KARAKTERISASI TOKOH DALAM SATUA GALUH PITU (KAJIAN PSIKOLOGI SASTRA)
OLEH : NI LUH GEDE GUSMIARINI NIM. 09.1.1.7.1.3294 alamat E-mail :
[email protected] Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar Pembimbing I,
Dra. Ni Made Sukerni, M.Ag
Pembimbing II,
Drs. I Made Wiradnyana, M.Hum Mengetahui Pembantu Dekan I,
Dra. Ni Nyoman Perni, M.Pd
ABSTRAK Satua Bali merupakan salah satu kesusastraan Bali tradisional, yang sering disebut dengan sastra lisan. Semakin berumur tua satua Bali semakin punah dan tidak diminati lagi akibat dari perkembangan zaman yang semakin maju. Satua Bali yang mengandung berbagai nilai-nilai yang luhur sekarang sudah di geser keberadaannya oleh tayangan-tayangan televisi seperti sinetron yang isinya kurang mendidik. Selain satua mengandung nilai-nilai luhur agama Hindu, bisa juga digunakan sebagai hiburan mengasyikkan yang mengandung unsur fantasi bagi anak-anak. Satua juga merupakan sarana pendidikan moral dan budi pekerti pada anak dan
1
karakter tokoh yang bisa dijadikan tauladan dan mana yang tidak perlu ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini mengkaji beberapa masalah yaitu : (1) Bagaimanakah satuan naratif yang membangun satua Galuh Pitu? (2) Bagaimanakah karakterisasi tokoh yang terdapat dalam satua Galuh Pitu? (3) Apa sajakah nilai-nilai yang terkandung dalam satua Galuh Pitu? Tujuan dari penelitian ini secara umum untuk melestarikan kebudayaan Bali berupa satua Bali, dan secara khusus penelitian ini bertujuan : (1) Untuk mengetahuan satuan naratif yang membangun satua Galuh Pitu (2) Untuk mengetahui karakterisasi tokoh dalam satua Galuh Pitu (3) Untuk mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalam satua Galuh Pitu. Untuk menjawab ketiga permasalahan tersebut digunakan beberapa teori diantaranya teori struktural, teori nilai, dan teori psikologi sastra. Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif. Metode yang digunakan dalam penelitian ini diantaranya menggunakan metode kepustakaan, metode pencatatan dokumen, dan metode hermeneutika. Selanjutnya analisis data dengan metode deskriptif analitik yaitu data yang sudah terkumpul selanjutnya ditafsirkan dan kemudian hasilnya dideskripsikan. Tahap analisis data menggunakan metode informal yaitu hasil pengolahan data disajikan dengan mempergunakan kata-kata atau kalimat. Hasil yang dicapai dalam penelitian ini yaitu (1) Satuan naratif yang terkandung dalam satua Galuh Pitu, yaitu mukha, pratimuka, garbha, vimarsa, nirvahana, tema, dan amanat. (2) Karakterisasi tokoh utama, dan karakterisasi tokoh bawahan. (3) Nilai yang di petik diantaranya nilai tatwa, nilai etika, nilai pendidikan budi pekerti, nilai pendidikan logika. Kata Kunci : Karakterisasi Tokoh, Satua, dan Nila i PENDAHULUAN Satua Bali merupakan salah satu kesusastraan Bali tradisional, yang sering disebut dengan sastra lisan. Semakin berumur tua satua Bali semakin punah dan tidak diminati lagi akibat dari perkembangan zaman yang semakin maju. Satua Bali yang mengandung berbagai nilai-nilai yang luhur sekarang sudah di geser keberadaannya oleh tayangan tayangan televisi seperti sinetron yang isinya kurang mendidik. Selain satua mengandung nilai-nilai luhur agama Hindu, bisa juga digunakan sebagai hiburan mengasyikkan yang mengandung unsur fantasi bagi anak-anak. Satua juga merupakan sarana pendidikan moral dan budi pekerti pada anak yang harus ditanamkan sejak dini untuk pembentukkan karakter anak, satua secara tidak langsung menjadi alat komunikasi antara orang tua dan anak.
2
Penelitian ini membahas satua yang berjudul Galuh Pitu kumpulan I.NK Supatra. Kumpulan satua I.NK Supatra terdiri dari lima satua. Dari kelima satua tersebut peneliti tertarik untuk meneliti satua Galuh Pitu dari karakterisasi tokoh, karena dari karakterisasi tokoh yang terdapat dalam satua Galuh Pitu akan memberikan dampak yang sangat baik terhadap pembaca yang dapat dipetik dari segi positifnya. Segi positif yang dimaksud adalah bagaimana pembaca mampu memilah karakter tokoh yang bisa dijadikan tauladan dan mana yang tidak perlu ditiru dalam kehidupan sehari-hari. Rumusan masalah : 1. Bagaimanakah satuan naratif yang membangun satua Galuh Pitu? 2. Bagaimanakah karakterisasi tokoh yang terdapat dalam satua Galuh Pitu? 3. Apa sajakah nilai-nilai yang terkandung dalam satua Galuh Pitu? Tujuan Penulisan 1. Untuk Galuh 2. Untuk 3. Untuk Galuh
: mengetahui satuan naratif yang membangun satua Pitu mengetahui karakterisasi tokoh dalam satua Galuh Pitu mengetahui nilai-nilai yang terkandung di dalam satua Pitu.
METODE Metode merupakan jalan yang berkaitan dengan cara kerja dalam mencapai sasaran yang diperlukan bagi penggunanya, sehingga dapat memahami obyek sasaran yang dikehendaki dalam upaya mencapai sasaran atau tujuan pemecahan masalah. Jenis Penelitian tentang karakterisasi tokoh dalam satua Galuh Pitu (Kajian Psikologi Sastra) merupakan jenis penelitian kualitatif. Pendekatan Penelitian menggunakan dua pendekatan dari empat macam pendekatan karya sastra yang dikemukakan oleh Abrams, yakni yang pertama pendekatan objektif. Pendekatan objektif digunakan untuk menganalisis aspek-aspek intrinsik dalam satua Galuh Pitu, karena pendekatan objektif ini sering disebut dengan pendekatan struktural. Pendekatan yang kedua yakni pendekatan pragmatis, pendekatan ini adalah pendekatan kajian sastra yang menitikberatkan kajiannya terhadap peranan pembaca dalam menerima, memahami, dan menghayati karya sastra, dalam hal ini satua Galuh Pitu. Jenis Data Penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yaitu meneliti atau menganalisis tentang karakterisasi tokoh dalam satua Galuh Pitu (Kajian Psikologi Sastra).
3
Sumber Data Data primer dalam penelitian ini adalah berupa satua yang berjudul Galuh Pitu yang disusun oleh I.NK Supatra, cetakan pertama bulan September tahun 2006. Tebal satua ini adalah 88 halaman dengan cover depan berwarna hijau muda. Novel ini ditemukan di Kayumas Agung yang beralamat di Jalan Teuku Umar Gg. Perkutut No. 1 Denpasar. Telepon (0361) 235549. Faksimile (0361) 225289. Data sekunder adalah data yang diperoleh atau dikumpulkan oleh orang yang melakukan penelitian dari sumber-sumber yang telah ada. Metode Pengumpulan Data Tahap awal yang digunakan pada penelitian ini adalah tahap penyediaan data, yaitu metode membaca terhadap naskah satua Galuh Pitu. Selanjutnya dilakukan dengan menterjemahkan naskah satua Galuh Pitu dari bahasa Bali ke bahasa Indonesia. Dalam teknik penerjemahan ini dilakukan dengan teknik terjemahan harfiah. Tahap selanjutnya pengumpulan data dengan menggunakan beberapa metode yaitu diantaranya : Metode kepustakaan merupakan metode dengan mengkaji bahan pustaka berupa sumber bacaan, refrensi atau hasil penelitian lain yang memiliki kaitan dengan permasalahan yang diangkat . Tehniknya dilakukan dengan menemukan dan mengumpulkan sejumlah buku yang memuat teori struktural, karakterisasi tokoh penokohan dan pengkajian nilai-nilai sastra. Instrumennya buku referens ditunjang oleh perpustakaan yang ada, yaitu perpustakaan IHDN Denpasar, perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Udayana, perpust akaan IKIP PGRI Bali, dan perpustakaan Dwijendra. Metode pencatatan dokumen adalah suatu cara untuk mengumpulkan data yang dilakukan dengan kategori dan klasifikasi bahan tertulis yang berhubungan dengan masalah penelitian baik dari dokumen maupun buku, koran, majalah dll. Tehniknya pencatatan dengan sistematis melalui pengkategorian dan pengklasifikasian. Instrumennya kertas dan pulpen. Metode Hermeneutika adalah yakni gejala-gejala, fenomenafenomena melalui dialog-dialog yang dilakoni oleh para tokoh/pelakupelaku yang terdapat dalam satua Galuh Pitu. Tehniknya membaca. Dalam menganalisis satua galuh pitu ada beberapa tahap yang harus diperhatikan : Tahap Reduksi data adalah proses pemilihan, pengabstrakan data kasar yang diperoleh dari berbagai catatan-catatan tertulis di lapangan yang dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan kepada hal-hal yang penting dan berkaitan dengan masalah. Tahap Penyajian data merupakan proses merangkai atau menyusun informasi yang telah melalui tahap reduksi untuk selanjutnya dilakukan interpretasi data. Data yang digunakan dalam penelitian ini berbentuk teks naratif. Tahap display, mengingat data yang terkumpul demikian banyak. Data yang bertumpuk menimbulkan kesulitan dalam
4
menggambarkan detail secara keseluruhan makanya timbul kutipan pada analisis. Setelah itu baru disimpulkan berdasarkan reduksi dan penyajian data, peneliti kemudian mencari struktur, nilai -nilai pendidikan dan adanya keterkaitan antara karakterisasi tokoh dengan psikologi sastra dalam satua Galuh Pitu. Apabila ada data baru yang berhubungan dengan permasalahan yang diteliti, yang nantinya merubah kesimpulan sementara dan data tersebut telah didukung oleh bukti yang valid maka dilakukan perbaikan, sehingga akhirnya mendapatkan data final yang valid dan konsisten. Setelah melakukan tahap di atas barulah dianalisis dengan metode formal dan metode deskriptif kualitatif. Metode formal mempertimbangkan aspek-aspek formal, aspek-aspek bentuk, yaitu unsur-unsur karya sastra. Metode deskriptif kualitatif dikatakan dengan mendeskripsikan fakta yang kemudian dilanjutkan dengan analisis. HASIL PENELITIAN Teori struktural digunakan untuk membedah rumusan masalah yang pertama yang membahas satuan naratif, peneliti menggunakan satuan naratif (sandi) karena satuan naratif sudah mencakup yang di bagi dalam berbagai unit. Misalnya unit pertama muka pada unit muka menggambarkan permulaan suatu cerita apabila dalam muka terdapat latar atau insiden boleh di masukkan karena sudah menjadi satu kesatuan. Kalau struktur itu dibentuk oleh unsur seperti insiden, plot, penokohan sehingga tidak bisa dijadikan satu. Unit muka (pembukaan/situation) dlm satua galuh pitu berisi penggambaran awal satua dari prabu beksa yang memiliki tujuh orang putri yang bernama galuh pitu. Dalam unit muka terdapat insiden dan latar tempat. Unit pratimuka (peristiwa yang bersangkut paut mulai bergerak, terdapat insiden dan latar waktu, latar tempat. Unit garbha (suatu keadaan mulai memuncak). Unit vimarsa (peristiwa-peristiwa sudah mencapai puncak klimaks). Unit Nirvahana (pengarang memberikan pemecahan permasalahan soal dari semua peristiwa). Tema dari satua Galuh Pitu adalah perjalanan hidup dan kecerdikan, Tetuwek satua galuh pitu iraga sareng sami patut menyama saling asah, asih asuh buka pamargin ipun raden galuh pitu, sing ja dadi anake pules dogen ngewai-wai sawireh to sing ja luwung. Ento madan anak males. Anak ane males lakar setata nepukin pakeweh. Pinehang malu setonden melaksana, apang tusing cara ia I raksasa, ngemasin mati ulian kebelogane. Teori nilai digunakan untuk membedah masalah yang ketiga yaitu nilai-nilai apa saja yang terkandung dalam satua galuh pitu. Dalam satua galuh pitu terdapat beberapa nilai yang pertama nilai agama yang di bagi menjadi dua nilai tattwa dan nilai etika. Nilai tatw a dalam satua galuh pitu merupakan istilah filsafat yang didasarkan atas tujuan yang hendak di capai oleh filsafat itu yakni kebenaran sejati yang hakiki dan tertinggi
5
yang terlihat dalam kutipan satua galuh pitu hal 43. Dalam satua galuh pitu hanya memuat ajaran kepada tuhan yang maha esa. Dimana galuh pitu percaya terhadap tuhan yang maha esa. Dalam ajaran agama hindu percaya terhadap adanya tuhan disebut panca sradha yang terdiri dari 5 bagian yakni percaya kepada tuhan, atman, karmapala, punarbaha dan moksa. Yang ke dua nilai etika dalam satua galuh pitu. Nilai etika yang dimaksud adalah tata susila yang dapat diartikan sebagai tingkah laku yang baik yang menjadi pedoman hidup manusia. Ajaran etika akan memegang peranan penting dalam kehidupan manusia se hari-hari yang berhubungan dengan sesama. Dalam satua galuh pitu nilai etika terlihat pada kutipan satua halaman 37 dan 39 yang menggambarkan tingkah laku galuh pitu yang lugu dan polos kepada ibunya. Dan tingkah laku ibunya di dapur saat memberikan kue kepada galuh pitu dengan rasa kasih sayang. Nilai pendidikan yang terdapat dalam satua galuh pitu ada dua yaitu nilai pendidikan logika dan pendidikan budi pekerti. Nilai pendidikan logika dalam satua galuh pitu adalah kecakapan berpikir dengan tepat bisa membedakan dan menimbang dan akhirnya memilah antara baik dan buruk. Dengan logika dapat diambil suatu keputusan untuk mengarahkan kepada pemecahan suatu masalah. Pendidikan logika dalam satua galuh pitu adalah kecerdikan galuh pitu dalam menghadapi raksasa yang besar dan suka memakan manusia yang dapat dilihat dalam kutipan satua hal 45. Pendidikan budi pekerti dlm satua galuh pitu merupakan menanamkan akhlak yang mulia kepada kita agar dapat membedakan perbuatan yang baik dan buruk melalui budhi (wiweka). Karakterisasi yang ditinjau dari tokoh utama terbagi atas apa yang menjadi pemikiran-pemikiran untuk menghadapi suatu permasalahan. Dari kutipan di atas menunjukkan bahwa kecerdikan dari Raden Galuh Pitu untuk membuat raksasa itu mengira bahwa pantatnyal ah yang memakan semua peliharaan dan beras miliknya. Hal ini menunjukkan bahwa kemampuan untuk melawan raksasa yang memiliki badan yang sangat besar rasanya tidak mungkin dilawan dengan tenaga, cara yang paling tepat digunakan untuk mengalahkan raksasa itu adalah dengan berpikir secara rasional dan menggunakan akal pikiran dalam berbuat, serta menghadapi lingkungan secara efektif. Dari karakterisasi tokoh utama yang telah dipaparkan di atas maka karakter dari tokoh utama adalah intelektualitas dari Galuh Pitu yang dianalisis berdasarkan tiga aspek yaitu aspek fisiologis, aspek sosiologis, aspek psikologis. Karakterisasi tokoh bawahan: Prabu Beksa adalah ayah dari tokoh utama yang merupakan sesosok orang tua yang dihormati oleh istri dan anaknya. Tetapi karena hobinya sang prabu berjudi mengakibatkan keluarga prabu beksa jatuh miskin dan membuat prabu beksa tidak bisa memberikan apa-apa kepada anak-anaknya. Tokoh prabu beksa akan dilihat dari segi psikologisnya saja karena segi psikologis dan sosiologisnya tidak ditemukan.
6
Karakter dari sang prabu beksa tidak baik untuk ditiru karena membuat keluarganya menderita. Dan terlalu menuruti indrianya yang selalu berjudi. Sebagai seorang manusia berjudi adalah tindakan yang tidak baik dan merugikan orang-orang disekeliling kita dan merugikan diri sendiri. Biang Galuh adalah ibu dari tokoh utama yang merupakan sesosok orang tua yang gigih dalam mengelola keluarganya walaupun suaminya hobinya berjudi sehingga hartanya habis. Dilihat dari segi fisiologis, biang galuh adalah seorang wanita tua sederhana namun memiliki semangat tinggi. Dimensi sosiologis biang galuh adl pekerjaan yang dilakukan oleh Biang Galuh sebagai penjual kue laklak. Dimensi psikologis biang galuh adalah mentalitas biang Galuh yang ditinggalkan oleh putrinya karena jatuh dari jembatan. Sikap biang Galuh tentu didasari karena ia sangat menyayangi dan mencintai putrinya. Dari paparan kutipan di atas maka dapat dikatakan bahwa karakterisasi tokoh bawahan biang Galuh adalah penyayang, mencintai putrinya, berani berkorban agar anak-anaknya tidak menderita. Karakter dari biang Galuh patut ditiru karena kasih sayang yang biang galuh berikan terhadap anak-anaknya sangatlah besar. Sebagai seorang anak tidak boleh melawan perintah orang tua apalagi seorang ibu, karena sorga terletak di kaki ibu. Tokoh Raksasa dalam satua Galuh Pitu merupakan tokoh yang dikategorikan sebagai tokoh yang bersifat serakah, kasar, dan pemalas. Raksasa ini tidak bisa berpikir sebelum bertindak ketika Galuh Pitu mengumpulkan sampah dari sisa-sisa makanan yang di tumpuk di pantatnya raksasa. Dilihat dari segi fisiologisnya, raksasa adalah seorang manusia yang menyeramkan, berbadan besar, matanya melotot, perutnya buncit, rambutnya gondrong dan identik suka memakan manusia. Dimensi sosiologis raksasa adalah pekerjaan memelihara berbagai macam hewan. Dimensi psikologis raksasa adl mentalitas raksasa yang mengetahui semua peliharaannya habis dan raksasa itu melihat pantatnya mengira memakan semua peliharaannya. Sikap raksasa tentu didasari karena kemarahan yang teramat besar sehingga dia tidak bisa berpikir sebelum dia berbuat. Dari paparan kutipan di atas maka dapat dikatakan bahwa karakterisasi tokoh bawahan raksasa adalah pemalas yang kerjaannya hanya tertidur saja. Sehingga raksasa tidak mengetahui bahaya akan datang karena kebodohannya sendiri. Sikap dari raksasa ini tidak patut untuk ditiru dan di contoh karena selain tidak bisa berpikir positif, kita juga dengan gampangnya dibodohi oleh orang lain dan menyebabkan merugikan diri sendiri. Jadi dalam penentuan tokoh utama dapat dilihat dari tiga aspek yaitu aspek fisiologis, aspek sosiologis, aspek psikologis.
7
SIMPULAN Dari pembahasan tersebut di atas dapat ditarik suatu kesimpulan diantaranya : 1. Analisis satuan naratif yang membangun satua Galuh Pitu dibagi menjadi beberapa unit yaitu: (1) Unit Mukha (pembukaan/ situation), (2) Unit Prthimukha (generating circumtances), (3)Unit Garbha (Rising Action), (4) Unit Vimarsa (climaks), (5) Unit Nirvahana (denoument), Tema dan amanat. 2. Karakterisasi tokoh yang terdapat dalam satua Galuh Pitu adalah (1) karakterisasi tokoh utama, (2) karakterisasi tokoh bawahan 3. Ajaran nilai-nilai kemasyarakatan yang terkandung dalam satua Galuh Pitu meliputi : (1) nilai agama, (2) nilai pendidikan. SARAN Berdasarkan hasil penelitian di atas, maka untuk menyempurnakan hasil penelitian ini ada beberapa saran sebagai berikut: 1. Penelitian karakterisasi tokoh dalam satua Galuh Pitu (kajian psikologi sastra) belum dapat dikatakan tuntas dan masih perlu di analisis lagi. Dalam hal ini peningkatan analisis terhadap khasanah kesusastraan modern Bali khususnya karakter yang sangat diperlukan, sehingga nantinya dapat mempermudah dalam memahami isi cerita dan mempermudah dalam mengkaji aspek yang terdapat dalam satua ini serta memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu-ilmu sastra pada umumnya dan perkembangan-perkembangan ilmu sastra. UCAPAN TERIMA KASIH Puji syukur penulis panjatkan kehadapan Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, hanya atas asung kerta wara nugraha-Nya skripsi yang berjudul “Karakterisasi Tokoh Dalam Satua Galuh Pitu (Kajian Psikologi Sastra)” dapat terselesaikan. Dalam penyusunan karya ilmiah ini penulis banyak memperoleh bimbingan, motivasi, arahan dan petunjuk-petunjuk dari berbagai pihak. Sehubungan dengan itu melalui kesempatan ini, penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Dr. I Made Titib, Ph.D, Rektor Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan. 2. Dr. Drs. I Nyoman Linggih, M.Si, Dekan Fakultas Dharma Acarya yang telah memberikan kesempatan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini. 3. Dra. Ni Made Sukerni, M.Ag, Kejur Pendidikan Bahasa dan Sastra Agama, sekaligus menjadi Pembimbing I yang penuh kesabaran telah memberikan bimbingan, petunjuk, motivasi dan saran-saran selama menyelesaikan penelitian ini.
8
4. Drs. I Made Wiradnyana, M.Hum, Pembimbing II yang penuh kesabaran telah memberikan bimbingan dan mengarahkan penulis sehingga dapat menyelesaikan penelitian ini dengan baik dan tepat pada waktunya. 5. Para Dosen yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah mentransfer ilmu kepada penulis dengan kerendahan hati. 6. Bapak/Ibu Pejabat Struktural dan Fungsional Institut Hindu Dharma Negeri Denpasar atas layanannya selama penulis mengikuti studi hingga penyelesaian skripsi ini. 7. Rekan-rekan serta semua pihak yang telah membantu penulis dalam usaha mengumpulkan data dan informasi sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik. Penulis menyadari skripsi ini masih jauh dari sempurna, karena keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang dimiliki, maka kritik dan saran yang bersifat konstruktif sangat penulis harapkan untuk kebaikan dan kesempurnaan karya tulis ini. Akhir kata semoga Ida Sang Hyang Widhi Wasa/Tuhan Yang Maha Esa, selalu melimpahkan rahmat-Nya kepada semua pihak yang telah membantu pelaksanaan dan penyelesaian skripsi ini. DAFTAR PUSTAKA Abrams, M.H. 1979. The Mirror and Lamp : Romantic Theory and the Critical Tradition. New York : oxford University Press. Adnyana. 2009. “Tinjauan Psikologi Sastra Satua Kepuh Mati Baan Droaka Karya N. Marewo” (Skripsi) : Universitas Dwijendra. Agastia, Ida Bagus Gede. 1994 Kesusastraan Hindu Indonesia. Denpasar. Yayasan Dharma Sastra. Aminudin, 2002. Pengantar Apresiasi Karya Sastra. Bandung : Sinar Baru Algensindo. Arikunto, Suharsini. 2006. Prosedur Penelitian. Jakarta : Bina Aksara. Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial, Format-format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya : Airlangga University Press. Depdiknas. 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi ke Tiga. Jakarta Balai Pustaka. Diah Indrayani. 2012. “Pendidikan Karakter Dalam Satua Bali pada Kumpulan Satua : Tinggen” (Skripsi) : IHDN Denpasar. Djaali, 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta : Bumi Aksara.
9
Elmubarok, Zaim. 2008. Membumikan Pendidikan Nilai Mengumpulkan Yang Terserak, Menyambung Yang Terputus dan Menyatukan Yang Tercerai. Bandung : Alfabeta. Endraswara, Suwardi. 2006. Metodologi Penelitian Sastra. Yogyakarta : FBS. Esten, Mursal. 1982. Sastra Indonesia dan Tradisi Sub Kultur. Bandung : Angkasa. Iqbal, Hasan. 2002. Pokok-Pokok Penelitian Metodologi dan Aplikasinya. Bandung : Ghalia Indonesia. Kaelan, 2005. Metodologi Penelitian Kualitatif Bidang Filsafat. Yogyakarta : Paradigma. Koentjaraningrat, 1979. Beberapa Pokok Antropologi Sosial. Jakarta : PT. Dian Rakyat. Lidra. 2009. Analisis Struktur dan Nilai Pendidikan Satua I Kurmawa Ngambul. IKIP Denpasar. Luxemburg, Jan Van, dkk. 1984. Pengantar Ilmu Sastra. Di indonesiakan oleh Dick Hartono. Jakarta : PT Gramedia. Mardalis, 2007. Metode Penelitian (suatu pendekatan proposal). Jakarta : Bumi Aksara. Mido, Frans. 1994. Cerita Rekaan dan Seluk Beluknya. Flores : Nusa Indah Minderop Albertine, 2005. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta : Yayasan Obor. Moloeng, LJ. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : Remaja rosda Karya Namawi Hadari.H. 2005. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press. Nurgiyantoro, Burhan. 1995. Teori Pengkajian Fiksi. Gajah Mada University Press. Putriyani Dewi. 2012. “Aspek Psikologi Tokoh Santosa dalam Novel Tresnane Lebur Ajur Satonden Kembang (Kajian Psikologi Sastra) (Skripsi) : IHDN Denpasar.
10