Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
KARAKTER PETUGAS PENYULUH PROGRAM KELUARGA BERENCANA SEBAGAI AGEN PERUBAHAN Rara Ayu Sekar Langit
Universitas Sebelas Maret Surakarta
[email protected] ABSTRAK Keluarga merupakan bagian terkecil dari masyarakat. Hal ini berarti kesejahteraan masyarakat dimulai dari keluarga. Program Keluarga Berencana, merupakan suatu program yang dicanangkan pemerintah untuk membentuk sebuah keluarga bahagia dan sejahtera. Petugas penyuluh program KB merupakan petugas lapangan yang mana menjadi media penyampaian informasi dari pemerintah kepada masyarakat. Petugas penyuluh program KB merupakan agen perubahan sosial karena penyuluhan dimaksudkan untuk merubah perilaku masyarakat sesuai dengan anjuran pemerintah. Namun beberapa dekade ini, dirasakan bahwa program KB mengalami keadaan stagnan bahkan untuk pencapaian jumlah aseptor mengalami penurunan. Sebagai seorang agen perubahan, petugas penyuluh program KB harus memiliki karakter yang mampu membuat masyarakat percaya dan mampu mengajaknya untuk berubah mengukuti anjuran pemerintah. Kepercayaan masyarakat terhadap mereka berkaitan dengan kredibilitas dari petugas penyuluh itu sendiri. Kredibilitas akan membantu petugas penyuluh program KB mencapai kepercayaan masyarakat dan mensukseskan program pemerintah. Karenanya sebagai agen perubahan petugas penyuluh program KB harus mampu mengembangkan karakter yang mampu meningkat kredibilitas dirinya. Keyword : Penyuluh Program KB, Agen Perubahan, Karakter, Kredibilitas A. Pendahuluan Pada pertemuan International Conference on Family Planning ( ICFP) ke 4 yang diadakan di Denpasar dari tanggal 25 – 26 Januari 2016, Presiden Joko Widodo mengatakan bahwa Program Keluarga Berencana saat ini memiliki tantangan yang lebih berat. Hal ini karena untuk membentuk generasi yang berkualitas diperlukan kualitas hidup yang baik dimulai dari ibu yang sehat. Kemudian beliau menekankan bahwa Program KB secara nasional wajib dijalankan. Pelaksaan dari Program KB memberikan manfaat di dalam membentuk generasi muda yang berkualitas. Manfaat ini memberikan sumbangan besar di untuk mencapai tujuan pembangunan yaitu membentuk masyarakat yang sejahtera. (http://www.beritasatu.com) Sayangnya hampir 15 tahun ini, kegiatan dari Program KB meredup dan mengalami keadaan stagnan. Kegiatan dari Program KB tidak hanya pada menyarankan kepada masyarakat untuk membatasi jumlah anak, namun juga bagaimana membimbing anak tersebut supaya menjadi manusia yang berkualitas dan berkarakter. Program KB pada intinya membantu masyarakat merencanakan dari kelahiran sampai pada anak tumbuh dewasa. Masyarakat yang berkualitas dan berkarakter akan menjadi modal penting di dalam menghadapi bonus demografi. Bonus demografi bisa diibaratkan sebagai pedang bermata dua. Pada satu sisi akan membantu membentuk masyarakat yang sejahtera jika penduduk memiliki kualitas yang baik. Namun sebaliknya ketika sumber daya manusia memiliki kualitas yang buruk, akan menjadi bencana. Pada saat ini jumlah penduduk Indonesia mencapai 252 juta dan laju penduduk sebesar 1.3%. (https://m.tempo.co). Berdasarkan sensus penduduk yang diadakan pada tahun 2010, Badan Pusat Statistik memprediksi pada tahun 2035 jumlah penduduk Indonesia akan mencapai 305 juta jiwa.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Ledakan penduduk akan menjadi bencana bila tidak ditangani dengan baik. Hal ini karena dengan banyaknya jumlah penduduk maka meningkat pula tuntutan kebutuhan. Tuntutan kebutuhan akan berpengaruh kepada aspek perekonomian yang pada akhirnya mampu memicu tindak criminal. Sehingga untuk menghadapi bonus demografi kita perlu mempersiapkan sumber daya manusia yang berkualitas sehingga mampu menghadapi tantangan hidup yang ada. Perlu dibentuk masyarakat yang berkarakter untuk menuju kesejahteraan sosial. Seperti yang telah dikatakan sebelumnya bahwa Program Keluarga Berencana tidak hanya soal menjarangkan kelahiran namun juga berperan di dalam membentuk masyarakat yang berkualitas. Meskipun tujuan utama dari Program Keluarga Berencana adalah mengajak pasangan usia subur untuk menggunakan alat kontrasepsi, program ini juga memberikan perhatian pada tumbuh kembang anak dan remaja serta kesehatan pada masyarakat usia lanjut. Di dalam kegiatannya Program Keluarga Berencana juga menjaring masyarakat usia remaja dan lansia. Bina Keluarga Remaja atau biasa disebut dengan BKR merupakan salah satu sarana dari Program Keluarga Berencana yang mewadahi masyarakat yang memiliki anak usia remaja. Sedang wadah untuk anak remaja sendiri adalah PIK/GenRE. Selanjutnya wadah untuk masyarakat usia lanjut adalah Bina Keluarga Lansia atau BKL. Anggota dari kegiatan BKL adalah mereka yang di dalam keluarga terdapat orang tua usia lanjut. Di dalam kegiatannya bina – bina tersebut, mereka diberikan pengetahuan dan wawasan sehingga masyarakat cerdik di dalam menjaga dan mengembangkan keluarga mereka menjadi manusia yang berkualitas. Petugas Program Keluarga Berencana di dalam menjalankan tugasnya bekerja sebagai seorang penyuluh. Mereka bertugas menyampaikan informasi – informasi penting dari pemerintah terkait dengan program yang dijalankan. Selain itu mereka juga menyampaikan informasi yang nantinya akan menambah wawasan dari masyarakat sehingga mereka bisa menjadi manusia yang bekualitas dan berkarakter. Hal ini menjelaskan bahwa petugas penyuluh program Keluarga Berencana berperan sebagai agen perubahan. Mengemban tugas sebagai agen perubahan, mereka berusaha melalui kegiatan – kegiatan Program Keluarga Berencana untuk mengubah perilaku masyarakat menjadi lebih berkualitas dan berkarakter. Petugas penyuluh Program Keluarga Berencana di dalam menjalakan tugasnya tidak bekerja sendiri. Mereka mengajak tokoh dan masyarakat untuk bekerja sama sebagai tangan kanan. Sebagai petugas lapangan mereka harus mampu membangun hubungan dari masyarakat setempat. Hal ini karena mereka bekerja dengan dan untuk masyarakat. Untuk menciptakan sebuah hubungan harmonis, petugas penyuluh Program Keluarga Berencana harus memiliki karakter yang mampu membuat masyarakat percaya kepada mereka. B. Analisis Penyuluhan merupakan proses penyebaran informasi. Kegiatan penyuluhan merupakan proses penyebaran informasi dari seorang penyuluh dengan sasaran audiens atau masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan. Tujuan dari sebuah penyuluhan adalah perubahan perilaku sesuai informasi yang disampaikan. Roger (1971) di dalam Mardikanto (1993:45) menyatakan pengertian penyuluhan adalah seseorang atas nama pemerintah atau lembaga penyuluhan berkewajiban utnuk mempengaruhi proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh sasaran penyuluhan untuk mengadopsi inovasi. Artinya seorang penyuluh memiliki kemampuan untuk mempenagruhi audiensnya untuk merubah perilaku mereka seperti yang diharapkan oleh program pemerintah. Karenanya penyuluh berstatus sebagai agen perubahan.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Penyuluh bekerja sebagai penghubung antara sumber perubahan dengan masyarakat atau sasaran dari perubahan. Bekerja sebagai penghubung atau pembawa pesan, maka penyuluh berperan sebagai komunikator. Komunikator adalah individu atau kelompok yang menyampaikan pesan atau informasi. Komunikator memiliki peranan yang besar di dalam keberhasilan program penyuluhan. Mengutip dari Tommy dan Fahrianoor (2004), di dalam bukunya Onong (1968) mengatakan fungsi dari komunikator adalah mengutarakan pikiran, perasaan dalam bentuk pesan untuk membuat komunikan atau audiens menjadi tahu, dan berubah sikap, pendapat, dan perilaku. Kredibilitas seorang komunikator memiliki pengaruh yang besar terhadap keberhasilan peyuluhan. Tommy dan Fahrianoor mengutip dari Onong (1984), pengertian dari kredibilitas yaitu suatu nilai terpadu dari keahlian dan dan kelayakan keterpercayaan. Komunikator dnegan kredibilitas yang baik disebabkan oleh etos yang terdapat pada dirinya, yaitu itikad baik, kelayakan untuk dapat dipercaya, dan kecapakan di dalam bidang keahliannya. Kredibilitas komunikator dilihat dari keahlian yang dimiliki oleh komunikator terhadap suatu bidang tertentu. Hal terpenting bagi komunikator adalah bagaimana membuat komunikan percaya terhadap informasi yang telah dia sampaikan. Komunitor juga harus mampu meyakinkan audiens bahwa posisi seorang komunikator murni sebagai penyuluh saja dan bukan untuk mencari keuntungan pribadi. Seorang komunikator harus memiliki karakter yang mampu meningkatkan kredibilitas dirinya. Karakter penyuluh program akan berpengaruh kepada penilai audiens sampai pada pengaruh pada keputusan untuk melakukan perubahan. Semakin tinggi tingkat kredibilitas yang dimiliki maka akan semakin mudah audiens untuk percaya dan melakukan perubahan perilaku. De Vito (1978) di dalam Alo Liliweri (2007) mengemukakan tiga tipe kredibilitas, yaitu : a. Initial credibility Initial credibility atau kredibilitas ekstrinsik merupakan kredibilitas yang diperoleh sebelum komunikasi dilakukan. Seperti hal yang kredibilitas yang didapatkan karena status atau posisi seseorang. Sebelum penyuluh untuk terjun melakukan penyuluhan, mungkin masyarakat pernah mendengar sebelumnya mengenai lembaga yang yang membawahi kegiatan penyuluhan tersebut dari media masa atau dari pengalaman yang dia punya. b. Derived credibility Kredibilitas ini diperoleh pada saat komunikasi berlangsung. pada saat memberikan penyuluhan. Penyuluh akan secara tidak langsung menampilkan diri mereka sendiri. Bagaimana cara mereka menyampaikan pesan, bagaimana gerak tubuhnya, ekspresi, serta cara berinteraksi dengan audiens. Pada saat melakukan penyuluhan, seorang penyuluh terlihat kesan intelegesinya, dan kesan atau moral sebagai seorang komunikator atau penyampai pesan. c. Terminal credibility Merupakan hasil yang diperoleh dari kedua tipe kredibiltas sebelumnya. Kredibilitas ini diperoleh dari kedua tipe kredibilitas sebelumnya. Seorang penyuluh akan memperoleh kredibilotas setelah mendapatkan feedback dari audiensnya. Bagi penyuluh, untuk mendapatkan kredibilitas, dia perlu memiliki pengetahuan dan pengalaman yang luas. Seorang penyuluh bisa untuk terus meningkatkan kredibilitasnya. Dalam setiap tahap komunikasi kredibilitas bisa berubah baik menjadi lebih baik ataupunmenjad lebih
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
buruk. Karenanya di dalam penyuluhan, penyuluh harus bisa mambuat rencana komunikasi yang nantinya bisa meningkatkan kredibilitas dirinya, sehingga persuasive terhadap masyarakat berjalan lancar. Bagi seorang penyuluh adalah sebuah kewajiban untuk bisa menyusun rencana bagaimana pesan penyuluhan akan disampaikan. Pesan tidak bisa begitu saja disampaikan kepada audiens, karena komunikasi yang efektif adalah ketika pembicara dan penerima mampu mempresepsikan pesan dengan cara yang sama. Sehingga bagi penyuluh, tugas mereka adalah untuk mengemas pesan sesuai dengan audiens atau karakter masyarakat. Penyuluh harus menyadari perannya sebagai komunikator di dalam sebuah penyuluhan. Disamping itu penyuluh juga mengemban peran sebagai agen perubahan. Melalui kesadaran akan perannya, penyuluh harus bersikap selayaknya peran yang dia jalankan. Bagaiamana nantinya ketika dia berkomunikasi dengan audiens, dia harus menyesuaikan dengan peran yang dibawa. Selain itu, penyuluh perlu membekali dirinya dengan wawasan yang nantinya akan mengembangkan peran yang dijalankannya. Pada saat melakukan komunikasi dengan audiens, penyuluh sebaiknya mampu menempatkan diri sesuai dengan perannya. Meskipun begitu, mereka tidak boleh menggurui atau memaksakan pendapat kepada masyarakat. Karena bila penyuluhan dilakukan dengan pemaksaan, bisa saja terjadi ketegangan antara petugas penyuluh dengan masyarakat. Karenanya penyuluh harus bisa menyesuiakan diri dan menjadi bagian dari masyarakat. Ketika mereka telah menjadi bagian dari kelompok, maka masyarakat akan lebih terbuka dan mau menerima penyuluh dengan baik. Alo Liliweri masih di dalam buku yang sama juga menuliskan tentang dimensi kredibilitas komunikator. Memahami dimensi – dimensi kredibilitas, setidaknya akan memberikan gambaran mengenai karakter seorang penyuluh yang baik. Dimensi dari kredibilitas merupakan poin –mpoin yang mana bisa dikembangkan oleh seornag penyuluh untuk meningkatkan karakter yang membangun kredibilitasnya. Alo Liliweri menyimpulkan beberapa dimensi sebagai berikut : a. Compentence Kemampuan penyuluh yang berhubungan dengan keahlian dia di dalam bidang yang dia tekuni. Penting bagi penyuluh untuk memiliki keahlian dan wawasan yang luas mengenai program yang mereka jalankan. Selain wawasan dibidang yang dia tekuni, penyuluh juga harus memiliki keahlian yang mendukung perannya sebagai komunikator dan agen perubahan. b. Character Karakter adalah sikap yang ditunjukan seorang penyuluh ketika mereka menyampaikan informasi kepada audiens. Sikap penyuluh ketika berhadap dengan audiens akan mempengaruhi penilaian terhadap mereka. Penyuluh harus mampu menunjukkan sikap yang mampu membuat audiens nyaman dan percaya kepada mereka. c. Intention Motif yang mendorong penyuluh untuk menyampaikan informasi. Motivasi penyuluh di dalam melakukan pekerjaan akan berpengaruh terhadap hasil kerja mereka. Penyuluh harus memiliki motivasi yang tinggi untuk menyampaikan informasi kepada audiens. Motivasi bisa berasal dari faktor pekerjaan dan faktor diluar pekerjaan. d. Personality Bekerja sebagai petugas lapangan yang berhadapan langsung dengan masyarakat, penyuluh harus mampu menciptakan kedekatan dengan audiens. Kedekatan dengan audiens bisa dirasakan berdasarkan pada kesamaan psikologis, sosiologis, atau
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
atropologis. Selain merasakan kedekatan, penyuluh juga harus mampu berbaur dan menyatu dengan audiens. Penyuluh dituntut untuk menjadi bagian dari masyarakat. e. Dynamics Selama berinteraksi dengan audiens, penyuluh ahrus menunjukkan sikap yang dinamis. Hal ini karena penyuluh dituntut untuk bisa beradaptasi dengan masyarakat sehingga mereka bisa diterima. Jika mereka diterima oleh masyarakat yang menjadi audens, maka akan mudah untuk menyampaikan pesan dan mengajak mereka merubah perilaku. f.
Charisma
Karisma merupakan kualitas pribadi yang ditunjukkan oleh penyuluh melalui kemampuan berbicara, kemampuan bersosial, dan ketermenarikan. Seorang penyuluh yang memiliki karisma akan lebih dipandang dan diharga oleh audiensnya. Cara berkomunikasi, dan bersosial akan berpengaruh terhadap karismatik penyuluh. g. Authority Seseorang yang memiliki kekuasaan akan lebih mudah dipercaya oleh audiens. Kekuasaan disini diartikan sesorang yang memiliki latar belakang pengetahuan terhadap bidang yang disampaikan. Seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan atau wawasan pada bidang tertentu akan lebih dipercaya ketika membicara masalah yang berhubungan dengan bidangnya. h. Compliance Seseorang akan lebih mudah tertarik mengadopsi program ketika mereka diberikan hadiah. Hal ini sebenarnya tidak bisa selalu diterapkan, karena program pemerintah tidak selalu bersikap memaksa seperti halnya Program Keluarga Berencana. Bekerja sebagai seorang penyuluh berarti mereka tidak boleh memaksa, mereka hanya memberikan saran kepada masyarakat untuk alternative yang bisa mereka gunakan. i.
Internalization
Masyarakat akan lebih mudah menerima pesan yang sampaikan oleh penyuluh ketika pesan tersebut dikemas sesuai dengan nilai – nilai yang anut oleh mereka. Tidak mudah membuat masyarakat untuk langsung menerima apa yang disampaikan oleh penyuluh. Seorang penyuluh haus mampu membuat rencana dan mengemas pesan yang sesuai dengan audiens sehingga mereka mudah dan mau menerima. j.
Indentification
Audiens akan lebih mudah mengadopsi sebuah program ketika mereka melihat contoh nyata. Misalnya penyuluh yang telah menjalankan program keluarga berencana akan lebih dipercaya oleh masyarakat. Contoh nyata akan lebih menarik audiens dibandingkan dengan pesan yang disampaikan namun tidak ada tindak lanjutnya. Meskipun Program Keluarga Berencana tidak memaksa, sebagai petugas penyuluh program, ada baiknya mereka bisa dijadikan contoh oleh masyarakat. k. Expertise Penyuluh harus menjadi seorang ahli di dalam bidang dia tekuni. Audiens akan lebih percaya terhadap penyuluh yang benar – benar ahli di bidang yang dia sampaikan. Mereka harus terus menerus mengembangkan keahlian serta mengikuti perkembangan program yang disampaikan. l.
Trustworthiness
Seorang penyuluh harus mampu mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Penyuluh harus mampu menjadi bagian dari masyarakat, sehingga mereka mau terbuka kepadanya.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Hal ini karena masyarakat lebih mudah menerima pesan dari orang – orang yang telah mereka percaya. m. Goodwill Seorang penyuluh juga harus memiliki etikad sehingga masyarakat akan menaruh rasa hormat kepadanya. Penyuluh yang memiliki etikad yang baik akan mudah mendapatkan kepercayaan dari masyarakat. Masyarakat akan menghargai pesan yang kita sampaikan dan mau menerima untuk mengadopsi program yang diberikan. n. Emotional intelligence Peyuluh harus mampu untuk mengatur emosinya ketika berhadap dengan audiens. Pada saat penyuluh mungkin tidak semua hal bisa diterima, namun penyuluh harus cerdas mengelola emosinya. Jika mereka tidak mampu menahan emosi ketika berhadap dengan masyarakat, dirinya akan menjadi perbincangan dari audiens dan tidak akan mendapatkan rasa hormat dari mereka. Dimensi kredibilitas yang diberikan oleh Alo Liliweri memberikan kita gambaran karakter apa yang sebaikanya dimiliki oleh seorang penyuluh. Sebagai seorang komunikator apalagi pada saat ini dimana informasi bisa diperoleh dari mana saja, memang memiliki tantangan tersendiri. Mereka harus berbekal kemampuan serta keahlian yang cukup untuk menghadapai audiens. Audiens di dalam penyuluhan pun tidak selalu pasif yang mau menerima begitu saja yang kita berikan, ada kalanya mereka akan melakukan pertentangan. Menyikapi pertentangan dari audiens ini, seorang penyuluh harus cerdik mengelola emosinya serta memanfaatkan pengetahuan dan keahlian berkomunikasi. Aristoteles memberikan tiga hal yang berpengaruh kredibilitas seorang penyuluh. Tiga hal tersebut adalah ethos, pathos, dan logos. Ethos diartikan sebagai sumber yang dipercaya. Seorang penyuluh yang berperan sebagai komunikator harus memiliki keahlian, kemampuan, serta pengetahuan dibidang yang dia kuasai. Di dalam aspek ethos, Aristoletes mengatakan bahwa seorang komunikan akan dapat dipengaruhi oleh seorang pembicara yang menampilkan dirinya sebagai seseorang yang dilihat dan dirasakan oleh audiens sebagai orang yang : a. Intelegence Seorang penyuluh yang cerdas, dan berwawasan luas, serta mampu berkomuniksi dengan baik akan membuat audiens lebih mudah menerima pesan yang dia sampaikan. Audiens akan lebih mudah terpersuasi oleh penyuluh yang dia rasa memiliki kemampuan di dalam bidangnya. Terutama pada saat ini, ketika informasi mudah diakses, dan masyarakat menjadi kritis, kecerdasan, kemampuan, dan keahlian penting bagi penyuluh ketika berhadapan dengan audiens. Pada penyuluhan audiens akan selalu menilai penyuluh untuk melihat apakah mereka benar – benar ahli di dalam bidangnya. b. Karakter Karakter seorang penyuluh akan sangat berpengaruh terhadap penerimaan audiens kepada dirinya. Seorang penyuluh harus memiliki reputasi yang baik, sehingga audiens akan percaya bahwa pesan yang disampaikan adalah sebuah kebenaran. Karakter penyuluh akan berpengaruh terhadap penilai audiens terhadapnya, sehigga sebagai penyuluh harus mampu bersikap yang baik terhadap masyarakat. Selain itu penyulih juga biasanya dijadikan panutan bagi masyarakat, sehingga harus mampu memberikan contoh karakter yang baik bagi audiens. c. Goodwill
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Penyuluh harus mampu menunjukkkan kemauan baik dan kesan yang baik kepada audiens. Kesan yang baik akan menumbuhkan rasa percaya sehingga masyarakat mau menerima pesan yang sampaikan. Mereka akan dengan senang mengadopsi program yang disampaiakan karena merasa yakin dengan apa yang penyuluh sampaikan. Selanjutnya phatos mengacu pada imbauan emosi, yaitu bagaimana seorang penyuluh mampu memperlihatkan kemampuannya mempersuasif dan menampilkan gaya emotif. Pada aspek ini seorang komunikator dituntut untuk mampu menunjukkan daya tarik emosional sehingga membangkitkan perasaan komunikan. Penyuluh harus mampu membuat audiens mereka aman, percaya, dan memiliki kepercayaan diri. Aspek terakhir adalah logos, yaitu kemampuan komunikator secara intelektual, menyampaikan informasi secara rasional dan argumentatif. Melalui penyampian pesan yang logis, rasional, dan sistematis, diharapkan audiens lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh penyuluh. Penyuluh harus memiliki kemampuan berkomuniaksi yang baik. Bagaimana dia membawa pesan, dan bagaimana pesan dikemas juga harus dipikirkan oleh seorang penyuluh. Penyuluh juga harus mampu menyesuaikan pesan dengan audiens, sehingga mereka tidak kesulitan di dalam memahami informasi yang disampaikan. Ethos, pathos, dan logos yang disampaiakan oleh Aristoteles berasal dari retorika dimana hal – hal tersbeut membuat sebuah persuasi menjadi mungkin. Dengan menerapkan ketiga hal tersebut maka bisa dikatakan persuasi dapat terjadi. Seorang penyuluh disamping menyampaikan pesan juga berusaha mempersuasi mesyarakat untuk mengikuti program yang disarankan oleh pemeritah. Jika konsep dari ethos, pathos, dan logos diterapan oleh setiap penyuluh, kegiatan mempersuasi akan bisa berjalan efektif. Ethos, pathos, dan logos memberikan gambaran bagaimana seorang penyuluh bertindak sebagai seorang komunikator supaya komunikasi berjalan efektif. Ketiga aspek tersebut bisa kita jabarkan untuk mendapatkan karakter penyuluh yang baik sehingga mampu mempersuasi masyarakat. Aspek ethos mengatakan bahwa audiens melihat penyuluh dari kecerdasannya, karakter, dan kesan. Seperti yang telah dibahas pada dimensi kredibilitas oleh Alo Liliweri, bahwa penyuluh harus cerdas. Penyuluh harus berwawasan luas dan menguasai materi penyuluhan dengan baik. Penyuluh harus memiliki kepercayaan pada dirinya sendiri mengenai keahlian yang dia miliki. Penyuluh haruslah dinamis, sehingga mengikuti perkembangan yang ada. Di era saat ini, audiens bisa berkembang sendiri melalui media yang dia gunakan, karena itu penyuluh juga harus mampu mengikuti perkembangan dari masyarakat yang menjadi audiensnya. Penyuluh secara tidak langsung juga akan menjadi public figure dari masyarakat. Berdasarkan hal ini, penyuluh harus berkarakter yang baik. Sebagai petugas yang terjun kemasyarakat, dia harus bisa berbaur dengan orang lain, dan menjaga sikap sosialnya. Karakter – karakter yang selalu dilihat oleh masyarakat adalah karakter yang melekat dengan dunia sosial dari seroang penyuluh. Misalnya bagaimana dia menempatkan diri, dan bagaimana dia berinteraksi dengan orang lain. Karakter penyuluh harus mampu menimbulkan kesan yang baik mata masyarakat. Masyarakat pada umumnya selalu memperhatikan kemauan atau hal – hal yang berhubungan dengan nama baik si penyuluh. Karenanya karena telah menjadi public figure, seorang penyuluh harus menjaga sikapnya. Kemaun dari seorang penyuluh bisa dilihat dari motivasi dia bekerja. Bagaimana semangat dia ketika menyampaikan pesan kepada audiens, dan bagaimana usaha dia untuk lebih bisa berinteraksi dengan baik kepada masyarakat.
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
Selanjutnya jika dilihat dari aspek phatos, seorang penyuluh harus memilki karakter yang mampu menggugah emosi dari masyarakat. Di dalam penyuluhan, penyuluh diharapkan bisa menciptakan sebuah komunikasi yang komunikatif dimana audiens juga aktif memberikan feedback. Untuk menciptakan komunikasi yang komunikatof, penyuluh harus menjadi individu yang terbuka dan tidak sungkan untuk berbagi pengalaman. Pengalaman – pengalaman pribadi atau contoh nyata mudah mempengaruhi pandangan audiens, sehingga mudah untuk terpersuasi. Selain terbuka, penyuluh juga sebaiknya bisa membangun kedekatane emosi dengan masyarakat. Penyuluh harus bersikap ramah dan menunjukkan sikap pertemanan kepada audiens sehinga mareka juga tertarik menjalin persahabatan. Memiliki kedekatan dengan audiens akan mempermudah pertukaran informasi baik dari penyuluh maupn dari masyarakat. masyarakat akan lebih terbuka kepada audiens untuk menceritakan permasalah yang ada di dalam masyarakat. Jika masyarakat tidak terbuka, seorang penyuluh akan kesulitan untuk menemukan permasalah yang terdapat di dalam masyarakat. Logos merupakan aspek intelektual. Intelektual juga telah dibahas pada aspek ethos. Namun dalam aspek logos, kecerdasan lebih ditekankan pada soal wawasan mengenai materi atau kehalian di dalam bidang yang ditekuni oleh penyuluh. Penyuluh harus benar – benar menjadi ahli di dalam bidangnya sehingga dipandang audiens sebagai seseorang yang bisa dipercaya. Wawasan dan kecerdasn dari seorang penyuluh bisa dilihat dari argument – argumen yang dia sampaikan. Bagaiman rasionalitas dia didalam menghadapi isu – isu yang berhubungan dengan bidangnya, serta bagaimana sistematis dia di dalam penyampaian pesan kepada audiens. C. Kesimpulan Berperan sebagai seorang agen perubahan, penyuluh Program Keluaraga Berencana haruslah memiliki karakter yang menggabarkan dirinya sorang yang memiliki kredibilitas tinggi. Hal ini karena dengan mudahnya informasi didapatkan, peran penyuluh sebagai seorang pembawa pesan menjadi berkurang. Namun dengan karakter yang mampu menumbuhkan kredibilitas, seorang penyuluh akan mampu mengambil kepercayaan dari masyarakat. Seorang penyuluh harus memiliki karakter – karakter yang mampu meningkatkan kredibilitas mereka. Kredibilitas ini penting untuk mempersuasi masyarakat supaya menjalankan program yang diberikan oleh pemerintah. Berdasarkan pada retorika (ethos, pathos, dan logos) oleh Aristololes serta dimensi kredibilitas dari Ali Liliweri, kita bisa menyimpulkan beberapa karakter yang seharusnya ada pada seorang penyuluh. Seorang penyuluh harus membekali dirinya dengan wawasan yang luas dan juga kealian yang mendukung bidang yang ditekuninya. Tidak hanya hal – hal yang berhubungan dengan program yang mereka jalankan, namun juga kemampuan berkomunikasi serta berinteraksi dengan masyarakat. Penyuluh dituntut untuk mudah beradapatasi dengan masyarakat dan bersosialisasi dengan mereka. Penyuluh juga harus mampu mengikuti perkembangan karena masyarakat juga berkembang sehingga mereka tidak dianggap ketinggalan jaman. Penyuluh yang baik harus bisa menjadi panutan bagi masyarakat dan menjadi contoh nyata dari program yang disarankan oleh pemerintah. Kesan yang baik dan kemauan yang kuat harus dimiliki oleh penyuluh supaya masyarakat bisa merasakan kesungguhan dari pesan yang disampaikan di dalam penyuluhan. Kesan yang baik akan menumbuhkan karisma bagi penyuluh. Semakin baik karisma seornag penyuluh maka semakin dipercaya dia oleh masyarakat. Ketika berhadapan dengan audiens, penyuluh mungkan menghadapi situasi yang sulit. Pada saat seperti itu, mereka harus dengan bijak mengelola emosi. Tidak baik jika mereka meluapkan emosi kepada audiens, karena akan membuat audiens menjadi tidak
Prosiding Seminar Nasional dan Call for Paper ke-2 “Pengintegrasian Nilai Karakter dalam Pembelajaran Kreatif di Era Masyarakat Ekonomi ASEAN”
2016
nyaman. Terutama jika berhadapan dengan audiens yang sulit, penyuluh harus bisa menghadapinya dengan cerdas. Sehingga kecerdasan emosi penting bagi penyuluh untuk menghadapi audiens pada saat penyuluhan. DAFTAR PUSTAKA Griffin, Emory A. 2009. A First Look At Communication Theory 7th ed. New York: McGraw-Hill Companies, Inc. Irianto, Koes. Alfabeta
2014. Pelayanan Keluarga Berencana Dua Anak Cukup. Bandung :
Liliwei, Alo. 2007. Dasar – Dasar Komunikasi Kesehatan. Jogjakarta : Pustaka Pelajar Rejeki, Ninik, dan Anita Herawati. 1999. Dasar – Dasar Komunikasi Untuk Penyuluhan. Yogyakarta : Penerbitan Universitas Atma Jaya Tommy, Fahrianoor. 2004. Komunikasi Penyuluhan. Jogjakarta : Arti Bumi Intaran