KARAKTERISTIK JABON (Anthocephalus cadamba Miq.) PROVENAN SUMBAWA DAN PASAMAN (Characteristic of Jabon from Sumbawa and Pasaman Provenances) Tri Pamungkas Yudohartono Balai Besar Penelitian Bioteknologi dan Pemuliian Tanaman Hutan
ABSTRACT Jabon is one of many potential forest trees for developing plantation forest. Utilization of seeds from different seed sources may result different growth of jabon trees. This research is purposed to know characteristic of jabon from Sumbawa (West Nusa Tenggara) and Pasaman (West Sumatra) provenances. The result showed that bark and fruit size of jabon from those provenances were varied. The number of genetic materials of jabon which have been extracted from Sumbawa and Pasaman provenances are about 1162 grams and 424 grams of seeds respectively. Meanwhile, the average extracted seeds per fruit of Sumbawa and Pasaman provenances are 1.93 grams and 1.94 grams respectively. Key word : jabon, characteristic, , genetic material, provenance ABSTRAK Jabon merupakan salah satu jenis tanaman hutan yang potensial untuk dikembangkan dalam pembangunan hutan tanaman. Penggunaan benih dari sumber yang berbeda dan penanaman pada topografi yang berbeda menyebabkan perbedaan pertumbuhan tanaman jabon. Tujuan kegiatan ini adalah untuk mengetahui karakteristik jabon dari Pulau Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Pasaman, Propinsi Sumatra Barat. Dari hasil pengamatan terdapat variasi morfologi kulit batang dan ukuran buah dari provenan atau populasi Smbawa, NTB dan Pasaman, Sumatra Barat. Dari hasil ekstraksi buah jabon dari provenan Sumbawa, NTB dan Pasaman, Sumatra Barat diperoleh masing-masing 1162 gram dan 424 gram benih jabon. Berat benih per buah yang dihasilkan provenan Sumbawa, NTB dan Pasaman, Sumatra Barat masing-masing 1,93 dan 1,94. Kata kunci : jabon, karakteristik, , materi genetik, provenans
I. PENDAHULUAN Jabon tergolong jenis cepat tumbuh yang bernilai ekonomi tinggi. Jabon dapat tumbuh di tanah liat, tanah lempung podsolik cokelat, atau tanah berbatu. Distribusi alami di mulai dari India, Nepal dan India, menuju Thailand dan Indochina serta bagian timur Kepulauan Malaya hingga Papua Nugini. Daerah penyebaran jabon di Indonesia meliputi seluruh Sumatera, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Kalimantan Timur, seluruh Sulawesi, Nusa Tenggara Barat (Lombok dan Sumbawa), dan Irian Jaya. Tanaman kayu jabon dapat dipergunakan untuk korek api, peti pembungkus, cetakan beton, mainan anak-anak, pulp, kelom dan konstruksi darurat yang ringan Dalam rangka mendukung keberhasilan penyediaan bibit untuk pembangunan hutan tanaman dan penyelamatan jenis prioritas untuk hutan tanaman maka upaya pembangunan populasi dasar jabon perlu segera dilakukan. Populasi dasar jabon ini nantinya dapat dimanfaatkan sebagai tegakan konservasi sumberdaya genetik sekaligus sebagai sumber benih jabon. Populasi dasar dari suatu terdiri dari pohon-pohon dimana para pemulia pohon dapat melakukan seleksi untuk kegiatan pemuliaan generasi berikutnya. Pada pemuliaan generasi pertama, populasi dasar terdiri dari pohonpohon induk di hutan alam atau hutan tanaman yang tidak dimuliakan. Penggunaan benih dari sumber yang berbeda dan penanaman pada topografi yang berbeda menyebabkan perbedaan pertumbuhan tanaman jabon. Keragaman atau variasi suatu sifat pada suatu jenis pohon dapat terjadi antar spesies, antar daerah geografis (antar provenan), antar tegakan, antar tempat tumbuh, antar individu dan keragaman di dalam individu. Di dalam suatu jenis pohon yang memiliki daerah penyebaran alam luas akan didapati keragaman geografis yang menyebabkan jenis tersebut dapat dipisahkan menjadi sub populasi-sub populasi yang berbeda yang dikenal dengan ras-ras geografis.. Populasi dasar dengan basis genetik yang luas atau keragaman genetik yang tinggi sangat penting bagi program pemuliaan jabon karena akan memperbesar peluang untuk melakukan seleksi terhadap sifat-sifat yang diinginkan. Langkah awal yang dilakukan dalam pembangunan populasi dasar tersebut adalah eksplorasi materi genetik jabon dari sebaran alaminya. Tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui karakteristik jabon dari Pulau
Sumbawa Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Pasaman, Propinsi Sumatra Barat.
II. BAHAN DAN METODE A. Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian dilaksanakan di Pulau Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Pasaman, Propinsi Sumatra Barat. Eksplorasi dan pengumpulan materi genetik jabon dilaksanakan pada bulan Mei dan Juli 2011. Kegiatan yang dilakukan pada eksplorasi dan koleksi materi genetik jabon di Pulau Sumbawa meliputi koordinasi dengan institusi terkait yakni Dinas Kehutanan Kabupaten Dompu, Dinas Kabupaten Kabupaten Bima, identifikasi potensi tegakan jabon dan habiatnya, pengunduhan buah jabon pengamatan asosiasi tumbuhan. Identifikasi tegakan jabon di Kabupaten Dompu dilakukan di desa Saneo, Kecamatan Woja dan di desa ini ternyata telah dilakukan pengumpulan buah juga oleh pedagang benih dari Malang. Di Kabupaten Bima, identifikasi tegakan dilakukan di desa Campa dan Woro, Kecamatan Madapangga dan Desa Nungga, Kecamatan Rasanae Timur. Pohon jabon di Kabupaten Bima sudah banyak ditebang sehingga sulit untuk mengumpulkan buahnya. Sebagian besar wilayah Kabupaten Bima dan Dompu merupakan daerah yang beriklim kering. Kegiatan yang dilakukan pada eksplorasi dan koleksi materi genetik jabon di Pasaman Sumatra Barat meliputi koordinasi dengan institusi terkait yakni Balai Konservasi Sumber Daya Alam Propinsi Sumatra Barat, survei lokasi penyebaran/distribusi jabon dan koleksi materi genetik. Eksplorasi dan koleksi jabon tersebut dilakukan di kawasan Cagar Alam Rimbo Panti dan Hutan Lindung Panti. Secara geografis, Cagar Alam Rimbo Panti terletak antara 00o18’45” LU - 00o22’30” LU dan 100o00’00” BT dan 100o07’30” BT. Berdasarkan administrasi pengelolaan kawasan CA Rimbo Panti termasuk kedalam wilayah kerja Subsi KSDA Wilayah Pasaman dan sekitarnya. Sedangkan menurut adiministrasi pemerintahan, CA Rimbo Panti terletak di wilayah Kecamatan Panti, Kabupaten Pasaman, Propinsi Sumatra Barat dengan batas-batas sebagai berikut : bagian utara berbatasan dengan desa Murni Panti, bagian timur berbatasan dengan desa Lundar dan Hutan Lindung, bagian selatan
berbatasan dengan desa Petok dan bagian barat berbatasan dengan desa Simpang Tiga Cubadak dan Hutan Lindung. Deskripsi kondisi topografi, altitude, iklim dan jenis tanah dari masing-masing provenan disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Deskripsi lokasi eksplorasi materi genetik jabon Provenan
Topografi
Altitude (m dpl)
Iklim
Jenis tanah
Sumbawa, NTB
topografi datar hingga berbukit
75 - 400
D, E, F
alluvial, kompleks regosol, kompleks litosol mediteran coklat, kompleks renzina dan litosol
Pasaman, Sumbar
landai hingga curam (> 60o) dengan konfigurasi datar, berbukit
200– 900
A
aluvial, andosol, komplek Podsolik Merah Kuning, Litosol
B. Bahan dan Alat Bahan dan peralatan yang digunakan meliputi : 1. Perlengkapan lapangan : GPS, kertas label, kantong plastik, alat tulis kantor 2. Ekstraksi benih : saringan, label, plastik klip, spidol, timbangan C. Metode Penelitian Langkah awal dalam pembangunan populasi dasar atau plot konservasi sumberdaya genetik jabon adalah eksplorasi dan koleksi materi genetik. Eksplorasi materi genetik jabon dilakukan di dua sebaran alami atau provenan jabon yaitu di Pulau Sumbawa, Propinsi Nusa Tenggara Barat dan Kabupaten Pasaman, Sumatera Barat.. Penentuan lokasi eksplorasi tersebut didasarkan pada perbedaan tipe iklim, dan posisi geografis. Materi genetik yang dikumpulkan akan digunakan untuk pembangunan plot konservasi ex situ jenis jabon. Tahapan kegiatan yang akan dilakukan dalam eksplorasi hingga penanganan materi genetik hasil eksplorasi meliputi : 1. Pengumpulan informasi musim berbuah Pengumpulan informasi tentang musim berbuah jabon di masingmasing lokasi dilakukan sebelum kegiatan eksplorasi dilakukan. Kegiatan ini dilakukan melalui penelusuran dari berbagai referensi dan komunikasi langsung dengan petugas yang ada di lapangan/dekat lokasi yang akan dieksplorasi. 2. Pemilihan atau seleksi pohon induk
Pohon induk yang akan dipilih adalah pohon induk yang dianggap mewakili populasi jabon di masing-masing lokasi. Pohon induk yang dipilih tidak hanya yang superior secara fenotipik Setiap provenan diwakili oleh sekurang-kurangnya 20 pohon induk. Individu-individu yang akan dijadikan sumber pengumpulan materi genetik sebaiknya agak berjauhan (kurang lebih 100 m) supaya buah atau benih yang dikumpulkan tidak hanya merupakan hasil perkawinan dari individu-individu yang dipilih tetapi merupakan hasil perkawinan lebih dari jumlah individu-individu pohon yang terpilih. Informasi yang dikumpulkan dari setiap provenan meliputi informasi pohon induk (tinggi, diameter, kelurusan batang), kondisi habitat dan asosiasi tumbuhan yang ada disekitarnya. 3. Pengunduhan dan pengumpulan buah Pengunduhan buah dilakukan dengan melakukan pemanjatan pohon dan memangkas cabang atau ranting. Buah yang kumpulkan adalah buah masak yang secara fisiologis berwarna berwarna hijau tua dengan rambut buah mulai gundul hingga kuning kemerahan/kecoklatan. 4. Ekstraksi benih Ekstraksi benih dilakukan untuk memisahkan biji/benih dari daging buah. Ekstraksi benih jabon dilakukan dengan basah. Kegiatan yang dilakukan dalam ekstraksi buah jabon dengan cara basah meliputi : a. Pelunakan buah Sebelum ekstraksi buah jabon terlebih dahulu dilunakkan. Buah jabon yang lunak akan memudahkan peremasan buah hingga menjadi bubur. b. Pemisahan biji Bubur buah jabon selanjutnya akan disaring dengan menggunakan saringan santan berdiameter 0,5 - 1 mm. Penyaringan dilakukan berulang kali hingga biji benar-benar terpisah dari daging buah. c. Pengeringan biji Biji yang sudah terpisah dari daging buah selanjutnya dikeringkan. Pengeringan dilakukan dengan meletakkan biji diatas nampan plastik yang sebelumnya dilapisi kertas merang. Penggunaan kertas merang dimaksudkan untuk menyerap air yang menempel pada biji.
5. Penanganan benih (pengemasan, penimbangan, pelabelan dan penyimpanan) Biji sudah kering kemudian masukkan ke dalam kantong plastik kedap udara. Selanjutnya biji tersebut ditimbang, diberi label dan disimpan dalam refrigerator. Pelabelan benih disesuaikan dengan nomor pohon induk dan provenan.
III. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Pulau Sumbawa, Nusa Tengara Barat Buah jabon masak di Pulau Sumbawa terjadi mulai bulan Maret-Mei. Buah yang masak secara fisiologis berwarna hijau tua dengan rambut buah mulai gundul hingga kuning kemerahan/kecoklatan (Gambar 4). Pengumpulan buah jabon dilakukan dengan memanjat pohon. Tegakan jabon di Kabupaten Bima dan Dompu dijumpai pada berbagai tipe habitat yaitu tepi laut, sepanjang aliran sungai, tempat terbuka pada dataran rendah, punggung bukit hingga ketinggian 400 m dpl (Gambar 1 dan 2).
Gambar 1. Pohon jabon di dataran rendah
Gambar 2. Pohon jabon di tepi aliran sungai
Pada kegiatan eksplorasi dan koleksi materi genetik jabon ini berhasil dikumpulkan buah jabon sebanyak 599 butir buah jabon dari 37 pohon induk. Setelah diekstraksi satu buah rata-rata menghasilkan 1,93 gram benih (Tabel 2).
Gambar 3. Kulit batang jabon beralur
Gambar 4. Variasi tingkat kemasakan dan ukuran buah jabon
Tabel 2. Data base hasil eksplorasi materi genetik jabon di Pulau Sumbawa, NTB Ph. Induk 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37
Lokasi Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Dompu Kab. Bima Kab. Bima Kab. Bima Kab. Bima Kab. Bima Kab. Bima Kab. Bima
Koordinat LS BT 8.46247 118.44664 8.43505 118.43632 8.43494 118.43609 8.43514 118.43651 8.43388 118.43532 8.43404 118.43533 8.43367 118.43651 8.43246 118.44671 8.44327 118.45386 8.44539 118.43477 8.45389 118.43476 8.45385 118.43478 8.45384 118.43484 8.45391 118.43479 8.45392 118.43491 8.45387 118.43482 8.45389 118.43484 8.45396 118.43481 8.45397 118.43487 8.45399 118.43478 8.45396 118.43485 8.45396 118.43487 8.45395 118.43491 8.45391 118.43494 8.45391 118.43495 8.45393 118.43497 8.45391 118.43489 8.45396 118.43493 8.45398 118.43497 8.45399 118.43499 8.57016 118.54304 8.59041 118.58633 8.5966 118.58485 8.59808 118.58529 8.62508 118.6416 8.47806 118.80215 8.47822 118.79519
Altitude Diameter (m dpl) (cm) 285 48.72 400 143.31 401 58.92 393 156.05 427 101.91 375 136.94 375 149.68 217 157.64 251 133.76 251 98.73 253 93.95 251 79.62 253 103.5 215 130.57 252 97.13 251 66.88 252 44.58 250 58.92 252 46.18 252 44.58 253 47.77 254 65.28 254 57.32 255 93.95 253 58.92 253 68.47 254 70.06 254 54.14 254 52.55 254 68.47 75 72.61 112 69.43 123 39.81 121 121.02 151 69.74 128 48.39 93 59.23
Tinggi (m) 12 25 14 25 18 29 25 28 26 31 29 14 25 34 30 36 29 32 28 25 27 33 21 30 26 28 29 24 20 27 29 27 30 40 28 23 25
Jumlah Buah 29 18 15 15 14 15 16 16 19 15 15 15 14 16 15 15 15 15 15 15 16 16 15 15 16 14 15 16 15 15 19 4 3 35 38 13 12
Berat Benih (gr) 51.8 23 29.8 27.6 33 36.1 43.4 26 21 28.5 36.9 17.8 35.8 36.2 34.7 22.9 26 19 24.9 29.2 41.3 23.5 27.8 19.4 29.2 24.2 19.8 41.9 25.3 40.3 18 7.3 1.1 44.8 141.6 23.8 28.7
Tumbuhan yang dijumpai berasosiasi dengan pohon jabon antara lain lontar, kedondong hutan, mangga, kelapa, asam jawa, jambu, bungur, bayur, mahoni, rotan, waru, sengon buto dan bambu. 2. Pasaman, Sumatra Barat Tegakan alam jabon dijumpai secara terpencar-pencar dalam suatu kelompok pada ketinggian 204 – 728 m dpl dan sebagian besar berada di tepi sungai. Buah jabon yang masak secara fisilogis mempunyai berwarna hijau tua dengan rambut buah mulai gundul hingga kuning kemerahan/kecoklatan. Pengunduhan buah jabon dilakukan dengan cara memanjat pohon induk yang dipilih. Pada kegiatan eksplorasi dan koleksi materi genetik jabon ini berhasil dikumpulkan buah jabon sebanyak 219 butir atau 11 kg buah jabon dari 21 pohon induk. Setelah diekstraksi satu buah rata-rata menghasilkan 1,94 gram benih. Pohon induk jabon yang dipilih mempunyai kisaran tinggi dan diameter masing-masing 20 - 40 m dan 30 cm – 60 cm (Tabel 3). Kulit batang jabon berwarna putih keabu-abuan dan tidak beralur (Gambar 7). Tumbuh-tumbuhan yang berasosiasi dengan jabon antara lain nyawai, binuang, langkok, aren, anduriang, banio, bayur, terap, sirih-sirih, sungkai, rambutan, kasai, sapek, lasi, ingu, terap, pandanpandanan, ketapang, dan randu hutan.
Gambar 5. Pohon induk jabon
Gambar 6. Tegakan alam jabon
Gambar 7. Kulit batang jabon tidak beralur
Gambar 8. Buah jabon yang masak
Tabel 3. Data base hasil eksplorasi materi genetik jabon di Pasaman, Sumatra Barat pohon induk 1
TWA Rimbo Panti
Altitude Tinggi Diameter Jumlah buah (m dpl) (m) (cm)
koordinat
lokasi o
o
0 20'06,83'' N 100 04'32,55'' E o
o
2
TWA Rimbo Panti
0 20'08,473'' N 100 04'30,3'' E
3
TWA Rimbo Panti
0 20'20,76'' N 100 04'20,24'' E
4
TWA Rimbo Panti
0 20'20,62'' N 100 04'21,04'' E
o
o
o
o
o
o
5
TWA Rimbo Panti
0 20'20,66'' N 100 04'22,54'' E
6
TWA Rimbo Panti
0 20'38,1'' N 100 04'06,7'' E
7
TWA Rimbo Panti
0 20'48,36'' N 100 04'09,14'' E
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o
o03'43
8
TWA Rimbo Panti
0 20'51,28'' N 100 04'03,7'' E
9
TWA Rimbo Panti
0 21'23,77'' N 100 04'45,45'' E
10
TWA Rimbo Panti
0 21'23,45'' N 100 03'45,18'' E
11
TWA Rimbo Panti
0 21'25,53'' N 100 03'48,41'' E
12
TWA Rimbo Panti
0 21'22,61'' N 100 03'42,45'' E
13
TWA Rimbo Panti
0 21'21,08'' N 100
14
Jorong Lundar, Panti 0 21'38,36'' N 100 06'45,92'' E
o o
,37'' E
o
o
15
CA
0 20'55,0'' N 100 01'35,2 E
16
Jorong Panti Murni
0 20'06,83'' N 100 04'32,55'' E
17
Jorong Panti Murni
0 22'00,93'' N 100 03'21,65'' E
18
CA
0 20'50,8'' N 100 01'46,5'' E
o
o
o
o
o
o
o
o
19
Hutan Lindung
0 21'08,0'' N 100 02'43,9'' E
20
TWA Rimbo Panti
0 21'23,63'' N 100 03'45,59'' E
21
TWA Rimbo Panti
0 21'23,26'' N 100 03'44,77'' E
o
o
o
o
215
30
40
22
Berat benih (gr) 35.5
243
20
60
5
12.2
222
30
50
5
11.6
256
35
50
4
17.7
281
40
40
12
14
250
30
50
5
2.5
232
25
40
17
68.1
247
25
30
25
56.6
252
20
40
3
13.4
248
30
50
11
26
256
30
50
1
2.6
222
30
40
3
3.4
228
25
40
3
2.1
240
25
60
6
4
689
35
60
7
15.1
248
20
40
11
6.8
60
24
96.1 18.9
247 728
35
50
29
442
35
60
11
7
249
25
40
8
4.9
204
30
50
7
5.3
B. Pembahasan Dari hasil pengamatan pada tegakan dan materi genetik jabon dari populasi Sumbawa dan Pasaman diketahui bahwa terdapat variasi dalam morfologi kulit batang, dan ukuran buah jabon yang dikoleksi. Menurut FAO (1989) sumberdaya genetik tanaman hutan didefinisikan sebagai variasi pohon-pohon yang memberikan manfaat saat ini dan potensial di masa yang akan datang bagi kehidupan manusia. Variasi dapat terjadi pada berbagai level yaitu variasi antar spesies, variasi antar populasi dalam spesies dan variasi antar individu dalam populasi. Variasi kulit batang dan buah jabon dari provenan atau populasi Sumbawa dan Pasaman ini diduga dipengaruhi oleh perbedaan latitude, tipe iklim, dan edafis. Pulau Sumbawa berada pada lintang Selatan dengan tipe iklim D, E dan F dan jenis tanah kompleks regosol, kompleks litosol mediteran coklat, alluvial, kompleks renzina dan litosol. Sedangkan Pasaman terletak pada Lintang Utara dengan tipe iklim A dan jenis tanah aluvial, andosol, komplek Podsolik Merah Kuning, litosol yang berasal dari bahan induk beku, endapan dan metamorf. Dalam pembangunan hutan tanaman, kualitas benih memainkan peranan yang sangat penting. Menurut Zobel (1969) dalam Soerianegara dan Djamhuri (1979) bahwa penggunaan biji dari tempat asal yang geografis dan ekologis tepat adalah syarat pertama bagi berhasilnya usaha pemuliaan. Benih yang digunakan untuk pertanaman saat ini akan menentukan mutu tegakan yang akan dihasilkan dimasa mendatang. Zobel & Talbert (1984) menyatakan bahwa keragaman atau variasi suatu sifat pada suatu jenis pohon dapat terjadi antar spesies, antar daerah geografis (antar provenan), antar tegakan, antar tempat tumbuh, antar individu dan keragaman di dalam individu. Di dalam suatu jenis pohon yang memiliki daerah penyebaran alam luas akan didapati keragaman geografis yang menyebabkan jenis tersebut dapat dipisahkan rnenjadi sub populasi-sub populasi yang berbeda yang dikenal dengan ras-ras geografis. Tergantung pada faktor-faktor yang mempengaruhinya, maka dikenal istilah-istilah ras altitudinal, ras iklim dan ras edafis. Ras adalah suatu populasi yang telah mampu beradaptasi dengan lingkungannya meliputi faktor altitudinal, iklim atau edafis setelah ditambah untuk jangka waktu tertentu. Adaptasi lokal yang telah berlangsung dalam waktu yang lama ini diduga dapat menyebabkan terjadinya perbedaan struktur genetik antara kedua
populasi tersebut. Menurut Loveless dan Hamrick (1984), diferensiasi genetik antar populasi dipengaruhi oleh adanya aliran gen melalui penyebaran serbuk sari dan biji. Spesies dengan populasi diskontinyu seperti jenis jabon menunjukkan kenaikan tingkat diferensiasi genetik karena turunnya aliran gen. Perbedaan struktur genetik tersebut dapat diekspresikan pada karakteristik morfologi dari pohon jabon seperti ukuran buah dan kulit batang. Terdapatnya variasi pada materi genetik hasil eksplorasi dari kedua provenan diharapkan dapat memperluas basis genetik populasi dasar jabon. Jabon yang merupakan jenis pionir yang tumbuh pada hutan tropis sekunder dengan wilayah penyebaran yang luas menjadikan jenis ini mempunyai keragaman genetik yang cukup tinggi (Soerianegara dan Lemmens, 1994). Semakin luas basis atau variasi genetik maka semakin banyak potensi sumberdaya genetik yang dapat diselamatkan atau dijaga dan semakin luas juga peluang pemanfaatannya untuk program/kegiatan pemuliaan jenis jabon.
IV. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1.
Terdapat variasi morfologi kulit batang dan ukuran buah dari provenan atau populasi Smbawa, NTB dan Pasaman, Sumatra Barat. 2. Dari hasil ekstraksi buah jabon dari provenan Sumbawa, NTB dan Pasaman, Sumatra Barat diperoleh masing-masing 1162 gram dan 424 gram benih jabon. Berat benih per buah yang dihasilkan provenan Sumbawa, NTB dan Pasaman, Sumatra Barat masingmasing 1,93 dan 1,94 gram. B. Saran Perlu dilakukan penelitian untuk mengelaborasi tingkat dan distribusi keragaman genetik sehingga dapat diketahui apakah perbedaan geografis benar-benar mengakibatkan perbedaan atau diferensiasi genetik antar populasi jabon.
V. UCAPAN TERIMA KASIH Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang membantu kelancaran penelitian ini, khususnya kepada Bapak Sudradjat yang telah membantu dalam kegiatan eksplorasi, pengumpulan dan penanganan materi genetik jabon di persemaian.
VI. DAFTAR PUSTAKA FAO. 1989. Plant genetic resources: their conservation in situ for human use. FAO of the United Nations, Rome, Italy Loveless, M.D. and J.L. Hamrick. 1984. Ecological Determinant Genetic Structure in Plant Population. Ann.Rev.Ecol.Syst. 15 : 65-95 Soerianegara, I dan Djamhuri, E . 1979. Pemuliaan Pohon. Departemen Manajemen Hutan, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor Zobel, B ., and J. Tabert. 1984. Applied forest Tree Improvement. Waveland Press Inc. John Wiley &Son, Inc, New York.