Karakteristik Fisiko-Kimia Radiofarmaka 99m Tc-Human Serum Albumin (HSA)-Nanosfer (Nanny Kartini)
ISSN 1411 – 3481
KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA RADIOFARMAKA Tc-HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)-NANOSFER
99m
Nanny Kartini Oekar, Eva Maria Widyasari, Epy Isabela Pusat Teknologi Nuklir Bahan dan Radiometri – BATAN Jl. Tamansari 71, Bandung 40132 E-mail:
[email protected] ABSTRAK KARAKTERISTIK FISIKO-KIMIA RADIOFARMAKA 99mTc-HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)-NANOSFER. Metode lymphoscintigraphy (limfosintigrafi) adalah metode diagnosis yang dilakukan dengan menyuntikkan sediaan radiofarmasi yang berbentuk nanokoloid dengan ukuran ideal 100-200 nm, bertanda radionuklida teknesium-99m (99mTc) secara intradermal, subkutan atau peritumoral. Pergerakan radiofarmaka tersebut dideteksi dari luar tubuh dengan kamera gamma atau probe khusus untuk limfosintigrafi yang dilakukan secara paralel dengan pembedahan tumor/kanker terutama kanker payudara (breast cancer). Tahun 2006 dan 2007 telah berhasil diteliti pembuatan sediaan 99mTc-HSA-nanosfer yang merupakan salah satu sediaan nanokoloid yang bersifat biodegredable dan bioavailable. Pada tahun 2008 dipelajari karakteristik fisiko-kimianya, meliputi: kemurnian radiokimia, pH sediaan, lipofilisitas, besarnya ikatan dengan protein plasma, muatan listrik, kestabilan pada penyimpanan pada suhu tertentu dan kestabilan plasmatiknya. Hasilnya menunjukkan bahwa radiofarmaka 99mTc-HSA-nanosfer mempunyai kemurnian radiokimia 92,1± 2,6%, pH sediaan 6,5–7, angka lipofilisitasnya 0,127±0,03, ikatan dengan protein plasma 89,6 ± 1,2% dan mempunyai muatan listrik netral. Setelah 30 menit disimpan pada temperatur kamar kemurnian radiokimianya turun menjadi 71%, sedangkan apabila disimpan pada temperatur 4oC (lemari es) sampai satu jam kemurnian radiokimianya masih > 90%. Kestabilan plasmatik yang ditentukan secara in-vitro menunjukkan bahwa kemurnian radiokimia turun secara drastis, dimulai dari 30 menit kemudian 1 jam, yaitu sebesar 61,8 % dan 55,9%, tetapi pada 2, 3 dan sampai 4 jam berikutnya angka ini tidak berubah signifikan yaitu 57,8%, 51,2%, 52% dan setelah 24 jam menjadi 8,2%. Kata kunci: limfosintigrafi, nanokoloid, karakteristik fisiko-kimia, HSA-nanosfer, stabilitas ABSTRACT PHYSICAL-CHEMISTRY CHARACTERISTIC OF 99mTc-HUMAN SERUM ALBUMIN (HSA)-NANOSPHERES RADIOPHARMACEUTICAL. Lymphoscintigraphy is one of diagnostic method which is conducted by injecting a colloidal radiopharmaceutical labelled technetium-99m which have ideally size of 100-200 nm in diameters by intradermal, subcutanous or peritumoral route. The radiopharmaceutical movement in the lymphatic vessel can be detected from externalside using gamma camera or a special probe for lymphosintigraphy parallelly with surgery of tumor or cancer especially breast cancer. In the year of 2006 and 2007 have succeeded to be carried out designed and formulated of 99mTcHSA-nanospheres is representing one of the nanocolloid radiopharmaceutical which is having the biodegredable and bioavailable characters. In the year of 2008, the study was continued to study of phycical-chemistry characteristic of 99mTc-HSA-nanospheres, including radiochemical purity, pH, lypophilicity, plasma protein binding, electricity charge, stability after storage at certain temperature and in the plasmatic media. The results shows that 99mTc-HSAnanospheres radiopharmaceutical have radiochemical purity of 92,1 ± 2,6%, pH = 6,5 - 7, its number of lypophilicity was 0,127 ± 0,03, plasma protein binding 89,6 ± 1,2% and neutral electricity charge. After 30 minutes, it was kept at room temperature, its radiochemical purity slow down became 71%, while if it was kept at temperature of 4oC (refrigerator) after one hour the radiochemical purity still more than 90%. In vitro plasmatic stability indicated that radiochemical purity was go down drastically, started from 30 minutes later, then one hour that was 61,8 % and 55,9%, and at 2, 3 and until four hours storage this value did not change significantly that was 57,8%, 51,2%, 52% and after 24 hours became 8,2 %. Key words: lymphoscintigraphy, nanocolloid, nanospheres, stability
physical-chemistry
characteristics,
HSA-
35
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XI, No. 1, Februari 2010: 35-44
ISSN 1411 – 3481
sebaiknya dilaksanakan dengan menggu-
1. PENDAHULUAN Lymphoscintigraphy
(limfosintigrafi)
nakan radiofarmaka berukuran 50-300 nm,
banyak disarankan oleh para tenaga medis
dan ukuran yang ideal 100-200 nm. Apabila
terutama
sebagai
digunakan partikel dengan ukuran <50 nm,
metode komplementer untuk mengetahui
radiofarmaka tersebut akan cepat dialirkan
keadaan saluran limfatik dari para pasien
ke dalam saluran limfatik, sehingga pencit-
penderita kanker payudara (breast cancer),
raan harus dilakukan dengan terburu-buru,
kanker ovarium (ovarium cancer), kanker
dan gambaran saluran limfatik menjadi ce-
prostat (prostate cancer) dan kanker naso-
pat kabur. Sebaliknya, apabila ukuran par-
faring
NFC).
tikel >300 nm, maka radiofarmaka ini akan
Keberhasilan suatu pembedahan atau terapi
lama tertinggal pada daerah penyuntikan
kanker tersebut, dapat dipantau dengan
dan pencitraan limfosintigrafi menjadi sangat
cara melihat sentinel node (SN) pada
lama. Hal tersebut akan memberikan kesu-
saluran limfatik pasien dengan metode
litan secara teknis pada saat dilaksanakan
limfosintigrafi, sehingga tindak lanjut pem-
limfosintigrafi yang bersamaan dengan pro-
bedahan atau pengobatan dapat dirancang
ses pembedahan tumor/kanker (1,2,8).
ahli
bedah-onkologi
(naso-pharynx
cancer
/
dengan sebaik-baiknya (1,2).
Pada tahun 2006 dan 2007 dari se-
Kelainan yang sering terjadi juga di
rangkaian penelitian (10,11), telah dihasil-
dalam saluran limfatik yaitu penyumbatan
kan
yang disebabkan oleh cacing filaria pada
nanosfer dengan ukuran yang ideal yaitu
penderita filariasis atau lebih dikenal dengan
100-200 nm, dan metode penandaan terbaik
penyakit kaki gajah (3). Menurut data dari
untuk partikel HSA-nanosfer dengan radio-
Departemen Kesehatan RI, di beberapa
nuklida teknesium-99m. Metode penandaan
daerah di Indonesia penyakit ini pada
tersebut dapat menghasilkan senyawa ber-
beberapa tahun terakhir menjadi penyakit
tanda
endemik yang jumlah penderitanya
ber-
penandaan > 90%, dan dikarenakan ukuran
tambah secara signifikan (4-7). Diharapkan
partikelnya yang ideal diharapkan retensinya
deteksi penyakit tersebut dapat dilakukan
dalam saluran limfe menjadi lebih baik dari
lebih dini dengan memanfaatkan metode
radiofarmaka
limfosintigrafi ini.
karena dibuat dari protein yang ada dalam
metode
99m
pembuatan
partikel
HSA-
Tc-HSA-nanosfer dengan efisiensi
99m
Tc-sulfur koloid. Selain itu,
Sejauh ini, pelaksanaan limfosintigrafi
tubuh manusia yaitu human serum albumin
di kedokteran nuklir di Indonesia dilakukan
(HSA), diharapkan apabila disuntikkan keda-
99m
Tc-
lam tubuh manusia, akan lebih spesifik dan
sulfur mikrokoloid. Kelemahan dari radiofar-
lebih stabil, sehingga keberadaan senyawa
maka ini adalah untuk proses limfosintigrafi
bertanda
dibutuhkan waktu yang lama sampai lebih
memberikan manfaat di bidang kedokteran
dari 2 jam. Hal ini disebabkan karena ukuran
nuklir yaitu sebagai radiofarmaka yang ideal
dengan menggunakan radiofarmaka
partikel dari
99m
Tc-sulfur mikrokoloid yang
besar ( 2–10 µm). Metode limfosintigrafi
99m
Tc-HSA-nanosfer tersebut akan
untuk limfosintigrafi. Sebelum
radiofarmaka
99m
Tc-HSA36
Karakteristik Fisiko-Kimia Radiofarmaka 99m Tc-Human Serum Albumin (HSA)-Nanosfer (Nanny Kartini)
ISSN 1411 – 3481
nanosfer ini digunakan secara klinis ke ma-
sis kertas (Gelman) dan seperangkat alat
nusia, harus diketahui dulu sifat-sifat fisiko-
kromatografi kertas menaik.
kimia dan biologisnya, sehingga penggunaan selanjutnya tidak menimbulkan efek yang
3. TATA KERJA
membahayakan dan merugikan (9,12,13).
3.1. Penyediaan dan evaluasi kit HSAnanosfer
Untuk tujuan itu, pada tahun 2008 telah dilakukan karakterisasi fisiko-kimia dan bio99m
Kit HSA-nanosfer dibuat mengguna-
Tc-HSA-nanosfer.
kan formula yang diperoleh dari hasil pene-
Karya tulis ilmiah ini akan membahas karak-
litian sebelumnya (11), yaitu sebagai berikut:
logis dari radiofarmaka
teristik fisika dan kimia radiofarmaka
99m
Tc-
larutan HSA-nanosfer sebanyak 25 µL, SnCl2.2H2O sebanyak 250 µg yang telah
HSA-nanosfer.
dicampurkan
dengan
Na-pirofosfat
sebanyak 1,875 mg dalam air untuk injeksi
2. BAHAN DAN PERALATAN Bahan yang digunakan dalam pene-
dengan pH 7,4. Campuran
ini kemudian
litian ini adalah kit radiofarmaka HSA-na-
diinkubasi dalam inkubator (37oC) selama
nosfer yang telah diformulasi dan dibuat di
15 menit dan setelah itu dikeringkan dengan
PTNBR-BATAN, Bandung (3) dalam keada-
cara lio-filisasi menggunakan alat freeze
an steril, dan larutan Generator
99
Mo-
99m
99m
Tc-perteknetat dari
Tc buatan PT. Batan
Teknologi, Serpong. Bahan lainnya adalah
dryer (Lab-conco) selama 48 jam sampai kering sempurna. dengan
Penandaan dilakukan
menambahkan
radionuklida
99m
Tc-perteknetat
metanol, asam klorida, n-oktanol, NaH2
teknesium-99m berbentuk
PO4.2H20, Na2HPO4.10H2O, etanol absolut,
dengan volume tidak lebih dari 1000 µL,
triklororo asetat (TCA) dan asetonitril se-
campuran diaduk dengan pengaduk vortex
muanya buatan E.Merck. Kemudian larutan
dan kemudian sediaan diinkubasi pada
NaCl fisiologis steril dan air untuk injeksi
temperatur kamar selama 15 menit untuk
buatan IPHA.
memberi waktu agar reaksi penandaan
Bahan penunjang yang digunakan a-
berlangsung (10). Setelah itu, radioaktivitas 99m
Tc-HSA-nanosfer
diukur
dalah kertas pH universal, kertas kromato-
sediaan
grafi Whatman-3MM, Whatman-1 dan alat
menggunakan
suntik disposable steril (Terumo) berbagai
selanjutnya
ukuran.
karakteristik fisiko-kimianya ditentukan.
vortex,
inkubator
(Memmert)
kemurnian
dose
calibrator,
radiokimia
dan
Kemurnian radiokimia dan efisiensi
Peralatan yang digunakan adalah alat pengaduk
alat
penandaan ditentukan secara
bersamaan
pengering beku-vakum (Labconco), penca-
yaitu dengan metode kromatografi kertas
cah saluran tunggal (Ortec), dose calibrator
menaik menggunakan fase diam berupa
(Slumberger) timbangan analitis (Mettler),
kertas Whatman 3MM, dan tiga macam fase
vial gelas ukuran 12 mL lengkap dengan tu-
gerak yang masing-masing dapat memisah-
tup karet kaki tiga dan seal aluminium bua-
kan pengotor radiokimia dari radiofarmaka
tan Labconco, seperangkat alat elektrofore-
99m
Tc-HSA-nanosfer yang terbentuk. Sistem
37
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XI, No. 1, Februari 2010: 35-44
ISSN 1411 – 3481
kromatografi kertas dengan fase diam kertas
bagian tengah sampai dengan negatif (-)15
Whatman 3MM/fase gerak metanol 95%,
pada salah satu sisi, dan positif (+)15 pada
dapat
radiokimia
sisi yang lainnya. Potongan kertas ini kemu-
Tc-perteknetat bebas, sedangkan sistem
dian dipasangkan pada alat elektroforesis
Whatman 3MM/NaCl 0,9 % dapat memisah-
dan titik nol berada ditengah-tengah dan sisi
99m
memisahkan
pengotor
99m
Tc-pirofosfat
negatif diletakkan pada sisi katoda, sedang-
yang mungkin terbentuk dimana ini akan
kan sisi positif pada sisi lainnya. Setelah se-
bergerak
dengan
luruh permukaan kertas dibasahi dengan
Tc-perteknetat sisa yang bebas
pelarut yang digunakan untuk elektrofore-
kan pengotor radiokimia
pengotor
naik 99m
(Rf=0,6–0,9). besarnya
bersama-sama
Apabila
ingin
pengotor
tereduksi
baik
maupun
99m
radiokimia
dalam
99m
bentuk
Tc-
TcO2
sis, dalam hal ini digunakan larutan dapar fosfat 0,05 N pH=7, maka di titik 0 diteteskan radiofarmaka
99m
Tc-HSA-nanosfer yang
akan dianalisis. Kemudian alat elektrofore-
dapat
sis ditutup, dan arus listrik mulai dialirkan
digunakan sistem kromatografi ketiga yaitu
dengan perbedaan tegangan antara dua ku-
fase diam kertas Whatman 3MM dan fase
tub 300 Volt (V) selama 1 -1,5 jam. Setelah
gerak HCl 1N, dimana dengan sistem ini
waktu yang ditentukan selesai, maka arus
senyawa pengotor tadi akan tinggal dititik
listrik dimatikan, dan kertas diangkat dan
awal (Rf = 0) sedangkan senyawa bertanda
dikeringkan.Tiap cm kertas tersebut dipo-
berbentuk
99m
yang
99m
keduanya
diketahui
Tc(OH)2
mengetahui
koloid,
Tc-
tong-potong dan setiap potongan kertas di-
Tc-pirofosfat akan naik
cacah dengan alat pencacah saluran tung-
dengan Rf = 0,7 – 0,9. Dengan mengga-
gal pada saluran yang sesuai untuk energi
bungkan hasil dari ketiga sistem kroma-
teknesium-99m, dengan jalan mengatur be-
tografi tersebut dapat diketahui besarnya
sarnya jendela energi untuk batas atas (up-
lainnya yaitu
perteknetat dan
Tc-HSA-nanosfer,
99m
99m
kemurnian radiokimia
99m
Tc-HSA-nanosfer
(10,11).
per level) dan batas bawah (lower level). Dari hasil elektroforesis kertas ini dapat diketahui muatan listrik radiofarmaka
99m
Tc-
3.2. Karakterisasi fisiko-kimia radiofarmaka 99mTc-HSA-nanosfer
HSA-nanosfer (netral, positif atau negatif).
3.2.1. Penentuan muatan listrik radiofarmaka 99mTc-HSA-nanosfer
3.2.2. Penentuan sifat lipofilisitas
Muatan listrik radiofarmaka
99m
Tc-
HSA-nanosfer ditentukan dengan metode elektroforesis kertas. Fase diam/bahan penyangga
yang
digunakan
adalah
kertas
Whatman 1 dengan ukuran 30 x 1,5 cm yang telah diberi tanda pada setiap sentimeternya dengan angka-angka dari 0 pada
Sebanyak 100 µL sediaan 99mTc-HSAnanosfer ditambahkan ke dalam tabung reaksi yang telah berisi 1 mL n-oktanol (fraksi oktanol) dan 1 mL
larutan NaCl fisiologis
(0,9%) pH 7,4 (fraksi air). Campuran ini di aduk dengan pengaduk vortex selama 5 menit dan disentrifuga pada 3000 rpm selama 15 menit, kemudian fraksi oktanol diambil cuplikannya sebanyak 10 µL dan 38
Karakteristik Fisiko-Kimia Radiofarmaka 99m Tc-Human Serum Albumin (HSA)-Nanosfer (Nanny Kartini)
ISSN 1411 – 3481
dicacah dengan alat pencacah saluran
hadap fraksi supernatan ditambah larutan
tunggal. Ke dalam fraksi air ditambahkan
TCA 5% diaduk dan disentrifuga pada 3000
lagi sebanyak 1 mL n-oktanol dan proses
rpm selama 15 menit. Setelah itu masing-
pengocokan dan pemisahan dilakukan lagi
masing dari semua fraksi endapan dan
se-perti di atas untuk beberapa kali sampai
supernatan
ra-dioaktivitas di fraksi
diukur
oktanol konstan.
disatukan
dengan
alat
dan
radioaktivitas
dose
calibrator.
Sete-lah itu, aktivitas dari masing-masing
Besarnya ikatan protein plasma dapat diukur
fraksi air dan oktanol diukur dengan alat
dengan menggunakan rumus di bawah ini :
dose ca-librator. Lipofilisitas dapat dihitung dari hasil pengukuran ini dengan rumus : Lipofilisitas = log P(oct),
3.2.4. Penentuan kestabilan radiofarmaka 99m Tc-HSA-nanosfer
dimana
3.2.4.1. Stabilitas pada penyimpanan setelah penandaan Dua buah vial yang berisi 3.2.3. Penentuan besarnya ikatan dengan protein plasma
99m
Tc-HSA-
nanosfer yang telah ditentukan kemurnian radiokimianya, satu vial disimpan pada tem-
Ke dalam tabung reaksi dimasukkan
peratur kamar dan vial lain disimpan dalam
Tc-HSA-nano-
lemari es pada temperatur 4oC. Pada wak-
sfer, ditambah 500 µL serum darah manu-
tu-waktu tertentu dari masing-masing vial di-
sia dan campuran di aduk dengan pengaduk
ambil cuplikan sediaannya dan ditotolkan
vortex selama 5 menit. Setelah radioaktivi-
pada kertas kromatografi Whatman 3MM,
tas dari campuran ini diukur dengan alat
kemudian dilakukan kromatografi dengan
dose calibrator, kemudian diinkubasi dalam
sistem kromatografi seperti telah disebutkan
sebanyak 50 µL sediaan
99m
o
inkubator pada 37 C selama 10 menit.
di atas. Besarnya kemurnian radiokimia dari
Sebanyak 1 mL larutan 5% trikloro asetat
masing-masing cuplikan dapat dihitung dan
(TCA) ditambahkan ke dalamnya dan cam-
hasil kemurnian radiokimia dari kedua ke-
puran diaduk dengan pengaduk vortex.
lompok vial tadi dibandingkan. Percobaan
Kemudian disentrifuga selama 15 menit
ini diulang beberapa kali sehingga diperoleh
dengan kecepatan putaran 3000 rpm, fraksi
hasil yang sahih.
endapan dan supernatan dipisahkan.
Ke
dalam endapan ditambahkan sebanyak 1 mL larutan NaCl 0,9% pH 7,4 kemudian proses pengadukan, sentrifugasi dan pemisahan endapan diulang seperti prosedur di atas beberapa kali sehingga tidak lagi terbentuk endapan pada saat penambahan larutan TCA 5%. Demikian pula halnya ter-
3.2.4.2. Stabilitas plasmatik dalam plasma darah)
(stabilitas
Sebanyak 100 µL radiofarmaka 99mTcHSA-nanosfer yang telah diketahui radioaktivitas dan kemurnian radiokimianya ditambahi 900 µL plasma manusia (human plasma), dan vial divakum secara manual, 39
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XI, No. 1, Februari 2010: 35-44
ISSN 1411 – 3481
kemudian diaduk dengan pengaduk vortex.
untuk limfosintigrafi harus ditentukan dahulu
Setelah itu diinkubasi dalam inkubator pada
karakteristik fisiko-kimianya.
o
37 C selama 30 menit, 1, 2, 3 dan 4 jam.
Karakteristik pertama yang dipelajari
Setiap waktu tertentu tersebut, 100 µL se-
adalah
diaan tadi diambil dan ditambahi dengan
99m
100 µL asetonitril p.a., kemudian diaduk
kertas.
dengan pengaduk vortex. Setelah itu cam-
sediaan tersebut bermuatan netral yang ter-
puran disentrifuga selama 5 menit untuk
bukti setelah proses elektroforesis selesai
memisahkan endapan dari supernatannya.
radioaktivitas dari
Endapan dan supernatan harus terpisah
tinggal di titik 0 (titik awal), ditengah-tengah
sempurna, dan cuplikan dari supernatan di-
tidak bergerak ke arah katoda atau elektro-
ambil untuk dikromatografi dengan kro-
da negatif (-) dan juga tidak ke arah anoda
matografi kertas yang sesuai seperti telah
atau elektroda positif (+). Berbeda halnya
disebutkan di atas. Sisa sediaan dimasuk-
dengan
kan kembali kedalam inkubator untuk pe-
lam elektrogram bergerak kearah anoda dan
nentuan stabilitas plasmatik pada
ini menunjukkan bahwa
waktu
muatan listrik dari radiofarmaka
Tc-HSA-nanosfer dengan elektroforesis Hasilnya
99m
menunjukkan
99m
bahwa
Tc-HSA-nanosfer tetap
Tc-perteknetat yang tampak da99m
TcO4- memang
bermuatan negatif (Gambar 1).
penyimpanan selanjutnya. Sebagai blanko (tanpa plasma), percobaan dilakukan seperti tersebut di atas,
160000 140000
tetapi plasma diganti dengan dapar fosfat radioaktivitas
120000
0,01N pH=7,4. Percobaan diulang beberapa kali, hasilnya dihitung dan dibandingkan dengan kontrol (blanko).
100000 80000 60000 40000 20000 0 -15
-10
-5
4. HASIL DAN PEMBAHASAN Dari beberapa
sediaan
99m
Tc-HSA-
evaluasi tentang kemurnian radiokimianya
5
99mTc-HSA-nanosfer
10
15
yang telah dijelaskan dalam Tata Kerja, ternyata radiofarmaka tersebut mempunyai kemurnian radiokimia 92,1 ± 2,6%. Hal ini sudah cukup untuk memenuhi kebutuhan akan radiofarmaka yang baik yaitu > 90% (9,12). Demikian pula pH dari sediaan ini, menunjukkan bahwa pH akhir sediaan berkisar antara 6,5–7,0. digunakan
untuk
tujuan ke manusia sebagai radiofarmaka
99mTc-perteknetat
Gambar 1. Hasil elektroforesis 99mTc-HSA-nano99m Tc-perteknetat sfer dan
dengan sistem kromatografi terpilih seperti
dapat
0
arah migrasi
nanosfer yang dibuat dan setelah dilakukan
Sebelum
-20000
Pada puncak
99m
Gambar
1
terlihat
setelah
Tc-HSA-nanosfer yang berada
pada titik 0, ada puncak kedua di titik +3, ini dimungkinkan 99m
kare-na
adanya
senyawa
Tc-pirofosfat bebas sebagai pengotor
radiokimia bagi
99m
Tc-HSA-nanosfer yang
bermigrasi ke arah anoda tetapi tidak sejauh 99m
Tc-perteknetat (titik +6). Besarnya jumlah
yang
bercampur/larut
99m
Tc-HSA-nanosfer dalam
oktanol 40
Karakteristik Fisiko-Kimia Radiofarmaka 99m Tc-Human Serum Albumin (HSA)-Nanosfer (Nanny Kartini)
ISSN 1411 – 3481 99m
tergantung pada koefisien partisi oktanol/air
Data kestabilan radiofarmaka
(O/A) dari senyawa tersebut. Makin tinggi
HSA-nanosfer perlu untuk diinformasikan
koefi-sien partisinya menunjukkan bahwa
kepada pengguna yaitu rumah sakit, sehing-
senyawa itu
makin lipofil artinya makin
ga radiofarmasis di kedokteran nuklir dapat
mudah terlarut dalam lemak. Sebaliknya
mengetahui sejauh mana kestabilan sediaan
apabila koefisien O/A nya makin rendah
ini apabila harus disimpan untuk menunggu
senyawa tersebut lebih mu-dah larut dalam
penggunaan ke pasien berikutnya, dengan
fase
hidrofil.
demikian para dokter ahli kedokteran nuklir
Dengan menghitung besarnya ca-cahan
dapat merencanakan berapa pasien yang
radioaktivitas dalam fase oktanol di-banding
dapat dilayani menggunakan satu vial radio-
dengan radioaktivitas dalam fase air dapat
farmaka
99m
diketahui koefisien partisinya, se-dangkan
yang
diperoleh
lipofilisitasnya dinyatakan dengan P(oct/air)
penyimpanan pada temperatur kamar dapat
yang sama dengan logaritma dari koefisien
cepat merusak sediaan, yang terbukti pada
partisi O/A (13). Dari hasil bebe-rapa kali
Gambar 2, bahwa setelah penyimpanan
percobaan
air
atau
disebut
bersifat
Tc-HSA-nanosfer.
Dari
ternyata
Tc-
hasil bahwa
dipero-leh
bahwa
angka
selama 30 menit kemurnian radiokimia telah
adalah
0,127±0,03
yang
turun menjadi 85%, dan setelah 60 menit
membuktikan bahwa senyawa ini sangat
menjadi 71%. Apabila sediaan tersebut
mudah bercampur dengan air atau hidrofil.
disim-pan
lipofilisitasnya
Besarnya ikatan dengan protein plas99m
ma dari sediaan
Tc-HSA-nanosfer yang
diperoleh dari beberapa kali percobaan adalah
dilemari
pendingin
dengan
o
temperatur sekitar 4 C, sampai satu jam penyimpanan,
kemurnian radiokimianya
masih tetap bertahan > 90%.
89,6±1,2%. Besaran ini memperlihat-
kan bahwa radiofarmaka
99m
Tc-HSA-nano-
100 90
plasma.
Hal ini mudah dimengerti karena
HSA-nanosfer pun dibuat dari bahan dasar albumin serum darah manusia, jadi dengan 99m
mudahnya
Tc-HSA-nanosfer
akan
% 99mTc-HSA-nanosfer
sfer sangat mudah berikatan dengan protein
80 70 60 50 40 30 20 10
berikatan dengan protein plasma karena sama-sama
terbuat
dari
0 0
1
albumin.
Kemungkinan lain yang dapat terjadi adalah, setelah
larutan
TCA
5%
kedalam
sediaan
99m
senyawa
tersebut
akan
2
3
4
5
waktu penyimpanan (jam) penyimpanan pada t-kamar
penyimpanan pada 4 oC
dalam plasma
dalam dapar fosfat (blanko)
ditambahkan
Tc-HSA-nanosfer, terendapkan
Gambar 2. Kurva kestabilan 99mTc-HSA-nanosfer pada berbagai kondisi penyimpanan
bersama-sama dengan protein plasma yang
Data
ada
akan
pengguna, bahwa kalau sediaan ini akan
ikatan
digunakan oleh lebih dari satu pasien pada
dalam
menyebabkan
media. hasil
Hal
ini
penentuan
dengan protein plasma menjadi lebih tinggi.
ini
dapat
diinformasikan
kepada
waktu yang tidak bersamaan, radiofarmaka
41
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XI, No. 1, Februari 2010: 35-44 99m
ISSN 1411 – 3481
Tc-HSA-nanosfer harus disimpan dalam
nian radiokimia yang menunjukkan standar
lemari pendingin maksimal selama 60 menit
deviasi dari tiga kali pengulangan (n=3)
(satu jam). Dari hasil evaluasi kestabilan
yang cukup tinggi yaitu lebih besar dari
pada
menit
10%. Kemurnian radiokimia sekitar 50% ini
tersebut terbukti, bahwa pengotor radiokimia
terus bertahan sampai 4 jam setelah berada
penyimpanan 99m
selama
30
Tc-perteknetat (16,1±6,5%)
dalam plasma, kemudian setelah 24 jam
Tc-pirofosfat (28,3±16,0%) relatif
turun lagi menjadi 8,2%. Apabila plasma
lebih tinggi dibandingkan dengan pengotor
diganti dengan dapar fosfat 0,01 N pH 7,4,
dalam bentuk dan
99m
dalam bentuk Hal
ini
99m
Tc-tereduksi (4,4 ± 1,4%).
membuktikan
bahwa
dalam
ternyata kestabilannya lebih cepat turun dari pada dalam plasma.
penyimpanan tersebut terjadi penguraian dari senyawa
99m
Tc-HSA-nanosfer dengan
melepaskan senyawa 99m
Tc-pirofosfat.
diperlambat
99m
TcO4-bebas dan
Penguraian dengan
ini
Kestabilan
99m
Tc-HSA-nanosfer dalam
plasma setelah satu jam sampai 4 jam relatif stabil dengan kemurnian radiokimia sekitar
dapat
50%. Apabila dibandingkan dengan kesta-
menurunkan
bilannya dalam dapar fosfat maupun kesta-
o
99m
temperatur penyimpanan pada 4 C di dalam
bilannya dalam bentuk
lemari es.
asli, setelah satu jam KRK-nya menurun
Kestabilan dalam plasma darah atau cairan biologis juga perlu untuk diketahui, 99m
Tc-HSA-nanosfer
drastis. Di bawah ini besaran kestabilan plasmatik
dari
radiofarmaka
99m
Tc-HSA-
Tc-HSA-
nanosfer yang ditentukan secara in-vitro,
nanosfer akan digunakan untuk limfosinti-
dimulai dari 30 menit dan 1 jam yaitu se-
grafi yang penyuntikannya secara intrader-
besar 61,8% dan 55,9%, dan kemudian
mal atau subkutan, sehingga keberadaan
pada 2, 3 dan sampai 4 jam berikutnya ang-
dalam saluran limfatik relatif lebih lama dari
ka ini tidak berubah signifikan yaitu 57,8%,
pada penyuntikan intravena. sehingga ke-
51,2%, 52% baru pada 24 jam menjadi
stabilan plasmatiknya harus dipelajari dan
8,2%. Angka-angka tersebut menunjukkan
diketahui.
bahwa
mengingat bahwa radiofarmaka
radiofarmaka
99m
Tc-HSA-nanosfer
Gambar 2. menunjukkan bahwa ke-
sebesar >50% tetap bertahan dalam bentuk
99m
Tc-HSA-nanosfer
utuh sampai dengan 4 jam setelah bercam-
dalam plasma lebih rendah dari pada tidak
pur dengan plasma. Karena cairan limfe
dalam plasma. Penurunan kemurnian ra-
komposisinya tidak jauh berbeda dengan
diokimia (KRK) sangat drastis pada jam per-
plasma, maka diharapkan bahwa kestabilan
tama penyimpanan, terlihat pada grafik dari
radiofarmaka inipun akan mirip apabila di-
KRK 93,5% ± 4,0% turun pada 30 menit
campur dengan cairan limfe secara in vitro.
pertama menjadi 61,8 ± 10,8%, dan kemu-
Kestabilan plasmatik/limfatik secara in vivo,
dian pada 1 jam menjadi 55,9±18,4%.
harus
Penurunan kestabilan dari radiofarmaka ini
biokinetika
pada penyimpanan 30 dan 60 menit diper-
hewan uji. Dengan profil kestabilan dalam
kuat oleh hasil dari dua pengukuran kemur-
plasma
stabilan radiofarmaka
dibuktikan
dengan
radiofarmaka
seperti
ini
penelitian
tersebut
diharapkan
pada
akan 42
Karakteristik Fisiko-Kimia Radiofarmaka 99m Tc-Human Serum Albumin (HSA)-Nanosfer (Nanny Kartini)
ISSN 1411 – 3481
memberikan gam-baran yang ideal apabila 99m
radiofarmaka
Tc-HSA-nanosfer
ini
digunakan untuk limfosintigrafi.
Mosby Elsevier Inc; 2006:1480-1. 2. Nycomed. Amersham. Clinical bibliography: lymphoscintigraphy with Tc-99m labelled colloids. April 1999. 3. Lymphatic filariasis. Strategy direction
5. KESIMPULAN Dari hasil dapat disimpulkan bahwa 99m
radiofarmaka
Tc-HSA-nanosfer mempu-
for lymphatic filariasis research. [serial on-line] 2002 Feb; 1:
nyai kemurnian radiokimia 92,1±2,6%, pH
http://www.who.int/tdr/diseases/lymphfil/
sediaan
direction.htm
6,5–7,
angka
lipofilisitasnya
0,127±0,03, ikatan dengan protein plasma
4. Asep Hermana. Filariasis dari cacing
89,6 ± 1,2% dan mempunyai muatan listrik
jadi gajah. Harian Pikiran Rakyat, Kamis
netral. Setelah 30 menit disimpan
22 Maret 2007.
pada
temperatur kamar kemurnian radiokimianya turun menjadi sekitar 71%, sedangkan o
apabila disim-pan pada temperatur 4 C (lemari es), setelah satu jam kemurnian radiokimianya
masih
>90%.
Penentuan
secara in-vitro dari kestabilan sediaan HSA-nanosfer
dalam
plasma,
99m
Tc-
hasilnya
5. 44 Penderita kaki gajah dalam kondisi kronis. Harian Pikiran Rakyat, Sabtu 26 April 2008, hal 4. 6. Filariasis ancam jabar. Harian Pikiran Rakyat; Senin 9 Februari 2009, hal 1 & 7 7. Pusat Informasi Penyakit Infeksi:
menunjukkan bahwa kemurnian radiokimia
Filariasis,
turun secara drastis dimulai dari 30 menit
http://www.infeksi.com/articles.php,
dan 1
diunduh pada tanggal 20 Agustus 2008.
jam setelah diinkubasi
dengan
plasma, yaitu sebesar 61,8% dan 55,9%,
8. Nycomed, Amersham. Clinical
tetapi pada 2, 3 dan sampai 4 jam
bibliography: sentinel node imaging,
berikutnya angka ini tidak berubah signifikan
biopsy and surgery, April 1999.
yaitu 57,8%, 51,2%, 52% dan ke-mudian
9. Zolle I, PO Bremmer. Technetium-99m
pada 24 jam menjadi 8,2%. Dengan profil
pharmaceuticals: monographs of 99mTc
kestabilan
ini,
pharmaceuticals 99mTc-albumin
Tc-
nanocolloid, Vienna-Austria; Springer
diharapkan
dalam apabila
plasma
seperti
radiofarmaka
99m
HSA-nanosfer disuntikkan ke dalam tubuh manusia secara intradermal, subcutan atau
Berlin Heidelberg; 2007: 230-6. 10. Kartini NO, Eva Maria W. Penandaan
peritumoral untuk limfosintigrafi,dapat mem-
human serum albumin (HSA)-nanosfer
berikan gambaran pencitraan saluran limfa-
dengan radionuklida teknesium-99m.
tik yang lebih baik dan ideal.
Kolokium kegiatan tahun 2006, 14-15 Maret 2007 di PTNBR-Batan, Bandung.
6. DAFTAR PUSTAKA 1. Dillehay GL. Lymphoscintigraphy in
11. Kartini NO, dkk. Pengembangan kit radiofarmaka human serum albumin
oncology. In Nuclear Medicine 2nd ed.
(HSA)-nanosfer untuk uji limfosintigrafi
Ed. Henkin RE. et.al. Philadelphia:
di kedokteran nuklir. Seminar Nasional
43
Jurnal Sains dan Teknologi Nuklir Indonesia Indonesian Journal of Nuclear Science and Technology Vol. XI, No. 1, Februari 2010: 35-44
PKNI-PKBNI. Bandung; 4 – 6 Desember 2008. 12. Owunwanne A, Patel M, Sadek S. The hand book of radiopharmaceuticals. 1st
ISSN 1411 – 3481
13. Nunn A. Radiopharmaceuticals: chemistry and pharmacology. 10th ed. New York 14. (NY): Marcel Dekker Inc.;1999: 10-2.
ed. England : Chapman and Hall Medical Clays Ltd.; 1995: 67-8.
44