Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Rosalina & Mulizar)
KARAKTERISTIK CAMPURAN ASPAL EMULSI BERGRADASI RAPAT Rosalina 1) dan Mulizar 2) ABSTRAK
Pemanfaatan aspal emulsi sebagai bahan pengikat campuran aspal di Provinsi Aceh masih sangat minim. Penggunaannya hanya sebagai bahan lapisan resap pengikat/prime coat dan tack coat. Ditinjau dari pelaksanaan pekerjaan penggunaan aspal emulsi lebih mudah, hemat bahan bakar dan lebih ramah lingkungan dibandingkan penggunaan aspal keras karena tidak memerlukan pemanasan seperti proses pencampuran aspal keras. Hal inilah yang menjadi alasan utama penelitian ini. Penelitian tersebut dilaksanakan di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe.Tujuan penelitian ini untuk mengetahui karakteristik campuran aspal beton menggunakan aspal emulsi jenis CMS-2 sebagai pengikat. Parameter yang ditinjau adalah nilai Marshall. Untuk mengetahui karakteristik tersebut dilakukan pengujian sifat-sifat fisis material dan uji Marshall untuk campuran. Gradasi campuran yang digunakan adalah gradasi rapat kelompok V berdasarkan lengkung fuller. Hasil pengujian diperoleh kadar aspal emulsi sebesar 5,88% berat campuran. Parameter Marshall campuran aspal emulsi yang dihasilkan adalah stabilitas 660,80 kg, flow 3,23 mm, VIM 5,953%, VFA 73,20% VMA 21,889%, MQ 201,72 kg/mm. Semua parameter tersebut memenuhi persyaratan untuk lalulintas berat, kecuali stabilitas yang tidak memenuhi persyaratan. Walaupun tidak memenuhi syarat untuk lalulintas berat campuran, aspal emulsi masih dapat digunakan untuk lalulintas sedang karena semua parameter Marshallnya memenuhi persyaratan untuk lalulintas sedang. Kata kunci: aspal emulsi CMS-2, gradasi rapat, parameter Marshall
ABSTRACT Utilization of emulsion asphalt as binder of asphalt mixture in Aceh province is still minimal. Its use is only as a prime coat and tack coat. Review of the implementation of the work, the use of asphalt emulsion is easier, fuelefficient and more environmentally friendly than cement asphalt because it requires no warm-up such as mixing cement asphalt. It became the main reason of this research. The research was done in the civil engineering laboratory of Lhokseumawe State Polytechnic. The purpose of this research is to know the characteristics of asphalt concrete mixtures using asphalt emulsion type of CMS-2 as a binder. The Parameter value is Marshall reviewed . The characteristics of the physical properties is reviewed by testing of materials and Marshalls test to mixture material . Gradations of mixture was the group V, which based on the fuller gradation curves. The test obtained asphalt emulsion levels was 5.88% of the weight of the mixture. Asphalt emulsion mixtures marshall parameters generated is stability 660,80 kg, flow 3.23 mm, VIM 5,953%, VFA 73,20% VMA 21,889%, MQ 201,72 kg/mm. All these parameters are eligible for heavy traffic, except stability that did not meet the requirements. Although the parameter is not eligible for heavy traffic, but it still can be used for pavement because of all the Marshall parameters are eligible to moderate traffic.
Keyword: emulsion asphalt CMS-2, dense gradation,Marshall parameters
1)
Rosalina, adalah DosenJurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe Mulizar, adalah DosenJurusan Teknik Sipil, Politeknik Negeri Lhokseumawe
2)
1
Majalah Ilmiah BISSOTEK, Vol. 8, No. 1, September 2013: 1-10
diperoleh untuk campuran aspal emulsi
PENDAHULUAN
bergradasi rapat memakai jenis aspal Pembangunan
yang
ramah
curing slow setting (CSS) memenuhi
lingkungan tentu diharapkan bukan
persyaratan untuk lalulintas berat, tetapi
hanya pada tahap perencanaan saja
membutuhkan waktu curing hingga 14
tetapi juga pada pelaksanaan dan
hari sehingga sulit untuk diaplikasikan
material yang digunakan. Beberapa
di lapangan karena harus menutup
material yang telah dan terus diteliti
akses jalan yang sedang dikerjakan
untuk menggantikan material dari alam
kecuali untuk jalan baru.
yang eksploitasinya dapat mengganggu keseimbangan
ekosistem
Ditinjau
dari
pelaksanaan
setempat.
pekerjaan penggunaan aspal emulsi
Kajian tentang pemanfaatan bahan
lebih mudah, hemat bahan bakar dan
material
lebih ramah lingkungan dibandingkan
konstruksi
yang
ramah
lingkungan dapat mengurangi polusi
penggunaan
dan hemat bahan bakar terus dilakukan.
pencampuran
Misalnya aspal emulsi sebagai bahan
material
pengikat
asphalt mixing plant (AMP) dan pada
campuran
aspal
beton
aspal aspal
lain/agregat
keras.
Proses
keras
dengan
membutuhkan 0
berpotensi untuk mengurangi polusi
suhu yang mencapai 140
dan hemat bahan bakar.
dikenal dengan istilah campuran panas
Pemanfaatan
aspal
emulsi
C
atau
(hot mix). Sementara untuk proses
sebagai bahan pengikat campuran aspal
pencampuran
di Provinsi Aceh masih sangat minim.
sederhana
Penggunaannya hanya sebagai bahan
concrete mixer atau molen sebagai alat
lapisan resap pengikat/prime coat dan
pencampur menggunakan air sebagai
tack coat, padahal aspal emulsi juga
bahan pengemulsi dan bahan aditif.
memungkinkan
untuk
digunakan
Proses ini dinamakan campuran dingin
sebagai
pengikat
alternatif
atau cold mix. Berdasarkan analisa EI
disamping aspal keras yang sudah
untuk memproduksi 1 ton campuran hot
umum
juga
mix diperlukan bahan bakar solar rata-
diperkuat dari hasil penelitian Subroto
rata 9,15 liter, sementara untuk proses
(1999) bahwa parameter Marshall yang
cold mix diperlukan rata-rata 1,02 liter
bahan
digunakan.
Hal
ini
2
aspal hanya
emulsi
lebih
membutuhkan
Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Rosalina & Mulizar)
per
ton
campuran.
Untuk
fisisnya
penghamparan di lokasi pekerjaan suhu
sebelum
dilakukan
proses
pencampuran untuk pengujian marshall.
0
aspal hot mix harus berkisar 100 C – 120 0C yang tentu saja hal ini sulit dipertahankan
jika
cuaca
Agregat
hujan, Pemerikasaan
sedangkan cold mix dihampar pada
sifat-sifat
fisis
agregat yang dilakukan meliputi berat
suhu ruangan berkisar 25 0C – 32 0C
jenis dan penyerapan agregat halus dan
sehingga pada saat pelaksanaannya
kasar, berat isi agregat, kelekatan
cuaca tidak terlalu berpengaruh.
agregat
Berdasarkan latar belakang di
terhadap
aspal,
tumbukan,
indeks kepipihan dan kelonjongan serta
atas maka penggunaan aspal emulsi
keausan. Badan Litbang Departemen
sebagai bahan pengikat campuran aspal
Permukiman dan Prasarana Wilayah,
beton dapat dijadikan sebagai suatu
(2002),
penelitian mengingat keuntungannya
mengemukakan
bahwa
spesifikasi sifat-sifat fisis agregat untuk
dibandingkan aspal keras. Mengingat
konstruksi perkerasan jalan sebagai
aspal emulsi jenis CSS memerlukan
berikut:
waktu yang lama untuk setting time maka penggunaan aspal emulsi jenis
Tabel 2.1 Persyaratan sifat-sifat fisis
curing medium setting (CMS) dapat
agregat
dijadikan pertimbangan karena waktu
1.
Sifat-sifat Fisis Agregat Berat jenis agregat
2.
Penyerapan
3.
Berat isi agregat
4.
Indeks Kepipihan
5.
Kelekatan agregat terhadap aspal
6.
Keausan
No
settingnya lebih cepat dibandingkan jenis CSS. TINJAUAN PUSTAKA Campuran aspal dingin pada dasarnya sama seperti campuran aspal panas yang komposisinya terdiri dari agregat kasar, agregat halus, bahan pengisi/filler dan aspal emulsi sebagai bahan tersebut
pengikat. harus
Semua
material
diperiksa
sifat-sifat
Sumber: Depkimpraswil, 2002
3
Syarat ≥ 2,50 < 3% berat >1 kg/dm3 ≤ 10 % berat ≥ 95% luas < 40% berat
Majalah Ilmiah BISSOTEK, Vol. 8, No. 1, September 2013: 1-10
Gradasi
Aspal Emulsi
Agregat yang digunakan untuk lapisan permukaan yang berbahan pengikat aspal emulsi umumnya bergradasi rapat dan gradasi terbuka. Gradasi rapat dapat ditentukan dengan menggunakan persamaan fuller sebagai berikut:
Aspal emulsi adalah aspal cair yang dihasilkan dengan cara mendispersikan aspal keras ke dalam air atau sebaliknya dengan bantuan bahan pengemulsi. Aspal emulsi ada dua jenis yaitu aspal emulsi kationik dan anionik. Aspal emulsi kationik adalah aspal emulsi yang bermuatan positif dan aspal emulsi anionik adalah aspal emulsi yang bermuatan negatif: Aspal emulsi kationik ada tiga jenis yaitu rapid curing (RC), medium curing (MC) dan slow curing (SC). Klasifikasi ini berdasarkan setting time aspal emulsi yaitu terpisahnya aspal emulsi dengan air setelah terjadi kontak dengan agregat. Spesifikasi aspal emulsi kationik sebagai berikut:
P = [d/D]0,45
.......................... (2.1)
keterangan : P = persen lolos saringan dengan bukaan saringan d, mm d = ukuran agregat yang diperiksa, mm D = ukuran maksimum agregat yang terdapat dalam campuran, mm. Tabel berikut merupakan distribusi ukuran agregat untuk gradasi rapat berdasarkan persamaan fuller
Tabel 2.3 kationik
Tabel 2.2. Spesifikasi bergradasi rapat berdasarkan lengkung gradasi Fuller Ukuran Saringan
Saringan mm
2,5" 2" 1,5" 1" 3/4" 1/2" 3/8" No. 4 No. 8 No. 16 No. 30 No. 40 No. 50 No.100 No.200
63 50 37,5 25 19 12,5 9,5 4,75 2,36 1,18 0,6 0,425 0,3 0,15 0,075
I 100 90 79 66 58 48 43 31 23 17 12 11 9 7 5
II
III
IV
100 88 73 65 54 47 35 25 19 14 12 10 7 5
100 83 74 61 54 39 29 21 16 13 11 8 6
100 88 73 65 47 35 25 19 16 14 10 7
Pengikatan Cepat (CRS 1)
Pengikatan Cepat (CMS 2)
Pengikatan Cepat (CSS 1)
Min
Mak
Min
Mak
Min
Mak
1 Kekentalan pada suhu 25 0C(detik)
-
-
-
-
20
100
2 Kekentalan pada suhu 50 0C(detik)
20
100
50
450
-
-
3 Pengendapan 1 hari(%)
-
1
-
1
-
1
4 Pengendapan 5 hari(%)
-
5
-
5
-
5
-
-
80
100
-
-
-
-
60
80
-
-
-
-
60
80
-
-
N Sifat-sifat o
Persen Lolos V
100 83 73 54 39 29 21 18 15 11 8
5 Daya tahan terhadap air (%) 6 a. Lapisan batu kering b. Lapisan batu kering setelah semprotan
4
Spesifikasi aspal emulsi
Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Rosalina & Mulizar)
c. Lapisan batu basah d. Lapisan setelah semprotan air 7 Muatan listrik
-
-
60
80
-
C = persentase agregat lolos saringan no. 200
-
Sementara kadar residu aspal percobaan ditentukan berdasarkan pengujian destilisasi atau pengujian penguapan.
Posi- Posi- Posi- Posi- Posi- Positif tif tif tif tif tif
8 a. Sisa 55 penyuling an (%) b. Penetrasi 100 25/C 100g, 5 dtk c. Daktilitas 40 25/C, 5 cm/menit d. Kelarutan 97,5 terhadap trychloroe thylene (% berat)
-
65
-
57
-
250
100
250
100
250
-
40
-
40
-
-
97,5
-
97,5
-
Pengujian Marshall Karakteristik campuran aspal beton dapat diperiksa dengan menggunakan alat Marshall. Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk menentukan ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal. Parameter kekuatan Marshall yaitu stabilitas (stability), Kelelehan plastis (flow), berat volume (density), Voids in mix (VIM), Voids filled by bitumen (VFB), Voids in mineral agregate (VMA) dan Marshall quotient. Nilai Persyaratan Marshall untuk lapisan aspal beton dapat dilihat pada tabel berikut :
Sumber: SNI 03-6832-2002
Kadar Aspal Optimum Persentase kadar aspal emulsi pada campuran adalah perbandingan antara kadar aspal teoritis dan kadar residu aspal hasil pengujian laboratorium. Kadar aspal teoritis dipengaruhi oleh gradasi agregat. Besarnya kadar aspal ini dihitung berdasarkan persamaan (Subroto,1999):
Tabel 2.4 Persyaratan parameter marshall untuk aspal beton No
R = 0,00138 A.B+(6,358 log C – 4,655) ................................................. (2.2) Keterangan: R = kadar residu aspal A = persentase agregat tertahan saringan no. 4 B = persentase agregat lolos saringan no. 4 dan tertahan no. 200
Parameter Marshall
Syarat
1.
Stabilitas
> 750 Kg
2.
Flow
≤ 2 mm
3.
VIM
3–6%
4.
VMA
≥. 16%
5.
FVB
≥ 65%
6.
Marshall Quantien
7.
Durabilitas
≤ 2 kN/mm
Sumber : Sukirman, S (2003)
5
Min. 75%
Majalah Ilmiah BISSOTEK, Vol. 8, No. 1, September 2013: 1-10
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 03-6388-2000. Aspal yang dipakai dalam penelitian ini adalah aspal emulsi jenis curing medium setting 2 (CMS2). Pemeriksaan yang dilakukan untuk aspal ini adalah kadar residu aspal dalam aspal emulsi. Pemeriksaan sifat fisis ini berpedoman pada SNI 03-68292002.
METODE PENELITIAN Penelitian dilakukan terhadap sifat-sifat fisis agregat, sifat fisis aspal dan campuran aspal. Pemeriksaan ini berpedoman pada Standar Nasional Indonesia (SNI). Material dan Peralatan Material yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari aspal emulsi jenis CMS2 (curing medium setting - 2) produksi PT. Riau Aspal Emulsindo Provinsi Riau, agregat dari stone crusher PT. Abad Jaya Sentosa Lhokseumawe. Peralatan yang digunakan dalam penelitian ini meliputi alat yang digunakan untuk pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat, analisa saringan, sifat-sifat fisis aspal, dan percobaan marshall yang terdapat di Laboratorium Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Lhokseumawe
Perencanaan campuran Agregat dan aspal yang telah memenuhi spesifikasi dilakukan pencampuran. Gradasi yang digunakan adalah gradasi rapat berdasarkan lengkung fuller V. Kadar aspal emulsi untuk campuran ditentukan dari perbandingan kadar residu hasil pengujian penguapan dan kadar aspal emulsi teoritis yang dihitung menggunakan persamaan (2.2). Parameter Marshall
Prosedur Penelitian
Perilaku campuran lapisan aspal beton dilakukan dengan menggunakan alat pemeriksaan Marshall di laboratorium. Pemeriksaan ini dimaksudkkan untuk mengetahui ketahanan (stabilitas) terhadap kelelehan plastis (flow) dari campuran aspal dengan agregat. Parameter kekuatan marshall campuran berupa ketahanan (stabilitas), terhadap kelelehan (flow), rongga dalam campuran (VIM), rongga terisi (VFB), rongga antar butiran (VMA), kepadatan (density), Marshall Quotient (MQ).
Material (agregat, filler, dan aspal) untuk pembuatan benda uji yang telah dikumpulkan diperiksa sifat-sifat fisisnya. Selanjutnya dilakukan proses pencampuran dan test marshall. Adapun pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi pemeriksaan berat jenis dan penyerapan, berat isi agregat, tumbukan, indeks kepipihan, indeks kelonjongan, kelekatan agregat terhadap aspal dan keausan. Pemeriksaan sifat fisis agregat
6
Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Rosalina & Mulizar)
HASIL DAN PEMBAHASAN
Sifat-sifat fisis aspal
Hasil yang diperoleh dari pengujian terhadap sifat-sifat fisis agregat, sifat-sifat fisis aspal, parameter campuran aspal dikaji lebih jauh dengan merujuk kepada literatur dan penelitian sebelumnya.
Pemeriksaan aspal emulsi produksi PT. Riau Aspal Emulsindo dilakukan untuk mengetahui kadar residu aspal dalam aspal emulsi. Diperoleh kadar residu rata-rata 68,13%, nilainya lebih besar dari persyaratan minimal 65% sehingga aspal emulsi ini memenuhi persyaratan SNI 03-6832-2002.
Sifat-sifat fisis agregat Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat meliputi pemeriksaan berat jenis, penyerapan agregat halus dan kasar, berat isi agregat, kelekatan agregat terhadap aspal, tumbukan, indeks kepipihan dan kelonjongan, keausan dan gradasi. Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat diperlihatkan pada Tabel 4.1 berikut ini.
Kadar aspal optimum Persentase kadar aspal emulsi dalam campuran adalah perbandingan antara kadar aspal teoritis dan kadar residu aspal hasil pengujian laboratorium. Kadar aspal teoritis dihitung menggunakan persamaan (2.2):
Tabel 4.1. Hasil Pemeriksaan Sifat-sifat Fisis Agregat No. 1.
Sifat-sifat Fisis Agregat Berat jenis agregat kasar
R = 0,00138A.B + (6,358 log C- 4,655)
Hasil Penelitian
Syarat
2,528%
≥ 2,50
Untuk gradasi agregat V diperoleh A (% agregat saringan no. 4) = 46%,
tertahan
2.
Berat jenis agregat halus
2,549%
≥ 2,50
3.
Penyerapan agregat kasar
0,056%
< 3% berat
4.
Penyerapan agregat halus
1,110%
< 3% berat
5.
Berat isi agregat
1,400 kg/dm3
>1 kg/dm3
C (persen lolos saringan no. 200) 8%.
6.
Tumbukan
12,38%
≤ 30% berat
Diperoleh R (kadar aspal teoritis) sebesar 4,007.
7.
Indeks kepipihan
61,05%
≤ 25% berat
8.
Indeks kelonjongan
11,13%
≤ 25% berat
9.
Kelekatan agregat terhadap aspal
99,5%
≥ 95% luas
10.
Keausan
21,58%
< 40% berat
B (persen lolos saringan no. 4 tertahan saringan no. 200) = 46% dan
Kadar aspal dalam campuran = R/kadar residu aspal = 4,007/0,6813 = 5,88%.
7
Majalah Ilmiah BISSOTEK, Vol. 8, No. 1, September 2013: 1-10
Sehingga direncanakan persentase kadar aspal emulsi adalah 5,88% dari berat total campuran.
Perbaikan indeks kepipihan agregat dilakukan dengan cara mengganti sebagian agregat yang ukurannya tidak memenuhi batasan kepipihan. Sementara perbaikan gradasi dilakukan dengan cara merujuk kepada lengkung fuller.
Karakteristik campuran Hasil pengujian campuran aspal emulsi diperoleh stabilitas 660,80 kg, flow 3,23 mm, VIM 5.953%, VFB 73,200%, VMA 21,889% dan MQ 201,72 kg/mm. Hasil pengujian selengkapnya diperlihatkan pada lampiran. Berikut parameter marshall untuk kedua campuran ditampilkan pada Tabel 4.2.
Berdasarkan hasil yang diperoleh gradasi agregat cenderung mendekati gradasi rapat lengkung fuller V, sehingga dipilih lengkung V sebagai rujukan perbaikan gradasi. Perbaikan ini dilakukan dengan menambah dan mengurangi agregat yang persentasenya tidak sesuai dengan lengkung fuller V.
Tabel 4.2. Parameter Marshall No.
Parameter Marshall
1. 2. 3. 4. 5. 6.
Stabilitas (kg) Flow (mm) VIM (%) VFB (%) VMA (%) MQ (kg/mm)
Campuran Aspal Emulsi (Aspal 5,88%) 660,80 3,23 5.953 73,200 21,889 201,72
Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis aspal yang digunakan yaitu aspal emulsi CMS-2 dengan merujuk kepada standar SNI, maka aspal yang digunakan memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai bahan campuran lapisan aspal beton.
Syarat
Min 800 Min 2 3–6 ≥ 65 Min 16 Min 200
Karakteristik campuran aspal Hasil pemeriksaan yang diperoleh menunjukkan semua parameter memenuhi persyaratan kecuali stabilitas yang tidak memenuhi persyaratan untuk lalulintas berat. Stabilitas campuran aspal emulsi 660,80 kg tidak memenuhi persyaratan stabilitas lalulintas berat tetapi dapat digunakan untuk lalulintas sedang yang mensyaratkan stabilitas minimumnya 500 kg. Rendahnya stabilitas campuran aspal emulsi dikarenakan flow yang terjadi besar dan agregat yang terselimuti lebih tebal dan pada
Pembahasan Hasil pemeriksaan sifat-sifat fisis agregat menunjukkan bahwa secara umum agregat memenuhi persyaratan untuk digunakan sebagai material campuran lapisan permukaan jalan. Hanya indeks kepipihan dan gradasi agregat yang tidak memenuhi persyaratan sehingga perlu dilakukan perbaikan agar dapat digunakan sebagai material campuran aspal.
8
Karakteristik Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat (Rosalina & Mulizar)
akhirnya akan mengurangi daya ikat antar agregat dalam campuran pada saat dibebani. Berkurangnya ikatan antar agregat akan mengurangi stabilitas campuran. Mengingat komposisi aspal emulsi yang terdiri dari residu aspal, bahan pengemulsi dan air maka peningkatan stabilitas untuk campuran emulsi masih memungkinkan dilakukan. Peningkatan ini dapat dilakukan dengan cara mengatur kadar air pada saat dilakukan pencampuran. Salah satu sifat agregat adalah akan mencapai tingkat kepadatan maksimum pada kadar air optimum. Dengan demikian perlu dilakukan pengujian untuk menentukan kadar air optimum untuk campuran aspal emulsi. Pada kadar air yang optimum inilah campuran dipadatkan sehingga akan diperoleh kepadatan yang maksimum dan pada akhirnya dapat meningkatkan stabilitas campuran.
Parameter marshall yang dihasilkan untuk campuran aspal emulsi memenuhi persyaratan untuk lalulintas berat, kecuali stabilitasnya sebesar 660,80 kg yang tidak mencapai nilai minimum yang disyaratkan 800 kg.
3.
Penggunaan aspal emulsi sebagai bahan pengikat campuran aspal beton masih memungkin digunakan untuk lalulintas sedang mengingat syarat stabilitas minimalnya adalah 500 kg.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2002. SNI 03-6829-2002, Metode Pengujian Kadar Residu Aspal Emulsi dengan Cara Penguapan. Badan Standar Nasional Jakarta. Anonim, 2002. SNI 03-6832-2002, Spesifikasi Aspal Emulsi, Badan Standar Nasional Jakarta.
KESIMPULAN
Anonim, 2000. SNI 03-6388-2000, Spesifikasi Agregat Lapis Pondasi Bawah, Lapis Pondasi Atas dan Lapisan Permukaan, Badan Standar Nasional.
Berdasarkan hasil penelitian dan pengolahan data dan pembahasan dengan merujuk kepada literatur yang relevan diperoleh kesimpulan dan saran sebagai berikut: 1.
2.
Anonim, 1991. SNI 06-2489-1991, Metode Pengujian Campuran Aspal Dengan Alat Marshall, Badan Standar Nasional Jakarta.
Secara umum material campuran aspal yaitu aspal keras, aspal emulsi dan agregat memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia, kecuali gradasi agregat yang harus dilakukan perbaikan mengikuti lengkung fuller V.
Sukirman, S., 2003. Beton Aspal Campuran Panas, Granit, Jakarta.
9
Majalah Ilmiah BISSOTEK, Vol. 8, No. 1, September 2013: 1-10
Subroto, S., 1999. Karakteristik Marshall Modifikasi dari Campuran Aspal Emulsi Bergradasi Rapat, Tesis,Institut Teknologi Bandung, Bandung.
10