Kalau Tahun 1965 PKI menang, ini yang bakal terjadi di Indonesia Dari diskusi sekitar : “Kalau Tahun 1965 PKI menang, ini yang bakal terjadi di Indonesia”, menurut saya ada satu hal yang mendasar tidak terangkat, MENGAPA KEJAHATAN NEGARA itu bisa terjadi dan dibiarkan lewat begitu saja seperti tidak ada apa-apa selama lebih 1/2 abad ini? Apakah karena “KOMUNIS” yang dituding kejam itu telah membunuhi jutaan orang, lalu kita, bangsa Indonesia juga boleh bahkan harus membantai jutaan orang yang dituduh komunis? Bisa dan bolehkah “DIBENARKAN” sekalipun dengan alasan defensi, “kalau kita biarkan KOMUNIS menang dan berkuasa, kita yang akan dibunuh!” jadi, kita harus mendahului, lebih baik membasmi orang-orang yang di-TUDUH dan diperkirakan komunis! Apa jadinya bangsa ini kalau pemikiran analogi demikian dibiarkan dan tetap mendominasi masyarakat Indonesia, ...? Yaa, jadinya seperti SEKARANG ini, bukan saja TETAP membenarkan pelarangan KOMUNISME di Indonesia, tapi juga tetap mem-BENAR-kan pembunuhan, pembasmian terhadap jutaan orang-orang yang dituduh KOMUNIS. Jadi, pemerintah yang berkuasa TETAP membungkam dan melarang korban G30S untuk bersuara menuntut KEADILAN dan memulihkan namabaiknya! Tetap saja membenarkan KEJAHATAN kemanusiaan yang dilakukan NEGARA, konkritnya Soeharto! Jutaan KORBAN G30S itu dipihak yang SALAH, BERDOSA dan PANTAS menerima HUKUMAN, penderitaan selama ini sekalipun TIDAK MELALUI proses HUKUM yang berlaku sah dan adil! Bagaimana bangsa ini menarik PELAJARAN SEJARAH yang sudah dibayar begitu mahalnya dengan jutaan nyawa agar peristiwa BERDARAH, saling bunuh membunuh TIDAK TERULANG LAGI????? Pertanyaan pertama yang harus lebih dahulu dijernihkan, apakah kekejaman kemanusiaan itu berada dalam ajaran KOMUNISME? TIDAK! Dan, kenyataan juga tidak begitu. Komunisme adalah ajaran filsafah, politik-sosial, yg memberi pengertian dan menemukan hukum perkembangan masyarakat, dan tentunya juga mengajarkan kemanusiaan, keadilan untuk hidup bersama secara harmonis dalam masyarakat. Menjadi MANUSIA BAIK-BAIK! Jadi komunisme TIDAK mengajarkan apalagi mengharuskan penganutnya membantai sesama umat manusia, boleh saja membasmi semua lawan-lawan pendapat dan lawan politiknya!Ssebaliknya, yang saya ketahui, komunisme juga selalu menekankan pendidikan, propagan untuk meyakinkan lawan-lawan pendapat, agar mereka semua
1
juga bisa menerima KEBENARAN, KEADILAN yang lebih MANUSIAWI! Hidup harmonis didunia ini, ... Bahkan Mao Tsetung yang 30 tahun terakhir ini dituduh oleh sementara orang lebih kejam dari Hitler, katanya telah membunuh lebih 30 juta rakyat Tiongkok selama kekuasaannya, 1949-1976. Ternyata TIDAK BETUL! Hanya FITNAH yang sama sekali tidak berdasar. Sebaliknya, dari kenyataan perjalanan sejarah bangsa Tionghoa yang terjadi, justru kebijaksanaan Mao-lah yang BERHASIL mengakhiri balas-dendam saling bunuh membunuh. Sejak Mao melancarkan gerilya di pegunungan Jin Gang (baca Cin Kang), saat menghadapi penghianatan Chiang Kaisek tahun 1927, yang menangkapi dan membunuhi komunis, Mao sudah menetapkan kebijaksanaan “Harus bisa memperlakukan setiap tawanan secara manusiawi”, jangan lakukan penyiksaan kejam! Bahkan saat perang melawan Jepang, tawanan-tawanan tentara Jepang itu tidak sedikit yang kemudian berhasil digunakan dan diikut sertakan dalam Tentara Route-8 dan Tentara ke-4 Baru (2 Tentara yang dipimpin PKT, dari kesatuan Tentara Nasional Tiongkok dibawah komando Chiang Kaisek, saat melancarkan Perang Anti-Jepang, tahun 1936-1945) untuk membantu perang melawan Jepang. Saat RRT melangsungkan Parade Memperingati 70 Tahun Kemenangan Perang Anti-Jepang, bulan September yl, ada rombongan sekitar 40 orang-tua dari Jepang yg hadir, mereka-mereka itulah yang dibilang “Lao Ba Lu-jun” = "Si TuaTentara Route-8”, adalah bekas tawanan tentara Jepang yang kemudian ikut membantu Tentara Route-8 Tiongkok melawan Tentara Jepang! Itulaah KEBERHASILAN luar biasa dari kebijaksanaan Mao untuk mengakhiri balas-dendam saling bunuh membunuh! Begitu juga saya terakhir ini jadi berkesempatan berkenalan dengan mantan Jenderal Kuomintang, Cai Shen San, yg sudah berusia 97 tahun itu. Jenderal Cai adalah seorang yang keras anti-komunis, saat Chiang Kaisek memutuskan menyingkir ke Taiwan, setelah tidak tahan melawan gempuran PKT ditahun 1949, dia bersama pasukannya justru yang berkeras TETAP tinggal di Tiongkok daratan untuk meneruskan gerilya melawan komunis! Dia bilang, kalau Komunis Mao bisa berhasil dari desa mengepung kota, kenapa kita tidak bisa?! Tapi akhirnya jenderal Cai tertangkap, dipenjarakan selama lebih 25 tahun dan termasuk tawanan yang TERAKHIR dilepas tahun 1975. Dan atas kehendaknya sendiri dilepas ke HK untuk meneruskan perjalanan ke Taiwan. Tapi jenderal ini sial, ternyata Chiang Kaisek dan sahabat baiknya Chiang Cingguo ketika itu, takut menerima jenderal Cai kembali. Dikuatirkan selama lebih 25 tahun itu dalam penjara komunis, jenderal Cai tercuci otaknya menjadi pro komunis, ...! 5X permohonan Visa ditolak, pemerintah Chiang Kaisek tetap tidak keluarkan VISA untuk jenderal Cai masuk ke Taiwan. Jenderal Cai ini juga bilang, selama 25 tahun dipenjara komunis diperlakukan baik-baik, bahkan dia
2
merasa harus berterimakasih pada komunis. Baru diketahui setelah keluar penjara di HK, ternyata selama 3 tahun berturut-turut bencana alam berat melanda Tiongkok daratan, tahun 1959-1961, yang mengakibatkan seluruh rakyat Tiongkok kekurangan makan, tidak bisa setiap hari makan daging, ... justru mereka didalam penjara tidak terpengaruh! Setiap hari TETAP bisa makan sebagaimana biasa, setiap hari makan tetap ada DAGING! Coba sekarang bandingkan bagaimana sikap Pemerintah RI dibawah pimpinan Presiden jenderal Soeharto dalam memperlakukan tawanan-tawanan politik lebih dari 500 ribu orang yang dituduh komunis itu. Bukan hanya TIDAK siap menyediakan kamar penjara yang layak, begitu penuh-padatnya penjara-penjara, tapol-tapol jadi tumpang-tindih, harus bergilir untuk bisa berbaring dilantai. Konsumsi makanan juga tidak dikasih cukup dan tidak layak dimakan manusia, ... bahkan kiriman dari keluarga diawal mula yg masih dipeerkenankan dan keluarga diluar masih mampu, ternyata juga seringkali ditilap, diambil paha ayam, empal, daging sapi, ... jadi tidak sampai sepenuhnya pada orang yang bersangkutan, padahal banyak dari mereka yang mendapatkan kiriman itu masih harus dibagi-bagikan pada mereka yg tidak dapat kiriman. Semua itu dilakukan untuk bisa meneruskan hidup sekadarnya di penjara. Tidak sedikit diantara TAPOL-TAPOL itu yang meninggal tidak tahan disiksa dan kondisi hidup yang sangat tidak manusiawi itu, ... Lalu, melihat kenyataan yang dituduh komunis kejam, justru lebih MANUSIAWI, sebaliknya yang menuduh komunis itu kejam ternyata jauh berbuat lebih KEJAM, biadab dan tidak manusia! MENGAPA??? Jelas bukan pada “ISME” nya, disini KOMUNISME, juga bukan karena AGAMA, baik Katholik, Kristiani ataupun ISLAM, ... tapi pada MANUSIA nya! Kesalahan dan KEKEJAMAN itu bisa terjadi pada siapa saja, lepas dari paham ideologi, ajaran “ISME” dan kepercayaan Agama nya. Sebagaimana manusia pada umumnya, disamping ada nalar kemanusiaan yang beradab, tetap ada nafsu-nafsu iblis dalam dirinya. Masalahnya orang itu bisa menguasai diri dengan baik atau tidak, bisa mempertahankan nalar manusiawi yang dominan dalam dirinya atau tidak. Jangan biarkan dirinya dikuasai iblis, berubah menjadi jiwa iblis! Tokoh komunis seperti Stalin dan Pol Pot saat menghadapi dan begitu bernafsu mengalahkan lawan-lawan politiknya, telah keluar dari batas nalar kemanusiaan, atau kataknlah dirinya menjadi dikuasai jiwa iblis. Basmi saja lawan-lawan politiknya tanpa lagi mempedulikan norma-norma kemanusiaan yang TETAP HARUS diperhatikan dan dijunjung tinggi.
3
Begitu juga kalau kita perhatikan bagaimana sejarah pertarungan Agama, Perang Salib antara Kristen dan Islam dari abad 11 sampai abad 13, dan, sampai sekarang juga masih saja terjadi disana-sini dengan saling bunuh membunuh, basmi membasmi tiada akhirnya, ... Lalu, sekarang coaba kita perhatikan bagaimana orang Amerika yang selalu gembar-gembor begitu kerasnya berteriak HUMANISME universal, tapi coba lihat sikap dan tindakan kekejaman yang mereka lakukan! Sampai sekarang, setelah lewat 70 tahun menjatuhkan bom-ATOM di Hiroshima dan Nagasaki yang begitu kejam sampai bunuh mati lebih 70 ribu penduduk Jepang tidak berdosa, MASIH saja tetap dibenarkan. Layak dan PANTAS-kah membunuh rakyat tidak berdosa yang katanya untuk memaksa militerisme Jepang menyerah!? Kalau memang tujuannya untuk mematahkan militerisme Jepang, kenapa tidak jatuhkan saja bom itu ke Markas Komando Tentara Jepang, atau bahkan jatuhkan saja bom itu di Istana Kerajaan Hirohito, PASTI segera Jepang menyerah! Dan, ... tidak usah membunuh rakyat Jepang yang tidak berdosa! Dan anehmya, ternyata pemerintah Jepang sendiri tetap tidak menyalahkan perbuatan AS yang TERKUTUK itu! Kenapa sampai sekarang rakyat AS sendiri juga tidak protes dan kutuk Pemerintah Bush, pemerintah Obama yang masih saja meneruskan kirim tentara ke Timur-Tengah, Arab, menjatuhkan bom-bom juga diperumahan penduduk, bahkan rumahsakit, ... dan sekarang mengakibatkan jutaan pengungsi Syria bikin sulit negara-negara Eropah. Kenapa dibiarkan saja tindakan agresif AS untuk kangkangi dunia itu? Yaa, ... semua itu tergantung dari kesadaran rakyat, selama rakyat AS sendiri menganggap sikap dan tindakan Pemerintah-nya itu boleh-boleh saja, tetaplah kekerasan yang tidak manusiawi itu akan berlangsung terus dengan segala alasan yang dipulas indah. Begitu juga dengan di Indonesia, satu peristiwa kekejaman manusia telah terjadi lebih 1/2 abad, sampai sekarang pun belum berhasil dituntaskan. Bahkan ada usaha sementara kelompok, KOMNAS HAM misalnya, untuk menjernihkan, sejak beberapa tahun yl. juga tidak jalan. Bahkan Jokowi yang saat kampanye PILPRES menyatakan hendak menyelesaikan pelanggaran HAM yang pernah terjadi, kemarin ini berbalik ucap. Kemarin ini ada usaha “Pengadilan Rakyat Internasional” di Den Haag berusaha mengungkap kekejaman yang terjadi ditahun 1965, masih saja ada pejabat tinggi yg justru melecehkan, tidak menyambutnya sebagai CAMBUK untuk bergerak lebih cepat menyelesaikan masalah-masalah kejahatan kemanusiaan yang pernah terjadi dinegerinya sendiri! Sebaliknya, malah mendeportasi, membredel dan melarang kegiatan-kegiatan untuk mengungkap kejahatan kemanusiaan yang pernah terjadi. Pertanda pemerintah yang berkuasa sekarang ini masih didominasi orang-orang yang hendak MELINDUNGI
4
kejahatan/kekejaman kemanusiaan yang pernah dilakukan Soeharto! Kalau masih begitu, bagaimana bisa hendak mengakhiri saling bunuh-membunuh itu di Nusantara ini, ...!!! Oleh karena itu, jangan biarkan dan beri kesempatan seseorang berkuasa dan berdiri diatas HUKUM yang berlaku. Begitu seseorang diberi kuasa dan kebetulan jiwa iblis yang menguasai dirinya, segala kejahatan kemanusiaan, segala korupsi untuk memperkaya diri dan keluarganya juga dengan mudah terjadi. Seandainya saja saat itu Pemerintah berlakukan HUKUM sebaik-baiknya di Indonesia, tidak membiarkan seorang jenderal Soeharto malang-melintang menentukan kebijakan sendiri, maka yang terjadi tentu TIDAK saling bunuh-membunuh. Tarohlah G30S itu telah melakukan KESALAHAN dengan penangkapan dan pembunuhan terhadap 7 jenderal yang dituduh hendak melakukan kudeta itu. Ringkus dan tangkap saja sebatas tokoh-tokoh yang harus bertanggungjawab atas kesalahan/kejahatan yang terjadi saja! Adili dan jatuhi hukuman sesuai HUKUM yang berlaku! Tapi tidak akan terjadi kesalahan ditimpa dengan KESALAHAN yang lebih KEJAM lagi, … yang berakibat nusantara ini dibanjiri darah jutaan orang tidak berdosa dan tidak tahu apa-apa dengan G30S itu. Ingat, PKI ketika adalah partai legal, yang sah dan ikut dalam pemilihan umum, dan merupakan salah satu dari 4 partai terbesar ketika itu. Kalau dikatakan PKI terlibat dan mendalangi G30S, sebagaimana yang dituduhkan itu, sulit bisa dibayangkan bagaimana kalau betul-betul 3 juta lebih anggota PKI itu bergerak merebut kekuasaan. Kenyataan yang terjadi tidak begitu. Ketua PKI, DN. Aidit nya malah nuruti perintah Syam meneruskan perjalanan ke Jogya. Kalau PKI terlibat apalagi mendalangi, kan sang Ketua harus berada dipusat, Jakarta untuk memimpin gerakan lebih lanjut. Dan kenyataan, jangankan anggota biasa, pimpinan di jajaran Politbiro saja tidak tahu apa itu G30S sesungguhnya. Lalu, bagaimana bisa seluruh anggota harus menanggung dosa kesalahan G30S itu? Bahkan, seandainya saja betul-betul bisa dibuktikan PKI terlibat dan mendalangi G30S, apakah berdasarkan HUKUM bisa membenarkan sikap Soeharto ketika itu menangkapi dan membunuh begitu banyak orang yang dituduh komunis? Satu tindakan kekejaman kemanusiaan yang luar biasa begitu? Bandingkan dengan sikap Presiden Soekarno dalam menindak PSI dan Masyumi yang jelas-jelas terlibat gerakan pemberontakan PRRI/PERMESTA itu, cukup partainya
5
dibubarkan, tokoh-tokoh yang harus bertanggungjawab diadili dan dijatuhi hukuman. Dan seluruh anggota PSI/Masyumi bukan saja tidak tikejar untuk ditangkap dan dibunuh, tetap bisa hidup dan bekerja sebagaimana semula. Bagaimana setiap anggota Partai yang telah melakukan kesalahan juga harus ikut bertanggungjawab dan menanggung dosa? Bahkan pasukan yang terlibat PRRI/PERMESTA juga diberi amnesti dan abolisi. Jadi tidak harus terjadi bunuh membunuh, siapapun yang menang! Salam, ChanCT
发件人::"'nesare'
[email protected] [GELORA45]"
日期:2015 年 11 月 13 日周五 时间:7:38 主题::RE: 主题::[GELORA45] Kalau tahun 1965 PKI menang, ini yang bakal terjadi di Indonesia
Jangan begitu. Peristiwa pembunuhan massal 1965 ini banyak yang tidak tahu. Yang tahupun tidak sepenuhnya tahu benar apa yang sebenarnya sudah terjadi. Anhar gonggong ini salah satu sejarahwan Indonesia yang masih waras. Dia tidak membela PKI maupun Soeharto. Dia melihatnya dari sudut pandang sejarah. Disini dia objektif. Dia tidak personal. Dulu dia pernah bilang dalam suatu diskusi bahwa yang menang (soeharto) naruh istilah PKI dalam peristiwa G30S. Dia juga bilang bahwa PKI terlibat walaupun dia bilang tidak perlu mencantumkan PKI dibelakang G30S. Opininya “kalau PKI menang juga akan melakukan pembantaian serupa dan jika melihat sejarah, perebutan kekuasaan yang dilakukan komunis pasti memakan pertumpahan darah yang sangat besar.” Ini bisa dibenarkan dari sejarah. Sayangnya dia menyamakan partai komunis diseluruh dunia adalah sama. Disini saya tidak setuju. Setiap negara mempunyai sejarah dan karateristiknya sendiri2 terutama kultur, agama dan demografinya. Indonesia itu jelas rakyatnya adalah beragama. Jadi kontras dengan ideology komunis yang tidak beragama itu tidak 6
relevan di Indonesia. Pemuka PKI itu saya yakin semuanya beragama. Bagaimana implementasi dalam beragamanya itu yang membedakan individu2nya. Jadi kalau ada yang bilang PKI Indonesia itu atheis, tidak masuk akal. Ini yang saya lihat anhar gonggong ini tidak bisa atau belum bisa melihat konteksnya. Kalau Marx atau murid-muridnya bilang begini, begitu, itu harus dipahami konteksnya apa? Di mana? Untuk masyarakat yang mana? Komunisme itu ilmu sosial yang mempelajari perobahan masyarakat. Dan yang namanya 'isme' apapun, itu memang nggak ber Tuhan. Kapitalisme atau feodalisme, itu kan nggak ber Tuhan, Yang bisa ber Tuhan atau tidak ber Tuhan itu orangnya. Bukan isme nya. Dan yang mempelajari komunisme itu macam-macam. Yang di India pasti mayoritasnya Hindhu. Yang di Asia Timur termasuk RRT itu mayoritasnya Budha. Di Amerika Latin, komunisnya Orang Katolik. Tentu ada dan mungkin banyak yang nggak beragama atau nggak ber Tuhan. Pimpinan PKI generasi pertama - jaman Kebangkitan Nasional - itu hampir semuanya tokoh agama. Mereka kan pecahan Serikat Islam. Tokoh PKI Solo yang paling beken dalam Kebangkitan Nasional, Haji Misbach, itu tokoh agama yang dihormati di Lawean, kawasan kaum santri di Solo. Yang dibuang ke Digul itu banyak sekali ulama dari Banten dan Sumatra Barat. Muridnya H.Misbach, KH Achmad Dasuki Siradj, itu juga ulama yang menjadi salah satu wakil PKI di Konstituante. Tapi pimpinan PKI generasi Aidit waktu diangkat jadi menteri atau pimpinan DPR/MPR memang menolak disumpah menurut agama. Mereka mengucapkan janji. Bagi mereka agama dan politik itu dua hal yang tidak boleh dicampur-adukan Juga yang belajar Marxisme juga bukan orang-orang bodoh yang mengikuti semua ajaran dengan membabi buta. Marxisme itu bukan agama. Itu ilmu yang mempelajari masyarakat. Dasarnya itu nalar, bukan wahyu dan bukan iman. Jadi kalau orang baca pikiran Marx, atau mereka yang sangat diilhami Marx seperti Lenin, Mao, Chou, Ho, Fidel, dll itu tidak berarti mereka harus ikuti atau terima begitu saja pemikiran yang lahir dalam konteks masyarakat dan sejarah yang berbeda. Bung Karno itu salah satu orang yang belajar dari Marx, tapi dia belajar dengan selektif. Pidatonya yang paling beken, "Indonesia Menggugat," itu diilhami cara berpikir Marx. Tokoh-tokoh kebangkitan nasional seperti Cokro, 7
Cipto, Misbach, Semaun, Tan Malaka, Ki Hajar, itu semuanya belajar dari Marx. Tapi ... secara selektif! Salah satu sila dalam Panca Sila, "keadilan sosial" itu diilhami oleh gerakan kiri di Indonesia yang mulai berjuang sejak kebangkitan nasional. Mau dikorek sampai manapun sejarah kita, ide keadilan sosial itu baru muncul dan diperjuangkan setelah gerakan kiri muncul di Indonesia. kalau diindonesia saya kalau bangun tidur ketemu orang itu ya orangnya pasti beragama. Dan semuanya yang saya kenal itu beragama. Karena mereka lahir dalam konteks sejarah dan masyarakat Indonesia. Mereka nggak lahir di Paris lalu tiap hari debat dengan Bertrand Russel, lalu jadi atheis. Mau belajar ilmu apa juga, tetap nggak gampang membuat orang Indonesia jadi atheis.
Salam Nesare
From: [email protected] [mailto:[email protected]] Sent: Thursday, November 12, 2015 5:54 PM To: Gelora45 Subject: Re: 主题::[GELORA45] Kalau tahun 1965 PKI menang, ini yang bakal terjadi di Indonesia
Anhar menggonggong...... ? kafilah tetap berlalu....... Gong ciak say....... ? 2015-11-13 0:43 GMT+01:00 :
Jonathan
Goeij
[email protected]
[GELORA45]
tepat ha ha ha, namanya juga Anhar Gonggong. ---In [email protected], <smwidjaja2004@...> wrote : Menggonggong! Ingatkah anda akan gramaphone "his master voices"?
8
发自 Android 版 Yahoo 邮箱 发件人::"Jonathan Goeij jonathangoeij@... [GELORA45]" 日期:2015 年 11 月 13 日周五 时间:5:50 主题::[GELORA45] Kalau tahun 1965 PKI menang, ini yang bakal terjadi di Indonesia
Kalau tahun 1965 PKI menang, ini yang bakal terjadi di Indonesia Reporter : Ramadhian Fadillah | Selasa, 20 Oktober 2015 08:20 Merdeka.com - Tragedi penculikan enam jenderal dan satu perwira TNI AD tanggal 1 Oktober 1965 berujung pahit bagi Partai Komunis Indonesia (PKI). Tak butuh waktu lama hingga akhirnya PKI dibubarkan. Di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali, ratusan ribu anggota dan simpatisan PKI tewas dibunuh. PKI kalah dalam kudeta gagal tersebut. Angkatan Darat dan Ormas antikomunis langsung menyerang balik dan menghancurkan PKI hingga nyaris tak tersisa. Banyak pertanyaan, seandainya saat itu gerakan G30S berhasil dan PKI yang menang kira-kira apa yang terjadi? Sejarawan Anhar Gonggong menilai PKI juga akan melakukan pembantaian serupa. Menurut Anhar jika melihat sejarah, perebutan kekuasaan yang dilakukan komunis pasti memakan pertumpahan darah yang sangat besar. "Lihat di Rusia dan Uni Soviet, mungkin satu setengah juta orang terbunuh. Di Kamboja pun Khmer Merah membunuh jutaan penduduk yang tak sama dengan mereka," kata Anhar Gonggong dalam diskusi Jelajah Sejarah di Lubang Buaya, Minggu (18/10). Walau PKI sempat menegaskan akan berjuang lewat parlemen dan tidak akan melakukan kekerasan, Anhar tak yakin dengan semua itu. Menurutnya pembantaian pasti akan terjadi. Kebetulan yang menang tahun 1965 adalah Soeharto, sehingga PKI yang dibantai. Sebuah sejarah kelam yang pernah terjadi di negeri ini. "Kenyataannya pasti seperti itu. Tinggal siapa yang saat itu (tahun 1965) menang saja," katanya. Pembersihan anggota PKI di Jawa Tengah dan Jawa Timur dilakukan oleh TNI dibantu
9
ormas dan warga antikomunis. Resimen Para Komando Angkatan Darat yang dipimpin Kolonel Sarwo Edhie Wibowo melatih para pemuda yang mau melawan komunis. Sejarah mencatat, banyak yang ikut dibunuh bukanlah anggota PKI, tetapi hanya ikut-ikutan saja. Orang yang dicap Soekarnois juga banyak menjadi korban. Banyak versi soal jumlah korban usai geger 1965. AS memperkirakan 500.000 sampai 1 juta orang tewas, sementara Kolonel Sarwo Edhie menyebut tiga juta orang tewas dalam tragedi itu. http://www.merdeka.com/peristiwa/kalau-tahun-1965-pki-menang-ini-yang-bakal-terjadi-di-i ndonesia.html
10