KARAKTERISTIK INDIVIDU PENDERITA PENYAKIT JANTUNG KORONER DI SULAWESI UTARA TAHUN 2011 Jeini Ester Nelwan*
*Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sam Ratulangi Manado ABSTRACT Nowadays, one of the most cautious non communicable disease is Coronary Heart Disease. Based on the Basic Health Research (Riskesdas) 2007, the national prevalence of heart disease is 7.2% (based on the diagnosis of health worker and symptoms). The lowest prevalence of heart disease is around 2.6% in Lampung Province and the highest in the Nanggroe Aceh Darussalam is 12.6%, while in North Sulawesi is 8.2%. Coronary heart disease is the main cause of early death in 40% of men’s death causes. Formerly, coronary heart disease was only suffered by people at the age of 45 years old above but recently according to the records in some hospitals, the case was found at 27-32 years old. The purpose of this study is to individual characteristic of coronary heart disease patient in North Sulawesi. This is a descriptive study and was conducted at North Sulawesi in November 2010 until April 2011. Sampling using simple random sampling method. The result of this research is obtained 79% was aged above 59 years old, 73% was male and 51% was had family history of coronary heart disease. There is need a promotion for adult community about improving the quality of life through healthy behavior and avoid risk factors heart disease from health personnel, escpecially for coronary heart disease. Keywords: Individual Characteristic, Coronary Heart Disease, North Sulawesi ABSTRAK Salah satu Penyakit Tidak Menular yang paling ditakuti saat ini yaitu Penyakit Jantung Koroner (PJK). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional penyakit jantung yaitu 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Prevalensi penyakit jantung ini berkisar 2,6% di Provinsi Lampung dan tertinggi di Nanggroe Aceh Darussalam sebesar 12,6%, sedangkan di Sulawesi Utara sebesar 8,2%. PJK merupakan penyebab kematian dini pada sekitar 40% dari sebab kematian laki-laki. Dahulu PJK hanya ditemukan pada penduduk berusia 45 tahun ke atas, namun menurut data beberapa rumah sakit saat ini penyakit tersebut sudah ditemukan pada orang-orang yang berumur 27-32 tahun. Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk melihat karakteristik individu penderita penyakit jantung koroner di Sulawesi Utara. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif di Provinsi Sulawesi Utara pada bulan Nopember 2010-April 2011. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan kelompok umur paling banyak berumur > 59 tahun sebanyak 79%, berjenis kelamin laki-laki sebanyak 73% dan tidak memiliki riwayat keluarga sebanyak 51%. Perlu adanya tindakan promosi dari tenaga kesehatan terhadap masyarakat khususnya masyarakat dewasa tentang peningkatan kualitas hidup melalui perilaku hidup sehat dan menghindari faktor risiko PJK. Kata Kunci : Karakteristik Individu, Penyakit Jantung Koroner, Sulawesi Utara
11
PENDAHULUAN Pertumbuhan ekonomi, perkembangan sosial budaya dan teknologi, selain membawa banyak pengaruh positif juga menyebabkan perubahan yang berdampak buruk bagi kesehatan jantung. Hal ini dapat dilihat dengan banyaknya konsumen rokok, menurunnya kebiasaan melakukan aktivitas fisik/olahraga, dan lainlain. Kondisi ini tercermin pada hasil Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS) tahun 2004. Berdasarkan hasil survei tersebut dijumpai 14,3% anak telah merokok sejak umur (≤15 tahun). Persentase penduduk berumur 15 tahun ke atas yang aktif melakukan aktivitas fisik/olahraga yaitu hanya 18% (Anonim, 2004). Penyakit jantung dan pembuluh darah yang sejak tahun 1995 dinyatakan sebagai penyebab kematian utama di Indonesia kini mulai mengancam dan menyerang kaum muda. Awalnya PJK hanya ditemukan pada penduduk berumur 45 tahun ke atas, tetapi menurut data di beberapa rumah sakit saat ini kasus penyakit tersebut sudah ditemukan pada orang-orang muda yang berumur antara 27 tahun hingga 32 tahun. Hal ini terjadi karena peningkatan faktor risiko akibat perubahan gaya hidup yang bergerak seiring berjalannya waktu dan peradaban (Hanafiah, 2006). Sejumlah faktor telah dikenal dan ditetapkan kuat sebagai risiko bagi PJK. Beberapa penelitian telah menunjukkan adanya pengaruh hipertensi dengan kejadian PJK yaitu adanya hubungan hipertensi dengan peningkatan risiko angka kesakitan dan kematian akibat penyakit kardiovaskuler, cerebrovaskular dan renal, tekanan darah sistolik/diastolik (>140 mmHg dan/atau >90 mmHg) dinyatakan hipertensi dan hal inilah yang menjadi faktor risiko utama terjadinya penyakit kardiovaskuler pada orangorang tua, serta PJK berhubungan dengan hipertensi dan diabetes mellitus (Houston, 2002; Moser, 2003; Schwantdt et al, 2010). Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2007, prevalensi nasional penyakit jantung yaitu 7,2% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Prevalensi penyakit jantung di atas prevalensi nasional ditemukan pada 16 provinsi yaitu Nanggroe Aceh Darussalam (NAD), Sumatera Barat, Riau, Kepulauan Riau, Daerah Khusus Ibukota Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara,
Sulawesi Barat, Gorontalo dan Sulawesi Utara. Prevalensi penyakit jantung ini berkisar 2,6% di Provinsi Lampung dan tertinggi di NAD sebesar 12,6%, sedangkan di Sulawesi Utara sebesar 8,2% (Anonim, 2008). Melihat besarnya prevalensi PJK di Sulawesi Utara sebesar 7,2% (lebih tinggi dari prevalensi nasional). Hal ini menunjukkan PJK telah menjadi salah satu masalah kesehatan di Sulawesi Utara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik individu penderita penyakit jantung koroner di Sulawesi Utara. METODE Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif dilaksanakan pada bulan Nopember 2010April 2011. Penelitian ini merupakan Hospital based study sehingga dilaksanakan pada BLU RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. Rumah sakit ini dipilih karena merupakan rumah sakit rujukan untuk penyakit jantung koroner di Sulawesi Utara. Populasi dalam penelitian yaitu seluruh pasien penderita PJK yang memeriksakan diri di BLU RSUP Prof. dr. R. D. Kandou Manado. Besar sampel dihitung menggunakan rumus sehingga diperoleh jumlah sampel penelitian menjadi 110 penderita. Pengambilan sampel menggunakan metode simple random sampling. Data yang diperoleh dianalisis secara univariat. HASIL DAN PEMBAHASAN 1. Umur Berdasarkan kelompok umur, terlihat bahwa sebanyak 1 responden berumur 1839 tahun (1%), 22 responden berumur 4059 tahun (20%) dan sebanyak 87 responden berumur > 59 tahun (79%). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 1. 1; 1% 22; 20% 87; 79%
18-39 tahun 40-59 tahun > 59 tahun
Gambar 1. Distribusi Responden berdasarkan Kelompok Umur Berdasarkan kelompok umur terlihat bahwa paling banyak terdistribusi pada umur > 59 tahun. Hasil penelitian ini 12
sesuai dengan pernyataan dari Tjokroprawiro (1992) yang mengatakan bahwa risiko PJK terjadi pada umur 40-60 tahun. Hasil penelitian Dtrong dan McGill (1995) dalam Soeharto (2002) menyatakan bahwa aterosklerosis berawal pada masa anakanak dan perlahan-lahan menjadi lebih besar pada umur dewasa yang selanjutnya mendorong terjadinya penyumbatan arteri. Penelitian yang dilakukan oleh Nababan (2008) tentang faktor risiko dan karakteristik penderita dihubungkan dengan kejadian PJK di RSU Dr. Pringadi Medan menunjukkan bahwa dari 70 responden yang digunakan ditemukan sebesar 84,3 % telah berumur ≥ 40 tahun. Hasil tersebut dapat dimengerti karena kejadian PJK bukanlah kejadian yang terjadi secara tiba-tiba (akut) namun membutuhkan waktu yang lama (kronis). Selain itu, dengan bertambahnya umur seseorang maka semakin tua bagian organ tubuh manusia sehingga semakin menurun kemampuan untuk berfungsi dan jika hal ini dikombinasikan dengan faktor-faktor genetik dan faktor lainnya, maka hal ini potensial meningkatkan terjadinya PJK. 2. Jenis Kelamin Berdasarkan jenis kelamin, terlihat bahwa sebanyak 80 responden berjenis kelamin laki-laki (73%) dan sebanyak 30 responden berjenis kelamin perempuan (27%). Hal ini dapat dilihat pada Gambar 2.
30; 27%
Laki-laki 80; 73%
Perempuan
Gambar 2. Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin Hasil ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Pal dan Grera (2010) yang melaksanakan penelitian tentang kejadian PJK di Afrika menunjukkan bahwa paling banyak berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 68,57% pada kelompok kasus dan 68,78% pada kelompok kontrol,
sedangkan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 31,43% pada kelompok kasus dan 31,22% pada kelompok kontrol. Selanjutnya, penelitian yang dilakukan oleh Nurhayati (2011) di RSD dr. Soebandi Jember menemukan bahwa dari 192 responden sebanyak 73,8% berjenis kelamin laki-laki. Gejala PJK di Amerika Serikat sebelum umur 60 tahun ditemukan pada 1 dari 5 laki-laki dan 1 dari 17 perempuan, ini berarti bahwa laki-laki mempunyai risiko PJK 2-3 kali lebih besar daripada perempuan. Pada beberapa perempuan pemakai alat kontrasepsi (estrogen) dan selama kehamilan maka memicu terjadinya peningkatan kadar kolesterol. Pada wanita hamil, jumlah kadar kolesterol akan kembali normal 20 minggu setelah melahirkan. Estrogen dapat meningkatkan mekanisme PJK antara lain: peningkatan kolesterol serum total, peningkatan LDL, peningkatan trigliserida serum, intoleransi glukosa (DM), kecenderungan trombositosis, peningkatan tekanan darah dan tonus otot polos arteri koronaria. Angka kematian usia muda lebih tinggi pada laki-laki dibandingkan dengan pada wanita, tetapi setelah usia menopause hampir tidak ada perbedaan angka kematian antara laki-laki dan perempuan (Anwar, 1997) Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang dilakukan oleh Sayeed, et al (2010) tentang prevalensi dan faktorfaktor risiko PJK di masyarakat perkotaan Bangladesh menunjukkan bahwa sebagian besar responden yaitu 2392 responden (38,36%) berjenis kelamin perempuan. Selanjutnya, Jousilahti, et al (1999) yang melaksanakan penelitian serupa di Finlandia menemukan bahwa sebanyak 7696 responden (52,05%) berjenis kelamin perempuan. Hasil yang sejalan juga diperoleh dari penelitian yang dilakukan di Amerika Serikat dimana sebanyak 1.546 responden (61,2%) dan di Medan sebanyak 94 responden (67,1%) berjenis kelamin perempuan (Kuklina, et al, 2010; Nababan, 2008). Perbedaan hasil yang diperoleh dengan penelitian sebelumnya disebabkan karena adanya proses hormonal dimana hormon estrogen pada wanita memberikan efek melindungi terhadap faktor risiko PJK 13
seperti dapat meningkatkan kolesterol lipoprotein densitas tinggi (HDL) dan menurunkan kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL) sehingga pada umur sebelum menopause kejadian PJK lebih banyak terjadi pada mereka yang berjenis kelamin laki-laki. Selanjutnya, setelah masa menopause risiko PJK pada jenis kelamin perempuan dan laki-laki sama (Harshel, 1994). Menurut Anwar (1997), timbulnya PJK pada wanita secara bermakna sangat tergantung pada umur, karena pada umumnya sesudah menopause akan mengalami peningkatan risiko terkena PJK karena tidak ada lagi hormon estrogen yang secara alamiah melindungi wanita dari PJK. Hasil tersebut dapat dimengerti karena kejadian PJK bukanlah kejadian yang terjadi secara tiba-tiba (akut) namun
membutuhkan waktu yang lama (kronis). Selain itu, dengan bertambahnya umur seseorang maka semakin tua bagian organ tubuh manusia sehingga semakin menurun kemampuan untuk berfungsi dan jika hal ini dikombinasikan dengan faktor-faktor genetic dan faktor lainnya, maka hal ini potensial meningkatkan terjadinya PJK. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-laki yaitu sebanyak 80 responden (72,7%). Untuk melihat distribusi frekuensi jenis kelamin berdasarkan umur pada kelompok penderita PJK, maka dibuat dalam bentuk tabulasi silang (cross tabulation) seperti terlihat pada Tabel 1.
Tabel 1. Hasil tabulasi silang antara jenis kelamin dan kelompok umur Kelompok Umur Jenis Kelamin Total 18-39 tahun 40-59 tahun > 59 tahun (Dewasa Muda) (Dewasa Madya) (Dewasa Lanjut) Laki-laki 0 (0.0%) 19 (23.8%) 61 (76.3%) 80 (100%) Perempuan 1 (3.3%) 3 (10.0%) 26 (86.7%) 30 (100%) Total 1 (0.9%) 22 (20.0%) 87 (79.1%) 110 (100%) Berdasarkan Tabel 1, terlihat bahwa pada mengalami peningkatan risiko terkena umur 40-59 tahun jumlah penderita PJK PJK karena tidak ada lagi hormone yang berjenis kelamin laki-laki lebih estrogen yang secara alamiah melindungi banyak yaitu 23,8% sedangkan wanita dari PJK. perempuan hanya sekitar 10,0%. Namun terjadi peningkatan secara signifikan pada 3. Riwayat Keluarga umur > 59 tahun yaitu 76,3 % untuk lakiBerdasarkan riwayat keluarga, terlihat laki dan 86,7% untuk perempuan. Hal ini bahwa sebanyak 56 responden tidak menunjukkan adanya peningkatan memiliki riwayat PJK (51%) dan sebanyak signifikan ketika perempuan telah 54 responden memiliki riwayat PJK berumur lebih dari 40 tahun. (49%). Hal ini dapat dilihat pada Gambar Hasil penelitian ini sesuai dengan 3. penelitian sebelumnya yang menyatakan bahwa hormone estrogen pada wanita memberikan efek melindungi terhadap faktor risiko PJK seperti dapat 54; 56; meningkatkan kolesterol lipoprotein 49% 51% densitas tinggi (HDL) dan menurunkan kolesterol lipoprotein densitas rendah (LDL). Selanjutnya, setelah masa menopause risiko PJK pada jenis kelamin perempuan dan laki-laki sama (Harshel, Ada Tidak ada 1994). Menurut Anwar (1997), timbulnya Gambar 3. Distribusi Responden PJK pada wanita secara bermakna sangat Berdasarkan Riwayat PJK tergantung pada umur, karena pada umumnya sesudah menopause akan 14
Hasil penelitian ini sesuai dengan teori yang disampaikan oleh Manning (1994) yang menyatakan bahwa PJK cenderung terjadi pada mereka yang orang tuanya menderita PJK dini. Jika kedua orang tua menderita PJK pada umur muda, maka anaknya memiliki risiko yang lebih tinggi untuk berkembangnya PJK daripada bila hanya seorang atau tidak ada yang menderita PJK. Hal ini terjadi karena adanya kromosom yang merupakan bagian sel yang memuat sifat-sifat keturunan (genetika). Gen untuk sifat-sifat tertentu (specific trait) diturunkan secara berpasangan yaitu satu gen dari ibu dan satu gen dari bapak. SIMPULAN Setelah melaksanakan penelitian dan menganalisis data yang diperoleh maka dapat ditarik kesimpulan yaitu berdasarkan kelompok umur paling banyak berumur > 59 tahun sebanyak 79%, berjenis kelamin lakilaki sebanyak 73% dan tidak memiliki riwayat keluarga sebanyak 51%. SARAN Pada akhir penelitian ini, berdasarkan hasil yang diperoleh maka beberapa saran yang bisa diberikan, yaitu: 1. Bagi tenaga kesehatan dapat melakukan tindakan promosi sebagai tindakan pencegahan terutama bagi masyarakat yang mempunyai faktor risiko yang tinggi, dengan cara memberikan penyuluhan kepada masyarakat tentang penyebab PJK. 2. Bagi masyarakat dapat secara rutin melakukan pemeriksaan klinis (khususnya untuk mereka yang hipertensi (tekanan darah ≥ 140 / 90 mmHg ), berumur diatas 40 tahun, kebiasaan merokok, perilaku tipe A dan masyarakat yang mempunyai riwayat penyakit jantung) dan mempraktekkan pola hidup sehat. 3. Selain penelitian mencari hubungan hipertensi dengan kejadian penyakit jantung koroner, peneliti menyarankan dilakukan penelitian lainnya seperti perbandingan risiko terjadinya PJK pada mereka yang hipertensi diastolik, sistolik dan keduanya.
DAFTAR PUSTAKA Anonim. 2004. Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Badan Pusat Statistik. Jakarta Anonim. 2008. Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta Anwar, T.B. 1997. Faktor-faktor Risiko PJK. Bagian Ilmu Gizi FK USU. Medan. Hanafiah, L.A. 2006. Penyakit Jantung Ancam Kaum Muda. (online) (http://www.kapanlagi.com/newp/h/000 0141299.html) diakses pada tanggal 1 November 2010. Harshel. 1994. Estrogen dan Jenis Kelamin dalam Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. Penatalaksanaan Praktis Faktor-faktor risiko. Editor Kaplan, Stamler. Alih Bahasa oleh Sukwan Handali. EGC. Jakarta Houston, M.C. 2002. Hypertension Coronary Heart Disease Risk Factor Management. Clinical Autonomic Research. Volume 3(6) pp. 357-361 Jousilahti, P., E. Vartiainen, J. Tuomilehto, dan P. Puska. 1999. Sex, Age, Cardivascular Risk Factors, and Coronary Heart Disease : A Prospective Follow-up Study of 14.786 MiddleAged Men and Women in Finland. Jounral of The American Heart Association. Volume 9(9) pp 11651172 Kuklina E.V., P.W. Yoon, dan N.L. Keenan. 2010. Prevalence of Coronary Heart Disease Risk Factors and Screening for High Cholesterol Levels Among Young Adults, United States, 1999-2006. Journal Annals of Family Medicine. Volume 8(4) pp 327-333 Manning. 1994. Genetika dalam Pencegahan Penyakit Jantung Koroner. EGC. Jakarta Moser, M. 2003. Hypertension treatment and the Prevention of Coronary Heart Disease in the Elderly. Yale University School of Medicine. New Heaven. Connecticut Nababan, D. 2008. Hubungan Faktor Risiko dan Karakteristik Penderita dengan Kejadian Penyakit Jantung Koroner di RSU Dr. Pringadi Medan tahun 2008. Tesis Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara Medan 15
Nurhayati. 2011. Analisis Faktor Resiko Penyakit Jantung Koroner pada Penderita di RSD dr. Soebandi Jember. Tesis. Universitas Jember Pal, R.K., dan A. Grera. 2010. Coronary Artery Disease in Africa: Community based study of Risk Factors. British Journal of Medical Practioners. Volume 3(2) pp 326-330 Sayeed, M.A., H. Mahtab, S. Sayeed, T. Begum, P.A. Khanam, dan A. Banu. 2010. Prevalence and Risk Factors of Coronary Heart Disease in Rural Population of Bangladesh. Journal of Ibrahim Med. Coll. 4(2) pp 37-43
Schwantdt, H.M., J. Coresh, dan M.J. Hindia. 2010. Marital Status, Hypertension, Coronary Heart Disease, Diabetes and Death Among African American Women and Men : Incidence and Prevalence in the Atherosclerosis risk in Communities (ARIC). Journal of Family Issue. Volume 3(9) pp. 12111229 Soeharto, I. 2002. Kolesterol dan Lemak Jahat Kolesterol, Lemak Baik dan Proses Terjadinya Serangan Jantung dan Stroke. Cetakan Kedua. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta
16