KARAKTERISTIK BANGUNAN “BALE METEN”, SERTA PROSES PEMBANGUNANNYA Desak Made Sukma Widiyani Program Studi Arsitektur Fakultas Teknik Universitas Dwijendra E-mail :
[email protected] Abstrak Arsitektur Bali ini sesungguhnya secara turun-temurun diwariskan melalui aturanaturan ataupun ketentuan dalam membangun sebuah bangunan yang berfilosofi tinggi, yang diatur dalam lontar Asta Kosala-kosali, Asta Bumi, Asta Patali dan lainnya. Arsitektur bali juga dapat dibagi kedalam beberapa jenis bangunan yakni, bangunan Pura (tempat suci) dan bangunan Puri (rumah) yang memiliki aturan-aturan mengenai tata cara pembangunan yang berbeda. Ada beberapa jenis bangunan Tradisional Bali yang masih bertahan sampai saat ini seperti bale meten/sakutus, bale dangin, bale dauh, jineng/kelumpu, paon dan lain-lain. Penelitian ini dilakukan bertujuan untuk mengetahui perubahan fungsi dan bentuk dari bangunan bale meten yang ada di beberapa daerah di Bali. Perlu diketahui dan diingat Bale Meten merupakan acuan guru terhadap bangunan lainnya di satu area pekarangan, sesuai dengan konsep Asta kosala-kosali serta beberapa konsep lainnya. Maka dari itu perlu adanya usaha untuk melestarikan dan menjaga nilai-nilai budaya yang ada di dalamnya agar tidak hilang. Pada penelitian ini akan dibahas mengenai karakteristik dari bangunan bale meten dilihat dari segi bentuk, fungsi, material yang digunakan, serta tata letaknya. Selain itu juga akan dibahas mengenai proses pembangunan bale meten sesuai dengan teori-teori pada arsitektur tradisional bali mulai dari awal hingga bangunan tersebut dapat dihuni. Karakteristik dari bangunan bale meten akan dilihat dari beberapa kasus bangunan bale meten yang ada pada rumah tradisional di beberapa daerah di Bali. Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan pada metode penelitian kualitatif deskriptif. Metode penelitian kualitatif deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta yang ada di lapangan terkait dengan kondisi bale meten pada studi kasus yang digunakan, dilihat dari fungsi bangunan, bentuk, tata letak, serta proses pembangunan mulai dari awal hingga bangunan tersebut siap untuk dihuni. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan referensi khusus mengenai bangunan bale meten pada rumah tradisional bali dilihat dari segi bentuk, fungsi, tata letak serta proses pembangunannya. Secara tidak langsung hal ini juga dapat melestarikan arsitektur bali yang sesuai dengan falsafah dan maknanya. Kata Kunci: bale meten, arsitektur, karakteristik, tradisional
1. PENDAHULUAN Arsitektur Bali merupakan suatu wadah kehidupan masyarakat di Bali yang sudah ada sejak jaman dahulu. Arsitektur Bali ini secara turun-temurun diwariskan melalui aturanaturan ataupun ketentuan dalam membangun sebuah bangunan yang berfilosofi tinggi, yang diatur dalam lontar Asta Kosala-kosali, Asta Bumi, Asta Patali dan lainnya. Arsitektur Tradisional Bali yang memiliki konsepsi-konsepsi yang dilandasi agama Hindu, merupakan perwujudan budaya, dimana karakter Bangunan Tradisional Bali sangat ditentukan norma-
1
norma agama Hindu, adat istiadat serta rasa seni yang mencerminkan kebudayaan. Filosofi Arsitektur Tradisional Bali mengandung kaidah-kaidah terkait dengan pandangan religi dan tata nilai sosial yang pada hakikatnya memberikan penyelarasan terhadap alam lingkungan demi keseimbangan hubungan manusia (mikrokosmos) dengan alam semesta (makrokosmos) dan Maha Pencipta (metakosmos). Arsitektur bali juga dapat dibagi kedalam beberapa jenis bangunan yakni, bangunan Pura (tempat suci) dan bangunan Puri (rumah) yang memiliki aturan-aturan mengenai tata cara pembangunan yang berbeda. Arsitektur rumah tinggal sebagai lingkungan buatan (salah satu bentuk dari alam baru) diharapkan dapat mengayomi dan mewadahi aktivitas manusia sebagaimana layaknya alam semesta. Ada beberapa jenis bangunan Tradisional Bali yang masih bertahan sampai saat ini seperti bale meten/sakutus, bale dangin, bale dauh, jineng/kelumpu, paon dan lain-lain, bangunan tersebut masih bertahan dalam segi bentuk, fungsi, serta bahan-bahan yang digunakan sejak dahulu. Penelitian mengenai Bale Meten ini dilakukan berdasarkan atas permasalahanpermasalahan yang terjadi di lapangan yaitu, kurangnya referensi yang membahas tentang bale meten. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui perubahan fungsi dan bentuk dari bangunan bale meten yang ada di beberapa daerah di Bali. Perlu diketahui dan diingat Bale Meten merupakan acuan guru terhadap bangunan lainnya di satu area pekarangan, sesuai dengan konsep Asta kosala-kosali serta beberapa konsep lainnya. Maka dari itu perlu adanya usaha untuk melestarikan dan menjaga nilai-nilai budaya yang ada di dalamnya agar tidak hilang. 2. RUMUSAN MASALAH Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat disimpulkan rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: 1) Apa saja ciri khas yang dimiliki oleh bangunan bale meten sakutus pada arsitektur bali dilihat dari nilai filosofis, bentuk, fungsi, material yang digunakan dan tata letaknya ? 2) Bagaimana proses pembangunan bale meten sakutus, dilihat dari tata letak, pemakaian bahan, ukuran-ukuran dan tata upacara menurut aturan Arsitektur Tradisional Bali? 3. TUJUAN PENELITIAN a) Mengetahui latar belakang adanya bangunan Bale Meten yang sangat kental dengan nilai-nilai sejarahnya, sehingga dapat diwariskan dan dilestarikan kepada generasi selanjutnya. b) Mendapatkan suatu bentuk pedoman yang diambil dari beberapa sumber mengenai bangunan Bale Meten yang nantinya bisa dipakai acuan di dalam merancang atau mendirikan bangunan Bale Meten. c) Merencanakan suatu bangunan Bale Meten yang menggunakan ornamen-ornamen atau keunikan-keunikan sebagai ciri khas bangunan Bale Meten yang sesuai dengan teori-teori yang sudah didapatkan. 4. METODOLOGI PENELITIAN Pendekatan penelitian yang digunakan pada penelitian ini berdasarkan pada metode penelitian kualitatif deskriptif. Penelitian Kualitatif bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, secara holistik dan dengan deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode alamiah (Moleong, 2008). Metode penelitian kualitatif deskriptif pada penelitian ini digunakan untuk menggambarkan fakta-fakta yang ada di lapangan terkait dengan kondisi bale meten pada
2
studi kasus yang digunakan, dilihat dari fungsi bangunan, bentuk, tata letak, serta proses pembangunan mulai dari awal hingga bangunan tersebut siap untuk dihuni. Penelitian ini menggunakan beberapa studi kasus. Beberapa kasus yang dipilih merupakan kasus yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu sama lainnya, baik dari segi fungsi, tata letak, dan bentuk bangunan. Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan karena didalam pemilihan lokasinya dipilih secara acak di beberapa daerah yang kemungkinan memiliki kebudayaan yang berbeda-beda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya. 5. PEMBAHASAN A. Tinjauan Bale Meten Bangunan pekarangan rumah tradisional bali yang paling awal dibangun dalam area pekarangan rumah yaitu Bale Meten/daja, bangunan ini diklasifikasikan sebagai bangunan madya dengan fungsi tunggal sebagai tempat tidur yang disebut bale meten. Bentuk bangunan segi empat panjang, dengan ukuran 5 m x 2,5 m, dengan tinggi lantai sekitar 1,2 m dengan empat atau lima anak tangga kearah natah lantai lebih tinggi dari bangunan lainnya untuk estetika. Konstruksi terdiri dari delapan tiang yang dirangkai empat menjadi dua balai-balai. Masing-masing balai-balai memanjang kaja kelod dengan kepala kearah luan kaja. Tiang-tiang dirangkaikan dengan sunduk waton/selimar likah dan galar. Stabilitas konstruksi dengan sistem lait pada pepurus sunduk dengan lubang tiang senggawang tidak ada pada bale sakutus. Bangunan dengan dinding penuh pada keempat sisi dan pintu keluar masuk kearah natah (Gelebet, 1981/1982 : 81). Bale Meten diklasifikasikan menjadi tiga jenis yaitu bale meten sakutus, bale meten sakutus mamben dan bale meten gunungrata. Perbedaannya terletak pada penambahan area teras serta jumlah saka yang digunakan beragam sesuai jenisnya masing-masing. B.
Fungsi dan Tata Letak Bale Meten Di Bali setiap area pekarangan rumah terdapat beberapa bangunan yang memiliki fungsi yang kuat seperti yang ada pada bale meten. Bale Meten/daja berfungsi sebagai tempat beristirahat dan tidur untuk orang tua/kepala keluarga di satu pekarangan tersebut,biasanya untuk anaknya tidur di area bale dauh ataupun bale delod. Bale Meten merupakan bangunan utama yang harus ada karena menjadi acuan guru untuk bangunan yang lainnya. Pada jenis bale meten mamben dan gunung rata terdapat fungsi tambahan sebagai tempat rapat atau santai di area tambahan terasnya sedangkan bale meten sakutus tidak terdapat area teras. Tata letak bale meten berada di sisi utara pekarangan menghadap kearah selatan berhadapan dengan bale gede/dangin. Dalam proses membangun rumah bale meten merupakan bangunan awal yang harus dibangun karena sebagai acuan guru untuk bangunan yang lain, maka dari itu bangunan bale meten sangat istimewa tata letaknya bale ini mengambil acuan guru dari pelinggih hyang guru/kemulan di area sanggah yang diukur dengan menggunakan tapak kaki dengan pengurip tapak angandang. C.
Karakteristik Bale Meten Sakutus Beberapa kasus yang dipilih merupakan kasus yang memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu sama lainnya, baik dari segi fungsi, tata letak, dan bentuk bangunan. Perbedaan-perbedaan tersebut disebabkan karena didalam pemilihan lokasinya dipilih secara acak dibeberapa daerah yang kemungkinan memiliki kebudayaan yang berbedabeda antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya.
3
Dalam hal ini penulis akan mengambil perbandingan antara tiga Bale Meten Sakutus yaitu bale meten pada pekarangan bapak I Wayan Negara yang berlokasi di Desa Batuan Kecamatan Sukawati Gianyar,bale meten pada pekarangan Bapak I Wayan Sutarga yang berlokasi di Desa Sibang Kaja Kecamatan Abiansemal Badung dan bale meten sakutus pada pekarangan Bapak Wayan Mawis yang berlokasi di Desa Sobangan Kecamatan Mengwi Badung. 1. Bale Meten Sakutus Bapak I Wayan Negara Studi kasus pertama yaitu pada bangunan Bale Meten Sakutus dari Bapak I Wayan Negara yang berlokasi di Desa Adat Batuan,Sukawati Gianyar. Bale Meten Sakutus ini merupakan jenis bangunan Bale Meten Sakutus yang paling tradisional dari studi kasus Bale Meten Sakutus yang lain, pekarangan rumah dari Bapak I Wayan Negara terletak di sebelah timur jalan batuan menghadap ke arah barat serta di apit oleh dua pekarangan rumah. Dalam pekarangan rumah Bapak I Wayan Negara terdapat 3 area penting yaitu Utama Mandala,Madya Mandala dan Nista Mandala, Bagian Utama Mandala terdapat area bangunan suci yaitu merajan yang berfungsi sebagai tempat persembahyangan oleh semua anggota keluarga, Bagian Madya Mandala terdapat beberapa bangunan seperti Bale Meten Sakutus yang berfungsi sebagai tempat tidur orang tua, bale dangin yang berfungsi sebagai tempat upacara manusa yadnya, bale dauh sebagai tempat tidur serta istirahat kemudian ada bangunan paon/dapur sebagai tempat memasak dan yang terakhir pada bagian Nista Mandala terdapat kamar mandi/toilet di sudut barat daya pekarangan. Pada bangunan Bale Meten Sakutus terletak di bagian utara yang menghadap kearah natah, bentuk bangunan persegi panjang yang memiliki struktur 8 saka dengan dua balai tempat tidur serta ditutupi oleh dinding dengan bahan tanah polpolan. Bale Meten Sakutus ini memiliki fungsi pada umumnya yaitu sebagai tempat tidur/istirahat kepada orang tua dalam satu pekarangan karena Bale Meten Sakutus tersebut sangat baik dari segi penghawaan alaminya selain fungsi umum Bale Meten Sakutus ini juga berfungsi sebagai tempat menyimpan benda-benda pusaka.
Atap rumput alang-alang
Kolong bambu
Pintu anyaman bambu
Dinding tanah pol-polan
Bataran batu paras
Gambar 1. Foto Tampak Depan Bale Meten Sakutus Bapak I Wayan Negara Sumber : Dok Pribadi
4
Bahan yang dipakai dalam bangunan Bale Meten Sakutus ini yaitu bahan-bahan yang masih sangat tradisional, belum ada bahan modern seperti sekarang yang menggantikan bahan tradisional tersebut. Pada lantai dalam bale meten tetap menggunakan media tanah keras , pada dinding menggunakan pasangan tanah polpolan, untuk struktur saka dan bale menggunakan kayu yang sangat tua serta pada struktur atapnya menggunakan bambu sebagai iga-iga,rumput alang-alang sebagai penutup atapnya dilihat dari bahan yang masih sangat tradisional jadi wajar saja para wisatawan sering berkunjung melihat bangunan-bangunan tradisional di rumah Bapak Wayan Negara. 2.
Bale Meten Bapak I Wayan Sutarga Studi kasus kedua yaitu pada bangunan Bale Meten Sakutus dari Bapak I Wayan Sutarga yang berlokasi di Br. Sangging Desa Sibang Kaja, Abian Semal Badung. Bale meten ini merupakan jenis bangunan yang sangat berbeda dari bangunan studi kasus yang lain karena mengalami perubahan struktur badannya yaitu tidak ada 8 saka yang menopang struktur atap posisi tersebut digantikan oleh dinding. Pekarangan rumah dari Bapak I Wayan Sutarga terletak di sebelah utara jalan jempiring menghadap ke arah selatan. Bangunan Bale Meten Sakutus pada kasus ini terletak di bagian utara yang menghadap ke arah natah, bentuk bangunan persegi panjang, tidak ada lagi 8 saka yang menopang rangka atap, digantikan oleh bagian dinding. Hiasan murda Atap genteng
Dinding batu bata dengan motif ukiran bali
Pintu motif bali Bataran batu paras Lantai keramik putih
Gambar 2. Foto Tampak Depan Bale Meten Rumah Bapak I Wayan Sutarga Sumber : Dok. Pribadi
Bale Meten yang ada di pekarangan rumah Bapak I Wayan Sutarga memiliki fungsi pada umumnya yaitu sebagai tempat tidur/istirahat kepada orang tua dalam satu pekarangan tetapi saat ini bale meten tersebut telah mengalami perubahan area dalamnya yaitu tidak ada 8 saka seperti Bale Meten Sakutus. Ruang dalamnya sangat luas hanya terdapat satu tempat tidur serta adanya fungsi tambahan lain seperti ruang untuk kerja dan bersantai. Bahan yang dipakai dalam bangunan bale meten sangat berbeda jauh dari studi kasus pertama yang masih tradisional terlihat dari bahan atap,dinding serta lantai
5
yang sudah menggunakan bahan modern seperti sekarang ini. Pada lantai bale meten menggunakan keramik warna putih, bagian dinding menggunakan batu bata dengan motif cat warna tanah,bagian bataran ada batu paras, bagian atapnya yaitu pada penutup atap menggunakan genteng serta hiasan murda ikut celedu dan bagian iga-iganya menggunkan kayu seseh/kelapa. Dilihat dari segi bahan bale meten Bapak I Wayan Sutarga ini berubah menjadi bangunan yang modern sesuai fungsi zaman sekarang tetapi dari wawancara dengan pemilik rumah untuk tata letak dan bentuknya tetap dipertahankan sebagai nilai warisan leluhur. 3.
Bale Meten Sakutus Bapak I Wayan Mawis Studi kasus yang ketiga yaitu pada bangunan Bale Meten Sakutus dari Bapak I Wayan Mawis yang berlokasi di Br. Selat Desa Adat Sobangan, Mengwi Badung. Bale Meten Sakutus ini merupakan jenis bangunan Bale Meten Sakutus yang mirip dengan studi kasus pertama yaitu sama-sama memiliki 8 saka yang merangkai 2 bale , tetapi seiring berjalannya waktu bangunan bale meten ini mengalami sedikit perubahan pada penggunaan bahan atap. Pekarangan rumah dari Bapak I Wayan Mawis terletak di sebelah timur jalan kapten japa menghadap ke arah barat serta diapit oleh dua pekarangan rumah. Bangunan bale meten sakutus ini terletak di bagian utara yang menghadap kearah natah, bentuk bangunan persegi panjang yang memiliki struktur 8 saka dengan dua balai tempat tidur serta ditutupi oleh dinding dengan bahan tanah polpolan. Bale Meten Sakutus yang ada di pekarangan rumah Bapak I Wayan Mawis memiliki fungsi pada umumnya yaitu sebagai tempat tidur/istirahat kepada orang tua dalam satu pekarangan karena Bale Meten Sakutus tersebut sangat baik dari segi penghawaan alaminya selain fungsi umum Bale Meten Sakutus ini juga berfungsi sebagai tenpat menyimpan benda-benda penting lainnya.
Atap asbes
Dinding pol-polan cat putih Pintu motif bali
Batu paras cat abu-abu
Gambar 3. Foto Tampak Depan Bale Meten Sakutus Bapak I Wayan Mawis Sumber : Dok. Pribadi
Bahan yang dipakai dalam bangunan Bale Meten Sakutus ini yaitu bahan-bahan yang juga tradisional seperti studi kasus pertama. Pada lantai dalam bale meten tetap menggunakan media tanah keras , pada dinding menggunakan pasangan tanah pol-polan dengan cat warna putih, bagian bataran menggunakan bahan batu
6
paras cat abu-abu untuk struktur saka dan bale menggunakan kayu yang sangat tua serta pada struktur atapnya menggunakan kayu bingkrai sebagai iga-iga, asbes sebagai penutup atapnya sekilas tentang bahan-bahan yang ada pada Bale Meten Sakutus Bapak I Wayan Mawis ,secara keseluruhan semua bahan masih tradisional kecuali bahan yang dipakai di bagian atap karena alasan bahan yang lama sudah tidak bisa digunakan lagi. Berikut ini merupakan beberapa hal pokok yang dapat disimpulkan mengenai bangunan Bale Meten yaitu : 1. Fungsi Bangunan Bale Meten Dari beberapa studi kasus yang dilakukan, sebagian besar menyebutkan bahwa fungsi dari bangunan Bale Meten adalah sebagai tempat istirahat untuk orang tua dan juga merupakan acuan guru untuk bangunan yang lain. Bale Meten adalah bangunan yang memiliki delapan buah saka yang terdiri dari dua balai tempat tidur serta bentuk Bale Meten umumnya persegi panjang yang memiliki satu buah pintu masuk. 2. Tata letak Bangunan Bale Meten Dari hasil studi kasus dapat disimpulkan bahwa tata letak Bale Meten yaitu di sebelah utara dan menghadap ke arah selatan dalam satu pekarangan. 3. Hiasan Bangunan Bale Meten Dari hasil survey studi kasus bahwa Bale Meten merupakan bangunan yang sifatnya sederhana karena seiring perkembangan zaman, Bale Meten hanya menggunakan hiasan pada bagian dinding terluar untuk bagian saka,sendi,lambang, serta bagian struktur yang lain tidak menggunakan hiasan seperti ukiran karena Bangunan Bale Meten sifatnya sederhana. 4.
Proses Pembangunan Bale Meten Sakutus Tahapan dalam pembangunan Bale Meten akan melalui beberapa tahapan, tahap perencanaan meliputi pemilihan lokasi, upacara-upacara seperti mencari dewasa ayu serta upacara terhadap lokasi yang akan di bangun (pembersihan), tahapan pemprogaman meliputi menentukan fungsi dan besaran Bale Meten yang akan dibangun, tahapan desain disini akan bertemunya tiga orang atau lebih dalam pembicaraan desain yang terdiri dari Pemilik yang berkeinginan merenovasi bangunan Bale Meten, Undagi sebagai pelaksanaan pembangunan serta Ciwa sebagai pemberi kejelasan masalah bentuk, upakara, dewasa dan yang lainnya yang berhubungan dengan niskala. Jika tahapan diatas berjalan maka langkah selanjutnya adalah tahapan pelaksanaan. Tahapan pelaksanaan meliputi persiapan yaitu merupakan persiapan dalam hal pengadaan dan pengolahan material untuk pembentukan elemen-elemen dalam pendirian Bale Meten, kemudian pendirian yaitu kegiatan menggali atau ngeruak karang ,pasang pondasi atau nasarin , kemudian perakitan fisik, dan penyelesaian yaitu proses pelaksanaan fisik yang paling akhir, dilanjutkan pemelapasan sesuai dengan maksud supaya bangunan memiliki jiwa secara ritual dan bernilai.
5. SIMPULAN a) Bale Meten berfungsi sebagai bangunan tempat istirahat tidur untuk orang tua dalam satu pekarangan biasanya bagian atas lambang digunakan sebagai tempat menyimpan barang-barang berharga dan keperluan lainnya. Dalam area Bale Meten
7
b)
c)
d)
terdapat 8 (delapan) buah saka yang merangkai 2 (dua) balai tempat tidur, kedelapan saka tersebut berfungsi juga sebagai penopang struktur atap Bale Meten. Bentuk Bale Meten tidak jauh berbeda antara Bale Meten satu dengan yang lainnya karena dasar-dasar pembangunan Bale Meten sudah memiliki aturan yang jelas yang termuat pada lontar asta kosala-kosali dan asta bumi. Pada umumnya kedudukan Bale Meten dalam suatu pekarangan berada di sebalah utara dan berorientasi ke natah pekarangan, serta Bale Meten merupakan acuan guru untuk bangunan yang lain. Dasar-dasar pembangunan Bale Meten menggunakan aturan-aturan yang termuat pada lontar asta kosala-kosali dan asta bumi. Satuan-satuan ukuran yang dipakai dalam pembangunan Bale Meten adalah satuan ukuran Arsitektur Tradisional Bali. Proses perancangan Bale Meten tidak jauh berbeda dengan bangunan lainnya, mulai dari perencanaan, pemrograman, persiapan bahan, dan di laksanakannya pembangunan. Dalam proses pembangunan tersebut ada beberapa upacara yang dilakukan. Setelah bangunan selesai maka dilaksanakan upacara terakhir yaitu upacara memakuh dan pemlaspasan bangunan.
DAFTAR PUSTAKA Budihardjo, R. 2013. Konsep Arsitektur Bali Aplikasinya pada Bangunan Puri. Jurnal Nalars Vol. 12 No. 01 Dwijendra, Ngakan Ketut Acwin. 2003. Perumahan dan Permukiman Tradisional Bali. Denpasar: Udayana University Press. Moleong, L. J. 2008. Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Gelebet, I Nyoman. 1978. Pokok-pokok Pengarahan Arsitektur Tradisional Balidalam Rangka Pengembangan Kepariwisataan. Dinas Kepariwisataan DT. TK.1 Provinsi Bali. . 1986. Arsitektur Tradisional Daerah Bali. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Bali, Denpasar. . 1993. Peranan Arsitektur dalam Pengembangan Kebudayaan Nasional dan Kepribadian Bangsa dalam buku dalam Kebudayaan dan Kepribadian Bangsa Sudharta, Tjokorda Rai. Ed. Denpasar: Upada Sastra. Geria, I Wayan. 1990. Pola Orientasi Nilai Budaya Masyarakat Bali dalam Pembangunan. Laporan Penelitian, Universitas Udayana, Denpasar. Sugiyono. 2008. Buku Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung : Alfabeta.
8