Kajian Transformasi dan Pembauran Budaya pada Pengilustrasian Figur Yesus pada Karya Kelompok Seniman Asian Christian Art Association
Komang Wahyu Sukayasa Fakultas Seni Rupa dan Desain, Universitas Kristen Maranatha, Bandung
Abstract Religius Art is the art visualizing the majesty, the almighty, and the infinity of the divine world. The art itself can move the recognition of the human relationship with God. Religious arts do not always aim to the Bible verses directly, but they may take subjects from common of daily situations used as metaphors in order to create human recognition of the divine. Religious art opens up the space for the usage of code language starting from personal codes into universal ones. The expression of Jesus’s figure on illustrations have become dominant among the Christian Fine Arts. These are not just because Jesus is already known as the central character in Christian teachings, but also the figure itself can be manifested into art work. Keywords: Religius Art, Illustration, Jesus's Figure
I.
Pendahuluan
Seni rupa religius sering kali dikatagorikan seni yang lahir karena pengalaman spiritual yang didapatkan oleh pembuatnya. Pengalaman tersebut didapat secara khusus dan sifatnya pribadi yang didalamnya terkandung nilai-nilai yang berasal dari pemahaman spritual. Seni religius tidak selalu berkaitan dengan agama karena dalam perkembangan seni rupa selalu ada dorongan untuk mewujudkan senirupa yang nilai-nilainya dapat diterima oleh banyak pihak. Senirupa religius tidak hanya menggambarkan nilai-nilai keagamaan tapi juga menggambarkan sisi manusia dari seniman pembuatnya atau pandangan terhadap kehidupan umatnya. Pada tahun 1970 an muncul kesadaran akan pentingnya keaneka ragaman seni rupa ditengah keaneka ragaman budaya dan spiritualitas. Dimana pandangan yang biasanya menempatkan estetika Barat sebagai tolok ukur beralih menjadi pandangan estetika multicultural. Demikian halnya dengan seni rupa Kristiani yang selama ini selalu identik dengan pengaruh dari Barat, mulai menemukan pilihan visualisasi dengan menggali kekuatan budaya dari berbagai daerah beserta cara pandang dan penghayatannya. Konfrensi Gereja dan Komisi Misi se Dunia yang diselenggarakan di Kota Bangkok pada tanggal 29 Desember 1972 sampai 12 Januari 1973, yang membicarakan tema : - Keselamatan masa kini menyadarkan gereja dan umat Kristen terhadap pentingnya peranan budaya dalam hidup bergereja dan umat secara pribadi. - Keselamatan sebagai terjemahan dari kata ’shalom’ berkenaan dengan keselamatan dalam konteks kehidupan manusia secara holistik. Konsep holistik tersebut menyangkut seluruh aspek kebudayaan sebagai hasil budi dan kemampuan manusia. Diantara hasil budi dan daya manusia yang banyak terdapat unsur seni dan budaya yaitu daya imajinasi untuk mencipta sesuatu dan mengandung estetika yang menonjol. Daya seni tersebut muncul dalam aneka macam bentuk, baik berupa seni lukis, musik, tari, sastra dan sebagainya. (Pramana, 2004, 118) 61
Zenit Volume 2 Nomor 1 April 2013
Seni yang bertolak dari religi adalah seni yang bersifat universal yaitu seni yang menggambarkan keyakinan manusia kepada Tuhan. Seni adalah media berkomunikasi seniman untuk mengungkapkan kepercayaannya atas Tuhan dengan didasari pandangan teologis dan kebebasan berkarya yang sisesuaikan dengan pemahaman dan daya kreasi masing-masing senimannya. Hasil karya yang dihasilkan tidak hanya menekankan secara tema religius dan dapat juga sampai ke wilayah yang lebih dalam yaitu nilai-nilai spiritual. II. Metode Penelitian Metode Penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif, yaitu riset untuk menggambarkan karakteristik/gejala/fungsi/suatu populasi. Kegunaan dari metode ini adalah untuk menggambarkan kelompok tertentu, menentukan karakteristik suatu desain, menentukan tingkatan di mana variablevariable yang diteliti berhubungan satu dengan yang lain dan membuat prediksi (Sarwono, J. Lubis, H, 2007, 54)
III. Pembahasan 3.1 Figur Yesus Dalam Karya Seni Pengilustrasian figur Yesus menjadi sesuatu yang dominan dalam seni rupa religius Kristiani, karena selain sebagai tokoh sentral dalam ajaran Agama Kristen, figur Yesus juga boleh divisualkan kedalam karya seni. Dalam perjalanan jaman figur Yesus dipandang sebagai salah satu subyek dan inspirasi bagi banyak seniman. Transformasi figur Yesus dan ajaranNya dalam karya seni adalah sebuah bentuk dari upaya untuk berkomunikasi secara pribadi sebagai perenungan senimannya atau upaya untuk berkomunikasi dengan orang yang melihat karya tersebut. Pengilustrasian figur Yesus dapat dilakukan secara terbuka yang disesuaikan berdasarkan cara pandang seniman atas kehidupan, ajaran dan sisi-sisi ke Tuhanan dan sekaligus sisi Manusia yang dimiliki figur Yesus. Berdasarkan hal diatas maka subyektifitas seniman pembuatnya ikut tervisualkan ke dalam karya yang diciptakan. Gaya ungkap visual dalam seni religius didasarkan pada pandangan teologis. Beberapa seniman beranggapan fisik adalah media untuk berkomunikasi antara manusia dan Tuhannya. Dimana unsur isi lebih ditekankan dibandingkan dengan fisik, dimana unsur komunikasi dan pandangan, penghayatan pribadi seniman terhadap kepercayaannya yang didasari pandangan teologis menjadi landasan pemikiran kenapa figur Yesus dapat dilukiskan dalam berbagai budaya. Berikut beberapa contoh karya yang menggambarkan pandangan diatas : - Lukisan berjudul Jesus Blesses the Children, karya Ketut Lasia, figur Yesus ditranformasikan menjadi figur laki-laki dari suku Bali. Suasana dan tempat peristiwa didalam Injil juga mengalami proses kontekstualisasi dengan lingkungan dimana pelukisnya tinggal. Figur Yesus dan figur-figur lainnya dalam lukisan mengenakan pakaian tradisional Bali dengan segala atributnya.
62
Kajian Transformasi dan Pembauran Budaya pada Pengilustrasian Figur Yesus Pada Karya Kelompok Seniman Asian Christian Art Association (KomangWahyu Sukayasa)
Gambar 1 . Jesus Blesses the Children Sumber : Dokumen pribadi -
Karya pelukis Bagong Kusudiardja mengilustrasikan figur Yesus sebagai laki-laki dari suku Jawa dengan kontekstualisasi suasana dipindahkan ke suasana dipantai utara Jawa yang lengkap dengan pakaian nelayannya.
Gambar 2. Christ and the Fishermen Sumber : Majalah Image edisi 77
63
Zenit Volume 2 Nomor 1 April 2013
-
Lukisan berjudul Jesus and the Samaritan Woman, karya pelukis He Qi dari China, mencoba mengkontekstualisasikan figur Yesus ke Budaya China melalui pemilihan busana dan elemenelemen dekoratif meskipun secara keseluruhan gaya lukisannya sudah tidak dengan teknik lukis tradisional China
Gambar 3. Jesus and the Samaritan Woman Karya He Qi (China) Sumber : The Art of He Qi
3.2 Kontekstualisasi dalam pengilustrasian figur Yesus
Kontekstualisasi pada latar balakang budaya pembuat karya. - Kontekstualisasi adalah menyatukan ajaran agama ke dalam situasi khusus dalam konteks-konteks tertentu. Ini berarti bahwa terdapat kesadaran yang lebih besar terhadap bagian-bagian dari suatu konteks budaya termasuk perkembangan sejarah dan perubahan yang terjadi pada budaya setempat. Jadi dalam kontekstualisasi ini harus terus dilakukan pembelajaran terhadap situasi dan kemudian mengadakan kontekstualisasi dengan perubahan yang terjadi. (Pramana, 2004,115) Hal-hal yang bisanya mengalami kontekstualisasi adalah : a. Lingkungan atau suasana, biasanya memakai lingkungan daerah asal pembuat karya - Pada karya The Nomad Jesus, seniman Badamragchaa Batjargal mengkontekstualisasikan terjadinya peristiwa dalam Injil kedalam budaya Monggolia. Suasana lingkungan padang rumput dan tempat-tempat tinggal penduduk khas Monggolia
64
Kajian Transformasi dan Pembauran Budaya pada Pengilustrasian Figur Yesus Pada Karya Kelompok Seniman Asian Christian Art Association (KomangWahyu Sukayasa)
Gambar 4. The Nomad Jesus Karya Badamragchaa Batjargal (Mongolia) Sumber : Jesus Loughing and Loving -
Pada karya The Maoao village wedding, seniman Dick Bibimauri mengkontekstualisasikan terjadinya peristiwa dalam Injil kedalam budaya kepulauan Salomon. Suasana lingkungan tropis dan tempat-tempat tinggal penduduk khas kepulauan Salomon.
Gambar 5.The Maoao village wedding Karya Dick Bibimauri (Salomon Islands) Sumber : Jesus Loughing and Loving
65
Zenit Volume 2 Nomor 1 April 2013
b. Karakter wajah Yesus yang divisualkan dengan wajah khas daerah tempat tinggal pembuat karya.
Gambar 6. Jesus smile Karya Mairi Kark Feeger (Papua New Guinea) Sumber : Jesus Loughing and Loving
Gambar 7. Christ the Lord Karya Frank Wesley (India) Sumber : Image Edisi 94
66
Kajian Transformasi dan Pembauran Budaya pada Pengilustrasian Figur Yesus Pada Karya Kelompok Seniman Asian Christian Art Association (KomangWahyu Sukayasa)
c. Adat dan Cara berpakaian yang disesuaikan dengan daerah asal
Gambar 8. Twelve Disciles Karya Yu Jiade (China) Sumber : Christian Art Information edisi 8
Gambar 9. Unto Us a Child is Born Karya Sawai Chinnawong (Thailand) Sumber : Image edisi 97
Gambar 10. Jesus Fishing with children Karya Oscar Towa (Papua New Guinea) Sumber : Jesus Loughing and Loving
67
Zenit Volume 2 Nomor 1 April 2013
d. Kontekstualisasi dengan menggunakan unsur-unsur dari teknik lukis tradisional atau dengan menggunakan media kria tradisional - Karya berjudul Jesus and the Women of Samaritan, seniman Fan Pu dari China menggunakan teknik tradisional Paper Cut, menggunakan media karya kertas tipis dan gunting sebagai pembentuk visualnya.
Gambar 11. Jesus and the Women of Samaritan Sumber : Image edisi 88 -
Karya berjudul Perjalanan Kehidupan Yesus, seniman Yoseph C. P. Darsana menggambarkan perjalanan kehidupan Yesus mulai dari kelahiran sampai kenaikan ke sorga dengan teknik tradisional Wayang Kamasan yang berkembang di daerah Kabupaten Klungkung, Bali.
Gambar 12. Perjalanan Kehidupan Yesus Sumber : dokumen BCAA
68
Kajian Transformasi dan Pembauran Budaya pada Pengilustrasian Figur Yesus Pada Karya Kelompok Seniman Asian Christian Art Association (KomangWahyu Sukayasa)
-
Karya berjudul Jesus Receives Baptism, seniman Din Zhan menggunakan teknik tradisional China dengan media tinta diatas kertas.
Gambar 13. Jesus Receives Baptism Sumber : Christian Art Information edisi 8
-
Karya berjudul Meredakan Badai, pelukis Ketut Lasia dari Bali menggunakan teknik lukis tradisional Bali gaya Ubud dengan media tinta, akrilik pada kanvas.
Gambar 14. Meredakan Badai Sumber : Dokumen Pribadi
69
Zenit Volume 2 Nomor 1 April 2013
IV. Simpulan Trasformasi pengilustrasian figur Yesus menjadi sesuatu yang dominan dalam seni rupa religius Kristiani, karena selain sebagai tokoh sentral dalam ajaran Kristiani figur Yesus juga boleh dimanifestasikan sosoknya kedalam karya seni. Proses pembauran budaya yang terjadi pada karya-karya kelompok seniman Kristen Asia adalah Kontekstualisasi dimana unsur budaya luar diterjemahkan kedalam budaya setempat sehingga menghasilkan visualisasi yang baru dengan tetap mempertahankan nilai-nilai ajaran agama Kristen yang didasarkan pada kitab suci. Pengilustrasian figur Yesus dibuat selaras dengan tingkat pemahaman, latar belakang dan kapasitas kreatif masing-masing senimannya sehingga figur Yesus dapat diilutrasikan dengan persepsi dan sudut pandang yang berbeda-beda.
Daftar Pustaka Hi Qi, 2006, Look Toward The Heavens, Overseas Ministries Study Center, USA. Pramana, Y. 2004, GKPB dan Kontekstualisasi. Gereja Kristen di Bali, Denpasar Richard, F. 2004, Jesus Loughing and loving, Greyfriars, Edinburgh. Sarwono, J. Lubis, H, 2007, Metode Riset untuk Desain Komunikasi Visual, Penerbit Andi, Yogyakarta Sumandiyo, H. 2006, Seni dalam Ritual Agama, Buku Pusaka, Yogyakarta.
Christian Art Information, Edisi 8, November 2000, China Christian Council, Amity Christian Art Center Christian Art Information, Edisi 9, Februari 2001, China Christian Council, Amity Christian Art Center Christian Art Information, Edisi 14, September, 2001, China Christian Council, Amity Christian Art Center Christ and Art In Asia, Image Edisi 63, Juni 1995 Christ and Art In Asia, Image Edisi 77, Desember 1998 Christ and Art In Asia, Image Edisi 79, Juni 1999 Christ and Art In Asia, Image Edisi 88, September 2001 Christ and Art In Asia, Image Edisi 94, Maret 2003 Christ and Art In Asia, Image Edisi 96, September 2003 Christ and Art In Asia, Image Edisi 97, Desember 2003
70