METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: ISSN: 2528-3014
KARAKTER TOKOH UTAMA REHAN PADA PLOT SOROT BALIK NOVEL REMBULAN TENGGELAM DI WAJAHMU KARYA TERE LIYE DAN IMPLEMENTASI PENGAJARANYA DI SMA
M. Miftakhudin, Budiono, Mursia Ekawati Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Tidar Abstrak Penelitian karakter tokoh utama Rehan pada plot sorot balik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye mengkaji unsur intrinsik yaitu tokoh utama. Novel Rembulan ini memiliki plot gabungan, sehingga tokoh Rehan memiliki karakter yang menarik untuk diteliti. Rumusan masalah penelitian ini adalah (1) Apa sajakah karakter tokoh utama Rehan pada plot sorot balik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye (2) Bagaimana rancang bangun pembelajaran karakter tokoh utama Rehan pada plot sorot balik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye di SMA. Landasan teori yang digunakan dalam menganalisis karakter tokoh adalah Teori Hippocratus yang disempurnakan oleh Galenus. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, metode untuk menganalisis data adalah metode deskripsi analisis. Teknik menganalisis data yakni teknik analisis teks. Wujud data berupa teks. Sumber data yang digunakan adalah novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu. Penyediaan data menggunakan metode simak, baca, teknik penyediaan data menggunakan teknik kutip dan catat. Dalam penelitian ini ditemukan beberapa karakter tokoh Rehan, meliputi (1) emosi koleris kuat ditandai dengan karakter yang keras dan kuat; (2) koleris kuat di pekerjaan ditandai dengan selalu berorentasi target, berfikir praktis, dan tidak patah semangat; (3) koleris kuat sebagai teman ditandai dengan ungul dalam keadaan dan suka menyendiri; dan (4) emosi melankolis sempurna suka berkorban demi orang lain. Kata kunci: karakter tokoh utama Rehan, plot sorot balik novel RembulanTenggelam di Wajahmu, pengajarannya di SMA. I. PENDAHULUAN Sastra merupakan imajinasi dari pengalaman hidup seseorang yang dituangkan dalam bentuk tulisan. Menurut Susanto (2012:1), secara etimologis sastra atau sastera berasal dari bahasa Sansekerta yang terdiri dari akar kata Cas atau sas dan tra. Cas dalam bentuk kata kerja yang diturunkan memiliki arti mengarahkan, mengajar, memberikan suatu petunjuk ataupun instruksi, sedangkan tra menunjukkan
20
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: 2528-3014
suatu sarana atau alat. Jadi, sastra merupakan sarana atau alat yang digunakan untuk media pembelajaran. Unsur intrinsik yang sangat dibutuhkan dalam sebuah karya sastra fiksi yaitu tokoh. Pembicaraan tentang tokoh tidak akan lepas dari istilah karakter karena keduanya merupakan satu kesatuan. Setiap tokoh dalam sebuah karya fiksi tentunya mempunyai karakter yang berbeda. Tokoh pria misalnya, dalam fiksi tentunya akan berbeda karakternya dengan tokoh wanita. Menilai karakter dalam sebuah karya fiksi bukan membedakan pria dan wanita, namun lebih kepada kejiwaan tokoh yang ada dalam karya fiksi tersebut. Unsur yang saling terkait dengan karakter tokoh yaitu plot. Plot merupakan unsur penting dalam fiksi. Pendapat Nurgiyantoro (1998:113), plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat. Peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain. Fungsi plot tidak hanya menjelaskan kronologi peristiwa pada sebuah karya sastra. Plot juga berfungsi sebagai poros penceritaan. Artinya, plot akan berpengaruh pada amanat, pesan, karakter tokoh, tema, dan pengembangan tokoh. Novel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye. Novel ini merupakan novel yang sudah dicetak ulang lebih dari 14 kali dari tahun 2009-2013 dan memperoleh predikat best seller. Novel ini bercerita tokoh utama yang bernama Rehan dengan segala permasalahan. Dari kisah tersebut dapat diambil nilai-nilai, amanat, dan pesan moralnya yang baik. Jawaban pertanyaan-pertanyaan tokoh Rehan dalam novel merupakan inti dari pesan moral yang akan disampaikan penulis kepada pembaca. Selain isi moralitas, novel ini memiliki unsur intrinsik yang perlu dikaji dan diteliti lebih jauh. Unsur tersebut adalah karakter tokoh dan plot. Novel ini dibangun oleh unsur plot gabungan yaitu plot Flace Back dan campuran, sehingga memiliki kompleksitas plot yang tinggi. Mengkaji unsur-unsur intrinsik sangat penting untuk melatih kemampuan siswa dalam menginterpretasi karya sastra yang tertuang pada tujuan pembelajaran bahasa Indonesia. Menginterpretasi karya sastra merupakan kemampuan dasar yang harus dikuasai oleh siswa. Sesuai dengan kurikulum 2013 kelas X SMA, kompetensi Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
21
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: ISSN: 2528-3014
inti 3, kompetensi dasar 4.5 yaitu siswa dituntut untuk mampu menginterpretasi prosa baru yaitu unsur intrinsik ataupun unsur ekstrinsik. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) apa sajakah karakter tokoh utama Rehan pada plot sorot balik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye? dan (2) bagaimana rancang bangun pembelajaran karakter tokoh utama Rehan pada plot sorot balik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye di SMA? Tujuan penelitian yang ingin dicapai adalah mendeskripsikan karakter tokoh utama Rehan pada plot sorot balik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye dan mengimplementasi rancang bangun Pembelajaran Karakter di SMA dari karakter tokoh utama Rehan.
II. KAJIAN TEORI Kelengkapan landasan teori yang dibutuhkan pada penelitian karakter tokoh utama Rehan dalam plot sorot balik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu mencakup (1) tokoh dan penokohan, (2) tokoh utama, (3) teknik pelukisan tokoh, (4) jenis karakter, (5) plot, dan (6) Pengajaran sastra.
2.2.1. Tokoh dan Penokohan Cerita fiksi pada dasarnya mengisahkan seseorang atau beberapa orang yang menjadi tokoh. Tokoh cerita adalah individu rekaan yang mengalami peristiwa atau perlakuan di dalam berbagai peristiwa cerita (Suharto 2002:50). Tokoh selain sebagai individu rekaan bisa juga disebut sebagai pelaku cerita. Melalui perilaku dan tindakan tokoh banyak sekali nilai yang dapat diambil. Hal tersebut menjadikan tokoh menempati posisi yang sangat strategis sebagi penyampai pesan, amanat, moral atau sesuatu yang sengaja ingin disampaikan pengarang kepada pembaca. 2.2.2. Tokoh Utama Cerita yang disajikan dalam karya sastra fiksi umumnya dialami manusia dalam alam nyata. Menurut Nurgiyantoro (1998:176-177) tokoh utama adalah tokoh yang diutamakan penceritanya dalam novel yang bersangkutan. Tokoh utama
22
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: 2528-3014
merupakan tokoh yang paling banyak diceritakan, paling kompleks permasalahannya, sehingga menimbulkan plot dan latar yang kompleks pula.
2.2.3. Teknik Pelukisan Tokoh Tokoh-tokoh yang ada dalam cerita tidak hadir dengan sendirinya. Penyajian karakter tokoh dilakukan melalui teknik pelukisan tokoh. Secara garis besar teknik pelukisan tokoh dalam suatu karya sastra; pelukisan sifat, sikap, watak, tingkah laku, dan berbagai hal lain yang berhubungan dengan jati diri tokoh dapat dibedakan menjadi dua cara atau teknik, yaitu teknik uraian (telling) dan teknik ragaan (showing). Selain itu, dalam menentukan karakter tokoh bisa dilakukan dengan menggunakan metode karakterisasi (Minderop 2011:6-105). Pada umumnya pengarang menggunakan metode karakterisasi untuk menyajikan karakter tokoh. Metode karakterisasi tidak terbatas pada metode langsung (telling) dan tidak langsung (showing) semata. Metode lain yang dapat digunakan adalah telaah karakterisasi melalui sudut pandang (point of view), telaah arus kesadaran (stream of consciousness), bahkan telaah gaya bahasa (figurative language).
2.2.4. Jenis Karakter Menurut Teori Hippocratus Menurut Hippocratus yang disempurnakan oleh Florence Littauer (2011:3236) terdapat empat macam watak atau karakter manusia yaitu sanguinis, melankolis, koleris, dan phlegmatis. Keempat karakter tersebut berdasarkan empat kekuatan, yakni kekuatan emosi, kekuatan di pekerjaan, kekuatan sebagai orang tua, dan kekuatan sebagai teman.
1. Karakter Sanguinis Sanguinis bersifat terbuka dan optimis. Mereka jarang khwatir akan masa depan dan masa lalu. Mereka menikmati lebih banyak kegembiraan dari hari-hari yang dilaluinya. Perasaan mereka mempunyai peranan yang sangat dominan dalam segala sesuatu sehingga mereka cenderung membuat keputusan-keputusan yang bersifat emosional dan hampir selalu merupakan keputusan-keputusan yang buruk. Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
23
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: ISSN: 2528-3014
Kelemahannya adalah dia cenderung impulsive yaitu orang yang bertindak sesuai emosi atau keinginannya. 2. Karakter Melankolis Melankolis bersifat tertutup dan pesimis. Orang melankolis sering mempunyai tingkat kecerdasan yang tinggi dan bersifat estetis yang mendalam sehingga lebih menghargai seni. Mereka dilahirkan sebagai orang perfeksionis. Kelemahan orang melankolis adalah mudah sekali dikuasai oleh perasaan dan cukup sering perasaan yang mendasari hidupnya sehari-hari adalah perasaan murung, meremehkan diri mereka sendiri, dan takut akan kegagalan. 3. Karakter Koleris Koleris bersifat terbuka dan optimis. Orang koleris adalah tipe yang suka mengambil alih, suka memerintah orang lain tidak peduli orang itu menyukainya atau tidak, dan cenderung keras kepala. Kompromi merupakan hal yang sangat sulit bagi mereka, kecuali kompromi itu bermanfaat bagi tujuan yang ingin mereka capai. Kelemahan mereka adalah kurangnya kemampuan untuk bisa merasakan perasaan orang lain (empati). Belas kasihannya terhadap penderitaan orang lain juga kurang karena perasaannya kurang bermain. 4. Karakter Phlegmatis Phlegmatis bersifat tertutup dan pesimis. Orang phlegmatis adalah orang yang cenderung tenang. Mereka bisa menguasai dirinya dengan cukup baik dengan tidak menampakkan perasaan sedih atau senang. Mereka merupakan orang yang sangat baik dengan sifat yang menyenangkan. Kelemahan orang phlegmatis adalah ia cenderung mau ambil mudahnya dan tidak mau susah sehingga suka mengambil jalan pintas yang paling mudah dan gampang. Kelemahan lainnya adalah penakut dan egois. Namun, mereka menunjukkan sikap tersebut dengan sangat diplomatis sehingga orang lain tidak memahaminya. 2.2.5. Pembedaan Plot Jenis plot itu sendiri beragam, seperti plot berdasarkan a) urutan waktu, b) kepadatan, dan c) kriteria isi. Selain plot maju atau lurus, dalam pengeplotan sering menggunakan plot sorot-balik, flash-back. Untuk plot flash-back tidak bersifat
24
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: 2528-3014
kronologis, melainkan disesuaikan dengan keinginan dari pengarang dalam menentukan awal, tengah, dan akhir cerita yang akan disusun. Skema plot flash-back sebagai berikut. D1
A
B
C
D2
E
Keterangan: D1 merupakan awal penceritaan dan pengenalan tokoh, yang dilanjutkan dengan penceritaan tahap A, B, C yang merupakan sorot balik dari kejadian masa lalu. Setelah sorot balik, muncul konflik D2 yang digunakan untuk menegaskan pertalian kronologisnya dengan D1. Skema E berfungsi sebagai kelanjutan langsung dari peristiwa D1. Tabulasi data singkatan skema plot flash-back. SKEMA D1 A B C D2 E
KETERANGAN Awal Penceritaan Saat Rehan Koma di rumah sakit Masa Lalu Rehan di Panti Asuhan dan terminal Masa Lalu Pada Saat di Rumah Singgah Masa Lalu Saat Istrinya Meninggal Kelanjutan Cerita Rehan Pada saat koma Akhir cerita atau kelanjutan cerita D1 dan D2.
2.2.7. Pengajaran Sastra Pembelajaran sastra dengan membaca karya sastra akan berpengaruh pada kehalusan budi pekerti, keluasan wawasan, kemampuan berfikir kritis, dan tindakan beradab pada siswa. Konsep dasar pembelajaran sastra yang paling utama tertera dalam kurikulum-kurikulum
yang pernah diberlakukan di
sekolah bahwa
pembelajaran sastra adalah pembelajaran apresiasi sastra (Sufanti 2004:50-51). Tujuan pembelajaran sastra menghendaki subjek didik berinteraksi dengan sastra, memahami kedalaman sastra, memahami dirinya lewat sastra, dan memperoleh pengalaman bersastra (Endraswara 2002:8). Hal tersebut disebabkan sastra mengandung berbagai macam makna moral yang perlu ditanamkan oleh peserta didik. Selain itu, kearifan budaya juga dapat dipelajari melalui sastra. Berdasarkan teori di atas, karakter tokoh pada novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye dapat digunakan sebagai bahan pengajaran sastra di sekolah yang terdapat pada silabus semester ganjil kelas X Bahasa Indonesia, peminatan kurikulum 2013 pada Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
25
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: ISSN: 2528-3014
KD 4.5 yaitu menginterpretasi prosa baru. Pembelajaran tersebut tentunya tidak terlepas dari peranan dari guru.
III. METODE PENELITIAN Objek penelitian ini berupa wacana yang menunjukan karakter tokoh utama Rehan yang ada pada plot sorot balik di dalam novel tersebut. Sumber data dalam penelitian ini adalah novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye, yang diterbitkan oleh penerbit Republika, cetakan XIV, Desember 2013 dengan tebal 427 halaman. Wujud data dalam penelitian ini berupa teks yang menunjukkan karakter tokoh utama Rehan pada plot sorot balik. Penelitian ini menggunakan metode simak. Metode simak menurut Sudaryanto (2011:133) yaitu metode yang dilakukan dengan menyimak penggunaan bahasa. Peneliti juga menggunakan teknik kutip dan catat untuk menyediakan data yang terdapat dalam novel ini.
IV. ANALISIS 4.1. Analisis Karakter Tokoh Utama Rehan pada Plot Sorot Balik Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye Novel ini berlatar cerita kehidupan tokoh yang bernama Rehan. Kehidupan tokoh utama yang begitu kompleks dari ia kecil sampai dewasa membuat karakter Rehan menjadi menarik. Kemenarikan yang lain dari novel ini yaitu plot. Jalan cerita dalam novel tersebut menarik karena berjalan menurut lima pertanyaan tokoh utama dalam hidupnya. Oleh karena itu, peneliti dalam memaparkan analisis yang berkaitan dengan karakter tokoh Rehan dalam plot sorot balik. Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu memiliki cerita yang dibangun melalui plot gabungan. Novel tersebut bercerita tentang tokoh utama Rehan. Rehan memiliki lima pertanyaan dalam hidupnya. Lima pertanyaan yang dibawa sang tokoh merupakan pembahasan yang saling terkait membaut jalinan cerita sekaligus penghubung antarplot menjadi saling terkait. Berikut ini lima pertanyaan tersebut (1) mengapa harus hidup di Panti terkutuk itu?, (2) apakah hidup ini adil?, (3) kenapa
26
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: 2528-3014
takdir menyakitkan itu harus terjadi?, (4) kenapa semuanya tetap terasa kosong?, dan (5) mengapa harus mengalami sakit yang berkepanjangan? 4.1.1. Pertanyaan Pertama Mengapa harus hidup di Panti terkutuk itu? Rehan merupakan anak yatim piatu yang dititipkan di panti asuhan. Berikut kutipan kehidupan ketika Rehan di Panti Asuhan. 1) Tiga kali! Anak itu meringis. Matanya berair. Tidak. Dia Tidak akan menangis. Sudah biasa. Hampir Tiap hari dipukul penjaga Panti. Baginya bukan pukulan bilah rotan dipantat yang menusuk hati, baginya ucapan dari mulut penjaga pantilah yang menyakitkan. Dulu saat dia dituduh merusak tasbih penjaga panti, dia bahkan sampai sakit selama seminggu oleh pecut rotan. Menggigil kesakitan. Tidak dipedulikan (SB,K,EK,RTW:12) Kutipan data di atas menggambarkan masa lalu Rehan di panti asuhan yang kerap kali mendapatkan perlakuan tidak baik oleh penjaga panti. Penggalan di atas menjelaskan tokoh Rehan memiliki karakter emosi koleris ditandai dengan sikap tabah dan kuat dalam menerima cobaan. Hal ini terbukti dalam penggalan Tiga kali! Anak itu meringis. Matanya berair. Tidak. Dia tidak akan menangis. Sudah biasa. Dengan perlakuan penjaga panti yang keras, membuat rasa kekecewaan Rehan semakin besar. Kekecewaan tersebut ditunjukkan dengan sikap kurang baik salah satunya dengan Rehan mencuri makanan. Selain itu, dia juga sempat mengumpat dan menyumpai penjaga panti ditunjukan dengan kutipan. 2) Dan dia mulai menyumpai penjaga panti yang sok suci itu. Sok baik. Sok mulia. Mana pernah bungkusan itu dibagikan ke mereka? Seperti sumBangan dari dermawan lainnya, uang sumBangan itu hilang entah kemana. Dimakan sendiri olehnya. Dasar maling! Rehan mendesis benci. Penjaga panti itulah yang sesungguhnya bejingan-penipu. Bangsat. (SB,K,EK,RTW :15) Kutipan data di atas selain menjelaskan tokoh Rehan memiliki karakter koleris ditandai dengan dirinya selalu benar dan tak mau disalahkan ditunjukan dengan kalimat Dasar maling! Rehan mendesis benci. Penjaga panti itulah yang sesungguhnya bejingan-penipu. Bangsat. Keadaan di atas membuat emosi Rehan semakin besar hingga memutuskan untuk kabur dari Panti, itu dibuktikan dengan kutipan berikut.
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
27
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: ISSN: 2528-3014
3) Tidak ada gunanya tinggal di sini. Dia bisa hidup sendiri dijalan. Tidak ada uang tinggal mencuri. Tidak ada makanan tinggal memaksa kehidupan bebas. Sebebas yang dibayangkannya. (SB, K, KT, RTW: 16) Karakter koleris di atas ditandai dengan sikap Rehan yang tidak perlu adanya teman dan suka kebebasan ditunjukan dengan kalimat Dia bisa hidup sendiri di jalan yang menjelaskan dia tidak butuh teman untuk hidup di jalan, kemudian dijelaskan bahwa ia sangat suka kebebasan pada kalimat kehidupan bebas. Sebebas yang dibayangkannya.
4.1.2. Pertanyaan kedua Apakah hidup ini adil? Rehan memiliki pertanyaan kedua dalam hidupnya mengenai apakah hidup ini adil, pertanyaan tersebut muncul ketika Rehan mengalami pengalaman hidup di rumah singgah. Rumah singgah merupakan rumah kedua setelah panti asuhan. Rumah singgah memberikan kebahagiaan lain untuk Rehan sekaligus mengenal Bang Ape. Bang Ape merupakan orang yang selalu menyemangati dan memberikan pemahaman baru kepada Rehan mengenai sebuah kebersamaan. Bang Ape lah yang memberikan pemahaman Rehan untuk sekolah agar hari-harinya terisi dengan hal yang positif. 4) Di kelas itu hanya ada empat murid. Semuanya anak jalanan. Melihat mereka Rey urung berkecil hati, ternyata ketiga teman sekelasnya seumuran, hanya satu yang sesuai dengan seusia anak sekolah menengah pertama kelas satu. Guru yang mengajar tadi pagi adalah bapak-bapak setengah baya. Biasa-biasa saja. Tidak ada Ibu Guru Nusi. (SB,S,ES,RTW:80) Kutipan di atas menjelaskan awal pertama kali Rehan masuk sekolah jalanan. Umur tidak menjadi kendala masuk sekolah untuk Rehan, umurnya tidak muda lagi, tetapi Rehan
tidak merasa berkecil hati dan malu. Hal tersebut memberikan
penjelasan bahwa Rehan memiliki karakter sanguinis dalam kutipan melihat mereka Rey urung berkecil hati.
28
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: 2528-3014
4.1.3. Pertanyaan ketiga Kenapa takdir menyakitkan itu harus terjadi? Rehan benar menghilang dari kejadian pencurian berlian itu. Akan tetapi, perasaan bersalahnya tidak bisa hilang. 5) Rey kembali menjadi pengamen. Pengamen dengan dengan wajah kuyu tidak bersemangat. Bagaimana tidak? Dia selalu cemas. Takut setiap melihat orangorang berseragam polisi. Takut orang-orang akhirnya mengenalinya sebagai salahsatu pelaku upaya pencurian termahal yang pernah ada. Akan butuh waktu lama bagai Rey menghilangkan kecemasan itu ( SB,P,EP,RTW: 217) Umur rehan kini dua puluh enam, namun ketakutannya semakin menjadi hingga tak mau lagi bertemu patnernya yaitu Plee. Kemudian datanglah surat dari pesuruh Plee agar Rehan menjenguknya di penjara. Rehan benar-benar lari dan tak mau menemuinya. 6) Rey sudah duduk di kursi besuk itu. Bergetar memaksa kakinya untuk bertahan. Tapi saat Plee keluar dari pintu itu, Rey mendadak lari. Hatinya menciut. Dia tidak akan bisa bertemu dengan Plee. Tidak bisa. Apa yang akan dikatakannya? Apa yang akan dilakukannya? Bukankah dia takut sekali dengan ancaman mati itu? bagaimana kalau Plee tiba-tiba bilang dialah yang menembak dua petugas malam itu? Bagaimana kalau sipir penjara bisa merangkaikan sebuah penjelasan. Yang lebih menyesakkan lagi ketika dia menyadaribagaimanadia bisa meninggalkan Plee begitu saja? Bukankah mereka berjanji tidak akan meniggalkan yang lain (SB, P,EP,RTW: 220) Kutipan di atas menjelaskan sikap Rehan terhadap Plee. Rehan begitu sangat takut dan tertekan hingga menghianati janji pertamanya dengan Plee dengan kutipan yang lebih menyesakkan lagi ketika dia menyadari bagaimana dia bisa meninggalkan Plee begitu saja? Bukankah mereka berjanji tidak akan meninggalkan yang lain. Rehan memiliki karakter phlegmatis negatif dengan penanda selalu menghindar dari masalah dengan kutipan Bukankah dia takut sekali dengan ancaman mati itu? Bagaimana kalau Plee tiba-tiba bilang dialah yang menembak dua petugas malam itu? Setelah kejadian itu Rehan benar-benar pergi menjauh dari kehidupan Plee. 7) Rey menelan ludah. Mengusap rambut panjangnya yang sebelum berangkat di sisir rapi sepuluh kali. Dia harus mencoba, bisik separuh hati Ray. Apa salahnya?
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
29
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: ISSN: 2528-3014
Sudah lama ia merencanakannya. Kalau ia menolak? Setidaknya dia sudah pernah mengajaknya. Ray meremas jemarinya gugup. (SB,M,EM,RTW: 260) Kutipan tersebut menunjukkan Rehan memiliki karakter melankolis sempurna ditandai dengan ingin segalanya dilakukan dengan sempurna dengan kutipan mengusap rambut panjangnya yang sebelum berangkat di sisir rapi sepuluh kali.
4.1.4. Pertanyaan keempat kenapa semuanya tetap terasa kosong? Pertanyaan itu terwujud dari data berikut ini. 8) Ada banyak pekerjaan di lokasi konstruksi bandara. Bertumpuk-tumpuk. Membuatnya sering pulang larut. Sebenarnya belum ada sedikit pun pekerjaan fisik, tapi segala macam persiapan itu memusingkan. Dia dilibatkan dalam banyak rapat. Ray cerdas, berbakat besar dalam teknik sipil, tapi hampir sebagian besar rapat itu menggunakan bahasa asing, sesuatu yang belum di kuasainya. (SB,S,SP,RTW: 285) Kutipan tersebut menerangkan Rehan memiliki karakter Sanguinis dalam pekerjaan dengan penanda dipercayai banyak orang dengan kutipan Dia dilibatkan dalam banyak rapat. 9) Ray tidak perlu mendengar kalimat itu dua kali, dia sudah bergegas masuk ke dalam ruangan kaca. Menggigit bibir melangkah pelan, mendekat. “Istrinya menatap lemah, mencoba tersenyum .” Apa kata dokter ?” istrinya bertanya amat pelan .“ B-a-i-k. Kau akan baik-baik saja, yang. Mereka sedang menyiapkan operasi. Bayi kita akan selamat.” Ray berbisik. Mengelus lembut dabi istrinya. Wajahnya amat lemah. Pucar (SB,K,KO,RTW: 305) Kutipan tersebut menunjukan Rehan memiliki karakter koleris kuat sebagai orang tua ditandai dengan ia mampu memotivasi keluarga dengan kutipan “ B-a-i-k. Kau akan baik-baik saja, yang. Mereka sedang menyiapkan operasi.
4.1.5. Pertanyaan kelima Mengapa harus mengalami sakit yang berkepanjangan? Pertanyaan itu terwujud dari data berikut ini. 10) Ray menatap lamat-lamat. Berarti di gerbong itu tidak boleh ada pedagang keliling, tukang jual koran, pengamen. Apakah dia masih bisa memetik gitar? Ray menghentikan taksi didepan sebuah pertokoan. “Buat hadiah, Pak?” Sopir taksi bertanya pendek. “Bukan.” Rey menjawab tidak kalah pendeknya. (SB,K,EK,RTW: 323) 30
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: 2528-3014
Kutipan tersebut menjelaskan Rehan memiliki karakter emosi Koleris ditandai dengan sikap tegas ditunjukan dengan kutipan Bukan.” Rey menjawab tidak kalah pendeknya.
4.2. Pembelajaran Karakter Tokoh Rehan pada Plot Sorot Balik Novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu Karya Tere Liye Pengajaran sastra dalam Kurikulum 2013 atau pendidikan berbasis karakter. Guru harus menggunakan pendekatan scientific (pendekatan ilmiah) karena dengan pendekatan ini hasil belajar peserta didik lebih efektif dibandingkan dengan pendekatan tradisional. Pendekatan scientific ini disebut juga pendekatan 5M, yaitu (1) mengamati, (2) menanya, (3) menalar, (4) mencoba, dan (5) menyajikan (mempublikasikan).
V.
PENUTUP
5.1. Simpulan Hasil analisis penelitian mengenai karakter tokoh utama Rehan pada plot sorot balik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye dapat ditarik kesimpulan bahwa tokoh Rehan memiliki karakter emosi sanguinis, phlegmatis, melankolis, dan koleris. Berikut ini jenis karakter Rehan yang ada di dalam plot sorot balik adalah: (1) Kehidupan di panti dengan perlakuan penjaga panti yang keras membuat rehan memiliki emosi koleris kuat ditandai dengan karakter yang keras dan kuat pada diri Rehan. (2) Tokoh Rehan memiliki karakter koleris kuat dipekerjaan selama menjadi mandor di sebuah bangunan gedung ditandai dengan selalu berorentasi target, berpikir praktis, dan tidak patah semangat. (3) Koleris kuat sebagai teman diperoleh Rehan selama menjalani kehidupan di terminal singgah. Keadaan di terminal membuatnya menjadi semakin keras dan tak jarang Rehan selalu berkelahi dengan preman itulah yang membuat karakter
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
31
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: ISSN: 2528-3014
Koleris semakin kuat ditandai dengan mampu dalam keadaan darurat dan selalu menyendiri. (4) Emosi melankolis sempurna suka berkorban demi orang lain. Pembelajaran tokoh utama Rehan pada plot sorot balik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu menggunakan metode pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang meliputi 5M, yaitu (1) mengamati,
metode
(2) menanya,
(3)
menalar, (4) mencoba, dan (5) menyajikan (mempublikasikan).
5.2. Saran Karakter tokoh pada plot sorot balik novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu karya Tere Liye bukanlah satu-satunya unsur pembangun novel yang dapat dikaji. Masih banyak unsur pembangun lain yang dapat dijadikan kajian penelitian sastra seperti, setting, gaya bahasa, sudut pandang, tema, serta unsur ekstrinsik seperti biografi pengarang, latar belakang kehidupan pengarang, sosial budaya, politik, ekonomi, dan nilai-nilai kehidupan seperti nilai sosial, yang terdapat dalam novel Rembulan Tenggelam di Wajahmu untuk meningkatkan pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA Endraswara, Suwardi. 2002. Metode Pengajaran Sastra. Yogyakarta: CV Radhita Buana Florence Littauer. 2011. Personality Plus (Kepribadian Plus). Tangerang Karisma Publishing Group Minderop. 2011. Metode Karakterisasi Telaah Fiksi. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Nurgiyantoro, Burhan. 1998. Teori Pengkajian Fiksi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Pradopo, Rachmat Djoko. 1995. Beberapa Teori Sastra, Metode Kritik, dan Penerapannya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
32
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
METATESIS, Vol.1 No.2 OKTOBER 2016
ISSN: 2528-3014
Ratna, Nyoman Kutha. 2011. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Rohman, Saifur. 2012. Pengantar Metodologi Pengajaran Sastra. Jogjakarta: Ar-Ruz Media. Sudaryanto. 2011. Cerdas Menulis Karya Ilmiah. Klaten: Universitas Widya Darma. Sufanti, Main. 2004. “Reposisi Pembelajaran Sastra Indonesia”, dalam Kajian linguistik dan Sastra. Surakarta:PBSI FKIP UMS. Suharto, Sugihastuti. 2002. Kritik Sastra Feminis Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Susanto, Dwi. 2012. Pengantar Teori Sastra. CAPS. Kav. Madukismo. Seturan Utara, Sleman, Yogyakarta. Wellek, Rene. 2014. Teori Kesusastraan. Jakarta: PT Gramadia Pustaka Utama.
Jurnal Pengajaran Bahasa dan Sastra
33