KAJIAN TEKNIK PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L. ) DALAM KEMASAN TRANSPORTASI
Oleh Junita Fitrianti F14102086
2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Special Thanks Fur Allah SWT atas Rahmat dan hidayah-Nya serta umur panjang dan Nabi Muhammad SAW sebagai suri tauladan
Mama, papa dan saudara-saudaraku ( Teh Lia, Maz Decky, Kak Anti, dan Dewi)
Hoerip Satyagraha atas perhatian, dukungan dan doanya
Sahabat-sahabatku tersayang Anti, Anita, Delly, Indi, Nana, Nina dan Memey Atas kasih sayang dan kebersamaannya
Tim Ekspedisi PL Ate (Agra TS), Babeh (Anjar R) Ceuceu (Gilang Anggita), Ima, Mas Ado, Nano (Ratna Ika), Pican (Ichsan) dan Pei (Peri) Atas petualangan dan semangatnya
TEP’ers angkatan 39 Big Bro, Baby, 1rid, Mas Ukie, Uwie, Ika, Rina, Vera, Diah, Yumi, Kakak Ndut (Agung), Gilang, Egis, Dias dan semuanya yang tidak sempat tersebut Atas kebersamaan selama masa kuliah
Thanks fur everything that u’ve already give to me. May Allah SWT always give the Bless to us. Amin.
KAJIAN TEKNIK PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L. ) DALAM KEMASAN TRANSPORTASI
SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor
Oleh : JUNITA FITRIANTI F14102086
2006 DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
INSTITUT PERTANIAN BOGOR FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN ================================================== KAJIAN TEKNIK PENYIMPANAN DAN PENGEMASAN JAMBU BIJI (Psidium guajava L. ) DALAM KEMASAN TRANSPORTASI SKRIPSI Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN Pada Departemen Teknik Pertanian Fakultas Teknologi Pertanian Institut Pertanian Bogor Oleh : Junita Fitrianti F14102086 Dilahirkan pada tanggal 22 Juni 1984 Di Bogor Tanggal Lulus :
Juni 2006
Menyetujui Bogor, Juni 2006
Dr. Ir I Wayan Budiastra, M Agr Pembimbing Mengetahui,
Dr. Ir. Wawan Hermawan, MS Ketua Departemen Teknik Pertanian
Junita Fitrianti. F14102086. Kajian Teknik Penyimpanan Dan Pengemasan Jambu Biji (Psidium guajava L.) Dalam Kemasan Transportasi. Dibawah bimbingan Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr. 2006 RINGKASAN Indonesia merupakan negara penghasil komoditas hortikultura yang potensial. Buah-buahan sebagai komoditas hortikultura memiliki potensi untuk dikembangkan baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Di daerah tropis, buah dan sayuran cepat mengalami kerusakan terutama disebabkan oleh kondisi suhu dan kelembaban lingkungan. Kurangnya penanganan pasca panen (pengangkutan, sortasi, pengemasan dan penyimpanan) ikut mempengaruhi nilai perubahan mutu dari produk. Perubahan mutu selama proses penyimpanan terjadi karena buah-buahan dan sayuran masih melakukan respirasi, dimana selama proses respirasi tersebut produk mengalami pematangan dan kemudian diikuti dengan proses pembusukkan. Kecepatan respirasi produk tergantung dari suhu penyimpanan, ketersediaan oksigen untuk berespirasi dan karakteristik produk itu sendiri. Jambu biji merupakan salah satu jenis buahbuahan yang belum mendapatkan perhatian khusus di Indonesia. Umumnya jambu biji diperdagangkan dalam keadaan segar setelah dipetik. Masalah yang sering dihadapi setelah panen adalah keadaan teksturnya yang mudah rusak akibat pengaruh mekanis, disamping tingkat kematangannya yang sering kali tidak merata dan penentuan suhu penyimpanan pun menjadi kendala sehingga menurunkan nilai jualnya. Buah jambu yang menjadi matang selama pengangkutan atau selama proses penyimpanan, dalam kondisi lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan buah jambu mengalami kerusakan, baik dalam penampakan, kepadatan, aroma dan nilai gizi. Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu penyimpanan dan pengemasan yang optimum untuk buah jambu biji dalam kemasan transportasi selama penyimpanan. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan : 1). Mempelajari laju respirasi jambu biji pada beberapa tingkat suhu penyimpanan, 2). Membandingkan laju respirasi antara kemasan yang menggunakan bahan pembungkus koran dengan kemasan yang tidak menggunakan bahan pembukus koran, 3). Membandingkan teknik pengemasan yang mengalami perlakuan sortasi dan yang tidak terhadap masa simpan jambu biji, 4). Mengamati perubahan parameter mutu dari buah jambu biji selama penyimpanan, dan 5). Menentukan jenis perlakuan pra pengemasan (sortasi dan tanpa sortasi) dan suhu penyimpanan yang optimum berdasarkan uji tingkat kesukaan konsumen dan uji pembobotan. Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jambu biji merah dengan umur petik 108 hari yang diperoleh dari perkebunan di daerah Cilebut, Bogor, selang plastik ¼ inchi, lilin (malam), gas O2, CO2 dan N2. Sedangkan alat yang digunakan terdiri dari : Continous Gas Analyzer tipe IRA-107, Portable Oxygen Tester POT-101, Rheometer tipe CR-300DX, Chromameter tipe CR-200, Refraktometer dan timbangan digital. Adapun peralatan tambahan lain yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain stoples, wadah, dan lemari pendingin.
Tahapan penelitian yang dilakukan terdiri dari dua tahapan, yaitu penelitian pendahuluan dan penelitian utama. Penelitian pendahuluan meliputi pengukuran laju respirasi jambu biji dengan perlakuan sortasi dan tidak sortasi dan dengan tiga tingkatan suhu penyimpanan, yaitu suhu 5oC, 10oC dan suhu ruang. Sedangkan penelitian utama meliputi pengamatan parameter mutu (kekerasan, warna, rasa, dan aroma) dari buah jambu biji yang disimpan pada kemasan dengan tingkatan suhu yang berbeda dan uji organoleptik serta uji pembobotan. Perlakuan penggetaran dilakukan selama 3 jam pada alat simulasi pengangkutan yang setara dengan 626.9 km di jalan luar kota atau kurang lebih 10 jam perjalanan truk dengan kecepatan 60 km/jam Berdasarkan data pengamatan didapatkan laju respirasi minimum dialami oleh jambu biji dalam kemasan kardus dengan perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 5oC sedangkan laju respirasi maksimum dialami oleh kemasan kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu 30oC. Laju respirasi buah jambu biji antara kemasan kardus dengan bahan pembungkus koran berpengaruh nyata dengan kemasan kardus tanpa bahan pembungkus koran pada berbagai suhu penyimpanan. Suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap laju respirasi, tingkat kerusakan mekanis, susut bobot, dan kekerasan pada akhir masa penyimpanan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut dan perubahan warna (nilai L, a, b). Jenis perlakuan pra pengemasan (sortasi dan tanpa sortasi) berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan mekanis dan kekerasan pada akhir masa penyimpanan, tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi, susut bobot, total padatan terlarut dan perubahan warna ( nilai L, a, b). Berdasarkan uji tingkat kesukaan dan uji pembobotan terhadap parameter mutu buah jambu biji pada berbagai jenis perlakuan dan suhu penyimpanan maka didapatkan bahwa perlakuan yang optimum adalah buah jambu biji yang disortasi dan disimpan pada suhu 10oC. Ada beberapa saran yang dapat dilakukan untuk menunjang penelitian ini, diantaranya :1). Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh berbagai jenis kemasan terhadap masa simpan jambu biji dengan memperhitungkan nilai ekonomis, 2). Penyimpanan buah jambu biji sebaiknya disimpan pada suhu 10oC, 3). Penyimpanan jambu biji ini direkomendasikan untuk konsumen pada tingkat skala supermarket, dan 4). Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan pengisi yang berbeda pada kemasan kardus karton.
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama lengkap Junita Fitrianti dan dilahirkan di Bogor tanggal 22 Juni 1984. Penulis adalah anak keempat dari pasangan Kuswaryo dan Enduh Nuria. Penulis menamatkan pendidikan di SD Negeri Pengadilan V Bogor pada tahun 1996, SMP Negeri 2 Bogor pada tahun 1999, dan SMU Negeri I Bogor pada tahun 2002. Pada tahun 2002, penulis diterima menjadi mahasiswa Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Insititut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Semasa kuliah, penulis aktif sebagai pengurus HIMATETA sebagai anggota Departemen Pengembangan Sumber Daya Manusia (2003-2005). Selain itu, penulis juga pernah menjabat sebagai Ketua klub bahasa inggris yang bernaman Teta’s English Club (Teknik Pertanian English Club) Departemen Teknik Pertanian pada tahun 2004-2005. Penulis pernah menjadi salah
satu
finalis
PIMNAS
pada
Program
Kreativitas
Mahasiswa
(Kewirausahaan) pada tahun 2005. Penulis melaksanakan kegiatan Praktek Lapang di PTPN VIII Perkebunan Tambaksari Subang, Jawa Barat dengan judul “Mempelajari Aspek Keteknikan Pertanian dalam Proses Pengolahan Teh Hitam CTC di Perkebunan Tambaksari Subang, Jawa Barat”. Selama 2 bulan. Sementara itu penulis mengakhiri masa studinya di program S1 dengan melakukan penelitian yang berjudul “Kajian Teknik Penyimpanan dan Pengemasan Jambu Biji (Psidium guajava L.) Dalam Kemasan Transportasi”.
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat meyelesaikan skripsi yang berjudul “Kajian Teknik Penyimpanan dan Pengemasan Jambu Biji (Psidium guajava L.) Dalam Kemasan Transportasi”. Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknologi Pertanian pada Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, Selama melaksanakan penelitian dan penyusunan skripsi, penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Dr. Ir. I Wayan Budiastra, M.Agr selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini. 2. Dr. Ir. Emmy Darmawati, M.Si dan Dr. Ir. Suroso, M.Agr selaku dosen penguji atas ide dan masukannya pada perbaikan skripsi. 3. Kedua orangtua penulis atas segala perhatian dan doa restunya. 4. Bapak Sulyaden, Bapak Karna, Bapak Ahmad dan Bapak Harto yang telah banyak membantu penulis selama penelitian. 5. Teman-teman TPP dan TEP 39 atas dorongan, bantuan, dan semangatnya. 6. Semua pihak yang telah turut membantu dalam penelitian dan penyusunan skripsi. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun atas segala kekurangan yang terdapat dalam skripsi ini. Bogor, Juni 2006
Penulis
DAFTAR ISI Halaman KATA PENGANTAR .............................................................................
i
DAFTAR ISI ...........................................................................................
ii
DAFTAR TABEL ...................................................................................
iv
DAFTAR GAMBAR ..............................................................................
v
DAFTAR LAMPIRAN ...........................................................................
viii
I. PENDAHULUAN .......................................................................
1
A. Latar Belakang ........................................................................
1
B. Tujuan .....................................................................................
4
II. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................
5
A. Jambu Biji ..............................................................................
5
1. Botani Jambu Biji ...............................................................
5
2. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Jambu Biji ......................
7
B. Kemasan .................................................................................
9
C. Laju Respirasi ......................................................................... 10 D. Penyimpanan Suhu Rendah .................................................... 13 III. METODOLOGI ......................................................................... 15 A. Waktu dan Tempat ...............................................................
15
B. Alat dan Bahan ......................................................................
15
C. Tahapan Penelitian ................................................................. 16 D. Pengamatan ............................................................................ 18 1. Pengaruh Pembungkusan Koran, Jenis Perlakuan dan Suhu Penyimpanan terhadap Laju Respirasi .................... 18 2. Pengaruh Jenis Perlakuan (sortasi dan tanpa sortasi) dan Suhu Penyimpanan terhadap Parameter Mutu selama Penyimpanan ....................................................... 19 a. Tingkat Kerusakan Penyimpanan ................................. 19 b. Laju Susut Bobot ......................................................... 19 c. Laju Perubahan Kekerasan ........................................... 20 d. Perubahan Warna ......................................................... 21
e. Total Padatan Terlarut .................................................
21
f. Uji Organoleptik dan Uji Pembobotan ........................ 22 D. Rancangan Percobaan ............................................................. 23 VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ................................................. 24 A. Pengukuran Laju Respirasi ..................................................... 24 B. Tingkat Kerusakan Mekanis ................................................... 30 C. Susut Bobot ............................................................................ 33 D. Kekerasan ............................................................................... 34 E. Total Padatan Terlarut ............................................................ 36 F. Warna ...................................................................................... 37 1. Nilai L ................................................................................ 37 2. Nilai a ................................................................................ 39 3. Nilai b ................................................................................ 40 G. Uji Organoleptik .................................................................... 45 1. Uji Hedonik Terhadap Suhu Penyimpanan ...................... 45 a. Kekerasan ...................................................................
45
b. Warna .........................................................................
46
c. Rasa ............................................................................
47
d. Aroma ......................................................................... 48 e. Uji Pembobotan ..........................................................
49
2. Uji Hedonik Terhadap Jenis Perlakuan ............................ 51 a. Kekerasan .................................................................... 51 b. Warna .......................................................................... 52 c. Rasa ............................................................................. 53 d. Aroma ......................................................................... 53 e. Uji Pembobotan ........................................................... 54 V. KESIMPULAN DAN SARAN ................................................. 61 A.Kesimpulan .............................................................................. 61 B. Saran ........................................................................................ 61 DAFTAR PUSTAKA .................................................................... 62
DAFTAR TABEL LAMPIRAN ..................................................................................... 64
DAFTAR TABEL Halaman Tabel 1. Perkembangan produksi buah jambu biji di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2005) ……………………………………
2
Tabel 2. Sifat fisik kultivar jambu biji (Sjaifullah et al,. 1991) ................... 7 Tabel 3. Nilai gizi dan komposisi kimia jambu biji (Mitra, 1997) .............. 8 Tabel 4. Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju respirasinya (Mitra, 1997) ………………………………….
12
Tabel 5. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap umur simpan (Thomson, 1996) ..................................................................
14
Tabel 6. Data rata-rata laju respirasi CO2 dan O2 buah jambu biji dengan pembungkus koran ......................................................................... 25 Tabel 7. Data rata-rata laju respirasi CO2 dan O2 buah jambu biji tanpa pembungkus koran ........................................................................
25
Tabel 8. Nilai pembobot terhadap parameter mutu buah jambu biji ............ 51 Tabel 9. Data skor pembobot terhadap suhu penyimpanan jambu biji ......... 52 Tabel 10.Data skor pembobot terhadap jenis perlakuan (sortasi dan tanpa sortasi) .............................................................. 55
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar 1. Diagram alir metode penelitian ................................................ 17 Gambar 2. Timbangan .............................................................................. 20 Gambar 3. Rheometer ................................................................................ 20 Gambar 4. Refraktometer ........................................................................... 22 Gambar 5. Laju respirasi CO2 buah jambu biji dibungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan ……………………………………………….... 27 Gambar 6. Laju respirasi CO2 buah jambu biji tanpa pembungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan…………………………………………… 27 Gambar 7. Laju respirasi O2 buah jambu biji dibungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan ………………………………………………… 28 Gambar 8.
Laju respirasi O2 buah jambu biji tanpa pembungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan…………………………………………… 28
Gambar 9.
Laju respirasi CO2 dan O2 buah jambu biji dengan bahan pembungkus koran. …………………………..……………… 29
Gambar 10. Laju respirasi CO2 dan O2 buah jambu biji tanpa bahan pembungkus koran. …………………………..……………… 29 Gambar 11. Penyusunan buah jambu biji dalam kemasan kardus karton dengan bahan pembungkus koran……………………………
30
Gambar 12. Perubahan kerusakan jambu biji terhadap suhu penyimpanan……………………………………………. 31 Gambar 13. Perubahan susut bobot jambu biji terhadap suhu penyimpanan ……………………………………………. 33 Gambar 14. Perubahan kekerasan jambu biji terhadap suhu penyimpanan …………………………………………..
35
Gambar 15. Perubahan total padatan terlarut jambu biji terhadap suhu penyimpanan. ………………………………………….
36
Gambar 16. Perubahan warna (nilai L) jambu bijI terhadap suhu penyimpanan …………………………………………..
38
Gambar 17. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada kemasan karton dengan perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 5oC ………………………………………..……… 42 Gambar 18. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada kemasan karton tanpa perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 5oC ………………………………………..……… 42 Gambar 19. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada kemasan karton dengan perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 10oC …………………………..………………… 43 Gambar 20. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada kemasan karton tanpa perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 10oC ……………………………………………… 43 Gambar 21. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada kemasan karton dengan perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 30oC …………….………………………………..
44
Gambar 22. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada kemasan karton tanpa perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 30oC ……………………………………………… 44 Gambar 23. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter kekerasan dengan skala 5 yang disimpan pada berbagai tingkat suhu penyimpanan……………………. 45 Gambar 24. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter warna dengan skala 5 yang disimpan pada berbagai tingkat suhu penyimpanan. …………………… 46 Gambar 25. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter rasa dengan skala 5 yang disimpan pada berbagai tingkat suhu penyimpanan. …………………… 47
Gambar 26. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter aroma dengan skala 5 yang disimpan pada berbagai tingkat suhu penyimpanan. …………………… 48 Gambar 27. Nilai pembobotan pada berbagai perlakuan tingkat suhu penyimpanan dan lama penyimpanan………………….. 50 Gambar 28. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter kekerasan dengan skala 5 dengan berbagai jenis kemasan. ……………………………………… 52 Gambar 29. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter warna dengan skala 5 dengan berbagai jenis kemasan. ……………………………………… 53 Gambar 30. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter rasa dengan skala 5 dengan berbagai jenis kemasan. ……………………………………..
53
Gambar 31. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter aroma dengan skala 5 dengan berbagai jenis kemasan. ……………………………………..
54
Gambar 32. Nilai pembobotan pada berbagai perlakuan jenis kemasan penyimpanan dan lama penyimpanan……………………….
55
o
Gambar 33. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 5 C pada hari ke-0 ..........................................................................
57
Gambar 34. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 10oC pada hari ke-0 ..........................................................................
57
Gambar 35. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 30oC pada hari ke-0 .........................................................................
57
Gambar 36. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 5oC pada hari ke-3 ..........................................................................
58
o
Gambar 37. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 10 C pada hari ke-3...........................................................................
58
Gambar 38. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 30oC pada hari ke-3 .........................................................................
58
Gambar 39. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 5oC pada hari ke-6 .........................................................................
59
Gambar 40. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 10oC pada hari ke-6 ..........................................................................
59
o
Gambar 41. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 30 C pada hari ke-6 ........................................................................... 59 Gambar 42. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 5oC pada hari ke-10 ......................................................................... 60 Gambar 43. Penampakan buah jambu biji yang disimpan pada suhu 10oC pada hari ke-10 ......................................................................... 60
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran 1.
Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan pembungkus koran dalam kardus dengan perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 5oC. ………… 65
Lampiran 2.
Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan pembungkus koran dalam kardus dengan perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 10oC………...
Lampiran 3.
66
Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan pembungkus koran dalam kardus dengan perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 30oC………… 67
Lampiran 4.
Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 5oC……………………… 68
Lampiran 5.
Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 10oC…………………….. 69
Lampiran 6.
Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 30oC…………………….. 70
Lampiran 7.
Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan pembungkus koran dalam kardus dengan perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 5oC……………………… 71
Lampiran 8.
Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan pembungkus koran dalam kardus dengan perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 10oC………….. 72
Lampiran 9.
Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan pembungkus koran dalam kardus dengan perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 30oC………….. 73
Lampiran 10. Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 5oC………….
74
Lampiran 11. Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 10oC………… 75 Lampiran 12. Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 30oC………… 76 Lampiran 13. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji Konstruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992) ………….. 77 Lampiran 14. Analisis ragam laju respirasi buah jambu biji dengan bahan pembungkus koran....................................... 80 Lampiran 15. Analisis ragam laju respirasi buah jambu biji tanpa bahan pembungkus koran.......................................... 81 Lampiran 16. Analisis ragam laju respirasi buah jambu biji dengan dan tanpa bahan pembungkus koran ...................... 82 Lampiran 17. Analisis ragam kerusakan mekanis buah jambu biji ........... 84 Lampiran 18. Analisis ragam susut bobot buah jambu biji ....................... 86 Lampiran 19. Analisis ragam kekerasan buah jambu biji ......................... 88 Lampiran 20. Analisis ragam total padatan terlarut buah jambu biji ........ 90 Lampiran 21. Analisis ragam warna (nilai L) buah jambu biji ................. 92 Lampiran 22. Analisis ragam warna (nilai a) buah jambu biji .................. 94 Lampiran 23. Analisis ragam warna (nilai b) buah jambu biji .................. 97 Lampiran 24. Formulir uji hedonik ........................................................... 100 Lampiran 25. Formulir pembobotan untuk parameter mutu dalam uji hedonik ................................................................ 101 Lampiran 26. Analisis ragam uji hedonik dari parameter kekerasan buah jambu biji. .................................................................... 102 Lampiran 27. Analisis ragam uji hedonik dari parameter warna buah jambu biji .................................................................... 104 Lampiran 28. Analisis ragam uji hedonik dari parameter rasa buah jambu biji..................................................................... 106 Lampiran 29. Analisis ragam uji hedonik dari parameter aroma buah jambu biji..................................................................... 108
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Indonesia merupakan negara penghasil komoditas hortikultura yang potensial. Buah-buahan sebagai komoditas hortikultura memiliki potensi untuk dikembangkan baik untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri maupun luar negeri. Buah-buahan dan sayur-sayuran merupakan sumber utama vitamin, mineral dan gizi yang dibutuhkan manusia. Kebutuhan buah dan sayuran akan selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk dan pendapatan perkapita. Berdasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistika (2004) bahwa terjadi peningkatan nilai ekspor sayuran pada tahun 2002 dan 2003 yaitu sebesar 33 juta dolar AS menjadi 33.2 juta dolar AS, sedangkan untuk nilai ekspor buah-buahan terjadi peningkatan dari 62.9 juta dolar AS pada tahun 2002 menjadi 65.4 juta dolar AS pada tahun 2003. Di daerah tropis, buah dan sayuran cepat mengalami kerusakan terutama disebabkan oleh kondisi suhu dan kelembaban lingkungan. Suhu yang tinggi menyebabkan kelembaban lingkungan menjadi rendah sehingga laju respirasi pada buah dan sayuran akan meningkat dan dapat memperpendek masa simpan. Selain itu, penanganan pasca panen yang kurang baik seperti pemanenan terlalu awal, penanganan pematangan buah yang salah dan distribusi buah yang kurang optimal akan dapat menurunkan mutu produk tersebut. Buah-buahan pada umumnya mempunyai musim dan penyebaran tertentu, sehingga penanganan untuk memperpanjang masa simpan buah sangat diperlukan. Usaha ini bertujuan untuk menjaga agar setelah tiba di tangan konsumen, selain mutu kesegarannya masih baik, kandungan vitamin dan nilai gizi lainnya masih tinggi. Perubahan mutu selama proses penyimpanan terjadi karena buah-buahan dan sayuran masih melakukan respirasi, dimana selama proses respirasi tersebut produk mengalami pematangan dan kemudian diikuti dengan proses pembusukkan. Kecepatan respirasi produk tergantung dari suhu penyimpanan, ketersediaan oksigen untuk berespirasi dan karakteristik produk itu sendiri. Menurut Kader (1992),
kisaran kehilangan pasca panen buah segar dan sayuran diperkirakan mencapai 5-25% pada negara-negara maju dan 20-50% pada negara-negara berkembang. Jambu biji merupakan salah satu jenis buah-buahan yang belum mendapatkan perhatian khusus di Indonesia. Umumnya jambu biji diperdagangkan dalam keadaan segar setelah dipetik. Masalah yang sering dihadapi setelah panen adalah keadaan teksturnya yang mudah rusak akibat pengaruh mekanis, disamping tingkat kematangannya yang sering kali tidak merata sehingga menurunkan nilai jualnya. Buah jambu yang menjadi matang selama pengankutan atau selama proses penyimpanan, dalam kondisi lingkungan yang kurang baik akan menyebabkan buah jambu mengalami kerusakan, baik dalam penampakan, kekerasan, aroma dan nilai gizi. Adapun perkembangan areal luas lahan panen dan hasil produksi buah jambu biji di Indonesia dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Perkembangan produksi buah jambu biji di Indonesia (Badan Pusat Statistik, 2005). Tahun
Produksi (kuintal)
2000
37 640
2001
22 510
2002
4 850
2003
1 792
2004
73 426
Untuk memperpanjang umur simpan, buah-buahan dan sayuran perlu disimpan pada suhu rendah. Sebagai contoh, sayuran daun biasanya disimpan pada suhu antara 0-4 oC, sedangkan untuk sayuran buah biasanya disimpan pada suhu 10 –14 oC. Selain itu biasanya juga dapat dikombinasikan dengan pemberian lapisan lilin, pengontrolan dan memodifikasi gas-gas yang terlibat dalam proses respirasi serta pemakaian bahan penyerap selama penyimpanan. Saluran distribusi produk pertanian khususnya sayuran dan buahbuahan memiliki rantai yang panjang sehingga akan sangat mempengaruhi
mutu komoditas pada saat sampai di tujuan karena sifat dari produk pertanian yang mudah rusak. Kerusakan-kerusakan tersebut berupa resiko lingkungan (environmental hazards), misalnya akibat suhu dan kelembaban, resiko fisis (gesekan, impak, tekanan dan benturan) serta resiko lainnya seperti investasi organisme, kontaminasi dan pencurian (Friedman dan Kipness, 1977). Seiring dengan semakin meningkatnya permintaan jumlah produksi sayuran dengan kondisi mutu yang lebih baik oleh konsumen, maka diperlukan suatu penanganan pasca panen yang tepat untuk dapat mengurangi kerusakan tersebut, misalnya, kerusakan akibat resiko fisis, upaya yang dapat dilakukan yaitu dengan cara pemberian kemasan yang memadai. Upaya tersebut diharapkan dapat mempertahankan mutu dan memperpanjang masa simpan sayuran tersebut. Selain itu, cara lain yang mempengaruhi umur simpan dari suatu produk adalah jenis kemasan yang digunakan. Kemasan berperan dalam menjaga kelembaban udara, komposisi gas yang tepat bagi produk sehingga umur simpan menjadi lebih panjang. Konstruksi dan dimensi kemasan, jumlah dan dimensi komoditas yang dikemas, dan sifat fisiologis pasca panen produk hortikultura harus diperhatikan agar dapat memberikan perlindungan yang optimal. Ukuran, bahan dan jenis kemasan yang digunakan pun perlu diperhatikan pula karena nilai jual produk hortikultura dapat terpengaruh, terutama untuk kalangan pasar ekspor. Penelitian
ini
merupakan
penelitian
lanjutan
dari
penelitian
sebelumnya yang berjudul “Pengaruh Kemasan dan Goncangan Terhadap Mutu Fisik Jambu Biji (Psidium guajava L.) Selama Transportasi ”. Menurut Pradnyawati (2006) kemasan yang optimal yang dapat digunakan selama proses distribusi buah jambu biji adalah kemasan karton tipe RSC dan flute ganda dengan bahan koran sebagai pembungkus buah.
B. Tujuan Secara umum penelitian ini bertujuan untuk menentukan suhu penyimpanan dan pengemasan yang optimum untuk buah jambu biji dalam kemasan transportasi selama penyimpanan. Sedangkan secara khusus, penelitian ini bertujuan : 1. Mempelajari laju respirasi jambu biji pada beberapa tingkat suhu penyimpanan 2. Membandingkan laju respirasi antara kemasan yang menggunakan bahan pembungkus koran dengan kemasan yang tidak menggunakan bahan pembukus koran. 3. Membandingkan teknik pengemasan yang mengalami perlakuan sortasi dan yang tidak terhadap masa simpan jambu biji. 4. Mengamati perubahan parameter mutu dari buah jambu biji selama masa penyimpanan 5. Menentukan jenis perlakuan pra pengemasan (sortasi dan tanpa sortasi) dan suhu penyimpanan yang optimum berdasarkan uji tingkat kesukaan konsumen dan uji pembobotan.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Jambu Biji 1. Botani Jambu Biji Jambu biji (Psidium guajava L.) merupakan tanaman buah yang berasal dari benua Amerika bagian tropis antara Meksiko dan Amerika Serikat. Tanaman ini tersebar di berbagai negara seperti India, Florida, Afrika Barat dan Afrika Selatan serta beberapa negara di lautan Pasifik (Mitra, 1997). Di Indonesia, tanaman ini dapat dijumpai di daerah dengan ketinggian sampai dengan 1200 mdpl (Lembaga Biologi Nasional, 1980). Taksonomi tanaman jambu biji diklasifikasikan sebagai berikut : Kingdom
: Plantae
Divisi
: Spermatophyta
Subdivisi
: Angiospermae
Kelas
: Dicotyledonae
Ordo
: Myrtales
Famili
: Myrtaceae
Genus
: Psidium
Spesies
: Psidium guajava Linn.
Kata Psidium adalah pembelokkan dari suku kata side yang berarti “kecubung”, sedangkan kata guajava berasal dari bahasa spanyol guajaba yang berarti “jambu biji”, maka Psidium guajava dapat diartikan secara bebas sebagai “ buah jambu yang bentuknya seperti kecubung dan berbiji banyak “. Di Indonesia istilah jambu biji untuk tiap daerah berbeda-beda, misalnya di Aceh dikenal dengan nama glima breueh, di Sumatra dikenal dengan nama jambu biji, jambu susu atau biawas, di Manado dikenal dengan nama gojawas, di Kalimantan dikenal dengan nama Libu atau Nyibu sedangkan di Jawa Barat dikenal dengan nama jambu klutuk atau jambu biji ataupun jambu batu.
Tanaman ini merupakan tumbuhan semak atau pohon berukuran kecil yang dapat mencapai ketinggian 10 meter dengan cabang yang banyak. Permukaan kulit batang licin,keras dan mudah terkelupas serta berwarna coklat muda. Tinggi pohon dapat mencapai 5 - 7 m dengan garis tengah batang 10 – 25 cm. Letak daun bersilang, berhadap-hadapan atau mengarah pada ujung dahan (LBN-LIPI, 1980). Tanaman ini berbunga putih, dimana kelopak bunganya berbentuk lonceng dan berbulu, sedangkan tajuk bunganya terdiri dari 4 – 5 lembar berbentuk telur terbalik yang panjangnya sekitar 1 – 2 cm (Anonymous, 1976). Buah jambu biji yang masih muda berwarna hijau tua, semakin matang warna akan menjadi hijau muda sampai kekuning-kuningan. Buah yang masak dagingnya lunak dan mudah rusak serta membusuk. Buah jambu termasuk dalam kelompok buah yang berpola respirasi klimaterik. Tanaman jambu biji dapat dipetik 2-3 kali seminggu selama 8-10 minggu musim panen. Pada setiap satu hektar, jambu biji yang dapat dihasilkan sebanyak 25 – 40 ton/tahun (Soetopo, 1992). Varietas jambu biji bermacam-macam diantaranya adalah jambu bangkok, jambu susu, jambu paris, jambu sukun, dan jambu biasa (Mitra, 1997), sedangkan jenis jambu biji yang umum terdapat di Indonesia, adalah : 1. Jambu biji biasa
: daging buah berwarna merah, bijinya banyak, bertekstur lunak dan rasa buah enak.
2. Jambu susu
: daging buah berwarna putih, berbiji sedikit, dan rasa buah tidak seenak jambu biji biasa.
3. Jambu sukun
: daging buah berwarna putih, tidak berbiji dan rasa buah hambar.
4. Jambu bangkok
: daging buah berwarna putih, berbiji sedikit, bertekstur keras, diameter antara 7 – 15 cm, rasa agak hambar dan aroma tidak sebaik jambu biji biasa.
Beberapa sifat fisik jambu biji dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Sifat fisik kultivar jambu biji (Sjaifullah et al,. 1991) Sifat fisik
Bangk
Susu
Paris
Biasa
290.25
143.74
109.83
165.67
Panjang
8.49
7.32
6.14
6.14
Lebar
8.06
6.45
5.181
6.12
16.08
11.87
9.58
12.11
74.97
75.32
66.87
77.69
11.21
3.75
6.58
3.912
14.81
20.99
26.54
18.39
Putih
Putih
kekuningan
Kekuningan
ok Berat (gr) Diameter (cm)
Tebal daging (mm) Bagian yang dapat dimakan (%) Biji (%) Daging pada biji (%) Warna daging buah
putih
Merah
2. Komposisi Kimia dan Nilai Gizi Jambu Biji Jambu biji memiliki kadar vitamin A dan C yang tinggi. Meskipun jambu biji kaya akan asam askorbat, namun jumlahnya bervariasi tergantung pada lokasi geografis, pemeliharaan, iklim, dan cara penanaman. Kulit dan daging buah bagian luar banyak mengandung asam askorbat, terutama saat masih hijau dan menurun sejalan dengan proses pematangannya. Daging buah yang berwarna merah juga mengandung lebih banyak asam askorbat dibandingkan dengan jambu biji yang daging buahnya berwarna putih. Dalam sebuah jambu biji terkandung cukup banyak mineral besi, fosfat, dan kapur. Adapun nilai kandungan gizi yang tedapat di dalam buah jambu biji dapat dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Nilai gizi dan komposisi kimia jambu biji (Mitra, 1997) No
Komposisi Zat Gizi
Nilai Gizi
1
Kadar air (%)
83.3
2
Kadar abu (%)
16.6
3
Kadar lemak (%)
0.36
4
Kadar protein (%)
1.06
5
Serat Kasar (%)
3.8
6
Pulp (%)
86.5
7
Gula pereduksi (%)
4.0
8
Gula nonpereduksi (%)
2.9
9
Total gula (%)
6.8
10
Total padatan terlarut (%)
12.0
11
Rasio gula-asam
10.1
12
PH
4.7
13
Asam pekat (%)
0.51
14
Total pektin (%)
0.99
15
Calsium (mg %)
17.0
16
Fosfor (mg %)
28.4
17
Klorofil (mg %)
0.67
18
Vitamin A (IU)
250
19
Karoten (mg %)
0.69
20
Xantofil (mg %)
0.13
21
Asam askorbat (mg %)
336.8
22
Tiamin (mg %)
0.05
23
Riboflavin (mg %)
0.03
Menurut SIN 01-3162-1992, jambu biji yang disajikan dalam bentuk utuh dan segar, dikemas dengan keranjang atau bahan lain dengan berat bersih maksimal 50 kg dan ditutup dengan anyaman bambu atau bahan lain kemudian diikat dengan tali rotan atau bahan lain. Jambu biji juga dapat dikemas dengan bahan kemasan untuk produk hortikultura pada umumnya,
seperti kertas, karton gelombang, peti kayu, plastik, serat goni, dan sebagainya. B. Kemasan Secara umum, kemasan merupakan sesuatu benda yang digunakan sebagai wadah atau tempat bahan yang akan dikemas dan dapat memberikan perlindungan sesuai dengan tujuannya. Sedangkan secara khusus, kemasan adalah wadah atau tempat yang digunakan untuk mengemas suatu komoditas dan telah dilengkapi dengan tulisan atau label yang menjelaskan tentang isi, kegunaan dan hal lainnya yang diperlukan. Fungsi kemasan secara keseluruhan, diantaranya 1). Sebagai tempat atau wadah bagi produk, 2). Sebagai pelindung produk terhadap kehilangan uap air, zat volatil dan serangan hama dan penyakit, 3). Sebagai bahan penunjang selama pengangkutan dan transportasi, 4). Mengurangi terjadinya kehilangan air dan 5). Sebagai sarana promosi. Selama distribusi produk-produk hortikultura biasanya mengalami luka memar akibat pukulan, kompresi, vibrasi, serta gesekan (Hambali, 1995). Memar pukulan terjadi karena komoditas atau kemasannya jatuh ke atas permukaan yang keras. Penanganan jenis memar ini dapat dilakukan dengan menggunakan bantalan di dalam kemasan dan menyatukan serta melakukan pengisian produk ke dalam kemasan dengan baik. Memar akibat kompresi terjadi karena pengisian kemasan yang berlebihan sehingga komoditas harus menahan beban tumpukan yang cukup besar. Memar vibrasi dan gesekan terjadi akibat gesekan sesama produk di dalam kemasan atau gesekan antara produk dengan kemasan. Kerusakan tipe ini dapat dikurangi dengan merancang ukuran kemasan serta pengisian yang tepat dengan menghindari adanya ruangan kosong terlalu besar di bagian atas kemasan. Pengemasan buah maupun sayuran yang dilakukan di Indonesia biasanya menggunakan keranjang dan peti dengan bahan pembantu berupa merang, daun-daun kering, pelepah batang pisang, tikar atau kertas koran, potongan-potongan kertas, dan lain-lain. Bahan-bahan tersebut digunakan sebagai bahan pelapis dinding kemasan atau sebagai bahan pengganjal untuk
melindungi buah atau sayur terhadap pergeseran dengan dinding kemasan atau sebagai bahan pengisi di sela-sela antara setiap komoditas yang dikemas untuk mencegah terjadinya pergeseran letak komoditas (Poernomo, 1978). C. Laju Respirasi Respirasi merupakan suatu proses metabolisme dengan menggunakan O2 dalam pembakaran senyawa makromolekul seperti karbohidrat, protein, dan lemak yang akan menghasilkan CO2, air dan sejumlah besar elektronelektron. Menurut Winarno dan Kartakusumah (1981), respirasi adalah suatu proses metabolisme dengan cara menggunakan oksigen dalam pembakaran senyawa yang lebih kompleks seperti pati, gula, protein, lemak dan asam organik, sehingga menghasilkan molekul sederhana seperti CO2, air serta energi dan molekul lain yang dapat digunakan oleh sel untuk reaksi sintesa. Proses respirasi dapat dibedakan menjadi tiga tingkat, yaitu 1) pemecahan polisakarida menjadi gula sederhana, 2) oksidasi gula menjadi asam piruvat, dan 3) transformasi asam piruvat dan asam-asam organik lainnya menjadi CO2, energi dan air. Secara sederhana proses respirasi dapat digambarkan dengan persamaan reaksi kimia berikut : C6H12O6 + 6O2
6CO2 + 6H2O + 674 kkal energi
Dari persamaan di atas dapat diketahui bahwa glukosa diperlukan untuk proses respirasi. Glukosa ini diperoleh dari cadangan makanan yang disimpan dalam bentuk buah atau umbi. Setiap respirasi 180 gr glukosa mengkonsumsi 190 gr O2 akan menghasilkan 264 CO2, 108 gr air dan 674 kal energi (Ryall dan Pentzer, 1982). Besar kecilnya respirasi dapat diukur dengan menentukan jumlah substrat yang hilang, O2 yang diserap, CO2 yang dikeluarkan, panas yang dihasilkan, dan energi yang timbul. Dalam praktek, jumlah air yang dilepas tidak ditentukan karena reaksi berlangsung dalam udara sebagai medium dan jumlah air yang dihasilkan dalam reaksi sangat sedikit. Energi yang dikeluarkan juga tidak dapat ditentukan karena berbagai bentuk energi yang dihasilkan tidak dapat diukur hanya dengan menggunakan satu alat saja. Menurut Pantastico (1989), proses respirasi yang terjadi pada
buah dan sayuran ditentukan dengan pengukuran laju penggunaan O2 dan laju pengeluaran CO2. Dengan pengukuran CO2 dan O2 dimungkinkan untuk mengevaluasi sifat proses respirasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi laju respirasi antara lain konsentrasi O2 dan CO2 serta suhu penyimpanan. Penekanan laju respirasi dapat terjadi pada konsentrasi CO2 tinggi. Bila konsentrasi CO2 dalam atmosfer simpanan bertambah, jumlah CO2 yang terlarut dalam sel atau tergabung dengan beberapa zat penyusun sel juga bertambah. Konsentrasi CO2 dan sel tinggi mengarah ke perubahan-perubahan fisiologi, misalnya penurunan reaksi-reaksi sintesis pematangan, penghambatan beberapa kegiatan enzimatik dan penghambatan sintesis klorofil serta penghilangan warna hijau. Penyimpanan dengan suhu rendah juga dapat menekan laju respirasi. Pengaruh suhu, konsentrasi O2 dan CO2 yang sesuai dapat menghambat pematangan dan respirasi. Semakin tinggi suhu penyimpanan maka akan semakin tinggi pula laju respirasi suatu bahan. Laju respirasi merupakan petunjuk yang baik untuk menduga daya simpan sayuran dan buah sesudah dipanen. Intensitas respirasi dianggap sebagai laju jalannya metabolisme, oleh karena itu sering dianggap sebagai petunjuk mengenai potensi daya simpan buah. Laju respirasi yang tinggi biasanya disertai dengan umur simpan yang pendek. Hal ini menunjukkan laju kemunduran mutu (Pantastico, 1989). Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju respirasi dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Klasifikasi komoditi hortikultura berdasarkan laju respirasinya (Mitra, 1997) Kelas
Kisaran pada 5 oC (41 o
Komoditi
F) (mg CO2/kg-jam)
Kurma, kacang-kacangan.
Sangat rendah
<5
Rendah
5 - 10
Apel, jeruk, anggur
Sedang
10 – 20
Apricot, pisang
Tinggi
20 – 40
Strawbery, alpukat
Sangat tinggi
40 – 60
Artichoke, bunga potong
Sangat-sangat tinggi
>60
buah kering
Asparagus, brokoli, jamur, jamur, bayam, jagung manis
proses respirasi, dimana semakin banyak oksigen yang digunakan maka akan semakin aktif. Berdasarkan aktivitas respirasi tersebut, sifat hasil tanaman dapat diklasifikasikan menjadi sifat klimaterik dan non-klimaterik. Buah klimaterik adalah buah yang mengalami proses pematangan jika disimpan yang ditandai dengan perubahan warna secara fisik atau buah yang menjelang masak aktivitas respirasinya naik sedemikian rupa (secara mencolok dan sangat cepat), yang selanjutnya menurun setelah lewat masak, misalnya alpukat, nangka, pisang, jambu, pepaya,
sirsak, dan lain-lain.
Sedangkan buah non klimaterik merupakan buah yang menjelang masak aktivitas respirasinya menurun (menjelang masak optimal dan setelah lewat masak maka perubahan aktivitas respirasi berlangsung tidak mencolok), biasanya ditandai dengan proses pembusukkan, misalnya anggur, semangka, dan jeruk. Menurut Muchtadi dan Sugiono (1992), selama periode pra klimaterik laju respirasi rendah, selama periode klimaterik laju respirasi meningkat dengan cepat sampai maksimum dan pematangan buah dimulai. Pada pasca klimaterik laju respirasi mulai turun kembali, proses sintesa praktis terhenti dan proses-proses dekomposisi menjadi efektif dan buah mulai rusak.
D. Penyimpanan Pada Suhu Rendah Pengontrolan lingkungan perlu dilakukan karena proses kerusakan pasca panen merupakan fungsi suhu dan waktu. Sumber kerusakan seperti aktifitas fisiologi, aktifitas mikoroba, dan evaporasi, semuanya memiliki faktor pembatas suhu dan kelembaban. Penyimpanan merupakan suatu cara memelihara produk setelah pemanenan dalam jangka waktu tertentu sebelum dijual dan dikonsumsi. Penyimpanan bertujuan untuk mengendalikan laju transpirasi, respirasi, dan infeksi oleh mikroorganisme dan mempertahankan produk dalam kondisi yang paling berguna bagi konsumen. Penyimpanan yang umumnya dilakukan adalah penyimpanan pada suhu rendah, dimana suhu diset di atas titik beku sehingga tidak membeku dan daya simpannya lebih lama. Setiap produk hortikultur mempunyai karakteristik tersendiri, dimana menurut Muchtadi (1992), karakteristik penyimpanan buah-buahan dan sayur-sayuran dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu varietas, iklim, tempat tumbuh, kondisi tanah, derajat kematangan, dan perlakuan sebelum penyimpanan. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mempertahankan mutu produk, tetapi tanpa adanya perlakuan pendinginan maka hasil yang diperoleh pun menjadi kurang optimal. Produk hortikultur segar mengandung kadar air tinggi, yaitu 80 – 90%, sehingga proses transpirasi pun mudah untuk terjadi. Kehilangan air selama penyimpanan tidak hanya menurunkan berat, tetapi juga menurunkan mutu dan menimbulkan kerusakan (Muchtadi, 1992). Produk hortikultur yang kehilangan air akan layu dan keriput. Hal tersebut dapat dicegah melalui penyimpanan pada suhu dan kelembaban yang optimal. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap umur simpan dapat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap umur simpan (Thomson, 1996) Komoditi
Kondisi optimal
Umur simpan
hortikultura
T (oC)
RH (%)
optimal (minggu)
Aprikot
0–5
90 – 95
1 -4
Alpukat
5 – 13
100
6 - 12
Nanas
10 – 15
100
4–6
Pisang
12 – 15
85 – 90
1.5 – 2
Apel
0–1
90 – 95
8 – 12
Belimbing
3–6
90
3
Durian
4
85 – 90
6–8
Jambu biji
5 – 10
90
2–3
Melon
5 - 10
90
1–4
III. METODE PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan selama tiga bulan terhitung mulai tanggal 1 Maret sampai dengan 1 Mei 2006. Lokasi penelitian adalah Laboratorium TPPHP (Teknik Pengolahan Pasca Panen Hasil Pertanian), Departemen Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, IPB.
B. Bahan dan Alat 1. Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah jambu biji merah dengan umur petik 108 hari yang diperoleh dari perkebunan di daerah Cilebut, Bogor dan dibawa dengan menggunakan angkutan umum dalam keranjang bambu yang dilapisi pelepah pisang untuk menghindari lecetnya kulit. Bahan lain yang dipergunakan adalah selang plastik ¼ inchi, lilin (malam), gas O2, CO2 dan N2. 2. Alat Peralatan yang digunakan terdiri dari : Continous Gas Analyzer tipe IRA-107 untuk mengukur konsentrasi CO2, Portable Oxygen Tester POT-101 untuk mengukur konsentrasi O2 , Rheometer tipe CR-300DX untuk mengukur kekerasan buah, Chromameter tipe CR-200 untuk mengetahui perubahan warna buah, Refraktometer untuk mengukur kadar gula bahan dan timbangan digital untuk mengetahui susut bobot produk. Adapun peralatan tambahan lain yang diperlukan dalam penelitian ini antara lain stoples, wadah, dan lemari pendingin.
C. Tahapan Penelitian 1. Jambu biji dimasukkan ke dalam kardus karton dengan bahan pengisi kertas koran yang membungkus jambu biji perbuah. 2. Jambu biji dibungkus kertas koran satu per satu dengan susunan sama dengan kemasan kardus karton di atas yaitu susunan lurus 2 lapis dengan kapasitas 40 buah (11 kg). 3. Penggetaran dilakukan selama 3 jam pada arah vertikal dengan frekuensi 3.78 Hz dan amplitudo 3.03 cm. 4. Setelah perlakuan penggetaran, jambu biji dari kemasan mendapatkan perlakuan pra pengemasan (sortasi dan tanpa sortasi). Perlakuan sortasi yang dilakukan adalah mengamati dan memisahkan buah jambu biji yang dianggap rusak karena goncangan dengan buah yang masih dalam kondisi baik, kemudian buah yang sudah rusak diganti dengan buah yang masih baik kondisinya dan mendapatkan perlakuan yang sama pada saat penggetaran. 5. Ambil sebagian sampel pada kemasan yang telah mendapatkan perlakuan pra pengemasan untuk dilakukan pengukuran laju respirasi (pengukuran kadar O2 dan CO2) dan sebagian lainnya disimpan untuk pengamatan parameter mutu pada suhu 5oC, 10oC dan ruang. Perlakuan yang diberikan pada pengukuran laju respirasi adalah membandingkan buah jambu biji yang dibungkus koran dan yang tidak dibungkus koran. 6. Selama dalam penyimpanan dilakukan pengamatan terhadap tingkat kerusakan, susut bobot, tingkat kekerasan, total padatan terlarut. Perubahan warna dan uji organoleptik serta uji pembobotan. Sampel yang diamati adalah jambu biji yang dibungkus koran dan disimpan didalam kemasan karton. Secara ringkas, metode penelitian dapat dilihat pada Gambar 1.
Persiapan jambu biji (jenis, ukuran, dan bobot yang seragam)
Pengemasan Kardus karton dengan bahan pembungkus koran
Penggetaran di atas meja getar f = 3.78 Hz dan A = 3.03 cm cm selama 3 jam
Perlakuan sortasi
Tanpa perlakuan sortasi
Buah tidak dibungkus koran
Buah dibungkus koran
Pengukuran laju respirasi pada suhu 5oC, 10oC dan ruang
Pengamatan Tingkat kerusakan, susut bobot, uji kekerasan, uji total padatan terlarut, uji warna dan uji organoleptik serta uji pembobotan selama 10 hari penyimpanan, pada suhu 5oC, 10oC dan ruang
Gambar 1. Diagram alir metode penelitian.
D. Pengamatan 1. Pengaruh Pembungkusan Koran, Jenis Perlakuan dan Suhu Penyimpanan Terhadap Laju Respirasi. Pada tahapan ini dilakukan pengukuran laju respirasi buah jambu biji dengan tiga perlakuan yaitu perlakuan pembungkusan koran dan tanpa pembungkus koran, perlakuan pra pengemasan (sortasi dan tanpa sortasi) serta perlakuan penyimpanan pada berbagai tingkat suhu penyimpanan, yaitu 5, 10, dan suhu ruang. Pengukuran aktivitas respirasi dilakukan dengan menggunakan buah jambu biji yang telah dikemas dalam kemasan transportasi yang optimal. Kemasan yang digunakan adalah kemasan karton tipe RSC dengan menggunakan bahan koran sebagai pembungkus buah (Pradnyawati, 2006). Untuk mencegah masuk keluarnya gas O2 dan CO2 kedalam dan keluar dari kemasan maka bagian atas kemasan ditutup rapat dan dilapisi lilin (wax) pada bagian leher. Konsentrasi gas di dalam kemasan diukur melalui dua lubang pada bagian atas kemasan yang dihubungkan dengan selang plastik ke alat continous gas analyzer dan portable oxygen tester untuk mengetahui konsentrasi gas CO2 dan O2. Setiap perlakuan ini dilakukan sebanyak 2 kali ulangan dan diamati setiap 3 jam hari pertama, Setiap 6 jam pada hari kedua, tiap 12 jam pada hari ketiga, 24 jam pada hari selanjutnya sampai konsentrasi O2 dan CO2 dalam stoples konstan. Data yang diperoleh pada pengukuran laju respirasi berupa penambahan konsentrasi gas O2 & CO2 selama pengamatan pada beberapa tingkatan suhu.Laju respirasi dihitung menggunakan persamaan yang dikembangkan oleh Mannaperumma & Singh (1989)
R=
V dx x ……………………………….. (1) W dt
Keterangan R
: Laju respirasi (ml/kg jam)
V
: Volume bebas (l)
W
: Berat sampel (kg)
dx dt
: Perubahan konsentrasi gas terhadap waktu (/jam) Data yang diperoleh pada saat pengukuran laju respirasi berupa
perubahan besarnya konsentrasi gas O2 dan CO2 selama pengamatan pada suhu 5 oC, 10 oC, dan suhu ruang. Suhu penyimpanan yang dipilih adalah suhu dengan laju respirasi terkecil.
2. Pengaruh Jenis Perlakuan (sortasi dan tanpa sortasi) dan Suhu Penyimpanan Terhadap Parameter Mutu Selama Penyimpanan Parameter mutu yang diamati terhadap komoditi jambu biji yang disimpan, yaitu : a. Tingkat kerusakan Penyimpanan Uji tingkat kerusakan penyimpanan dilakukan segera setelah jambu biji digoncangkan atau digetarkan dan selama masa penyimpanan. Kriteria rusak didasarkan pada terdapatnya luka memar dan luka goresan pada kulit buah. Uji ini dilakukan secara visual. Jumlah kerusakan dalam satu kemasan dihitung dengan persamaan :
%rusak =
JumlahRusak × 100% TotalSampel
b. Laju Susut Bobot Pengukuran terhadap susut bobot dilakukan berdasarkan persentase penurunan bobot (berat basah) bahan sejak awal penyimpanan sampai akhir penyimpanan selama periode pengamatan. Pengukuran dilakukan dengan mengambil sampel secara acak kemudian ditimbang dan dihitung dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Susut bobot (%) = W – Wa x 100% .................. (2) W Dimana : W = berat bahan pada awal penyimpanan (gr) Wa = berat bahan pada akhir penyimpanan (gr)
Gambar 2. Timbangan.
c. Laju Perubahan Kekerasan Kekerasan jambu biji diukur menggunakan Rheometer. Alat diset pada beban maksimum 10 kg dan kedalaman tusukan 10 mm. Kecepatan tusuk probe yang digunakan 60 mm/menit.
Jambu biji
yang akan diukur kekerasannya diletakan pada alat kemudian ditusuk pada tiga titik berbeda dengan tiga kali pengulangan dan diambil nilai rataannya. Nilai kekerasan yang rendah diperlihatkan oleh angka kekerasan yang kecil karena nilai kekerasan berhubungan dengan penusukan jarum Rheometer. Jika bahan tersebut keras maka diperlukan gaya yang besar untuk menusuk ke dalam buah jambu biji, sedangkan jika bahan tersebut lunak maka gaya yang dibutuhkan untuk menusuk bahan menjadi kecil.
Gambar 3. Rheometer
d. Perubahan Warna Pengujian terhadap warna dari komoditi dilakukan dengan alat Chromameter tipe CR-200. Data warna yang digunakan pada peneltian kali ini dinyatakan dari tingkat L (tingkat kecerahan), nilai a (merahhijau) dan b (tingkat kehijauan). Menurut Soekarto (1990), parameter L
menunjukkan tingkat
kecerahan (cahaya pantul yang menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu, dan hitam). Tingkat L bernilai 0 untuk warna hitam dan bernilai 100 untuk warna putih. Nilai L yang semakin besar menunjukkan bahwa buah semakin rusak karena warnanya akan semakin pucat. Nilai (a) menyatakan warna akromatik merah-hijau, bernilai +a dari 0-100 untuk warna merah dan bernilai –a dari 0-(-80) untuk warna hijau. Nilai (a) pada kulit yang semakin mendekati 0 menunjukkan bahwa buah semakin matang dan cepat rusak, sedangkan nilai (a) pada daging yang semakin besar menunjukkan bahwa daging buah mendekati rusak. Nilai (b) menyatakan warna kromatik kuning-biru. Nilai (+b) akan semakin besar jika warna semakin kuning sedangkan nilai (-b) akan semakin kecil jika warna semakin biru.
e. Total Padatan Terlarut Pengukuran
kadar
gula
dilakukan
dengan
menggunakan
Refraktometer model N-1 Atago dalam satuan oBrix. Pengukuran kadar gula dilakukan pada hari ke 0, 2, 4, 6 , 8, dan 10 dengan dua kali ulangan. Masing-masing sampel perlakuan diambil secara acak dan diukur nilai kadar gulanya selama masa penyimpanan.
Gambar 4. Refraktometer
f. Uji Organoleptik dan Uji Pembobotan Uji organoleptik yang dilakukan adalah uji hedonik untuk mengetahui tingkat penerimaan konsumen terhadap buah jambu biji yang disimpan pada berbagai tingkat suhu. Panelis yang digunakan berjumlah 15 orang. Uji hedonik dilakukan terhadap parameter kekerasan, warna, rasa dan aroma produk secara keseluruhan. Sampel disajikan secara berurutan kepada panelis dan panelis diminta memberi penilaian terhadap sampel pada lembar penilaian seperti yang ditunjukkan pada Lampiran 24. Selanjutnya dilakukan analisis sidik ragam (ANOVA) dan uji lanjutan (uji Duncan) terhadap data sensori yang dihasilkan untuk mengetahui sampel yang paling disukai oleh konsumen baik dari segi kekerasan, warna, rasa dan aroma. Setelah itu dilakukan uji pembobotan. Sebelum data diolah panelis diminta untuk menentukan parameter yang paling penting dari produk buah jambu biji dan diberi skor kepentingannya seperti terlihat pada Lampiran 25. Parameter yang paling penting diberi skor tertinggi (nilai 4) sedangkan yang sangat tidk penting diberi skor terendah (nilai 1). Dengan menjumlahkan total skor pada masing-masing parameter mutu (kekerasan, warna, rasa dan aroma) kemudian dibagi total skor untuk semua parameter mutu dan dikalikan 100%, maka didapatkan persen skor untuk masing-masing parameter mutu. Nilai ini kemudian dikalikan dengan skor kesukaan panelis pada uji hedonik untuk masing-masing perlakuan.
E. Rancangan Percobaan Rancangan percobaan yang digunakan yaitu Rancangan Acak Lengkap dengan 2 faktor (RAL Faktorial) dengan 2 kali ulangan perlakuan. Faktor yang digunakan adalah : A = Jenis Perlakuan A1 = Kardus dengan perlakuan sortasi A2 = Kardus tanpa perlakuan sortasi B = Suhu Penyimpanan B1 = 5oC B2 = 10oC B3 = Ruang (30oC) Model umum dari rancangan percobaan ini adalah : Yijk = µ + Ai + Bj + (AB)ij + Єijk dimana : Yijk
= pengamatan pada perlakuan A ke-i dan B ke-j
µ
= nilai rata-rata harapan
Ai
= perlakuan A ke-i
Bj
= perlakuan B ke-j
(AB)ij
= interaksi A ke-i dan B ke-j
Єijk
= pengaruh galat percobaan dari perlakuan A ke-i, B ke-j, pada ulangan ke-k
dengan : i = 1, 2, 3 (level suhu) j = 1, 2, 3 (level jenis perlakuan) k = 1, 2 (level ulangan) Data-data pengamatan dianalisis dengan menggunakan tabel sidik ragam untuk mengetahui pengaruh dan interaksinya dan menggunakan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT).
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Pengukuran Laju Respirasi Berdasarkan hasil perlakuan penggetaran selama 3 jam, didapatkan nilai frekuensi dan amplitudo, yaitu sebesar 3.78 Hz dan 3.03 cm. Untuk mendapatkan data nilai jarak tempuh selama transportasi, maka nilai frekuensi rata-rata harus dikonversi dengan cara mengalikan jumlah seluruh luas vibrator selama satu jam dengan nilai jumlah setara panjang jalan (Lampiran 13). Dari hasil perhitungan menunjukkan bahwa penggetaran selama 3 jam pada alat simulasi pengangkutan setara dengan 626.9 km di luar kota atau kurang lebih 10 jam perjalanan truk dengan kecepatan 60 km/jam. Setelah perlakuan penggetaran, dilakukan pengukuran laju respirasi buah jambu biji. Proses respirasi sayur-sayuran dan buah-buahan ditandai dengan adanya penurunan konsentrasi O2 dan peningkatan CO2. Laju respirasi merupakan indikator yang baik mengenai kegiatan metabolisme dalam jaringan dan merupakan petunjuk yang berguna dalam memperkirakan daya simpan suatu komoditi (Apandi, 1984). Menurut Pantastico (1989) penentuan laju respirasi dapat dilakukan melalui pengukuran laju konsumsi O2 atau dengan penentuan laju produksi CO2. Konsentrsi O2 dan CO2 yang terukur memiliki satuan persen (%) kemudian untuk memperoleh nilai laju respirasi, nilai konsentrasi tersebut harus dikalikan dengan volume bebas dalam kemasan (ml) dan dibagi dengan berat komoditas yang diukur (kg) dan waktu pengukuran (jam). Laju respirasi memiliki satuan ml/kg jam. Data rata-rata laju respirasi CO2 dan O2 untuk jambu biji dengan dan tanpa pembungkus koran dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7.
Tabel 6. Data rata-rata laju respirasi CO2 dan O2 buah jambu biji dengan pembungkus koran. Perlakuan Suhu Penyimpanan 5oC
Keterangan
10oC
30oC
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
Perlakuan pra Sortasi
8.95
8.30
14.53
14.32
56.87
44.62
pengemasan
10.01
8.45
14.66
14.56
60.96
44.68
Tanpa sortasi
Lama penyimpanan (jam)
240
240
144
Tabel 7. Data rata-rata laju respirasi CO2 dan O2 buah jambu biji tanpa pembungkus koran. Perlakuan Suhu Penyimpanan 5oC
Keterangan
10oC
30oC
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
Perlakuan pra Sortasi
9.98
6.00
20.30
15.94
57.55
47.19
pengemasan
10.30
6.54
19.38
13.52
69.47
55.99
Tanpa sortasi
Lama penyimpanan (jam)
240
240
144
Dari Tabel 6 dan 7 dapat dilihat bahwa nilai laju respirasi maksimum dialami oleh jambu biji dalam kemasan karton tanpa perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 30oC sedangkan laju respirasi minimum dialami oleh jambu biji pada kemasan dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5oC. Lama penyimpanan berbeda untuk setiap perlakuan suhu penyimpanan, dimana untuk suhu penyimpanan 30oC setelah jam ke-144, pengamatan laju respirasi tidak dilakukan lagi karena buah jambu biji dianggap telah mengalami kerusakan akibat munculnya jamur dan kapang yang menyebabkan laju respirasi pada buah menjadi tidak normal atau sangat tinggi. Berdasarkan analisis sidik ragam (Lampiran 14 dan 15) dan tabel uji lanjut dapat dilihat bahwa jenis perlakuan pra pengemasan (sortasi dan tanpa sortasi) dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi buah jambu biji selama penyimpanan, sedangkan suhu penyimpanan berpengaruh
nyata terhadap laju respirasi jambu biji. Grafik perubahan laju respirasi CO2 dan O2 jambu biji dapat dilihat pada Gambar 5, 6, 7 dan 8. Dari tabel 6 dan 7 dapat dilihat pula bahwa nilai rata-rata laju respirasi CO2 dan O2 minimum dialami oleh jambu biji yang dibungkus dengan koran. Berdasarkan hasil analisis sidik ragam (Lampiran 16) dapat dilihat bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap laju respirasi buah jambu biji selama penyimpanan. Sedangkan jenis perlakuan pra pengemasan (sortasi dan tanpa sortasi), jenis pembungkusan (dibungkus dan tanpa dibungkus koran), interaksi antara jenis perlakuan dan suhu, interaksi antara jenis perlakuan dan jenis pembungkusan serta interaksi antara jenis pembungkusan, jenis perlakuan dan suhu penyimpanan tidak berpengaruh nyata terhadap perubahan laju respirasi jambu biji selama penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa sebelum disimpan dalam kemasan, buah jambu biji disortasi terlebih dahulu dan dibungkus dengan koran, kemudian setelah itu dapat disimpan pada suhu 5oC.
90
Laju Respirasi (ml/kg jam)
80 70 60 50 40 30 20 10 0 0
24
48
72
96
120
144
168
KS30
KTS30
192
216
240
Waktu (jam) KS5
KTS5
KS10
KTS10
Gambar 5. Laju respirasi CO2 buah jambu biji dibungkus koran dengan
Laju Respirasi (ml/ kg jam)
perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan.
100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
Waktu (jam) KS5
KTS5
KS10
KTS10
KS30
KTS30
Gambar 6. Laju respirasi CO2 buah jambu biji tanpa pembungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan.
Laju Respirasi (ml/kg jam)
80 70 60 50 40 30 20 10 0 0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
Waktu (jam) KS5
KTS5
KS10
KTS10
KS30
KTS30
Gambar 7. Laju respirasi O2 buah jambu biji dibungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan.
80
Laju Respirasi (ml/kg jam)
70 60 50 40 30 20 10 0 0
24
48
72
96
120
144
168
192
216
240
Waktu (jam) KS5
KTS5
KS10
KTS10
KS30
KTS30
Gambar 8. Laju respirasi O2 buah jambu biji tanpa pembungkus koran dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi pada suhu penyimpanan.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa suhu dapat mempengaruhi laju respirasi. Phan et al. (1986) menyatakan bahwa laju respirasi buah-buahan antara 0oC dan 35oC meningkat 2-2.5 kali untuk setiap kenaikan 7.8oC. Berdasarkan hasil pengamatan, laju respirasi jambu biji pada suhu 5oC lebih lambat dibandingkan laju respirasi jambu biji pada suhu 10oC dan suhu ruang (30oC). Hal ini terjadi karena rendahnya suhu penyimpanan akan menekan peningkatan konsentrasi O2 yang digunakan untuk berespirasi. Beberapa faktor yang mengakibatkan adanya perbedaan aktivitas metabolisme di dalam jaringan komoditi, diantaranya :1). Faktor internal : tingkat perkembangan, susunan kimiawi jaringan, ukuran produk, pelapis alami dan jenis jaringan, 2). Faktor luar selain dipengaruhi oleh suhu dan tingkat kerusakan juga dipengaruhi oleh oksigen dan karbon dioksida yang tersedia. Perlakuan sortasi maupun tanpa sortasi tidak mempengaruhi laju respirasi yang terjadi pada buah jambu biji selama penyimpanan, karena jenis kemasan yang digunakan selama penyimpanan merupakan kemasan yang baik dalam mempertahankan mutu dari buah jambu biji.
Sementara itu jenis
pembungkusan (koran dan tanpa koran) pun tidak berpengaruh nyata terhadap laju respirasi buah jambu biji selama penyimpanan, hal ini menunjukkan bahwa dengan atau tanpa bahan pembungkus koran laju respirasi buah jambu biji akan menghasilkan nilai yang tidak berbeda nyata terutama pada hal penentuan masa simpan produk tersebut. Pengukuran laju respirasi jambu biji dengan dan tanpa bahan pembungkus koran dapat dilihat pada Gambar 9 dan 10.
Gambar 9. Laju respirasi jambu biji dengan bahan pembungkus koran.
Gambar 10. Laju respirasi jambu biji tanpa bahan pembungkus koran.
B. Tingkat Kerusakan Penyimpanan Selama penyimpanan dilakukan pengamatan parameter mutu pada buah jambu yang dibungkus dengan koran. Susunan buah jambu biji dalam kemasan karton dapat dilihat pada Gambar 11.
Gambar 11. Penyusunan buah jambu biji dalam kemasan kardus karton dengan bahan pembungkus koran.
Tingkat kerusakan penyimpanan buah jambu biji yang terjadi selama masa penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 12. 100
Tingkat Kerusakan (%)
90 80 70 60 50 40 30 20 10 0 0
2
4
6
8
10
12
Lama Penyimpanan (hari ke-) KS5
KTS5
KS10
KTS10
KS30
KTS30
Gambar 12. Perubahan kerusakan jambu biji terhadap suhu penyimpanan. Keterangan : KS5 KTS5 KS10 KTS10 KS30 KTS30
= Kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5oC = Kardus tanpa perlakuan sortasidan disimpan pada suhu 5oC = Kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 10oC = Kardus tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 10oC = Kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30oC = Kardus tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30oC
Dari Gambar 12 dapat diketahui bahwa kemasan karton tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30oC memiliki tingkat kerusakan tertinggi selama 6 hari penyimpanan, yaitu sebesar 89.58%. Sedangkan kemasan karton dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5oC memiliki tingkat kerusakan terendah, yaitu sebesar 48.67% setelah 6 hari penyimpanan. Setelah proses penggetaran, buah jambu biji mengalami luka berupa goresan sehingga memicu buah untuk melakukan proses respirasi lebih cepat dibandingkan buah yang masih utuh, akibatnya terjadi penurunan mutu jambu biji selama masa penyimpanan. Pada kemasan tanpa sortasi, terlihat tingkat kerusakan mekanis yang lebih tinggi dibandingkan dengan kardus dengan perlakuan sortasi. Dengan adanya perlakuan sortasi maka buah yang rusak
akan digantikan dengan yang masih dalam keadaan baik sehingga masa simpannya pun akan lebih lama.
Selain itu, suhu penyimpanan pun ikut
mempengaruhi tingkat kerusakan yang terjadi selama masa penyimpanan. Berdasarkan Gambar 12 dapat dilihat bahwa tingkat kerusakan penyimpanan jambu biji yang disimpan pada suhu 5oC memiliki tingkat kerusakan yang lebih rendah dibandingkan pada suhu penyimpanan 30oC. Tinggi rendahnya suhu penyimpanan yang digunakan akan mempengaruhi masa penyimpanan produk, dimana pada suhu penyimpanan yang rendah akan memiliki masa simpan yang relatif lebih lama dibandingkan pada suhu penyimpanan yang tinggi. Selain itu, suhu penyimpanan akan mempengaruhi proses respirasi yang terjadi. Selama masa penyimpanan, buah mengalami proses pematangan yang ditandai dengan meningkatnya laju respirasi. Adanya kerusakan buah yang terjadi akan memicu buah untuk berespirasi lebih cepat dibandingkan dengan buah yang utuh, sehingga proses pematangan pun akan lebih cepat. Proses respirasi yang terjadi akibat kerusakan buah selama penggetaran akan dapat diminimalkan oleh suhu penyimpanan yang rendah. Suhu penyimpanan yang rendah akan menahan laju peningkatan konsentrasi O2 yang digunakan untuk proses respirasi. Suhu penyimpanan pun berkaitan dengan transpirasi yang terjadi dimana jika semakin tinggi suhu maka proses transpirasinya tinggi dan tegangan permukaan berkurang sehingga pada akhirnya menyebabkan buah mengalami pengkerutan dan penurunan mutu. Lamanya masa simpan juga berpengaruh terhadap jumlah kerusakan. Semakin lama waktu penyimpanan, maka semakin tinggi tingkat kerusakan mekanis yang terjadi. Selama penyimpanan, buah jambu biji yang disimpan pada suhu 30oC dan tidak mengalami perlakuan sortasi hanya dapat disimpan disimpan hingga hari ke-6, sedangkan untuk jambu biji yang disimpan pada suhu 5oC dan 10 oC baik keduanya mengalami perlakuan sortasi maupun tidak disortasi, dapat disimpan hingga hari ke-10. Hasil analisis ragam (Lampiran 17) dan uji lanjut pada Tabel 10 dan Tabel 11 terlihat bahwa jenis perlakuan dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tingkat kerusakan mekanis buah jambu biji, sedangkan interaksi diantara keduanya tidak berpengaruh nyata.
C. Susut Bobot Perubahan susut bobot jambu biji dengan perlakuan sortasi dan tanpa sortasi dilakukan dengan mengukur jambu biji setiap 2 hari selama 10 hari. Dari analisis sidik ragam (Lampiran 18) dan uji lanjut pada Tabel 12 dan 13, terlihat bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap susut bobot jambu biji selama penyimpanan. Pada lama penyimpanan sampai hari ke-10 diperoleh f hitung 0.0001 untuk umur simpan 2 hari, 0.0002 untuk umur simpan 4 hari, 0.0001 untuk umur simpan 6 hari, 0.0130 untuk umur simpan 8 hari dan 0.0134 untuk umur simpan 10 hari. Sedangkan jenis perlakuan dan interaksi antara suhu dan jenis perlakuan pra pengemasan tidak berpengaruh nyata terhadap susut bobot buah jambu biji. Grafik perubahan susut bobot jambu biji yang terjadi selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 13. 14 Susut Bobot (%)
12 10 8 6 4 2 0 0
2
4
6
8
10
12
Lama Penyimpanan (hari) KS5
KTS5
KS10
KTS10
KS30
KTS30
Gambar 13. Perubahan susut bobot jambu biji terhadap suhu penyimpanan. Hasil pengamatan menunjukkan selama penyimpanan bobot jambu biji mengalami penurunan untuk semua perlakuan. Hal ini disebabkan karena pada proses respirasi yang mengubah gula menjadi CO2 dan H2O terjadi penguapan air. Berkurangnya kandungan air pada jambu biji akan menurunkan berat basah bahan tersebut, berarti akan meningkatakan penyusutan bobot dari bahan. Berkurangnya kandungan air menimbulkan perubahan pada produk yang disimpan, yaitu penampakan, tekstur dan bobotnya (Pantastico, 1989).
Persentase susut bobot jambu biji terkecil sampai hari ke-6 adalah pada kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5oC yaitu sebesar 3.47% dari berat awal bahan sebelum disimpan dan susut bobot tertinggi pada kardus tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30oC yaitu sebesar 12.27% dari kondisi berat awal bahan sebelum disimpan. Setelah penyimpanan hari ke-10, terlihat bahwa kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5oC tetap memiliki persentase susut bobot terkecil yaitu sebesar 6.05% sedangkan susut bobot terbesar terjadi pada kardus tanpa perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 10oC yaitu sebesar 8.93% dari berat awal bahan sebelum disimpan.
D. Kekerasan Pengukuran uji kekerasan dilakukan sebagai salah satu indikasi terjadinya kerusakan pada buah jambu biji, dimana semakin kecil nilai tekan jambu biji maka akan semakin rusak jambu biji tersebut. Menurut Pantastico (1986) ketegangan disebabkan oleh tekanan isi sel pada dinding sel dan bergantung pada konsentrasi zat-zat osmotik aktif pada vakuola, permebilitas protoplasma, dan elastisitas dinding sel. Buah-buahan akan kehilangan airnya karena proses transpirasi dan respirasi setelah pemanenan, sehingga tekanan turgornya menjadi semakin kecil dan menyebabkan komoditi tersebut menjadi lunak. Air sel yang menguap membuat sel menciut sehingga ruangan antar sel menyatu dan zat pektin menjadi saling berikatan. Tingkat kekerasan buah jambu biji yang terjadi selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 14.
Tingkat Kekerasan (N)
10 9 8 7 6 5 4 3 2 1 0 0
2
4
6
8
10
12
Lam a Penyim panan (hari ke-)
KS5
KTS5
KS10
KTS10
KS30
KTS30
Gambar 14. Perubahan kekerasan jambu biji terhadap suhu penyimpanan. Pada Gambar 16 dapat diketahui bahwa kekerasan buah jambu biji selama penyimpanan mengalami penurunan. Menurunnya kekerasan terjadi karena degradasi pektin yang dikatalis oleh enzim esterase yang menghasilkan asam poligalakturanat bebas dan metanol serta enzim poligalakturonase. Pengurangan ketegangan juga berhubungan dengan pembentukan zat pektin yang larut dalam air. Proses respirasi membutuhkan air yang diambil dari sel sehingga menyebabkan terjadinya pengurangan air pada sel yang membuat sel kehilangan kekerasannya. Semakin cepat laju respirasi, maka kekerasannya juga akan cepat menurun. Berdasarkan data diatas terlihat bahwa kekerasan terendah dialami oleh kemasan kardus tanpa perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 30oC yaitu sebesar 0.72 N, 0.45 N, 0.35 N dan 0.25 N pada hari ke-0, ke-2, ke-4, dan ke-6 masa penyimpanan. Sedangkan kekerasan tertinggi dialami oleh kemasan kardus dengan perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 5oC yaitu sebesar 0.90 N, 0.81 N, 0.69 N dan 0.56 N pada hari ke-0, ke-2, ke-4 dan ke-6 masa penyimpanan. Pada analisis ragam (Lampiran 19) terlihat bahwa jenis perlakuan dan suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap kekerasan pada akhir penyimpanan. Sedangkan interaksi antara suhu penyimpanan dan jenis perlakuan pra pengemasan tidak berpengaruh nyata terhadap kekerasan selama
masa penyimpanan. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada korelasi nyata yang terjadi antara suhu penyimpanan dan jenis perlakuan pra pengemasan, dimana setiap perlakuan baik suhu maupun pra pengemasan memberikan pengaruh yang berbeda untuk tingkat kekerasan jambu biji.
E. Total Padatan Terlarut Pada analisis ragam (Lampiran 20), dapat diketahui bahwa jenis perlakuan, suhu penyimpanan serta interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut buah jambu biji selama masa penyimpanan. Walaupun suhu penyimpanan dan jenis perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap total padatan terlarut, akan tetapi kita dapat melihat perubahan total padatan terlarut selama masa penyimpanan. Adapun grafik total padatan terlarut buah jambu biji yang terjadi selama penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 15.
Total Padatan Terlarut (Brix
10 9.5 9 8.5 8 7.5 7 6.5 6 0
2
4
6
8
10
Lama Penyimpanan (hari) KS5
KTS5
KS10
KTS10
KS30
KTS30
Gambar 15. Perubahan total padatan terlarut jambu biji terhadap suhu penyimpanan. Gula yang banyak terkandung pada buah jambu biji adalah sukrosa, glukosa, dan fruktosa dimana masing-masing persentase kandungannya adalah sebesar 5.3%, 35.7% dan 58.9%. Gula, baik yang bebas maupun terikat pada zat-zat lain merupakan komponen yang penting untuk mendapatkan rasa buah. Selain itu, kandungan gula dalam suatu produk ikut dipengaruhi oleh laju
respirasi dari produk yang bersangkutan, dimana kadar gula akan semakin tinggi bila laju respirasinya menurun, dan kadar gula dari suatu produk akan rendah bila laju respirasinya meningkat. Bila laju respirasi meningkat maka kandungan zat pati yang dihidrolisis meningkat sehingga menyebabkan rantai karbon dari asam-asam organik menjadi pecah menjadi rantai-rantai kecil yang menyebabkan buah menjadi manis. Total padatan terlarut yang berkaitan dengan tingkat kemanisan buah jambu biji, memiliki hubungan yang erat dengan kekerasan dan warnanya. Buah jambu biji yang berwarna kuning memiliki kekerasan yang rendah dan tingkat kemanisan (total padatan terlarut) yang tinggi dibandingkan buah jambu biji yang berwarna hijau. Dalam pemilihan buah jambu biji, parameter mutu yang pertama dilihat konsumen adalah warna yang langsung diketahui secara visual, lalu kekerasan dengan penekanan ringan pada permukaan buah dan tingkat kemanisan dengan indera perasa.
F. Warna Warna pada buah-buahan merupakan salah satu ukuran mutu dan kualitas dari buah-buahan, jika warnanya kurang menarik maka nilainya juga akan berkurang karena kurang menarik bagi konsumen. Warna meningkatkan daya tarik bahan mentah dan dalam kebanyakan kasus digunakan sebagai petunjuk kemasan, juga berhubungan dengan rasa, bau, tekstur dan nilai gizi (Rodriquez et al., 1986). Namun, warna yang hanya dilihat secara visual bersifat subjektif. Oleh karena itu diperlukan instrumen agar diperoleh hasil pengukuran warna yang objektif. Pengukuran warna jambu biji setelah penggetaran dan penyimpanan dapat dilihat dari tingkat kecerahan (nilai L), tingkat kehijauan (nilai a), dan tingkat kekuningan (nilai b). 1. Nilai L Nilai L menyatakan tingkat kecerahan suatu bahan dimana cahaya pantul menghasilkan warna akromatik putih, abu-abu, dan hitam. Parameter L mempunyai nilai dari 0 (hitam) sampai 100 (putih). Nilai L
yang semakin besar menunjukkan bahwa buah semakin rusak karena warnanya akan semakin pucat. Pada analisis ragam (Lampiran 21) terlihat bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai warna L pada hari ke-6. Sedangkan jenis perlakuan dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai warna L selama masa penyimpanan. Berikut adalah perubahan nilai warna L buah jambu biji selama penyimpanan yang disajikan pada Gambar 16.
90 80 Nilai warna L
70 60 50 40 30 20 10 0 0 KS5
2
4 6 Lama Penyimpanan (hari)
KTS5
KS10
KTS10
8 KS30
10 KTS30
Gambar 16. Perubahan warna (nilai L) jambu bijI terhadap suhu penyimpanan Berdasarkan Gambar 16, dapat diketahui bahwa tingkat kecerahan buah jambu biji rata-rata semakin menurun dari warna hijau kekuningan (warna cerah) menjadi kuning kecoklatan (warna gelap). Laju respirasi menyebabkan warna pada kulit buah semakin cerah dan warna hijaunya berubah menjadi kuning pucat. Begitu juga dengan daging buahnya, semakin cepat laju respirasi maka warnanya akan semakin merah lalu membusuk (Martini, 2005). Berdasarkan hasil pengamatan, tingkat kecerahan tertinggi pada hari ke-0 dialami oleh buah jambu biji dalam kemasan kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5oC, yaitu sebesar 72.02. Sedangkan pada hari ke-2, ke-4 dan ke-6 dialami oleh kemasan kardus
tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5oC, yaitu sebesar 72.59, 70.44 dan 68.39. Tingkat kecerahan terendah dialami oleh buah jambu biji dalam kemasan kardus tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30oC, yaitu masing-masing sebesar 72.35, 66.24, dan 55.80 pada penyimpanan hari ke-0, hari ke-2, dan hari ke-6. Sedangkan untuk hari ke-4, tingkat kecerahan terendah dialami oleh kemasan kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30oC yaitu sebesar 61.56. Gambar 16 menunjukkan bahwa perubahan kecerahan mulai terlihat semenjak hari ke-2 masa penyimpanan. Untuk kemasan tanpa perlakuan sortasi, tingkat kecerahan yang dialami cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan kemasan dengan perlakuan sortasi. Hal ini terkjadi karena selama penyimpanan, buah jambu biji tanpa perlakuan sortasi sudah mengalami kerusakan baik karena pengaruh getaran maupun suhu penyimpanan, yang memicu buah untuk melakukan respirasi lebih cepat dari semula. Adanya degradasi dari klorofil pun mempengaruhi tingkat kecerahan dari buah jambu biji, dimana selama penyimpanan buah melakukan fotosintesis yang memerlukan klorofil, semakin lama maka kandungan klorofil pun akan berkurang akibat pemecahan CO2 menjadi zat pati. Seiring dengan proses pematangan, pembentukan zat hijau daun mulai berkurang dan cenderung mengarah ke proses pembentukan zat karotenoid. Hal inilah yang menyebabkan buah jambu biji mengalami perubahan warna dari hijau muda menjadi kuning kemerahan, dimana tingkat kecerahannya cenderung menurun.. 2. Nilai a Nilai a menyatakan tingkat kehijauan dimana nilai positif (+) menyatakan warna merah dan nilai negatif (-) menyatakan warna hijau. Nilai a pada kulit yang semakin mendekati 0 menunjukkan bahwa buah semakin matang dan cepat rusak, sedangkan nilai a pada daging yang semakin besar menunjukkan bahwa daging buah mendekati rusak.
Berdasarkan Gambar 17, 18, 19, 20, 21 dan 22 dapat diketahui bahwa tingkat warna hijau buah jambu biji mengalami penurunan nilai kemudian naik mendekati nilai 0. Dari gambar grafik Lab dapat dilihat bahwa buah jambu biji mengalami perubahan warna hijau yang semakin tua hingga penyimpanan hari ke-8, setelah itu buah jambu biji mengalami perubahan warna yang drastis menjadi kekuningan pada akhir masa penyimpanan. Perubahan dari warna hijau (nilai a negatif) menuju warna merah (nilai a positif) yang berarti buah jambu biji mengalami pematangan terlebih dahulu kemudian mengalami pembusukan. Hal ini dapat dikatakan bahwa buah jambu biji dengan bahan pembungkus koran mengalami proses penurunan mutu setelah hari ke-10 masa penyimpanan. Pada buah jambu biji, warna hijau pada kulit buah semakin berkurang seiring dengan laju pematangan buah. Hal ini dikarenakan kandungan klorofil buah yang sedang masak lambat laun berkurang. nilai warna a tertinggi dialami oleh buah jambu biji dalam kemasan karton tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5oC, sedangkan nilai warna a terendah dialami oleh buah jambu biji dalam kemasan kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30oC. Pada analisis ragam (Lampiran 22) terlihat bahwa jenis perlakuan, suhu penyimpanan dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai warna a pada akhir masa penyimpanan. 3. Nilai b Nilai b menyatakan tingkat kekuningan dimana nilai positif (+) menyatakan warna kuning dan nilai negatif (-) menyatakan warna biru. Berdasarkan hasil pengamatan terlihat bahwa nilai warna b tertinggi dialami oleh jambu biji pada kemasan kardus tanpa perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30oC, yaitu sebesar 24.75 dan 28.50 pada penyimpanan hari ke-0 dan ke-4. Sedangkan untuk penyimpanan hari ke-2 dan ke-6 dialami oleh kemasan kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 30oC, yaitu sebesar 25.77 dan 28.53.
Pengukuran nilai warna b terendah dialami oleh jambu biji dalam kemasan kardus dengan perlakuan sortasi dan disimpan pada suhu 5oC yaitu, sebesar 20.92, 21.16, 20.68 dan 21.52 pada penyimpanan hari ke-0, ke-2, ke-4, dan ke-6. Pada analisis ragam (Lampiran 23) terlihat bahwa jenis perlakuan, suhu penyimpanan dan interaksinya tidak berpengaruh nyata terhadap nilai warna b pada akhir masa penyimpanan.
Yellow Yellow +b +b 60 60
Green Red -a +a 50 50 Green Red Gambar 17. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada -a kllllllll+ a kemasan karton dengan perlakuan sortasi yang disimpan 5 50 0 pada suhu 5 C.
Yellow Yellow + b+ b 60 60
Red Green +a -a 50 50 Green Red 18. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada +a - Gambar a 50 50 kemasan karton tanpa perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 50C.
Yellow Yellow ++ bb 60 60
Green Red -a +a Red50 Gambar 19. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada 50 - aGreen -a +a kemasan karton dengan perlakuan sortasi yang disimpan 50 50 pada suhu 100C.
Yellow Yellow +b +b 60 60
Red Green +a - a Green Red 50 Gambar 20. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada 50 -a +a 50 50 kemasan karton tanpa perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 100C.
Yellow +Yellow b 60+ b 60
Green Red -a +a Green Red 50 Gambar 21. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada+ 50 -a a 50 50 kemasan karton dengan perlakuan sortasi yang disimpan pada suhu 300C.
Yellow Yellow + b+ b 6060
Green Red -a +a 50 50 Green Red Gambar 22. Perubahan warna (nilai a dan b) buah jambu biji pada -a +a kemasan karton tanpa perlakuan sortasi yang disimpan pada 50 50 0 suhu 30 C.
H. Uji Organoleptik 1. Uji Hedonik Terhadap Suhu Penyimpanan a. Kekerasan Jambu biji dalam kemasan kardus yang disimpan pada suhu 5oC dan 10oC masih dapat diterima oleh konsumen hingga hari ke-10 dengan masing-masing skor yaitu 3.47 dan 3.53, sedangkan untuk kardus yang disimpan pada suhu 30oC masih bisa diterima oleh konsumen hingga hari ke-8 dengan skor 2.43. Grafik hubungan antara lama penyimpanan dengan tingkat kesukaan terhadap kekerasan dapat dilihat pada Gambar 23.
Tingkat Kesukaan Keras
4.0 3.5
3.53
3.47 3.03
3.0
3.17 3.13 3.17
3.473.33 3.13
3.57
3.77
3.53 3.17
2.43
2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 2
4
6
8
10
Lam a Penyim panan (hari ke-) KS5
KS10
KS30
Gambar 23. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter kekerasan dengan skala 5 yang disimpan pada berbagai tingkat suhu penyimpanan. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan tertinggi terhadap kekerasan dialami oleh jambu biji yang disimpan pada suhu 10oC, sedangkan nilai kesukaan terendah dialami oleh jambu biji yang disimpan pada suhu 30oC. Pada analisis sidik ragam (Lampiran 26) dapat dilihat bahwa pada hari ke-0, jenis perlakuan berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan kekerasan. Selain itu, suhu penyimpanan juga berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan kekerasan pada masa penyimpanan
hari ke-2 dan ke-8. Sedangkan interaksinya berpengaruh nyata pada hari ke-6 terhadap tingkat kesukaan kekerasan.
b. Warna Winarno (1997) mengatakan bahwa penelitian mutu bahan makanan pada umumnya sangat bergantung pada beberapa faktor antara lain cita rasa, warna, tekstur dan nilai gizinya. Tetapi sebelum faktorfaktor lain dipertimbangkan secara visual faktor warna kadang-kadang sangat menentukan. Suatu bahan dengan nilai gizi, rasa, dan tekstur yang baik tidak akan dimakan bila memiliki warna yang tidak sedap dipandang atau memberi kesan telah menyimpang dari warna yang seharusnya. Perubahan tingkat kesukaan terhadap warna dapat dilihat pada Gambar 24.
Tingkat Kesukaan warna
4.5 4.0 3.5 3.0
3.87 3.23 3.20 2.93
3.20 3.03 2.80
2
4
3.33
3.47 3.47 3.17
3.83 3.57
2.83
2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 6
8
10
Lam a Penyim panan (hari ke-) KS5
KS10
KS30
Gambar 24. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter warna dengan skala 5 yang disimpan pada berbagai tingkat suhu penyimpanan. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa skor kesukaan pada perlakuan penyimpanan suhu 5oC memiliki nilai kesukaaan terendah selama masa penyimpanan, yaitu sebesar 3.18. Sedangkan nilai kesukaan tertinggi dialami oleh jambu biji yang disimpan pada suhu 10oC, yaitu sebesar 3.41. Pada analisis sidik ragam (Lampiran 27) terlihat bahwa jenis perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan warna selama masa penyimpanan. Suhu penyimpanan berpengaruh nyata
terhadap tingkat kesukaan warna pada hari ke-4, sedangkan untuk interaksinya hanya berpengaruh nyata pada hari ke-6.
c. Rasa Rasa dapat dideteksi oleh indera perasa. Agar suatu senyawa dapat dikenali rasanya, senyawa tersebut harus dapat larut dalam air liur sehingga dapat mengadakan hubungan mirovillus dan impuls yang terbentuk dikirim melalui syaraf ke pusat syaraf ( Winarno, 1997 ). Grafik mengenai tingkat kesukaan terhadap rasa dapat dilihat pada Gambar 25.
Tingkat Kesukaan Rasa
4.0 3.5 3.0
3.73 3.50
3.63 3.37
3.13 3.13
2.87
3.33
3.53
3.03
2.83 2.60
3.00 2.37
2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 2
4
6
8
10
Lam a Penyim panan (hari ke-) KS5
KS10
KS30
Gambar 25. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter rasa dengan skala 5 yang disimpan pada berbagai tingkat suhu penyimpanan. Pada Gambar diatas dilihat bahwa tingkat kesukaan tertinggi terhadap rasa dialami oleh jambu biji yang disimpan pada suhu 5oC, yaitu sebesar 3.49. Sedangkan untuk nilai terendah dialami oleh jambu biji pada suhu penyimpanan 30oC dengan skor 2.71. Pada analisis ragam (Lampiran 28) terlihat bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan rasa pada masa penyimpanan hari ke-4 dan ke-6. Sedangkan untuk interaksinya berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan rasa pada hari ke-2 masa penyimpanan.
d. Aroma Salah satu pegujian kesukaan makanan dapat dilakukan dengan pengujian aroma dengan indera pembau. Pembauan biasa disebut juga sebagai penyicipan jarak jauh karena seseorang dapat mengenal enak tidaknya suatu makanan yang belum terlihat hanya dengan penciuman jarak jauh (Winarno, 1997). Grafik mengenai tingkat kesukaan aroma selama masa penyimpanan dapat dilihat pada Gambar 26.
Tingkat Kesukaan Aroma
4.0 3.5
3.63 3.173.173.23
3.23 3.333.27
3.303.233.20
3.30
3.0
3.503.53
2.60
2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 2
4
6
8
10
Lam a Penyim panan (hari ke-) KS5
KS10
KS30
Gambar 26. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter aroma dengan skala 5 yang disimpan pada berbagai tingkat suhu penyimpanan. Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa nilai aroma tertinggi dialami oleh jambu biji yang disimpan pada suhu 10oC yaitu sebesar 3.37. Sedangkan untuk nilai terendah dialami oleh jambu biji yang disimpan pada suhu 30oC dengan skor 3.1. Dari analisis ragam (Lampiran 29) terlihat bahwa suhu penyimpanan berpengaruh nyata terhadap nilai kesukaan aroma pada masa penyimpanan hari ke-8. Sedangkan untuk interaksinya tidak berpengaruh terhadap nilai kesukaan aroma selama masa penyimpanan.
e. Uji Pembobotan Uji Pembobotan dilakukan untuk mencari formula pilihan yang memenuhi kriteria yang diinginkan oleh panelis. Hal ini disebabkan adanya formula yang memiliki beberapa skor parameter mutu yang lebih tinggi namun rendah skornya pada parameter mutu yang lain. Dengan memberikan skor pembobotan pada masing-masing parameter mutu (meliputi kekerasan, warna, aroma dan rasa) akan dapat ditentukan nilai skor keseluruhan tertinggi untuk total parameter mutu yang diamati sekaligus menentukan produk yang terbaik berdasarkan hasil uji hedonik. Dalam melakukan uji pembobotan, terlebih dahulu harus ditentukan parameter mutu dari buah jambu biji yang memegang peranan penting dan sangat mempengaruhi penerimaan panelis. Parameter mutu yang sangat penting diberi skor tertinggi, dalam hal ini untuk skala empat maka skor tertingginya sedangkan untuk parameter mutu yang dianggap sangat tidak penting diberi skor terkecil, yaitu satu. Keterangan selengkapnya bisa dilihat pada Lampiran 25. Uji pembobotan dilakukan dengan cara menjumlahkan total skor parameter mutu (kekerasan, warna, aroma dan rasa) didapatkan nilai 150. Selanjutnya masing-masing nilai parameter dibagi dengan 150 dan dikalikan 100% sehingga dihasilkan persen skor untuk masing-masing parameter mutu. Nilai tersebut kemudian dikalikan dengan skor kesukaan panelis pada uji hedonik untuk masing-masing perlakuan. Data nilai pembobot dan persen skor pembobotan dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8. Nilai pembobot terhadap parameter mutu buah jambu biji
Parameter Kekerasan Warna Aroma Rasa
1 3 4 2 1
2 4 3 1 2
3 1 2 3 4
4 3 1 2 4
5 2 3 1 4
Panelis % 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 Total pembobot 1 3 3 4 1 2 3 1 1 2 34 22.67 2 2 4 1 4 4 2 4 2 1 39 26.00 3 1 2 2 2 1 1 2 4 3 30 20.00 4 4 1 3 3 3 4 3 3 4 47 31.33 Jumlah 150 100.00
Uji pembobotan ini dilakukan dengan cara mengkonversikan nilainilai parameter mutu yang diperoleh dari hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 23, 24, 25 dan 26) dengan persen skor pembobot. Hasil uji lanjut Duncan yang digunakan adalah hasil pengujian terhadap perlakuan suhu penyimpanan yaitu suhu 5oC, 10oC dan ruang (30oC). Data skor pembobot yang telah dikonversi terhadap parameter mutu dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9. Data skor pembobot terhadap suhu penyimpanan jambu biji. Lama Pengamatan hari ke-
Suhu Penyimpan an 5 oC 10 oC 30 oC
2 4 6 8 325.66 314.73 322.69 350.82 323.29 310.42 321.93 358.89 299.51 296.69 329.56 263.65
Skor Pembobotan (%)
400 350 300
Ratarata 10 344.18 331.62 367.40 336.39 297.35
361 328 325
304
305 314 316
325 330 325
364 342
348 264
250 200 150 100 50 0 2
4
6
8
10
Lama Penyimpanan (hari ke-) KS5
KS10
KS30
Gambar 27. Nilai pembobotan pada berbagai perlakuan tingkat suhu penyimpanan dan lama penyimpanan. Setelah dikonversikan ke dalam masing-masing perlakuan, ternyata perlakuan penyimpanan pada suhu 5oC memiliki skor yang lebih tinggi dari perlakuan penyimpanan pada suhu ruang yaitu sebesar 331.62%. sedangkan skor untuk suhu ruang adalah 297.35%. Skor tertinggi diperoleh sebesar 336.39% untuk perlakuan penyimpanan pada suhu 10oC.
Keterangan tentang skor pembobotan dari ketiga perlakuan tersebut dapat dilihat pada Gambar 27. Dari data diatas dapat dilihat bahwa buah jambu biji yang disimpan pada suhu 5oC dan 10oC masih dapat diterima oleh konsumen hingga akhir masa penyimpanan, sedangkan untuk buah jambu biji yang disimpan pada suhu ruang batas penerimaan konsumen hingga hari ke-8 penyimpanan.
Adanya
perubahan
warna,
aroma
dan
masa
kekerasan
menyebabkan jambu biji yang disimpan pada suhu ruang tidak disukai lagi oleh konsumen. Berdasarkan data pengukuran parameter mutu diperoleh data bahwa suhu 5oC merupakan suhu penyimpanan jambu biji yang paling optimal. Bila dibandingkan dengan uji pembobotan justru suhu penyimpanan optimum adalah pada suhu 10oC, hal ini dapat terjadi karena disebabkan beberapa faktor. Pada parameter mutu kekerasan, suhu penyimpanan 5oC menghasilkan nilai kekerasan yang tinggi sedangkan konsumen kurang menyukai tingkat kekerasan pada suhu tersebut, justru lebih memilih kekerasan jambu biji pada suhu penyimpanan 10oC. Buah jambu biji merupakan buah klimaterik yang akan mengalami perubahan mutu selama penyimpanan. Jambu biji akan mengalami chiling injury pada suhu penyimpanan antara 0oC – 3oC, sedangkan suhu penyimpanan 5oC memiliki jarak yang tidak terlalu jauh dan bukanlah hal yang tidak mungkin jika terjadi perubahan parameter mutu terhadap jambu biji akibat pengaruh chiling injury tersebut. Dari kedua data diatas, penulis cenderung lebih memilih suhu 10oC sebagai suhu penyimpanan optimum karena lebih memberikan informasi mengenai tingkat kesukaan dari konsumen.
2. Uji Hedonik Terhadap Jenis Perlakuan ( sortasi dan tanpa sortasi ) a. Kekerasan Grafik hubungan antara lama penyimpanan dengan tingkat kesukaan terhadap kekerasan dapat dilihat pada Gambar 28.
Tingkat Kesukaan Keras
3.5 3.4
3.42 3.36
3.36
3.33
3.313.31
3.40 3.30
3.3 3.2
3.09
3.1
2.96
3.0 2.9 2.8 2.7 2
4
6
8
10
Lam a Penyim panan (hari ke-) KS
KTS
Gambar 28. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter kekerasan dengan skala 5 dengan berbagai jenis kemasan. Dari gambar diatas dapat dilihat bahwa tingkat kesukaan terhadap kekerasan memiliki skor yang sama baik untuk jambu biji dengan perlakuan sortasi maupun jambu biji tanpa perlakuan sortasi, yaitu sebesar 3.28. Selama masa penyimpanan hingga hari ke-10 menunjukkan bahwa jambu biji dengan jenis perlakuan yang berbeda masih bisa diterima oleh konsumen. Pada analisis sidik ragam (Lampiran 26) dapat dilihat bahwa pada hari ke-0, jenis perlakuan berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan kekerasan.
b. Warna Berdasarkan gambar dibawah dapat dilihat bahwa skor kesukaan pada perlakuan sortasi memiliki nilai kesukaaan terendah selama masa penyimpanan, yaitu sebesar 3.3. Sedangkan nilai kesukaan tertinggi dialami oleh jambu biji tanpa perlakuan sortasi, yaitu sebesar 3.32. Pada analisis sidik ragam (Lampiran 27) terlihat bahwa jenis perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan warna selama masa penyimpanan. Grafik perubahan tingkat kesukaan terhadap warna dapat dilihat pada Gambar 29.
Tingkat Kesukaan Warna
4.0 3.5
3.13 3.11
3.0
2.89
3.13
3.333.36
3.38 3.36
6
8
3.773.63
2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 2
4
10
Lam a Penyim panan (hari ke-) KS
KTS
Gambar 29. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter warna dengan skala 5 dengan berbagai jenis kemasan.
c. Rasa Grafik hubungan antara lama penyimpanan dengan tingkat
Tingkat Kesukaan Rasa
kesukaan terhadap rasa dapat dilihat pada Gambar 30.
4.0 3.5 3.0
3.02
3.07
2.892.98
3.22 3.02
3.29 3.07
4
6
8
3.73 3.50
2.5 2.0 1.5 1.0 0.5 0.0 2
10
Lam a Penyim panan (hari ke-) KS
KTS
Gambar 30. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter rasa dengan skala 5 dengan berbagai jenis kemasan. Pada Gambar diatas dilihat bahwa tingkat kesukaan tertinggi terhadap rasa dialami oleh jambu biji yang mengalami perlakuan sortasi, yaitu sebesar 3.19. Sedangkan untuk nilai terendah dialami oleh jambu biji tanpa perlakuan sortasi dengan skor 3.16.
Pada analisis ragam (Lampiran 28) terlihat bahwa jenis perlakuan tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan rasa selama masa penyimpanan.
d. Aroma Berdasarkan data yang diperoleh dapat dikatakan bahwa nilai aroma tertinggi dialami oleh jambu biji yang mengalami perlakuan sortasi yaitu sebesar 3.3. Sedangkan untuk nilai terendah dialami oleh jambu biji tanpa perlakuan sortasi, yaitu dengan skor 3.26. Dari analisis ragam (Lampiran 29) terlihat bahwa jenis perlakuan berpengaruh nyata terhadap tingkat kesukaan aroma pada hari ke-0 masa penyimpanan. Grafik tingkat kesukaan terhadap aroma
Tingkat Kesukaan Aroma
dapat dilihat pada Gambar 31.
3.53 3.50
3.6 3.5
3.36
3.4
3.27
3.3 3.2 3.1
3.273.29
3.24
3.11
3.13
3.11
6
8
3.0 2.9 2
4
10
Lam a Penyim panan (hari ke-) KS
KTS
Gambar 31. Hubungan antara lama penyimpanan dengan kesukaan terhadap parameter aroma dengan skala 5 dengan berbagai jenis kemasan.
e. Uji Pembobotan Uji pembobotan ini dilakukan dengan cara mengkonversikan nilai-nilai parameter mutu yang diperoleh dari hasil uji lanjut Duncan (Lampiran 23, 24, 25 dan 26) dengan persen skor pembobot. Hasil uji lanjut Duncan yang digunakan adalah hasil pengujian terhadap
perlakuan sortasi dan tidak sortasi. Data skor pembobot yang telah dikonversi terhadap parameter mutu dapat dilihat pada Tabel 10. Tabel 10. Data skor pembobot terhadap jenis perlakuan (sortasi dan tanpa sortasi) Lama Pengamatan hari keRataPerlakuan rata 2 4 6 8 10 KS 313.938 297.958 323.525 333.333 362.644 326.28 KTS 318.37 316.608 325.925 315.573 348.932 325.08 Keterangan
: KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Skor Pembobotan (%)
380
358.78 347.52
360 340 320
321.77 316.09
321.28
333.27 327.51 325.04 315.27
302.22
300 280 260 2
4
6
8
10
Lama Penyimpanan (hari ke-) KS
KTS
Gambar 32. Nilai pembobotan pada berbagai perlakuan jenis kemasan penyimpanan dan lama penyimpanan. Setelah dikonversikan ke dalam masing-masing perlakuan, ternyata perlakuan penyimpanan dengan sortasi memiliki skor tertinggi, yaitu sebesar 327.57%. Sedangkan nilai terendah dialami jambu biji pada kemasan kardus yang tanpa mengalami proses sortasi, dengan skor nilai 326.17%. Keterangan tentang skor pembobotan dari kedua perlakuan tersebut dapat dilihat pada Gambar 32. Dari data tersebut dapat dilihat pada untuk seluruh produk dengan perlakuan yang berbeda masih dapat diterima oleh konsumen
selama
masa
penyimpanan.
Perlakuan
penyimpanan
dengan
perlakuan sortasi merupakan perlakuan yang paling optimal karena memberikan skor kesukaan yang paling tinggi. dalam tingkat penerimaaan konsumen untuk semua parameter mutu. Pada Gambar 33, 34, dan 35 dapat dilihat penampakan buah jambu biji pada hari ke-0. Pada Gambar 36, 37, dan 38 dapat dilihat penampakan buah jambu biji pada hari ke-3. Pada Gambar 39, 40, dan 41 dapat dilihat penampakan buah jambu biji pada hari ke-6. Pada Gambar 42 dan 43 dapat dilihat penampakan pada hari ke-10.
Gambar 33. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 5oC pada hari ke-0
Gambar 34. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 10oC pada hari ke-0
Gambar 35. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 30oC pada hari ke-0
Gambar 36. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 5oC pada hari ke-3.
Gambar 37. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 10oC pada hari ke-3.
Gambar 38. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 30oC pada hari ke-3
Gambar 39. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 5oC pada hari ke-6
Gambar 40. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 10oC pada hari ke-6
Gambar 41. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 30oC pada hari ke-6
Gambar 42. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 5oC pada hari ke-10
Gambar 43. Penampakan buah jambu biji yang akan disimpan pada suhu 10oC pada hari ke-10
V. KESIMPULAN DAN SARAN A.Kesimpulan 1. Laju respirasi minimum dialami oleh jambu biji dalam kemasan kardus yang disimpan pada suhu 5oC sedangkan laju respirasi maksimum dialami oleh kemasan kardus pada suhu penyimpanan 30oC. 2. Laju respirasi buah jambu biji antara kemasan kardus dengan bahan pembungkus koran berbeda nyata dengan kemasan kardus tanpa bahan pembungkus koran pada berbagai suhu penyimpanan. 3. Suhu penyimpanan berbeda nyata terhadap laju respirasi, tingkat kerusakan mekanis, susut bobot, dan kekerasan pada akhir masa penyimpanan, tetapi tidak berbeda nyata terhadap total padatan terlarut dan perubahan warna (nilai L, a, b). 4. Jenis perlakuan pra pengemasan (sortasi dan tanpa sortasi) berbeda nyata terhadap tingkat kerusakan mekanis dan kekerasan pada akhir masa penyimpanan, tetapi tidak berbeda nyata terhadap laju respirasi, susut bobot, total padatan terlarut dan perubahan warna ( nilai L, a, b). 5. Berdasarkan uji tingkat kesukaan dan uji pembobotan terhadap parameter mutu buah jambu biji pada berbagai jenis perlakuan dan suhu penyimpanan maka didapatkan bahwa perlakuan yang optimum adalah buah jambu biji yang disortasi dan disimpan pada suhu 10oC.
B. Saran 1. Perlu dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengaruh berbagai jenis kemasan terhadap masa simpan jambu biji. 2. Buah jambu biji yang telah ditransportasikan lebih baik disimpan dengan dibungkus koran dan disimpan pada suhu 10oC. 3. Penyimpanan jambu biji ini direkomendasikan untuk konsumen pada tingkat skala supermarket 3. Perlu dilakukan penelitian dengan menggunakan bahan pengisi yang berbeda pada kemasan kardus karton.
DAFTAR PUSTAKA
Abeles, F. B. 1973. Ethylene in Plant Biology. Academic Press. New York. Anwar, R. S. 2005. Dampak Kemasan dan Suhu Penyimpanan terhadap Perubahan Sifat Fisik dan Masa Simpan Brokoli Setelah Transportasi. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor. Apandi, M. 1984. Teknologi Buah dan Sayur. Penerbit Alumni. Bandung. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. Darmawati, E. 1994. Simulasi Komputer untuk Perancangan Kemasan Karton Bergelombang dalam Pengangkutan Buah-buahan. Tesis. Program Studi Keteknikan Petanian, IPB, Bogor. Goldsworthy, P. R. dan N. M. Fisher. 1996. Fisiologi Budidaya Tropika. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Hambali, E. 1995. Pola Distribusi dan Transportasi Produk Hortikultura. Jurnal Teknologi Industri Pertanian. Edisi khusus. Lembaga Biologi Nasional. 1980. Buah-buahan. Proyek Sumber Daya Ekonomi LBN-LIPI. Bogor. Mannapperuma, J. D. Dan R. P. Singh. 1989. Modelling of Gas Exchange In Polymeric Package of Fruit and Vegetables. Paper for ASAE Winter Meeting. Chicago, Illinois, USA, 12 – 13 December 1990. Martini, A. 2005. Penyimpanan Jambu Biji Terolah Minimal dalam Kemasan Atmosfir Termodifikasi. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor. Mitra, S. 1997. Post Harvest Physiology and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International, New York, USA.
Muchtadi, D. 1992. Fisiologi Pasca Panen Sayuran dan Buah-buahan. Pusat Antar Universitas. IPB. Bogor. Pantastico, Er. B. 1989. Fisiologi Pasca Panen, Penanganan, dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Sub Tropika. Penerbit Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Parimin, S.P. 2005. Jambu Biji Budi Daya dan Ragam Pemanfaatannya. Penebar Swadaya, Jakarta. Phan, C.T., Er. B. Pantastico, K. Ogata dan K. Chachin. 1989. Respirasi dan Puncak Respirasi. Dalam Pantastico, 1989. ed. Fisiologi Pasca Panen. Penerjemah : Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. Poernomo. 1978. Masalah pengepakan dalam pemasaran hortikultura. Jurnal Hortikultura (5):107-111. Pradnyawati, P.I. 2006. Pengaruh Kemasan dan Goncangan Terhadap Mutu Fisik Jambu Biji (Psidium guajava L.) Selama Transportasi. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor. Prihatiningsih, A. 2005. Kajian Perubahan Fisiologi dan Mutu Brokoli (Brassica oleraceae L. Var Italica) Selama Penyimpanan dengan Penyerap CO2. Skripsi. Departemen Teknik Pertanian, IPB, Bogor. Ryal, A.L. dan W.T. Pentzer. 1982. Handling, Transportation and Storage of Fruits and Vegetables. AVI Publishing Company, Inc. Westport. Connecticut, USA. Satuhu, S. Dan Sjaifullah. 1991. Kajian sifat fisik dan kimia beberapa varietas jambu biji. Jurnal Hortikultura 1(4): 53-56. Soedibyo, M. K. 1992. alat Simulasi Pengangkutan Buah-buahan Segar Dengan Mobil dan Kereta Api. Jurnal Hortikultura 2(1) : 63-73
Soekarto, S. T. 1990. Penilaian Organoleptik Untuk Industri Pangan dan Hasil Pertanian. Bharata Karya Aksara, Jakarta. Soetopo, L. 1992. Psidium guajava. Di dalam : Verheij, E. W. M. Dan Coronel, R. E. Plants Resourch of South East Asia Vol. 2 : Edible Fruits and Nuts. PROSEA, Bogor. Syarief, R., S. Santausa dan St. Isnaya. 1989. Teknologi Pengemasan Pangan. PAU Pangan dan Gizi IPB, Bogor. Syarief, R. dan H. Halid. 1993. Teknologi Penyimpanan Pangan. Pusat Antar Universitas. IPB. Bogor. Thompson, A. K. 1996. Postharvest Technology of Fruit and Vegetables. Blackwell Science Ltd. Carlton Victoria, Australia. Winarno. 1997. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Data laju respirasi
O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan
pembungkus koran dalam kardus dengan perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 50C.
Waktu (jam)
Kemasan KS5 Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
5.79
16.39
15.90
19.58
10.84
17.99
6
12.02
15.30
9.63
11.02
10.83
13.16
9
7.98
5.46
5.90
3.06
6.94
4.26
12
13.33
10.93
10.24
9.18
11.78
10.05
15
13.77
10.93
10.60
4.90
12.18
7.91
18
11.37
10.93
7.11
7.34
9.24
9.14
21
13.99
10.93
8.55
6.12
11.27
8.52
24
14.64
10.93
10.84
7.34
12.74
9.14
30
11.31
8.74
10.30
6.73
10.80
7.74
36
10.11
6.56
9.69
5.51
9.90
6.03
42
9.78
16.39
6.74
5.51
8.26
10.95
48
11.09
8.20
9.03
6.12
10.06
7.16
60
7.38
5.74
7.71
7.34
7.54
6.54
72
8.50
8.20
8.25
7.65
8.37
7.92
96
6.52
6.83
6.35
6.88
6.43
6.86
120
6.11
6.15
6.14
6.12
6.12
6.13
144
5.08
6.15
5.54
6.50
5.31
6.32
168
7.72
7.24
7.27
7.27
7.49
7.25
192
7.72
7.65
6.23
6.50
6.98
7.08
216
5.08
4.64
7.98
7.96
6.53
6.30
240
8.46
7.10
8.28
8.41
8.37
7.76
RQ
1.08
Lampiran 2. Data laju respirasi
O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan
pembungkus koran dalam kardus dengan perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 100C. Kemasan KS10 Waktu (jam)
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
23.89
28.77
21.39
43.65
22.64
36.21
6
16.26
17.51
15.02
21.82
15.64
19.67
9
9.13
10.01
7.79
7.27
8.46
8.64
12
16.51
17.51
13.88
13.09
15.20
15.30
15
17.01
13.76
13.60
10.18
15.31
11.97
18
15.26
18.76
10.63
14.55
12.94
16.66
21
12.76
12.51
10.34
11.64
11.55
12.07
24
16.76
18.76
13.88
14.55
15.32
16.66
30
17.01
16.26
14.80
14.19
15.91
15.22
36
16.26
14.70
14.95
15.28
15.60
14.99
42
14.88
15.64
13.53
15.28
14.21
15.46
48
15.64
6.88
13.39
12.73
14.51
9.81
60
12.82
13.29
11.02
11.64
11.92
12.46
72
15.17
14.07
13.25
14.55
14.21
14.31
96
11.09
11.73
11.00
11.82
11.04
11.77
120
11.80
12.20
10.86
11.64
11.33
11.92
144
12.85
13.45
11.87
12.73
12.36
13.09
168
15.56
12.98
13.12
12.37
14.34
12.67
192
15.15
11.73
14.06
12.91
14.61
12.32
216
16.70
11.26
15.07
13.09
15.88
12.18
240
19.40
10.94
16.04
12.37
17.72
11.66
RQ
0.99
Lampiran 3. Data laju respirasi
O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan
pembungkus koran dalam kardus dengan perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 300C. Kemasan KS30 Waktu (jam)
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
40.76
55.68
38.24
51.84
39.50
53.76
6
40.76
72.38
51.11
63.36
45.93
67.87
9
59.46
33.41
29.40
31.68
44.43
32.54
12
33.96
64.03
48.81
54.72
41.39
59.38
15
58.35
65.70
56.16
57.60
57.26
61.65
18
64.25
71.27
60.64
63.36
62.45
67.32
21
69.60
55.68
48.81
47.24
59.20
51.46
24
56.57
58.46
53.63
51.84
55.10
55.15
30
61.53
47.88
52.48
44.93
57.00
46.41
36
58.57
43.99
49.79
41.48
54.18
42.73
42
72.55
47.33
58.40
36.87
65.47
42.10
48
82.74
47.88
67.53
43.20
75.13
45.54
60
72.52
36.19
61.61
31.97
67.07
34.08
72
80.93
36.19
76.66
34.27
78.79
35.23
96
59.06
22.87
58.99
21.31
59.02
22.09
120
55.87
22.27
56.95
20.88
56.41
21.58
144
48.96
19.91
47.82
19.44
48.39
19.67
RQ
1.27
Lampiran 4. Data laju respirasi
O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan
pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 50C.
Waktu (jam)
Kemasan KTS5 Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
20.72
26.74
16.64
16.10
18.68
21.42
6
12.83
17.38
10.72
10.91
11.78
14.14
9
7.35
2.67
7.04
5.19
7.19
3.93
12
13.37
8.02
11.62
10.39
12.49
9.21
15
14.71
12.03
11.39
5.19
13.05
8.61
18
11.36
13.37
7.71
6.23
9.54
9.80
21
10.29
0.00
8.60
5.19
9.45
2.60
24
12.30
10.03
10.95
9.35
11.62
9.69
30
11.97
9.36
10.78
8.83
11.37
9.09
36
12.90
8.02
10.44
6.75
11.67
7.39
42
10.76
10.03
9.33
9.35
10.04
9.69
48
12.10
6.68
11.22
8.83
11.66
7.76
60
9.63
7.52
10.00
9.35
9.81
8.44
72
11.00
10.03
8.96
6.75
9.98
8.39
96
7.67
7.35
6.10
5.97
6.89
6.66
120
7.27
6.85
7.23
6.75
7.25
6.80
144
7.47
8.36
5.81
5.84
6.64
7.10
168
9.64
7.69
6.27
5.58
7.96
6.64
192
9.32
7.69
6.21
5.84
7.77
6.77
216
8.17
8.36
6.66
5.19
7.42
6.78
240
8.10
6.02
7.86
7.01
7.98
6.51
RQ
1.18
Lampiran 5. Data laju respirasi
O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan
pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 100C.
Waktu (jam)
Kemasan KTS10 Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
23.35
25.82
20.91
27.54
22.13
26.68
6
16.55
18.78
16.47
20.65
16.51
19.71
9
9.27
10.56
8.29
8.61
8.78
9.58
12
16.43
15.25
13.08
12.62
14.76
13.94
15
16.66
14.08
13.78
11.47
15.22
12.78
18
14.79
17.60
13.32
17.21
14.05
17.41
21
12.20
9.39
10.51
10.90
11.36
10.14
24
16.66
18.78
14.72
17.21
15.69
17.99
30
16.31
16.13
14.60
14.34
15.46
15.24
36
15.37
13.79
14.37
14.28
14.87
14.04
42
14.55
14.67
13.43
14.34
13.99
14.50
48
15.37
12.32
13.78
13.77
14.58
13.04
60
12.59
16.13
11.33
11.47
11.96
13.80
72
15.49
16.13
13.11
14.05
14.30
15.09
96
11.10
12.47
10.85
11.83
10.98
12.15
120
12.00
12.83
11.11
11.47
11.55
12.15
144
13.52
14.52
11.80
12.33
12.66
13.43
168
15.72
14.30
13.64
12.62
14.68
13.46
192
18.07
15.40
16.03
14.05
17.05
14.73
216
19.08
13.93
18.06
13.77
18.57
13.85
240
19.45
12.10
17.78
12.05
18.62
12.07
RQ
1.01
Lampiran 6. Data laju respirasi
O2 dan CO2 jambu biji dengan bahan
pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 300C. Kemasan KTSR Ulangan 1 Waktu (jam)
CO2
Ulangan 2 O2
CO2
Rata-rata O2
CO2
O2
3
43.80
53.85
39.86
53.31
41.83
53.58
6
63.90
65.82
53.27
63.97
58.59
64.90
9
36.50
32.31
30.64
31.99
33.57
32.15
12
62.71
56.24
50.87
54.50
56.79
55.37
15
69.05
57.44
58.53
59.83
63.79
58.63
18
74.79
68.21
63.20
68.71
69.00
68.46
21
60.79
50.86
50.87
50.35
55.83
50.60
24
68.33
53.85
55.90
59.24
62.12
56.54
30
66.12
44.88
54.70
46.80
60.41
45.84
36
62.95
41.29
51.89
44.43
57.42
42.86
42
77.96
43.38
60.87
45.91
69.42
44.64
48
88.91
46.07
70.38
47.39
79.65
46.73
60
77.94
35.90
64.22
34.95
71.08
35.42
72
86.97
35.90
79.90
37.02
83.44
36.46
96
63.47
22.44
61.48
23.99
62.48
23.21
120
60.04
23.19
59.36
23.40
59.70
23.29
144
52.61
20.94
49.84
20.73
51.23
20.84
RQ
1.36
Lampiran 7. Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan pembungkus koran
dalam
kardus
dengan
perlakuan
sortasi
pada
penyimpanan 50C. Waktu (jam)
Kemasan KS5 Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
26.34
21.55
23.35
15.40
24.85
18.48
6
17.60
7.18
15.27
7.70
16.44
7.44
9
15.45
5.99
11.80
6.42
13.63
6.20
12
14.25
5.99
9.37
1.28
11.81
3.64
15
11.50
7.18
11.03
3.85
11.27
5.52
18
12.21
4.79
11.29
6.42
11.75
5.60
21
11.97
4.79
10.52
5.13
11.25
4.96
24
11.50
4.79
10.52
6.42
11.01
5.60
30
7.72
4.79
8.53
5.77
8.13
5.28
36
8.44
4.79
7.76
4.49
8.10
4.64
42
9.16
5.99
7.38
3.85
8.27
4.92
48
8.68
5.99
10.07
6.42
9.38
6.20
60
5.63
5.39
5.93
4.49
5.78
4.94
72
6.35
4.49
5.90
4.81
6.12
4.65
96
5.09
5.69
6.86
4.33
5.98
5.01
120
7.15
7.18
7.44
4.01
7.30
5.60
144
5.82
5.09
8.34
3.37
7.08
4.23
168
6.95
8.23
9.08
3.37
8.01
5.80
192
7.54
8.08
9.72
3.69
8.63
5.89
216
5.81
6.44
10.49
4.01
8.15
5.22
240
6.78
6.89
10.30
3.85
8.54
5.37
264
6.78
7.18
12.90
5.21
9.84
6.20
288
5.87
5.84
11.10
5.45
8.48
5.65
312
7.57
8.23
12.06
5.61
9.82
6.92
RQ
1.66
suhu
Lampiran 8. Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan pembungkus koran
dalam
kardus
dengan
perlakuan
sortasi
pada
penyimpanan 100C. Kemasan KS10 Waktu (jam)
Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
36.80
33.70
35.90
64.83
36.35
49.26
6
24.40
14.83
21.85
18.01
23.12
16.42
9
22.51
16.18
18.37
13.21
20.44
14.69
12
19.55
13.48
14.05
12.01
16.80
12.74
15
19.01
17.53
16.45
13.21
17.73
15.37
18
19.28
13.48
15.97
13.21
17.62
13.34
21
17.93
13.48
16.93
14.41
17.43
13.94
24
18.20
12.13
15.49
13.21
16.84
12.67
30
14.42
13.48
13.69
12.01
14.06
12.74
36
16.51
13.48
14.29
12.01
15.40
12.74
42
17.32
14.15
14.59
10.80
15.95
12.48
48
16.92
14.83
17.11
15.61
17.01
15.22
60
12.07
13.14
11.61
10.80
11.84
11.97
72
15.44
14.15
12.46
12.61
13.95
13.38
96
12.27
13.48
20.14
12.61
16.20
13.04
120
15.23
15.50
11.52
13.51
13.38
14.50
144
14.73
15.00
26.08
14.93
20.40
14.96
168
14.76
16.18
29.74
15.16
22.25
15.67
192
14.58
16.01
31.09
14.41
22.83
15.21
216
17.56
19.55
34.81
15.61
26.19
17.58
240
20.68
19.80
33.22
14.26
26.95
17.03
264
20.05
16.51
35.35
15.16
27.70
15.84
288
22.18
17.86
35.23
15.16
28.71
16.51
312
20.42
16.01
35.78
14.63
28.10
15.32
RQ
1.27
suhu
Lampiran 9. Data laju respirasi O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan pembungkus koran
dalam
kardus
dengan
perlakuan
sortasi
pada
penyimpanan 300C. Waktu (jam)
Kemasan KS30 Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
60.44
62.28
29.89
30.01
45.16
46.14
6
58.74
55.20
41.05
40.81
49.90
48.01
9
63.41
59.45
48.62
52.82
56.01
56.13
12
64.55
62.28
43.21
43.21
53.88
52.75
15
63.41
63.70
51.26
50.42
57.33
57.06
18
63.70
59.45
47.42
45.61
55.56
52.53
21
61.86
59.45
52.94
52.82
57.40
56.13
24
61.29
56.62
47.18
45.61
54.23
51.12
30
62.28
60.16
37.81
37.81
50.05
48.98
36
73.75
63.70
43.69
42.01
58.72
52.85
42
70.63
59.45
48.08
44.41
59.35
51.93
48
65.61
58.03
57.08
48.62
61.34
53.32
60
65.82
52.37
39.76
36.61
52.79
44.49
72
75.76
54.14
44.08
39.61
59.92
46.88
96
61.36
30.79
71.54
26.26
66.45
28.52
120
60.90
30.61
86.10
26.26
73.50
28.43
144
53.17
28.66
80.40
25.21
66.78
26.94
RQ
1.22
suhu
Lampiran 10.
Data laju respirasi
O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan
pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 50C. Waktu (jam)
Kemasan KTS5 Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
32.49
23.40
21.16
17.06
26.82
20.23
6
19.14
8.26
13.76
6.83
16.45
7.54
9
17.76
6.88
11.60
6.83
14.68
6.85
12
14.45
5.51
9.10
2.28
11.78
3.89
15
13.49
9.64
10.24
4.55
11.86
7.09
18
14.73
5.51
10.47
5.69
12.60
5.60
21
13.77
6.88
10.24
5.69
12.00
6.29
24
13.22
6.88
9.33
6.83
11.27
6.85
30
9.02
5.51
7.56
5.12
8.29
5.31
36
10.26
6.88
7.34
4.55
8.80
5.72
42
9.98
5.51
7.45
3.41
8.72
4.46
48
9.84
6.88
8.93
5.69
9.39
6.29
60
6.88
6.88
5.32
3.70
6.10
5.29
72
7.78
5.51
5.18
3.98
6.48
4.74
96
4.97
5.16
5.35
3.41
5.16
4.29
120
6.09
5.85
6.31
3.55
6.20
4.70
144
7.11
7.06
7.17
4.27
7.14
5.66
168
5.85
6.71
7.11
3.13
6.48
4.92
192
5.97
6.19
8.79
3.41
7.38
4.80
216
8.29
10.15
10.29
4.27
9.29
7.21
240
10.17
10.67
10.18
4.41
10.18
7.54
264
9.26
9.64
11.86
4.98
10.56
7.31
288
9.09
9.29
10.12
4.98
9.60
7.13
312
9.14
9.12
10.81
5.55
9.97
7.33
RQ
1.57
Lampiran 11.
Data laju respirasi
O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan
pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 100C. Waktu (jam)
Kemasan KTS10 Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
30.48
25.94
31.94
31.82
31.21
28.88
6
24.64
12.97
23.18
18.18
23.91
15.58
9
18.55
11.67
20.12
18.18
19.33
14.93
12
16.47
10.38
15.57
12.50
16.02
11.44
15
14.66
12.97
18.07
14.77
16.36
13.87
18
15.43
12.97
17.39
13.64
16.41
13.30
21
15.43
10.38
18.30
14.77
16.87
12.57
24
16.21
10.38
16.71
14.77
16.46
12.57
30
12.06
9.73
14.04
13.64
13.05
11.68
36
13.49
6.48
14.94
13.07
14.22
9.78
42
14.66
11.02
11.48
2.84
13.07
6.93
48
14.40
11.02
17.10
16.48
15.75
13.75
60
10.18
10.70
11.90
11.93
11.04
11.32
72
12.22
11.02
12.90
13.35
12.56
12.19
96
10.15
11.67
22.47
14.21
16.31
12.94
120
12.06
12.16
24.92
13.85
18.49
13.00
144
11.43
11.67
29.95
16.69
20.69
14.18
168
11.14
12.32
36.99
18.18
24.07
15.25
192
11.40
12.32
38.47
16.91
24.93
14.61
216
13.07
16.13
42.93
15.48
28.00
15.81
240
13.83
14.27
37.28
5.11
25.55
9.69
264
14.95
13.78
31.54
10.80
23.24
12.29
288
20.57
19.94
26.85
9.80
23.71
14.87
312
20.05
16.62
27.53
9.52
23.79
13.07
RQ
1.43
Lampiran 12.
Data laju respirasi
O2 dan CO2 jambu biji tanpa bahan
pembungkus koran dalam kardus tanpa perlakuan sortasi pada suhu penyimpanan 300C. Waktu (jam)
Kemasan KTSR Ulangan 1
Ulangan 2
Rata-rata
CO2
O2
CO2
O2
CO2
O2
3
62.73
69.26
49.33
55.64
56.03
62.45
6
59.59
73.18
57.12
60.58
58.36
66.88
9
67.04
65.34
67.88
72.95
67.46
69.14
12
64.82
64.03
61.33
61.82
63.07
62.93
15
68.08
67.95
68.87
68.00
68.48
67.98
18
65.60
64.03
62.32
61.82
63.96
62.93
21
64.82
58.81
69.86
71.71
67.34
65.26
24
66.12
62.73
62.32
61.82
64.22
62.27
30
67.56
65.99
50.01
51.31
58.79
58.65
36
78.73
67.95
59.04
56.88
68.89
62.41
42
77.23
65.34
65.34
60.58
71.29
62.96
48
76.32
65.99
76.97
69.24
76.64
67.62
60
69.36
48.02
54.62
46.98
61.99
47.50
72
78.90
48.02
62.72
48.53
70.81
48.28
96
69.21
29.89
108.77
28.59
88.99
29.24
120
51.49
24.50
124.79
28.28
88.14
26.39
144
54.10
29.57
119.10
28.13
86.60
28.85
RQ
1.24
Lampiran 13. Konversi angkutan truk berdasarkan data Lembaga Uji Konstruksi BPPT 1986 (Soedibyo, 1992) Bila alat simulasi dengan goncangan vertikal digunakan selama 1 jam, maka jarak yang ditempuh adalah : y=
x × setara panjang jalan yang ditempuh selama 1 jam z x = jumlah luas seluruh getaran vibrator (cm2/jam)
dimana :
z = jumlah seluruh getaran bak truk (cm2/jam) y = jarak yang ditempuh oleh truk (km) Data truk Lembaga uji konstrukski BPPT tahun 1986 telah mengukur goncangan truk yang diisi 80% penuh dengan kecepatan 60 km/jam dalam kota dan 30 km/jam untuk jalan buruk (aspal) dan jalan buruk (berbatu). Hasil pengukuran dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1. Data pengukuran goncangan truk pada berbagai keadan jalan Amplitudo gerakan vertikal (cm)
Jumlah kejadian
Jalan dalam
amplitudo/kali
kota
1
3.5
500
Jalan buruk
Jalan buruk
(aspal)
(berbatu)
3.9
4.8
5.2
3.2
3.6
4.2
4.1
1000
2.9
3.3
3.9
3.8
1500
2.5
3.0
3.5
3.6
2000
2.2
2.8
3.1
3.2
2500
1.8
2.5
2.8
2.6
3000
1.6
2.1
2.8
2.6
3500
1.5
2.0
2.0
2.0
4000
1.1
1.7
1.2
1.1
4500
0.9
1.3
0.8
0.7
5000
0.0
0.1
0.2
0.1
Jalan luar kota
Jalan dalam dan luar kota diukur selama 30 menit 30 km, sedangkan jalan buruk (aspal) dan jalan buruk (berbatu) diukur selama 60 menit 30 km.
Lampiran 13. Lanjutan Berdasarkan data pada tabel di atas maka: Amplitudo rata-rata getaran bak truk (P) =
dimana :
∑ i(Ni × Ai ) ∑ i(Ni)
P = rata-rata getaran bak truk (cm) N = jumlah kejadian amplitudo A = amplitudo gerakan vertikal (cm) jalan luar kota Tabel 1 T
Luas satu siklus truk =
∫ P sin WT dT 0
dimana :
W = kecepatan sudut (getaran/detik) T = periode (detik/getaran)
Amplitudo rata-rata getaran bak truk bila melalui jalan luar kota : P=
(1 × 3.9) + (500 × 3.6) + (1000 × 3.3) + ... + (5000 × 0.1) = 1.742 cm 1 + 500 + 1000 + ... + 5000
Diketahui frekuensi bak truk = 1.4 Hz maka T = 1/f = 1/1.4 = 0.714 detik/getaran W = 2π/T = 2(3.14)/0.714 = 8.8 getaran/detik Luas satu siklus getaran bak truk di jalan luar kota 0.714
=
∫1.742 sin(8.8T )dT 0
0.714
= 1.742
∫ sin(8.8T )dT 0
⎡ 1 ⎤ 0.714 cos(8.8T )⎥ = 1.742 ⎢− ⎦ 0 ⎣ 8.8
⎤ ⎡ 1 (cos(8.8 × 0.714) − cos 0)⎥ = 1.742 ⎢− ⎦ ⎣ 8.8 = 0.00119 cm2/getaran frekuensi bak truk = 1.4 Hz Luas satu siklus getaran bak truk = 0.00119 cm2/getaran Jumlah luas seluruh getaran bak truk jalan luar kota selama 0.5 jam = 30 menit x 60 detik/menit x 1.4 getaran/detik x 0.00119 cm2/getaran = 2.999 cm2
Lampiran 13. Lanjutan Diketahui : f
= 3.78 Hz
A
= 3.03 cm
T
=
1 1 = = 0.265 detik/getaran f 3.78
W
=
2π 2π = = 23.71 getaran/detik T 0.265 T
Luas satu siklus getaran vibrator = A∫ sin WT dT 0
0.265
= 3.03
∫ sin (23.71T) dT 0
1 ⎡ ⎤ = 3.03 ⎢− cos(23.71T )⎥ 23 . 71 ⎣ ⎦
0.265 0
1 ⎡ ⎤ (cos(23.71 × 0.265) − cos 0)⎥ =3.03 ⎢− ⎦ ⎣ 23.71 = 7.676 x 10-4 cm2/getaran Jumlah seluruh getaran vibrator selama tiga jam = 3 jam x 60 menit/jam x 60 detik/menit x 3.78 getaran/detik = 40 824 getaran/jam. Jumlah luas seluruh getaran vibator selama satu jam = 40 824 getaran/jam x 7.676 x 10-4 cm2/getaran = 31 336 cm2/jam. Bila alat simulasi dengan goncangan vertikal digunakan selama 3 jam, maka jarak yang ditempuh adalah : =
Jumlahluasseluruhgetaranvibratorselama3 jam × setara panjang jalan jumlahluasseluruhgetaranbaktruk / 0.5 jam
=
31.336cm 2 / jam × 30km = 626.93 km 2.999cm 2 / 0.5 jam
Lampiran 14.
Analisis ragam laju respirasi buah jambu biji dengan bahan pembungkus koran.
Laju CO2 rata-rata Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 6 11
Jumlah Kuadrat 10.02840833 5922.60740000 7.96586667 67.36735000 6007.96902500
Kuadrat Tengah 10.02840833 2961.30370000 3.98293333 11.22789167
F Hitung 0.89 263.75 0.35
Pr > F 0.3811 0.0001 0.7151
F Hitung 0.01 570.20 0.00
Pr > F 0.9321 0.0001 0.9985
Laju O2 rata-rata Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
Jumlah db Kuadrat 1 0.02083333 2 3014.11661667 2 0.00801667 6 15.85830000 11 3030.00376667
Kuadrat Tengah 0.02083333 1507.05830833 0.00400833 2.64305000
Tabel 2. Pengaruh perlakuan terhadap laju respirasi buah jambu biji. Jenis Perlakuan KS KTS
Laju Respirasi CO2 26.713a 28.542a
O2 22.4800a 22.5633a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 3. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap laju respirasi buah jambu biji Suhu Penyimpanan 5 0C 10 0C 30 0C
Laju Respirasi CO2 9.483a 14.488a 58.913b
O2 8.373a 14.543b 44.650c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 15. Analisis ragam laju respirasi buah jambu biji tanpa bahan pembungkus koran. Laju CO2 rata-rata Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 6 Total 11
Jumlah Kuadrat 42.71413333 6466.89451667 100.44951667 133.57790000 6743.63606667
Kuadrat Tengah F Hitung 42.71413333 1.92 3233.44725833 145.24 50.22475833 2.26 22.26298333
Pr > F 0.2153 0.0001 0.1860
Jumlah Kuadrat 15.98520833 4645.32215000 67.63791667 98.39875000 4827.34402500
Kuadrat Tengah 15.98520833 2322.66107500 33.81895833 16.39979167
Pr > F 0.3616 0.0001 0.2081
Laju CO2 rata-rata Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 6 11
F Hitung 0.97 141.63 2.06
Tabel 4. Pengaruh perlakuan terhadap laju respirasi buah jambu biji Jenis Kemasan KS KTS
Laju Respirasi CO2 29.277a 33.050a
O2 23.043a 25.352a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 5. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap laju respirasi buah jambu biji Suhu Penyimpanan 5 0C 10 0C 30 0C
Laju Respirasi CO2 10.140a 19.838b 63.513c
O2 6.270a 14.733b 51.590c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 16. Analisis ragam laju respirasi buah jambu biji dengan dan tanpa bahan pembungkus koran. Laju CO2 rata-rata Sumber keragaman KLIT KMSN SUHU KLIT*KMSN KLIT*SUHU KMSN*SUHU KLIT*KMSN*SUHU
Galat Total
Jumlah Kuadrat db Kuadrat Tengah F Hitung 1 75.01270417 75.01270417 4.48 1 47.06800417 47.06800417 2.81 2 12364.08500833 6182.04250417 369.18 1 5.67453750 5.67453750 0.34 2 25.41690833 12.70845417 0.76 2 82.37155833 41.18577917 2.46 2 26.04382500 13.02191250 0.78 12 200.94525000 16.74543750 23 12826.61779583
Pr > F 0.0559 0.1195 0.0001 0.5713 0.4894 0.1273 0.4813
Laju O2 rata-rata Sumber keragaman
db
KLIT KMSN SUHU KLIT*KMSN KLIT*SUHU KMSN*SUHU KLIT*KMSN*SUHU
Galat Total
1 1 2 1 2 2 2 12 23
Jumlah Kuadrat Kuadrat Tengah 16.85050417 16.85050417 8.58010417 8.58010417 7571.04885833 3785.52442917 7.42593750 7.42593750 88.38990833 44.19495417 33.77425833 16.88712917 33.87167500 16.93583750 114.25705000 9.52142083 7874.19829583
F Hitung 1.77 0.90 397.58 0.78 4.64 1.77 1.78
Pr > F 0.2081 0.3612 0.0001 0.3945 0.0321 0.2114 0.2106
Tabel 6. Pengaruh jenis pembungkusan terhadap laju respirasi buah jambu biji. Jenis Pembungkusan Koran Tanpa Koran
Laju Respirasi CO2 27.628a 31.163a
O2 22.522a 24.198a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 16. Lanjutan Tabel 7. Pengaruh perlakuan terhadap laju respirasi buah jambu biji. Laju Respirasi
Jenis Perlakuan
CO2 27.995a 30.796a
KS KTS
O2 22.762a 23.958a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 8. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap laju respirasi buah jambu biji Laju Respirasi
Suhu Penyimpanan
CO2 9.811a 17.163b 61.213c
5 0C 10 0C 30 0C
O2 7.321a 14.638b 48.120c
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Tabel 9. Pengaruh interaksi antara jenis pembungkusan dan suhu penyimpanan terhadap laju respirasi buah jambu biji. Laju O2 rata-rata Jenis Pembungkusan Tanpa Koran Koran Tanpa Koran Koran Koran Tanpa Koran
Suhu 30 30 10 10 5 5
Kuadrat Tengah 51.5900000 44.6500000 14.7325000 14.5425000 8.3725000 6.2700000
i 3 6 2 5 4 1
j 3 A A
6 B B
2
5
4
1
C C C
D D D
E E E E
F F
Lampiran 17. Analisis ragam kerusakan mekanis buah jambu biji Kerusakan Mekanis Hari ke-0 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 6 11
Jumlah Kuadrat 60.61507500 254.31705000 1.30605000 45.32525000 361.56342500
Kuadrat Tengah 60.61507500 127.15852500 0.65302500 7.55420833
F Hitung 8.02 16.83 0.09
Pr > F 0.0299 0.0035 0.9183
Kuadrat Tengah F Hitung 192.08000833 6.17 154.46842500 4.96 5.05355833 0.16 31.14710833
Pr > F 0.0476 0.0535 0.8538
Kuadrat Tengah F Hitung 116.12740833 1.92 560.70285833 9.27 19.28775833 0.32 60.49790833
Pr > F 0.2152 0.0146 0.7386
Kerusakan Mekanis Hari ke-2 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 6 11
Jumlah Kuadrat 192.08000833 308.93685000 10.10711667 186.88265000 698.00662500
Kerusakan Mekanis Hari ke-4 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 6 Total 11
Jumlah Kuadrat 116.12740833 1121.40571667 38.57551667 362.98745000 1639.09609167
Kerusakan Mekanis Hari ke-6 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 277.72940833 SUHU 2 2591.05711667 KMSN*SUHU 2 70.29321667 Galat 6 166.05415000 Total 11 3105.13389167
Kuadrat Tengah 277.72940833 1295.52855833 35.14660833 27.67569167
F Hitung 10.04 46.81 1.27
Pr > F 0.0194 0.0002 0.3468
Lampiran 17. Lanjutan Kerusakan Mekanis Hari ke-8 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 1 KMSN*SUHU 1 Galat 4 Total 7
Jumlah Kuadrat 147.57620000 100.96205000 5.64480000 84.14250000 338.32555000
Kuadrat Tengah F Hitung 147.57620000 7.02 100.96205000 4.80 5.64480000 0.27 21.03562500
Pr > F 0.0571 0.0936 0.6318
Kerusakan Mekanis Hari ke-10 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 1 KMSN*SUHU 1 Galat 4 Total 7
Jumlah Kuadrat 41.63281250 49.85011250 13.13281250 185.47605000 290.09178750
Kuadrat Tengah 41.63281250 49.85011250 13.13281250 46.36901250
F Hitung 0.90 1.08 0.28
Pr > F 0.3970 0.3584 0.6228
Tabel 10. Pengaruh perlakuan terhadap kerusakan mekanis buah jambu biji Jenis Kemasan KS KTS
0 21.515a 26.010b
2 29.577a 37.578b
Kerusakan mekanis hari ke- (%) 4 6 8 a a 47.160 62.793 61.088a 53.382a 72.415b 69.678b
10 77.113a 81.675a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 11. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap kerusakan mekanis buah jambu biji. Suhu Kerusakan mekanis hari ke- (%) Penyimpanan 0 2 4 6 8 5 0C 17.515a 27.005a 40.250a 87.945a 61.830a 10 0C 25.300b 34.370ab 47.228a 61.118a 68.935a 30 0C 28.473b 39.358b 63.335b 53.750b
10 76.898a 81.890a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 18. Analisis ragam susut bobot buah jambu biji Susut Bobot Hari ke-2 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 6 Total 11
Jumlah Kuadrat 0.19763333 8.45871667 0.01701667 0.21010000 8.88346667
Kuadrat Tengah 0.19763333 4.22935833 0.00850833 0.03501667
F Hitung 5.64 120.78 0.24
Pr > F 0.0551 0.0001 0.7916
Kuadrat Tengah F Hitung 0.40333333 0.35 60.73275833 52.94 0.00285833 0.00 1.14728333
Pr > F 0.5749 0.0002 0.9975
Kuadrat Tengah 1.88020833 72.14722500 0.22940833 1.00285833
F Hitung 1.87 71.94 0.23
Pr > F 0.2200 0.0001 0.8022
F Hitung 5.37 18.16 0.03
Pr > F 0.0814 0.0130 0.8688
Susut Bobot Hari ke-4 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 0.40333333 SUHU 2 121.46551667 KMSN*SUHU 2 0.00571667 Galat 6 6.88370000 Total 11 128.75826667 Susut Bobot Hari ke-6 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 1.88020833 SUHU 2 144.29445000 KMSN*SUHU 2 0.45881667 Galat 6 6.01715000 Total 11 152.65062500 Susut Bobot Hari ke-8 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 1 1 4 7
Jumlah Kuadrat 1.35301250 4.57531250 0.00781250 1.00795000 6.94408750
Kuadrat Tengah 1.35301250 4.57531250 0.00781250 0.25198750
Lampiran 18. Lanjutan. Susut Bobot Hari ke-10 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
Jumlah db Kuadrat 1 1.63805000 1 7.76180000 1 0.02420000 4 1.73770000 7 11.16175000
Kuadrat Tengah 1.63805000 7.76180000 0.02420000 0.43442500
F Hitung 3.77 17.87 0.06
Pr > F 0.1241 0.0134 0.8250
Tabel 12. Pengaruh jenis perlakuan terhadap susut bobot buah jambu biji Jenis Perlakuan KS KTS
0
2 2.4183a 2.6750a
Susut bobot hari ke- (%) 4 6 8 a a 5.0200 6.3417 5.7075a 5.3867a 7.1333a 6.5300a
10 7.0900a 7.9950a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS5
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS5 = Kardus tanpa perlakuan sortasi.
Tabel 13. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap susut bobot buah jambu biji. Suhu Penyimpanan 5 0C 10 0C 30 0C
0
2 1.8025a 2.1175a 3.7200b
Susut bobot hari ke- (%) 4 6 8 2.6675a 3.7550a 5.3625a 3.2525a 4.8575a 6.8750b b b 9.6900 11.6000
10 6.5575a 8.5275b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 19. Analisis ragam kekerasan buah jambu biji
Kekerasan Hari ke-0 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 6 Total 11
Jumlah Kuadrat 0.05880000 0.00206667 0.01940000 0.14580000 0.22606667
Kuadrat Tengah 0.05880000 0.00103333 0.00970000 0.02430000
Jumlah Kuadrat 0.10267500 0.05131667 0.00875000 0.06455000 0.22729167
Kuadrat Tengah 0.10267500 0.02565833 0.00437500 0.01075833
F Hitung 9.54 2.38 0.41
Pr > F 0.0214 0.1729 0.6829
Jumlah Kuadrat 0.04440833 0.09286667 0.01166667 0.07435000 0.22329167
Kuadrat Tengah 0.04440833 0.04643333 0.00583333 0.01239167
F Hitung 3.58 3.75 0.47
Pr > F 0.1072 0.0879 0.6458
Jumlah Kuadrat 0.00907500 0.12500000 0.00080000 0.07615000 0.21102500
Kuadrat Tengah 0.00907500 0.06250000 0.00040000 0.01269167
F Hitung 0.72 4.92 0.03
Pr > F 0.4302 0.0543 0.9691
F Hitung 2.42 0.04 0.40
Pr > F 0.1708 0.9587 0.6875
Kekerasan Hari ke-2 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 6 11
Kekerasan Hari ke-4 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 6 11
Kekerasan Hari ke-6 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 6 Total 11
Lampiran 19. Lanjutan. Kekerasan Hari ke-8 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 1 KMSN*SUHU 1 Galat 4 Total 7
Jumlah Kuadrat 0.00151250 0.00061250 0.00011250 0.00605000 0.00828750
Kuadrat Tengah 0.00151250 0.00061250 0.00011250 0.00151250
Jumlah Kuadrat 0.00211250 0.00661250 0.00001250 0.00105000 0.00978750
Kuadrat Tengah 0.00211250 0.00661250 0.00001250 0.00026250
F Hitung 1.00 0.40 0.07
Pr > F 0.3739 0.5591 0.7986
Kekerasan Hari ke-10 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 1 1 4 7
F Hitung 8.05 25.19 0.05
Pr > F 0.0470 0.0074 0.8379
Tabel 14. Pengaruh jenis perlakuan terhadap kekerasan buah jambu biji Jenis Perlakuan KS KTS
0 2 0.82667a 0.68333a 0.68667a 0.49833b
Kekerasan hari ke- (N) 4 6 8 0.53667a 0.44000a 0.38500a 0.41500a 0.38500a 0.35750a
10 0.34000a 0.30750b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi.
Tabel 15. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap kekerasan buah jambu biji. Suhu Kekerasan hari ke- (N) Penyimpanan 0 2 4 6 8 10 5 0C 0.7750a 0.68000a 0.58750a 0.53750a 0.38000a 0.352500a 10 0C 0.7450a 0.56750a 0.46750ab 0.41250ab 0.36250a 0.295000b 30 0C 0.7500a 0.52500a 0.37250b 0.28750b Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 20. Analisis ragam total padatan terlarut buah jambu biji Total Padatan Terlarut Hari ke-0 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 6 Total 11
Jumlah Kuadrat 0.30083333 0.39500000 0.08166667 0.70500000 1.48250000
Kuadrat Tengah 0.30083333 0.19750000 0.04083333 0.11750000
F Hitung 2.56 1.68 0.35
Pr > F 0.1607 0.2633 0.7198
Kuadrat Tengah 0.21333333 0.29250000 0.21583333 0.09500000
F Hitung 2.25 3.08 2.27
Pr > F 0.1846 0.1202 0.1843
Total Padatan Terlarut Hari ke-2 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 6 11
Jumlah Kuadrat 0.21333333 0.58500000 0.43166667 0.57000000 1.80000000
Total Padatan Terlarut Hari ke-4 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 6 Total 11
Jumlah Kuadrat 0.02083333 0.45500000 0.43166667 1.01500000 1.92250000
Kuadrat Tengah 0.02083333 0.22750000 0.21583333 0.16916667
F Hitung 0.12 1.34 1.28
Pr > F 0.7376 0.3292 0.3454
Kuadrat Tengah 0.12000000 0.04750000 0.03250000 0.07666667
F Hitung 1.57 0.62 0.42
Pr > F 0.2575 0.5694 0.6727
Total Padatan Terlarut Hari ke-6 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 6 Total 11
Jumlah Kuadrat 0.12000000 0.09500000 0.06500000 0.46000000 0.74000000
Lampiran 20. Lanjutan.
Total Padatan Terlarut Hari ke-8 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 1 1 4 7
Jumlah Kuadrat 0.00500000 0.02000000 0.12500000 0.27000000 0.42000000
Kuadrat Tengah 0.00500000 0.02000000 0.12500000 0.06750000
F Hitung 0.07 0.30 1.85
Pr > F 0.7990 0.6151 0.2452
F Hitung 0.73 0.73 0.37
Pr > F 0.4406 0.4406 0.5743
Total Padatan Terlarut Hari ke-10 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
Jumlah Kuadrat 0.06125000 0.06125000 0.03125000 0.33500000 0.48875000
db 1 1 1 4 7
Kuadrat Tengah 0.06125000 0.06125000 0.03125000 0.08375000
Tabel 16. Pengaruh jenis perlakuan terhadap total padatan terlarut buah jambu biji Jenis Perlakuan 0 KS 8.3333a KTS 8.0167a
Total padatan terlarut hari ke- (0Brix) 2 4 6 8 8.5333a 8.6167a 8.9000a 9.1750a 8.2667a 8.5333a 8.7000a 9.2250a
10 9.5750a 9.4000a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS5
= Kardus dengan perlakuan sortasi
KTS5 = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 17. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap total padatan terlarut buah jambu biji. Suhu Total padatan terlarut hari ke- (0Brix) Penyimpanan 0 2 4 6 8 0 a a a a 5 C 8.4250 8.6250 8.7000 8.8500 9.1500a 0 a a a a 10 C 8.1000 8.4750 8.7250 8.8750 9.2500a 0 a a a a 30 C 8.0000 8.1000 8.3000 8.6750
10 9.4000a 9.5750a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 21. Analisis ragam warna (nilai L) buah jambu biji Warna (nilai L) Hari ke-0 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 7.41125000 SUHU 2 13.33293333 KMSN*SUHU 2 34.24120000 Galat 12 109.99746667 Total 17 164.98285000
Kuadrat Tengah 7.41125000 6.66646667 17.12060000 9.16645556
F Hitung 0.81 0.73 1.87
Pr > F 0.3862 0.5034 0.1967
Kuadrat Tengah 1.41680556 27.98050556 9.82800556 29.60291111
F Hitung 0.05 0.95 0.33
Pr > F 0.8305 0.4157 0.7239
Warna (nilai L) Hari ke-2 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 1.41680556 SUHU 2 55.96101111 KMSN*SUHU 2 19.65601111 Galat 12 355.23493333 Total 17 432.26876111 Warna (nilai L) Hari ke-4 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 12.02133889 SUHU 2 109.24241111 KMSN*SUHU 2 30.80514444 Galat 12 523.53240000 Total 17 675.60129444
Kuadrat Tengah 12.02133889 54.62120556 15.40257222 43.62770000
F Hitung 0.28 1.25 0.35
Pr > F 0.6092 0.3207 0.7096
Kuadrat Tengah 5.61125000 138.98013889 14.22935000 37.60926667
F Hitung 0.15 3.70 0.38
Pr > F 0.7061 0.0562 0.6929
Warna (nilai L) Hari ke-6 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 12 17
Jumlah Kuadrat 5.61125000 277.96027778 28.45870000 451.31120000 763.34142778
Lampiran 21. Lanjutan. Warna (nilai L) Hari ke-8 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 18.00750000 SUHU 1 74.40120000 KMSN*SUHU 1 0.06750000 Galat 8 391.52266667 Total 11 483.99886667
Kuadrat Tengah 18.00750000 74.40120000 0.06750000 48.94033333
F Hitung 0.37 1.52 0.00
Pr > F 0.5609 0.2526 0.9713
Warna (nilai L) Hari ke-10 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 8.38340833 SUHU 1 107.10187500 KMSN*SUHU 1 3.70740833 Galat 8 374.72180000 Total 11 493.91449167
Kuadrat Tengah 8.38340833 107.10187500 3.70740833 46.84022500
F Hitung 0.18 2.29 0.08
Pr > F 0.6834 0.1690 0.7856
Tabel 18. Pengaruh perlakuan terhadap warna (nilai L) buah jambu biji. Jenis Perlakuan KS KTS
0 76.263a 74.980a
2 70.118a 69.557a
Nilai L hari ke4 6 8 64.273a 60.968a 60.502a 65.908a 62.084a 62.952a
10 58.455a 60.127a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi.
Tabel 19. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap warna (nilai L) buah jambu biji. Suhu Penyimpanan 0 2 5 0C 76.825a 72.217a 10 0C 75.178a 69.293a 30 0C 74.862a 68.002a
Nilai L hari ke4 6 67.830a 66.123a 65.585ab 61.932ab 61.857b 56.523b
8 64.217a 59.237a
10 62.278a 56.303a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 22. Analisis ragam warna (nilai a) buah jambu biji Warna (nilai a) Hari ke-0 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 11.63227222 SUHU 2 30.71863333 KMSN*SUHU 2 57.42554444 Galat 12 117.57000000 Total 17 217.34645000
Kuadrat Tengah 11.63227222 15.35931667 28.71277222 9.79750000
F Hitung 1.19 1.57 2.93
Pr > F 0.2973 0.2484 0.0920
Warna (nilai a) Hari ke-2 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 12 Total 17
Jumlah Kuadrat 5.35735556 70.55924444 113.80817778 92.55853333 282.28331111
Kuadrat Tengah 5.35735556 35.27962222 56.90408889 7.71321111
F Hitung 0.69 4.57 7.38
Pr > F 0.4209 0.0334 0.0081
Kuadrat Tengah 6.17175556 132.30446667 18.63042222 5.13588889
F Hitung 1.20 25.76 3.63
Pr > F 0.2945 0.0001 0.0586
F Hitung 2.69 27.81 2.79
Pr > F 0.1267 0.0001 0.1010
Warna (nilai a) Hari ke-4 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 6.17175556 SUHU 2 264.60893333 KMSN*SUHU 2 37.26084444 Galat 12 61.63066667 Total 17 369.67220000 Warna (nilai a) Hari ke-6 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 12 17
Jumlah Kuadrat 13.67645000 282.41643333 28.35123333 60.93133333 385.37545000
Kuadrat Tengah 13.67645000 141.20821667 14.17561667 5.07761111
Lampiran 22. Lanjutan. Warna (nilai a) Hari ke-8 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 0.00963333 SUHU 1 1.80963333 KMSN*SUHU 1 6.78003333 Galat 8 34.30806667 Total 11 42.90736667
Kuadrat Tengah 0.00963333 1.80963333 6.78003333 4.28850833
F Hitung 0.00 0.42 1.58
Pr > F 0.9634 0.5342 0.2441
F Hitung 0.00 0.78 1.19
Pr > F 0.9581 0.4018 0.3066
Warna (nilai a) Hari ke-10 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 1 1 8 11
Jumlah Kuadrat 0.02520833 6.73500833 10.24900833 68.74400000 85.75322500
Kuadrat Tengah 0.02520833 6.73500833 10.24900833 8.59300000
Tabel 20. Pengaruh jenis perlakuan terhadap warna (nilai a) buah jambu biji Jenis Kemasan KS KTS
0 -14.152a -12.544a
2 -19.293a -18.202a
Nilai a hari ke4 6 8 a a -21.739 -23.257 -20.687a -20.568a -21.513a -20.630a
10 -3.452a -3.543a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 21. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap warna (nilai a) buah jambu biji. Suhu Penyimpanan 0 5 0C -15.057a 10 0C -13.103a 0 30 C -11.885a
2 -16.887a -17.867a -21.490b
Nilai a hari ke4 6 -17.683a -18.897a -19.280a -20.333a -26.497b -27.925b
8 -20.270a -21.047a
10 -2.748a -4.247a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 22. Lanjutan. Tabel 22.
Pengaruh interaksi antara suhu penyimpanan dan jenis perlakuan terhadap warna (nilai a) buah jambu biji.
Warna (nilai a) Hari ke-6 Perlakuan
Suhu
KTS KS KS KTS KTS KTS
5 10 30 5 10 30
Kuadrat Tengah -14.2433333 -14.8766667 -19.5066667 -19.5300000 -20.8566667 -23.4733333
i 4 2 6 1 5 3
j 4 A A A A A
2 B B B B B
6 C C C C C C
1 D D D D D D
5 E E E E E E
3 F F F f
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 23. Analisis ragam warna (nilai b) buah jambu biji
Warna (nilai b) Hari ke-0 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 12 Total 17
Jumlah Kuadrat 3.35405000 24.03847778 3.04390000 141.50673333 171.94316111
Kuadrat Tengah 3.35405000 12.01923889 1.52195000 11.79222778
F Hitung 0.28 1.02 0.13
Pr > F 0.6036 0.3901 0.8801
Kuadrat Tengah 0.42627222 26.81833889 4.81960556 9.35591667
F Hitung 0.05 2.87 0.52
Pr > F 0.8346 0.0960 0.6100
Kuadrat Tengah 1.70508889 52.97460556 15.57340556 8.53591111
F Hitung 0.20 6.21 1.82
Pr > F 0.6629 0.0141 0.2033
Kuadrat Tengah 0.25205000 44.21511667 25.02271667 5.65067778
F Hitung 0.04 7.82 4.43
Pr > F 0.8363 0.0067 0.0363
Warna (nilai b) Hari ke-2 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 12 17
Jumlah Kuadrat 0.42627222 53.63667778 9.63921111 112.27100000 175.97316111
Warna (nilai b) Hari ke-4 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 12 17
Jumlah Kuadrat 1.70508889 105.94921111 31.14681111 102.43093333 241.23204444
Warna (nilai b) Hari ke-6 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 12 Total 17
Jumlah Kuadrat 0.25205000 88.43023333 50.04543333 67.80813333 206.53585000
Lampiran 23. Lanjutan. Warna (nilai b) Hari ke-8 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 1 KMSN*SUHU 1 Galat 8 Total 11
Jumlah Kuadrat 0.25230000 1.42830000 43.09230000 32.20886667 76.98176667
Kuadrat Tengah 0.25230000 1.42830000 43.09230000 4.02610833
F Hitung 0.06 0.35 10.70
Pr > F 0.8086 0.5679 0.0113
Warna (nilai b) Hari ke-10 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
Jumlah db Kuadrat 1 16.63807500 1 15.21000833 1 61.06540833 8 66.90513333 11 159.81862500
Kuadrat Tengah 16.63807500 15.21000833 61.06540833 8.36314167
F Hitung 1.99 1.82 7.30
Pr > F 0.1961 0.2144 0.0270
Tabel 23. Pengaruh jenis perlakuan terhadap warna (nilai b) buah jambu biji Jenis Perlakuan KS KTS
0 22.721a 23.584a
2 23.411a 23.103a
Nilai b hari ke4 6 8 23.857a 25.110a 24.013a 24.472a 25.347a 24.303a
10 31.950a 34.305a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 24. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap warna (nilai b) buah jambu biji. Suhu Penyimpanan 0 2 5 0C 21.923a 21.865a 10 0C 22.835a 22.217a 30 0C 24.700a 25.690a
Nilai b hari ke4 6 22.205a 23.810a 22.705a 23.517a 27.583b 28.358b
8 24.503a 23.813a
10 34.253a 32.002b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 23. Lanjutan. Tabel 25. Pengaruh interaksi antara suhu penyimpanan dan jenis perlakuan terhadap warna (nilai a) buah jambu biji. Warna (nilai b) Hari ke-6 j
Perlakuan
Suhu
Nilai Tengah
i
KS KTS KTS KS KTS KS
30 30 5 10 10 5
28.5300000 28.1866667 26.1000000 25.2800000 21.7533333 21.5200000
3 6 4 2 5 1
3 A A A A
6 B B B B
4 C C C C C C
2 D D D D D D
5
1
E E E E
F F F F
Warna (nilai b) Hari ke-8 j
Perlakuan
Suhu
Nilai Tengah
i
KTS KS KS KTS
5 10 5 10
26.5433333 25.5633333 22.4633333 22.0633333
3 2 1 4
3 A A A
2 B B B B
1 C C C C
4 D D D
Warna (nilai b) Hari ke-10 Perlakuan
Suhu
Nilai Tengah
i
KTS KS KTS KS
5 10 10 5
37.6866667 33.0800000 30.9233333 30.8200000
3 2 4 1
j 3 A A
2 B B B B
4
1
C C C
D D D
Lampiran 24. Formulir uji hedonik Formulir Isian Uji Hedonik Nama Tanggal Pengamatan Hari kePetunjuk
: : : : Berilah tanda (√) pada setiap kolom parameter mutu buah jambu biji sesuai dengan persepsi anda. Terima kasih.
Sample KS5 KS10 KS30 KTS5 KTS10 KTS30
Sangat suka
Suka
Kekerasan Netral
Tidak suka
Sangat tidak suka
Sample KS5 KS10 KS30 KTS5 KTS10 KTS30
Sangat suka
Suka
Warna Netral
Tidak suka
Sangat tidak suka
Sample KS5 KS10 KS30 KTS5 KTS10 KTS30
Sangat suka
Suka
Rasa Netral
Tidak suka
Sangat tidak suka
Sample KS5 KS10 KS30 KTS5 KTS10 KTS30
Sangat suka
Suka
Aroma Netral
Tidak suka
Sangat tidak suka
Keterangan : 1 2 3 4 5
= Sangat tidak suka = Tidak suka = Netral =Suka =Sangat suka
Lampiran 25. Formulir pembobotan untuk parameter mutu dalam uji hedonik
Uji Pembobotan Nama
:
Jurusan
:
Berikan nilai pembobotan untuk karakteristik buah jambu biji untuk skala 4 dimana : 1
= Sangat penting
2
= Penting
3
= Tidak penting
4
= Sangat tidak Penting Karakteristikl
Nilai Pembobotan
Tingkat kekerasan Warna Rasa aroma Keterangan : Untuk nilai 1 : sangat penting
: diberi skor 4
2 : penting
: diberi skor 3
3 : tidak penting
: diberi skor 2
4 : sangat tidak penting
: diberi skor 1
Lampiran 26. Analisis ragam uji hedonik dari parameter kekerasan buah jambu biji. Kekerasan Hari ke-2 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 84 Total 89
Jumlah Kuadrat 0.01111111 4.42222222 4.02222222 53.86666667 62.32222222
Kuadrat Tengah 0.01111111 2.21111111 2.01111111 0.64126984
F Hitung 0.02 3.45 3.14
Pr > F 0.8956 0.0364 0.0486
Jumlah Kuadrat 3.60000000 0.02222222 3.80000000 68.40000000 75.82222222
Kuadrat Tengah 3.60000000 0.01111111 1.90000000 0.81428571
F Hitung 4.42 0.01 2.33
Pr > F 0.0385 0.9864 0.1032
Jumlah Kuadrat 0.00000000 1.68888889 7.20000000 82.40000000 91.28888889
Kuadrat Tengah 0.00000000 0.84444444 3.60000000 0.980952
F Hitung 0.00 0.86 3.67
Pr > F 1.0000 0.4265 0.0296
Jumlah db Kuadrat 1 2.50000000 1 31.02222222 1 1.86666667 84 75.73333333 89 111.12222222
Kuadrat Tengah 2.50000000 15.51111111 0.93333333 0.90158730
F Hitung 2.77 17.20 1.04
Pr > F 0.0996 0.0001 0.3596
Kekerasan Hari ke-4 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 84 89
Kekerasan Hari ke-6 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 84 89
Kekerasan Hari ke-8 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
Lampiran 26. Lanjutan. Kekerasan Hari ke-10 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 1 KMSN*SUHU 1 Galat 56 Total 59
Jumlah Kuadrat 0.15000000 2.01666667 0.41666667 65.06666667 67.65000000
Kuadrat Tengah 0.15000000 2.01666667 0.41666667 1.16190476
F Hitung 0.13 1.74 0.36
Pr > F 0.7207 0.1931 0.5517
Tabel 26. Pengaruh jenis perlakuan terhadap uji hedonik kekerasan buah jambu biji. Jenis Perlakuan KS KTS
0
2 3.3333a 3.3556a
Kekerasan hari ke4 6 8 2.9556a 3.3111a 3.4222a 3.3556b 3.3111a 3.0889a
10 3.4000a 3.3000a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 27. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap uji hedonik kekerasan buah jambu biji. Suhu Penyimpanan 5 0C 10 0C 30 0C
0
2 3.5333a 3.4667a 3.0333b
Kekerasan hari ke- (N) 4 6 8 a a 3.1667 3.4667 3.5667a a a 3.1667 3.3333 3.7667a a a 3.1333 3.1333 2.4333b
10 3.1667a 3.5333a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 27. Analisis ragam uji hedonik dari parameter warna buah jambu biji. Tk. Kesukaan (warna) Hari ke-2 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 84 89
Jumlah Kuadrat 0.01111111 1.62222222 0.95555556 73.06666667 75.65555556
Kuadrat Tengah 0.01111111 0.81111111 0.47777778 0.86984127
F Hitung 0.01 0.93 0.55
Pr > F 0.9103 0.3976 0.5794
Kuadrat Tengah 1.34444444 1.21111111 4.21111111 0.70000000
F Hitung 1.92 1.73 6.02
Pr > F 0.1695 0.1835 0.0036
Kuadrat Tengah 0.01111111 8.01111111 0.74444444 0.86666667
F Hitung 0.01 9.24 0.86
Pr > F 0.9101 0.0002 0.4273
Kuadrat Tengah 0.01111111 0.90000000 0.01111111 0.96507937
F Hitung 0.01 0.93 0.01
Pr > F 0.9148 0.3976 0.9886
Tk. Kesukaan (warna) Hari ke-4 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 84 89
Jumlah Kuadrat 1.34444444 2.42222222 8.42222222 58.80000000 70.98888889
Tk. Kesukaan (warna) Hari ke-6 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 84 Total 89
Jumlah Kuadrat 0.01111111 16.02222222 1.48888889 72.80000000 90.32222222
Tk. Kesukaan (warna) Hari ke-8 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 1 1 84 89
Jumlah Kuadrat 0.01111111 1.80000000 0.02222222 81.06666667 82.90000000
Lampiran 27. Lanjutan. Tk. Kesukaan (warna) Hari ke-10 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 1 KMSN*SUHU 1 Galat 56 Total 59
Jumlah Kuadrat 0.26666667 1.06666667 1.66666667 51.60000000 54.60000000
Kuadrat Tengah 0.26666667 1.06666667 1.66666667 0.92142857
F Hitung 0.29 1.16 1.81
Pr > F 0.5927 0.2866 0.1841
Tabel 28. Pengaruh jenis perlakuan terhadap uji hedonic (warna) buah jambu biji Jenis Perlakuan KS KTS
0
Uji hedonic (nilai warna) hari ke2 4 6 8 a a a 3.1333 2.8889 3.3333 3.3778a 3.111a 3.1333a 3.3556a 3.3556a
10 3.7667a 3.6333a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 29. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap uji hedonic (warna) buah jambu biji. Suhu Penyimpanan 5 0C 10 0C 30 0C
0
Uji Hedonik (nilai warna) hari ke2 4 6 8 a a a 3.2333 2.8000 2.8333 3.4667a 3.2000a 3.2000a 3.3333b 3.4667a a a c 2.9333 3.0333 3.8667 3.1667a
10 3.5667a 3.8333a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 28. Analisis ragam uji hedonik dari parameter rasa buah jambu biji. Tk.Kesukaan (rasa) Hari ke-2 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 84 Total 89
Jumlah Kuadrat 0.04444444 1.42222222 4.62222222 53.73333333 59.82222222
Kuadrat Tengah 0.04444444 0.71111111 2.31111111 0.63968254
F Hitung 0.07 1.11 3.61
Pr > F 0.7927 0.3338 0.0312
Kuadrat Tengah 0.17777778 4.63333333 1.01111111 1.19206349
F Hitung 0.15 3.89 0.85
Pr > F 0.7003 0.0243 0.4318
Kuadrat Tengah 0.90000000 1.01111111 2.10000000 0.98253968
F Hitung 0.92 1.03 2.14
Pr > F 0.3413 0.3618 0.1243
Kuadrat Tengah 1.11111111 14.87777778 0.34444444 0.87619048
F Hitung 1.27 16.98 0.39
Pr > F 0.2633 0.0001 0.6762
Tk.Kesukaan (rasa) Hari ke-4 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 2 KMSN*SUHU 2 Galat 84 Total 89
Jumlah Kuadrat 0.17777778 9.26666667 2.02222222 100.13333333 111.60000000
Tk.Kesukaan (rasa) Hari ke-6 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 84 89
Jumlah Kuadrat 0.90000000 2.02222222 4.20000000 82.53333333 89.65555556
Tk.Kesukaan (rasa) Hari ke-8 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 1 1 84 89
Jumlah Kuadrat 1.11111111 29.75555556 0.68888889 73.60000000 105.15555556
Lampiran 28. Lanjutan. Tk.Kesukaan (rasa) Hari ke-10 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 1 KMSN*SUHU 1 Galat 56 Total 59
Jumlah Kuadrat 0.81666667 0.81666667 0.15000000 46.40000000 48.18333333
Kuadrat Tengah 0.81666667 0.81666667 0.15000000 0.82857143
F Hitung 0.99 0.99 0.18
Pr > F 0.3251 0.3251 0.6721
Tabel 30. Pengaruh jenis perlakuan terhadap uji hedonic rasa buah jambu biji. Jenis Perlakuan KS KTS
0
Uji hedonic (nilai rasa) hari ke2 4 6 8 a a a 3.0222 2.8889 3.0222 3.2889a a a a 3.0667 2.9778 3.2222 3.0667a
10 3.7333a 3.5000a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 31. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap uji hedonic rasa buah jambu biji.. Suhu Penyimpanan 5 0C 10 0C 30 0C
0
Uji hedonic (nilai rasa) hari ke2 4 6 8 a a a 3.1333 3.3667 3.3333 3.6333a 3.1333a 2.8333ab 3.0333a 3.5333a a b a 2.8667 2.6000 3.0000 2.3667b
10 3.5000a 3.7333a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.
Lampiran 29. Analisis ragam uji hedonik dari parameter aroma buah jambu biji. Tk. Kesukaan (aroma) Hari ke-2 Sumber Jumlah keragaman db Kuadrat KMSN 1 0.54444444 SUHU 2 0.08888889 KMSN*SUHU 2 2.22222222 Galat 84 32.93333333 Total 89 35.78888889
Kuadrat Tengah 0.54444444 0.04444444 1.11111111 0.39206349
F Hitung 1.39 0.11 2.83
Pr > F 0.2420 0.8930 0.0644
Kuadrat Tengah 0.01111111 0.07777778 0.07777778 0.33015873
F Hitung 0.03 0.24 0.24
Pr > F 0.8549 0.7906 0.7906
Kuadrat Tengah 1.11111111 0.07777778 1.01111111 0.65873016
F Hitung 1.69 0.12 1.53
Pr > F 0.1976 0.8888 0.2215
Kuadrat Tengah 0.40000000 8.34444444 0.10000000 0.56984127
F Hitung 0.70 14.64 0.18
Pr > F 0.4045 0.0001 0.8394
Tk. Kesukaan (aroma) Hari ke-4 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 84 89
Jumlah Kuadrat 0.01111111 0.15555556 0.15555556 27.73333333 28.05555556
Tk. Kesukaan (aroma) Hari ke-6 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 2 2 84 89
Jumlah Kuadrat 1.11111111 0.15555556 2.02222222 55.33333333 58.62222222
Tk. Kesukaan (aroma) Hari ke-8 Sumber keragaman db KMSN 1 SUHU 1 KMSN*SUHU 1 Galat 84 Total 89
Jumlah Kuadrat 0.40000000 16.68888889 0.20000000 47.86666667 65.15555556
Lampiran 29. Lanjutan.
Tk. Kesukaan (aroma) Hari ke-10 Sumber keragaman KMSN SUHU KMSN*SUHU Galat Total
db 1 1 1 56 59
Jumlah Kuadrat 0.01666667 0.01666667 1.35000000 47.60000000 48.98333333
Kuadrat Tengah 0.01666667 0.01666667 1.35000000 0.85000000
F Hitung 0.02 0.02 1.59
Pr > F 0.8891 0.8891 0.2128
Tabel 32. Pengaruh jenis perlakuan terhadap uji hedonic (aroma) buah jambu biji. Jenis Perlakuan KS KTS
0
2 3.1111a 3.2667b
Uji Hedonik (aroma) hari ke4 6 8 a a 3.2667 3.3556 3.2444a 3.2889a 3.1333a 3.1111a
10 3.5333a 3.5000b
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%. KS
= Kardus dengan perlakuan sortasi.
KTS = Kardus tanpa perlakuan sortasi
Tabel 33. Pengaruh suhu penyimpanan terhadap uji hedonic (aroma) buah jambu biji. Suhu Penyimpanan 5 0C 10 0C 30 0C
0
2 3.1667a 3.1667a 3.2333a
Uji Hedonik (aroma) hari ke4 6 8 a a 3.2333 3.3000 3.3000a 3.3333a 3.2333a 3.6333a a a 3.2667 3.2000 2.6000b
10 3.5000a 3.5333a
Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada DMRT 5%.