KAJIAN STUDI DARI FENOMENA WORD OF MOUTH PRODUK ES KRIM OM Harti Yuwarti Fakultas Ilmu Komunikasi: Universitas Moestopo Beragama Abstrak
To advertise, a product must have a brand that serves as a differentiator from its competitors so that the message conveyed can be identified by the recipients of the message. In practical fact, there are products that do not have a brand, but a lot of discussion of people. This product can be known because its customers have a good experience of the product, which in turn labeled ice cream product with the name "Ice Cream Om," or commonly known as a mysterious ice cream in an online article. This study aims to explore the phenomenon of word of mouth on the ice cream brand om to be able to determine its contribution to the formation of ice-cream brand products Om, by analyzing the factors that led to word of mouth on the ice cream brand Om. The study was conducted in: JL. Mount Rainbow No. 106, Garden Diponegoro, LippoKarawaci Tangerang, West Java. With a discussion of the terms of phenomenology and word of mouth, the researchers used the research paradigm constructivism, descriptive research and qualitative research approach because it would be in line with the characteristics of phenomenological research. Research carried out gradually with a few visits, results in the can is, that the word of mouth that events on the ground is different from what the researchers found in the internet. Results of this study concluded that the word of mouth happens unintentionally because of the customer experience with ice cream Om positive, eventually they recommend to their relatives just to tell you there is ice cream is tasty brew the Om in Karawaci, eventually, word of mouth in the form of words "Om" is acting as a substitute name is not owned by owner-made ice cream. , Key words: Word of mouth phenomenon, constructivism, ice cream om. Suggest
1. Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
jaman kekuasaan Romawi, penguasa saat itu Nero Cladius Casesar (tahun 54-86) sering mengirim orang ke gunung hanya untuk mengambil salju, dimana kesukaannya adalah dicampur bermacam buah-buahan (www. pescaicecream.com) Memasuki era modern, mulai banyak muncul produk-produk Es krim baru dengan berbagai macam brand, terdapat Wall’s, Campina, Cledor, dan serupa lainnya yang saling bersaing dengan berpromosi melalui periklanan.
Es krim adalah jenis makanan ringan beku yang konon asal muasal Es Krim diperkirakan kurang lebih dari 200 tahun sebelum Masehi, walaupun memang tidak diketahui secara tepat kapan tanggal maupun penciptanya. Dari catatan sejarah diketahui bahwa Alexander Agung adalah penikmat es krim yang saat itu bentuknya masih berupa salju yang ditambahkan madu dan sari buah. Pada
36
Iklan bisa dibilang sudah lama ada dan dianggap sebagai alat promosi yang baik untuk memperkenalkan produk yang ingin dijual, iklan didefinisikan dalam buku Advertising: Principles and Practices sebagai segala bentuk pesan berbayar dari sponsor, dirancang untuk mempromosikan ide, jasa, maupun barang untuk meraih sebuah keuntungan (Flamming,2013), oleh karena itu, biasanya untuk beriklan sebuah produk harus memiliki brand yang berfungsi sebagai pembeda dari kompetitornya agar pesan yang disampaikan bisa diidentifikasikan oleh para penerima pesannya.1 Dalam praktik nyatanya, ada produk yang pada awalnya tidak memiliki brand namun banyak diperbincangkan orang hingga sampai ke dunia maya, tanpa melalui iklan, produk ini bisa diketahui orang-orang melalui para pelanggan yang telah memiliki pengalaman baik terhadap produk tersebut, yang pada akhirnya memberi nama atau melabeli produk Es krim itu dengan nama “Es krim Om.” Es krim Om terletak di daerah Tangerang.
sendiri oleh pembeli karena si penjual es krim ini jarang terlihat ada di rumahnya, begitu ada yang sempat bertatap muka, pasti ia sulit diajak berbicara karena sedang sibuk membuat es krim di dapurnya. Dengan konsep self service seperti ini, tidak menurunkan niat pelanggan untuk berbagi cerita tentang kenikmatan es krim tersebut di media sosial milik mereka masing-masing. Es krim Om sudah berdiri selama sembilan tahun dan masih berproduksi di lingkungan perumahan yang sama, namun, perkembangan word of mouth dan ulasanulasannya di media sosial masih dapat terlihat terutama di kalangan mahasiswa Universitas Pelita Harapan hingga kini. Komunikasi pemasaran dari mulut ke mulut sendiri adalah salah satu model komunikasi dari bauran komunikasi pemasaran, model komunikasi lainnya dalam komunikasi pemasaran terpadu menurut Kotler dan Keller menyebutkan bahwa terdapat delapan macam komunikasi pemasaran terpadu, yaitu, periklanan, promosi penjualan, acara dan pengalaman, hubungan masyarakat dan publisitas, pemasaran langsung, pemasaran interaktif, penjualan pribadi dan, pemasaran dari mulut ke mulut ( Philip, 2009).
Pemilik sekaligus pembuat produk ini tidak pernah memberikan brand terhadap Es krimEs krim buatannya, namun cerita-cerita dari mulut ke mulut dan kumpulan cerita dari media sosial lah yang akhirnya menciptakan nama Es krim Om. Fenomena Es krim Om ini terbilang unik, salah satunya karena sistem pembayaran yang diberlakukan oleh pemilik Es krim ini, ia mematok harga Es krim per cup nya Rp. 20.000,- namun, ia mempercayakan transaksi sepenuhnya kepada para pelanggan secara langsung, ia hanya menyediakan tempat berupa amplop yang diperuntukan kepada pembeli yang ingin membayar, sistemnya mirip seperti kantin kejujuran, ia juga menyediakan uang dalam pecahan nominal kecil untuk kembalian bagi pelanggan yang memerlukannya, sistem tersebut memberikan pengalaman baru dalam membeli es krim bagi yang pertama kali merasakannya. Memilih es krim, membayar, dan mengambil kembalian, semua harus dilakukan
Word of mouth berdasarkan sifat tradisionalnya biasa terjadi secara offline atau tanpa melalui media, murni cerita lisan, namun dengan perkembangan teknologi sekarang word of mouth juga sudah wajar terjadi di dunia maya baik secara tertulis maupun secara visual. 1.2. Pembatasan Masalah Pembatasan masalah diberlakukan pada penelitian ini guna mendapatkan identifikasi yang jelas terhadap ruang lingkup masalah dalam penelitian yang diberlakukan, dengan itu, penulis membaginya dalam tiga batasan, pertama, Fenome, Untuk memahami dunia dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung atau berkaitan dengan sifat-sifat alami pengalaman manusia. Kedua, Word of Mouth Marketing, Komunikasi dari mulut ke mulut antar khalayak, beredar secara berantai dan
37
2..
dengan sendirinya di suatu komunitas tertentu. Ketiga, Penelitian akan dilakukan di tempat penjualan Es krim Om: JL. Gunung Pelangi No. 106, Taman Diponegoro, LippoKarawaci – Tangerang, Jawa Barat.
komunikator, komunikan, pesan, saluran, dan efek. 2.1.2 Pemasaran. The American Marketing Assocciation (AMA) membuat definisi mengenai pemasaran: “Pemasaran merupakan suatu proses perencanaan dan implementasi dari konsep, pricing, promosi, dan distribusi (ide,produk, maupun jasa), sehingga dapat diciptakan pertukaran untuk memuaskan kebutuhan pelanggan dan perusahaan sekaligus. Berdasarkan definisi di atas, proses pemasaran dimulai dari menemukan apa yang diinginkan dan dibutuhkan oleh konsumen, selanjutnya memberikan harga pada produk yang bersangkutan dengan kebutuhan konsumen tersebut dan mendistribusikannya agar bisa didapat oleh pelanggan, itu semua melibatkan proses perencanaan terutama dalam riset untuk mengetahui kebutuhan konsumen tersebut.
1.3. Perumusan Masalah Dari kasus tersebut, penulis tertarik untuk meneliti lebih lanjut mengenai fenomena word of mouth pada brand Es krim om. Dengan perumusan masalah adalah bagaimana word of mouth bisa membentuk sebuah brand bernama “Es krim Om” menjadi masalah dalam skripsi ini. 2. Tinjauan Literatur dan Kerangka Teori 2.1. Tinjauan Literatur 2.1.1 Kajian Komunikasi Sugiono mengatakan , 2009 Komunikasi adalah persamaan makna, baik yang dikirimkan maupun yang diterima. Pemberi dan penerima pesan yang terlibat mempunyai interaksi dari kedua belah pihak. Dikutip oleh Jalaluddin Rakhmat, beranggapan bahwa “efek hanya perubahan perilaku manusia yang setelah diterpa pesan media massa, karena fokusnya pesan maka efek haruslah berkaitan dengan pesan yang disampaikan media massa.“ ( Rakhmat, Jalaluddin. 1999). Komunikasi adalah salah satu kebutuhan utama manusia, baik dalam bentuk interaksi maupun dalam bentuk bahasan mengenai definisi dari komunikasi itu sendiri. Banyak definisi yang beredar tentang komunikasi, dari Gerald R. Miller mengatakan bahwa komunikasi itu terjadi saat satu sumber menyampaikan pesan kepada penerima dengan niat sadar untuk mempengaruhi perilaku mereka, hal yang serupa namun berbeda dijabarkan oleh Watzlawick, Beavin dan Jackson yang menyatakan bahwa seseorang tidak dapat tidak berkomunikasi. Yang paling umum dijumpai adalah definisi komunikasi dari Harold Lasswell, yang menyatakan bahwa, komunikasi pada dasarnya merupakan suatu proses yang menjelaskan siapa, mengatakan apa, dengan saluran apa, kepada siapa, dengan akibat atau hasil apa. Jadi setidaknya komunikasi harus terdiri dari 5 komponen, yaitu,
2.1.3 Komunikasi Dalam Pemasaran. Komunikasi pada dasarnya adalah proses penyebaran informasi, seperti yang dapat dipahami dari pernyataan Byker dan Anderson, bahwa komunikasi adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih. Dalam konteks pemasaran, komunikasi menjadi penting karena definisi dari pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan dan mendistribusikan barang atau jasa yang memuaskan kebutuhan baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial. Agar orang mengetahui apa yang ia butuhkan dan dimana ia bisa mendapatkannya serta bagaimana mendapatkannya, seseorang membutuhkan pertukaran informasi melalui komunikasi 2.1.4 Word of Mouth. Word of Mouth adalah Komunikasi dari mulut ke mulut antar khalayak, beredar secara berantai dan dengan sendirinya di suatu komunitas tertentu. Word of mouth memiliki beberapa bentuk, ada yang tidak disengaja atau murni terjadi secara natural,
38
dan ada juga yang direncanakan, seperti yang dijelaskan oleh Rosen Emanuel (2000) bahwa bentuk alami dari word of mouth adalah hubungan interpersonal, dan itu bisa dibentuk atau diaktifkan secara sengaja, kegiatan word of mouth yang direncanakan terkenal dengan sebutan word of mouth marketing, berikut bentukbentuk dari word of mouth marketing berdasarkan penelitian Diamond Management & Technology Consultant dalam Mix (2007) yaitu Buzz marketing, Evangelist marketing, Community marketing, Conversation creation, Influencer marketing, Cause marketing, Viral marketing, Grassroots marketing, Brand blogging, Product seeding, dan Referral programs, menciptakan alat bagi pelanggan yang puas agar mereka merekomendasikan produk yang sama kepada teman-temannya (Emanuel, 2005). Word of mouth baik yang dibentuk secara sengaja maupun tidak, keduanya samasama tidak terlepas dari pengalaman dan cerita yang disebar diantara para konsumen. Hubungan yang terjadi di antara konsumen itu pada faktanya bisa mendukung atau justru merugikan sebuah perusahaan, karena kabar tentang sebuah produk bisa menyebar secara cepat melalui hubungan tersebut, baik itu kabar baik maupun buruk. Emanuel Rosen dalam bukunya, The Anatomy Of Buzz, mengatakan bahwa Word of Mouth tidak membawa dampak yang sama terhadap setiap jenis usaha yang ada, menurutnya, setidaknya ada empat faktor yang sewaktuwaktu tentu dapat berubah, mengenai halhal apa saja yang mempengaruhi dampak dari word of mouth terhadap sebuah produk, yakni Sifat produk, Khalayak sasaran, Keterkaitan hubungan antar khalayak sasaran dan Strategi yang digunakan.
pengalaman manusia ( Effendy,1992), Fenomenologi tidak diawali dan tidak bertujuan untuk menguji teori, melainkan untuk mendeskripsikan pengalaman, bukan menjelaskan atau menganalisanya (Effendy,1993). Fenomenologi dapat diartikan sebagai upaya studi tentang pengetahuan yang timbul karena rasa kesadaran ingin mengatahui. Objek pengetahuan berupa gejala atau kejadiankejadian dipahami melalui pengalaman secara sadar (councious experience). Fenomenologi menganggap pengalaman yang aktual sebagai data tentang realitas yang dipelajari. Fenomenologi cenderung menggunakan jenis penelitian kualitatif, untuk melihat hal tersebut, perlu diuraikan terlebih dahulu sifat-sifat dasar dari penelitian kualitatif yang relevan menggambarkan posisi metodologis fenomenologi. 2.1.6 Perilaku Konsumen. Perilaku konsumen pada umumnya mempelajari tentang proses yang melibatkan individu dalam hal mendapatkan, mengkonsumsi dan berhenti menggunakan sebuah barang, jasa, aktivitas, maupun ide untuk memenuhi kebutuhan mereka (Bovee, 1995). Perilaku konsumen bisa beragam, tergantung dari empat faktor yakni, faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi dan faktor psikologis. Peran faktor-faktor tersebut berbeda untuk produk yang berbeda. Dengan kata lain ada faktor yang dominan pada pembelian suatu produk, sementara faktor lain kurang berpengaruh ( Djuarsa, 2000). 2.1.7 Model Perilaku Konsumen. Untuk melihat proses perilaku konsumen secara meluas, model perilaku konsumen diperlukan, agar terlihat faktorfaktor apa saja yang menstimuli konsumen untuk mengambil keputusan melakukan pembelian. Model perilaku konsumen adalah model perilaku konsumen menurut Kotler, dapat terlihat secara luas faktor-faktor apa saja yang menstimuli konsumen untuk mengambil keputusan melakukan pembelian. (Jones, 1976). Dalam perilaku konsumen,
2.1.5 Fenomenologi. Pada dasarnya, fonomenologi adalah ilmu yang dipelajari untuk mengetahui dunia dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung atau berkaitan dengan sifat-sifat alami
39
tidak hanya stimuli pemasaran saja yang berperan memberikan pengaruh namun juga stimuli dari lingkungan ekonomi, politik, sosial dan budaya konsumen yang bersangkutan. (Kerlinger, 1990). Selain itu, seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, ada faktor lain yang dapat membuat perilaku konsumen menjadi berbeda-beda, karena setiap individunya dipengaruhi baik secara internal maupun eksternal melalui sosial, budaya, faktor pribadi dan faktor psikologis. Setelah melewati tahap-tahap tersebut, terjadilah proses pengenalan masalah, dimana individu atau konsumen yang bersangkutan mencoba mengidentifikasi masalah yang dialaminya, dan prosesnya terus berlanjut hingga ia mencari informasi sebagai solusi hingga tahap evaluasi. ( liliweri, 1992). 2.2 Kerangka Teori Penelitian ini diberlakukan dengan latar belakang bahwa terdapat sebuah produk Es krim yang memiliki word of mouth padahal produk tersebut tidak memiliki brand sebelumnya, produk tersebut adalah Es krim Om. Es krim om sudah berdiri sejak tahun 2006 yang seperti sudah dijelaskan sebelumnya, Es krim tersebut dijual pertama kali tanpa brand atau sebutan nama apapun. Word of mouth yang ada menjadi permasalahan ketika pada umumnya, sebuah produk sudah terlebih dahulu memiliki brand atau setidaknya sebutan untuk produknya yang selanjutnya dapat dibicarakan dari mulut ke mulut secara berantai, dalam kasus ini, bagaimana word of mouth bisa membentuk sebuah brand dari Es krim om yang pada awalnya tidak memiliki sebutan apapun untuk produknya tersebut? Peneliti pun melakukan tinjauan literatur untuk selanjutnya dapat mendukung pelaksanaan penelitian ini seperti pencarian teori seputar komunikasi, pemasaran, word of mouth, fenomenologi, serta perilaku konsumen yang berikutnya akan peneliti gambarkan pada sebuah diagram seperti berikut.
Gambar 2.1 Pola Pikir
3. Metodologi 3.1. Metode Penelitian Penelitian Menurut Sugiyono (2004:1) Metode penelitian merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Dengan memilih dan menggunakan metode penelitian yang tepat pada suatu jenis penelitian, hasil dari analisis sebuah penelitian bisa dipertanggung jawabkan. Dalam penelitian ini, peneliti akan menggunakan metode fenomenologi yang akan dijabarkan dalam bab ini berdasarkan dari paradigma penelitian, jenis penelitian, pendekatan penelitian, sumber informasi, teknik pengumpulan data dan teknik analisa data serta teknik validitas data. 3.2. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif, digunakan untuk memberikan gambaran mengenai gejalagejala atau realitas-realitas agar dapat memberikan pemahaman (understanding) mengenai gejala atau realitas. Kemudian kata “memberikan pemahaman” tidak akan dapat dilakukan kalau ada pembatasan terhadap (langkah mengisolasi) variabel-variabel tertentu. Pemberian pemahaman gejala atau realitas hanya dapat dilakukan oleh peneliti dengan melakukan pembatasan pada kasus dan atau konteks dari gejala atau realitas sehingga hal-hal seperti konsep apa yang digunakan dan apa maknanya serta variabel apa saja yang ada dan bagaimana pula hubungan antara variabel satu dengan
40
variabel lain baru dapat didefinisikan setelah peneliti melakukan pengamatan, memperoleh data, dan kemudian menganalisisnya.
konsumen Es Krim om yang pernah mencoba Es krim tersebut dan pernah bercerita kepada temannya, dan juga seorang ahli komunikasi pemasaran sebagai pihak ketiga. Hal ini dilakukan agar pemahaman peneliti terhadap temuan dari fenomena yang diteliti dapat meningkat.
3.3. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini melalui in-depth interview, diberlakukan karena in-depth interview lazim digunakan untuk melacak berbagai gejala tertentu dari perspektif orang-orang yang terlibat (the actors own perspective), dan hal ini sejalan dengan fenomenologi yang menggambarkan realitas secara sadar dari sudut pandang orang pertama. a.
4. Hasil Penelitian Dan Pembahasan 4.1 Deskripsi Tekstural Dalam analisanya, peneliti mendeskripsikan atas apa yang terjadi dalam fenomena word of mouth Es krim Om ini, baik yang ada di dalam dunia nyata a.) Deskripsi Informasi Internet. Word of mouth yang terjadi pada internet, menunjukan bahwa Es krim Om idenik dengan kata misterius, hal ini peneliti uji secara langsung dengan mengetik keyword “Es krim Om” dan “Es krim Misterius” serta membandingkan hasilnya. 4.2 Deskripsi Struktural. Merujuk pada keadaan yang ada pada lokasi penelitian dan internet, dapat diketahui bahwa terjadi perbedaan antara apa yang dibahas di internet dan apa yang ada di lokasi secara nyata. Bahasan di internet menyatakan bahwa Es krim Om itu adalah Es krim yang misterius, artikel dari kompas tersebut, diikuti dengan review yang lain dari para blogger itu bertolak belakang dengan apa yang dialami peneliti dan para konsumen lainnya yang jelas mayoritas mengatakan tidak memiliki gambaran pemilik yang misterius. Adapun salah satu faktor mereka ingin datang ke Es krim om, dan datang lagi setelahnya, karena produknya enak, selain itu mereka juga tidak segan untuk merekomendasikan atau mengajak kerabatnya untuk datang ke Es krim Om. Dalam komunikasi, berarti peristiwa tersebut sudah termasuk dalam proses konatif atau terjadinya sebuah aksi, dalam istilah perilaku konsumen, komponen konatif mempresentasikan niat konsumen untuk membeli sebuah item tertentu. 4.3 Word of Mouth Spontan Dapat ditarik esensi persitiwanya, bahwa word of mouth yang terjadi pada produk “Es krim Om” adalah terjadi secara tidak disengaja. Hal ini dapat dilihat dari pernyataan pak Pemilik sendiri yang sudah peneliti kategorikan dan
Pedoman wawancara biasanya tidak berisi pertanyaan-pertanyaan mendetail, melainkan hanya suatu garis besar saja tentang data atau informasi apa yang ingin didapat dari informan yang nanti dapat dikembangkan dengan memperhatikan perkembangan, konteks, dan situasi wawancara
3.4. Teknik Validitas Data. Teknik validitas data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik validitas triangulasi. Triangulasi dalam pengujian kredibilitas dapat diartikan sebagai pengecekan data dari berbagai sumber atau dengan berbagai cara, dan berbagai waktu. Teknik validitas data dengan triangulasi dalam penelitian kualitatif diupayakan untuk menunjukan bukti empirik, untuk meningkatkan pemahaman atas realitas atau gejala yang diteliti, oleh karena itu tidak ada data yang lebih benar diantara data lain ketika data yang diperoleh ternyata berbeda atau bahkan bertolak belakang antara satu dengan yang lainnya. 3.5 Teknik Validitas Data yang digunakan. Teknik validitas data yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah teknik validitas triangulasi sumber. Triangulasi sumber digunakan untuk mendapatkan data dari sumber yang berbeda-beda dengan teknik yang sama. Adapun sumber yang akan dimintai informasi seputar penelitian ini adalah pemilik Es krim om, bapak Chandra,
41
ada pada kode Esensi K1-p (Key Informant 1– point p) . Didukung dengan pernyataan para pelanggannya yang menyatakan bahwa mereka mendengar kabar dari temannya ada Es krim enak di karawaci, mereka juga akhirnya datang dan juga turut menceritakan hal yang sama, terekam pada kode esensi I1b (Informan kelompok pertama – point b), I1e, I1-F dan I2-b, I2-e, I2-F dan seterusnya hingga I9-b dan I9-f. Pemahaman peneliti atas fenomena word of mouth yang terjadi pada Es krim Om semakin mendalam atas validitas tersebut, dan juga atas temuan langsung di lapangan. Jika peneliti gambarkan ulang secara keseluruhan mengenai word of mouth yang ternyata terjadi secara tidak sengaja ini di produk Es krim Om, maka dapat digambarkan dalam tabel sebagai berikut:
tidak memiliki brand ini, dan berperan sebagai substitusi nama pada produk tersebut hingga akhirnya membentuk sebuah brand, dapat dinyatakan secara menyeluruh melalui tabel refleksi sebagai berikut:
Tabel 15: Refleksi "Es krim Om" Sebagai Substitusi Nama Produk Dalam proses penelitian, peneliti juga akhirnya dapat merasakan perbedaan word of mouth yang ada di internet dan keadaan lapangan secara langsung. Peneliti pun setuju atas rasa Es krim Om yang disebut-sebut oleh orang, enak. Lepas dari itu, peneliti menjadi berempati pada keadaan pak Pemilik yang harus bekerja sendiri untuk menyediakan Es krim – Es krim enak tersebut kepada tiap pelanggan yang datang, pasti melelahkan, namun peneliti juga sadar bahwa pak Pemilik senang membuat Es krim, itu dilihat dari bagaimana ia menyarankan agar Es krim baiknya segera dimakan, khawatir pengalaman makannya jadi berbeda kalau meleleh.
Tabel 14: Refleksi Word of Mouth Spontan Dari Word of mouth yang terjadi secara tidak sengaja seperti yang sudah dijabarkan pada poin sebelumnya, diketahuilah bahwa katakata yang tersebar dalam setiap cerita mengenai Es krim olahan pak Pemilik memiliki inti yang sama, yakni, bahwa ada Es krim enak buatan si Om, panggilan para pembeli untuk menghormati pak Pemilik yang lebih tua, di Lippo Karawaci, dekat kampus UPH. Semuanya terangkum dalam kode esensi K1o dan K1-p, Ia menjelaskan bahwa akhirnya disebut seperti itu karena para pembelinya yang berkembang segmennya menjadi mahasiswa, memanggilnya dengan sebutan Om sebagai budaya penghormatan sebutan kepada orang yang lebih tua, karena itu, mereka yang menceritakan pengalamannya ke Es krim Om, menyebutkan bahwa ada Es krim Enak buatan si Om, karena produk Es krimnya tidak memiliki nama, jadi sebagai pengganti nama yang tidak ada tersebut. Sebelum itu, Es krim Om dikenal dengan sebutan Es krim Pelangi dan Es Taman Diponegoro. Mengenai word of mouth yang berjalan pada sebuah produk Es krim yang
5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Dari kegiatan meneliti langsung fenomena word of mouth pada Es krim Om di lokasi penelitian, yakni, JL. Gunung Pelangi No. 106, Taman Diponegoro Lippo Karawaci, peneliti dapat menyimpulkan bahwa: 1. Fenomena word of mouth yang terjadi pada Es krim Om tidak disengaja 2. Kata “Es krim Om” yang tersebar melalui word of mouth memiliki peran sebagai substitusi nama yang tidak dimiliki oleh produk Es krim olahan pak Chandra tersebut. Sebutan Es krim om yang akhirnya menjadi brand secara tidak resmi itu muncul karena pada awalnya produk tidak memiliki nama apapun, maka orang-orang yang mau merekomendasikan ke kerabatnya
42
hanya mengatakan bahwa ada Es krim enak yang dibuat oleh si Om (sebutan pak Chandra) di Lippo Karawaci. 3. Tidak adanya brand untuk Es krim tersebut bukan disengaja agar terjadi word of mouth, melainkan karena pada awalnya tidak didukung permodalan untuk membuat brand, dan seiring berjalannya waktu, juga agar pelanggan fokus pada kualitas produk bukan dari segi image produknya. 4. Tidak semua word of mouth memberikan dampak positif bagi subjek pembicaraannya walaupun bentuknya bukan dalam bentuk negatif. Hal ini terjadi karena pelaku word of mouth tidak memahami keadaan subjek pembicaraan secara langsung. 5. Faktor utama dalam pembentukan word of mouth pada Es krim Om adalah, karena para pelanggannya memiliki pengalaman yang baik setelah mengkonsumsi Es krim Om tersebut, mereka merekomendasikan kepada kerabatnya sebagai Es krim yang enak.
suatu peristiwa, datanglah dan berbincanglah dengan orang-orang di lokasi peristiwa itu terjadi.
Daftar Pustaka Buku Bovee, Courtland Excellence.
1995.
Advertising
Djuarsa, Sasa. 2000. Pengantar Komunikasi, Universitas Terbuka. Effendy, Onong Uchjana. 1992. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong Uchana. 1993. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosakarya. Effendy, Onong Uchajana. 1997. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Effendy, Onong Uchjana.2003. Ilmu, Teori dan Filisafat Komunikasi. Cet. Ke-3. Bandung: Citra Aditya Bakti. Harjanto, Rudy. 2009. Prinsip–Prinsip Periklanan. Jakarta: Dewan Perguruan Periklanan Indonesia.
5.2 Saran Untuk melengkapi kegiatan penelitian ini, beberapa saran perlu dilakukan sebagai berikut: Agar sebaiknya para calon pelaku usaha mengambil contoh dari pak Chandra yang memikirkan produk dan pengalaman pembeli yang baik sebelum diluncurkan usahanya, dengan begitu akan menimbulkan word of mouth yang positif juga dikalangan konsumen bahkan bisa meluas sampai ke luar daerah. Terbukti usaha Es krim yang ia jalani berdiri hingga 10 tahun, bahkan tanpa sebuah brand dan imagenya.
L.
Jones, Gerre. 1976. How To Prepare Professional Design Brochure. New York: McGraw-Hill. Karlinah, Siti. 2000. Komunikasi Universitas Terbuka.
Massa.
Kerlinger, N., Fred. 1990. Asas-asas Penelitian Behavioral. Yogyakarta: Gadjah Mada University. Kottler, Philip. 2002. Manajemen Pemasaran jilid Jakarta: Prenhallindo. Liliweri, Alo. 1992. Dasar-Dasar Komunikasi Periklanan. Bandung: Citra Aditya Bakti.
Untuk memperoleh kesamaan makna dan memperkecil perbedaan kabar dalam suatu peristiwa, perlu adanya interaksi langsung, seperti jika ingin menulis dan mempublikasikan tentang
Mardalis, 1999. Metode Penelitian, Jakarta: Bumi Aksara.
43
Mulyana, Deddy. 2001. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT.Remaja Rosda Karya.
Umar, Husein. 1996. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada.
Purbo, Onno W. 2003. Filosofi Naif Kehidupan Dunia Cyber. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Usman, Husnaini dan Purnomo Setiadi Akbar. 1995. Metodologi Penelitian Sosial, Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Paryon, Petrus. Statistik.
1994.
Mengelola
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Komunikasi. Bandung: Rosdakarya.
Data
Wiryanto. 2004. Pengantar Ilmu Komunikasi. Jakarta: Gramedia.
Psikologi Remaja
Lain-lain:
Rakhmat, Jalaluddin Rakhmat, 2001. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya.
Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Kedua, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Balai Pustaka.
Ruben, D., Brent. 1992. Communication and
http://sito.milanisti.or.id/tentangkami/sejarah.html
Human Behavior, 3rd edition. New Jersey: Prentice Hall.
http://manajemen.blogspot.com/perminatanmanajemen-pemasaran.html
Simamora, Bilson, 1994, Riset Pemasaran, Jakarta: PT. Gramedia, Pustaka Utama. Sugiono. 1999. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Sugiono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Sugiyono. 2000. Statistika Untuk Penelitian, Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. 2002. Metode Penelitian Administrasi, Bandung: CV. Alfabeta. Sugiyono. 2003. Metode Penelitian Statistika. Bandung: CV.Alfabeta. Shimp, Terence A.. 2003. Periklanan dan Promosi, Jakarta: Erlangga. Sumartono. 2002. Terperangkap dalam Iklan (Meneropong Imbas Pesan Iklan Televisi). Bandung: Alfabeta. Sutisna. 2001. Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, Bandung: Remaja Rosdakarya. Triadi, Dendy dan Addy Sukma bharata. 2010. Ayo Bikin Iklan! Memahami Teori & Praktek Iklan Media Lini Bawah. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo.
44