KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK HASIL FORMUL ASI DERIVAT ASPAL DENGAN MATRIKS DARI FRAKSI MINYAK BUMI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS ASPAL JALAN
Oleh : DIAH TRI UTAMI G74101025
PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
ABSTRAK DIAH TRI UTAMI, Karakterisasi Sifat Mekanik Hasil Formulasi Derivat Aspal dengan Matriks dari Fraksi Minyak Bumi untuk Peningkatan Kualitas Aspal Jalan. Dibimbing oleh MERSI KURNIATI dan NUR LATIFAH. Aspal merupakan unsur pokok alami dari sekian banyak minyak bumi dalam bentuk cairan dalam keadaan panas. Minyak bumi mentah disuling untuk memisahkan bahan campuran lain dan mengambil aspalnya. Ada beberapa fungsi aspal, selain sebagai sarana transportasi juga dapat berguna sebagai pelapis atap, perekat, dan lain-lain. Apabila aspal dimodifikasi, dapat lebih berguna sebagai ubin, anti bocor, pelindung bangunan yang terpendam dalam tanah. Selain itu, aspal juga dapat dimanfaatkan sebagai lapisan konstruksi beton pada tempat parkir, lapangan terbang, dan sebagai dinding pondasi vertikal terowongan. Penelitian ini bertujuan untuk membuat campuran derivat aspal dan matriks dari fraksi minyak bumi menjadi aspal jalan yang kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan yang sudah ada. Sampel dibuat dalam lima jenis campuran derivat aspal dan matriks dari fraksi minyak bumi yang berbeda komposisinya, yaitu 85.0%:15.0%, 87.5%:12.5%, 90.0%:10.0%, 92.5%:7.5%, dan 95.0%:5.0%. Sampel dipanaskan kemudian dituang kedalam wadah untuk diuji dengan tiga parameter uji yang berbeda, yaitu uji softening point, penetrasi dan daktilitas. Hasil yang diinginkan adalah nilai softening point minimal mencapai 50.0oC, kemudian hasil penetrasi 35.0-50.0 mm dan daktilitas sebesar 150.0 cm. Dari hasil pengujian ternyata karakteristik masing-masing sampel sudah memenuhi standar karakteristik aspal jalan raya yang telah ada. Kemudian sebagai hasil akhir akan diambil sampel yang memiliki komposisi optimal dengan karakteristik nilai softening point 50.7 oC, kedalaman penetrasi 36.5-39.0 mm dan nilai daktilitas lebih besar dari 150.0 cm.
KARAKTERISASI SIFAT MEKANIK HASIL FORMULASI DERIVAT ASPAL DENGAN MATRIKS DARI FRAKSI MINYAK BUMI UNTUK PENINGKATAN KUALITAS ASPAL JALAN
Skripsi Sebagai salah satu syarat tugas akhir untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Oleh : DIAH TRI UTAMI G74101025
PROGRAM STUDI FISIKA FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Judul : Karakterisasi Sifat Mekanik Hasil Formulasi Derivat Aspal dengan Matriks dari Fraksi Minyak Bumi untuk Peningkatan Kualitas Aspal Jalan Nama : Diah Tri Utami NRP
: G74101025
Menyetujui,
Mersi Kurniati, M. Si. Pembimbing I
Nur Latifah, M. Si. Pembimbing II
Mengetahui, Dekan FMIPA
Dr. Yonny Koesmaryono, M.S NIP. 131 473 999
Tanggal Lulus :
Winners vs Losers One day a student asked to his teacher "Teacher, what should I do so I can become a winner in this life not a loser?" And the teacher said, "You have to learn the distinguish between them." If the loser is always a part of the problem Then the winner is always a part of the answer. If the loser always has an excuse Then the winner always has a program. If the loser says: "That’s not my job!" Then the winner says: "Let me do it for you!" If the loser sees a problem in every answer. Then the winner sees an answer for every problem. If the loser sees two or three sand traps near every green Then the winner sees a green near every sand trap. If the loser says: "It may be possible, but it’s too difficult!" Then the winner says: "It may be difficult, but it’s possible!" If you are willing to do all the winner list, you will be become winner.
Ibumu adalah, Ibunda darah dagingmu. Tundukkan mukamu, Bungkukkan badanmu, Raih punggung tangan beliau, Ciumlah dalam-dalam, Hiruplah wewangian cintanya, Dan rasukkan ke dalam kalbumu, Agar menjadi azimah bagi rizki dan kebahagiaan. (Emha Ainun Najib)
Untukmu yang tercinta, Ibu…
PRAKATA Bismillahirrahmanirrahim, Alhamdulillahirabbil’alamin. Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, karunia, dan kasih sayang-Nya sehingga dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan judul “Karakterisasi Sifat Mekanik Hasil Formulasi Derivat Aspal dengan Matriks dari Fraksi Minyak Bumi untuk Peningkatan Kualitas Aspal Jalan”. Shalawat serta salam tercurah kepada pemimpin dan tauladan bagi umat manusia, nabi besar Muhammad SAW. Penulis amat menyadari dalam penyusunan skripsi ini, penulis banyak mendapat masukan, bimbingan dan bantuan yang sangat berharga dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar -besarnya kepada yang terhormat, Ibu Mersi Kurniati, M. Si beserta keluarga, selaku Pembimbing I dan Ibu Nur Latifah beserta keluarga, selaku Pembimbing II, terima kasih atas bimbingan dan masukkannya. Kepada yang terhormat, Bapak Irzaman dan Bapak Setyanto Tri Wahyudi, selaku penguji. Terima kasih atas kritik dan sarannya. Untuk yang tercinta, Ibu, Bapak, Kakak-kakakku dan Adikku di rumah. Terima kasih atas motivasi, bantuan, pengorbanan dan terutama kasih sayang dan pengertiannya. Kepada Bapak Hanedi Darmasetiawan M. S. selaku komosi pendidikkan, terima kasih atas dukungannya dalam pelaksanaan penelitian dan penulisan skripsi. Dosen-dosen Fisika dan keluarga besar Fisika IPB (Pak Firman, Pak Yaya, Pak Asep, Ibu Grace, Bu Dini, Bu Eli, Pak Yani, Pak Musiran, Pak Rahmat, Pak Toni, Pak Parman, Pak Maulana dan pihak-pihak terkait yang tidak tercantum), terima kasih atas kerja samanya. Terima kasih kepada pihak Pertamina (Pak Suyanto, Pak Jito, Pak Syafnir, Mba Nari dan personel lainnya) atas kerja samanya. Untuk Ade, Piah, Poe, Wi2t, S-ti, Epi, Rika, Soepri, N-da, Ayank, Kk, Moogie, Coe, Iman, Aco, Jani, Doddy, H-sun, TeBe, Agus, Richie, Yayat, Gerald, Ma2n, Erus, Wawiko, Yei, Sigit, Guslani, thanks for everything. Terima kasih atas doa dan kebersamaannya kepada kakak-kakak Fisika angkatan 37, 36, 35 dan adik-adikku Fisika angkatan 39, 40, 41 serta Eltek angkatan 39, 40, 41. Kepada personel CLB (K’ Fara, Mba Dina, K’ Tin, Ni Salma, Mba Sai, Teh Ima, Moez, Reni, Poppy, Disti, Rani, Septi, Rike, Faza, Lina, Hesti, Witae, Rezha, Dhani, Isma, Mufi, dan personel CLB lainnya), terima kasih atas motivasi, doa dan kebersamaannya. Untuk sahabatku Ike beserta keluarga, thanks for everything. Last but not least, untuk semua pihak yang membantu terlaksananya penelitian ini yang tidak dapat disebutkan satu per satu, semoga Allah SWT membalasnya dengan kebaikan yang berlimpah. Semoga karya ilmiah ini memberikan manfaat bagi kita semua dan kemajuan ilmu pengetahuan. Amin.
Bogor, Oktober 2005
Diah Tri Utami
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 04 Agustus 1983, merupakan anak ke-3 dari empat bersaudara, putri dari Bapak Djartono dan Ibu Rubiyem. Penulis menamatkan pendidikan dasar di TK Aisyah Perumnas-Klender, pada tahun 1989. Kemudian melanjutkan ke SDN 07 Pulo Gebang dan lulus tahun 1995 dan pada tahun yang sama, melanjutkan ke SMPN 138 Pulo Gebang. Pada tahun 1998, penulis mengenyam pendidikan sekolah menengah atas di SM UN 44 Duren Sawit. Penulis masuk ke Institut Pertanian Bogor tahun 2001, melalui jalur (Undangan Seleksi Masuk IPB) USMI di Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Fisika. Selama mengikuti perkuliahan, penulis pernah menjadi Asisten Praktikum Fisika Dasar I dan II pada tahun 2002-2004. Penulis juga bekerja sebagai pengajar privat pada bimbingan belajar AMPUH, Bogor pada tahun 2004. Selain itu, penulis juga aktif dalam kepanitiaan dan organisasiorganisasi seperti Himpunan Mahasiswa Fisika (HIMAFI) pada periode 2001/2002 dan 2003/2004. Kegiatan-kegiatan yang pernah penulis ikuti selama masa perkuliahan benar -benar memberikan pengalaman yang tidak ternilai harganya bagi penulis.
xii
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL....................................................................................................
xiii
DAFTAR GAMBAR................................................................................................
xiii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................
xiii
PENDAHULUAN Latar Belakang………….................................................................................... Tujuan Penelitian................................................................................................ Hipotesa..............................................................................................................
1 1 1
TINJAUAN PUSTAKA Aspal……………………………………….…………..…….....….………….. Pengujian Aspal…………………………………..…….……..……..………... ASTM (the American Society for Testing Materials) dan SNI (Standar Nasional Indonesia)………….............……………........…...………
2 3 4
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian.......…………...............…………………....…... Bahan dan Alat…………………….........…...............……………………….... Metode Penelitian……………………........................ ....………………………
4 4 6
HASIL DAN PEMBA HASAN Uji Softening Point.………………………..……………….………………….. Uji Penetrasi........................................................................................................ Uji Daktilitas.......................................................................................................
8 8 9
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan............................................................................................................. Saran...................................................................................................................
10 10
DAFTAR PUSTAKA............................................................ ...................................
10
LAMPIRAN.............................................................................................................
12
xiii
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1 Hasil Uji Softening Point………………………..........................……...… Tabel 2 Hasil Uji Penetrasi…………………………………......................… …… Tabel 3 Hasil Uji Daktilitas………………………...………..................…………
8 9 10
DAFTAR GAMBAR Gambar 1 Ring and ball softening point test…..………………………………..... Gambar 2 Penetrationt test……………………..……………………………........ Gambar 3 Ductility test……………………… ..………………………………..… Gambar 4 Alat Uji Softening Point………………..…………………………….... Gambar 5 Shouldered Ring (a), Ball Centering Guide (b), Ring Holder (c), Two-Ring Assembly (d)………………………….……………....….. Gambar 6 Alat Uji Penetrasi …… ..................…....………………………………. Gambar 7 Jarum Penetrasi…………………......................………………….....… Gambar 8 Alat Uji Daktilitas.....………………......................…………...…….…. Gambar 9 Mold....………………………………..………… .......................…...…
3 3 4 4 5 5 5 5 5
DAFTAR LAMPIRAN Tabel Hasil Data dari Uji Titik Lunak, Penetrasi dan Daktilitas. ............................. Grafik Uji Titik Lunak.............................................................................................. Grafik Uji Penetrasi………………………………………...…………. .................. Grafik Uji Daktilitas…………………………………..…………..................…….
13 14 14 15
1
PENDAHULUAN
Latar Belakang Aspal merupakan unsur pokok alami dari sekian banyak minyak bumi dalam bentuk cairan dalam keadaan panas. Minyak bumi mentah disuling untuk memisahkan bahan campuran lain dan mengambil aspalnya. Proses serupa yang terjadi di alam telah membentuk endapan aspal secara alami, beberapa bagian aspal bebas dari bahan asing dan bagian lainnya telah tercampur dengan bahan mineral, air, dan substansi lainnya [1]. Ada beberapa fungsi aspal, selain sebagai sarana transportasi juga dapat berguna sebagai pelapis atap, perekat, dan lain-lain. Apabila aspal dimodifikasi, dapat lebih berguna sebagai ubin, anti bocor, pelindung bangunan yang terpendam dalam tanah. Selain itu, aspal juga dapat dimanfaatkan sebagai lapisan konstruksi beton pada tempat parkir, lapangan terbang, dan sebagai dinding pondasi vertikal terowongan. Sejak lama, sarana dan prasarana transportasi telah menjadi tulang punggung dalam dunia modern. Salah satunya adalah jalan aspal. Setelah jalan -jalan di kota maupun di daerah pedesaan dilapisi dengan aspal maka semakin banyak kendaran yang melintasi jalan tersebut. Jalan aspal memudahkan akses kendaraan menuju tempat-tempat terpencil sehingga mengakibatkan banyak kendaraan yang melalui jalan tersebut, khususnya jalan aspal di kota-kota besar dan daerah pabrik. Aspal merupakan bahan yang diformulasikan dengan agregat sedemikian rupa untuk pembuatan kualitas jalan raya. Daya tahan aspal juga memiliki jangka waktu tertentu, misalkan kelenturan, kekerasan dan penetrasi. Ada beberapa penyebab utama kerusakan jalan, antara lain, genangan air, bencana (faktor alam), atau kelebihan beban yang disyaratkan. Jika aspal terendam air, maka akan mengeras. Kemudian, saat menerima beban, kemungkinan pecahnya makin besar sehingga rusaknya lebih parah. Bencana alam juga merupakan salah satu penyebab rusaknya jalan aspal walaupun tidak terlalu berarti [2]. Beban yang berlebihan dengan masuknya truk-truk ke dalam kota juga menyebabkan kerusakan jalan. Jalan aspal sering dilintasi selain oleh kendaraan pribadi juga angkutan umum yang bobotnya melebihi daya tampung angkutan tersebut serta kendaraan pabrik yang mengangkut bahan baku atau hasil produksi dengan berat
berton-ton sehingga hal ini dapat mempengaruhi umur pakai jalan tersebut. Para pengguna jalan akhirnya mengeluhkan keadaan jalan aspal yang rusak seperti jalan aspal yang berlubang sehingga bila musim hujan tiba maka akan tergenang air dan dapat mencelakai pengguna jalan yang tidak tahu akan adanya lubang pada jalan aspal tersebut atau terjadi cekungan pada jalan aspal. Untuk itu, pihak Pertamina sebagai produsen aspal berupaya melakukan penelitian, diantaranya adalah formulasi aspal sejalan dengan perubahan keadaan diatas. Aspal yang dipakai pada jalan raya selama ini memiliki penetrasi 60/70, nilai softening point atau titik lunak kurang dari 50oC, dan ducility diatas 150 cm. Maka dilakukan formulasi dengan menggunakan derivat aspal yang akan dibuat aspal dengan nilai softening point minimal 50 oC dan atau lebih, lalu menentukan nilai penetrasi, dan ductility dengan jarak 150 cm atau lebih.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan komposisi yang tepat dengan cara memformulasikan derivat aspal dari Cilacap dan matriks dari fraksi minyak bumi dari Dumai sebagai matriks alternatif, sehingga diperoleh aspal yang memenuhi syarat untuk penggunaan sebagai aspal jalan.
Hipotesa Spesifikasi aspal yang ada pada Departemen Pekerjaan Umum, yaitu aspal penetrasi 60/70, adalah 48oC – 58oC untuk nilai softening point, kemudian nilai penetrasi 60 – 79, dan besarnya nilai daktilitas 100 cm. Namun saat ini softening point yang dicapai ± 48 oC, untuk itu hasil formulasi derivat aspal dan matriks dari fraksi miyak bumi diharapkan dapat mencapai minimal 50oC atau lebih untuk hasil uji softening point . Kemudian nilai penetrasi yang dihasilkan berada pada jarak 35 – 50 mm. Selanjutnya, untuk nilai duktilitas dapat mencapai 150 cm atau lebih.
2
TINJAUAN PUSTAKA
Aspal Aspal merupakan material bersifat semen berwarna coklat kehitam -hitaman hingga hitam yang terdiri dari senyawa kompleks dan mengandung unsur karbon, hidrogen, sulfur, oksigen, nitrogen, dan sedikit logam. Aspal mempunyai sifat semen yang kuat, mudah merekat, dan sangat tahan terhadap air. Secara struktur kimia aspal merupakan hidrokarbon alifatik jenuh, alifatik tak jenuh, aromatik dan naftanik serta mengandung sedikit asam organik, basa, dan komponen heterosiklik dengan nitrogen [4]. Aspal dapat dihasilkan dari campuran derivat aspal yang merupakan hasil dari proses deasphalting di dalam Propane Deasphalted Unit dan residu, dalam hal ini short residu yang juga merupakan hasil dari proses fraksinasi di dalam High Vacum Unit. Secara fisis aspal memiliki sifat termoplastis y aitu bila dipanaskan akan berubah kebentuk cair dan bila didinginkan akan kembali pada bentuk awal, padat. Selain itu, aspal juga mempunyai sifat daya rekat, tahan terhadap air, dan daya tahan yang tinggi terhadap pengaruh asam, basa, dan garam. Derivat aspal memiliki nilai penetrasi yang lebih rendah sehingga dapat dikatakan sifat bahannya lebih keras dibandingkan aspal. Material ini memiliki titik lunak pada kisaran suhu 61,98oC dan sifat-sifat lainnya tidak jauh berbeda dengan aspal. Sebagai campuran unt uk membuat aspal, matriks yang dipakai untuk penelitian ini merupakan hasil dari proses fraksinasi minyak bumi dan merupakan bahan baku untuk proses tahap selanjutnya dari pembuatan bahan bakar minyak bumi. Hasil proses fraksinasi ini memiliki titik lunak pada suhu sekitar 43,375oC, nilai penetrasi tinggi sehingga bahan ini lebih lunak bila dibandingkan dengan derivat aspal. Aspal merupakan salah satu bahan campuran untuk pembuatan jalan yang diformulasikan sedemikian rupa untuk memperbaiki jalan raya. Daya tahan aspal juga memiliki jangka waktu tertentu, misalkan kelenturan, kekerasan dan penetrasi. Aspal merupakan salah satu bahan campuran untuk pembuatan jalan yang diformulasikan sedemikian rupa untuk memperbaiki jalan raya. Aspal merupakan residu dari proses penyulingan minyak bumi. Aspal minyak memiliki beberapa unsur penting pembentuk koloid, yaitu:
a.
Aspalten Aspalten merupakan padatan amorf dengan komposisi antara 5 – 25 % dari berat total aspal. Selain itu, aspalten merupakan fasa terdispersi pada sistem koloid. b. Resin Resin adalah suatu padatan atau semi cair yang bersifat sebagai perekat. Resin terbagi menjadi dua, yaitu resin yang larut dalam fenol (bersifat aromatik) dan resin yang tidak larut dalam fenol (bersifat naftanik). c. Aromatik Aromatik berupa cairan kental berwarna coklat kehitaman dan dalam berat total aspal terdapat 40 – 60 % bagian. d. Hidrokarbon jenuh Hidrokarbon jenuh merupakan padatan atau cairan dengan warna agak terang dan memiliki komposisi 1 – 25 % dari berat total aspal. Resin, aromatik, dan hidrokarbon jenuh dalam sistem koloid secara kolektif disebut malten. Malten merupakan media pendispersi. Malten juga merupakan fraksi cair dari aspal dan juga bagian yang larut dalam n–pentana, terdiri dari basa nitrogen, aromat, paraffin, dan resin. Aspalten bersifat polar, terdiri dari senyawa–senyawa aromatik kompleks. Kadar aspalten yang ideal berada pada kisaran 15 – 25 %. Aspal minyak yang digunakan sebagai bahan pengikat dan perkerasan jalan berasal dari residu pengilangan minyak m entah asphaltic base crude oil merupakan minyak mentah yang lebih besar kadar aspalnya bila dibandingkan dengan paraffin, hal ini karena sifat paraffin yang tidak dapat larut dalam aspalten. Malten mempunyai berat molekul rendah, rendahnya berat molekul ini menyebabkan malten lebih dahulu mencair dan lebih banyak terambil pada saat dituang. Akibatnya, aspal akan semakin lunak karena rendahnya kandungan aspalten didalamnya. Jika sistem pelarutan yang terjadi antara kedua fraksi, aspalten dan malten tidak baik maka akan mengakibatkan turunnya daya lekat aspal terhadap batuan.
Pengujian Aspal Aspal banyak tersedia dengan tipe dan mutu yang berbeda. Spesifikasi tipe dan mutu aspal yang berbeda yang digunakan dalam konstruksi bangunan dan aplikasi di bidang teknik lainnya diberikan pada Specification
3
for Paving and Industrial Asphalt, Institut Aspal. Tes laboratorium bertujuan menentukan kesesuaian aspal dengan spesifikasi yang ada. Prosedur uji aspal dapat dilihat pada The American Society for Testing and Materials (ASTM) yang merupakan standar pengujian suatu material. Prosedur pengujian sampel yang benar harus dapat memberikan hasil uji yang mewakili sifat-sifat aspal yang diinginkan [1]. Parameter uji yang dipakai pada penelitian ini adalah, softening point (titik lunak), penetration (penetrasi) dan ductility (daktilitas).
Softening Point (Titik Lunak) Uji softening point digunakan sebagai dasar penunjukan atau indikasi temperatur untuk melunak dari aspal jika temperatur dinaikkan. Aspal merupakan material tanpa titik lunak yang jelas, apabila temperatur dinaikkan maka akan melunak perlahan-lahan. Softening point biasanya ditentukan oleh metode ring and ball test, seperti pada Gambar 1. Walaupun tes ini tidak termasuk ke dalam tes spesifik untuk aspal kualitas trotoar, biasa digunakan untuk mengkarakterisasi material keras yang digunakan pada aplikasi selain pengaspalan jalan. Ini menandakan temperatur dimana aspal keras mencapai derajat softening point yang berubah-ubah. Dalam uji ini aspal yang dipanaskan dituang ke dalam cincin kuningan dengan dimensi tertentu. Jadi, sampel yang disiapkan digantung dalam beaker glass yang diisi dengan air dan bola baja dengan dimensi dan berat tertentu ditempatkan di tengah sampel. Beaker glass dipanaskan pada kecepatan dan temperatur tertentu, kemudian sementara aspal menjadi lembut, bola baja dan aspal mencapai dasar bejana. Temperatur saat aspal mencapai dasar bejana inilah merupakan titik softening point aspal [1].
Gambar 1 Ring and ball soft ening point test.
Penetration (Penetrasi) Uji penetrasi merupakan pengukuran empiris dari kekentalan dan berfungsi untuk mengetahui konsistensi dan kekerasan aspal yang dinyatakan oleh kedalaman jarum penguji menembus sampel. Tingginya nilai penetrasi maka lunaknya nilai konsistensi. Gambar 2 merupakan ilustrasi skema uji penetrasi standar. Suatu wadah berisi semen aspal yang dijaga pada suhu 25oC dalam pengatur suhu water -bath . Jarum diletakkan di atas permukaan semen aspal 100 gram dibiarkan selama 5 detik. Jarak, dalam unit 0,1 mm, yang ditembus jarum ke dalam semen aspal disebut penetrasi semen aspal [1].
Gambar 2 Penetration test.
4
Ductility (Daktilitas) Pada banyak aplikasi, daktilitas merupakan karakteristik penting aspal semen yang menunjukkan sifat dapat diregang dari aspal. Daktilitas aspal semen dinyatakan oleh pemanjangan atau pemuluran yang diilustrasikan oleh Gambar 3. Sampel uji aspal semen dibentuk pada kondisi dan dimensi standar. Kemudian dimasukkan kedalam ductility apparatus dengan input 220 V/1 Amps/50 Hz. Lalu diberikan tarikan atau perpanjangan pada kecepatan tetap yaitu 5 cm/detik hingga berkas yang menghubungkan kedua sisi putus. Perpanjangan (dalam sentimeter) saat berkas terputus disebut titik daktilitas [1].
Gambar 3 Ductility test.
BAHAN DAN METODE Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini akan dilaksanakan di Fisika IPB dan Penelitian dan Laboratorium Pertamina, Jakarta. Waktu yang dibutuhkan untuk melaksanakan penelitian ini adalah 7 bulan (Maret – September), meliputi penelusuran literatur, pembuatan formulasi, pengujian hasil formulasi, pembandingan formulasi, dan penyusunan laporan.
Bahan dan Alat Bahan-bahan yang digunakan adalah propan aspal sebagai bahan utama dan bottom fractionator. Peralatan yang digunakan ada dua macam yaitu alat untuk formulasi dan alat untuk pengujian atau analisa. Peralatan uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah Modular Bath LC-102 (uj i softening point) dan Low Temperature Thermostatic Water Bath TRL-400 (uji penetrasi dan daktilitas) sebagai alat pengkondisian. Alat untuk uji softening point (Gambar 4 dan Gambar 5) yaitu, Softening Point Apparatus yang terdiri dari termometer, gelas bejana, bola baja, dua buah shouldered ring, dua buah ball centering guide, ring holder , plat datar terbuat dari aluminium dan alat pemanas (bunsen dan kaki tiga).
ASTM (The American Society for Testing and Materials) dan SNI (Standar Nasional Indonesia) The American Society for Testing and Materials (ASTM) merupakan alat bantu untuk dapat menjelaskan standar prosedur dan perlengkapan suatu pengujian. Ada beberapa prosedur dan perlengkapan standar suatu pengujian yang dideskripsikan pada ASTM, misalnya standar uji penetrasi, uji Marshall Stability and Flow, uji daktilitas, dan lain-lain. Hasil standarisasi ASTM akan diterbitkan ke seluruh dunia untuk dijadikan standar bagi hasil uji selanjutnya [4]. Standar Nasional Indonesia (SNI) merupakan standarisasi hasil suatu pengujian di Indonesia. Standar ini merupakan penyeragaman format, isi laporan dan kondisi suatu bahan uji saat dilaksanakan pengujian yang meliputi diantaranya sifat fisis dan kimia suatu bahan uji. Standarisasi dari SNI akan disebarluaskan ke seluruh Indonesia dan menjadi pedoman bagi hasil uji selanjutnya [5].
Gambar 4 Alat Uji Softening Point.
5
Perangkat uji selanjutnya Ductility Apparatus. Duc tility Apparatus terdiri dari mesin penguji (Gambar 8) dan mold (Gambar 9).
Gambar 5 Shouldered Ring (a), Ball Centering Guide (b), Ring Holder (c), Two -Ring Assembly (d). Gambar 8 Alat Uji Daktilitas.
Kemudian untuk uji penetrasi digunakan Penetrometer Controller sebagai pengatur lamanya proses penetrasi dan Penetration Apparatus (Gambar 6) yaitu,
Gambar 9 Mold.
Gambar 6 Alat Uji Penetrasi.
container atau wadah sampel, transfer dish dan jarum penetrasi (Gambar 7).
Gambar 7 Jarum Penetrasi.
Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam penelitian ini memformulasikan derivat aspal dengan matriks dari fraksi miyak bumi dengan tujuan untuk mendapatkan kualitas aspal jalan menjadi lebih baik. Hasil formulasi dilakukan pengujian Ring and Ball Softening Point , Penetrasi dan Daktilitas. Sampel dibuat dalam lima formulasi derivat aspal (PA) dan matriks dari fraksi miyak bumi (BF) yang berbeda yakni dengan perbandingan 85%:15%, 87.5%:12.5%, 90%:10%, 92.5%:7.5%, dan 95%:5% kemudian pengujian sampel dilakukan berulang-ulang agar data yang dihasilkan dari masing-masing formula lebih akurat.
6
Persiapan Sampel • Timbang PA sebanyak 85%, 87.5%, 90%, 92.5%, dan 95% dari 250 gram. • Timbang (BF) sebanyak 15%, 12.5%, 10%, 7.5%, dan 5% dari 250 gram. • Campurkan kedua bahan sesuai dengan kombinasi PA dan BF, berturut-turut, 85%:15%, 87.5%:12.5%, 90%:10%, 92.5%:7.5%, dan 95%:5% dalam wadah kaleng yang berbeda untuk masing-masing campuran. • Kemudian panaskan pada suhu 150oC, aduk hingga homogen dan cukup cair untuk dituang selama 2 jam. • Selanjutnya, tuangkan pada wadah yang telah ditentukan untuk keperluan pengujian.
Prosedur Pengujian Softening Point Sesaat setelah sampel dipanaskan lalu dituang hingga penuh kedalam dua cincin kuningan yang ditaruh di atas plat kuningan yang telah dilapisi gliserin, diamkan pada suhu kamar selama 30 menit. Potong bagian berlebih sampel pada kedua cincin kuningan dengan menggunakan spatula atau pisau panas, lalu dinginkan selama 1 jam dalam suhu kamar. Pindahkan sampel bersama perangkat uji softening point ke dalam water bath berisi air dan bersuhu 5 oC, rendam selama 2 jam. Pasangkan kedua cincin pada ring holder bersama dengan ball centering guide lalu letakkan bola baja dipusatnya, kemudian masukkkan ke dalam gelas bejana berisi air yang sudah direndam pada suhu 5oC bersama dengan termometer untuk mengukur suhunya. Tempatkan gelas bejana pada kaki tiga (perangkat pemanasan) yang sudah dipasangkan kawat kasa pada bagian atasnya. Nyalakan api pada bunsen yang berada di bawah kaki tiga, atur nyala api. Panaskan gelas bejana dengan kenaikan suhu rata-rata 5oC per menit. Catat suhu pada termometer saat masing-masing sampel yang menyelimuti bola baja menyentuh bagian bawah plat. Suhu inilah yang disebut sebagai titik lunak. Jika pebedaan suhu antara kedua cincin melebihi 1oC maka ulangi pengujian. Lakukan uji softening point sebanyak tiga kali. Berikan perlakuan yang sama unt uk formulasi aspal yang lainnya.
Penetrasi Siapkan wadah untuk menempatkan sampel yang telah dipanaskan. Tuang sampel hingga memenuhi seluruh wadah tetapi tidak sampai melebihi batas. Diamkan pada suhu kamar selama 1.5 jam sementara itu set water bath pada suhu 25oC ± 0.1 oC. Setelah itu, masukkan wadah berisi sampel beserta transfer dish dan kaki segitiga sebagai penyangga yang berada di dalamnya ke dalam water bath dan rendam hingga 2 jam. Pasangkan jarum penetrasi pada penetrometer dan atur timing device pada 5 detik. Ambil transfer dish yang berisi air dari water bath yang suhunya dijaga tetap konstan dengan posisi wadah sampel terendam di atas kaki segitiga penyangga. Letakan transfer dish pada tempatnya dan letakkan jarum penetrometer perlahan hingga ujung jarum bersentuhan tepat di atas permukaan sampel. Set pembacaan penetrometer pada posisi awal, catat nilainya. Kemudian tekan tombol pengatur waktu turunnya jarum hingga waktu yang ditentukan dan atur pembacaan pergerakkan jarum, catat hasil akhir. Selisih pembacaan jarum penetrometer antara akhir dan awal itulah merupakan nilai penetrasi. Ulangi pengujian pada wadah sampel yang sama di tempat yang berbeda sebanyak tiga kali, sebelumnya bersihkan ujung jarum penetrometer dengan kerosin dan lap kering. Selanjutnya, tempatkan kembali sampel pada wadah yang berbeda dan lakukan prosedur pengujian seperti yang telah dijelaskan di atas. Kemudian lakukan pengujian yang sama untuk formulasi aspal yang lain. Daktilitas Siapkan plat datar aluminium lalu olesi dengan gliserin. Olesi bagian sisi mold dan dengan gliserin agar pada saat melakukan pengujian sisi tersebut dapat dilepas dengan mudah. Tuang sampel yang telah dipanaskan ke dalam mold hingga merata dan sedikit melebihi batas. Lalu diamkan selama 30 menit pada suhu kamar. Atur water bath pada suhu 25 oC ± 0.1oC, buka kran inlet -outlet dan jalankan pompa untuk mengalirkan air ke perangkat daktilitas dan sebaliknya hingga keduanya cukup penuh dengan air dan berada pada suhu 25oC ± 0.1oC tercapai, usahakan selang karet dalam keadaan bebas agar sirkulasi air sempurna. Potong bagian berlebih sampel pada mold dengan pisau atau spatula panas lalu diamkan kembali pada suhu kamar selama 1 jam, kemudian masukkan ke dalam water bath selama 1.5 jam.
7
Angkat mold dari dalam water bath, pisahkan bagian sisi mold yang berbentuk segitiga. Masukkan bagian ujung mold yang berlubang pada kait di dalam perangkat daktilitas. Atur mistar pengukur agar terbaca jelas mulai dari skala “0” cm. Tekan tombol “on/off” untuk menghidupkan mesin dan panel “motor”, sehingga sampel pada mold mulai teregang dengan kecepatan ± 5 cm per menit. Selama pengujian berlangsung sampel yang mulai meregang akan seperti benang hitam yang semakin tipis. Amati keadaan sampel tersebut, bila mengalami pemecahan atau putus hentikan “motor” dan ukur pada skala berapa pemutusan ini terjadi. Pada skala inilah yang disebut sebagai nilai duktilitas. Pengujian ini dilakukan dua kali hingga pemutusan mencapai nilai 150 cm atau lebih. Selanjutnya, persiapkan sampel dari formulasi aspal lainnya untuk pengujian ini.
TAHAPAN PENELITIAN Studi Literatur
Preparasi Alat dan Bahan
Formulasi Derivat Aspal (PA) dan Matriks dari Fraksi Miyak Bumi (PA) (Lima M acam)
Uji Softening Point
Ya
Baik
U ji Penetrasi
Ya
Baik Uji Daktilitas
Ya
Baik
Aspal Baru
T i d a k
8
HASIL DAN PEMBAHASAN Pengujian sifat fisik aspal dapat dilakukan dengan berbagai macam parameter uji yaitu, penetrasi, viskositas, titik lunak (softening point), daktilitas, kelarutan (solubility), titik nyala (flash point), kehilangan berat (loss on heating), destilasi, berat jenis, dan kandungan lilin (wax content). Dalam penelitian ini hanya dilakukan tiga uji karena ketiga parameter uji ini merupakan parameter penting dalam pengujian aspal sebagai material konstruksi jalan raya yang sesuai dengan standar yang digunakan. Apabila hasil ketiga pengujian aspal telah memenuhi syarat yang telah ditentukan maka dapat diperkirakan aspal tersebut telah memenuhi kualitas sebagai aspal yang siap untuk dicampur dengan agregat.
Uji Softening Point Uji softening point dilakukan untuk mengetahui titik lunak aspal. Nilai softening point yang ada diharapkan dapat bertahan dalam lingkungan bersuhu tinggi atau pada perubahan suhu lingkungan. Apabila nilai softening point berada pada suhu panas normal di suatu lingkungan atau pada suhu kamar, maka aspal tidak dapat digunakan pada konstruksi jalan. Pengambilan data dilakukan sebanyak tiga kali untuk masing-masing formulasi. Dari data yang diperoleh pada Tabel 1 Hasil Uji Softening Point, dapat dilihat bahwa kelima komposisi sampel telah memenuhi kriteria yang diinginkan yaitu dapat mencapai 50oC atau lebih. Pada komposisi 85%:15% terlihat bahwa titik softening point berada pada kisaran 48oC-50oC, hasil ini memang kurang memuaskan tetapi paling tidak telah mendekati kriteria atau paling tidak telah memenuhi persyaratan aspal Pertamina. Adanya penyimpangan data ini mungkin saja disebabkan oleh pengadukan sampel kurang merata sehingga sampel menjadi kurang homogen. Sedangkan pada komposisi lainnya telah memenuhi kriteria yang diinginkan.
Tabel 1 Hasil Uji Softening Point Persentasi Campuran Titik Softening Point (oC) Derivat Matriks Bola 1 Bola 2 Aspal dari Fraksi (PA) Minyak Bumi (BF) 85.0 % 15.0 % 48.8 49.8 50.2 50.2 48.6 49.6 87.5 % 12.5 % 50.4 50.6 51.4 51.6 50.2 50.0 90.0 % 10.0 % 52.2 52.4 53.0 53.9 53.2 53.4 92.5 % 7.5 % 54.6 54.6 54.4 54.6 54.6 55.0 95.0 % 5.0 % 57.0 57.2 57.6 57.4 57.2 57.4 Berdasarkan tabel hasil uji softening point di atas dapat dinyatakankan bahwa, semakin besar komposisi derivat aspal (PA) maka nilai softening point semakin tinggi, s ehingga produk hasil formulasi aspal menjadi semakin keras. Sedangkan, apabila komposisi derivat aspal lebih sedikit dibandingkan dengan komposisi matriks dari fraksi minyak bumi (BF) maka nilai softening point akan semakin rendah dan aspal menjadi lunak. Hal ini dapat terjadi karena sifat BF lebih lunak dan memiliki nilai softening point lebih rendah dari PA.
Uji Penetrasi Metode uji penetrasi merupakan standar penentuan konsistensi dan kekerasan bahan aspal. Kekerasan dan konsistensi aspal bergantung pada komposisi bahan-bahan yang terkandung didalamnya. Penambahan derivat aspal (PA) dapat menngkatkan kekerasan bahan aspal. Hal ini disebabkan oleh nilai penetrasi derivat aspal yang lebih kecil dibandingkan dengan m atriks dari fraksi minyak bumi (BF). Nilai penetrasi akan semakin besar bila ditambahkan dengan matriks dari fraksi minyak bumi karena sifat BF lebih lunak daripada PA sehingga aspal menjadi lebih lunak.
9
Sifat kekerasan dan konsistensi suatu material dalam pembuatan konstruksi badan jalan sangat penting. Nilai penetrasi sudah ditetapkan dalam standar yang baku sehingga pada saat menahan beban kendaraan yang relatif berat, aspal tidak akan mengalami perubahan kekerasan dalam waktu yang lebih lama. Berdasarkan data-data yang didapat seperti pada Tabel 2 Hasil Uji Penetrasi, terdapat dua formula yang memenuhi ketentuan yaitu pada komposisi 85.0%:15.0% dan 87.5%:12.5% Dari data kedalaman penetrasi ini dapat dikatakan bahwa semakin sedikit komposisi BF maka nilai penetrasi semakin kecil. Hal ini m enandakan bahwa aspal menjadi semakin keras. Sedangkan apabila komposisi BF semakin besar maka nilai penetrasi menjadi besar sehingga aspal menjadi lunak. Selain itu, juga dipengaruhi oleh kadar aspalten yang tinggi (kadar aromat atau resin dalam malten tidak cukup mengikat) maka aspal menjadi lebih keras, dalam arti lain derajat kekerasan aspal tinggi (nilai penetrasi rendah dan nilai softening point tinggi). Tabel 2 Hasil Uji Penetrasi Persentasi Campuran Kedalaman Penetrasi Derivat M atriks (mm) Aspal dari (PA) Fraksi Minyak Bumi (BF) 85.0 % 15.0 % 41.0 41.0 40.5 44.0 45.0 46.0 46.0 48.0 47.0 87.5 % 12.5 % 37.0 38.5 39.0 39.5 39.0 39.0 38.5 38.0 39.0 90.0 % 10.0 % 33.5 32.0 33.0 31.5 30.5 30.0 32.0 30.5 31.5 92.5 % 7.5 % 27.0 26.0 27.0 27.0 26.5 28.0 26.5 27.5 25.5 95.0 % 5.0 % 20.0 19.5 19.5 19.0 18.5 19.5 19.5 18.5 19.0 Berdasarkan pengujian softening point dan penetrasi terdapat hubungan langsung diantara keduanya. Dapat ditemukan hubungan bahwa ketika nilai softening point tinggi maka yang terjadi adalah aspal memiliki nilai penetrasi yang kecil. Sebaliknya, pada saat nilai
softening point menjadi rendah maka nilai penetrasi menjadi besar. Dengan adanya hubungan kedua sifat ini maka sifat -sifat aspal hasil formulasi menjadi keras namun tahan terhadap perubahan suhu lingkungan.
Uji Daktilitas Daktilitas merupakan karakteristik penting yang melengkapi sifat material aspal. Pengujian daktilitas dilakukan untuk mengetahui kelenturan atau peregangan aspal. Uji daktilitas juga berhubungan dengan kedua pengujian sebelumnya. Apabila nilai daktilitas sesuai dengan yang diinginkan maka dapat dilihat bahwa sifat -sifat aspal hasil formulasi akan menjadi tahan terhadap perubahan suhu lingkungan lalu keras tetapi elastis. Nilai daktilitas yang diharapkan pada penelitian ini adalah 150 cm atau lebih. Dari data hasil pengujian pada Tabel 3 Hasil Uji Daktilitas, dapat dilihat bahwa pada masingmasing formulasi aspal tersebut telah memenuhi ketentuan yang telah ditetapkan. Berdasarkan data-data yang ada, derivat aspa (PA) memiliki sifat getas dan daya mulur yang cukup tinggi . Oleh karena itu maka dilakukan penambahan matriks dari fraksi minyak bumi (BF) dalam formulasi ini dimaksudkan untuk dapat mengurangi sifat getas dan daya mulur aspal agar dapat digunakan untuk konstruksi jalan secara optimal. Selain itu, diketahui bahwa dalam aspal terkandung fraksi malten yang memiliki berat molekul lebih rendah dari aspalten sehingga dapat lebih dahulu mencair bila dipanaskan dan lebih banyak yang terambil bila dituang, akibatnya aspal menjadi lebih lunak. Fraksi lain yang terkandung dalam aspal juga ada aspalten, apabila pencampuran kedua fraksi tersebut tidak berjalan dengan baik maka dapat mempengaruhi daya lekat aspal tersebut. Metode ini, seperti telah dikatakan sebelumnya, dilaksanakan untuk mengurangi kerusakan aspal seperti cracking dan dapat menahan beban yang relatif berat akan tetapi tetap dapat mempertahankan keadaan awal aspal (elastis). Semakin sedikit penambahan matriks dari fraksi minyak bumi maka semakin besar nilai daktilitas aspal, sehingga aspal akan semakin lentur dan bersifat getas.
10
Tabel 3 Hasil Uji Daktilitas Persentasi Campuran Derivat Matriks dari Aspal (PA) Fraksi Minyak Bumi (BF) 85.0 % 15.0 % 87.5 %
12.5 %
90.0 %
10.0 %
92.5 %
7.5 %
95.0 %
5.0 %
Daktilitas (cm)
> 150.0 > 150.0 > 150.0 > 150.0 > 150.0 > 150.0 > 150.0 > 150.0 > 150.0 > 150.0
Apabila penambahan matriks dari fraksi minyak bumi terlalu banyak maka nilai daktilitas akan rendah dan akibatnya aspal akan tidak lentur melainkan mudah patah. Oleh sebab itu, pada penelitian ini akan dicari komposisi yang optimal yaitu komposisi yang dapat memenuhi nilai softening point yang tidak terlau rendah atau terlalu tinggi, lalu nilai penetrasi tepat, dan daktilitas di atas 100 cm. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa berdasarkan data-data hasil uji daktilitas sampel dengan masing-masing komposisi yang berbeda telah memenuhi ketentuan yang ada.
SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Formulasi derivat aspal dan fraksi minyak bumi telah dibuat dalam lima komposisi yaitu 85%:15%, 87.5%:12.5%, 90%:10%, 92.5%:7.5%, dan 95%:5%. Dari kelima komposisi dan data-data yang ada maka dapat diambil kesimpulan bahwa komposisi 87.5%:12.5% merupakan komposisi optimal yang diinginkan dengan nilai softening point 50.7 oC, kedalaman penetrasi 36.5-39.0 mm, dan nilai daktilitas lebih besar dari 150.0 cm. Kemudian terlihat bahwa ada hubungan langsung antara hasil uji softening point dan penetrasi dengan penggunaan fraksi minyak bumi sebagai matriks.
Saran Formula-formula yang telah berhasil dibuat dan di uji di Laboratorium Pertamina sebaiknya di uji kembali agar hasil data tersebut dapat lebih akurat. Dalam pembuatan aspal baru sebaiknya menambah metode baru lainnya untuk menguji sifat -sifat fisik khususnya dan sifat-sifat kimia aspal. Selain itu, tambahkan variasi pencampuran bahanbahan lain yang cocok dengan sifat-sifat aspal tersebut sebagai matriksnya untuk meningkatkan kualitas aspal agar menjadi lebih optimal.
DAFTAR PUSTAKA [1] [Asphal Institut]. Introduction to Asphalt, Manual Series No. 5 (MS-5). 5th Edition. Lexington: Asphalt Institute. [2] Ysd. 2004. Tergenang, Penyebab Utama. http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=643 [3] Daswiyanto. 1998. Pembuatan Aspal Emulsi. Tesis. Depok. Universitas Indonesia. Program Pasca Sarjana. [4] [Anonim]. 2004. Standards. http://www.library.jhu.edu/researchhelp/engr/ standards [5] [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 20002.Pelaporan Uji Alir Fluida Sumur Panas Bumi. http://www.djgsm.esdm.go.id/index.php?fusea ction=d.panasbumi [6] [ASTM] The American Society for Testing and Materials. 1992. Annual Book of ASTM Standart. D 5 – 86. Volume 04.04. [7] [ASTM] The American Society for Testing and Materials. 1992. Annual Book of ASTM Standart. D 36 – 86. Volume 04.04. [8] [ASTM] The American Society for Testing and Materials. 1973. Annual Book of ASTM Standart. D 113 – 69. Volume 04.03. [9] Utama, D. 2000. Penggunaan Drainseal sebagai Lapis Permukaan yang Bersifat Porous pada Ruas Jalan Tol Tangerang. http://www.iptek.net.id/Ind/Pustaka/mipi11.ph p?doc15=PI11-15
11
[10] Supardi , R. 1997. Pengetahuan Material. Bandung: Tarsito. [11] Nugraha, Y. 2004. Penentuan Spesifikasi Aspal Per tamina Berdasarkan Penetrasi Softening Point Ductility dan Viskositas Kinematis . Laporan Praktek Kerja Lapang. Depok. UI. FMIPA. Program Diploma Kimia Terapan. [12] Ari K, D. Analisis Aspal Khusus dengan Bottom Fractionator. Laporan Praktek Kerja Lapang. Bogor. IPB. FMIPA. Program Studi Analisis Kimia. [13] Budi S , J. 1991. Studi Awal Pemanfaatan Aspal Eks Kilang Cilacap untuk Bahan Roof-Coating. Skripsi. Depok. UI. Fakultas Teknik. Jurusan Gas dan Petrokimia. [14] Risnaeni, I. 1996. Optimalisasi Proses Pembuatan Aspal Lembaran Menggunakan Mesin Proses Skala Laboratorium. Laporan Praktek Kerja Lapang. Bandung. UNPAD. FMIPA. Program Studi Kimia Terapan. [15] Angreny, Y. 1998. Peningkatan Kualitas Aspal Jalan yang Telah Mengalami Penuaan. Laporan Praktek Kerja Lapang. Depok. UI. FMIPA. Program Diploma Kimia Terapan. [16] Ant, T. 2004. Aspal Pertamina Mulai Dipakai untuk Landasan Bandara. http://www.gatra.com/2004 -0729/artikel.php?id=418 28
12
LAMPIRAN
Lampiran 1 Tabel Hasil Data dari Uji Titik Lunak, Penetrasi dan Daktilitas Persentase Campuran
Titik Lunak ( oC)
Derivat Aspal (PA)
Matriks dari Fraksi Minyak Bumi (BF)
Bola 1
Bola 2
Penetrasi Pertama
Penetrasi Kedua
Penetrasi Ketiga
85.0%
15.0%
48.8 50.2 48.6
49.8 50.2 49.6
41.0 44.0 46.0
41.0 45.0 48.0
40.5 46.0 47.0
> 150 > 150 > 150
Pengulangan Pertama Pengulangan Kedua Pengulangan Ketiga
87.5%
12.5%
50.4 51.4 50.2 52.2
50.6 51.6 50.0 52.4
37.0 39.5 38.5 33.5
38.5 39.0 38.0 32.0
39.0 39.0 39.0 33.0
> 150 > 150 > 150 > 150
Pengulangan Pertama Pengulangan Kedua Pengulangan Ketiga Pengulangan Pertama
90.0%
10.0%
92.5%
7.5%
53.0 53.2 54.6 54.4
53.9 53.4 54.6 54.6
31.5 32.0 27.0 27.0
30.5 30.5 26.0 26.5
30.0 31.5 27.0 28.0
> 150 > 150 > 150 > 150
Pengulangan Kedua Pengulangan Ketiga Pengulangan Pertama Pengulangan Kedua
54.6 57.0 57.6 57.2
55.0 57.2 57.4 57.4
26.5 20.0 19.0 19.5
27.5 19.5 18.5 18.5
25.5 19.5 19.5 19.0
> 150 > 150 > 150 > 150
Pengulangan Ketiga Pengulangan Pertama Pengulangan Kedua Pengulangan Ketiga
95%
5.0%
Penetrasi (mm)
Daktilitas (cm)
Keterangan
13
14
Lampiran 2 Grafik Uji Titik Lunak
58.0 57.0 56.0 55.0 54.0 53.0 52.0 51.0 50.0 49.0 48.0 47.0
95 .0%
:5 .0%
:7 .50 % 92 .5%
90 .0%
:1 0.0 %
:12 .5%
Bola 1 Bola 2
87 .5%
85 .0%
:1 5.0 %
Suhu Titik Lunak ( oC)
Grafik Uji Titik Lunak Campuran Derivat Aspal (PA) dan Fraksi Minyak Bumi (BF)
Komposisi PA : BF
Lampiran 3 Grafik Uji Penetrasi Grafik Uji Penetrasi pada Campuran Derivat Aspal (PA) dan Fraksi Minyak Bumi (BF)
Kedalaman Penetrasi (mm)
48.0 45.0 42.0 39.0
Pengulangan 1
36.0
Pengulangan 2
33.0
Pengulangan 3
30.0 27.0 24.0 21.0 18.0 15.0 85.0% : 15.0%
87.5% :12.5%
90.0% : 10.0%
92.5% : 7.50%
Komposisi PA : BF
95.0% : 5.0%
15
Lampiran 4 Grafik Uji Daktilitas
Grafik Uji Daktilitas Campuran Derivat Aspal (PA) dan Fraksi Minyak Bumi (BF)
Jarak Perputusan (cm)
180.0 150.0 120.0
Pengulangan 1
90.0
Pengulangan 2 60.0 30.0 0.0 85.0% : 15.0%
87.5% :12.5%
90.0% : 10.0%
92.5% : 7.50%
Komposisi PA : BF
95.0% : 5.0%