KAJIAN TENTANG PELAKSANAAN PENDIDIKAN INKLUSIF DENGAN ANALISIS SWOT DI SMP NEGERI INKLUSI
EFFENDI SUSANTO 081044225 (Pendidikan Luar Biasa, FIP, UNESA, e-mail:
[email protected]) Abstract Student with special needs (ABK) is an individual that empirically still can be empowered through education. With their specific characters then education services for them must be adapted with their needs. According to the East Java gubernatorial Number 6 Year 2011 inclusive Education is a system of education that provides opportunities for all learners who have disorders and have the potential intelligence and /or special talent to get education or learning in an educational environment together with students in general and in inclusive education held at each district have at least 1 (one) for each school level. The purpose of this study was: to describe an SWOT analysis (strength, weakness, opportunity, threat) in the implementation of inclusive education programs in SMP Negeri 4 Sidoarjo. The research method used in this research is a qualitative approach. The data collection techniques are: conduct field survey with interviews and observations as well as taking pictures of the documentation. The sources are the head master of SMP Negeri 4 Sidoarjo, inclusive chairman of SMP Negeri 4 Sidoarjo, lesson teachers of SMP Negeri 4 Sidoarjo, classroom teachers of SMP Negeri 4 Sidoarjo, and special assistant teachers. Information collected from the interviews then translated and the result is a form of information about inclusive education programs in SMP Negeri 4 Sidoarjo in terms of strengths, weaknesses, opportunities and challenges. The results of Strength. Through the East Java gubernatorial Number 6 Year 2011 SMP Negeri 4 Sidorjo realize the implementation of education that respects diversity, and non-discriminatory for all students with special needs. The results of Weakness. SMP Negeri 4 Sidoarjo can only accept children with autism, mild mental retardation children and slow learners. The results of the Opportunity. SMP Negeri 4 Sidoarjo is an inclusive example junior high school, SMP Sidoarjo 4 will have new equipment in the form of e-learning that will be IT-based. The results of the Threats. Not all the teachers in SMP Negeri 4 Sidoarjo can understand inclusive education.
Keywords: penerapan pendidikan inklusif, analisis SWOT PENDAHULUAN Pendidikan inklusif adalah sebuah sistem
pembelajaran
penyelenggaraan
yang
pendidikan secara bersama-sama dengan
semua
peserta didik pada umumnya, sesuai dengan
memberikan
pendidikan
kesempatan
kepada
dalam
Menteri
satu
Pendidikan
lingkungan
peserta didik yang memiliki kelainan dan
Peraturan
memiliki potensi kecerdasan dan/atau bakat
Nomor 70 tahun 2009. Namun didalam
istimewa untuk mengikuti pendidikan atau
pelaksanaan
pendidikan
Nasional
inklusif
masih
mempunyai beberapa kelemahan (weaknes)
diskriminatif. artinya, sekolah inklusif harus
serta hambatan (threat) disamping itu juga
memberikan
mempunyai kekuatan (strenght) dan peluang
setiap anak tanpa kecuali, pengakuan dan
(opportunity).
pengharagaan terhadap keragaman individu
Dengan
karakteristik
Anak
layanan
pendidikan
kepada
anak. Sekolah inklusif harus menyediakan
Berkebutuhan Khusus (ABK) yang spesifik
kondisi kelas yang
maka layanan pendidikan bagi mereka juga
menghargai
harus dapat disesuaikan. Salah satu kendala
kebutuhan
yang
aspek
lingkungan memberi kemudahan serta rasa
sosialisasi ABK. Menjadi bukti yang paling
aman kepada setiap anak. Sarana fisik
kelihatan adalah walaupun mereka telah
sekolah
mengikuti pendidikan sesuai dengan jenjang
termasuk ABK (aksesibel). Aksesbilitas fisik
pendidikan formal yang ada tetapi mereka
mencakup bangunan, alat transportasi dan
kembali ke lingkungan sesungguhnya, masih
komunikasi, serta berbagai fasilitas di luar
terdapat berbagai penolakan bagi mereka
ruangan termasuk sarana rekreasi, guru
untuk dapat diterima sebagaimana anggota
bekerja sama dan memiliki pengetahuan
masyarakat
di
tentang strategi pembelajaran dan kebutuhan
permasalahan-
pengajaran umum, khusus dan individual,
pemasalahan yang juga dialami oleh SMP
serta menghargai perbedaan individual dalam
Negeri
mengatur aktivitas kelas.
paling
lapangan
menonjol
yang ada
4
adalah
lain.
Kenyataan
beberapa
Sidoarjo
dalam
pendidikan
Inklusif,
penerimaan
siswa
itu
pelaksanaan terlihat
ABK
yang
belum
perbedaan ABK,
dapat
dari
hangat, ramah, dan sesuai
fasilitas
dengan
belajar
digunakan
setiap
dan
anak,
. Analisis SWOT merupakan suatu model
dalam
mengidentifikasi
berbagai
menyeluruh hanya ABK lambat belajar
permasalahan secara
(slow lerner) dan autis yang diterima di SMP
permasalahan tersebut dapat
Negeri
solusinya. Analisis ini didasarkan pada logika
4,
selain
dilaksanakanya
itu
juga
progam
belum
pengajaran
yang
dapat
sistematis
sehingga ditemukan
memaksimalkan
individual (PPI) bagi ABK baik dikelas
(strengths)
reguler maupun di kelas khusus serta
namun
kurangnya peran tenaga ahli pendidikan luar
meminimalkan kelemahan (weaknesses) dan
biasa
ancaman (treats) yang dimiliki SMP Negri 4
dalam
hal
ini
GPK
mengenai
dan
peluang
kekuatan
secara
(opportunities),
bersamaan
dapat
pembuatan kurikulum, media pembelajaran,
Sidoarjo
dalam
pelaksanaan
pendidikan
PPI dan pendampingan siswa di kelas
Inklusif.
Proses
pengambilan
keputusan
reguler (hasil observasi dan diskusi dengan
strategis selalu berkaitan pengembangan misi,
GPK serta guru bidang studi).
tujuan,
Namun
terlepas
dan
kebijakan.
Dengan
beberapa
demikian perencanaan strategis (strategic
kelemahan di atas sebetulnya pendidikan
planner) harus menganalisis faktor-faktor
inklusif
mempunyai
strategis (kekuatan, kelemahan, peluang, dan
kekuatan/kelebihan seperti yang dikatakan
ancaman) dalam kondisi yang ada saat ini
Alamin dalam Sukinah (2010:44) yaitu tidak
(Rangkuti, 1997 : 19).
sendiri
dari
strategi
secara sistematis, faktual dan akurat terhadap
METODE PENELITIAN
fenomena-fenomena atau faktor-faktor dan Penelitian ini tidak menggunakan
karakteristik populasi atau daerah tertentu
perhitungan angka pada data yang dihasilkan, namun berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
Menurut Moleong, kata-kata dan
hasil pengamatan suatu subjek dan peneliti
tindakan
sendiri merupakan alat data utama dan
diwawancarai merupakan sumber data utama.
melibatkan sebagian waktu untuk mengikuti
Sumber data utama dicatat melalui cacatan
kegiatan subjek. Hal ini sesuai dengan
tertulis atau melalui perekaman video/audio
metodologi kualitatif menurut Bogdan dan
tapes, pengambilan foto atau film (Moleong,
Taylor dalam
2009 : 157). dalam penelitian ini data yang
Moleong (2009:4) yang
mendefenisikan, metodologi kualitatif sebagai
orang
yang
di
amati
atau
dikumpulkan berasal dari :
prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Dengan dasar pertimbangan jenis penelitian
agar
lebih
mudah
apabila
berhadapan dengan kenyataan ganda lebih peka, dan mudah untuk menyesuaikan diri terhadap pola-pola nilai yang dihadapi. Selain itu penelitian kualitatif menyajikan secara langsung hakikat hubungan antara peneliti dan responden. Maka dari itu jenis penelitian ini adalah penelitian non eksperimen. Menurut
1. Informan
yang
sampling)
terseleksi
sesuai
kewenangan
dengan
yang
(purposive fungsi
dimiliki.
dan
Informan
terseleksi terdiri dari: 1.Kepala sekolah SMP negri 4 Sidoarjo 2.Guru reguler SMP negri 4 Sidoarjo 3.Guru pendidikan khusus SMP Negri 4 Sidoarjo Informan tidak terpaku pada di atas, tetapi dapat
berkembang
sesuai
dengan
kebutuhan pengambilan data.
Wahyudi Ari (2009:24) jenis penelitian non
2. Berupa data yang diperoleh dari buku-
eksperimen didasarkan intervensi peneliti
buku, jurnal, serta laporan lainnya yang
terhadap obyek penelitian, intervensi yang
menyangkut obyek yang diteliti dan juga
dimaksud adalah peneliti tidak memberikan
dari pengetahuan yang dimiliki penulis
perlakuan
serta literatur-literatur.
(intervensi)
terhadap
obyek
penelitian atau tidak adanya manipulasi yang
3. Dokumentasi yang berkaitan langsung atau
dilakukan oleh peneliti. Sehingga penelitian
tidak langsung dengan SMP Negeri 4
non
Sidoarjo dan penelitian ini.
eksperimen
amatanya
merupakan
dilakukan
suatu
terhadap
yang
sejumlah
Agar data dalam penelitian ini valid, maka
variabel menurut apa adanya. Sedangkan
penelitian ini dibutuhkan teknik pengecekan
untuk pendekatan penelitian ini menggunakan
keabsahan data, sehingga peneliti berusaha
penelitian deskriptif, menurut Wahyudi Ari
mengadakan pemeriksaan keabsahan data
(2009:25), penelitian deskriptif merupakan
dengan
penelitian yang bertujuan untuk membuat
trianggulasi
suatu gambaran keadaan atau suatu kegiatan
keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu
menggunakan adalah
trianggulasi teknik
data:
pemeriksaan
yang lain di luar data itu untuk keperluan
Dalam
pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
dilakukan dengan memilih hal-hal penting
data
dari data yang diperoleh.
itu
(Moleong,
penelitian
ini,
2009:330).
teknik
Dalam
trianggulasi
penelitian
ini,
reduksi
data
yang
digunakan adalah sumber hasil wawancara,
2. Penyajian Data
hasil observasi dan hasil dokumentasi. Hal ini
Setelah
dilakukan dengan cara membandingkan hasil
selanjutnya adalah menyajikan data.
wawancara dengan isi suatu dokumen yang
Dalam penelitian ini, data disajikan
berkaitan. Patton dalam Moleong, (2009:330)
dalam bentuk deskriptif disertai uraian
menyatakan
singkat
bahwa
trianggulasi
berarti
membandingkan dan mengecek balik derajat
data
direduksi,
berupa
langkah
penjelasan
dan
interpretasi peneliti.
kepercayaan suatu informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. Teknik trianggulasi ini dilakukan karena dalam penelitian kualitatif untuk mengecek keabsahan informasi tidak dapat dilakukan dengan alat-alat uji statistik, (Burhan, 2007:205).
3. Kesimpulan Penarikan
kesimpulan
merupakan
langkah analisis data yang dilaksanakan segera
setelah
data
Kesimpulan
diperoleh.
yang
diambil
kemungkinan itu perlu dicari terus data
Teknik analisis data yang digunakan dalam
yang dapat mendukung kesempurnaan
penelitian ini adalah analisis data kualitatif.
kesimpulan dengan cara melakukan
Analisis data kualitatif merupakan upaya yang
verivikasi
dilakukan dengan cara bekerja dengan data, mengelompokan
data,
HASIL DAN PEMBAHASAN Sekolah inklusif adalah sekolah
memilah-milahnya
menjadi satuan yang dapat dikelola, mencari
yang
dan menemukan pola, menemukan apa yang
mengakomodasi semua kebutuhan siswa,
penting
baik
dan
apa
yang
dipelajari,
dan
bisa
menampung
siswa
normal
maupun
dan
siwa
memutuskan apa yang dapat diceritakan
berkebutuhan khusus. Agar siswa tersebut
kepada orang lain (Moleong, 2004: 248).
dapat belajar dengan maksimal seperti siswa normal lainnya. Akan tetapi pada
Miles dan Huberman menyebutkan beberapa
kenyataan dilapangan penerapannya tidak
langkah aktivitas
demikian. Untuk mengetahui permasalahan
analisis
data
yang dilakukan dalam
kualitatif
ini
antara
lain
(Sugiyono, 2005:91): 1. Reduksi data
itu digunakan analisis SWOT, hal ini dimaksudkan
karena
Analisis
SWOT
merupakan
suatu
model
dalam
mengidentifikasi berbagai permasalahan Reduksi data berarti merangkum, memilih
secara sistematis sehingga permasalahan
hal-hal pokok, memfokuskan pada hal-hal
tersebut
yang penting, dicari tema dan polanya
Analisis ini didasarkan pada logika yang
dapat
ditemukan
solusinya,
dapat memaksimalkan kekuatan (strengths)
silabus,
dan peluang (opportunities), namun secara
inklusif. 3) ABK lebih mandiri dan
bersamaan
terarah dengan mengikutkan didalam
dapat
meminimalkan
dan
menejemen
kelemahan (weaknesses) dan tantangan
kelas
(treats) yang dialami SMP Negri 4
normal/reguler, sebab ABK juga dibantu
Sidoarjo dalam pelaksanaan pendidikan
oleh siswa reguler dalam pemahaman
Inklusif. Komponen-komponen tersebut
materi pelajaran selama kegiatan belajar.
meliputi: metode dan strategi pembelajaran
4)
pada
kurikulum
pendidikan
inklusif,
media
regular
pendidikan
untuk
bersama
kurikulum yang
anak
menggunakan
dimodifikasi
atau
pembelajaran pada pendidikan inklusif,
kurikulum difertifikasi atau kurikulum
kurikulum
yang
pada
pendidikan
inklusif,
diselaraskan
artinya
ABK
bentuk Evaluasi pada pendidikan inklusif,
menggunakan kurikulum nasional yang
Progam pembelajaran individual (PPI)
dimodifikasi dalam bentuk RPP, silabus,
pada pendidikan inklusif, Sarana-prasarana
KKM, indikator, dan penilaian. semua
pada
Sistem
komponen tersebut disesuaikan dengan
penerimaan siswa baru (ABK) di SMP
kemampuan ABK. 5) evaluasi sama
sumber daya
dengan siswa reguler namun untuk
pendidikan
inklusif,
Negeri 4 Sidoarjo serta
Standart Ketuntasan Minimal (SKM)
manusia (SDM).
siswa reguler nilainya 75 maka untuk 1. Kekuatan (Strength)
siswa ABK lebih di turunkan menjadi 65
Kekuatan
pendidikan
dan bersifat fleksibel serta menyesuaikan
inklusif di SMP Negeri 4 Sidoarjo untuk dapat berkembang di masa datang adalah
kemampuan ABK. 2.
Kelemahan (Weakness)
: 1) SMP Negeri 4 merupakan pelaksana
Kelemahan adalah suatu keadaan
pendidikan inklusif pertama di Sidoarjo
yang menjadi kendala berkembangnya
dan sering dipakai sebagai pusat studi
progam pendidikan inklusif di SMP
banding oleh sekolah lain baik dari
Negeri 4 Sidoarjo : 1) dari segi
Kabupaten
penerimaan muruid baru pihak sekolah
Sidoarjo
maupun
luar
Kabupaten Sidoarjo bahkan sempat di
hanya
pakai studi banding dari Australia. 2)
berkebutuhan
SMP Negeri 4 mendapat dukungan
belajar dan tunagrahita ringan dan belum
penuh dari pemerintah melalui DIKNAS
bisa menerima semua golongan anak
yang
Operasional
berkebuthan khusus seperti tunanetra,
Sekolah (BOS), BOS untuk pendamping
tunarungu, tuna daksa dan tuna laras. 2)
khusus, blokgreen pusat dan Di samping
media sangat kurang memenuhi syarat
itu
memberikan
untuk ABK, karena media masih dibuat
dukungan berupa Work shop/pelatihan
seadanya dan terkadang media yang
untuk guru-guru mengenai pendidikan
dibuat dianggap kurang menarik oleh
inklusif
ABK.
berupa
Bantuan
pemerintah
misalnya
juga
pembuatan
RPP,
menerima
3)
khusus
kurikulum
anak autis,
yang
dengan lambat
belum
mempunyai standar bagi ABK sehingga
mengikuti KBM itu terlihat dari beberapa
guru
ABK yang mulai meningkat baik dari
memodifikasi
dari
kurikulum
reguler dan tidak jarang kurikulum yang
segi
gairah
belajar,
minat
dibuat tidak sesuai target. 4) pihak
kemampuan serta hasil belajar. 3) Dari
sekolah masih belum melaksanakan PPI.
segi media berpeluang akan berkembang
5) Sarana prasarana yang belum 100%
dengan didapatkan bantuan e-lerning
delum mengakomodasi seluruh ABK. 6)
yang nantinya akan berbasis IT. 4)
belum terlibatnya secara penuh guru
Memberi
pendamping khusus yang berkompeten
memotivasi bagi sekolah lain untuk
baik didalam pembuatan kurikulum,
berani
evaluasi, dan proses KBM dalam hal ini
inklusif.
contoh,
membuat
maupun
inspirasi
dan
Sekolah
berbasis
merupakan
langkah
sebagai yang seharusnya sebagai gurur pendamping khusus di detiap pelajaran.
4.
Tantangan (Treats) Tantangan
3.
Peluang (Opportunity)
kedepan atau tekad yang harus diraih
Peluang merupakan
(Opportunity)
suatu
kesempatan
yang
dengan
bekerja
meningkatkan
keras
untuk
progam
dapat
pendidikan
dimiliki SMP Negeri 4 Sidoarjo. Dan
inklusif di SMP Negeri 4 Sidoarjo
melalui
tersebut
melalui kekuatan yang ada. Tantangan
dapat
tersebut adalah : 1) SMP Negeri 4
tersebut
Sidoarjo optimis mampu meningkatkan
kesempatan/peluang
diharapkan
para
pendidik
memanfaatkannya.
Peluang
adalah : 1) SMP Negeri 4 Sidoarjo
layanan,
mendapat dukungan penuh oleh kepala
pengajaran penedidikan inklusif di SMP
sekolah
Negeri 4 sebab mendapat tanggapan yang
dan
DIKNAS
pengembangan inklusif
progam
yang
shop/pelatihan
dalam pendidikan
berupa untuk
sangat
efektivitas
positif
dan
dari
efisiensi
warga
sekoah
Work
khususnya kepala sekolah, staf, guru,
guru-guru
TU, karyawan. 2) SMP Negeri 4 Sidoarjo
mengenai pendidikan inklusif misalnya
optimis
pembuatan RPP, silabus, dan menejemen
merenovasi terutama dalam program
pendidikan inklusif serta bantuan berupa
pengajaran bagi ABK. 3) SMP Negeri 4
beasiswa untuk anak inklusif, gedung,
Sidoarjo optimis memberikan contoh
dan sarana prasarana untuk pendidikan
dalam penerapan progam pendidikan
inkulsif. 2) dari segi mental, kemauan
inklusif yang baik bagi sekolah lain yang
maupun sosial ABK akan terus bisa
belum atau memulai progam pendidikan
berkembang lebih baik sebab di dalam
inklusif. 4) SMP Negeri 4 Sidoarjo
pembelajaran
optimis untuk bisa membuat ABK dapat
berinteraksi
klasikal secara
ABK
akan
langsung dengan
selaras
mampu
dan
berinovasi
sejalan
dengan
dan
anak
siswa normal sehingga bisa memacu
reguler/normal terlihat dari diikutkanya
ABK dan membuat ABK tertarik untuk
ABK
dalam
ujian
nasiaonal
yang
mengikuti standart anak reguler. 5) SMP
ringan, dan lambat belajar dan belum
Negeri
melayani ABK yang lainya.
4
Sidoarjo
melaksanakan
optimis
progam
dapat
pendidikan
b. Media sangat kurang memenuhi syarat
dengan sepnuhnya dan dapat menerima
untuk ABK, karena media masih dibuat
semua jenis keberbutahan anak, baik dari
seadanya dan terkadang media yang
anak tunanetra, tunawicara, tunagrahita,
dibuat dianggap kurang menarik oleh
tunadaksa, tunalaras, autis dan lain-lain.
ABK. c. Kurikulum
KESIMPULAN
yang
dibuat
oleh
guru
terkadang tidak sesuai dengan kebutuhan
Berdasarkan hasil penelitian di lapangan dapat diambil kesimpulan bahwa kajian tentang pelaksanaan Pendidikan Inklusif dengan Analisis SWOT di SMP Negeri 4
ABK. d. Belum
terlaksanakanya
Progam
Pengajaran Individual (PPI). e. Belum terlibatnya secara penuh guru
Sidoarjo sebagai berikut:
pendamping khusus yang berkompeten
1. Kekuatan (Strength)
baik didalam pembuatan kurikulum, penuh
evaluasi, dan KBM dalam hal ini sebagai
pelaksanaan pendidikan inklusif baik
yang seharusnya sebagai GPK di setiap
masyarakat
pelajaran.
a. Masyarakat
mendudukang
umum
maupun
3. Peluang (Opportunity)
masyarakat sekolah. dengan
a. SMP Negeri 4 Sidoarjo merupakan
kelas
SMP inklusi percontohan bagi sekolah
bersama anak reguler serta sangat
lain sehingga bisa menjadikan inklusif
membantu dan mendukung dalam
yang berstandart.
b. ABK
lebih
terarah
mengikutkannya
didalam
pemahaman materi pelajaran selama
dukungan
kegiatan belajar. c. Guru diberikaan keleluasaan didalam pembuatan
kurikulum
untuk
dimodifikasi atau diselaraskan dan disesuaikan
b. SMP Negeri 4 Sidoarjo mendapat
dengan
kemampuan
penuh
dari
masyarakat
sehingga bisa menjadi sekolah inklusif yang mandiri c. SMP
Negeri
terbantu
Sidoarjo
sehubungan
4
merasa
dengan
di
adakanya penambahan peralatan baru
ABK. d. Evaluasi sama dengan siswa reguler
yang berupa e-learnig yang nantinya
namun untuk Standart Ketuntasan
yang akan berbasis IT, jadi nanti segala
Minimal (SKM) fleksibel untuk siswa
media berbasis IT.
ABK
lebih
diturunkan
serta
menyesuaikan kemampuan ABK.
a. SMP Negeri 4 Sidoarjo baru bisa anak
autis,
a) Disharmonisasi hubungun antar guru karena tidak semua guru dilibatkan
2. Kelemahan (Weakness)
melayani
4. Ancaman (Treats)
tunagrahita
dalam
pelaksanaan
pendidikan
inklusif di SMP Negeri 4 Sidoarjo.
b) Karena
SMP
Sidoarjo
pendidikan inklusif baik dalam pembuatan
merupakan SMP inklusif unggulan maka
RPP, kurikulum, metode dan strategi
semakin banyak orang tua maupun wali
pembelajaran, media pembelajaran, PPI,
murid
anaknya
evaluasi, remedial dan lain-lain. agar setiap
(ABK) sehingga membuat murid yang
ABK dapat tertangani dengan baik baik
berkebutuhan khusus menjadi bertambah
dari
banyak namun tidak di imbangi dengan
keterbatasanya.
yang
Negeri
4
mendaftarkan
segi
kebuthanya
maupun
penambahan jumlah GPK yang khusus DAFTAR PUSTAKA
dari pendidikan luar biasa (PLB). SARAN Berdasarkan rekomendasi data yang diperoleh peneliti melalui diskusi, wawancara, dan pembahasan mengenai analisis SWOT maka saran yang dapat diberikan peneliti
Al Azmi, Nilna Uffi. 2010. Studi Tentang Penyesuaian
Siswa
Reguler
Sehubungan dengan Keberadaan Anak Berkebutuhan
Khusus
dalam
Sistem
Pendidikan Inklusif di SMP Negeri 18
sebagai berikut :
Malang. 1. Dengan
Diri
semakin
bertambahnya
siswa
Skripsi
tidak
diterbitkan.
Surabaya: PLB FIP Unesa.
ABK maka dinilai perlu diadakannya penamabahan GPK dari bidangnya yakni pendidikan luar biasa (PLB) agar ABK lebih
dapat
tertangani
dengan
Ali, Lukman., dkk. 1995. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.
baik
mengingat jumlah keselurah ABK ada 17 dan hanya ada 1 GPK maka bila dirasa
Alimin, Zaenal. 2008. Reorientasi Pendidikan Khusus/PLB
(Special
Education)
ke
Pendidikan Kebutuhan Khusus (Special
sangat kurang. 2. Perlu penambahan sarana prasarana untuk ABK misalnya akses jalan bagi tunanetra maupun tuna daksa, di bangunya kelas khusus bagi ABK, pemanfaatan GPK di bidang studi bukan hanya di bidang vokasional maupun ketrampilan saja. 3. Perlu adanya seorang atau tim spesialis
Needs
Education)
Pendidikan
untuk
Usaha
Mencapai
Semua,
(Online),
(http://www.z-alimin.blogspot.com, diakses 28 Februari 2012). Arikunto,
Suharsimi.
2006.
Prosedur
Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
yang berasal dari PLB untuk merancang manajemen pendidikan inklusif suupaya
Budiyanto,
2005.
Pengantar
Pendidikan
pihak sekolah dapat meningkatkan mutu
Inklusif Berbasis Budaya Lokal. Jakarta:
pendidikan inklusif agar bisa sesuai dengan
Depdiknas
kajian ilmu.
Pembinaan
4. Perlu digalakannya penataran pelatihan dan pembinaan semua guru di SMP Negeri 4
Sidoarjo
oleh
DIKNAS
mengenai
Dirjen
Dikti
Direktorat
Pendidikan
Tenaga
Kependidikan dan Ketenagaan Perguruan Tinggi.
Budiyanto, 2009. Modul Training of Trainers Pendidikan
Inklusif.
Kecerdasan dan/atau Bakat Istimewa.
Jakarta:
2009. Jakarta: Sekretariat Negara.
Departemen Pendidikan Nasional. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Burhan, Bungin. 2008. Metodelogi Penelitian
Nomor 72 Tahun 1991 tentang
kualitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Pendidikan
Luar
Biasa.
1991.
Jakarta: Sekretariat Negara. Direktorat PLB. 2004. Kegiatan Belajar Mengajar
di
Sekolah
Inklusif,
Perserikatan Bangsa-Bangsa. 1989. Konvensi
(Online),
tentang Hak-Hak Anak. New York.
(http://www.ditplb.or.id/profile.php?i d=53, diakses 20 Desember 2011).
Rahardja, Djadja dan Sujarwanto. 2010. Pengantar Pendidikan Luar Biasa
Handojo. 2006. Autisma. Jakarta: Bhuana Ilmu
(Orthopedagogik).
Populer.
Surabaya:
UNESA University Press.
Ishartiwi, 2010. Implementasi Pendidikan
Rangkuti, Freddy, 2005. Analisis SWOT
Inklusif Bagi Anak Berkebutuhan
Tehnik
Khusus Dalam Sistem Persekolahan
Bisnis.Jakarta :PT Gramedia Pusaka
Nasional.
Utama.
Yogyakarta:
PLB
Membedah
Kasus
Universitas Negeri Yogyakarta. Smith, Marthan, Lay. 2007. Manajemen Pendidikan Inklusif.
Jakarta:
David.
2012.
Sekolah
Inklusif.
Bandung: Nuansa.
Departemen Somantri, Sutjihati. 2007. Psikologi Anak Luar
Pendidikan Nasional
Biasa. Bandung: Refika Aditama. Moleong, Lexy J. 2009. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung:
Remaja
Sugiyono.
Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 6 Tahun
2011
Sugiyono.
Jawa
Timur.
2011.
Pendidikan
Media
Nasional
bagi Peserta Didik yang Memiliki Memiliki
Penelitian
Berkebutuhan Khusus. Bahan dan
Potensi
Pembelajaran
tidak
diterbitkan. Yogyakarta. Draft R2Maret 2010. Pdf.
2009 tentang Pendidikan Inklusif
dan
Metode
Suharlina, Yulia dan Hidayat. 2010. Anak
Republik Indonesia Nomor 70 Tahun
Kelainan
2009.
Bandung: Alfabeta.
Surabaya: Sekretariat Negara. Menteri
Penelitian
Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D.
tentang
Penyelenggaraan Pendidikan Inklusif
Peraturan
Memahami
Kualitatif. Bandung: Alfabeta.
Rosdakarya.
Provinsi
2009.
Sukinah,
2010.
Management
Implementasi
Pendidikan
Strategik Inklusif.
Yogyakarta: PLB Universitas Negeri Yogyakarta. Tim. 2006. Panduan Penulisan dan Penilaian Skripsi.
Surabaya:
UNESA
University Press. Tim. 2008. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 4 Tahun 1979 tentang Kesejahteraan Anak.
1979.
Jakarta:
Sekretariat
Negara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 19 Tahun 2011 tentang Pengesahan Convention on The Rights of Persons with Disabilities (Konvensi Mengenai Hak-Hak
Penyandang Disabilitas.
2011. Jakarta: Sekretariat Negara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20
Tahun
2003
tentang
Sistem
Pendidikan Nasional. 2003. Jakarta: Sekretariat Negara. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.
2002.
Jakarta:
Sekretariat
Negara. Wahyudi, Ari. 2009. Metodologi Penelitian Pendidikan Luar Biasa. Surabaya: UNESA University Press.