengan bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat. Petani Subak Kepaon bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor. Adapun faktornya yaitu pranata berupa awig-awig dan sumber-sumber masyarakat yang digunakan oleh petani Subak Kepaon sudah menjadi bagian dari Subak itu sendiri. Apabila hal itu tidak dipatuhi sebagaimana mestinya maka pada akhirnya akan memberi kerugian tersendiri bagi petani Subak Kepaon. Selain itu, awig-awig dan sumber-sumber masyarakat memberikan keuntungan bagi hasil panen petani dan tentunya menjaga keharmonisan diantara petani juga. Petani Subak Kepaon dalam hal mengambil keputusan sendiri juga cenderung tanpa ditentukan oleh keterampilan ketua Subak Kepaon. Kemampuan ketua Subak Kepaon yang mampu berteman dengan siapa saja tidak mampu membuat petani Subak Kepaon mau mengambil keputusan sendiri. Mengambil keputusan sendiri demi kebaikan dalam bertani dinilai kurang begitu bermanfaat
70
oleh petani Subak Kepaon. Petani pemilik penggarap maupun petani penggarap mengatakan bahwa bagi mereka agar dapat mengambil keputusan sendiri maka perlu diberikannya kesempatan. Kesempatan dalam hal ini yaitu kepercayaan yang ditunjukkan oleh ketua Subak Kepaon bagi petani Subak Kepaon dalam hal bertani. Kepercayaan itu sendiri dapat diwujudkan melalui sebuah tindakan yaitu dengan membiarkan petani Subak Kepaon untuk memilih waktu yang tepat untuk menanam padi. Tindakan dalam memberi kepercayaan tentunya dibarengi dengan pengarahan bagaimana baiknya dalam menentukan waktu yang tepat untuk membuat benih maupun menanamnya sesuai dengan kalender Bali. Ternyata hal ini masih sulit untuk dilakukan oleh petani Subak Kepaon sendiri mengingat faktor resiko yang akan muncul dan keengganan untuk lebih dahulu daripada orang lain. Selain hal itu sudah tidak sesuai dengan peraturan yang disepakati juga mempengaruhi hasil panen petani Subak Kepaon. Sesuai dengan penjelasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan ketua Subak Kepaon tidak ada kaitannya dengan ciri-ciri berdayanya petani Subak Kepaon. Maka dapat dikatakan bahwa dari ketiga variabel aspek kepemimpinan tidak ada satupun yang memiliki korelasi dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Untuk itu dapat disimpulkan bahwa tidak adanya hubungan nyata antara aspek kepemimpinan dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon.
71
KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL YANG EFEKTIF DALAM PEMBERDAYAAN PETANI SUBAK DI BALI Bab ini membahas karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Karakteristik pemimpin lokal yang efektif tentunya merupakan hal yang diinginkan oleh masyarakat yang dipimpin. Seorang pemimpin dengan karakteristik yang dimilikinya mampu membuat masyarakat lebih berdaya merupakan karakteristik seorang pemimpin yang efektif. Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada bab ini terdiri dari intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Hubungan antara karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dan indikator pemberdayaan masyarakat dianalisis melalui uji korelasi Rank Spearman. Pada penelitian ini, tingkat signifikasi atau probabilitas yang digunakan sebesar 5 persen. Apabila nilai signifikansi (Sig. (2-tailed)) < dari 0.05, maka keputusan yang digunakan adalah tolak H0 atau terima H1. Hal ini dapat diartikan bahwa terdapat hubungan antara karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon. Sebaliknya, tidak terdapat hubungan antara karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dengan indikator pemberdayaan apabila sig. (2tailed) > dari 0.05. Secara statistik, hal tersebut berarti terima H0 atau tolak H1. Sebelumnya, yang dimaksud dengan H0 adalah tidak ada korelasi, sedangkan yang dimaksud dengan H1 adalah ada korelasi.
Hubungan Intelegensi dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, serta Mengambil Keputusan Sendiri Intelegensi merupakan salah satu karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Intelegensi yang dimiliki oleh seorang pemimpin diharapkan dapat memberdayakan suatu masyarakat. Hal ini juga berlaku pada pemimpin lokal seperti ketua Subak Kepaon untuk memberdayakan petaninya. Intelegensi ketua Subak Kepaon dalam penelitian ini dilihat melalui pengetahuannya terkait dengan Subak Kepaon. Selain itu akan dilihat juga bagaimana ketua Subak Kepaon dengan intelegensi yang dimiliki mampu memecahkan masalah yang dihadapi petani. Melalui hal yang telah disebutkan sebelumnya, maka dapat dilihat apakah intelegensi yang dimiliki ketua Subak Kepaon mampu memberdayakan petani Subak Kepaon. Berikut melalui tabel dibawah ini dijelaskan mengenai keterkaitan antara intelegensi dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon beserta variabel-variabelnya yaitu kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat, serta mengambil keputusan sendiri.
72
Tabel 31 Jumlah dan persentase intelegensi ketua Subak Kepaon Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif
Kategori
Intelegensi ketua Subak
Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 1 34 27
% 1.60 54.80 43.50
Total (%) 100.00
Pada Tabel 31 dapat dilihat bahwa intelegensi ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang dengan persentase terbesar yaitu 54.80 persen. Hal ini menurut petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Pada tabel selanjutnya dapat dilihat juga mengenai persentase dari masing-masing indikator pemberdayaan masyarakat. Tabel 32 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Indikator pemberdayaan Kategori Jumlah % Total masyarakat Responden (%) (Orang) Kemampuan berpendapat Rendah 32 51.60 Sedang 24 38.70 100.00 Tinggi 6 9.70 Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat
Mengambil sendiri
Rendah Sedang Tinggi
23 39 -
37.10 62.90 -
100.00
Rendah Sedang Tinggi
5 54 3
8.10 87.10 4.80
100.00
keputusan
Pada Tabel 32 dapat dilihat bahwa indikator pemberdayaan masyarakat berada pada kategori rendah dan sedang. Hal itu terlihat pada variabel indikator pemberdayaan masyarakat yaitu kemampuan berpendapat yang memiliki kategori rendah. Sementara indikator pemberdayaan masyarakat seperti bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri berada pada kategori sedang. Selanjutnya pada tabel berikut dapat dilihat hubungan antara intelegensi ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat.
73 Tabel 33 Hubungan intelegensi ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat Kemampuan berpendapat Intelegensi Rendah Sedang Tinggi Jumlah ketua Subak n % n % n % n % Rendah 1 100 0 0 0 0 1 100 Sedang 12 35.29 2 5.88 34 100 21 58.83 Tinggi 10 37.04 13 48.15 4 14.81 27 100 Intelegensi ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Intelegensi ketua Subak Rendah Sedang Tinggi
Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % 1 100 0 0 0 0 1 100 14 41.18 0 0 34 100 20 58.82 8 29.63 19 70.37 0 0 27 100
Rendah n % 0 0 3 8.82 2 7.41
Mengambil keputusan sendiri Sedang Tinggi n % n % 1 100 0 0 2 5.89 29 85.29 24 88.89 1 3.70
Jumlah n % 1 100 34 100 27 100
Sesuai dengan Tabel 33 diatas dapat dilihat bahwa intelegensi yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang. Adapun secara rinci dapat dilihat bahwa persentase pengetahuan ketua Subak Kepaon dengan kemampuan berpendapat 58.83 persen, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat 58.82 persen, dan mengambil keputusan sendiri 85.29 persen. Melalui persentase terlihat bahwa intelegensi ketua Subak Kepaon terhadap pemberdayaan petani Subak Kepaon seperti kemampuan berpendapat memiliki persentase terendah. Sementara indikator pemberdayaan masyarakat seperti bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat maupun mengambil keputusan sendiri berada pada kategori sedang. Intelegensi ketua Subak Kepaon yang berada pada kategori sedang jelas tidak berpengaruh pada pemberdayaan petani Subak Kepaon. Intelegensi yang dimiliki ketua Subak Kepaon belum cukup untuk dapat memberdayakan petani Subak Kepaon. Untuk memberdayakan petani Subak Kepaon tidak hanya cukup memiliki intelegensi mengenai subak saja. Hal ini akan dijelaskan lebih lanjut melalui tabel dibawah ini. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan intelegensi dengan indikator pemberdayaan masyarakat dapat dilihat pada tabel uji korelasi Rank Spearman dibawah ini.
74
Tabel 34 Hasil uji korelasi Rank Spearman intelegensi dengan indikator pemberdayaan dan variabel-variabelnya Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Koefisien korelasi
Sig. (2-tailed)
Kemampuan Berpendapat
Keterangan Berhubungan
0.276
0.030
Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat
0.156
0.226
Mengambil Sendiri
-0.012
0.924
Keputusan
Tidak berhubungan Tidak berhubungan
Sumber: Lampiran 28, Lampiran 29, Lampiran 30.
Berdasarkan Tabel 34, nilai signifikansi antara intelegensi dengan indikator pemberdayaan masyarakat, lebih besar dari nilai α (0.05). Oleh sebab itu, keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1. Hal ini berarti bahwa intelegensi tidak berhubungan dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Sesuai dengan tabel diatas maka terlihat intelegensi tidak berkaitan dengan bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri. Tidak adanya kaitan intelegensi dengan bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri disebabkan oleh beberapa faktor. Petani pemilik penggarap maupun petani penggarap pada Subak Kepaon mengatakan bahwa mereka bertanggung jawab dalam pranata berupa awig-awig tanpa dipengaruhi oleh intelegensi ketua Subak Kepaon. Awig-awig sudah merupakan bagian dari petani Subak Kepaon dalam hal bertani dan bertingkah laku. Intelegensi yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon dinilai tidak memiliki keterkaitan akan tanggung jawab petani dalam mematuhi awig-awig. Apabila ketua Subak Kepaon tidak memiliki cukup intelegensi maka hal ini tidak menjadi alasan bagi petani Subak Kepaon tidak bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat. Ditambah lagi intelegensi yang dimiliki ketua Subak Kepaon tidak mendorong petani Subak Kepaon dapat mengambil keputusan sendiri. Hal ini disebabkan oleh petani Subak Kepaon yang enggan untuk mengambil keputusan sendiri jika hal itu tidak sesuai dengan aturan yang sudah disepakati. Selain itu, menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap bahwa sebenarnya mengambil keputusan sendiri dalam bertani selaku petani Subak Kepaon tidak terlalu penting. Adapun penyebab dari pendapat petani Subak Kepaon demikian adalah bahwa awig-awig yang ada sudah mengatur bagaimana seharusnya bertingkah laku. Apabila hal ini yang mendasari untuk mengambil keputusan demi kebaikan sendiri dinilai kurang menjaga keselaran antar petani Subak Kepaon lainnya. Hasil berbeda ditunjukkan oleh nilai signifikasi antara intelegensi dengan kemampuan berpendapat yang lebih kecil dari nilai α (0.05), yaitu sebesar 0.030. Keputusan yang diambil dari hasil tersebut adalah tolak H0 atau terima H1, yang
75 berarti bahwa terdapat hubungan antara intelegensi dengan kemampuan berpendapat. Intelegensi yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon mengenai pengetahuan akan subak membuat petani Subak Kepaon memiliki kemampuan dalam berpendapat. Petani Subak Kepaon ketika mengalami masalah terkait dengan pengairan sawah, pupuk, benih, bahkan hasil panen tidak segan untuk bertanya kepada ketua Subak Kepaon. Disamping itu, beberapa petani Subak Kepaon yang ikut serta dalam rapat saat membahas masalah Subak atau pertanian petani Subak Kepaon mau untuk menyampaikan pendapat. Sekalipun intelegensi ketua Subak Kepaon berkaitan dengan kemampuan berpendapat petani Subak Kepaon namun adanya perbedaan yang ditemui pada petani Subak Kepaon. Adanya perbedaan itu dikarenakan saling atau tidaknya berinteraksi maupun mengenal karakteristik ketua Subak Kepaon dengan baik. Adanya perbedaan pendapat mengenai intelegensi ketua Subak Kepaon oleh petani pemilik penggarap dan petani penggarap dapat dilihat pada tabel dibawah ini. Melalui tabel dibawah ini dapat dilihat bagaimana persentase menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap terkait dengan intelegensi ketua Subak Kepaon. Pada tabel dengan jelas terlihat bagaimana penilaian akan intelegensi ketua Subak Kepaon oleh petani Subak Kepaon.
Gambar 7 Jumlah dan persentase intelegensi ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali
76
Dari Gambar 7 terlihat bahwa persentase intelegensi tertinggi berada pada 43.55 persen. Selanjutnya persentase intelegensi ketua Subak Kepaon pada kategori sedang sebesar 54.84 persen. Sementara persentase intelegensi ketua Subak Kepaon pada kategori rendah sebesar 1.61 persen. Terlihat jelas pada gambar bahwa intelegensi ketua Subak Kepaon berada pada ketegori tinggi menurut petani penggarap sedangkan menurut petani pemilik penggarap berada pada kategori rendah. Adanya perbedaan penilaian intelegensi menurut petani Subak Kepaon disebabkan oleh beberapa faktor. Petani pemilik penggarap beranggapan bahwa intelegensi untuk memimpin Subak Kepaon sudah cukup baik, namun disisi lain perlunya memiliki pengetahuan lainnya. Hal ini diharapkan demi kemajuan dan keberlanjutan Subak Kepaon. Adapun intelegensi dalam bidang lain menurut petani pemilik penggarap yaitu mengenai perundangundangan yang mengatur tentang jalur untuk Subak. Hal ini mengingat semakin seringnya jalur Subak digunakan untuk kegiatan industri bukan untuk pertanian. Tentu saja hal ini sangat berkaitan dengan kehidupan petani Subak. Maka dari itu tidak heran bahwa intelegensi yang dimiliki ketua Subak Kepaon menurut petani pemilik penggarap kebanyakan yaitu sedang. Disisi lain menurut petani penggarap bahwa intelegensi ketua Subak Kepaon sudah sangat baik. Hal ini diungkapkan petani penggarap bahwa intelegensi ketua Subak Kepaon mengenai Subak Kepaon sudah baik terutama dalam hal memperhatikan petani Subak Kepaon. Adapun bentuk dari intelegensi yang dimiliki ketua Subak Kepaon menurut petani penggarap yaitu memahami dengan jelas seluk beluk irigasi pada setiap munduk, pola tanam setiap munduk, dan waktu yang terbaik dengan sistem kalender Bali. Maka dari itu menurut petani penggarap yang juga sering berinteraksi dengan ketua Subak Kepaon hal ini sudah cukup baik. Sementara menurut petani pemilik penggarap sendiri bahwa intelegensi yang dimiliki ketua Subak Kepaon belum sepenuhnya dapat memberdayakan petani. Hal ini diutarakan petani pemilik penggarap bahwa menangani masalah pupuk saja dan pencarian traktor untuk memulai menanam padi belum dapat diatasi dengan baik. Jadi menurut petani pemilik penggarap intelegensi ketua Subak Kepaon belum sepenuhnya mampu memberdayakan petani untuk menghasilkan panen yang lebih baik. Masalah pengairan dan pola tanam yang diketahui oleh ketua Subak Kepaon menurut petani pemilik penggarap tidak lantas mampu membuat petani lebih berdaya. Jadi jelas bahwa intelegensi ketua Subak Kepaon hanya mampu membuat petani Subak Kepaon berdaya dalam hal berpendapat. Adapun yang berdaya dalam berpendapat yaitu hanya petani penggarap yang sering bertemu dengan ketua Subak Kepaon sementara menurut petani pemilik penggarap mereka sama sekali masih kurang berdaya. Maka dari itu apabila menurut indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon dapat dikatakan bahwa intelegensi yang dimiliki ketua Subak Kepaon belum mampu memberdayakan petani Subak Kepaon.
77 Hubungan Kemampuan Berkomunikasi dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, serta Mengambil Keputusan Sendiri Kemampuan berkomunikasi merupakan salah satu karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif. Seorang pemimpin perlu untuk memiliki kemampuan berkomunikasi demi mencapai tujuan dari organisasi atau kelompoknya. Apabila tujuan dari organisasi atau kelompok sudah dapat tercapai tentu hal ini akan mempengaruhi keberdayaan anggota atau bawahannya. Hal yang serupa juga terjadi pada organisasi tradisional seperti Subak Kepaon. Kemampuan berkomunikasi dalam penelitian ini dapat dilihat dari kemampuannya berpikir, berbicara, menulis, bahkan membaca nantinya akan menjadi penilaian dalam kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon. Berikut dijelaskan mengenai keterkaitan antara kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada tabel frekuensi dan tabel tabulasi silang.
Tabel 35 Jumlah dan persentase kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif Kemampuan berkomunikasi ketua Subak
Kategori
Jumlah Responden (Orang)
%
Rendah Sedang Tinggi
53 9
85.50 14.50
Total (%)
100.00
Pada Tabel 35 dapat dilihat bahwa kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang dengan persentase terbesar yaitu 85.50 persen. Hal ini sesuai dengan penilaian petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Pada tabel berikutnya dapat dilihat juga persentase dari masing-masing indikator pemberdayaan masyarakat.
78
Tabel 36 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Indikator pemberdayaan Kategori Jumlah % Total masyarakat Responden (%) (Orang) Kemampuan berpendapat Rendah 32 51.60 Sedang 24 38.70 100.00 Tinggi 6 9.70 Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat
Mengambil sendiri
Rendah Sedang Tinggi
23 39 -
37.10 62.90 -
100.00
Rendah Sedang Tinggi
5 54 3
8.10 87.10 4.80
100.00
keputusan
Pada Tabel 36 dapat dilihat indikator pemberdayaan masyarakat berada pada kategori rendah dan sedang. Hal itu sesuai dengan indikator pemberdayaan seperti kemampuan berpendapat. Sementara indikator pemberdayan masyarakat seperti bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri termasuk pada kategori sedang. Selanjutnya pada tabel tabulasi silang terlihat hubungan antara kemampuan berkomunikasi dengan indikator pemberdayaan masyarakat.
79 Tabel 37 Hubungan kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat Kemampuan berpendapat Kemampuan Rendah Sedang Tinggi Jumlah berkomunikasi n % n % n % n % ketua Subak Rendah Sedang Tinggi
0 26 6
Kemampuan berkomunikasi ketua Subak
Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % 0 0 0 0 0 0 0 0 21 39.62 0 0 53 100 32 60.38 2 22.22 7 77.78 0 0 9 100
Rendah Sedang Tinggi Kemampuan berkomunikasi ketua Subak Rendah Sedang Tinggi
0 49.06 66.67
Rendah n % 0 0 4 7.55 1 11.11
0 21 3
0 39.62 33.33
0 6 0
0 11.32 0
Mengambil keputusan sendiri Sedang Tinggi n % n % 0 46 8
0 86.79 88.89
0 3 0
0 5.66 0
0 53 9
0 100 100
Jumlah n % 0 53 9
0 100 100
Berdasarkan Tabel 37 dapat dilihat bahwa kemampuan berkomunikasi berada pada kategori sedang. Indikator pemberdayaan masyarakat berada pada kategori rendah dan sedang. Secara rinci dapat dilihat kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon dengan kemampuan berpendapat 49.06 persen, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat 60.38 persen, dan mengambil keputusan sendiri 86.79 persen. Terlihat bahwa persentase terendah dan kategori rendah berada pada kemampuan berpendapat. Ini berarti bahwa kemampuan berkomunikasi sedang ketua Subak Kepaon belum mampu membuat petani Subak Kepaon untuk memiliki kemampuan berpendapat. Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki ketua Subak Kepaon tidak lantas membuat petani Subak Kepaon memiliki kemampuan berpendapat. Kemampuan berkomunikasi yang dimiliki ketua Subak Kepaon dalam hal berbicara kurang dapat menarik perhatian petani Subak Kepaon. Nada bicara yang terkesan dengan intonasi yang tinggi dan raut wajah yang serius membuat petani Subak Kepaon enggan untuk berpendapat. Ketua Subak Kepaon ketika mendengarkan orang lain saat berbicara kurang menyimak. Hal ini diungkapkan oleh petani Subak Kepaon bahwa ketua Subak Kepaon hanya mendengarkan saja tapi jarang sekali untuk menanggapinya. Maka jelas terlihat dari tabel betapa kemampuan berkomunikasi yang dimiliki ketua Subak Kepaon tidak membuat petani Subak Kepaon memiliki kemampuan berpendapat.
80
Sementara untuk bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri dapat dilihat pada tabel bahwa petani berdaya dalam kategori sedang. Maksudnya berdaya sedang dalam hal bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri disini yaitu petani Subak Kepaon bertanggung jawab dalam aturan yang disepakati demi keuntungan bersama. Hal ini tentu saja baik untuk hasil panen yang akan mereka dapatkan. Maka sekalipun kemampuan berkomunikasi yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon sedang tidak lantas dapat memberdayakan petani Subak Kepaon. Untuk lebih jelasnya mengenai hubungan antara kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon dapat dilihat pada tabel hasil uji korelasi Rank Spearman dibawah ini. Tabel 38 Hasil uji korelasi Rank Spearman kemampuan berkomunikasi dengan indikator pemberdayaan masyarakat dan variabel-variabelnya Indikator Pemberdayaan Masyarakat
Koefisien korelasi
Sig. (2-tailed)
Keterangan
0.259
Tidak berhubungan
Kemampuan Berpendapat -0.146 Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Mengambil Sendiri
0.127
0.326
-0.090
0.486
Keputusan
Tidak berhubungan Tidak berhubungan
Sumber: Lampiran 31, Lampiran 32, Lampiran 33.
Berdasarkan Tabel 38, nilai signifikansi antara kemampuan berkomunikasi dengan indikator pemberdayaan masyarakat, lebih besar dari nilai α (0.05). Oleh sebab itu, keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1. Hal ini berarti bahwa kemampuan berkomunikasi tidak berhubungan dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon tidak memiliki kaitan dengan indikator pemberdayaan masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor. Menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap ketua Subak Kepaon dalam berkomunikasi tidak mampu membuat petani Subak Kepaon memiliki ciri-ciri sebagai petani yang berdaya. Kemampuan Ketua Subak Kepaon dalam hal membaca dan menulis terbilang sudah baik. Sementara kemampuan berbicara dan berpikir yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon dinilai masih relatif kurang baik oleh petani Subak Kepaon. Selain itu menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap bahwa kemampuan berkomunikasi ketua Subak yang cenderung berbicara dengan nada bicara yang sangat keras dan serius membuat petani Subak Kepaon enggan untuk bertanya saat rapat. Maka dari itu, petani Subak Kepaon pada akhirnya hanya memilih untuk diam saja. Sementara pada pranata berupa awig-awig dan sumber-
81 sumber masyarakat yang digunakan oleh petani Subak Kepaon jelas tidak ada hubungannya dengan kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon. Sumbersumber masyarakat yang digunakan oleh petani Subak Kepaon tentu saja dipertanggung jawabkan oleh mereka, mengingat betapa hal itu akan merugikan bagi mereka sendiri jika melanggar. Petani Subak Kepaon mengatakan jika beberapa dari antara mereka untuk memutuskan menanam padi lebih awal maka hal ini akan merugikan bagi dirinya sendiri. Mengambil keputusan sendiri bagi petani Subak Kepaon yang konsentrasinya sudah tidak hanya sebagai bertani, menjadi hal yang sulit untuk diterapkan. Petani Subak Kepaon belum dapat mengambil keputusan sendiri dengan kemampuan berkomunikasi yang dimiliki ketua Subak saat ini. Hal ini diutarakan oleh petani Subak Kepaon bahwasanya perintah yang sudah disampaikan ketua Subak Kepaon tidak dilaksanakan maka akan mempengaruhi nada bicaranya yang mudah emosi. Karakteristik ketua Subak Kepaon yang dikenal mudah naik pitam baik menurut petani pemilik penggarap dan petani penggarap jelas membuat petani Subak Kepaon merasa mengambil keputusan sendiri akan sangat merugikan. Untuk lebih jelasnya mengenai kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 8 Jumlah dan persentase kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon menurut petani Subak Kepaon di Bali. Sesuai dengan Gambar 8 dapat terlihat bahwa kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon menurut petani pemilik penggarap maupun penggarap berada pada kategori sedang. Melalui gambar terlihat bahwa tidak adanya
82
perbedaan mengenai kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon sekalipun tergolong sedang namun jika dikaitkan dengan memberdayakan petani Subak sama sekali belum terlihat. Sesuai dengan hasil tabulasi silang dan hasil uji korelasi Rank Spearman bahwa kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon masih membuat petani enggan untuk bertanya. Maka tidak heran bahwa kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon justru belum mampu membuat petani Subak Kepaon untuk memiliki kemampuan dalam berpendapat. Sementara dalam hal bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat merupakan hal yang mereka patuhi tanpa dipengaruhi oleh kemampuan berkomunikasi ketua Subak.
Hubungan Keteladanan dengan Kemampuan Berpendapat, Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat, serta Mengambil Keputusan Sendiri Keteladanan merupakan karakteristik kepemimpinan efektif yang perlu diupayakan untuk dimiliki oleh seorang pemimpin. Keteladanan itu sendiri diharapkan mampu memberikan nilai-nilai kehidupan yang positif pada anggota atau bawahan yang dipimpin. Keteladanan pada penelitian ini dilihat dari kemauannya untuk memperhatikan petani melalui karakteristik yang ditunjukkan sehari-hari. Pada ketua Subak Kepaon keteladanan yang dimilikinya diharapkan mampu untuk memberdayakan petani Subak Kepaon. Maka dari itu dibawah ini akan dijelaskan mengenai hubungan keteladanan dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Tabel 39 Jumlah dan persentase keteladanan ketua Subak Kepaon Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif
Kategori
Jumlah Responden (Orang)
%
Rendah Sedang Tinggi
52 10
83.90 16.10
Total (%)
Keteladanan ketua Subak 100.00
Pada Tabel 39 terlihat bahwa keteladanan ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang dengan persentase terbesar yaitu 83.90 persen. Hal ini sesuai dengan penilaian petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Pada tabel selanjutnya dapat dilihat persentase dari masingmasing indikator pemberdayaan masyarakat.
83 Tabel 40 Jumlah dan persentase indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon Indikator masyarakat
pemberdayaan
Kemampuan berpendapat
Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat
Mengambil sendiri
Kategori Rendah Sedang Tinggi
Jumlah Responden (Orang) 32 24 6
%
Total (%)
51.60 38.70 9.70
100.00
Rendah Sedang Tinggi
23 39 -
37.10 62.90 -
100.00
Rendah Sedang Tinggi
5 54 3
8.10 87.10 4.80
100.00
keputusan
Pada Tabel 40 dapat terlihat indikator pemberdayaan masyarakat yang berada pada kategori rendah dan sedang. Pada kategori rendah yaitu dalam hal kemampuan berpendapat, sementara pada kategori sedang dalam hal bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat serta mengambil keputusan sendiri. Sementara pada keteladanan ketua Subak Kepaon berada pada kategori sedang. Pada tabel tabulasi silang terlihat hubungan antara keteladanan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat.
84
Tabel 41 Hubungan keteladanan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat Keteladanan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Keteladanan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi Keteladanan ketua Subak Rendah Sedang Tinggi
Rendah n % 0 0 27 51.92 5 50
Kemampuan berpendapat Sedang Tinggi n % n % 0 0 0 0 22 42.31 3 5.77 2 20 3 30
Jumlah n % 0 0 52 100 10 100
Bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat Rendah Sedang Tinggi Jumlah n % n % n % n % 0 0 0 0 0 0 0 0 19 36.54 0 0 52 100 33 63.46 4 40 6 60 0 0 10 100
Rendah n % 0 0 4 7.69 1 10
Mengambil keputusan sendiri Sedang Tinggi n % n % 0 0 0 0 3 5.77 45 86.54 9 90 0 0
Jumlah n % 0 0 52 100 10 100
Berdasarkan Tabel 41 dapat dilihat persentase keteladanan ketua Subak Kepaon dengan kemampuan berpendapat 51.92 persen, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat 63.46 persen, dan mengambil keputusan sendiri 86.54 persen. Melalui gambar juga terlihat jelas bahwa ketedanan ketua Subak Kepaon yang sedang belum mampu membuat petani Subak Kepaon memiliki ciri-ciri petani yang berdaya. Penyebabnya yaitu indikator pemberdayaan pada petani Subak Kepaon belum seluruhnya berada pada kategori tinggi. Keteladanan yang dimiliki ketua Subak Kepaon hanya berkutat seputar penanganan pada masalah pengairan pada sawah. Namun disisi lain masalah pembukuan yang jelas terkait dana bantuan dari pemerintah daerah untuk Subak Kepaon sendiri dinilai petani belum transparan. Hal ini yang kemudian membuat petani Subak Kepaon menganggap bahwa nilai-nilai positif belum sepenuhnya dapat dilihat pada ketua Subak Kepaon. Keteladanan yang ada pada ketua Subak Kepaon perlu dibenahi dengan memberitahukan kepada petani terkait dengan dana bantuan yang diterima oleh ketua Subak Kepaon dari pemerintah daerah. Selain itu perlunya untuk menangani masalah jalan Subak yang digunakan untuk kegunaan industri. Hal ini diungkapkan baik oleh petani pemilik penggarap maupun petani penggarap bahwa pentingnya memperhatikan jalanan Subak untuk tidak digunakan orang yang tidak berkepentingan. Hal ini jelas akan merugikan petani Subak Kepaon tentunya. Belum lagi saat ini sangat maraknya menjual jalur jalan Subak kepada pengusaha yang ingin mendirikan industri. Maka dari itu
85 petani Subak Kepaon sangat mengharapkan ketua Subak Kepaon untuk lebih memperhatikan kebutuhan petani dengan meningkatkan keteladanan sebagai seorang pemimpin lokal. Untuk lebih lanjut mengenai keterkaitan antara keteladanan ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon dapat dilihat lebih jelas pada tabel dibawah ini. Tabel 42 Hasil uji korelasi Rank Spearman keteladanan dengan indikator pemberdayaan dan variabel-variabelnya Indikator Pemberdayaan Koefisien Masyarakat korelasi Kemampuan Berpendapat 0.096 Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat -0.026 Mengambil Keputusan Sendiri -0.082
Sig. (2-tailed)
Keterangan
0.460
Tidak berhubungan
0.839 0.526
Tidak berhubungan Tidak berhubungan
Sumber: Lampiran 34, Lampiran 35, Lampiran 36.
Berdasarkan Tabel 42, nilai signifikansi antara keteladanan dengan indikator pemberdayaan masyarakat, lebih besar dari nilai α (0.05). Oleh sebab itu, keputusan yang diambil adalah terima H0 atau tolak H1. Hal ini berarti bahwa keteladanan tidak berhubungan dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Keteladanan tidak berkaitan dengan indikator pemberdayaan masyarakat disebabkan oleh beberapa faktor. Petani Subak Kepaon yang kebanyakan sudah memiliki pekerjaan sambilan selain sebagai petani membuat mereka sulit untuk melihat keteladanan ketua Subak Kepaon secara langsung. Selain itu baik dalam kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat, serta mengambil keputusan sendiri tidak begitu ditentukan oleh keteladanan ketua Subak Kepaon. Keteladanan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon hanya sebatas rajin ke sawah saat akan memulai menanam padi, hal itu dikarenakan adanya gotong royong. Selain itu ketua Subak Kepaon juga mampu mengatasi permasalahan air irigasi ke sawah setiap petani. Sementara menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap bahwa diperlukannya sebuah keteladanan dalam memperhatikan nasib petani. Adapun hal yang sering diutarakan oleh petani Subak Kepaon agar diperhatikan ketua Subak Kepaon yaitu terkait dengan pupuk, dan benih. Kedua hal ini dinilai petani Subak Kepaon merupakan sebuah keteladanan juga. Ada beberapa petani yang juga menyampaikan bahwa ada ketua Subak lain yang dapat menangggulangi harga pupuk yang selalu meningkat. Hal itu kemudian diharapkan petani Subak Kepaon pada ketua Subak Kepaon agar memiliki keteladanan dalam mengelola pupuk demi mempermudah petani saat akan mulai menanam. Harga pupuk yang ada cenderung mempersulit petani Subak Kepaon untuk mulai menanam padi, dan apabila hal ini dibiarkan maka akan merugikan si petani tersebut. Selanjutnya
86
terkait dengan karakteristik kepemimpinan lokal Ketua Subak pada pemberdayaan petani Subak menurut petani pemilik dan petani penggarap dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Gambar 9 Jumlah dan persentase keteladanan ketua Subak Kepaon menurut Petani Subak Kepaon di Bali
Melalui Gambar 9 dapat dilihat bahwa keteladanan ketua Subak Kepaon dikategorikan sedang. Menurut petani pemilik penggarap maupun penggarap bahwa keteladanan ketua Subak Kepaon terbilang sedang. Melalui gambar dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap mengenai keteladanan ketua Subak Kepaon. Melalui penjabaran dari setiap variabel karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif maka dapat disimpulkan bahwa intelegensi merupakan karakteristik yang efektif dalam pemberdayaan. Intelegensi sendiri merupakan karakteristik yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon untuk dapat membuat petani Subak Kepaon berdaya dalam hal kemampuan berpendapat. Disisi lain bahwa intelegensi ketua Subak Kepaon hanya mampu memberdayakan masyarakat pada kemampuan berpendapat. Ditambah lagi intelegensi ketua Subak Kepaon hanya mampu memberdayakan petani penggarap dalam hal kemampuan berpendapat. Padahal pada petani pemilik penggarap sendiri bahwa intelegensi ketua Subak Kepaon masih dinilai kurang dalam mendorong mereka untuk berpendapat. Sementara untuk
87 bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat, serta mengambil keputusan sendiri belum dapat dicapai oleh ketua Subak Kepaon dengan intelegensi yang dimilikinya. Adapun sifat ketua Subak Kepaon dalam hal kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan belum sepenuhnya mampu membuat petani Subak Kepaon lebih berdaya. Hal ini diungkapkan baik menurut petani pemilik penggarap maupun petani penggarap Subak Kepaon bahwa ketua Subak Kepaon masih relatif kurang memiliki karakteristik yang efektif seperti memiliki kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Jelas bahwa dari ketiga variabel karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif tidak adanya korelasinya dengan indikator pemberdayaan masyarakat. Adapun yang memiliki hubungan hanyalah intelegensi yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon dengan kemampuan berpendapat petani Subak Kepaon. Hal ini disebabkan oleh pengalaman ketua Subak Kepaon dalam menangani masalah terkait dengan pengairan di sawah. Selain itu juga, pengalamannya yang sudah diketahui oleh petani Subak Kepaon sebagai ketua Subak Kepaon yang didapat dari generasi sebelumnya. Disisi lain tidak adanya kaitan antara karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dengan indikator pemberdayaan masyarakat juga disebabkan oleh petaninya yang sudah tidak menaruh perhatian sebagai petani. Ditambah juga pemberdayaan petani Subak Kepaon tidak hanya dapat dicapai dengan intelegensi ketua Subak Kepaon dalam hal pengaturan air irigasi. Pemberdayaan petani Subak Kepaon dalam hal produksi masih perlu diupayakan oleh ketua Subak Kepaon dengan memiliki kemampuan berkomunikasi, dan berbasis keteladanan. Pemberdayaan itu belum dapat dicapai disebabkan masih banyaknya petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap mengeluhkan dalam hal mendapatkan modal ketika tiba masa untuk menanam, mendapat pupuk, dan harga gabah yang tidak stabil. Hal inilah yang kemudian membuat petani Subak Kepaon baik yang petani pemilik penggarap maupun petani penggarap belum ada yang diberdayakan.. Maka dapat disimpulkan bahwa dari ketiga variabel karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif belum sepenuhnya dimiliki oleh ketua Subak Kepaon untuk memberdayakan petani Subak Kepaon di Bali. Hal ini berarti tidak ada hubungan nyata antara karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif dengan indikator pemberdayaan masyarakat.
88
89
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif tentunya akan dapat memberdayakan suatu masyarakat. Pada Subak Kepaon terlihat bagaimana karakteristik ketua Subak Kepaon yang mampu dalam memberdayakan petani Subak Kepaon lewat indikator pemberdayaan masyarakat. Aspek kepemimpinan merupakan penentu karakteristik ketua Subak Kepaon lebih efektif. Adapun aspek kepemimpinan pada ketua Subak Kepaon dapat dilihat dari variabel motif, pengetahuan, dan keterampilan. Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif itu terdiri dari variabel intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Sementara untuk indikator pemberdayaan masyarakat variabelnya yaitu kemampuan berpendapat, bertanggung jawab dalam pranata & sumber-sumber masyarakat, serta mengambil keputusan sendiri. Selain aspek kepemimpinan dapat menentukan karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon ternyata aspek budaya juga mempengaruhi karakteristik ketua Subak Kepaon. Aspek budaya ini yang kemudian membuat ketua Subak Kepaon dalam memimpin berbeda dengan pemimpin lokal daerah lain. Adapun hasil penelitian yang ditemukan yaitu: 1. Aspek budaya seperti halnya pola pembagian air irigasi dan kegiatan upacara keagamaan ternyata mempengaruhi karakteristik kepemimpinan ketua Subak. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari petani Subak Kepaon baik petani pemilik penggarap maupun petani penggarap. Aspek budaya yang ada pada ketua Subak Kepaon sesuai dengan filosofis ajaran agama Hindu yaitu Tri Hita Karana. Aspek budaya yang sudah melekat pada ketua Subak Kepaon mempengaruhi karakteristiknya dalam memimpin petani Subak Kepaon. Adapun contohnya yaitu dalam hal pembagian irigasi ke sawah setiap petani secara merata demi hasil produksi padi yang lebih baik. Hal ini bukan saja berbicara mengenai hal teknisnya namun juga berbicara mengenai hubungan yang baik antara sesama petani dengan pembagian irigasi yang merata. Selain itu juga ketua Subak Kepaon juga memimpin berbagai kegiatan upacara keagamaan demi wujud syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa. Hal ini dilakukan sebelum maupun sesudah panen padi. Hal ini dapat dikatakan merupakan salah satu wujud dalam hal religius yang harus dipimpin ketika upacara dilakukan. Kedua aspek budaya inilah yang kemudian membuat ketua Subak Kepaon memiliki karakteristik yang sesuai dengan konteks lokal baik secara teknik, sosial, dan religius dalam pengaturan irigasi sawah. 2. Aspek kepemimpinan ketua Subak Kepaon berupa motif, pengetahuan, dan keterampilan yang dimilikinya masih erat kaitannya dengan nilai-nilai ajaran agama Hindu. Hal inilah yang kemudian membuat karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon belum efektif. Hal itu tercermin lewat motif dan pengetahuan yang dimiliki ketua Subak Kepaon masih sebatas pengairan irigasi. Sementara dalam hal keterampilan yang dimiliki ketua Subak Kepaon masih relatif kurang baik dalam mengambil keputusan. Aspek kepemimpinan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon sekalipun
90
sesuai dengan nilai-nilai orang Bali namun ternyata belum dapat dikatakan memiliki karakteristik kepemimpinan yang efektif. Hal ini terungkap lewat pernyataan petani Subak Kepaon bahwa ketua Subak Kepaon lebih menaruh perhatiannya dalam masalah irigasi saja. Sementara untuk memiliki karakteristik kepemimpinan yang efektif tidak cukup dengan motif, pengetahuan, dan keterampilan dalam penanganan irigasi saja. Maka dapat disimpulkan bahwa aspek kepemimpinan yang dimiliki ketua Subak Kepaon belum mampu menunjukkan karakteristik seorang pemimpin lokal yang efektif. 3. Aspek kepemimpinan pada ketua Subak Kepaon berupa motif, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki oleh ketua Subak Kepaon belum sepenuhnya dimiliki sehingga membuat petani Subak Kepaon belum berdaya. Ditambah lagi petani Subak Kepaon cenderung menggunakan pranata berupa awig-awig dengan tanggung jawab, bukan karena dipengaruhi oleh aspek kepemimpinan. Menurut petani Subak Kepaon bahwa pranata dan sumber-sumber yang ada pada masyarakat sudah menjadi hal yang dipatuhi karena merupakan bagian dari Subak Kepaon. Selain itu aspek kepemimpinan pada ketua Subak Kepaon belum mampu mendorong kemampuan berpendapat petani Subak Kepaon. Penyebabnya adalah motif, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki ketua Subak Kepaon masih mengatasi permasalahan pengairan, pola tanam, waktu membuat dan menanam benih. Sementara yang diharapkan petani Subak Kepaon yaitu ketua Subak Kepaon memiliki aspek kepemimpinan berupa motif, pengetahuan, dan keterampilan yang lebih menunjang pendapatan petani dengan akses yang lebih mudah. Hal inilah yang belum mampu ditunjukkan oleh ketua Subak Kepaon dalam membuat petani Subak Kepaon menjadi berdaya. Jadi jelas bahwa tidak ditemuinya hubungan antara aspek kepemimpinan dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon. 4. Karakteristik kepemimpinan lokal yang efektif pada ketua Subak Kepaon dengan indikator pemberdayaan masyarakat pada petani Subak Kepaon tidak memiliki hubungan. Hal ini disebabkan oleh intelegensi ketua Subak Kepaon masih sebatas pengetahuan pengairan Subak, sementara faktor yang lain juga berpengaruh pada pemberdayaan petani Subak. Pemberdayaan petani Subak Kepaon tergambar bukan hanya lewat pengairan yang berkecukupan. Justru pemberdayaan itu dapat dicapai dengan adanya hasil produksi yang lebih baik, kemudahan dalam mendapatkan modal untuk bertani, memperoleh pinjaman dengan suku bunga yang rendah ketika gagal panen. Hal inilah yang diutarakan oleh petani Subak Kepaon. Jelas bahwa karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon belum dapat diupayakan demi membuat petani Subak Kepaon lebih berdaya. Karakteristik ketua Subak Kepaon yang sekalipun sudah sesuai dengan lokalitas Bali dan diterima oleh petani Subak Kepaon ternyata belum mampu untuk membuat petani Subak Kepaon berdaya.
91 Saran Berdasarkan hasil penelitian yang telah diperoleh, maka petani Subak Kepaon belum dapat berdaya akibat karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon belum sepenuhnya dapat diupayakan dalam memimpin. Maka tidak heran bahwa petani Subak Kepaon masih belum dapat dikatakan sebagai petani yang berdaya. Selain itu petani Subak Kepaon yang terdiri dari petani pemilik penggarap maupun petani penggarap memiliki intensitas yang berbeda dalam berinteraksi dengan ketua Subak Kepaon sehingga hal ini juga menjadi penghambat dalam memberdayakan petani Subak Kepaon. Ditambah lagi petani Subak Kepaon sudah hampir setengahnya memiliki pekerjaan lain sebagai petani sehingga konsentrasinya sudah lagi bukan sepenuhnya pada pertanian. Untuk itu sangat diusulkan agar sekretaris menuliskan hasil rapat dan membagikannya kepada setiap ketua Munduk. Hal ini dilakukan demi memberikan informasi terkait dengan masalah dan kemajuan Subak Kepaon. Apabila hal ini sulit untuk dilakukan, maka adapun sarannya yaitu dengan memanfaatkan pura yang ada pada setiap munduk. Segala informasi dipasang pada setiap pura. Hal itu tentu akan dilihat oleh petani saat sedang ke sawah sehabis dari pekerjaannya yang lain. Selain itu, pentingnya bagi Ketua Subak Kepaon untuk memberikan tugas pada setiap pengurus yang sudah dibentuk demi keefektifan dan keefesienan Subak Kepaon. Mengenai karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon perlu diupayakan untuk memiliki intelegensi, kemampuan berkomunikasi, dan keteladanan. Sekalipun hal ini tidak dengan serta merta dapat dimiliki oleh ketua Subak Kepaon, namun berupaya untuk memilikinya adalah salah satu karakteristik seorang pemimpin yang efektif. Hal itu dapat dicapai dengan rajin mengikuti undangan rapat dari Badan Penelitian dan sering bertukar pikiran dengan ketua Subak yang lain. Karakteristik kepemimpinan ketua Subak Kepaon yang sangat rajin dalam mengunjungi petani di sawah perlu dibarengi dengan kemampuan berkomunikasi. Kemampuan berkomunikasi bukan hanya sekedar berbicara satu sama lain namun lebih kepada saling memahami satu akan lain lewat kemampuan berkomunikasi yang dimiliki ketua Subak Kepaon. Ditambah lagi bahwa kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon diharapkan mampu membuat ketua Subak Kepaon membina hubungan baik dengan pemerintah daerah demi meminta bantuan atau membantu menangani masalah Subak Kepaon. Adapun disisi lain menurut petani Subak Kepaon diperlukan juga sebuah kejujuran dari ketua Subak Kepaon terkait dengan pembukuan dan dana bantuan dari pemerintah. Hal ini sudah menjadi tugas sekretaris untuk mencatat pembukuan dengan jelas dan kemudian akan diutarakan kepada petani Subak Kepaon demi mengurangi adanya kesalahpahaman.
92
93
DAFTAR PUSTAKA Anwas OM. 2013. Pemberdayaan Masyarakat di Era Global. Bandung (ID): Alfabeta. 212 hal. Barlan ZA. 2011. Pengaruh Pemimpin Lokal terhadap Keberhasilan Program Pembangunan. [skripsi].[internet]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 101 hal [diunduh tanggal 20 Desember 2012]. Tersedia pada: http://repository.ipb.ac.id/handle/123456789/51855. Budiarto T. 2012 13 Mar. Subak: Sistem Teknologi Irigasi Tradisional yang Berkeadilan Bersandar pada Kearifan Lokal dengan Pendekatan SocioCultural. [internet].[diunduh 13 Maret 2013]. Kompasiana. Utama: [tidak ada nomor halaman dan kolom]. [dikutip tanggal 20 Maret 2013]. Tersedia pada: http://humaniora.kompasiana.com/sosbud/2012/05/21/1/458932/subaksistem-teknologi-irigasi-tradisional-yang-berkeadilan-bersandar-padakearifan-lokal dengan-pendekatan-socio-cultural.html. Danim S. 2004. Motivasi Kepemimpinan dan Efektivitas Kelompok. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta. 161 hal. Danim S, Suparno. Menjadi Pemimpin Besar Visioner Berkarakter. Bandung (ID): Alfabeta. 262 hal. Dewi AM. 2009. Model Kepemimpinan Efektif. Jurnal Piramida. [internet]. [dikutip 18 Maret 2013]. 1(5): 1-10. Tersedia pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/piramida/article/download/2987/2145. Erman. 2003. Pemberdayaan Komunitas petani padi: suatu strategi pengembangan masyarakat desa Teluk Latak Kecamatan Bengkalis. [tesis]. Bogor (ID). Institut Pertanian Bogor. 78 hal. Etzioni A. 1985. Organisasi-organisasi Modern. Jakarta (ID): UI Press. 174 hal. Kartasasmita G. 2003. Pemberdayaan Masyarakat: Konsep Pembangunan yang Berakar pada Masyarakat. Jakarta (ID): Institut Teknologi Bandung. 28 hal. [internet]. [dikutip tanggal 25 Maret 2013]. Tersedia pada: http://www.google.com/url?ginandjar.com.publicPemberdayaanMasyar akat.pdf.bmk. Kartodirdjo S. 1984. Kepemimpinan dalam Dimensi Sosial. Jakarta (ID): LP3ES (Lembaga Penelitian, Pendidikan, dan Penerangan Ekonomi dan Sosial). 218 hal. Kartono K. 2011. Pemimpin dan Kepemimpinan: Apakah Kepemimpinan Abnormal itu ?. Jakarta (ID): PT RajaGrafindo. 361 hal. Marianti. 2012. Teori Kepemimpinan Sifat. Jurnal Bina Ekonomi. [internet]. [dikutip 10 Maret 2013]. 13(1): 58-63. Tersedia pada: http://journal.unpar.ac.id/index.php/bina/article/download/267/227. Martiningsih. 2012. Pelestarian Subak dalam Upaya Pemberdayaan Kearifan Lokal Menuju Ketahanan Pangan dan Hayati. Jurnal Bumi Lestari. [internet]. [dikutip 15 Maret 2013]. 12(2): 303-312. Tersedia pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/blje/article/download/4821/3622. Oktaviani DR. 2007. Pola Kepemimpinan Kepala Desa dan pengaruhnya terhadap pembangunan desa (Kasus desa Cikarawang, Kecamatan Dramaga, Kabupaten Bogor, Provinsi Jawa Barat). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 131 hal
94
Prasojo E. 2006 (Mei). Decentralization and Changing Governance: Peran kepemimpinan dalam peningkatan Kapasitas Kewirausahaan Lokal (Studi di Kabupaten Jembrana, Bali, Indonesia). Jurnal Bisnis dan Birokrasi [internet]. [dikutip 13 Oktober 2012]. 14(2): 402-416. Tersedia pada: http://isjd.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/14206402416.pdf. Purbaningrum D. 2011. Komunikasi dan Identitas Kepemimpinan: Studi tentang Kepemimpinan BJ. Habibie. Yogyakarta (ID): Lokus. 225 hal. Purbawijaya IBN. 2012. Analisis Pemberdayaan Subak Terhadap Operasional dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Subak Kepaon Kecamatan Denpasar Selatan. Jurnal Ilmiah Teknik Sipil. [internet]. [dikutip tanggal 21 Februari 2013].16(1): 36-47. Tersedia pada: http://ojs.unud.ac.id/index.php/jits/article/download/3664/2692. Purnama. 2000. Kepemimpinan Organisasi Masa Depan: Konsep dan Strategi Keefektifan. Jurnal Siasat Bisnis. [internet]. [dikutip 10 Januari 2013]. 1(5): 115-130. Tersedia pada: http://journal.uii.ac.id/index.php/JSB/article/view/973/0. Rais Z. 1986. Hubungan Ciri-Ciri Pribadi dan Perilaku Kepemimpinan Kepala Desa dalam perencanaan Pembangunan Pedesaan. [tesis]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. 127 hal. Siagian SP. 2010. Teori & Praktek Kepemimpinan. Jakarta (ID): PT Rineka Cipta. 192 hal. Singarimbun M dan Sofian E. 1989. (editor). Metode Penelitian Survai. Jakarta (ID): LP3ES. 336 hal. Soetomo. 2011. Pemberdayaan Masyarakat: Mungkinkah Muncul Antitesisnya?. Yogyakarta (ID): Pustaka Pelajar. 280 hal. Soliha E, Hersugondo 2008. Kepemimpinan yang efektif dan perubahan organisasi. Jurnal Fokus Ekonomi. [internet]. [dikutip 1 September 2013]. 7(2): 83-93. Tersedia pada: http://www.google.co.id/url?soliha.hersugondo.kepemimpinanefektif perubahan organisasi&source www.unisbank.ac.id.bmk Subudi M, Armanu, Solimun, Rahayu M. 2012. Peran Kepemimpinan Puri sebagai Agent of Change Budaya Masyarakat Desa Adat Ubud Bali. Jurnal Aplikasi Manajemen. [internet]. [dikutip tanggal 6 November 2013]. 10(1): 188-198. Tersedia pada: http://jurnaljam.ub.ac.id/indexphp/jam/article/view/411 Sudibyo D. 2006. Pemberdayaan Informal Leader terhadap partisipasi Masyarakat dalam pengembangan pariwisata Berkelanjutan. Jurnal Ilmiah Pariwisata. [internet]. [dikutip 23 Februari 2013]. 11(2): 85-98. Tersedia pada: http://jurnal.pdii.lipi.go.id/admin/jurnal/112068598.pdf. Suharnomo. 2004. Trait Theory, Persepsi Kesempurnaan Manusia dan Krisis Figur Pemimpin: Model Substitusi Kepemimpinan Sebagai Alternatif. Jurnal Studi Manajemen dan Organisasi. [internet]. [dikutip 21 Februari 2013 ]. 1(1): 41-50. Tersedia pada: http://eprints.undip.ac.id/14328/. Suhendra K. 2006. Peranan Birokrasi dalam Pemberdayaan Masyarakat. Bandung (ID): Alfabet. 132 hal. Suradisastra K. 2008. Strategi Pemberdayaan Kelembagaan Petani: Farmer’s Institutional Empowerment Strategy. Forum Penelitian Agro Ekonomi.
95 [internet]. [dikutip tanggal 20 Februari 2013]. 26(2): 82-91. Tersedia pada: http://pse.litbang.deptan.go.id/ind/pdffiles/FAE26-2b.pdf. Suwiknyo D. 2012. Jokowi Pemimpin yang Rendah Hati. Makassar (ID): Arus Timur. 103 hal. Suwirta A, Hermawan IC. 2012. Masalah Karakter Bangsa dan Figur Kepemimpinan di Indonesia: Perspektif Sejarah. Jurnal Atikan. [internet]. [dikutip 10 September 2012]. 2(1): 134-154. Tersedia pada: http://atikanjurnal.com/wpcontent/uploads/2012/06/8.as_.iyep_.unsur_.j un_.12.pdf. Thamrin I. 2010. Kepemimpinan dalam Industri Pemasaran Jaringan (Multi Level Marketing) (Kasus Networker PT Singa Langit Jaya, Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat). [skripsi]. Bogor (ID): Institut Pertanian Bogor. Thoha M. 1991. Kepemimpinan dalam Manajemen: Suatu Pendekatan Perilaku. Jakarta (ID): CV Rajawali. 144 hal. Thoyib A. 2005. Hubungan Kepemimpinan, Budaya, Strategi, dan Kinerja: Pendekatan Konsep. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan. [internet]. [dikutip 10 September]. 7(1): 63-64. Tersedia pada: http://cpanel.petra.ac.id/ejournal/index.php/man/article/download/1613 4/16126. Wibowo UB. 2011. Teori Kepemimpinan. Badan Kepegawaian Daerah Kota Yogyakarta. Yogyakarta (ID): Universitas Negeri Yogyakarta. [internet] [diunduh 13 Oktober 2012] Hal 1-16. Tersedia pada: http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/tmp/C%20201113%20Teori%20 Kepemimpinan.pdf. Widjajanti K. 2011. Model Pemberdayaan Masyarakat. Jurnal Ekonomi Pembangunan. [internet]. [dikutip tanggal 20 Maret 2013]. 1(12): 15-27. Tersedia pada: http://publikasiilmiah.ums.ac.id/bitstream/handle/123456789/1306/02Bu%20Kesi1.pdf?sequence=1. Zamhariri. 2008. Pengembangan Masyarakat: Perspektif Pemberdayaan dan Pembangunan. Jurnal Pengembangan Masyarakat Islam. [internet]. [dikutip tanggal 13 Maret 2013]. 1(4): 101-110. Tersedia pada: http://www.google.co.id/url?PENGEMBANGANMASYARAKATPERS PEKTIFPEMBERDAYAANDANPEMBANGUNAN.pdf.bmk.
96
Lampiran 1. Sketsa Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali.
97 Lampiran 2. Kerangka Sampling Data Petani Pemilik Penggarap Subak Kepaon Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali
No 1 2 3 4 5 6
Nama Wyw Mdr Wyd Gdr Mje Kpe
Jenis Kelamin Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
7 8
Wdy Pja
Laki-laki Laki-laki
9 10
Rgg AAB
Laki-laki Laki-laki
11 12 13 14 15 16 17 18 19
Mdt Ktd Mdo Mds Nyk Kpg Blt Knl Nyt
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
20
Mnb
Laki-laki
21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33
Mnd IMD IMM MYW IAM INM IWS IMW IWR IMS IMR IKB IWP
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Alamat Banjar Sawah, Desa Pedungan Banjar Pitik, Desa Pedungan Banjar Pemogan Banjar Same Banjar Pitik Banjar Begawan, Desa Pedungan Banjar Pitik, Desa Pedungan Banjar Begawan, Desa Pedungan Banjar Pitik, Desa Pedungan Banjar Pemogan Panti A, Pedungan Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Jati Banjar Pitik, Desa Pedungan Banjar Pitik, Desa Pedungan Banjar Pitik, Desa Pedungan Banjar Pemogan Panti B, Pedungan Banjar Pemogan Panti B, Pedungan Banjar Kajeng Banjar Pemogan Kaja Banjar Dukuh Tangkas Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Sakah Banjar Rangkan Sari
98
Lampiran 2 (Lanjutan) Data Petani Penggarap Subak Kepaon Desa Pemogan, Kecamatan Denpasar Selatan, Kabupaten Denpasar, Provinsi Bali. No Nama Jenis Kelamin Alamat 1 IKK Laki-laki Banjar Dukuh Tangkas 2 MBY Laki-laki Banjar Dukuh Tangkas 3 Mdw Laki-laki Banjar Dukuh Tangkas 4 Lmn Laki-laki Banjar Sama 5 Wyg Laki-laki Banjar Sawah, Desa Pedungan 6 Wyk Laki-laki Banjar Sawah, Desa Pedungan 7 Tbl Laki-laki Banjar Dukuh Tangkas 8 Plt Laki-laki Banjar Pitik, Desa Pedungan 9 Mde Laki-laki Banjar Jaba Tengah 10 IWA Laki-laki Banjar DalemKesumaSari 11 Mdm Laki-laki Banjar Jaba Tengah 12 GMR Laki-laki Banjar Dalem Agung 13 Nmk Laki-laki Banjar Jaba Jati 14 Mda Laki-laki Banjar DalemKesumaSari 15 Wyj Laki-laki Banjar Jaba Tengah 16 Gnu Laki-laki Banjar Sawah, Desa Pedungan 17 Sgu Laki-laki Banjar Pitik, Desa Pedungan 18 Glg Laki-laki Banjar Sawah, Desa Pedungan 19 Snr Laki-laki Banjar Sama 20 Bno Laki-laki Banjar Sawah, Desa Pedungan 21 Lnn Laki-laki Banjar Pitik, Desa Pedungan 22 Peg Laki-laki Banjar Pitik, Desa Pedungan 23 Wym Laki-laki Banjar Jaba Jati 24 Mdi Laki-laki Banjar Jaba Jati 25 AAS Laki-laki Banjar Dalem Agung 26 Wyu Laki-laki Banjar Jaba Tengah 27 Ktr Laki-laki Banjar Jaba Tengah 28 Wyr Laki-laki Banjar Pemogan Panti-A 29 MDP Laki-laki Banjar Jaba Jati 30 Mdl Laki-laki Banjar Sawah, Desa Pedungan 31 Nom Laki-laki Banjar Jaba Jati 32 Mdn Laki-laki Banjar Jaba Tengah 33 Mdj Laki-laki Banjar Jaba Tengah 34 Wyb Laki-laki Banjar Sawah
99
35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49
Nmd IME Mdg Wyi Mhz Ktc Mdc Nyn Mde Mes IMP AAD Imk Nmb Wng
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
50 51 52 53 54
Wnd Wns Nml IWG IWM
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
IWS IWE IMK ILA Mep Wnd Wnt Wnh Gds AMD IKB IYM IYA IYR INW IMI WEA ISW IKM IWW IMT IWP IKW GMG INK
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Lampiran 2 (Lanjutan) Banjar Jaba Tengah Banjar Pemogan Panti-A Banjar Jaba Jati Banjar Dukuh Tangkas Banjar Kampung Islam Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Tengah Banjar Jaba Jati Banjar Jaba Tengah Banjar Dukuh Tangkas Banjar Sumuh Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Sawah, Desa Pedungan Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Tengah Banjar Dukuh Tangkas Banjar Kaje Banjar Pitik, Desa Pedungan Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Jati Banjar Jaba Jati Banjar Jaba Jati Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng
100
80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101
INS AAM IKS IKB INR IMS IWG IWM IGM IAS IMS IYS APS KMP Pkt Ktj PMD Ktk Mai Krp Kre IWC
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125
Wyt Mga Mel INE IAD Wai Mag IGA Wwc Mab IMT Wsm Nsa Spd Nsd Pdn Kpu Nsm IMJ IKW Isr Isa Kba WSS
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Perempuan Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Lampiran 2 (Lanjutan) Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Rangkan Sari Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Sakah Banjar Jaba Tengah Banjar DalemKesumaSari Banjar DalemKesumaSari Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Tengah Banjar Sama, Desa Pedungan Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Tengah Banjar Jaba Tengah Banjar DalemKesumaSari Banjar DalemKesumaSari Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Tengah Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Sakah Banjar Kajeng Banjar DalemKesumaSari Banjar DalemKesumaSari Banjar DalemKesumaSari Banjar Jaba Tengah Banjar Jaba Tengah Banjar Jaba Jati Banjar DalemKesumaSari Banjar Jaba Tengah Banjar DalemKesumaSari Banjar DalemKesumaSari Banjar Dukuh Tangkas
101
126 127 128 129 130
Ksc Ksa Mda Ksa Ngt
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Lampiran 2 (Lanjutan) Banjar DalemKesumaSari Banjar Pemogan Panti-A Banjar Jaba Tengah Banjar DalemKesumaSari Banjar Dukuh Tangkas
Lampiran 3. Daftar Responden Data responden Petani Pemilik Penggarap Subak Kepaon Desa Pemogan Data Petani Penggarap Subak Kepaon Desa Pemogan No No Sampel Nama Jenis Kelamin Alamat 1 24 MYW Laki-laki Banjar Kajeng 2 15 Nyk Laki-laki Banjar Jaba Jati 3 13 Mdo Laki-laki Banjar Dukuh Tangkas 4 17 Blt Laki-laki Banjar Pitik, Desa Pedungan 5 2 Mdr Laki-laki Banjar Pitik, Desa Pedungan 6 11 Mdt Laki-laki Banjar Dukuh Tangkas 7 1 Wyw Laki-laki Banjar Sawah, Desa Pedungan 8 22 IMD Laki-laki Banjar Pemogan Kaja 9 26 INM Laki-laki Kajeng 10 20 Mnb Laki-laki Pemogan Panti B 11 6 Kpe Laki-laki Banjar Begawan, Desa Pedungan 12 23 IMM Laki-laki Banjar Dukuh Tangkas
102
Data Petani Penggarap Subak Kepaon Desa Pemogan No No Sampel Nama Jenis Kelamin 1 29 MDP Laki-laki 2 20 Bno Laki-laki 3 40 Ktc Laki-laki 4 78 GMG Laki-laki 5 62 Wnh Laki-laki 6 39 Mhz Laki-laki 7 116 Nsd Laki-laki 8 9
61 96
Wnt PMD
Laki-laki Laki-laki
10 11 12 13 14 15 16 17 18 19
51 101 84 107 36 74 73 80 43 117
Wns IWC INR Wai IME IWW IKM INS Mde Pdn
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35
130 92 54 90 128 100 95 66 42 125 60 120 51 64 33 10
Ngt APS IWM IMS Mda Kre Ktj IYM Nyn WSS Wnd IMJ Wns AMD Mdj IWA
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
36 37 38 39 40 41 42
91 3 32 7 109 11 5
IYS Mdw Mdn Tbl IGA Mdm Wyg
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Alamat Banjar Jaba Jati Banjar Sawah, Pedungan Banjar Dukuh Tangkas Banjar Kajeng Banjar Jaba Jati Banjar Kampung Islam Banjar DalemKesumaSari Banjar Jaba Jati Banjar DalemKesumaSari Banjar Jaba Tengah Banjar Sama, Pedungan Banjar Kajeng Banjar Dukuh Tangkas Banjar Pemogan Panti-A Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Kajeng Banjar Jaba Jati Banjar DalemKesumaSari Banjar Dukuh Tangkas Banjar Kajeng Banjar Pitik, Pedungan Banjar Kajeng Banjar Jaba Tengah Banjar Jaba Tengah Banjar Jaba Tengah Banjar Kajeng Banjar Jaba Tengah Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Jati Banjar Jaba Tengah Banjar Kajeng Banjar Jaba Tengah Banjar DalemKesumaSari Banjar Kajeng Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Tengah Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Tengah Banjar Jaba Tengah Banjar Sawah, Pedungan
103
43 44 45 46 47
88 98 59 111 126
IGM Mai Mep Mab Ksc
Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki Laki-laki
48 49 50
99 119 106
Krp Nsm IAD
Laki-laki Laki-laki Laki-laki
Lampiran 3 (Lanjutan) Banjar Kajeng Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar Dukuh Tangkas Banjar DalemKesumaSari Banjar Dukuh Tangkas Banjar Jaba Tengah Banjar DalemKesumaSari
Lampiran 4 Jumlah responden berdasarkan status kepemilikan sawah dan nama munduk sawahnya No
Nama
1
MDP
2
Bno
3
Ktc
4
GMG
5
Wnh
6
Mhz
7
Nsd
8
Wnt
9
PMD
10
Wns
11
IWC
12
INR
13
Wai
14
IME
15
IWW
Status kepemilikan sawah
Nama munduk
Status
Kode
Petani penggarap
2
Bungsu
Petani penggarap
2
Tungging
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Juwet
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Dajan Sema
Petani penggarap
2
Tegal Lingga
Petani penggarap
2
Wangbiga
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Dajan Sema
Petani penggarap
2
Juwet
Petani penggarap
2
Dajan Sema
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Juwet
104
Lampiran 4 (Lanjutan) 16
IKM
17
INS
18
Mde
19
Pdn
20
Ngt
21
APS
22
IWM
23
IMS
24
Mda
25
Kre
26
Ktj
27
IYM
28
Nyn
29
WSS
30
Wnd
31
IMJ
32
Wns
33
AMD
34
Mdj
35
IWA
36
IYS
37
Mdw
38
Mdn
39
Tbl
40
IGA
41
Mdm
Petani penggarap
2
Juwet
Petani penggarap
2
Juwet
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Wangbiga
Petani penggarap
2
Wangbiga
Petani penggarap
2
Juwet
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Juwet
Petani penggarap
2
Wangbiga
Petani penggarap
2
Dajan Sema
Petani penggarap
2
Dajan Sema
Petani penggarap
2
Juwet
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Wangbiga
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Wangbiga
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Juwet
Petani penggarap
2
Bungsu
Petani penggarap
2
Tungging
Petani penggarap
2
Juwet
Petani penggarap
2
Teruna
Petani penggarap
2
Bungsu
Petani penggarap
2
Teruna
Petani penggarap
2
Dajan Sema
Petani penggarap
2
Tungging
105 Lampiran 4 (Lanjutan) 42
Wyg
43
IGM
44
Petani penggarap
2
Teruna
Petani penggarap
2
Juwet
Petani penggarap
2
Dajan Sema
Petani penggarap
2
Tegal Linggah
Petani penggarap
2
Dajan Sema
Petani penggarap
2
Wangbiga
Petani penggarap
2
Dajan Sema
Petani penggarap
2
Wangbiga
Petani penggarap
2
Dajan Sema
Petani pemilik penggarap
1
Juwet
Petani pemilik penggarap
1
Tegal Linggah
Petani pemilik penggarap
1
Tegal Linggah
Petani pemilik penggarap
1
Bungsu
Petani pemilik penggarap
1
Tungging
Petani pemilik penggarap
1
Tegal Linggah
Petani pemilik penggarap
1
Tungging
Petani pemilik penggarap
1
Dajan Sema
Petani pemilik penggarap
1
Juwet
Petani pemilik penggarap
1
Bungsu
Petani pemilik penggarap
1
Tungging
Petani pemilik penggarap
1
Wangbiga
Mai
45
Mep
46
Mab
47
Ksc
48
Krp
49
Nsm
50
IAD
51
MYW
52
Nyk
53
Mdo
54
Blt
55
Mdr
56
Mdt
57
Wyw
58
IMD
59
INM
60
Mnb
61
Kpe
62
IMM
106
Lampiran 5 Luas lahan sawah petani pemilik Subak Kepaon No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Luas lahan (m2) 30 50 25 30 20 60 44 50 25 40 18 28
Nama IMY Nyk Mdo Blt Mdr Mdt Wyw IMD INM Mnb Kpe IMM
Luas lahan sawah petani penggarap Subak Kepaon No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28
Nama MDP Bno Ktc GMG Wnh Mhz Nsd Wnt PMD Wns IWC INR Wai IME IWW IKM INS Mde Pdn Ngt APS IWM IMS Mda Kre Ktj IYM Nyn
Luas lahan (m2) 30 20 18 50 20 24 60 22 20 75 15 200 45 30 65 45 80 30 25 15 80 33 100 89 76 20 25 100
107 Lanjutan luas lahan sawah petani penggarap Subak Kepaon No 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Nama WSS Wnd IMJ Wns AMD Mdj IWA IYS Mdw Mdn Tbl IGA Mdm Wyg IGM Mai Mep Mab Ksc Krp Nsm IAD
Luas lahan (m2) 50 50 100 55 25 85 20 18 18 50 50 50 55 20 30 125 30 33 20 125 68 82
108
Lampiran 6 Panduan Wawancara Mendalam SYARAT YANG EFEKTIF UNTUK MENJADI KETUA SUBAK SERTA CIRI-CIRI PETANI YANG BERDAYA Informan : Petani Subak Kepaon Tujuan
: Mengetahui dan menggali informasi lebih dalam terkait dengan syarat yang efektif dan karakteristik untuk menjadi pemimpin lokal seperti Ketua Subak serta ciri-ciri petani yang berdaya Informan : Petani Subak Kepaon Hari/tanggal wawancara : Lokasi : Nama dan umur informan : 1. Apakah pengetahuan merupakan syarat yang efektif dalam hal menjadi Ketua Subak? 2. Pengetahuan seperti apa yang diperlukan oleh seorang Ketua Subak? 3. Apakah keterampilan merupakan syarat yang efektif untuk menjadi Ketua Subak? 4. Keterampilan seperti apa yang diperlukan oleh Ketua Subak agar menjadi pemimpin yang efektif? 5. Apakah kemampuan kognitif seperti menyampaikan informasi dengan baik merupakan syarat yang efektif bagi Ketua Subak selaku pemimpin lokal? Jelaskan ! 6. Apakah kemampuan kognitif seperti memecahkan masalah dengan tepat merupakan syarat yang efektif bagi Ketua Subak selaku pemimpin lokal? 7. Apakah Ketua Subak memiliki syarat selain yang telah disebutkan sebelumnya sebagai syarat menjadi pemimpin yang efektif? 8. Apakah Ketua Subak harus memiliki karakteristik yang mampu berkomunikasi dengan baik? Sebutkan! 9. Apakah Ketua Subak harus memiliki kecerdasan dalam bidang pertanian agar dapat menjadi pemimpin yang efektif? Jelaskan ! 10. Apakah Ketua Subak harus memiliki kecerdasan agar dapat dikatakan sebagai pemimpin lokal yang efektif? Jelaskan! 11. Apakah Ketua Subak harus memiliki keteladanan yang dapat ditiru oleh petani merupakan karakteristik seorang pemimpin lokal yang efektif? 12. Apakah Ketua Subak harus mampu bertanggung-jawab terhadap tugasnya merupakan karakteristik seorang pemimpin lokal yang efektif? Jelaskan ! 13. Apakah ada Karakteristik Ketua Subak yang efektif yang harus dimiliki agar menjadi pemimpin lokal yang efektif? Jelaskan ! 14. Apakah petani yang mampu menyampaikan pendapatnya terkait dengan hal pertanian seperti irigasi sawah menunjukkan petani itu memiliki kemampuan? Jelaskan! 15. Apakah petani yang menggunakan awig-awig dengan sukarela mampu memberikan dampak yang positif bagi kehidupannya sebagai petani? Jelaskan!
109 Panduan Wawancara Mendalam KARAKTERISTIK KEPEMIMPINAN LOKAL YANG EFEKTIF DALAM PEMBERDAYAAN PETANI SUBAK KEPAON DI BALI Informan : Ketua Subak Kepaon Tujuan
: Mengetahui dan menggali informasi lebih dalam terkait dengan kepemimpinan lokal yang efektif dalam pemberdayaan petani di Bali Informan : Ketua Subak Kepaon Hari/tanggal wawancara : Lokasi : Nama dan umur informan : 1. Apakah pengertian kepemimpinan menurut anda? 2. Apakah menurut anda kepemimpinan berbeda dengan Kepemimpinan lokal? 3. Bagaimana cara anda membedakan kepemimpinan dengan Kepemimpinan lokal? 4. Apakah menurut anda seorang pemimpin lokal itu perlu memiliki karakteristik atau sifat tertentu? 5. Mengapa menurut anda pemimpin lokal perlu memiliki karakteristik atau sifat tertentu? 6. Sebutkan menurut anda karakteristik seperti apa yang cukup efektif bagi seorang pemimpin? 7. Apakah pengertian budaya menurut anda? 8. Apakah perlu syarat bagi seorang pemimpin lokal yang harus dimiliki sebelum menjadi pemimpin yang efektif? 9. Mengapa karakteristik menjadi hal yang penting dalam hal menilai kepemimpinan seseorang? 10. Bagaimana menurut anda seorang pemimpin lokal mampu memiliki karakteristik kepemimpinan yang efektif? 11. Apakah pengetahuan menurut anda merupakan syarat untuk menjadi pemimpin lokal yang memiliki karakteristik yang efektif? 12. Apakah keterampilan menurut anda merupakan syarat untuk menjadi pemimpin lokal yang memiliki karakteristik yang efektif? 13. Apakah menurut anda kemampuan kognitif merupakan syarat untuk menjadi pemimpin lokal yang memiliki karakteristik yang efektif? 14. Bagaimana usaha anda selaku pemimpin berupaya untuk memberdayakan petani yang anda pimpin ? 15. Siapakah menurut anda yang berperan dalam menentukan keberdayaan/kemandirian seorang petani? 16. Kapan menurut anda waktu yang tepat bagi seorang pemimpin mampu menjadi pemimpin yang efektif dengan karakteristik yang dimilikinya? 17. Apakah ada karakteristik tertentu yang menurut anda efektif bagi seorang pemimpin lokal dalam memberdayakan petani Subak di Bali? 18. Bagaimana reaksi atau pendapat petani Subak di Bali terhadap karakteristik yang anda terapkan?
110
Lampiran 7 Catatan Harian Hari / Tanggal Narasumber Lokasi Hasil Wawancara
: Rabu/ 10-4-2013 : Wayan Dibiya dan I Ketut Kodi (Kelian Munduk Teruna) : Rumah Bapak Pekaseh : Kepengurusan Subak dan Karakteristik Pekaseh Subak Kepaon Seorang Pekaseh (Ketua Subak) Kepaon memiliki tugas seperti: Memimpin gotong royong untuk memperbaiki selokan/parit/kali; Mencari Traktor untuk membajak tanah; Mencari bibit tanaman untuk ditanam dari KUD. Disamping itu, apabila Pekaseh Subak tidak dapat menghadiri pertemuan yang seharusnya dihadiri beliau maka akan diwakilkan oleh wakil Pekaseh Subak. Adapun syarat untuk menjadi pekaseh Subak adalah: Seorang petani asli merupakan syarat yang tidak bisa ditawar menawar; pendidikan minimal SD; wawasan tentang pertanian dan mampu mengayomi petani Subak; mengetahui seluk beluk pengairan. Dalam jabatan sebagai Pekaseh Subak biasanya tidak ada periode lamanya dalam menjabat, bahkan ada seorang Pekaseh sampai umur 90-an masih menjabat sebagai Pekaseh. Kejujuran dan pengabdian merupakan hal yang diperlukan untuk menjadi Pekaseh. Adapun struktur organisasi tradisional Subak Kepaon dapat dilihat pada gambar dibawah ini. Struktur Organisasi Subak Pekaseh/Ketua Subak Wakil ketua Pekaseh
Sekretaris
Bendahara Ketua Munduk
Sekretaris berfungsi untuk mencatat administrasi seperti: Kunjungan dari PPL, jadwal ke sawah. Bendahara bertugas dalam hal keuangan seperti pemasukan dan pengeluaran. Pemasukan didapat dengan adanya sumbangan dari petani Rp 500 x luas lahan yang digarap, serta sumbangan traktor Rp 200 ribu per 5 hektar (Ha), serta adanya sumbangan tradisional yaitu berupa biaya yang dikenakan kepada orang yang membeli lahan yang dulunya sawah jika dia agama Hindu maka harus dikenai biaya sebesar Rp 200 ribu per orang. Adapun pengeluaran berupa pengeluaran kepada pura pengulu Subak (Pura yang melingkupi seluruh Subak).
111 Hari / Tanggal Narasumber Umur Lokasi Hasil Wawancara
: Kamis/ 11-4-2013 : I Ketut Budayase (Bendahara) : 59 Tahun : Rumah Bapak Pekaseh : Pola Mata Pencaharian , Tugas Bendahara Subak Kepaon dan Karakteristik Kepemimpinan Ketua Subak Pekerjaan selain menjadi petani juga membuka warung Sembako. Sawah yang dikerjakan merupakan milik orang lain. Adapun sistem yang digunakan adalah sistem bagi hasil. Terdaftar sebagai anggota subak ketika berumur 20 tahunan. Pembukuan/ administrasi Subak Kepaon saat kepengurusan sebelumnya tidaklah ada, Kemudian Pak Wayan Mardia menggagas untuk membuat Struktur Organisasi. Adapun yang menjadi Tugas Bendahara adalah memungut biaya dari petani jika hasil petani berhasil yaitu Rp 500 /are untuk setiap orangnya selama 4 bulan/panen. Biaya yang dikeluarkan petani tersebut digunakan untuk perbaikan Subak, serta jika ada penyuluhan/sosialisasi dari Dinas Pertanian maka akan difasilitasi makanan dan minuman dari biaya yang dikeluarkan oleh petani. Selain itu, adapun yang menjadi tambahan kas untuk Subak Kepaon yaitu dengan menggunakan Balai Subak Kepaon untuk rembug atau rapat dengan biaya Rp 25 ribu kemudian biaya ini digunakan untuk perbaikan Balai. Kegiatan-kegiatan petani Subak yang rutin berupa: Gotong-royong saat ingin ke sawah untuk mulai menanam, dalam hal ini ketua Munduk memberitahukan para petani untuk membersihkan kali/parit. Ketika mulai menanam menentukan tanggal kesepakatan terlebih dahulu dengan diadakannya rembug/rapat. Syarat yang diperlukan untuk menjadi ketua Subak “Pekaseh” yaitu: Memiliki kecerdasan dalam hal berkomunikasi dan membahas terutama mengenai Subak; Kemampuan kognitif berupa pola pikir yang merakyat; Keterampilan berupa mampu melaksanakan sesuai dengan informasi yang diberikan oleh Dinas pertanian kepada kepada Ketua Subak yang kemudian diinformasikan kepada petani. Adapun yang menjadi ciri-ciri untuk menjadi pekaseh adalah: Petani asli dan memiliki pengalaman dari orang sebelumnya/ generasi pendahulunya; Betulbetul mau mengayomi petani dan mau terjun ke sawah; Mau mengobrol, mendekatkan diri serta mendengarkan keluhan maupun memberi jalan keluar bagi petani. Keteladanan, pengetahuan, dan kemampuan berkomunikasi mampu membuat petani lebih baik. Keteladanan yang ada pada Ketua Subak saat ini mengalami banyak kemajuan dan kemudahan dalam hal mencari rabuk (Pupuk) dan benih yang bagus. Petani banyak mendapat informasi dari “Pekaseh”. Pekaseh yang biasanya hadir dalam penyuluhan dan informasi yang didapat kemudian diberitahukan kepada petani.
112
Hari / Tanggal Narasumber Umur Lokasi Hasil Wawancara
: Kamis/ 02-5-2013 : I Ketut Dadi : 50 Tahun : Rumah Bapak Pekaseh : Informasi terkait Subak Kepaon dan Karakteristik petani Subak Kepaon Subak Kepaon merupakan salah satu Subak yang ada di Kecamatan Denpasar Selatan yang memiliki potensi dalam hal pertanian. Luas wilayah sawah yang ada pada Subak Kepaon memang tidak lagi seluas pada tahun 2000-an. Hal ini dikarenakan pesatnya perkembangan industri skala kecil dan menengah. Seiring dengan hal itu, maka ditemui juga perubahan pada petani Subak Kepaon. Petani Subak Kepaon sudah mulai malas dalam hal bertani dan berpikir secara instan. Hal ini yang membuat petani di Subak Kepaon tidak mudah untuk mau mengadopsi suatu inovasi baru khususnya dalam hal pertanian. Menurut mereka, bertani itu lebih mementingkan keuntungan dan dalam waktu yang cepat. Mereka tidak berani ambil resiko dan mau mencoba hal baru yang belum bisa dipastikan keuntungannya. Disamping itu, petani Subak Kepaon juga sangat tergantung pada pekerja upahan untuk menanam padi serta pada penebas saat panen padi. Ketergantungan petani Subak Kepaon kepada pekerja upahan membuat mereka menjadi lebih malas dan pasrah dalam hal bertani. Hal ini juga yang membuat petani Subak Kepaon sulit untuk berusaha mengadopsi suatu inovasi dari program pertanian. Hasil produksi padi yang dihasilkan oleh Subak Kepaon jauh lebih baik daripada Subak Cuculan yang jelas-jelas satu bendungan. Petugas pertanian lapang menjelaskan bahwa petani Subak Kepaon tidak sepenuhnya menaruh perhatian untuk bekerja sebagai petani. Hal ini dikarenakan faktor peluang kerja yang menjanjikan serta harga tanah yang sangat mahal, sehingga membuat petani lebih memilih berhenti sebagai petani. Meskipun demikian, beberapa petani yang masih tergabung pada Subak Kepaon masih memilih untuk bertani karena sudah menjadi hal yang menyenangkan. Hal ini dikatakan oleh beberapa petani bahwa sekalipun mereka memiliki pekerjaan sambilan akan tetapi bertani tetap hal yang menyenangkan. Petani Subak Kepaon juga mengatakan bahwa selain mereka bisa sambil berolahraga saat bekerja di sawah, mereka juga sangat senang apabila panen telah tiba.
113 Lampiran 8 Dokumentasi
Bendungan Subak Kepaon
Pura Pengulu Subak Kepaon
Sumber irigasi Tukad Badung
Bapak Made Budra
114
Pak Wayan W Marrdia “Pekaseeh”
Gambarr peta irigassi
k sawah Salurran Irigasi ke
ubak Kepaonn Peta Su
Lampiran 9 Hasil Crosstab (Tabulasi Silang dengan SPSS 16.0) Motif * Intelegensi Crosstabulation
Motif * Kemampuan berkomunikasi Crosstabulation Kemampuan berkomunikasi
Intelegensi
Motif
1
2
3
Total
1
0
5
0
5
39
2
0
32
7
39
10
18
3
0
2
16
18
27
62
0
39
23
62
1
2
3
Total
1
0
5
0
5
2
1
21
17
3
0
8
1
34
Total
Motif * Keteladanan Crosstabulation
Motif
Total
Pengetahuan * Intelegensi Crosstabulation
Keteladanan
Motif
1
2
3
Total
1
0
5
0
5
2
0
33
6
3
0
4
0
42
1
2
3
Total
1
0
1
0
1
39
2
0
6
2
8
14
18
3
1
27
25
53
20
62
1
34
27
62
Pengetahuan
Total
115
Total
Intelegensi
116
Pengetahuan * Kemampuan Berkomunikasi Crosstabulation Kemampuan berkomunikasi
Pengetahuan
1
2
3
Total
1
0
1
0
1
8
2
0
7
1
8
8
53
3
0
44
9
53
9
62
0
52
10
62
2
3
1
0
1
0
1
2
0
7
1
3
0
45
0
53
Keterampilan * Intelegensi Crosstabulation
Total
Pengetahuan
Total
Keterampilan * Kemampuan Berkomunikasi Crosstabulation
Intelegensi
Keterampilan
keteladanan
Total
1
Total
Pengetahuan * Keteladanan Crosstabulation
Kemampuan berkomunikasi
Total
1
2
3
1
0
4
2
6
2
1
25
19
3
0
5
1
34
1 Keterampilan
2
3
Total
1
0
5
1
6
45
2
0
39
6
45
6
11
3
0
9
2
11
27
62
0
53
9
62
Total
Keterampilan * Keteladanan Crosstabulation
Motif * Kemampuan Berpendapat Crosstabulation Kemampuan berpendapat
Keteladanan
Keterampilan
1
2
3
Total
1
3
2
0
5
45
2
20
15
4
39
2
11
3
9
7
2
18
10
62
32
24
6
62
1
2
3
Total
1
0
5
1
6
2
0
38
7
3
0
9
0
52
Total
Motif
Total
Motif * Bertanggung jawab dalam Pranata dan Sumber-sumber Masyarakat Crosstabulation Motif * Mengambil Keputusan Sendiri Crosstabulation Mengambil Keputusan Sendiri
Bertanggung jawab dalam pranata dan sumber-sumber masyarakat
Motif
Total
1
2
3
Total
1
2
3
0
5
2
16
23
0
39
3
5
13
0
18
23
39
0
62
Motif
Total
Total
1
2
3
1
0
4
1
5
2
2
36
1
39
3
3
14
1
18
5
54
3
62
117
118
Pengetahuan * Kemampuan Berpendapat Crosstabulation
Pengetahuan * Bertanggung jawab dalam Pranata dan Sumbersumber Masyarakat Crosstabulation Bertanggung jawab dalam Pranata dan Sumber-sumber Masyarakat
Kemampuan Berpendapat
Pengetahuan
1
2
3
Total
1
1
0
0
1
2
5
3
0
8
3
26
21
6
53
32
24
6
62
Total
Pengetahuan
1
2
3
Total
1
0
1
0
1
2
4
4
0
8
3
19
34
0
53
23
39
0
62
Total
Pengetahuan * Mengambil Keputusan Sendiri Crosstabulation Keterampilan * Kemampuan Berpendapat Crosstabulation
Mengambil keputusan sendiri
Pengetahuan
Total
1
2
3
Total
1
1
0
0
1
2
0
8
0
8
3
4
46
3
53
5
54
3
62
Kemampuan Berpendapat
Keterampilan
Total
Total
1
2
3
1
3
2
1
6
2
25
18
2
45
3
4
4
3
11
32
24
6
62
Keterampilan * Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber masyarakat Crosstabulation Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber masyarakat Keterampilan
Keterampilan * Mengambil Keputusan Sendiri Crosstabulation
1
2
3
1
2
4
0
6
2
18
27
0
45
3
3
8
0
23
39
0
Total
Mengambil Keputusan Sendiri
Total
Total
1
2
3
1
0
6
0
6
11
2
5
38
2
45
62
3
0
10
1
11
5
54
3
62
Keterampilan
Total Intelegensi * Kemampuan Berpendapat Crosstabulation Kemampuan berpendapat Intelegensi
Total
Total
1
1 1
2 0
3 0
2
21
11
2
34
3
10
13
4
27
32
24
6
62
1
Intelegensi * Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Crosstabulation Bertanggung jawab dalam Pranata dan Sumber-sumber Masyarakat 1 2 3 Intelegensi
Total
Total
1
1
0
0
1
2
14
20
0
34
3
8
19
0
27
23
39
0
62
119
120
Intelegensi * Mengambil Keputusan SendiriCrosstabulation Menggunakan pranata & sumbersumber masyarakat Intelegensi
Kemampuan Berpendapat Total
Total
1
1 0
2 0
3 0
0
34
2
26
21
6
53
1
27
3
6
3
0
9
3
62
32
24
6
62
1
1 0
2 1
3 0
2
3
29
2
3
2
24
5
54
Total
Kemampuan Berkomunikasi * Kemampuan Berpendapat
1
Kemampuan Berkomunikasi
Total
Kemampuan Berkomunikasi * Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Crosstabulation Kemampuan Berkomunikasi * Mengambil Keputusan Sendiri Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Kemampuan Berkomunikasi
Total
Total
1
1 0
2 0
3 0
0
2
21
32
0
53
3
2
7
0
9
23
39
0
62
Mengambil Keputusan Sendiri Kemampuan Berkomunikasi
Total
Total
1
10
20
30
0
2
4
46
3
53
3
1
8
0
9
5
54
3
62
Keteladanan * Kemampuan Berpendapat Crosstabulation Kemampuan berpendapat
Keteladanan
Keteladanan * Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Crosstabulation
1
2
3
1
0
0
0
0
2
27
22
3
52
3
5
2
3
10
32
24
6
62
Total
Kemampuan berkomunikasi
Total
Keteladanan
Total
Total
1
2
3
1
0
0
0
0
2
19
33
0
52
3
4
6
0
10
23
39
0
62
Keteladanan * Mengambil Keputusan Sendiri Crosstabulation Mengambil keputusan sendiri
Keteladanan
Total
Total
1
1 0
2 0
3 0
2
4
45
3
3
1
9
0
10
5
54
3
62
0
52
121
122
Lampiran 10 Hubungan Motif ketua Subak Kepaon dan Intelegensi ketua Subak Kepaon Correlations Motif Spearman's rho
Motif
Correlation Coefficient
Intelegensi
1.000
.235
.
.066
62
62
Correlation Coefficient
.235
1.000
Sig. (2-tailed)
.066
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Intelegensi
N
Lampiran 11 Hubungan Motif ketua Subak Kepaon dan Kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon
Correlations Kemampuan berkomunikasi
Motif Spearman's rho
Motif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Kemampuan berkomunikasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
-.005
.
.972
62
62
-.005
1.000
.972
.
62
62
123 Lampiran 12 Hubungan Motif ketua Subak Kepaon dan Keteladanan ketua Subak Kepaon Correlations Motif Spearman's rho
Motif
Correlation Coefficient
1.000
.141
.
.275
62
62
Correlation Coefficient
.141
1.000
Sig. (2-tailed)
.275
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Keteladanan
N
Lampiran 13
Keteladanan
Hubungan Pengetahuan ketua Subak Kepaon dan Intelegensi ketua Subak Kepaon
Correlations Pengetahuan Intelegensi Spearman's rho Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
.168
.
.192
62
62
Correlation Coefficient
.168
1.000
Sig. (2-tailed)
.192
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Intelegensi
N
124
Lampiran 14 Hubungan Pengetahuan ketua Subak Kepaon dan Kemampuan berkomunikasi ketua Subak Kepaon
Correlations Kemampuan Pengetahuan berkomunikasi Spearman's rho
Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
.042
.
.747
62
62
Correlation Coefficient
.042
1.000
Sig. (2-tailed)
.747
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Kemampuan berkomunikasi
N
Lampiran 15 Hubungan Pengetahuan ketua Subak Kepaon dan Keteladanan ketua Subak Kepaon
Correlations Pengetahuan Keteladanan Spearman's rho
Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
.058
.
.653
62
62
Correlation Coefficient
.058
1.000
Sig. (2-tailed)
.653
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Keteladanan
N
125 Lampiran 16 Hubungan keterampilan ketua Subak Kepaon dan Intelegensi ketua Subak Kepaon Correlations Keterampilan Intelegensi Spearman's rho Keterampilan
Correlation Coefficient
1.000
.115
.
.372
62
62
Correlation Coefficient
.115
1.000
Sig. (2-tailed)
.372
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Intelegensi
N
Lampiran 17 Hubungan Keterampilan ketua Subak Kepaon dan Kemampuan Berkomunikasi ketua Subak Kepaon
Correlations Kemampuan Keterampilan berkomunikasi Spearman's rho
Keterampilan
Correlation Coefficient
1.000
.026
.
.840
62
62
Correlation Coefficient
.026
1.000
Sig. (2-tailed)
.840
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Kemampuan berkomunikasi
N
126
Lampiran 18 Hubungan Keterampilan ketua Subak Kepaon dan Keteladanan ketua Correlations keterampilan Keteladanan Spearman's rho
keterampilan
Correlation Coefficient
1.000
.017
.
.894
62
62
Correlation Coefficient
.017
1.000
Sig. (2-tailed)
.894
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Keteladanan
N
Lampiran 19
Hubungan Motif ketua Subak Kepaon dan Kemampuan berpendapat Correlations kemampuan berpendapat
motif Spearman's rho
Motif
Correlation Coefficient
1.000
.050
.
.699
62
62
Correlation Coefficient
.050
1.000
Sig. (2-tailed)
.699
.
62
62
Sig. (2-tailed) N kemampuan berpendapat
N
127 Lampiran 20
Hubungan Motif ketua Subak Kepaon dan Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Correlations Bertanggung jawab dalam Pranata dan Sumber-sumber masyarakat
Motif Spearman's rho
Motif
Correlation Coefficient
1.000
.112
.
.388
62
62
Correlation Coefficient
.112
1.000
Sig. (2-tailed)
.388
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Bertanggung jawab dalam Pranata dan Sumber-sumber masyarakat
N
Lampiran 21 Hubungan Motif ketua Subak Kepaon dan Mengambil Keputusan Sendiri Correlations Mengambil Keputusan Sendiri
Motif Spearman's rho Motif
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Mengambil Keputusan Sendiri
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
-.196
.
.126
62
62
-.196
1.000
.126
.
62
62
128
Lampiran 22
Hubungan Pengetahuan ketua Subak Kepaon dan Kemampuan Berpendapat Correlations Kemampuan Pengetahuan Berpendapat
Spearman's rho
Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
.149
.
.247
62
62
Correlation Coefficient
.149
1.000
Sig. (2-tailed)
.247
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Kemampuan Berpendapat
N
Lampiran 23
Hubungan Pengetahuan ketua Subak Kepaon dan Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Correlations Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Pengetahuan masyarakat
Spearman's rho Pengetahuan Correlation Coefficient
1.000
.056
.
.663
62
62
Correlation Coefficient
.056
1.000
Sig. (2-tailed)
.663
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumbersumber Masyarakat
N
129 Lampiran 24
Hubungan Pengetahuan ketua Subak Kepaon dan Mengambil Keputusan Sendiri Correlations Mengambil Keputusan Pengetahuan Sendiri
Spearman's rho Pengetahuan
Correlation Coefficient
1.000
.107
.
.409
62
62
Correlation Coefficient
.107
1.000
Sig. (2-tailed)
.409
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Mengambil Keputusan Sendiri
N
Lampiran 25 Hubungan Keterampilan ketua Subak Kepaon dan Kemampuan Berpendapat Correlations Kemampuan Keterampilan Berpendapat Spearman's rho Keterampilan
Correlation Coefficient
1.000
.136
.
.290
62
62
Correlation Coefficient
.136
1.000
Sig. (2-tailed)
.290
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Kemampuan Berpendapat
N
130
Lampiran 26 Hubungan Keterampilan ketua Subak Kepaon dan Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Correlations Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat
Keterampilan Spearman's rho Keterampilan Correlation Coefficient
1.000
.058
.
.652
62
62
Correlation Coefficient
.058
1.000
Sig. (2-tailed)
.652
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumbersumber Masyarakat
Lampiran 27
N
Hubungan Keterampilan ketua Subak Kepaon dan Mengambil Keputusan Sendiri Correlations Mengambil Keterampilan Keputusan Sendiri
Spearman's rho Keterampilan Correlation Coefficient
1.000
.105
.
.415
62
62
Correlation Coefficient
.105
1.000
Sig. (2-tailed)
.415
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Mengambil Keputusan Sendiri
N
131 Lampiran 28 Hubungan Intelegensi ketua Subak Kepaon dan Kemampuan Berpendapat Correlations Kemampuan Intelegensi Berpendapat Spearman's rho Intelegensi
Correlation Coefficient
1.000
.276*
.
.030
62
62
.276*
1.000
.030
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Kemampuan Berpendapat
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).
Lampiran 29 Hubungan Intelegensi ketua Subak Kepaon dan Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Correlations Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Intelegensi Masyarakat Spearman's rho Intelegensi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Bertanggung jawab Correlation dalam Pranata & Coefficient Sumber-sumber Sig. (2-tailed) Masyarakat N
1.000
.156
.
.226
62
62
.156
1.000
.226
.
62
62
132
Lampiran 30
Hubungan Intelegensi ketua Subak Kepaon dan Mengambil Keputusan Sendiri Correlations Mengambil Keputusan Sendiri
Intelegensi Spearman's rho Intelegensi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Mengambil Correlation Keputusan Sendiri Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
-.012
.
.924
62
62
-.012
1.000
.924
.
62
62
Lampiran 31 Hubungan Kemampuan Berkomunikasi ketua Subak Kepaon dan Kemampuan Berpendapat Correlations Kemampuan Kemampuan Berkomunikasi Berpendapat Spearman's rho Kemampuan Berkomunikasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Kemampuan Berpendapat
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
-.146
.
.259
62
62
-.146
1.000
.259
.
62
62
133 Lampiran 32 Hubungan Kemampuan Berkomunikasi ketua Subak Kepaon dan Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Correlations Bertanggung jawab dalam Pranata & Kemampuan Sumber-sumber Berkomunikasi Masyarakat Spearman's rho Kemampuan Berkomunikasi
Correlation Coefficient
1.000
.127
.
.326
62
62
Correlation Coefficient
.127
1.000
Sig. (2-tailed)
.326
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat
N
Lampiran 33 Hubungan Kemampuan Berkomunikasi ketua Subak Kepaon dan Mengambil Keputusan Sendiri Correlations Mengambil Kemampuan Keputusan Berkomunikasi Sendiri Spearman's rho Kemampuan Berkomunikasi
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Mengambil Correlation Keputusan Sendiri Coefficient Sig. (2-tailed) N
1.000
-.090
.
.486
62
62
-.090
1.000
.486
.
62
62
134
Lampiran 34
Hubungan Keteladanan ketua Subak Kepaon dan Kemampuan Berpendapat Correlations Kemampuan Keteladanan Berpendapat
Spearman's rho Keteladanan
Correlation Coefficient
1.000
.096
.
.460
62
62
Correlation Coefficient
.096
1.000
Sig. (2-tailed)
.460
.
62
62
Sig. (2-tailed) N Kemampuan Berpendapat
N
Lampiran 35
Hubungan Keteladanan ketua Subak Kepaon dan Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Masyarakat Correlations Bertanggung jawab dalam Pranata & Sumber-sumber Keteladanan Masyarakat
Spearman's rho
Keteladanan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Bertanggung jawab Correlation dalam Pranata & Coefficient Sumber-sumber Sig. (2-tailed) Masyarakat N
1.000
-.026
.
.839
62
62
-.026
1.000
.839
.
62
62
135 Lampiran 36
Hubungan Keteladanan ketua Subak Kepaon dan Mengambil Keputusan Sendiri Correlations
Keteladanan Spearman's rho Keteladanan
Correlation Coefficient Sig. (2-tailed) N
Mengambil Correlation Keputusan Sendiri Coefficient Sig. (2-tailed) N
Mengambil Keputusan Sendiri
1.000
-.082
.
.526
62
62
-.082
1.000
.526
.
62
62
136
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Sondang Fitriani Pakpahan yang dilahirkan di Silau Bosar pada tanggal 16 Oktober 1990, dari pasangan Robin Pakpahan dan Sarmeni Girsang. Penulis merupakan anak pertama dari empat bersaudara. Pendidikan formal yang pernah dijalani penulis adalah Tk Harapan Saribudolok 1996-1997, SD Rk Swasta Donbosco 1997-2003 , SMP Negeri 1 Silimakuta 2003-2006, SMA Negeri 1 Silimakuta 2006-2009. Pada tahun 2009, penulis diterima sebagai mahasiswa Tingkat Persiapan Bersama, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI (Undangan Seleksi Masuk IPB) sebagai mahasiswa Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Selama mengikuti pendidikan formal, penulis juga aktif dalam mengikuti berbagai macam kegiatan organisasi. Adapun macam kegiatan yang diikuti penulis yaitu Organisasi HIMASIERA (Himpunan Mahasiswa Peminat Ilmu Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat) sebagai anggota divisi Research And Development (R&D) pada tahun 2010-2011, selain itu juga sebagai anggota divisi medis dalam kepanitiaan Masa Perkenalan Departemen Sains Komunikasi dan Pengembangan Masyarakat, Mengikuti organisasi UKM Persekutuan Mahasiswa Kristen (PMK) IPB di Komisi Pembinaan Pemuridan. Selain itu, penulis juga mendapat kesempatan sebagai asisten praktikum Mata Kuliah Komunikasi Kelompok pada tahun ajaran 2011-2012.