KAJIAN STRATEGI PEMASARAN IKAN HIAS DI PASAR LUAR NEGERI
HADI SUSANTO
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
KAJIAN STRATEGI PEMASARAN IKAN HIAS DI PASAR LUAR NEGERI
Tugas Akhir Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
SURAT PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan dengan sebenar-benarnya, bahwa Tugas Akhir yang berjudul : Kajian Strategi Pemasaran Ikan Hias di Pasar Luar Negeri
merupakan hasil karya sendiri dibawah arahan dari komisi pembimbing dan belum pernah diajukan untuk memperoleh gelar pada program sejenis di perguruan tinggi lain serta belum pernah dipublikasikan. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan ataupun yang tidak diterbitkan dari penulis lain telah dicantumkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir Tugas Akhir ini.
Bogor, 23 Juli 2012
Hadi Susanto P054094045
© Hak Cipta milik IPB, tahun 2012 Hak Cipta dilindungi Undang-undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh Karya Tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar bagi IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin IPB
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tugas Akhir : Prof.Dr.Ir.H.Musa Hubeis, MS,Dipl.Ing, DEA
Judul Tugas Akhir Nama Mahasiswa Nomor Pokok
: Kajian Strategi Pemasaran Ikan Hias di Pasar Luar Negeri : Hadi Susanto : P054094045
Disetujui Komisi Pembimbing
Dr. Ir. Sapta Raharja, DEA
Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc
Ketua
Anggota
Diketahui
Ketua ProgramStudi Industri Kecil Menengah
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA
Dr. Ir. Dahrul Syah, M.Sc.Agr.
Tanggal Ujian : 23 Juli 2012 2012
26 Maret
Tanggal Lulus :
i
i
ABSTRACT HADI SUSANTO. Study of Ornamental Fish Marketing Strategies in Foreign Markets. Supervised by Sapta Raharja as Chairman and Komar Sumantadinata as Member. Ornamental fish is the new potential commodity that still require more intensive development efforts in Indonesia, because the international market is bright and its abundant natural resources. The purpose of this study are to (1) identification the internal and external factors that affect marketing strategies of ornamental fish in foreign markets, (2) develop alternative marketing strategies of ornamental fish in foreign markets, (3) establish the priority of alternative marketing strategis of ornamental fish in foreign markets forward, and (4) find out indonesia ornamental fish market share in foreign market than its main competitor countries. The method used in this study is descriptive method that focuses on aspect of marketing strategies, as well as Internal and External Factors Evaluation (IE), Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT), Quantitative Strategic Planning Matrix (QSPM) and Boston Consulting Group (BCG) analysis. The resulted total scores value of both External Factor Evaluation (EFE) and Internal Factor Evaluation (IFE) were respectively 2,544 and 2,187 indicating that is in stable position to respond to external situation and in average position to respond to its internal factors. The total value of both IFE and EFE was to identify the position of Indonesia. The matrix value of IE pointed to middle cell position (V), i.e. growth/stable. Based on the calculation of QSP matrix, the most interesting strategy to apply is increasing the national production of quality that can compete in global markets through the development of the area and market driven (13.418). Based on BCG analysis results, it is known that Indonesia's market share of 0.33 with high market growth rate reached 70%, which suggests that Indonesia is in the position of Question Marks. Therefore, the strategy can be implemented by Indonesia is an intensive strategy, through market penetration and market development or product development, and considering. Keywords: Foreign Markets, Ornamental Fish, Marketing Strategic, Market Share
ii
RINGKASAN HADI SUSANTO. Kajian Strategi Pemasaran Ikan Hias di Pasar Luar Negeri. Dibimbing oleh Sapta Rahardja sebagai Ketua dan Komar Sumantadinata sebagai Anggota. Salah satu komoditi hasil perikanan yang turut memberikan kontribusi terhadap perolehan devisa dari ekspor nonmigas adalah ikan hias. Ikan hias merupakan komoditas andalan baru yang masih memerlukan upaya pengembangan lebih intensif di Indonesia, mengingat pasar internasional yang cerah dan potensi sumber daya yang melimpah. Dari sisi suplai, potensi sumber daya ikan hias Indonesia terdapat di 18 provinsi yang tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Bali, Kalimantan, Sulawesi, Maluku dan Papua. Sedangkan potensi ikan hias Indonesia yang teridentifikasi mencapai 4.500 jenis dan yang diekspor sekitar 300-500 jenis, serta baru 50 jenis yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat. Dari sisi permintaan, pemasaran ikan hias Indonesia didominasi untuk pasar ekspor/internasional. Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics Database 2011, nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2010 sebesar US$19.776.172 atau 5,95% dari total nilai ekspor ikan hias di dunia yang mencapai US$332.340.091, sehingga Indonesia menempati posisi kelima di bawah Singapura, Spanyol, Jepang dan Malaysia. Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics Database 2011, negara tujuan ekspor utama ikan hias Indonesia meliputi Singapura (US$2.771.878), Hongkong (US$2.618.069), Jepang (US$2.337.333), USA (US$2.211.265) dan Malaysia (US$1.853.585). Nilai ekspor tersebut masih dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan dan menguatkan program pemasaran. Saat ini mayoritas tujuan ekspor ikan hias masih ke Singapura dan Hongkong, dan Singapura merupakan pemegang pangsa pasar ikan hias terbesar di dunia (18,05 %), padahal potensi sumber daya yang dimilikinya terbatas dan sebagian ikan hias yang dire-ekspor tersebut berasal dari Indonesia. Kalau Indonesia dapat memasarkan langsung ke konsumen akhir, tentunya marjin keuntungan yang diperoleh lebih besar. Tujuan kajian ini: (1) Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri, (2) Merumuskan alternatif strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri, (3) Menyusun prioritas strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri ke depan, serta (4) Mengkaji pangsa pasar ikan hias Indonesia di pasar luar negeri dibandingkan dengan negara pesaing utamanya. Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal diketahui bahwa faktor-faktor eksternal yang paling mempengaruhi strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri adalah permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat (bobot 0,689), meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina (bobot 0,613), serta budaya dan kepercayaan masyarakat, terutama Tionghoa terhadap ikan hias (bobot 0,339). Berdasarkan hasil analisis faktor internal diketahui bahwa faktor-faktor internal yang paling mempengaruhi strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri adalah kaya akan
iii
keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi (bobot 0,329), sumber daya ikan hias yang melimpah (0,319), dan jumlah pembudidaya ikan hias yang besar (bobot 0,280). Berdasarkan hasil analisis Internal Eksternal diketahui skor total pada evaluasi faktor eksternal 2,544 memperlihatkan respon yang diberikan Indonesia terhadap perubahan lingkungan eksternal tergolong sedang, sedangkan faktor internalnya memiliki skor 2,187 yang berarti posisi internal Indonesia tergolong rataan, Indonesia terposisikan pada kuadran V. Negara yang berada pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategi-strategi yang umum dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. Dari analisis SWOT diperoleh alternatif strategi S-O: (1) Penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor, dan (2) Optimasi Raiser Ikan Hias Indonesia sebagai integrated marketing zone, strategi W-O: (1) Peningkatan produksi nasional dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui pengembangan kawasan dan market driven, dan (2) Penguatan branding dan promosi, strategi ST (Pengembangan kawasan minapolitan ikan hias) dan strategi W-T (Penguatan dan pengembangan data, sistem informasi, regulasi dan jejaring pemasaran). Dari analisis QSPM, diperoleh strategi paling tepat dalam pemasaran ikan hias Indonesia di pasar luar negeri adalah peningkatan produksi nasional dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui pengembangan kawasan dan market driven (skor 13,418), penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor (skor 13,285), serta penguatan branding dan promosi (skor 13,232). Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena saling mendukung satu dengan lainnya dan dapat diartikan sebagai konsep strategi berorientasi pada produk dan pasar. Dari perhitungan analisis BCG, diperoleh pangsa pasar Indonesia 0,33, dengan laju pertumbuhan pasar 70%, yang memberikan gambaran bahwa Indonesia berada pada posisi Question Mark, maka strategi yang dijalankan oleh Indonesia adalah strategi intensif, melalui penetrasi pasar dan pengembangan pasar, atau pengembangan produk, serta memperhatikan kombinasi antara mutu dengan harga agar bersaing dengan Singapura.
iv
PRAKATA Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah S.W.T atas segala rahmat dan hidayah-Nya sehingga Tugas Akhir yang berjudul Kajian Strategi Pemasaran Ikan Hias di Pasar Luar Negeri sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Profesional pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pasca Sarjana Institut Pertanian Bogor berhasil diselesaikan. Penulis menyadari bahwa Tugas Akhir ini tidak dapat selesai tanpa bantuan dari berbagai pihak, oleh karena itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada : 1.
2.
3.
4. 5.
6. 7.
Dr. Ir. Sapta Rahardja, DEA selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah memberikan dorongan, bimbingan dan pengarahan selama kegiatan kajian dan penulisan tugas akhir ini. Prof. Dr. Ir. Komar Sumantadinata, M.Sc selaku Anggota Komisi Pembimbing yang juga telah memberikan pengarahan dan bimbingan selama penulis melakukan kajian dan penulisan tugas akhir ini. Prof. Dr. Ir. H. Musa Hubeis, MS, Dipl.Ing, DEA selaku Penguji Luar Komisi Pembimbing yang telah memberikan masukan yang sangat berarti guna kesempurnaan tugas akhir ini. Seluruh Dosen dan staf kependidikan pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (PS MPI-IPB). Dr. Maman Hermawan, M.Sc, Direktur Pengembangan Produk Nonkonsumsi, Kementerian Kelautan dan Perikanan yang telah memberikan semangat dan dukungan. Para anggota Komisi Ikan Hias Indonesia yang telah berkenan menjadi narasumber pada tugas akhir ini. Bunda tercinta, Rany Rachmawaty, S.Pi dan kedua buah hati ayah, Naufal Ihsan Ramadhan dan Indira Maritza Salsabila atas segala pengertian dan dukungan moril yang telah diberikan selama ini.
8.
Rekan-rekan PS MPI Angkatan 13 dan semua pihak, atas kerjasama yang baik dan bantuan yang telah diberikan kepada penulis. Akhir kata, semoga Tugas Akhir ini bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan. Saran dan kritik atas kajian ini sangat penulis harapkan guna penyempurnaan di masa mendatang. Bogor, 23 Juli 2012 Penulis
v
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Wonogiri, Jawa Tengah pada tanggal 8 Maret 1980 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara putra Bapak Satimin dan Ibu Karni. Pendidikan Sarjana ditempuh pada Jurusan Sosial Ekonomi Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, lulus tahun 2003. Pada tahun 2010 penulis diterima di Program Studi Industri Kecil Menengah, Sekolah Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (SPs IPB). Penulis memulai karier sebagai Pegawai Negeri Sipil di Kementerian Kelautan dan Perikanan sejak tahun 2005, saat ini bekerja di Direktorat Pengembangan Produk Nonkonsumsi, Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan, Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai Kepala Seksi Promosi Ikan Hias, Sub Direktorat Promosi dan Jaringan Pasar Ikan Hias. Penulis menikah pada tahun 2006 dengan Rany Rachmawati, S.Pi dan dikaruniai satu orang putra, Naufal Ihsan Ramadhan (3 tahun) dan satu orang putri, Indira Maritza Salsabila (6 bulan).
vi
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1.
Matriks IFE ....................................................................................................29
2.
Matriks EFE ....................................................................................................30
3.
Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal dan Internal Dengan Metode Berpasangan ...................................................................................................31
4.
Matrik SWOT .................................................................................................36
5.
Matriks QSP ...................................................................................................37
6.
Negara Importir Ikan Hias Indonesia .............................................................56
7.
Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal ......................................................57
8.
Identifikasi Faktor Lingkungan Internal ........................................................60
9.
EFE ................................................................................................................61
10. IFE ..................................................................................................................62 11. Matriks SWOT ...............................................................................................66 12. Penentuan Alternatif Strategi Terbaik ............................................................68
vii
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Halaman
1. Peta Ekspor Ikan Hias Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2010 .........3 2. Contoh ikan hias air tawar ..............................................................................5 3. Contoh ikan hias air laut ................................................................................6 4. Matriks IE ....................................................................................................16 5. Analisis SWOT ............................................................................................17 6. Matriks BCG ................................................................................................19 7. Matriks Ansoff .............................................................................................21 8. Kerangka Pemikiran Kajian .........................................................................27 9. Contoh Matriks IE ........................................................................................34 10. Alur prosedur dan persyaratan dokumen pendukung untuk keperluan ekspor hasil perikanan ...................................................................................53 11. Matriks IE .....................................................................................................63 12. Matriks BCG Indonesia ...............................................................................69
viii
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Kuesioner Kajian .......................................................................................... 81 2. Peta Penyebaran Potensi Ikan Hias dan Tanaman Hias Air Menurut Provinsi ......................................................................................... 90 3. Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Indonesia di Dunia ......................... 91 4. Total skor pembobotan dan rating IFAS dari Direktur PPN ........................ 92 5. Total skor pembobotan dan rating EFAS dari Direktur PPN....................... 94 6. Total skor pembobotan dan rating IFAS dari Eksportir Ikan Hias .............. 95 7. Total skor pembobotan dan rating EFAS dari Eksportir Ikan Hias ............. 97 8. Total skor pembobotan dan rating IFAS dari Importir Ikan Hias ................ 98 9. Total skor pembobotan EFAS dari Importir Ikan Hias .............................. 100 10. Total skor pembobotan IFAS dan EFAS .................................................. 101 11. Skor Pembobotan IFAS dan EFAS ............................................................ 102 12. Analisis QSPM ............................................................................................103 13. Perhitungan Analisis BCG ..........................................................................104 14. Perhitungan Pangsa Pasar tahun 2010 ....................................................... 107
1
I. A.
PENDAHULUAN
Latar Belakang Sektor kelautan dan perikanan mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembangunan nasional untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pembangunan sektor ini secara nyata telah memberikan dukungan dalam upaya tegaknya empat pilar pembangunan nasional, yaitu pertumbuhan ekonomi (pro growth), menyediakan lapangan pekerjaan (pro job),
mengurangi
tingkat
kemiskinan
(pro
poor)
dengan
tetap
memperhatikan lingkungan hidup (pro environment). Arah pembangunan kelautan
dan
perikanan
sesuai
dengan
misinya
bertujuan
untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat kelautan dan perikanan melalui ; pertama : peningkatan produktivitas, nilai tambah, dan kesejahteraan rakyat, kedua : peningkatan daya saing dan modernisasi berorientasi pasar, dan ketiga : swasembada dan manajemen kelautan dan perikanan berkelanjutan melalui integrasi hulu dan hilir yang berwawasan lingkungan (Rencana Strategik KKP 2010-2014, 2010). Diantara resources based industries yang dapat digunakan sebagai penggerak pembangunan perekonomian Indonesia, sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sektor yang memiliki keunggulan kompetitif dan komparatif untuk menggerakkan perekonomian nasional, sehingga sudah selayaknya sektor ini dikembangkan. Sektor ini memiliki beragam potensi, baik perikanan tangkap maupun perikanan budidaya. Menurut data Statistik Perikanan Tangkap Indonesia, diketahui volume produksi perikanan Indonesia pada tahun 2010 mencapai 11.662.341 ton meliputi perikanan tangkap 5.384.418 ton dan perikanan budidaya 6.277.923 ton, dengan nilai produksi perikanan mencapai 127,97 triliun rupiah yang diperoleh dari perikanan tangkap sebesar 64,55 triliun rupiah dan perikanan budidaya sebesar 63,42 triliun rupiah. Salah satu komoditi hasil perikanan yang turut memberikan kontribusi terhadap perolehan devisa dari ekspor nonmigas adalah ikan hias. Ikan hias merupakan komoditas andalan baru yang masih memerlukan
2
upaya pengembangan lebih intensif di Indonesia, mengingat pasar internasional yang cerah dan potensi sumber daya yang melimpah. Dari sisi suplai, perkembangan produksi ikan hias selama tiga tahun terakhir cukup menggembirakan, hal ini terlihat dari trend produksi ikan hias yang terus meningkat setiap tahunnya. Menurut data Statistik Perikanan Budidaya Indonesia, produksi ikan hias pada tahun 2009 mencapai 566.342.000 ekor atau sekitar 113,27% dari pencapaian target, sedangkan pada tahun 2010, produksi ikan hias mencapai 605.054.000 ekor dengan capaian target sebesar 100,84 persen. Target produksi budidaya ikan hias pada tahun 2011 sebesar 700 juta ekor dan ditargetkan akan terus meningkat sampai dengan 1,5 milyar ekor pada tahun 2014. Potensi sumber daya ikan hias Indonesia yang teridentifikasi mencapai 4.500 jenis, dan yang diekspor sekitar 300-500 jenis, serta baru 50 jenis yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat (Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011). Wilayah penyebaran produksi ikan hias Indonesia terdapat di 18 Provinsi yaitu Sumatera Barat, Sumatera Utara, Jambi, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Bali, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Maluku, Papua, dan Papua Barat. Peta penyebaran potensi ikan hias dan tanaman hias air menurut provinsi disajikan pada Lampiran 2. Dari sisi permintaan, pemasaran ikan hias Indonesia didominasi untuk pasar luar negeri atau ekspor. Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics Database 2011, nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2009 sebesar US$11.660.944 atau sebesar 3,12% dari total nilai ekspor ikan hias di dunia yang mencapai US$373.772.000, sehingga Indonesia menempati peringkat nomor sembilan dunia. Pada tahun 2010, nilai ekspor ikan hias Indonesia meningkat sebesar US$19.776.172, atau 5,95% dari total nilai ekspor ikan hias di dunia yang mencapai US$332.340.091, sehingga Indonesia menempati posisi kelima di bawah Singapura, Spanyol, Jepang dan Malaysia. Perkembangan nilai ekspor ikan hias Indonesia di dunia 2006-2010 dapat dilihat pada Lampiran 3.
3
Sedangkan negara tujuan utama ekspor ikan hias Indonesia meliputi Singapura
(US$2.771.878),
Hongkong
(US$2.618.069),
Jepang
(US$2.337.333), USA (US$2.211.265) dan Malaysia (US$1.853.585), seperti dapat dilihat pada Gambar 1.
Gambar 1. Peta Ekspor Ikan Hias Indonesia Menurut Negara Tujuan Tahun 2010 (United Nation Commodity Trade Statistics Database, 2011 (diolah) Nilai ekspor tersebut masih dapat ditingkatkan dengan cara meningkatkan dan menguatkan program pemasaran. Saat ini mayoritas tujuan ekspor ikan hias masih ke Singapura dan Hongkong, dan Singapura merupakan pemegang pangsa pasar ikan hias terbesar di dunia (18,05 %), padahal potensi sumber daya yang dimilikinya terbatas dan sebagian ikan hias yang dire-ekspor tersebut berasal dari Indonesia. Kalau Indonesia dapat memasarkan langsung ke konsumen akhir, tentunya marjin keuntungan yang diperoleh lebih besar. Untuk itu perlu dilakukan kajian yang komprehensif mengenai Kajian Strategi Pemasaran Ikan Hias di Pasar Luar Negeri.
4
B.
Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, maka perumusan masalah dalam kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1.
Faktor-faktor internal dan eksternal apakah yang mempengaruhi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri?
2.
Bagaimana alternatif strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri?
3.
Alternatif strategi pemasaran apakah yang tepat untuk pemasaran ikan hias di pasar luar negeri ke depan?
4.
Bagaimana pangsa pasar ikan hias Indonesia di pasar luar negeri dibandingkan dengan negara pesaing utamanya?
C.
Tujuan Berdasarkan perumusan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan kajian ini adalah : 1.
Identifikasi faktor-faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri.
2.
Merumuskan alternatif strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri.
3.
Menyusun prioritas strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri ke depan.
4.
Mengkaji pangsa pasar ikan hias Indonesia di pasar luar negeri dibandingkan dengan negara pesaing utamanya.
5
II. TINJAUAN PUSTAKA A.
Ikan Hias Dalam Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor : KEP.090/DJ-P2HP/2011 tentang Registrasi Unit Penanganan,
Pengolahan
Hasil
Perikanan
Nonkonsumsi
(UPPN)
sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor : KEP.016/DJ-P2HP/2012, definisi ikan hias adalah ikan air tawar atau air laut yang merupakan hasil dari kegiatan budidaya atau penangkapan ikan, pada tahap pasca panen yang digunakan untuk ikan hias, dan bukan untuk konsumsi manusia. Dalam ketentuan peraturan ini, ikan hias dibedakan menjadi ikan hias air tawar dan ikan hias air laut. a.
Ikan hias air tawar adalah segala jenis organisme yang siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan tawar yang lebih banyak peruntukkannya dipandang keindahannya baik bentuk dan warna, seperti koi, discus, botia, koki, cupang dan guppy.
Symphysodon discus (Discus)
Chrombotia macracanthus (Botia)
Poecilia reticulata (Guppy)
Betta splendens (Cupang)
Gambar 2. Contoh ikan hias air tawar (KKP, 2011)
6
b.
Ikan hias air laut adalah segala jenis organisme yang siklus hidupnya berada di dalam lingkungan perairan laut (asin) yang lebih banyak peruntukkannya dipandang keindahannya baik bentuk dan warna, contohnya ikan angel (angelfish), ikan kepe-kepe (butterflyfish), ikan tang (surgeonfish), ikan badut (clownfish), ikan betok (damselfish) dan lain-lain.
Amphiprion sp. (Clown fish)
Chaetodon s. (Butterfly fish)
Pterois sp (Scorpion fish)
Chelmon rostratus (Coral fish)
Gambar 3. Contoh ikan hias air laut (KKP, 2011)
Menurut Badan Pengembangan Ekspor Nasional (1994), ikan hias adalah ikan yang umumnya mempunyai bentuk, warna dan karakter khas, sehingga mampu menciptakan suasana akuarium yang mendukung tata ruang serta mampu memberikan suasana tenteram. Gerakan ikan hias umumnya lembut khas dengan perpaduan tanaman dan pendukung lainnya akan selalu menarik minat konsumen, khususnya yang memiliki pendapatan relatif tinggi. Dalam dunia perdagangan, ikan hias dikenal bermacam– macam jenis dan secara garis besar dibagi menjadi empat (4), yaitu :
7
a.
Ikan hias yang berasal dari air tawar dengan istilah perdagangan freshwater ornamental fish.
b.
Ikan hias yang berasal dari laut dikenal sebagai marine ornamental fish.
c.
Tanaman hias air tawar dikenal sebagai freshwater ornamental plant atau aquatic plant.
d.
Kerang–kerangan atau biota laut dikenal sebagai invertebrata. Menurut The Global Marine Aquarium Database (2005), spesies
ikan hias dalam dunia perdagangan dapat dibagi menjadi tiga kategori berdasarkan seberapa pentingnya spesies tersebut dalam perdagangan. Ketiga spesies tersebut adalah : Kategori I : kelompok bread dan butter, adalah spesies ikan hias yang sangat populer di perdagangan, yang ditangkap serta diekspor dalam jumlah yang besar. Contoh dari jenis tersebut di Asia Tenggara adalah : a.
Clown loach (Botia macracanthus),
b.
Eel-loaches (Pangio spp.),
c.
Chocolate gouramy (Sphaerichthys osphromenoides),
d.
Pearl gouramy (Trichogaster leerii),
e.
Harlequin rasbora (Rasbora heteromorpha),
f.
Flying fox (Epalzeorhynchus kalopterus),
g.
Lancer (Luciosoma setigerum), dan
h.
Two-spot catfish (Mystus bimaculatus), dan
i.
Glass catfish (Kryptopterus bicirrchus).
Kategori II : kelompok ikan hias yang ditangkap di alam liar dan diperdagangkan dalam jumlah yang relatif kecil pada saat ini, namun berpotensi untuk menjadi populer, yaitu : a.
Neon rasbora (Rasbora
d. Filamentous glassfish
axelrodi), b.
Hasselt's goatfish
(Gymnochanda filamentosa), e. Fire-eyed loach (Barbucca
(Osteochilus hasseltii), c.
Glowlight rasbora (Rasbora pauciperforata),
diabolica), f.
Swamp loach (Neohomaloptera johorensis),
8
g.
Graceful rasbora (Rasbora
o. Hasselt's loach
gracilis), h.
Hengel's harlequin rasbora
(Lepidocephalichthys hasseltii), p. Bornean clown catfish
(Rasbora hengeli), i.
Kalbar rasbora (Rasbora
(Leiocassis mahakamensis), q. Brown clown catfish
kalbarensis), j.
Red rasbora (Rasbora
(Pseudomystus fuscus), r. Glass catfishes (Pseudeutropius
reticulata), k.
Six-banded tiger barb
spp.), s. Red dragon eel (Mastacembelus
(Puntius hexazona), l.
erythrotaenia),
Zebra barb (Puntius
t.
gemellus),
u. Licorice gouramies
m. Eyed tiger barb (Puntius
Fighting fishes (Betta spp.),
(Parosphromenus spp.).
rhombocellatus), n.
Eight-banded barb (Eirmotus)
Kategori III : kelompok ikan hias yang dipasarkan dengan harga yang sangat mahal dan termasuk jenis yang “high end”. Spesies tersebut adalah :
B.
a.
Arwana (Scleropages formosus),
b.
Red-flag giant gouramy (Osphronemus laticlavius) dan
c.
Sawfish (Pristis microdon).
Strategi Pemasaran Menurut Kotler (1997) pemasaran adalah proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan cara menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk yang bernilai dengan pihak lain. Sedangkan strategi adalah rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi perusahaan dengan tantangan lingkungan dan yang dirancang untuk memastikan tujuan utama perusahaan dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat oleh perusahaan. Lebih jauh lagi, strategi adalah sarana yang digunakan sebagai tujuan akhir (sasaran), tetapi
9
strategi bukanlah suatu rencana. Strategi merupakan rencana yang disatukan, strategi meliputi semua aspek penting perusahaan. Strategi itu terpadu meliputi semua bagian rencana serasi satu sama lain dan bersesuaian (Jauch dan Glueck, 1997). Strategi pemasaran merupakan prinsip-prinsip dasar yang mendasari manajemen pemasaran dalam pasar sasarannya (Kotler, 1997), sedangkan proses manajemen strategis ialah suatu alternatif metode pengambilan keputusan bagi perencana strategi dalam menentukan sasaran dan mengambil keputusan (Jauch dan Glueck, 1997). Menurut Kotler (1997), perusahaan yang sukses adalah perusahaan yang dapat mengenali dan memberi
interaksi
secara
menguntungkan
terhadap
kebutuhan,
kecenderungan yang belum terpenuhi dalam lingkungan pemasaran. Lingkungan pemasaran sendiri terbagi menjadi dua yaitu lingkungan eksternal yang meliputi variabel peluang dan ancaman di luar kontrol manajemen perusahaan serta lingkungan internal yang meliputi variabel kekuatan dan kelemahan dalam kontrol manajemen perusahaan. Lingkungan eksternal terbagi menjadi dua yaitu task environmental dan
societal
environmental
environmental terdiri
dari
(Hunger
dan
elemen-elemen
Wheelen, yang
1994),
secara
task
langsung
mempengaruhi atau dipengaruhi oleh aktivitas utama organisasi seperti stakeholder,
pemerintah,
pemasok,
pesaing,
konsumen,
asosiasi
perdagangan, serikat pekerja, kelompok kepentingan khusus, serta komunitas lokal, task environmental lazim disebut sebagai lingkungan industri. Sedangkan societal environmental mengandung elemen-elemen yang lebih umum yang tidak secara langsung mempengaruhi aktivitas organisasi dalam jangka pendek, elemen-elemen tersebut adalah ekonomi, politik, sosial budaya, teknologi serta hukum. Lingkungan internal menurut David (2009) adalah aspek manajemen, pemasaran, finansial, produksi dan operasi, penelitian dan pengembangan serta sistem informasi komputer. Lingkungan internal bertujuan untuk mengidentifikasi bisnis dilihat dari kekuatan serta kelemahan yang dimiliki sehingga dapat dicari alternatif terbaik dalam menyiasati peluang dan ancaman yang dihadapi perusahaan.
10
Unsur-unsur utama pemasaran dapat diklasifikasikan menjadi tiga unsur utama, yaitu strategi persaingan, taktik pemasaran dan nilai pemasaran (Rangkuti, 2009). a.
Strategi
persaingan
dapat
dikelompokkan
menjadi
tiga,
yaitu
Segmentasi Pasar, Targetting, dan Positioning. Segmentasi pasar adalah tindakan mengidentifikasikan dan membentuk kelompok pembeli atau konsumen secara terpisah. Masing-masing segmen konsumen ini memiliki karakteristik, kebutuhan produk, dan bauran pemasaran tersendiri. Targetting adalah suatu tindakan memilih satu atau lebih segmen pasar yang akan dimasuki. Positioning adalah penetapan posisi pasar. Tujuan positioning ini adalah untuk membangun dan mengkomunikasikan keunggulan bersaing produk yang ada di pasar ke dalam benak konsumen. b.
Taktik pemasaran yang terdiri dari Diferensiasi dan Bauran Pemasaran. Diferensiasi, yang berkaitan dengan cara membangun strategi pemasaran dalam berbagai aspek di perusahaan. Kegiatan membangun strategi pemasaran inilah yang membedakan diferensiasi yang dilakukan suatu perusahaan dengan perusahaan lain. Bauran pemasaran, yang berkaitan dengan kegiatan-kegiatan mengenai produk, harga, promosi dan tempat.
c.
Nilai pemasaran dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu Merek, Pelayanan, dan Proses. Merek (brand), yaitu nilai yang berkaitan dengan nama atau nilai yang dimiliki dan melekat pada suatu perusahaan. Sebaiknya perusahaan senantiasa berusaha meningkatkan cara mengelola ekuitas mereknya (brand equity). Pelayanan (service), yaitu nilai yang berkaitan dengan pemberian jasa pelayanan kepada konsumen. Kualitas pelayanan kepada konsumen ini perlu terus menerus ditingkatkan. Proses, yaitu nilai yang berkaitan dengan prinsip perusahaan untuk membuat setiap karyawan terlibat dan memiliki rasa tanggung jawab dalam proses memuaskan konsumen, baik secara langsung maupun tidak langsung.
11
C.
Analisis Lingkungan Pemasaran Lingkungan pemasaran suatu perusahaan adalah pelaku-pelaku dan kekuatan-kekuatan
yang
mempengaruhi
kemampuan
untuk
mengembangkan dan mempertahankan transaksi-transaksi dan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan sasarannya (Kotler, 1997). Analisis lingkungan pemasaran terdiri dari analisis lingkungan internal dan analisis lingkungan eksternal dengan uraian sebagai berikut : 1.
Analisis Lingkungan Internal Pengidentifikasian faktor internal dapat memberikan gambaran
mengenai kondisi suatu perusahaan (Kotler dan Amstrong, 2001). Landasan yang penting bagi pemahaman analisis internal adalah pengertian mengenai pemikiran pencocokan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dengan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan perusahaan. Menurut David (2009), faktor-faktor internal pada perusahaan adalah : a.
Aspek manajemen sumber daya manusia Menurut David (2009) sumber daya manusia perusahaan berhubungan dengan sistem manajemen, hubungan staf karyawan dan tingkat produktivitas tenaga kerja. Serangkaian sumber daya dan karyawan yang dapat memberikan keunggulan bersaing bagi perusahaan adalah : (1) struktur organisasi dan suasana yang efektif; (2) sejarah perusahaan dalam mencapai tujuan; (3) pengalaman kerja dan prestasi manajemen puncak yang seimbang; (4) kebijakan hubungan kerja yang efisien dan efektif; (5) karyawan berkualitas tinggi; dan (6) informasi manajemen dan sistem komputer yang efektif (Jauch dan Glueck, 1997).
b.
Aspek pemasaran Menurut
David
(2009),
pemasaran
diuraikan
sebagai
proses
menetapkan, mengantisipasi, menciptakan dan memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan akan produk dan jasa yang meliputi pelanggan, menjual produk, menetapkan harga, dan analisis peluang. c.
Sumber daya keuangan Menurut David (2004), sumber daya keuangan digunakan untuk melihat pertumbuhan penjualan dan struktur modal terhadap perolehan laba
12
penjualan. David (2009) menambahkan bahwa kondisi keuangan sering dianggap suatu ukuran tunggal terbaik dari posisi bersaing perusahaan dan daya tarik investor. d.
Aspek produksi dan operasi Fungsi produksi dan operasi merupakan kegiatan mengubah masukan (input) menjadi barang dan atau jasa (output). David (2009) menyarankan bahwa manajemen produksi/operasi haruslah terdiri dari lima fungsi atau bidang keputusan yaitu : proses, kapasitas, sediaan, tenaga kerja, dan mutu.
2.
Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah suatu proses yang dilakukan
untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman pada perusahaan. Analisis lingkungan terdiri dari lingkungan mikro, lingkungan makro dan lingkungan industri yang dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan atau produk yang dihasilkannya dalam menghadapi persaingan. a.
Lingkungan Mikro Lingkungan
mikro
merupakan
kekuatan-kekuatan
yang
dapat
mempengaruhi usaha. Lingkungan mikro perusahaan terdiri atas pelaku pada lingkungan terdekat perusahaan yang mempengaruhi kemampuan untuk melayani pasar, yaitu pemasok, perantara pemasaran, pelanggan dan pesaing (Kotler, 1997). 1) Pemasok Pemasok
adalah
perusahaan
bisnis
dan
perorangan
yang
menyediakan sumber daya yang dibutuhkan oleh perusahaan dan pesaingnya untuk memproduksi barang dan jasa (Kotler, 1997). 2) Pelanggan Pelanggan menurut Kotler (1997) dibagi lima jenis pasar pelanggan seperti; (1) Pasar konsumen adalah individu dan rumah tangga yang membeli barang dan jasa untuk dikonsumsi, (2) Pasar produsen yaitu organisasi yang membeli barang dan jasa lain dengan tujuan untuk mendapatkan laba atau mencapai tujuan lain, (3) Pasar penjual yaitu organisasi yang membeli barang dan jasa
13
untuk dijual kembali dengan mendapatkan laba, (4) Pasar pemerintah dan pasar non laba yaitu pemerintah dan lembagalembaga non laba yang membeli barang dan jasa untuk memproduksi jasa publik atau mentransfer barang dan jasa kepada pihak yang memerlukan, dan (5) Pasar internasional yaitu pembeli yang ada di luar negeri termasuk konsumen, produsen penjual, dan pemerintah asing. 3)
Pesaing Perusahaan bersaing dengan sejumlah pesaing. Para pesaingnya tersebut diidentifikasi, dimonitor, dan disiasati untuk memperoleh dan mempertahankan loyalitas dari para pelanggan (Kotler, 1997).
b.
Lingkungan Makro Menurut Kotler (1997), lingkungan makro merupakan lingkungan yang tidak dapat dikendalikan yang harus dimonitor dan ditanggapi oleh pihak perusahaan. Lingkungan makro terdiri ekonomi, teknologi, politik dan kebudayaan. 1) Lingkungan Ekonomi Lingkungan ekonomi terdiri dari faktor-faktor yang mempengaruhi daya beli konsumen dan pola pengeluarannya. Pasar memerlukan daya beli selain jumlah orang. Daya beli total tergantung pada pendapatan sekarang, harga-harga, tabungan dan utang. Pemasar harus menyadari kecenderungan utama dalam pendapatan dan pengeluaran konsumen yang berubah-ubah (Kotler, 1997). 2) Lingkungan Teknologi Teknologi mungkin adalah kekuatan yang paling dramatis yang membentuk lingkungan pemasaran (Kotler dan Amstrong, 2001). 3) Lingkungan Politik dan Hukum Keputusan pemasaran sangat dipengaruhi pula oleh perkembangan dalam lingkungan politik. Lingkungan ini terdiri dari undangundang, lembaga pemerintah dan golongan yang berpengaruh yang mempengaruhi dan membatasi berbagai organisasi dan individu dalam masyarakat (Kotler, 1993).
14
4)
Lingkungan Sosial, Budaya, dan Demografi Faktor sosial yang berpengaruh adalah kepercayaan, nilai sikap, opini, dan gaya hidup orang-orang dalam lingkungan eksternal yang berkembang dari pengaruh kultural, ekologi, demografi, agama, pendidikan, dan etnik (David, 2009).
c.
Lingkungan Industri Menurut Umar (1999), kekuatan dalam bersaing pada lingkungan industri bergantung pada enam faktor, yaitu ancaman terhadap masuknya pendatang baru, ancaman terhadap produk substitusi, kekuatan tawar menawar pemasok, kekuatan tawar menawar pembeli, persaingan anggota industri dan pengaruh stakeholder lainnya. Keenam faktor tersebut dapat diuraikan sebagai berikut : 1)
Ancaman Pendatang Baru. Masuknya perusahaan sebagai pendatang baru akan menimbulkan sejumlah implikasi bagi perusahaan yang sudah ada, misalnya kapasitas menjadi bertambah, terjadinya perebutan pangsa pasar, serta perebutan sumber daya produksi yang terbatas. Kondisi seperti ini menimbulkan ancaman bagi perusahaan yang sudah ada.
2) Ancaman Produk Substitusi. Semua perusahaan dalam suatu industri dengan produk substitusi, meskipun
karakteristik
berbeda,
barang
substitusi
dapat
memberikan fungsi dan jasa yang sama. Ancaman produk substitusi kuat jika konsumen dihadapkan pada harga yang lebih murah dan kualitas sama atau lebih baik dibandingkan dengan produk dari industri tersebut. 3)
Kekuatan Tawar Menawar Pemasok (Suppliers). Pemasok dapat mempengaruhi industri melalui kemampuan menaikkan harga jual atau menurunkan kualitas produk atau pelayanan. Hubungan antara perusahaan dengan pemasok sangat penting untuk keberlanjutan usaha dalam dukungan bahan baku.
4)
Kekuatan Tawar Menawar Pelanggan (buyers).
15
Untuk melihat seberapa jauh para pembeli dengan kekuatan yang mereka miliki mampu mempengaruhi industri untuk menurunkan harga produk, serta meningkatkan mutu dan pelayanan. 5)
Persaingan Sesama Perusahaan dalam Industri. Tingkat persaingan industri meliputi : jumlah kompetitor, karakteristik produk, biaya tetap yang besar, kapasitas dan hambatan keluar.
6)
Pengaruh Kekuatan Stakeholder Lainnya. Stakeholder yang dimaksud adalah pemerintah, serikat pekerja, lingkungan masyarakat, kreditor, pemasok, asosiasi dagang, kelompok yang mempunyai kepentingan lain dan pemegang saham.
D.
Analisis Internal Eksternal (IE) Matriks Internal Eksternal (IE) digunakan untuk menentukan posisi perusahaan yang merupakan gambaran posisi suatu unit bisnis strategis dalam sebuah perusahaan. Sebelum melakukan analisis IE terlebih dahulu dilakukan analisis terhadap Matriks EFE dan Matriks IFE. Matriks EFE digunakan untuk mengidentifikasi faktor-faktor lingkungan eksternal dan mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan dan dilakukan
pembobotan.
mengidentifikasi
Sedang
faktor-faktor
Matriks
IFE
lingkungan
digunakan internal
untuk dan
mengklasifikasikannya menjadi kekuatan dan kelemahan perusahaan bagi perusahaan dan dilakukan pembobotan (Umar, 1999). Hasil akhir dari analisis ini berupa Matriks IE (Internal Eksternal). Pada sumbu horizontal menunjukkan total skor IFE sedangkan pada sumbu vertikal menunjukkan total skor EFE. Pada sumbu horizontal skor antara 1,00-1,99 menunjukkan posisi internal lemah. Skor 2,00-2,99 menunjukkan rataan, sedangkan 3,00-4,00 menunjukkan posisi internal yang kuat. Pada sumbu vertikal skor antara 1,00-1,99 menunjukkan posisi eksternal rendah. Skor 2,00-2,99 menunjukkan sedang, sedangkan 3,00-4,00 menunjukkan posisi eksternal tinggi (Umar, 1999). Matriks IE seperti dapat dilihat pada Gambar 4.
16
Gambar 4. Matriks IE (Umar, 1999)
Matriks IE memiliki tiga (3) implikasi strategi yang berbeda (Umar, 1999), yaitu : 1.
Perusahaan yang berada pada sel I, II, atau IV dapat digambarkan sebagai Grow dan Build. Strategi-strategi yang cocok bagi perusahaan ini adalah Strategi Intensif seperti Market Penetration, Market Development, dan Product Development atau Strategi Terintegrasi seperti Backward Integration, Forward Integration, dan Horizontal Integration.
2.
Perusahaan yang berada pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategistrategi yang umum dipakai yaitu strategi Market Penetration dan Product Development.
3.
Perusahaan yang berada pada sel VI, VIII, atau IX dapat menggunakan strategi Harvest atau Divestiture.
17
E.
Analisis SWOT Menurut
Rangkuti
(2009)
analisis
Strengths,
Weaknesses,
Opportunities dan Threats (SWOT) digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis
SWOT
membandingkan
antara
faktor
eksternal
peluang
(opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses).
BERBAGAI PELUANG
3. Mendukung strategi turnarround
1. Mendukung strategi agresif
KEKUATAN
KELEMAHAN
INTERNAL
INTERNAL
4. Mendukung strategi defensif
2. Mendukung strategi diversifikasi
BERBAGAI ANCAMAN
Gambar 5. Analisis SWOT (Rangkuti, 2009)
Kuadran 1:
Ini
merupakan
situasi
yang
sangat
menguntungkan.
Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Strategi yang harus ditetapkan dalam kondisi ini adalah mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy). Kuadran 2:
Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal.
18
Strategi yang harus ditetapkan adalah menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara diversifikasi (produk/pasar). Kuadran 3:
Perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi
di
lain
pihak,
ia
menghadapi
beberapa
kendala/kelemahan internal. Fokus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang lebih baik. Kuadran 4:
Ini merupakan situasi yang sangat tidak menguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.
F.
Analisis Boston Consulting Group (BCG) Matriks portofolio BCG digunakan untuk membahas keberadaan posisi perusahaan yang berkaitan dengan laju pertumbuhan serta pangsa pasar yang dimiliki perusahaan serta membandingkannya dengan posisi perusahaan pesaing. Menurut Umar (1999) posisi pangsa pasar relatif diletakkan pada sumbu X di Matriks BCG, titik tengah pada sumbu X bernilai 1 sebagai pemisah antara pangsa pasar rendah dengan tinggi. Sumbu Y dipakai untuk tingkat pertumbuhan penjualan industri dalam persentase – 20% sampai 20%, dengan 0 % yang menjadi titik tengah antara tingkat pertumbuhan rendah dengan tinggi. Pada umumnya angka-angka yang digunakan mengacu seperti pada sumbu X dan Y, akan tetapi pada perusahaan tertentu dengan kondisi dan situasi tertentu angka-angka tersebut dapat diubah dan disesuaikan dengan kebutuhan, misalnya karena standar industri maupun perubahan ekonomi. Hasil yang didapat pada laju pertumbuhan industri maupun pangsa pasar industri akan dipetakan dalam Matriks BCG, seperti terlihat pada Gambar 6.
19
Gambar 6. Matriks BCG (Umar, 1999)
Kuadran I:
Question Marks Bisnis yang berada pada Kuadran I mempunyai pangsa pasar yang relatif rendah, bersaing dalam pasar industri yang pertumbuhannya tinggi. Biasanya membutuhkan uang kas yang tinggi dengan hasil yang didapatkan rendah. Perusahaan yang seperti ini harus memutuskan untuk memperkuat dirinya dengan
cara
melaksanakan
strategi
intensif
(market
penetration, market development atau product development), atau perusahaan dijual. Kuadran II:
Stars Bisnis yang berada pada Kuadran II memperlihatkan pada perusahaan memiliki long-run opportunities terbaik dalam pertumbuhan dan keuntungan. Divisi-divisi dengan pangsa pasar yang relatif tinggi dan pertumbuhan pasar industri yang relatif tinggi memerlukan investasi untuk menopang, atau memperkuat posisinya yang dominan. Forward, backward, dan horizontal integration, market penetration, market development, product development dan joint venture adalah
20
strategi-strategi yang dapat dipertimbangkan untuk digunakan bagi divisi-divisi yang berada pada Kuadran II ini. Kuadran III: Cash Cows Bisnis yang terletak pada Kuadran III memiliki posisi pasar yang
relatif
tinggi,
tetapi
mereka
bersaing
dalam
pertumbuhan pasar industri yang lambat. Disebut Cash Cows karena divisi-divisi tersebut menghasilkan cash yang melebihi kebutuhannya. Divisi-divisi tersebut seringkali “milked”. Beberapa divisi yang sekarang telah menjadi Cash Cows dulunya adalah Stars. Divisi Cash Cows harus ditangani sebaik-baiknya agar terus berada pada posisi ini selama mungkin. Product development, atau concentric diversification mungkin merupakan strategi yang menarik untuk diimplementasikan agar divisi berada pada posisi Cash Cows akan menjadi lemah. Untuk kondisi lemah, strategy retrenchment atau divestiture dapat diimplementasikan. Kuadran IV: Dogs Bisnis yang berada pada Kuadran IV yang memiliki posisi pangsa pasar relatif rendah dan bersaing pada pasar industri yang pertumbuhannya lemah, atau bahkan tidak ada pertumbuhan sama sekali. Divisi-divisi seperti ini disebut Dogs dalam portofolio perusahaan. Oleh karena itu lemah pada posisi itu, baik eksternal maupun internal, maka bisnis ini sering dilikuidasi atau divested melalui retrenchment. Jika sebuah divisi telah menjadi dog, retrenchment dapat menjadi strategi terbaik yang digunakan (Umar, 1999).
G.
Matriks Ansoff Matriks Ansoff diciptakan oleh Igor Ansoff sebagai alat bantu untuk menentukan strategi pertumbuhan bisnis. Menurut Ansoff (1990), strategi pertumbuhan bisnis diklasifikasikan dalam empat (4) strategi pertumbuhan bisnis, yaitu :
21
1.
Penetrasi Pasar Penetrasi pasar (market penetration) adalah strategi dimana perusahaan memfokuskan pada service/produk yang sudah ada di pasar-pasar yang sudah ada sebelumnya. Disini perusahaan berusaha memperkuat dan meningkatkan penggunaan jasa oleh customer yang ada agar dapat berkompetisi secara unggul dengan kompetitor.
2.
Pengembangan Pasar Pengembangan pasar (market development) adalah strategi dimana perusahaan berusaha menjangkau pangsa pasar yang baru/memperluas pangsa pasar dengan produk/jasa yang sudah ada sebelumnya. Misalnya, perusahaan berusaha ekspor ke wilayah baru, jalur distribusi baru, untuk membuat segmen pasar yang baru.
3.
Pengembangan Produk Pengembangan pertumbuhan
produk dimana
(product
development)
perusahaan/bisnis
adalah
strategi
mengembangkan
dan
memperkenalkan produk/jasa baru ke pasar yang sudah ada sebelumnya. 4.
Diversifikasi Diversifikasi (diversification) yaitu strategi pertumbuhan dimana perusahaan mengembangkan dan memperkenalkan produk/jasa baru dan perusahaan juga berusaha mengembangkan pasar yang baru dan lebih luas dibanding yang sudah ada sebelumnya. Strategi ini lebih beresiko dibanding yang lainnya dan membutuhkan visi yang matang agar berhasil. Matriks Ansoff disajikan pada Gambar 7.
Gambar 7. Matriks Ansoff (Ansoff, 1990)
22
H.
Penelitian terdahulu yang relevan Hasil penelitian terdahulu yang relevan dengan Kajian Strategi Pemasaran Ikan Hias di Pasar Luar Negeri adalah penelitian yang dilakukan oleh Hertanto tahun 2007 tentang Analisis Strategi Daya Saing Ikan Hias Indonesia di Pasar Internasional. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui keadaan permintaan produk ikan hias Indonesia di pasar Internasional, mengidentifikasi dan menganalisis faktor-faktor kekuatan bersaing industri ikan hias internasional, merumuskan alternatif-alternatif strategi dalam upaya meningkatkan keunggulan kompetitif produk ikan hias Indonesia di pasar Internasional, serta untuk mengetahui implikasi alternatif-alternatif strategi peningkatan daya saing ikan hias yang dapat dilakukan oleh perusahaan eksportir. Menurut penelitian Hertanto (2007), hasil Analisis Revealed Comparative Advantages (RCA) menunjukkan bahwa Indonesia yang memiliki indeks sebesar 2,6946 yang berarti Indonesia memiliki keunggulan komparatif untuk mengekspor ikan hias. Indeks tersebut masih di bawah Singapura dan Malaysia yang memiliki indeks 32,4271 dan 8,4908. Sedangkan Thailand hanya memiliki indeks 0,6587, tetapi dengan kenaikan lima (5) kali lipat dalam waktu lima (5) tahun (2000-2004), sangat dimungkinkan Thailand di masa mendatang akan dapat mengambil share ikan hias Indonesia. Indonesia selama ini terlalu fokus pada pasar utama ekspor ikan hias, yaitu Amerika Serikat, Singapura dan Jepang, sedangkan tujuan ekspor ke Uni Eropa hanya sebagian kecil. Oleh karena itu, dibutuhkan upaya dalam menciptakan peluang ekspor pada pasar-pasar potensial di Uni Eropa melalui pameran ikan hias skala internasional. Hasil analisis deskriptif menunjukan bahwa unsur-unsur yang menjadi sembilan faktor kekuatan bersaing pada faktor fisik adalah sumber daya ikan hias, kondisi lahan dan cuaca, ketersediaan air, infrastruktur fisik, infrastruktur informasi, komitmen stakeholders, hambatan tarif dan non tarif, kecepatan pertumbuhan pasar, trend
permintaan
ikan hias,
pembudidayaan pakan alami, industri penunjang bisnis ikan hias, penelitian di bidang ikan hias, keterlibatan lembaga karantina, fasilitasi lembaga
23
keuangan dan asuransi, fasilitasi sarana angkutan. Pada faktor manusia, unsur-unsur yang terkait adalah tingkat upah minimum yang diberlakukan, tingkat korupsi, komitmen pemerintah, peran wiraswasta, peran manajer dan insinyur, peran akademisi dalam pengembangan bisnis ikan hias. Sedangkan peristiwa peluang yang harus diperhatikan adalah sertifikasi ecolabelling pada ikan hias dan karang dari laut karena ancaman kelestarian lingkungan hidup serta tidak diterimanya akibat ikan hias hasil rekayasa genetik oleh masyarakat Uni Eropa dan Amerika Serikat. Berdasarkan Analisis Matriks Profil Kompetitif yang menggunakan sembilan (9) faktor kekuatan bersaing sebagai faktor-faktor yang berpengaruh maka unsur-unsur yang paling penting pada faktor fisik yang ditunjukan dengan besarnya bobot adalah penelitian di bidang ikan hias dengan bobot sebesar 0,0935, fasilitasi sarana angkutan sebesar 0,0832, lalu yang ketiga adalah fasilitasi dari lembaga keuangan dan asuransi dengan bobot sebesar 0,0814. Indonesia pada faktor fisik menjadi negara yang memiliki daya saing paling rendah dibandingkan Singapura, Malaysia serta Thailand dengan skor berturut-turut 2,4750, 3,7095, 3,7491, 2,9797. Pada faktor manusia, unsur yang paling berpengaruh adalah tingkat korupsi dengan bobot 0,1970, peran pemerintah dengan bobot 0,1933 dan peran wiraswasta dengan bobot 0,1896. Seperti yang terjadi pada faktor fisik, pada faktor manusia Indonesia juga berada pada urutan terakhir dibandingkan Singapura, Malaysia, serta Thailand dengan skor sebesar 2,0851 untuk Indonesia, 4,0000 untuk Singapura, 3,5719 untuk Malaysia dan 2,6943 untuk Thailand. Alternatif strategi yang dapat dijalankan dalam upaya meningkatkan daya saing adalah peningkatan penelitian di bidang ikan hias, mendorong peran aktif maskapai penerbangan, mendorong peran aktif dari lembaga keuangan dan asuransi, pemberantasan korupsi, peningkatan peran pemerintah, serta yang terakhir adalah menyatukan kelompok hobiis dan asosiasi ikan hias dalam satu wadah. Perusahaan eksportir sebagai salah satu pelaku dalam industri ikan hias dan bertindak sebagai ujung tombak dalam pemasaran ikan hias pada level internasional dapat mengimplikasikan
24
alternatif strategi yang telah dihasilkan dengan cara berpartisipasi dalam meningkatkan penelitian di bidang ikan hias, serta membentuk satu asosiasi ikan hias yang melibatkan seluruh elemen pelaku industri. Dalam melaksanakan pengembangan industri ikan hias dibutuhkan peran aktif pemerintah dalam menciptakan kondisi ekonomi, politik dan keamanan yang kondusif. Hal tersebut mutlak agar investasi dapat meningkat, situasi politik dan keamanan dapat stabil, sehingga kepercayaan dunia luar dapat meningkat.
Pada
akhirnya
negara-negara
importir
tidak
akan
mengkhawatirkan kendala non teknis dalam berbisnis dengan eskportir dari Indonesia.
25
III.
A.
METODE KAJIAN
Kerangka Pemikiran Kajian Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar tahun 2015, pada RPJMN 2010-2014 Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan peningkatan produksi 16,89 juta ton atau meningkat 353 % dari tahun 2009. Untuk mencapai target ini, terobosan yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu tidak hanya memfokuskan pada peningkatan produksi ikan konsumsi, tetapi juga produksi ikan hias. Hal ini disebabkan Indonesia dikenal memiliki potensi sumber daya ikan hias yang besar, termasuk jenisjenis ikan hias asli yang dapat dieksploitasi atau dibudidayakan. Beberapa jenis ikan hias asli Indonesia bahkan dikenal luas di pasar luar negeri, seperti ikan botia, rainbow, arwana super red dan arwana jardini. Indonesia juga telah lama sukses mengembangkan ikan hias yang berasal dari negara lain yang sudah didomestikasi. Potensi tersebut merupakan salah satu modal dasar pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan taraf hidup, kemakmuran serta kesejahteraan rakyat. Dengan potensi yang dimiliki, Indonesia berpeluang menjadi salah satu negara eksportir ikan hias terbesar di dunia. Namun jika dilihat dari pangsa pasar ekspor ikan hias di dunia, Indonesia pada tahun 2010 hanya menempati posisi kelima di bawah Singapura, Spanyol, Jepang dan Malaysia. Padahal dibandingkan dengan Singapura sebagai pemegang pangsa pasar ikan hias terbesar di dunia (18,05 %), Indonesia memiliki sumber daya ikan hias yang lebih besar serta ketersediaan lahan untuk budidaya ikan hias, sedangkan Singapura memiliki keterbatasan sumber daya dan lahan untuk budidaya ikan hias serta sebagian ikan hias yang direekspor tersebut berasal dari Indonesia. Kalau Indonesia dapat memasarkan langsung kepada konsumen akhir tentunya marjin keuntungan yang akan diperoleh dapat lebih besar. Menyikapi permasalahan tersebut, maka diperlukan suatu kajian mengenai strategi pemasaran ikan hias Indonesia di
26
pasar luar negeri guna meningkatkan daya saing ikan hias Indonesia di pasar luar negeri melalui arternatif–alternatif strategi yang dihasilkan. Kajian ini menggunakan beberapa alat analisis, yaitu analisis IE, analisis SWOT dan analisis BCG, dalam rangka mencari alternatif strategi pemasaran yang dapat diaplikasikan untuk memenangkan persaingan. Analisis internal eksternal merupakan salah satu alat analisis yang digunakan untuk melihat posisi Indonesia pada pemetaan dilingkungan industri
yang
dimasukinya.
Analisis
SWOT
digunakan
untuk
menggambarkan kondisi Indonesia dilihat dari sisi internal dan eksternal. Pada sisi internal, faktor-faktor yang perlu dikaji adalah faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan yang dimiliki oleh Indonesia, sedangkan pada sisi eksternal dikaji faktor-faktor peluang dan ancaman yang mempengaruhi lingkungan pemasaran ikan hias, kemudian dilakukan pembobotan untuk mengetahui bagaimana pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis Indonesia di pasar luar negeri. Hal selanjutnya diformulasikan suatu strategi pemasaran yang akan digunakan dengan menggunakan kekuatan dan peluang yang ada untuk mengatasi kelemahan dan ancaman yang akan menghambat pencapaian tujuan. Analisis BCG digunakan untuk membahas keberadaan posisi Indonesia yang berkaitan dengan laju pertumbuhan serta pangsa pasar yang dimiliki dan membandingkannya dengan posisi negara pesaing, khususnya Singapura sebagai pemegang pangsa pasar ikan hias terbesar di dunia. Melalui analisis Internal Eksternal, analisis SWOT, dan analisis BCG maka diperoleh hasil yang menggambarkan posisi Indonesia terhadap lingkungan bisnisnya dan rekomendasi alternatif strategi pemasaran yang sebaiknya digunakan. Strategi pemasaran pada masing-masing kondisi akan berbeda sesuai dengan situasi dan kondisi pasar yang akan dihadapi. Tahapan dan alur kerangka pemikiran kajian diilustrasikan pada Gambar 8.
27
Gambar 8. Kerangka Pemikiran Kajian
B.
Lokasi dan Waktu Kajian Kajian ini dilaksanakan di Kementerian Kelautan dan Perikanan yang terletak di Jalan Medan Merdeka Timur 16 Jakarta Pusat selama 3 (tiga) bulan mulai dari bulan Maret s/d Juni 2012. Pemilihan lokasi ini dilakukan secara sengaja (purposive), dengan pertimbangan ketersediaan data yang diperlukan serta keterkaitan bidang tugas Kementerian Kelautan dan Perikanan yang relevan dengan kajian yang dilakukan.
28
C.
Pengumpulan Data 1.
Jenis Data Data yang digunakan dalam kajian ini adalah data primer dan sekunder yang bersifat kuantitatif dan kualitatif terhadap kajian strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri. a.
Data primer adalah data yang diperoleh melalui wawancara dan penyebaran kuesioner kepada responden stakeholders industri ikan hias (eksportir ikan hias air tawar dan laut, importir, asosiasi, serta pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan) yang terdiri dari pertanyaan tertutup dan pertanyaan terbuka. Pertanyaan tertutup berupa pertanyaan yang alternatif jawaban sudah tersedia, sehingga responden hanya memilih satu dari alternatif jawaban yang sudah ada. Pertanyaan terbuka adalah jenis pertanyaan memberikan pilihan dan juga menyediakan tempat untuk menjawab berdasarkan pendapat responden atau bersifat bebas jika terdapat jawaban responden di luar alternatif pilihan yang tersedia (Lampiran 1).
b.
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari berbagai sumber literatur, seperti laporan penelitian terdahulu, buku-buku, majalah, jurnal, internet, instansi pemerintah terkait (Kementerian Kelautan dan Perikanan, Badan Pusat Statistik, UN Comtrade, dan sumber lainnya).
2.
Teknik Pengambilan Contoh Teknik pengambilan contoh yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode purposive sampling, yaitu pemilihan responden dilakukan secara sengaja. Metode ini digunakan dengan dasar pertimbangan responden menguasai permasalahan dan cukup mewakili aspirasi dari pihak-pihak yang terkait. Dalam hal ini, responden adalah para pakar pada komoditas ikan hias dan pemasaran ikan hias Indonesia. Para pakar ini merupakan anggota Komisi Ikan Hias Indonesia (KIHI) yang terdiri dari unsur pemerintah (pejabat Kementerian Kelautan dan Perikanan) dan pelaku usaha (eksportir ikan
29
hias dan importir ikan hias Indonesia) sebanyak 3 (tiga) orang. KIHI dibentuk melalui SK Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor : KEP.21/MEN/2012 yang mempunyai tugas memberikan rekomendasi kepada Menteri Kelautan dan Perikanan dalam rangka menetapkan kebijakan praproduksi, pengolahan, dan pemasaran ikan hias.
D.
Pengolahan dan Analisa Data Data yang terkumpul kemudian diolah dan dianalisa dengan menggunakan metode analisis berikut : 1.
Matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) Matriks IFE (Tabel 1) digunakan untuk menganalisa faktorfaktor
internal,
mengklasifikasikannya
menjadi
kekuatan
dan
kelemahan bagi perusahaan, kemudian dilakukan pembobotan.
Tabel 1. Matriks Evaluasi Faktor Internal (IFE) Faktor Strategis Internal
Bobot
Rating
Skor
(a)
(b)
(a x b)
Kekuatan: 1......................... .... 10. Kelemahan: 1......................... .... 10. Total Sumber: David (2009)
Matriks EFE (Tabel 2) digunakan untuk menganalisa faktorfaktor eksternal, mengklasifikasikannya menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan, kemudian dilakukan pembobotan.
30
Tabel 2. Matriks Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Faktor Strategis Eksternal
Bobot
Rating
Skor
(a)
(b)
(a x b)
Peluang: 1......................... .... 10. Ancaman: 1......................... .... 10. Total Sumber: David (2009)
Langkah-langkah yang dilakukan untuk mengidentifikasi faktorfaktor eksternal dan internal dalam matriks IFE (Internal Factor Evaluation) dan EFE (External Factor Evaluation) adalah sebagai berikut : a.
Pada kolom pertama, tentukan faktor-faktor strategis eksternal yang menjadi peluang dan ancaman, serta faktor-faktor strategis internal yang menjadi kekuatan dan kelemahan.
b.
Pada kolom (b), berikan bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,00 (paling penting) sampai 0,00 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan (keseluruhan bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
c.
Penentuan bobot setiap variabel dilakukan dengan cara mengajukan identifikasi faktor strategik internal dan eksternal kepada pihak manajemen perusahaan dengan menggunakan metode paired comparison (Kinnear, 1991).
d.
Penilaian dilakukan dengan memberikan bobot numerik dan membandingkan antara satu unsur dengan unsur lainnya.
31
Metode tersebut digunakan untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor penentu internal dan eksternal. Untuk menentukan bobot setiap variabel digunakan skala 1, 2 dan 3. e.
Skala yang digunakan untuk pengisian kolom adalah : 1 = jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal, 2 = jika indikator horizontal sama penting daripada indikator vertikal, 3 = jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal. Indikator horizontal dan vertikal adalah variabel-variabel
kekuatan dan kelemahan pada faktor strategis internal serta variabelvariabel peluang dan ancaman pada faktor eksternal. Metode ini membandingkan secara berpasangan antara dua faktor secara relatif berdasarkan kepentingan atau pengaruhnya terhadap pemasaran ikan hias di pasar luar negeri. Tahap selanjutnya adalah melakukan sintesa terhadap hasil penilaian tadi untuk menentukan elemen mana yang memiliki prioritas tertinggi
dan
terendah.
Perbandingan
berpasangan
merupakan
kuantifikasi hal-hal yang bersifat kualitatif, sehingga tidak semata-mata dengan pemberian bobot terhadap semua parameter secara simultan, tetapi dengan persepsi pembandingan atau perbandingan yang diskalakan secara berpasangan. Bentuk penilaian pembobotan faktor strategis
eksternal
dan
internal
dengan
metode
perbandingan
berpasangan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Penilaian Bobot Faktor Strategis Eksternal dan Internal Dengan Metode Perbandingan Berpasangan Faktor A B C ...... Bobot Strategis Eksternal dan Internal A B C .... Total Sumber: Rangkuti (2009)
32
Bobot setiap peubah diperoleh dengan menentukan nilai setiap variabel
terhadap
jumlah
nilai
keseluruhan
variabel
dengan
menggunakan rumus berikut (Kinnear, 1991).
Keterangan: ai = bobot peubah ke-i xi = nilai peubah ke-i i = 1, 2, 3, ... n n = jumlah varabel
f.
Pada kolom ketiga (b) matriks EFE dan IFE diberikan rating. Penentuan peringkat (rating) dilakukan oleh manajer atau pakar dari perusahaan terhadap peubah-peubah yang dihasilkan dari analisis situasi perusahaan. Pada EFE untuk menunjukkan seberapa efektif strategi perusahaan saat ini menjawab masing-masing variabel tersebut digunakan sesuai peringkat dengan menggunakan skala 1, 2, 3 dan 4.
g.
Pemberian rating pada matriks EFE untuk faktor peluang adalah : 3 = Kuat dan 4 = Sangat Kuat; sedangkan untuk ancaman adalah : 1 = Sangat lemah dan 2 = Lemah Pemberian rating pada matriks IFE untuk faktor kekuatan adalah : 3 = Kekuatan kecil dan 4 = Kekuatan utama sedangkan untuk kelemahan adalah : 1 = Kelemahan utama dan 2 = Kelemahan kecil
33
h.
Selanjutnya nilai dari pembobotan dikalikan dengan peringkat pada tiap faktor, sehingga menghasilkan skor. Total skor pembobotan diperoleh dari semua hasil kali tersebut dan dijumlahkan secara vertikal. Hasil pembibotan dan peringkat berdasarkan analisa situasi perusahaan dalam matriks.
i.
Pada kolom keempat, kalikan bobot pada kolom b dan kolom c, untuk memperoleh nilai bobot (skor) masing-masing variabel. Selanjutnya skor pembobotan diperoleh dari semua hasil kali tersebut dan dijumlahkan secara vertikal.
j.
Jumlahkan nilai yang dibobot untuk setiap variabel untuk menentukan total nilai yang dibobot untuk perusahaan.
2.
Matriks Internal Eksternal (IE) Setelah matriks IFE dan EFE dibuat, langkah selanjutnya adalah menyusun Matriks Internal Eksternal (IE) yang merupakan pemetaan dari skor total matriks IFE dan EFE yang dihasilkan dari audit eksternal dan internal perusahaan. Skor total IFE ditunjukkan pada sumbu horizontal dari matriks IE, sedangkan sumbu vertikal menunjukkan skor total EFE. Skor pada sumbu horizontal 1,00-1,99 menunjukkan posisi internal perusahaan yang lemah, skor 2,00-2,99 menunjukkan kondisi rataan perusahaan, sedangkan skor 3,00-4,00 menunjukkan posisi internal perusahaan yang kuat. Skor pada sumbu vertikal berkisar 1,00-4,00 menunjukkan posisi eksternal perusahaan yang rendah, skor 2,00-2,99 menunjukkan pengaruh eksternal yang sedang dan skor 3,00-4,00 menunjukkan pengaruh eksternal yang tinggi. Contoh matriks IE disajikan pada gambar 8.
34
Gambar 9. Contoh Matriks IE (David, 2009)
3.
Analisis SWOT SWOT Weaknesses
merupakan
(kelemahan),
akronim
dari
Opportunities
Strengths (peluang)
(kekuatan), dan
Threats
(ancaman). Lingkungan eksternal terdiri dari peluang dan ancaman, yaitu hal-hal yang berada di luar organisasi. Lingkungan internal terdiri dari kekuatan dan kelemahan, yaitu hal-hal yang berada dalam lingkup organisasi mencakup struktur, budaya dan sumber daya. Analisis SWOT dilakukan dengan mengidentifikasi lingkungan eksternal maupun internal. Identifikasi lingkungan eksternal penting untuk
memonitor,
lingkungan
evaluasi,
eksternal
dan
dan
pengumpulan
internal
yang
informasi bertujuan
dari untuk
mengidentifikasi faktor-faktor strategi. Salah satu metode yang digunakan untuk mengidentifikasi lingkungan adalah dengan matriks Internal Factor Evaluation (IFE) dan External Factor Evaluation (EFE).
35
Analisis SWOT didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif adalah memaksimalkan kekuatan dan peluang, serta meminimalkan kelemahan dan ancaman. Identifikasi dari SWOT adalah: a. Strengths (Kekuatan) Kekuatan adalah sumber daya, keterampilan atau keunggulan lain relatif terhadap pesaing dan kebutuhan dari pasar yang dilayani. Kekuatan merupakan suatu kompetensi berbeda (distinctive competence)
yang
memberi
perusahaan
suatu
keunggulan
komparatif dalam pasar. Kekuatan berkaitan dengan sumber daya keuangan, citra, kepemimpinan, pasar, hubungan
pembeli-
pemasok, dan lain-lain. b. Weaknesses (Kelemahan) Kelemahan merupakan keterbatasan atau kekurangan dalam sumber daya, keterampilan, dan kemampuan yang secara serius menghalangi kinerja efektif suatu industri. c. Opportunities (Peluang) Peluang merupakan situasi utama yang menguntungkan dalam lingkungan perusahaan/industri. Identifikasi dari segmen pasar, perubahan-perubahan
dalam
keadaan
bersaing,
perubahan
teknologi, dan hubungan pembeli-pemasok menunjukan suatu peluang. d. Threats (Ancaman) Ancaman merupakan situasi utama yang tidak menguntungkan dalam lingkungan suatu perusahaan. Ancaman adalah rintanganrintangan utama bagi posisi sekarang atau yang diinginkan. Masuknya pesaing baru, pertumbuhan pasar yang lambat, daya tawar pembeli–pemasok yang meningkat, perubahan teknologi, kebijakan baru dapat merupakan ancaman bagi keberhasilan suatu industri. Matriks ini menghasilkan empat kemungkinan alternatif strategi seperti terlihat dalam Tabel 4.
36
Tabel 4. Matriks SWOT IFAS STRENGTHS (S)
WEAKNESSES (W)
1. Tentukan 5-10 faktorEFAS
faktor kekuatan internal
2. Tentukan 5-10 faktorfaktor kelemahan internal
OPPORTUNITIES (O)
STRATEGI SO
STRATEGI WO
3. Tentukan 5-10 faktor-
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
faktor peluang
menggunakan kekuatan
meminimalkan kelemahan
eksternal
untuk memanfaatkan
untuk memanfaatkan
peluang
peluang
THREATS (O)
STRATEGI ST
STRATEGI WT
4. Tentukan 5-10 faktor-
Ciptakan strategi yang
Ciptakan strategi yang
faktor ancaman
menggunakan kekuatan
meminimalkan kelemahan
eksternal
untuk mengatasi ancaman
untuk menghindari ancaman
Sumber: Rangkuti, 2009
4.
Matriks QSP (Matrix Quantitative Strategic Planning) Tahap terakhir dari perumusan adalah tahap keputusan, dimana alat analisis yang digunakan dalam tahap ini adalah Matrix Quantitative Strategic Planning (QSPM). Matriks ini menggunakan masukan dari tahap input dan tahap pemanduan untuk memutuskan strategi mana yang
terbaik
(David,
2009).
QSPM
merupakan
alat
yang
memungkinkan untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor-faktor sukses internal dan eksternal yang telah dikenali sebelumnya. Matriks QSP (Matrix Quantitative Strategic Planning) terdiri dari empat komponen, yaitu : (1) Bobot, yang diberikan sama dengan yang terdapat pada matriks IFAS dan matriks EFAS, (2) Nilai daya tarik, (3) Total nilai daya tarik, dan (4) Jumlah total nilai daya tarik. Matirks QSP dapat dilihat pada Tabel 5. Menurut David (2009), ada enam langkah yang diperlukan untuk mengembangkan QSPM yaitu :
37
Langkah 1 :
Mendaftarkan peluang atau ancaman eksternal dan kekuatan atau kelemahan internal perusahaan dalam kolom kiri QSPM.
Langkah 2 :
Memberikan bobot untuk setiap faktor internal dan eksternal. Bobot sama dengan yang dipakai dalam matriks IFAS dan EFAS.
Langkah 3 :
Memeriksa tahap kedua (pemanduan) matriks dan mengidentifikasi
strategi
alternatif
yang
dapat
dipertimbangkan perusahaan untuk diimplementasikan. Langkah 4 :
Menetapkan Nilai Daya Tarik (AS) yang menunjukkan daya tarik relatif strategi dalam alternatif set tertentu. Nilai daya tarik tersebut adalah : 1 = Tidak menarik, 2 = Agak menarik, 3 = Cukup menarik, 4 = Amat menarik.
Langkah 5 :
Menghitung Total Nilai Daya Tarik (TAS) dengan mengalikan bobot dengan nilai daya tarik.
Langkah 6 :
Menghitung jumlah Total Nilai Daya Tarik, jumlah ini mengungkapkan strategi mana yang paling menarik dalam setiap strategi. Semakin tinggi nilai menunjukkan strategi tersebut semakin menarik dan sebaliknya.
Tabel 5. Matriks QSP Bobot Faktor-faktor Strategis (a)
Alternatif Strategi Strategi 1 AS1 TAS1 (b) (a x b)
Peluang Ancaman Kekuatan Kelemahan Jumlah Total Nilai Daya Tarik Keterangan : AS = Nilai Daya tarik; TAS = Total Nilai Daya Tarik
Strategi 2 AS2 TAS2 (c) (a x c)
38
5.
Matriks BCG (Boston Consulting Group) Matriks portofolio BCG digunakan untuk membahas keberdaan posisi perusahaan yang berkaitan dengan laju pertumbuhan serta pangsa pasar yang dimiliki serta membandingkan dengan posisi perusahaan pesaing.
Komoditas
dibandingkan dengan
yang
dibahas
dalam
perhitungan
pesaing utama perusahaan, hal
akan
tersebut
dikarenakan data yang terkait dengan perhitungan untuk tiap-tiap komoditas perusahaan tidak dapat diperoleh. Matriks ini terdiri atas dua sumbu, yaitu sumbu X yang mewakili pangsa pasar relatif perusahaan dan sumbu Y yang mewakili tingkat pertumbuhan pasar. Strategi yang dihasilkan sesuai dengan posisi tiap-tiap komoditas yang dihasilkan perusahaan, posisi tersebut dapat berbeda pada sel-sel yang berbeda yaitu Question Marks, Cash Cow, Stars serta Dogs. Menurut Rangkuti (2009) analisis BCG dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut : 1.
Mengidentifikasi unit analisis : Produk dapat berupa individual product, untuk segmen pasar tertentu, serta dapat digunakan untuk menganalisis strategi unit bisnis, korporat maupun nasional.
2.
Mengumpulkan data statistik yang diperlukan untuk analisis : a) Data penjualan tahunan tiap produk b) Data penjualan tahunan kompetitor (untuk produk yang sama) c) Tingkat pertumbuhan tahunan tiap produk
3.
Menghitung pangsa pasar relatif, yaitu dengan cara membagi penjualan tahunan produk terhadap total penjualan kompetitor. a) Apabila pangsa pasar = 1, perusahaan ini memiliki pangsa pasar sama dengan kompetitor utama. b) Apabila pangsa pasar < 1, perusahaan ini memiliki pangsa pasar lebih kecil dari kompetitor utama. c) Apabila pangsa pasar > 1, perusahaan ini memiliki pangsa pasar lebih besar dari kompetitor utama.
39
4.
Membuat plot pangsa pasar pada diagram matriks BCG : a) Masing-masing perusahaan dibuatkan plot sesuai dengan market growth rate (pesentase pertumbuhan penjualan) dan posisi relatif dengan pesaing (market share). Market growth rate adalah proyeksi tingkat penjualan untuk pasar yang akan dilayani. Biasanya diukur dengan peningkatan persentase dalam nilai/volume penjualan dua tahun terakhir. b) Market
growth
rate
merupakan
indikator
relative
attractiveness dari pangsa pasar dibagi dengan pangsa pasar dari pesaing yang paling dominan. c) Posisi relative competition merupakan perbandingan dasar dari relative strength dari berbagai bisnis yang berbeda dalam portofolio bisnis, dalam kaitannya dengan kekuatan masingmasing posisi di business’s respective market. d) Apabila ingin mengetahui posisi relatif antara masing-masing SBU (Strategic Business Unit), maka SBU tersebut dapat dibuatkan plotnya dalam matriks BCG. Tetapi masing-masing SBU tersebut harus dihitung besarannya terlebih dahulu dalam bentuk pie diagram. Masing-masing lingkaran mewakili satu bisnis unit. Luas lingkaran mewakili proporsi tingkat pendapatan perusahaan yang dihasilkan oleh masing-masing bisnis unit.
41
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.
Gambaran Umum Dalam rangka mewujudkan Indonesia sebagai penghasil produk kelautan dan perikanan terbesar tahun 2015, pada RPJMN 2010-2014 Kementerian Kelautan dan Perikanan menargetkan peningkatan produksi perikanan sebesar 16,89 juta ton atau meningkat 353 % dari tahun 2009. Untuk mencapai target ini, terobosan yang dilakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan yaitu tidak hanya memfokuskan pada peningkatan produksi ikan konsumsi, tetapi juga produksi ikan hias. Potensi ikan hias di Indonesia tersebar di Pulau Jawa, Sumatera, Bali,
Kalimantan,
Sulawesi,
Maluku,
dan
Papua.
Perkembangan
perdagangan ikan hias dunia mengalami peningkatan yang sangat cepat. Pada tahun 2009 jenis ikan hias yang diperdagangkan di dunia mencapai 8.000 jenis, meningkat dari sekitar 1.200 jenis pada tahun 1970. Potensi sumber daya ikan hias Indonesia yang teridentifikasi mencapai 4.500 jenis dan yang diekspor sekitar 300-500 jenis, serta baru 50 jenis yang dapat dibudidayakan oleh masyarakat. Indonesia relatif masih tertinggal dari penghasil ikan hias berkualitas tinggi seperti Singapura dan Malaysia, baik dari segi kelembagaan, sarana dan prasarana, serta manajemen pengelolaan bisnis ikan hias tersebut. Ikan hias merupakan salah satu komoditi perikanan yang potensial dalam menghasilkan devisa bagi negara dan sumber pendapatan masyarakat perikanan (pembudidaya, nelayan, pemasar sampai dengan eksportir). Ikan hias dipasarkan atau dijual dalam kondisi hidup yang dibeli untuk dilihat dan dinikmati keindahan, keanggunan, serta warna yang cemerlang. Permintaan terhadap ikan hias disebabkan oleh nilai-nilai sentimen dan gaya hidup yang dipengaruhi oleh kondisi ekonomi. Ikan hias adalah komoditas yang pemasarannya tergantung pada nilai-nilai yang lebih ke arah sentimen atau pengaruh dari gaya hidup. Sehingga jika suatu jenis ikan hias memiliki nilai sentimen yang tinggi seperti ikan arwana super red atau golden red yang dipercaya mampu
42
memberikan keberuntungan bagi beberapa kalangan, maka ikan tersebut akan benilai sangat tinggi. Fenomena tersebut juga terjadi pada ikan jenis chiclid seperti lou han yang pada saat booming beberapa tahun terakhir harganya sangat tinggi, seekor ikan dapat bernilai ratusan juta rupiah. Saat ini hanya ikan-ikan yang ekslusif yang memiliki nilai yang tinggi, ekslusif dalam hal ini karena permintaan tinggi tetapi karena beberapa hal jumlah ketersediaan jenis ikan tersebut terbatas sehingga harganya akan tinggi di tingkat konsumen. Dari sisi permintaan, pemasaran ikan hias Indonesia didominasi untuk pasar luar negeri atau ekspor. Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics Database 2011, nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2009 sebesar US$11.660.944 atau 3,12% dari total nilai ekspor ikan hias di dunia yang mencapai US$373.772.000, sehingga Indonesia menempati peringkat nomor sembilan dunia. Pada tahun 2010, nilai ekspor ikan hias Indonesia meningkat sebesar US$19.776.172 atau 5,95% dari total nilai ekspor ikan hias di dunia yang mencapai US$332.340.091, sehingga Indonesia menempati posisi kelima di bawah Singapura, Spanyol, Jepang dan Malaysia. Sedangkan negara tujuan utama ekspor ikan hias Indonesia meliputi Singapura (US$ 2.771.878), Hongkong (US$ 2.618.069), Jepang (US$ 2.337.333), USA (US$ 2.211.265) dan Malaysia (US$ 1.853.585). Menurut data INFOFISH (2010), ikan hias yang diperdagangkan di dunia 93 % adalah jenis common fish seperti neon, tetra, guppy, dan lainlain, sedangkan ikan hias yang bersifat ekslusif seperti arwana dan koi hanya 7 % saja. Disamping itu, sebagian besar (90 %) ikan hias yang diperdagangkan di dunia merupakan hasil budidaya, dan hanya 10 persen saja yang ditangkap dari alam.
B.
Segmentation, Targeting dan Positioning Untuk mencapai hasil yang optimal, Indonesia dalam melakukan pemasaran ikan hias di pasar luar negeri perlu menyusun strategi persaingan yang meliputi Segmentation, Targeting dan Positioning (STP) agar dapat memenangkan persaingan dengan negara kompetitor.
43
1.
Segmentation Ikan hias merupakan komoditas ekspor yang tergantung pada tingkat pendapatan riil dari penduduk masing-masing negara tujuan ekspor, sehingga negara-negara tersebut akan memberikan peluang yang baik jika mempunyai pertumbuhan riil yang cukup baik. Pemasaran ikan hias Indonesia hampir 93% didominasi oleh ikan-ikan common fish atau memiliki nilai ekonomis rendah, sedangkan untuk jenis-jenis yang eksotik dan bernilai tinggi hanya 7% saja. Konsumen ikan hias di setiap negara memiliki selera yang berbeda-beda. Sehingga, jenis apa pun yang dihasilkan akan diserap oleh pasar. Selera masyarakat Timur Tengah berbeda dengan masyarakat Eropa. Masyarakat Timur Tengah lebih menyukai ikan hias dengan bentuk besar. Ikan arwana merupakan ikan yang disukai oleh masyarakat Timur Tengah, selain juga beberapa ikan hias air laut lainnya. Sementara masyarakat Amerika dan Eropa lebih menyukai ikan yang dihasilkan dari budidaya apapun jenisnya. Hal ini karena masyarakat Eropa memiliki kesadaran yang tinggi akan konservasi dan kelestarian spesies. Sedangkan Australia memiliki selera yang lebih bebas. Hampir segala jenis ikan hias dapat masuk ke negara itu. Apapun jenisnya, berasal dari alam atau tidak, bagi mereka tidak masalah. Sementara orang Jepang lebih menyukai ikan jenis arwana. Namun demikian, yang menjadi ikan favorit orang Jepang bukan ikan arwana super red yang selama ini banyak dicari dan harganya cukup tinggi yang bisa mencapai 40 juta. Orang Jepang lebih menyukai arwana dengan bentuk pendek yang disebut dengan arwana sumo. Jika demikian, maka sebenarnya potensi ekspor ikan Indonesia cukup besar.
2.
Targeting Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics Database 2011, lima (5) negara importir ikan hias terbesar di dunia adalah USA, Italia, Inggris, Jerman dan Singapura. Namun krisis yang terjadi di Eropa dan Amerika menyebabkan permintaan ikan hias
44
Indonesia juga mengalami penurunan. Untuk menyiasati hal tersebut, Indonesia perlu melakukan pengembangan pasar yaitu berusaha menjangkau pangsa pasar yang baru atau memperluas pangsa pasar, diantaranya dengan menjajaki pasar Timur Tengah dan China. Untuk membidik pasar sasaran dapat dilakukan dengan cara dengan cara : (a) membuka jaringan pasar luar negeri melalui atase perdagangan, misi dagang, promosi, sehingga tidak tergantung negara broker (direct marketing ke pasar sasaran utama ikan hias: Negara Timur Tengah, USA, Jepang, Eropa dan negara potensi lainnya tanpa melalui Singapura, Cheko dan UAE), (b) penyelenggaraan kontes dan pameran internasional, serta keikutsertaan pameran di luar negeri yang diadakan di Singapura (Aquarama) setiap tahun ganjil, dan Jerman (Interzoo) setiap tahun genap. 3.
Positioning Dalam rangka meningkatkan volume dan nilai pemasaran ikan hias di pasar luar negeri, Indonesia perlu melakukan positioning yaitu menjelaskan posisi produk ikan hias Indonesia kepada negara importir, apa keunggulan ikan hias Indonesia dibandingkan dengan negara pesaing. Positioning ikan hias Indonesia dapat dilakukan melalui penguatan branding melalui kegiatan-kegiatan promosi dan pemasaran untuk mengenalkan kekayaan sumber daya hayati Indonesia. Indonesia dikenal sebagai negara yang kaya akan keanekaragaman hayati, selain itu Indonesia juga memiliki ikan hias asli Indonesia seperti botia, arwana super red, rainbow yang memiliki permintaan yang tinggi.
C.
Analisis Lingkungan Pemasaran Analisis lingkungan pemasaran digunakan untuk mengetahui pelakupelaku dan kekuatan-kekuatan yang mempengaruhi kemampuan untuk mengembangkan dan mempertahankan transaksi-transaksi dan hubungan yang menguntungkan dengan pelanggan sasarannya (Kotler, 1997). Analisis lingkungan pemasaran terdiri dari analisis lingkungan eksternal dan analisis lingkungan internal dengan uraian sebagai berikut.
45
1.
Analisis Lingkungan Eksternal Analisis lingkungan eksternal adalah suatu proses yang dilakukan untuk mengidentifikasi peluang dan ancaman pada perusahaan. Analisis lingkungan eksternal terdiri dari lingkungan mikro dan lingkungan makro yang dapat mempengaruhi keberhasilan perusahaan atau produk yang dihasilkannya dalam menghadapi persaingan.
1.1 Analisis Lingkungan Makro a) Ekonomi Pemasaran ikan hias Indonesia didominasi untuk pasar luar negeri atau ekspor, dengan negara tujuan utama ekspor ikan hias Indonesia
meliputi
Singapura
(US$2.771.878),
Hongkong
(US$2.618.069), Jepang (US$2.337.333 ), USA (US$2.211.265) dan Malaysia (US$1.853.585). Adanya globalisasi ekonomi memberikan peluang dalam meningkatkan ekspor Indonesia, hal ini disebabkan pada era perdagangan bebas, konsumen akan memiliki banyak pilihan produk yang mereka inginkan serta arus informasi akan semakin cepat penyebarannya, sehingga Singapura yang selama ini menjadi market leader dalam perdagangan ekspor ikan hias di dunia akan mendapat persaingan yang ketat dengan penghasil ikan hias dari Indonesia, Malaysia dan China, karena Singapura
sendiri
memiliki
kondisi
alam
yang
tidak
menguntungkan. Hal diatas dapat dimanfaatkan oleh Indonesia dalam meningkatkan pemasarannya. Ikan hias merupakan komoditas ekspor yang tergantung pada tingkat pendapatan riil dari penduduk masing-masing negara tujuan ekspor, sehingga negara-negara tersebut akan memberikan peluang yang baik jika mempunyai pertumbuhan riil yang cukup baik. Indonesia menganut perekonomian terbuka, yang secara tidak langsung, dampak krisis global yang tengah melanda dunia saat ini sangat dirasakan. Krisis di Amerika Serikat (AS) membuat nilai ekspor Indonesia ke AS pada bulan September 2011 turun sekitar
46
200 juta USD, dari yang 1,38 Milyar USD menjadi 1,18 milyar USD di bulan Agustus 2011. Hal yang sama berlaku untuk pasar Eropa. Krisis yang melanda di Eropa, membuat penurunan nilai ekspor Indonesia ke negara tujuan Eropa anjlok sekitar 543 juta USD, 1,94 milyar USD pada bulan Agustus 2011 menjadi hanya 1,39 milyar USD saja (Prasetyo, 2012). Berdasarkan data tersebut, krisis perekonomian yang terjadi di Eropa dan Amerika, maka akan memberikan ancaman bagi negara eksportir dalam pemasaran ke negara tersebut karena permintaan yang menurun, termasuk komoditi ikan hias. b) Sosial Keadaan sosial yang diperhatikan dapat tercermin dari gaya hidup masyarakat yang dituju, sedangkan gaya hidup sendiri adalah pola hidup seseorang serta pola bagaimana mereka menghasilkan uangnya, sehingga gaya hidup sangat mempengaruhi keputusan membeli suatu produk oleh konsumen. Trend pasar ikan hias sangat dipengaruhi
style/gaya
bergantung
pada
hidup
teknologi
konsumen
sehingga
pembudidayaan
dan
sangat riset
pengembangan produk. Ikan hias banyak dimanfaatkan sebagai hiasan di rumah, dekorasi (baik itu di rumah, restoran, hotel atau tempat pertemuan). Penggemar ikan hias terutama di negara industri maju terutama kaum buruh industri disamping masyarakat penghuni apartemen di kota besar serta masyarakat yang menghuni daerah dengan musim dingin yang panjang, yang semuanya membutuhkan penyegaran. Pada negara maju pengaruh sosial budaya masyarakat yang semakin individualistis dan serba ketat waktu menyebabkan popularitas ikan hias semakin meningkat, sehingga akuarium dianggap sebagai jalan keluar dalam menghadapi kendala kehidupan kota besar tersebut. Selain itu ikan hias dapat menjadi alat untuk mengurangi ketegangan kehidupan karena mempunyai
47
sifat barang hiburan yang dapat menghilangkan kepenatan dalam mengatasi kendala pada kehidupan yang semakin kompleks. Kebutuhan ikan hias tidak hanya sebagai obat penghilang stress, tetapi sudah mulai digunakan sebagai obyek untuk mendatangkan keberuntungan bagi beberapa etnis di dunia. Hal tersebut seperti yang dilakukan oleh banyak kalangan penggemar ikan hias yang percaya bahwa ikan Lou Han dapat memberikan keberuntungan bagi pemiliknya, sehingga permintaan akan ikan tersebut meningkat. Lebih lanjut oleh masyarakat Tionghoa, tahun 2012 dijuluki sebagai tahun Naga Air, sehingga permintaan terhadap ikan arwana tahun ini cenderung mengalami peningkatan karena dengan memelihara ikan arwana di rumah dipercaya dapat membawa hoki/keberuntungan. c)
Politik Isu-isu politik serta kejadian yang berhubungan dengan politik yang selama ini terjadi mengakibatkan citra yang buruk terhadap Indonesia, instabilitas politik yang berimbas pada keamanan membawa dampak yang buruk terhadap kepercayaan konsumen pada produk yang berasal dari Indonesia. Industri perikanan dalam hal ini ikan hias biasanya akan terjalin ikatan antara eksportir dengan importir, tetapi dengan kondisi seperti diatas para importir akan lebih memilih produk dari negara lain yang kondisi politiknya stabil.
d) Teknologi Perkembangan di bidang teknologi yang berjalan dengan cepat
memberikan
dampak
yang
signifikan
pada
model
perdagangan yang dilakukan masyarakat internasional. Melalui internet sebuah perusahaan dapat secara langsung memesan produk yang diinginkan
dengan
mengakses
terlebih
dahulu
situs
perusahaan yang dituju, disamping itu perkembangan tersebut membuat arus informasi dapat dengan cepat disebarkan sehingga
48
akan sangat mudah bagi konsumen untuk mengetahui tentang produk yang mereka inginkan. Perdagangan melalui internet yang biasa disebut e-commerce telah memberikan banyak keunggulan bukan saja batasan waktu dan daerah yang dapat diminimalkan akan tetapi ini juga dapat menyebarkan informasi tentang produk maupun perusahaan serta lebih efisien karena biaya operasinya yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan sistem konvensional. Salah satu kendala dalam pengembangan ikan hias Indonesia diantaranya
adalah keterbatasan
penguasaan
teknologi
dan
informasi untuk pengembangan induk/bibit ikan hias unggul. Hal ini menyebabkan sebagian produsen belum bisa memenuhi permintaan ikan berkualitas ekspor dalam jumlah besar. Minimnya penyediaan bibit unggul menyebabkan tidak mudah mendapatkan ikan cupang yang bermutu ekspor. Dari 1.000 anakan ikan cupang yang diperoleh setiap bertelur, jumlah anakan yang bermutu hanya bisa didapat 5 persen saja. Disamping teknologi budidaya, teknologi pengemasan ikan hias yang dilakukan para eksportir Indonesia masih buruk. Hasilnya, banyak ikan mati jika terjadi penundaan pesawat terbang. Tidak heran, sebagai akibat buruk dari pengemasan ini, banyak ikan hias Indonesia ditolak oleh negara maju, khususnya Eropa dan Amerika Serikat. Kalaupun diterima di pasar, ikan Indonesia dihargai rendah. Contohnya, harga ikan hias jenis Pomacanthus imperatorjuv asal Indonesia, dibanderol 135 ribu rupiah per ekor. Bandingkan dengan ikan sejenis dari Kepulauan Solomon yang harganya bisa mencapai 225 ribu rupiah per ekor. Harga komoditas yang murah itu tidak lantas membuat negara-negara pengimpor tertarik membeli ikan hias dari Indonesia. Singapura memang diakui lebih unggul dengan teknik produksi, sistem transportasi, serta pemasaran yang lebih baik. Beberapa perusahaan trading Singapura juga berhasil menghimpun
49
pemasok dari luar negeri untuk kembali diekspor. Sementara Taiwan juga unggul dengan rekayasa genetika ikan hiasnya. Bahkan, Taiwan sempat menawarkan untuk menjual keunggulan rekayasa genetika yang dimilikinya kepada Indonesia. Taiwan mengembangkan rekayasa genetika sehingga warna-warna ikan hias menjadi lebih bervariasi. Tekniknya seperti intervensi dari pakan, dan hormon. Dulu Indonesia sempat meminta teknologi tersebut, tetapi Taiwan mengenakan biaya yang sangat mahal. Taiwan juga berhasil membiayai Asia-Pacific Ornamental Fish Union (AOFU); persatuan ikan hias se-Asia Pasifik yang dibentuk sejak tahun 1996 sebagai bentuk keseriusan mengembangkan bisnis ikan hias. Singapura juga memiliki infrastruktur transportasi terbaik di dunia termasuk pelabuhan laut dan udara. Sehingga proses pengirimam ikan hias ke luar negeri Singapura, selalu lancar dan tepat waktu sampai negara tujuan. e)
Hukum Perusahaan yang akan melakukan kegiatan ekspor ikan hias diharuskan memeriksakan kondisi ikan tersebut di Pusat Karantina Ikan untuk mendapatkan sertifikat kesehatan ikan agar produk dapat diekspor dan dapat diterima di negara tujuan. Sealin sertifikat kesehatan ikan yang dikeluarkan Pusat Karantina Ikan, perusahaan harus mengisi form Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang harus disetujui oleh pihak Bea dan Cukai. Dalam era perdagangan bebas, brand image dan standarisasi produk juga menjadi penting. Klaim negara lain atas strain ikan hias asli Indonesia merugikan bisnis per ikan hiasan Indonesia. Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mengungkapkan banyak jenis ikan hias asli Indonesia yang diklaim oleh negara lain. Beberapa jenis ikan hias yang diklaim tersebut antara lain botia yang diklaim Singapura, cupang oleh Thailand, rainbow oleh Amerika Serikat, jenis udang hias laut oleh Prancis, dan arwana
50
super red yang diklaim oleh Malaysia dengan nama “banjar red”. Hal ini disebabkan keterbatasan sentra budidaya dan promosi.
1.2 Analisis Lingkungan Mikro a) Pemerintah Pemerintah melalui kementerian atau badan-badan yang terkait, memberikan pengaruh bagi peningkatan ekspor ikan hias. Kementerian dan badan-badan tersebut adalah sebagai berikut: -
Badan Pengembangan Ekspor Nasional mempromosikan produk-produk yang diekspor oleh perusahaan di Indonesia, disamping
hal
menyediakan
tersebut
BPEN
informasi
juga
dagang,
berperan publikasi
dalam untuk
memperkenalkan ikan hias asal Indonesia, membantu eksportir dalam mendapatkan
partner
dagang serta
memberikan
konsultasi kepada perusahaan tentang ekspor. -
Kementerian Kelautan dan Perikanan dalam hal ini memliki peranan dalam kebijakan budidaya, pemasaran, karantina ikan dan konservasi kawasan dan jenis ikan yang dilindungi.
-
Kementerian
Perdagangan
berperan
dalam
memberikan
perijinan usaha serta mengeluarkan peraturan tentang ikan-ikan apa saja yang diperbolehkan untuk diekspor maupun tidak. -
Kementerian Kehutanan terkait dengan jenis-jenis yang dilindungi dan masuk dalam CITES.
-
Kementerian Perhubungan terkait regulasi pengangkutan ikan hias melalui angkutan udara.
-
Pusat Karantina dalam hal ini terdapat dua Pusat Karntina yaitu ikan dan tanaman, hal ini karena komoditas yang diekspor selain ikan hias yang diawasi oleh Pusat Karantina Ikan, tanaman hias air yang diawasi oleh Pusat Karantian Tanaman. Pusat Karantina berperan dalam menerbitkan Surat Kesehatan (Health Certificate).
51
-
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah lembaga yang berperan dalam mengesahkan Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB)
serta
memeriksa
kelengkapan
surat-surat
yang
diperlukan untuk kegiatan ekspor. -
Perusahaan kargo dan penerbangan (air freight forwarders) berperan dalam mempermudah eksportir dalam mengirimkan ikan hias ke negara tujuan. Pengembangan ikan hias di Indonesia terkendala oleh
peraturan Pemerintah yang belum mendorong kemajuan daya saing ikan hias Indonesia. Seperti masih banyaknya ijin-ijin yang harus dilalui jika ada pengusaha yang ingin ekspor ikan hias khususnya bagi jenis ikan budidaya yang telah masuk dalam daftar CITES, ditambah lagi masalah karantina. Selain itu, Kementerian Kehutanan dan Kementerian Kelautan dan Perikanan sebagai pihak pengelola ikan hias punya kebijakan yang belum sinergis. Kemenhut menilai ikan hias yang telah masuk dalam daftar CITES sebagai hewan langka yang harus dilindungi. Misalnya, Menteri Kehutanan menetapkan arwana hanya sebagai ikan yang ditangkap dari alam sehingga mengeksploitasi plasma nutfah yang hampir punah, padahal ikan yang akan diekspor tersebut diperoleh dari hasil budidaya. Akibat aturan tersebut, ekspor ikan hias menjadi terhambat. Pengembangan ikan hias di Indonesia masih menemui beberapa kendala, diantaranya regulasi yang tidak optimal dan masih banyak yang tumpang tindih (overlapping). Panjangnya rantai birokasi seperti perijinan yang harus dilalui oleh pengusaha ikan hias yang ingin ekspor menyebabkan biaya produksi menjadi tidak efisien dan daya saing ikan hias Indonesia di pasar internasional rendah (Gambar 9).
52
• • •
• • •
IUP dan SIPI (DKP) ABK Asing (Kemnaker) Ijin Kapal, dll (Kemhub)
•
Penangkapan/ Pembudidayaan
Eksportir Agen (Cargo/Forwarder) Eksportir Pedagang (Trader) Eksportir Produsen/ Pengolah
• •
IUP (Provinsi) PMA dan Tenaga Kerja Asing (Pusat)
CITES (Kemhut) IUP (Pemda dan Kemdag) SKA (Dinas Perdagangan/Kemdag) PEB (Bea Cukai - Kemkeu)
• • • • • • • •
Ekspor
Good Manufacturing Practices/SKP (Ditjen P2HP – KKP) HACCP-based Integrated Quality Management Programme (BKIPM – KKP) Approval Number (BKIPM – KKP, khusus Eropa) Health Certificate (Lab yang ditunjuk) DS 2031 (CA, khusus USA) HC Bebas HPIK (Pusat Karantina Ikan, KKP) CDS untuk Southern Bluefin Tuna (Pelabuhan Perikanan yang telah ditunjuk oleh Dirjen PT, KKP) Sertifikat Hasil Tangkapan Ikan, untuk produk ke UE (Pelabuhan Perikanan yang telah ditunjuk oleh Dirjen PT, KKP)
Gambar 10. Alur prosedur dan persyaratan dokumen pendukung untuk keperluan ekspor hasil perikanan b) Pemasok (Supplier) Sebagain besar pelaku usaha ikan hias adalah usaha kecil dan menengah. Pembudidaya ikan hias banyak terkendala keterbatasan modal, minimnya wawasan, dan tidak memiliki jaringan usaha yang luas. Karenanya, HIPMI akan memberikan pelatihan dengan melibatkan instansi terkait. Mereka juga sering mengalami kesulitan dalam hal pemasaran, juga sulitnya mereka menjaga standar harga jual dari hasil panen ikan hiasnya. Sehingga kondisi
53
demikian dimanfaatkan oleh para tengkulak. Meski menempati posisi kelima dalam ekspor,
ikan hias Indonesia
masih
memprihatinkan karena dikelola secara tradisional sehingga gagal bersaing dengan negara eksportir yang baru. Menurut Hanafiah (1996), ikan hias air tawar yang diekspor berasal dari Sumatera Utara, Riau, Sumatera Selatan, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur, Kalimantan Barat, Kalimantan Timur dan Kalimantan Selatan. Sedangkan ikan hias air laut umumnya berasal dari Kepulauan Seribu (DKI Jakarta), Sumatera Utara, Sumatera Barat, Sumatera Selatan, Lampung, Jawa Barat, Jawa Timur, Bali, Sulawesi Selatan, Sulawesi Utara, Maluku dan Irian Jaya. c)
Pesaing Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics Database 2011, nilai ekspor ikan hias Indonesia pada tahun 2009 sebesar US$ 11.660.944 atau sebesar 3,12% dari total nilai ekspor ikan hias di dunia yang mencapai US$ 373.772.000, sehingga Indonesia menempati peringkat nomor sembilan dunia. Pada tahun 2010, nilai ekspor ikan hias Indonesia meningkat sebesar US$ 19.776.172 atau sebesar 5,95% dari total nilai ekspor ikan hias di dunia yang mencapai US$ 332.340.091, sehingga Indonesia menempati posisi kelima di bawah Singapura, Spanyol, Jepang dan Malaysia. Negara-negara tersebut adalah pesaing utama ikan hias Indonesia, selain menguasai pangsa pasar ikan hias dunia juga disebabkan komoditas ikan hias yang dihasilkan sejenis.
d) Konsumen Potensi ekspor ikan hias Indonesia, baik air tawar maupun air laut, cukup besar. Hampir semua negara menyukai produk ikan hias dari Indonesia. Menurut Kementerian Kelautan dan Perikanan sejatinya potensi ekspor ikan hias Indonesia bisa mencapai US$ 65 juta. Jika angka itu tercapai maka Indonesia akan menandingi Singapura. Potensi ini apabila ditangani serius antara pemerintah dan seluruh stakeholder ikan hias Indonesia, maka Indonesia akan
54
mampu berbicara banyak di pasar internasional dan menjadi eksportir terbesar di dunia mengungguli Singapura. Krisis moneter yang terjadi pada tahun 1998 sampai 1999 dan 2007 sampai 2008 pada saat itu terjadi permintaan ikan hias yang cukup signifikan. Hal ini mungkin disebabkan faktor depresi atau tekanan yang dihadapi para pelaku usaha.Sehingga butuh sarana lain untuk menghibur diri salah satu caranya dengan melihat dan merawat ikan hias. Usaha ikan hias memiliki beberapa keunggulan komparatif diantaranya tidak memerlukan modal yang banyak. Pasar ikan hias tidak pernah jenuh dan usaha ini dapat memberdayakan masyarakat melalui industri kecil untuk ekspor. Negara penerima ekspor jenis air tawar dan laut Indonesia adalah Singapura, China, Hongkong, Malaysia, Jepang, Korea Selatan, Amerika, dan Uni Eropa. Sementara itu, menurut Direktur Pemasaran Luar Negeri – KKP penurunan ekspor ikan hias memang terjadi setiap tahunnya, untuk itu pengalihan negara tujuan ekspor ke Timur Tengah juga dijajaki agar ekspor ikan hias dapat meningkat lagi. Untuk 2011, Eropa menjadi target pasar berikutnya. Konsumen ikan hias di setiap negara memiliki selera yang berbeda. Sehingga, jenis apa pun yang dihasilkan akan diserap. Selera masyarakat Timur Tengah berbeda dengan masyarakat Eropa. Masyarakat Timur Tengah lebih menyukai ikan hias dengan bentuk besar. Ikan arwana merupakan ikan yang disukai oleh masyarakat Timur Tengah, selain juga beberapa ikan hias air laut lainnya. Sementara orang Amerika dan Eropa lebih menyukai ikan yang dihasilkan dari budi daya apa pun jenisnya. Hal ini karena masyarakat Eropa memiliki kesadaran yang tinggi akan konservasi dan kelestarian spesies. Sedangkan Australia memiliki selera yang lebih bebas. Hampir segala jenis ikan hias dapat masuk ke negara itu. Apapun jenisnya, berasal dari alam atau tidak, bagi mereka tidak masalah. Sementara orang Jepang lebih menyukai ikan jenis
55
arwana. Namun demikian, yang menjadi ikan favorit orang Jepang bukan ikan arwana super red, orang Jepang lebih menyukai arwana dengan bentuk pendek yang disebut dengan arwana sumo. Jika demikian, maka sebenarnya potensi ekspor ikan Indonesia cukup besar. Berdasarkan data dari United Nation Commodity Trade Statistics Database 2011, negara tujuan utama ekspor ikan hias Indonesia meliputi Singapura (US$ 2.771.878), Hongkong (US$ 2.618.069), Jepang (US$ 2.337.333 ), USA (US$ 2.211.265) dan Malaysia (US$ 1.853.585). Lima negara importir ikan hias terbesar di dunia disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Negara Importir Ikan Hias Indonesia
Sumber: UN Comtrade (2010)
2.
Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal Lingkungan eksternal memberikan peluang serta ancaman yang dihadapi oleh Indonesia. Identifikasi peluang dan ancaman dapat dilihat pada Tabel 7.
56
Tabel 7. Identifikasi Faktor Lingkungan Eksternal Faktor
Unsur O
Keterangan 1. Budaya dan kepercayaan masyarakat,terutama Tionghoa terhadap ikan hias
T
2. Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
T
3. Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
Lingkungan Eksternal
T
1. Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
O
2. Ikan hias asli Indonesia seperti botia, arwana super red dan jardini memiliki permintaan yang tinggi
O
3. Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah serta Cina
T
4. Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
Sumber: Data primer (diolah)
3.
Analisis Lingkungan Internal Pengidentifikasian faktor internal dapat memberikan gambaran mengenai kondisi suatu perusahaan (Kotler dan Amstrong, 2001). Landasan yang penting bagi pemahaman analisis internal adalah pengertian mengenai pemikiran pencocokan kekuatan dan kelemahan internal perusahaan dengan peluang dan ancaman yang ada di lingkungan perusahaan. a) Aspek Sumber daya Manusia Kegiatan perikanan melalui penangkapan telah menimbulkan ekses-ekses negatif antara lain overfishing (penangkapan berlebih), penggunaan teknik dan peralatan penangkap ikan yang merusak
57
lingkungan (destruktif), perubahan dan degradasi fisik lingkungan, dan pencemaran. Akibatnya banyak spesies ikan hias yang masuk dalam appendix CITES (konvensi perdagangan internasional untuk spesies yang hampir punah). Maka dalam beberapa tahun terakhir trend pengembangan ikan hias di Indonesia beralih ke kegiatan budidaya, karena lebih mampu melestarikan spesies ikan hias. Pembudidaya menjadi indikator paling penting bagi pengembangan ikan hias. Dari tahun ke tahun semakin banyak pengusaha yang mau membudidayakan ikan hias. Tercatat ada 48.000 pembudidaya ikan hias air tawar di berbagai daerah di seluruh Indonesia. Sejalan dengan hal tersebut, timbul kesadaran antar pelaku untuk membentuk klub/asosiasi/perkumpulan ikan hias. Beberapa asosiasi tersebut antara lain Komisi Ikan Hias Indonesia, Dewan Ikan Hias Indonesia, Perhimpunan Ikan Hias Indonesia (PIHI), Asosiasi Ikan Louhan Indonesia, Arwana Club Indonesia, Bettafish Club Indonesia, Indonesian Discus Club, dll. Selain itu, peranan Kamar Dagang Indonesia (KADIN) sebagai ujung tombak perdagangan Indonesia juga sangat penting. Ditambah lagi dengan bantuan Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) untuk menumbuhkan jiwa wirausaha bagi pemula. Peranan Asosiasiasosiasi tersebut sangatlah penting untuk mengembangkan ikan hias sebagai mitra pemerintah. Dengan partisipasi asosiasi tersebut, ada upaya peningkatan mutu, peningkatan ikan hias bernilai tinggi dan penguatan pasar di dalam negeri dan ekspor. Asosiasi ikan hias diharapkan dapat menyumbangkan kontribusi pengalaman, kapabilitas dan profesionalitasnya dalam mengembangkan ikan hias dan terus menggairahkan pasar ikan hias. b)
Aspek Pemasaran Kondisi perdagangan ikan hias dapat dibagi menjadi 2 (dua) yaitu ikan hias eksotik/ekslusif yang bernilai tinggi seperti arwana dan koi, dengan nilai perdagangan sebesar 7%. Sedangkan untuk ikan hias umum atau common fish yang diperdagangkan dengan
58
jumlah besar dan nilai yang relatif kecil seperti, komet, sumatra barb, black ghost, discus, tetra, louhan dan guppy, dengan nilai perdagangannya dapat mencapai 93 %. Pemasaran ikan hias Indonesia didominasi untuk pasar luar negeri/ekspor. Pada tahun 2010, nilai ekspor ikan hias Indonesia meningkat sebesar US$ 19.776.172 atau sebesar 5,95% dari total nilai ekspor ikan hias di dunia yang mencapai US$ 332.340.091, sehingga Indonesia menempati posisi kelima di bawah Singapura, Spanyol, Jepang dan Malaysia. c)
Produksi dan Operasi Kementrian Kelautan dan Perikanan telah menyiapkan rencana besar terkait ikan hias, yaitu pembentukan kawasan minapolitan ikan hias. Kabupaten Blitar yang menghasilkan ikan koi 40 juta ekor per tahun, dengan luas lahan budidaya khusus seluas 200 hektar yang telah diusulkan menjadi kawasan Minapolitan Ikan Hias Koi berada di Desa Kemloko, Desa Penataran, dan Kelurahan Legok. Di tiga lokasi itu terdapat sekitar 20 hektar lahan yang diperuntukkan bagi kegiatan budidaya ikan koi,
dimana
areal
tersebut
diusahakan
oleh
masyarakat
pembudidaya secara tradisional. Selain itu, tidak jauh dari kawasan tersebut telah dibangun Sub Raiser Ikan Hias. d) Aspek Keuangan Usaha budidaya ikan hias relatif tidak membutuhkan modal yang besar dan lahan yang luas. Pembudidaya ikan hias banyak terkendala keterbatasan modal, minimnya wawasan, dan tidak memiliki jaringan usaha yang luas. Para pembudidaya juga sering mengalami kesulitan dalam hal pemasaran, juga sulitnya mereka menjaga standar harga jual dari hasil panen ikan hiasnya. Sehingga kondisi demikian dimanfaatkan oleh para tengkulak. Meski menempati posisi kelima dalam ekspor, ikan hias Indonesia masih memprihatinkan karena dikelola secara tradisional sehingga gagal bersaing dengan negara eksportir yang baru.
59
5.
Identifikasi Faktor Lingkungan Internal Lingkungan internal memberikan kekuatan serta kelemahan yang dihadapi oleh Indonesia (Tabel 8). Tabel 8. Identifikasi Faktor Lingkungan Internal Faktor
Unsur S
Keterangan
Sumber daya ikan hias yang melimpah S 2. Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi S 3. Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar S 4. Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia S 5. Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias W 6. Regulasi pemerintah yang belum mendukung dan tidak efisien Lingkungan W 7. Rendahnya penguasaan teknologi Internal budidaya dan penanganan ikan hias yang baik W 8. Usaha budidaya ikan hias masih didominasi UKM W 9. Channeling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik W 10. Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir W 11. Branding ikan hias Indonesia masih lemah W 12. Koordinasi antar stakeholder masih rendah Sumber: Data Primer (diolah) D.
1.
Perumusan Strategi Pemasaran 1.
Analisis Faktor Eksternal (EFAS) Sebelum dilakukan analisis internal eksternal, terlebih dahulu dilakukan analisis faktor eksternal dan analisis faktor internal. Analisis eksternal atau External Factor Evaluation (EFE) digunakan untuk mengetahui faktor-faktor peluang yang dapat dimanfaatkan dan faktorfaktor ancaman yang harus dihindari. Evaluasi faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 9.
60
Tabel 9. Evaluasi Faktor Eksternal (EFE) Faktor Eksternal
Skor
Peluang 1 Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan
0,689
jardini terus meningkat 2 Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara
0,613
Timur Tengah dan Cina 3 Budaya
dan
kepercayaan
masyarakat,terutama
0,339
Tionghoa terhadap ikan hias Ancaman 4 Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
0,169
5 Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
0,282
6 Isu penangkapan ikan hias laut yang tidak ramah
0,238
lingkungan 7 Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang
0,213
semakin ketat Total
2,544
Sumber: Data Primer (diolah)
Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal diketahui bahwa faktor-faktor eksternal yang paling mempengaruhi strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri adalah: 1.
Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat (bobot 0,689).
2.
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina (bobot 0,613), dan
3.
Budaya dan kepercayaan masyarakat,terutama Tionghoa terhadap ikan hias (bobot 0,339).
61
2.
Analisis Faktor Internal (IFAS) Selanjutnya dilakukan analisis internal atau Internal Factor Evaluation (IFE) untuk mengetahui faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh Indonesia yang dapat dimaksimalkan perannya dan faktorfaktor kelemahan yang harus segera diatasi. Evaluasi faktor internal dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 10. Evaluasi Faktor Internal Skor Faktor Internal Kekuatan 1
Sumber daya ikan hias yang melimpah
0,319
2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan
0,329
domestikasi 3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
0,280
4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
0,176
5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
0,241
Kelemahan 6
Regulasi pemerintah belum mendukung
0,147
7
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan
0,095
penangkapan ikan hias yang baik 8
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha
0,106
skala kecil dan menengah 9
Chanelling antara Supply dengan Demand belum
0,094
tertata dengan baik 10
Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses
0,118
dan tidak mutakhir 11
Branding ikan hias Indonesia masih lemah
0,119
12
Koordinasi antar stakeholder masih rendah
0,165
Total
2,187
Sumber: Data Primer (diolah)
62
Berdasarkan hasil analisis faktor internal diketahui bahwa faktor-faktor internal yang paling mempengaruhi strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri adalah: 1.
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi (bobot 0,329).
3.
2.
Sumber daya ikan hias yang melimpah (0,319)
3.
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar (bobot 0,280).
Analisis Internal Eksternal (IE) Analisis Internal Eksternal (IE) dilakukan untuk mengetahui posisi Indonesia di pasar dunia, posisi tersebut didasarkan pada kuat lemahnya faktor internal dan eksternal yang dimiliki. Berdasarkan hasil analisis Internal Eksternal diketahui skor total pada evaluasi faktor eksternal adalah 2,544 yang memperlihatkan respon yang yang diberikan Indonesia terhadap perubahan lingkungan eksternal yang akan terjadi tergolong sedang, sedangkan faktor internalnya memiliki skor 2,187 yang berarti posisi internal Indonesia tergolong rata-rata, seperti diilustrasikan pada Gambar 11.
Gambar 11. Matriks Internal Eksternal
63
Sel pada matriks Internal Eksternal dapat dibagi menjadi tiga daerah utama dengan implikasi strategi yang berbeda-beda. Daerah pertama terdiri atas sel I, II dan IV dapat digambarkan dengan growth and built. Strategi yang cukup mewakili antara lain strategi intensif dan strategi integratif. Daerah kedua terdiri atas sel III, V dan VII, pada daerah ini strategi yang terbaik adalah hold and maintain. Daerah ketiga terdiri atas sel VI, VIII dan IX lebih baik menggunakan strategi harvest and divest. Seperti terlihat pada Gambar 10, Indonesia terposisikan pada kuadran V. Negara yang berada pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategistrategi yang umum dipakai yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk.
4.
Analisis SWOT Analisis SWOT digunakan untuk mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk merumuskan strategi pemasaran ikan hias Indonesia di pasar luar negeri. Perumusan strategi dilakukan dengan memadukan faktor eksternal yaitu peluang (opportunities) dan ancaman (threats) dengan faktor internal berupa kekuatan (strengths) dan kelemahan (weaknesses) yang dimiliki. Perumusan strategi pada matriks SWOT disesuaikan dengan hasil yang diperoleh dari matriks IE, yaitu strategi penetrasi pasar dan pengembangan produk. Faktor-faktor strategis yang mempengaruhi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri adalah sebagai berikut: A. Kekuatan (Strengths) 1.
Sumber daya ikan hias yang yang melimpah
2.
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi
3.
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
4.
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
5.
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
64
B. Kelemahan (Weaknesses) 1.
Regulasi pemerintah yang belum mendukung dan tidak efisien
2.
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik
3.
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
4.
Channeling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
5.
Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
6.
Branding ikan hias Indonesia masih lemah
7.
Koordinasi antar stakeholder masih rendah
C. Peluang (Opportunities) 1.
Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat
2.
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah serta Cina
3.
Budaya dan kepercayaan masyarakat,terutama Tionghoa terhadap ikan hias
D. Ancaman (Threats) 1.
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
2.
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
3.
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
4.
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat Berdasarkan faktor-faktor tersebut, kemudian disusun matriks
SWOT seperti dapat dilihat pada Tabel 11.
65
Tabel 11. Matriks SWOT IFAS
EFAS OPPORTUNITIES (O) 1. Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat 2. Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina 3. Budaya dan kepercayaan masyarakat,terutama Tionghoa terhadap ikan hias
STRENGTHS (S) 1. Sumber daya ikan hias yang melimpah 2. Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi 3. Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar 4. Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia 5. Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
WEAKNESSES (W) 1. Regulasi pemerintah belum mendukung 2. Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik 3. Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah 4. Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik 5. Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir 6. Branding ikan hias Indonesia masih lemah 7. Koordinasi antar stakeholder masih rendah
STRATEGI S - O
STRATEGI W - O
1. Penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor (S1, S2, S3, S5, O1, O2, O3) 2. Optimasi Raiser Ikan Hias Indonesia sebagai integrated marketing zone (S1, S2, S3, O1, O2)
1. Peningkatan produksi nasional dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui pengembangan kawasan dan market driven (W2, W3, O1, O2) 2. Penguatan branding dan promosi (W4, W6, W7, O1, O2, O3)
THREATS (O) STRATEGI S - T 1. Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika 1. Pengembangan kawasan 2. Klaim negara lain minapolitan ikan hias terhadap ikan hias asli (S1, S2, S3, S5, T3, T4) Indonesia 3. Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan 4. Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat Sumber: Data Primer (diolah)
STRATEGI W - T 1. Penguatan dan pengembangan data, sistem informasi, regulasi dan jejaring pemasaran domestik (W1, W3, W4, W5, W7, T2)
66
Berdasarkan hasil analisis SWOT seperti pada Tabel 10, diperoleh empat jenis alternatif strategi, yaitu: a.
Strategi S – O Strategi ini merupakan alternatif strategi yang dihasilkan dari upaya menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang yang ada, strategi tersebut adalah: 1.
Penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor
2.
Optimasi Raiser Ikan Hias Indonesia sebagai integrated marketing zone
b.
Strategi W - O Strategi ini merupakan alternatif strategi yang ditetapkan berdasarkan
pemanfaatan
peluang
yang
ada
dengan
cara
meminimalkan kelemahan yang ada, yaitu: 1.
Peningkatan produksi nasional dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui pengembangan kawasan dan market driven
2. c.
Penguatan branding dan promosi
Strategi S - T Strategi ini merupakan alternatif strategi dalam menggunakan kekuatan
yang
dimiliki
untuk
mengatasi
ancaman,
yaitu
pengembangan kawasan minapolitan ikan hias. d.
Strategi W - T Strategi ini merupakan strategi yang didasarkan pada kegiatan yang bersifat defensif dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada, serta menghindari ancaman, yaitu Penguatan dan pengembangan data, sistem informasi, regulasi dan jejaring pemasaran. Setelah diperoleh beberapa alternatif strategi yang dapat
diterapkan oleh Indonesia, selanjutnya dilakukan pemilihan alternatif strategi
yang
paling
menarik
atau
strategi
terbaik
untuk
diimplementasikan dengan menggunakan Matrix Quantitative Strategic Planning (QSPM).
67
5.
Analisis QSPM QSPM digunakan untuk mengevaluasi strategi alternatif secara obyektif, berdasarkan faktor-faktor strategis eksternal dan internal yang telah
diketahui
sebelumnya.
Strategi
prioritas
yang
dapat
diimplementasikan diperoleh berdasarkan hasil perhitungan analisis QSPM (Lampiran 12). Penentuan alternatif strategi terbaik dalam pemasaran ikan hias Indonesia di pasar luar negeri dapat dilihat pada Tabel 12. Tabel 12. Penentuan Alternatif Strategi Terbaik Alternatif Strategi Strategi S - O Penguatan dan tujuan ekspor
perluasan
Keterkaitan pasar S1, S2, S3, S5, O1, O2, O3
Optimasi Raiser Ikan Hias Indonesia S1, S2, S3, sebagai integrated marketing zone O1, O2 Strategi W – O Peningkatan produksi nasional W2, W3, dengan mutu dapat bersaing di pasar O1, O2 global melalui pengembangan kawasan dan market driven Penguatan branding dan promosi W4, W6, W7, O1, O2, O3 Strategi S – T Pengembangan kawasan minapolitan S1, S2, S3, ikan hias S5, T3, T4 Strategi S – W Penguatan dan pengembangan data, W1, W3, sistem informasi, regulasi dan W4, W5, jejaring pemasaran W7, T2 Sumber: Data Primer (diolah)
Bobot
Peringkat
13,285
II
12,580
V
13,418
I
13,232
III
12,302
VI
12,977
IV
Berdasarkan hasil analisis tersebut, strategi yang paling tepat dalam pemasaran ikan hias Indonesia di pasar luar negeri adalah Peningkatan produksi nasional dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui pengembangan kawasan dan market driven (skor
68
13,418), Penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor (skor 13,285), dan penguatan branding dan promosi (skor 13,232). Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena saling mendukung satu dengan lainnya, dan dapat diartikan sebagai konsep strategi yang berorientasi pada produk dan pasar.
6.
Analisis BCG
- 0,16 - 0,20
3,04 1,07
0,33
Gambar 12. Matriks BCG Indonesia
Analisis BCG bertujuan untuk mengetahui keberadaan posisi Indonesia yang berkaitan dengan laju pertumbuhan pasar serta pangsa pasar yang dimiliki dan membandingkannya dengan posisi negara pesaing utama. Pangsa pasar relatif diukur dengan membandingkan pangsa pasar Indonesia dengan negara pesaing utamanya, dalam kajian
69
ini negara pesaing utama ikan hias indonesia adalah Singapura sebagai pemegang pangsa pasar ikan hias terbesar di dunia (18,05%). Hasil perbandingan
antara
Indonesia
dengan
Singapura
memberikan
gambaran tentang strategi yang dapat dijalankan oleh Indonesia. Posisi Indonesia, Singapura, dan Malaysia dalam matriks BCG diilustrasikan pada Gambar 11. Berdasarkan hasil perhitungan analisis BCG (Lampiran 13 dan 14) diperoleh pangsa pasar Indonesia sebesar 0,33 dengan laju pertumbuhan pasar yang tinggi mencapai 70%, yang memberikan gambaran bahwa Indonesia berada pada posisi Question Marks. Negara –negara yang berada pada Kuadran I mempunyai pangsa pasar yang relatif rendah dan bersaing dalam pasar industri yang pertumbuhannya tinggi. Indonesia yang berada pada posisi Question Marks harus berupaya mendorong nilai ekspor ikan hiasnya ke posisi Stars atau Cash Cows yang merupakan zona nyaman dari
industri ikan hias. Oleh
karena itu, strategi yang dapat dijalankan oleh Indonesia adalah strategi intensif, melalui penetrasi pasar dan pengembangan pasar atau pengembangan
produk,
serta
memperhatikan
kombinasi
antara
mutu/kualitas dengan harga agar dapat lebih bersaing dengan Singapura. Sedangkan pangsa pasar Singapura sebesar 3,04 dengan laju pertumbuhan pasar yang menurun sebesar -0,16%, memperlihatkan bahwa Singapura berada pada posisi Cash Cows. Negara-negara yang berada pada Kuadran III memiliki posisi pangsa pasar yang relatif tinggi, tetapi bersaing dalam pertumbuhan pasar industri yang lambat. Posisi Singapura yang berada pada posisi Cash Cows menunjukkan bahwa Singapura adalah pemegang pangsa pasar ikan hias terbesar di dunia, dengan nilai total perdagangan ikan hias dunia yang relatif sama atau sekitar 332.340 (US$), maka Singapura berada dalam Comfort Zone industri ikan hias dunia. Pada posisi ini Singapura menawarkan kualitas ikan hias yang tinggi dan terstandar sehingga
70
harga yang Singapura dapatkan menjadi lebih tinggi dibandingkan Indonesia. Disamping itu, tingkat kepercayaan importir sangat tinggi terhadap ikan hias yang berasal dari Singapura, dibandingkan dengan Indonesia. Negara yang kini berada pada posisi Cash Cows harus ditangani sebaik-baiknya agar tetap berada pada posisi ini selama mungkin. Product development atau concentric diversification merupakan strategi yang tepat untuk diimplementasikan. Untuk mempertahankan posisi ini, Singapura melakukan upaya-upaya menciptakan varietas atau strain baru, seperti yang terjadi pada salah satu perusahaan eksportir ikan hias terebesar di Singapura yaitu Qian Hu Corporation yang telah melakukan rekayasa genetik untuk menghasilkan komoditas yang 100% dapat diserap pasar. Jika dibandingkan dengan Singapura, dapat diketahui bahwa Indonesia memiliki pangsa pasar yang relatif rendah, walaupun pertumbuhan industrinya lebih tinggi dibandingkan dengan pesaing utamanya. Menurut data perkembangan nilai ekspor ikan hias di dunia, pada tahun 2009 dan 2010 nilai ekspor Indonesia pada dua tahun terakhir menunjukkan peningkatan dari sebesar 11.660 juta US$ pada tahun 2009, meningkat menjadi 19.766 juta US$ pada tahun 2010. Sedangkan nilai ekspor ikan hias Singapura pada tahun yang sama terus mengalami penurunan, dari 60.088 juta US$ pada tahun 2009 menurun menjadi 59.992 pada tahun 2010. Sehingga indonesia berpeluang terus meningkatkan pangsa pasarnya dengan menjalankan strategi intensif. E.
Bauran Pemasaran Rekomendasi strategi pemasaran yang dihasilkan dari Matriks Internal Eksternal (IE), Matriks SWOT (Strengths Weaknesses Opportunity Threats) dan Matriks Boston Consulting Group (BCG) kemudian dirumuskan dalam bauran pemasaran meliputi 4 (empat) aspek, yaitu produk (product), harga (price), tempat (place) dan promosi (promotion).
71
1.
Produk (product) Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan penjualan melalui pengembangan produk dengan cara meningkatkan atau menciptakan strain atau varietas baru dari spesies yang ada sekarang. Strategi ini memerlukan penelitian yang luas dan tajam, sehingga memerlukan divisi penelitian dan pengembangan. Implikasinya, Indonesia harus mengoptimalkan peran Pusat Penelitian dan Pengembangan Ikan Hias baik oleh swasta maupun pemerintah dalam rangka meningkatan produksi nasional dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui pengembangan kawasan dan market driven.
2.
Harga (price) Untuk tetap dapat bersaing dalam pasar yang kompetitif, Indonesia harus menetapkan harga yang bersaing dengan melakukan efisiensi terhadap biaya produksi. Diantaranya dengan mengkaji kembali panjangnya regulasi/rantai birokasi seperti perijinan yang harus dilalui oleh pengusaha ikan hias yang ingin ekspor yang menyebabkan biaya produksi menjadi tidak efisien dan daya saing ikan hias Indonesia di pasar internasional rendah.
3.
Tempat (place) Pengembangan dan penguatan kawasan minapolitan berbasis ikan hias sebagai kawasan pertumbuhan ekonomi dalam rangka peningkatan produksi ikan hias nasional dengan program satu desa satu produk (one village one product), sehingga masing-masing daerah memiliki diferensiasi atau produk unggulan yang prioritas untuk dikembangkan. Penggunaan internet harus dioptimalkan dengan melakukan pengembangan website agar lebih menarik dan mencoba melakukan terobosan dengan menawarkan sistem transaksi baru yang on line serta lebih efektif diterapkan dalam bisnis ekspor ikan hias.
4.
Promosi (promotion) Dalam rangka implementasi strategi penetrasi pasar yang bertujuan untuk meningkatkan pangsa pasar bagi produk yang ada sekarang pada pasar yang tersedia melalui usaha pemasaran yang lebih
72
besar. Strategi ini terkait dengan strategi SO1 dan WO2, yaitu penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor serta penguatan branding dan promosi.
F.
Implementasi Strategi Melalui ketiga analisis yang telah dilakukan, maka dapat dihubungkan satu sama lain strategi yang dapat dilakukan oleh Indonesia dalam rangka pemasaran ikan hias di pasar luar negeri, yang dikelompokkan dalam penetrasi pasar (market penetration), pengembangan pasar (market development) dan pengembangan produk (product development). 1.
Penetrasi Pasar (Market Penetration) Penetrasi pasar (market penetration) adalah strategi dimana perusahaan memfokuskan pada service/produk yang sudah ada di pasarpasar yang sudah ada sebelumnya (Ansoff, 1990). Strategi ini bertujuan untuk memperkuat dan meningkatkan pangsa pasar bagi produk yang ada sekarang pada pasar yang tersedia melalui usaha pemasaran yang lebih besar. Strategi ini terkait dengan strategi WO2 yaitu penguatan branding dan promosi. Implikasinya, Indonesia harus melakukan kegiatan promosi yang lebih
efektif
melalui
penyelenggaraan
kontes
dan
pameran
internasional, serta keikutsertaan pameran di luar negeri yang diadakan di Singapura (Aquarama) setiap tahun ganjil, dan Jerman (Interzoo) setiap tahun genap, serta negara-negara lain sehingga perusahaan akan lebih dikenal oleh importir. Penggunaan internet harus dioptimalkan dengan melakukan pengembangan website agar lebih menarik dan mencoba melakukan terobosan dengan menawarkan sistem transaksi baru yang on line serta lebih efektif diterapkan dalam bisnis ekspor ikan hias. 2.
Pengembangan Pasar (Market Development) Menurut Igor Ansoff (1990), pengembangan pasar (market development) adalah strategi dimana perusahaan berusaha menjangkau pangsa pasar yang baru/memperluas pangsa pasar dengan produk/jasa
73
yang sudah ada sebelumnya. Strategi ini bertujuan untuk membuka wilayah ekspor baru, jalur distribusi baru, untuk membuat segmen pasar baru. Strategi ini terkait dengan strategi SO1 yaitu penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor. Implikasinya, Indonesia harus dengan cara membuka jaringan pasar luar negeri melalui atase perdagangan, misi dagang, promosi, sehingga tidak tergantung negara broker (direct marketing ke pasar sasaran utama ikan hias: Negara Timur Tengah, USA, Jepang, Eropa dan negara potensi lainnya tanpa melalui Singapura, Cheko dan UAE). 3.
Pengembangan Produk (Product Development) Pengembangan produk (product development) adalah strategi pertumbuhan
dimana
perusahaan/bisnis
mengembangkan
dan
memperkenalkan produk/jasa baru ke pasar yang sudah ada sebelumnya (Ansoff, 1990). Strategi ini bertujuan untuk meningkatkan nilai ekspor dengan cara meningkatkan atau mencipatakan strain baru dari spesies yang ada sekarang. Strategi ini memerlukan penelitian yang luas dan tajam, sehingga memerlukan penelitian dan pengembangan ikan hias. Strategi ini terkait dengan strategi WO1 yaitu peningkatan produksi nasional dengan kualitas yang dapat bersaing di pasar global melelui pengembangan kawasan dan market driven. Implikasinya, peran pusat penelitian dan pengembangan ikan hias dalam hal ini Puslitbang Ikan Hias yang berada di Depok, Jawa Barat agar dioptimalkan terutama dalam rangka menghasilkan ikan hias yang berkualitas melalui
pengadaan indukan unggul dan rekayasa
genetika. Hasil penelitian tersebut kemudian didesiminasikan kepada para pembudidaya untuk dapat memproduksi ikan hias yang dapat bersaing di pasar global.
74
75
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan 1.
Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal diketahui bahwa faktorfaktor eksternal yang paling mempengaruhi strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri adalah permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat (bobot 0,689), meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina (bobot 0,613), serta budaya dan kepercayaan masyarakat, terutama Tionghoa terhadap ikan hias (bobot 0,339). Berdasarkan hasil analisis faktor internal
diketahui
bahwa
faktor-faktor
internal
yang
paling
mempengaruhi strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri adalah kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi (bobot 0,329), sumber daya ikan hias yang melimpah (0,319), dan jumlah pembudidaya ikan hias yang besar (bobot 0,280). Berdasarkan hasil analisis Internal Eksternal diketahui skor total pada evaluasi faktor eksternal 2,544 memperlihatkan respon yang diberikan Indonesia terhadap perubahan lingkungan eksternal tergolong sedang, sedangkan faktor internalnya memiliki skor 2,187 yang berarti posisi internal Indonesia tergolong rataan, Indonesia terposisikan pada kuadran V. Negara yang berada pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategistrategi yang umum dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 2.
Dari analisis SWOT diperoleh alternatif strategi S-O: (1) Penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor, dan (2) Optimasi Raiser Ikan Hias Indonesia sebagai integrated marketing zone); strategi W-O: (1) Peningkatan produksi nasional dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui pengembangan kawasan dan market driven, dan (2) Penguatan branding dan promosi), strategi S-T (Pengembangan kawasan minapolitan ikan hias) dan strategi W-T (Penguatan dan pengembangan data, sistem informasi, regulasi dan jejaring pemasaran).
76
3.
Dari analisis QSPM, diperoleh strategi paling tepat dalam pemasaran ikan hias Indonesia di pasar luar negeri adalah peningkatan produksi nasional
dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui
pengembangan kawasan dan market driven (skor 13,418), penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor (skor 13,285), serta penguatan branding dan promosi (skor 13,232). Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena saling mendukung satu dengan lainnya dan dapat diartikan sebagai konsep strategi berorientasi pada produk dan pasar. 4.
Dari perhitungan analisis BCG, diperoleh pangsa pasar Indonesia 0,33, dengan laju pertumbuhan pasar 70%, yang memberikan gambaran bahwa Indonesia berada pada posisi Question Mark, maka strategi yang dijalankan oleh Indonesia adalah strategi intensif, melalui penetrasi pasar dan pengembangan pasar, atau pengembangan produk, serta memperhatikan kombinasi antara mutu dengan harga agar bersaing dengan Singapura.
B.
Saran 1.
Dalam rangka meningkatkan volume dan nilai produksi ikan hias yang akan
dipasarkan
ke
luar
negeri,
Indonesia
perlu
melakukan
pengembangan produk dengan cara : (a) meningkatkan produk ekspor bernilai tambah tinggi, khususnya ikan hias Indonesia yang berbasis pada sumber daya budidaya serta memanfaatkan teknologi tingkat menengah atau yang mudah diterapkan di masyarakat, (b) diversifikasi produk, meningkatkan kualitas produk berstandar internasional dan perbaikan citra komoditas ikan hias Indonesia melalui rekayasa genetika dan penyediaan indukan yang berkualitas bagi para pembudidaya, (c) pengembangan kawasan minapolitan ikan hias dengan program satu desa satu pasar seperti Kabupaten Blitar untuk koi, Kota Kediri untuk cupang dan Kabupaten Tulungagung untuk mas koki, dan sebagainya.
77
2.
Dalam rangka meningkatkan volume dan nilai pemasaran ikan hias di pasar luar negeri, Indonesia perlu melakukan pengembangan/penetrasi pasar dengan cara : (a) membuka jaringan pasar luar negeri melalui atase perdagangan, misi dagang, promosi, sehingga tidak tergantung negara broker (direct marketing ke pasar sasaran utama ikan hias: Negara Timur Tengah, USA, Jepang, Eropa dan negara potensi lainnya tanpa melalui Singapura, Cheko dan UAE), (b) penyelenggaraan kontes dan pameran internasional, serta keikutsertaan pameran di luar negeri yang diadakan di Singapura (Aquarama) setiap tahun ganjil, dan Jerman (Interzoo) setiap tahun genap.
75
KESIMPULAN DAN SARAN A.
Kesimpulan 1.
Berdasarkan hasil analisis faktor eksternal diketahui bahwa faktorfaktor eksternal yang paling mempengaruhi strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri adalah permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat (bobot 0,689), meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina (bobot 0,613), serta budaya dan kepercayaan masyarakat, terutama Tionghoa terhadap ikan hias (bobot 0,339). Berdasarkan hasil analisis faktor internal
diketahui
bahwa
faktor-faktor
internal
yang
paling
mempengaruhi strategi pemasaran ikan hias di pasar luar negeri adalah kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi (bobot 0,329), sumber daya ikan hias yang melimpah (0,319), dan jumlah pembudidaya ikan hias yang besar (bobot 0,280). Berdasarkan hasil analisis Internal Eksternal diketahui skor total pada evaluasi faktor eksternal 2,544 memperlihatkan respon yang diberikan Indonesia terhadap perubahan lingkungan eksternal tergolong sedang, sedangkan faktor internalnya memiliki skor 2,187 yang berarti posisi internal Indonesia tergolong rataan, Indonesia terposisikan pada kuadran V. Negara yang berada pada sel-sel III, V, atau VII paling baik dikendalikan dengan strategi-strategi Hold dan Maintain. Strategistrategi yang umum dipakai adalah penetrasi pasar dan pengembangan produk. 2.
Dari analisis SWOT diperoleh alternatif strategi S-O: (1) Penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor, dan (2) Optimasi Raiser Ikan Hias Indonesia sebagai integrated marketing zone); strategi W-O: (1) Peningkatan produksi nasional dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui pengembangan kawasan dan market driven, dan (2) Penguatan branding dan promosi), strategi S-T (Pengembangan kawasan minapolitan ikan hias) dan strategi W-T (Penguatan dan pengembangan data, sistem informasi, regulasi dan jejaring pemasaran).
76
3.
Dari analisis QSPM, diperoleh strategi paling tepat dalam pemasaran ikan hias Indonesia di pasar luar negeri adalah peningkatan produksi nasional
dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui
pengembangan kawasan dan market driven (skor 13,418), penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor (skor 13,285), serta penguatan branding dan promosi (skor 13,232). Ketiga strategi tersebut dapat dilaksanakan secara bersamaan karena saling mendukung satu dengan lainnya dan dapat diartikan sebagai konsep strategi berorientasi pada produk dan pasar. 4.
Dari perhitungan analisis BCG, diperoleh pangsa pasar Indonesia 0,33, dengan laju pertumbuhan pasar 70%, yang memberikan gambaran bahwa Indonesia berada pada posisi Question Mark, maka strategi yang dijalankan oleh Indonesia adalah strategi intensif, melalui penetrasi pasar dan pengembangan pasar, atau pengembangan produk, serta memperhatikan kombinasi antara mutu dengan harga agar bersaing dengan Singapura.
B.
Saran 1.
Dalam rangka meningkatkan volume dan nilai produksi ikan hias yang akan
dipasarkan
ke
luar
negeri,
Indonesia
perlu
melakukan
pengembangan produk dengan cara : (a) meningkatkan produk ekspor bernilai tambah tinggi, khususnya ikan hias Indonesia yang berbasis pada sumber daya budidaya serta memanfaatkan teknologi tingkat menengah atau yang mudah diterapkan di masyarakat, (b) diversifikasi produk, meningkatkan kualitas produk berstandar internasional dan perbaikan citra komoditas ikan hias Indonesia melalui rekayasa genetika dan penyediaan indukan yang berkualitas bagi para pembudidaya, (c) pengembangan kawasan minapolitan ikan hias dengan program satu desa satu pasar seperti Kabupaten Blitar untuk koi, Kota Kediri untuk cupang dan Kabupaten Tulungagung untuk mas koki, dan sebagainya.
77
2.
Dalam rangka meningkatkan volume dan nilai pemasaran ikan hias di pasar luar negeri, Indonesia perlu melakukan pengembangan/penetrasi pasar dengan cara : (a) membuka jaringan pasar luar negeri melalui atase perdagangan, misi dagang, promosi, sehingga tidak tergantung negara broker (direct marketing ke pasar sasaran utama ikan hias: Negara Timur Tengah, USA, Jepang, Eropa dan negara potensi lainnya tanpa melalui Singapura, Cheko dan UAE), (b) penyelenggaraan kontes dan pameran internasional, serta keikutsertaan pameran di luar negeri yang diadakan di Singapura (Aquarama) setiap tahun ganjil, dan Jerman (Interzoo) setiap tahun genap.
79
DAFTAR PUSTAKA Ansoff, H.I. dan Edward J. Mc Donnell. 1990. Implanting Strategic Management. Prentice Hall. Badan Pengembangan Ekspor Nasional. 1994. Indonesian Guide Book to Exporter. Jakarta. David, F. R. 2009. Manajemen Strategis: Konsep (Terjemahan). Salemba Empat, Jakarta. Direktorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan. 2011. Keputusan Direktur Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil Perikanan Nomor: KEP.090/DJ-P2HP/2011 tentang Registrasi Unit Penanganan, Pengolahan Hasil Perikanan Nonkonsumsi (UPPN). Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap. 2011. Statistik Perikanan Tangkap Indonesia, 2005 – 2010. Jakarta. Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya. 2011. Statistik Perikanan Budidaya Indonesia, 2005 – 2010. Jakarta. Global Marine Aquarium Database. 2005. The Global Trade in Marine Ornamental Species. http:/www.unep-wcmc.org. html. Jauch, L.R. dan Glueck, W.F. 1997. Manajemen Strategis dan Kebijakan Perusahaan (Terjemahan). P.T. Erlangga, Jakarta. Hanafiah, A.M. 1996. Peranan Perusahaan Ekspor Ikan Hias dan Sumbangannya Bagi Perekonomian di DKI Jakarta. Buletin Ekonomi Perikanan Vol.2. No.3. Bogor. Hertanto, D. 2007. Analisis Strategi Daya Saing Ikan Hias Indonesia di Pasar Internasional. Tesis pada Program Studi Magister Manajemen Agribisnis. Institut Pertanian Bogor. Hunger J. David dan Whealen Thomas L. 1993. Strategic Management. AddisonWesley Publishing Company. Juhaeri, H. 2011. Kajian Kelayakan dan Strategi Pengembangan Kredit Usaha Rakyat di PT. Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Tugas Akhir Pada Program Studi Industri Kecil Menengah, Program Pascasarjana. Institut Pertanian Bogor. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2012. Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: KEP.21/MEN/2012 tentang Komisi Hasil Perikanan. Jakarta.
80
Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2011. Potensi dan Peluang Indonesia Mewujudkan Produsen Ikan Hias Terbesar Tahun 2015. Bahan Kebijakan Kementerian Kelautan dan Perikanan Tahun 2011. Jakarta. Kementerian Kelautan dan Perikanan. 2010. Rencana Strategik Kementerian Kelautan dan Perikanan 2010-2014. Jakarta. Kinnear, T. 1991. Marketing Research. An Applied Approach, 4th Ed. Mc Grow Hill, USA. Kotler, P. 1997. Manajemen Pemasaran, Analisis, Perencanaan dan Kontrol (Terjemahan). PT. Prenhallindo, Jakarta. 1993. Manajemen Pemasaran : Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta. dan G. Amstrong. 2001. Prinsip-Prinsip Pemasara (Terjemahan). PT. Erlangga, Jakarta. Rangkuti, F. 2009. Analisis SWOT Teknik Membedah Kasus Bisnis – Reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. Singh, T. 2010. International Trade in Ornamental Fish. INFOFISH, Kuala Lumpur. Umar, H. 1999. Riset Strategi Perusahaan. P.T. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta. United Nation. 2011. Commodity http://www.uncomtrade.org/.html.
Trade
Statistics
Database.
81
Lampiran 1. Kuesioner Kajian
KAJIAN STRATEGI PEMASARAN IKAN HIAS DI PASAR LUAR NEGERI
IDENTITAS NARASUMBER
Nama
: .....................................................................
Pekerjaan/Jabatan
: .....................................................................
Alamat
: .....................................................................
Tanda Tangan
: .....................................................................
Kami mohon Bapak/Ibu dapat memberikan informasi secara obyektif dan benar, dengan cara mengisi kuesioner ini
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2012
82
Lampiran 1. Kuesioner Penelitian untuk penilaian bobot dan rating faktor strategis internal dan eksternal serta QSPM dalam Kajian Strategi Pemasaran Ikan Hias di Pasar Luar Negeri.
1.
Penilaian Bobot terhadap Faktor Internal Indonesia (Kekuatan skor dan Kelemahan)
Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel dengan menggunakan skala 1, 2, 3 Nilai 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
Catatan : cara membaca perbandingan dimulai pada variabel pada baris 1 terhadap kolom 1 dan harus konsisten. Faktor Internal A B C D E F G H I J K L Total
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
83
Lanjutan lampiran 1 Kekuatan (Strengths) A. Sumber daya ikan hias melimpah B. Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi C. Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar D. Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia E. Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
Kelemahan (Weaknesses) F. Regulasi pemerintah belum mendukung dan tidak efisien G. Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik H. Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah I.
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
J.
Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
K. Branding ikan hias Indonesia masih lemah L. Koordinasi antar stakeholder masih rendah
Kuesioner Penentuan Bobot dan Rating 2.
Penilaian Bobot Faktor Eksternal Perusahaan (Peluang dan Ancaman)
Petunjuk Pengisian Penilaian bobot setiap variabel dengan menggunakan skala 1,2,3 Nilai 1 : Jika indikator horizontal kurang penting daripada indikator vertikal Nilai 2 : Jika indikator horizontal sama penting dengan indikator vertikal Nilai 3 : Jika indikator horizontal lebih penting daripada indikator vertikal
84
Catatan : cara membaca perbandingan dimulai pada variabel pada baris 1 terhadap kolom 1 dan harus konsisten. Faktor
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Total
Eksternal A B C D E F G H I J K L Total
Lanjutan lampiran 1 Peluang (Opportunities) A. Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat B. Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina C. Budaya dan kepercayaan masyarakat,terutama Tionghoa terhadap ikan hias Ancaman (Threats) A. Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika B. Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia C. Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan D. Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
85
3.
Pemberian Peringkat terhadap Faktor Internal Indonesia (Kekuatan dan Kelemahan)
3.1 Pemberian Peringkat terhadap Kekuatan Indonesia
Petunjuk Pengisian a.
Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kekuatan dibandingkan dengan negara pesaing berikut ini dengan cara memberikan
b.
Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan di bawah ini: Skala 4 = jika faktor tersebut sangat kuat dibandingkan dengan pesaing Skala 3 = jika faktor tersebut kuat dibandingkan dengan pesaing
Menurut Bapak/Ibu/Sdr, bagaimana kondisi Indonesia bila dibandingkan dengan negara pesaing dalam hal faktor-faktor kekuatan yang dimiliki sebagai berikut :
Lanjutan lampiran 1 No
Kekuatan
1
Sumber daya ikan hias melimpah
2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias
3
4
asli dan domestikasi 3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
3.2 Pemberian Peringkat terhadap Kelemahan Indonesia
Petunjuk Pengisian: a.
Tentukan nilai peringkat atau rating terhadap faktor-faktor kelemahan dibandingkan dengan negara pesaing berikut ini dengan cara memberikan
86
b.
Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan di bawah ini: Skala 2 = jika faktor tersebut sangat lemah terhadap pesaing Skala 1 = jika faktor tersebut lemah terhadap pesaing
Menurut Bapak/Ibu/Sdr, bagaimana kondisi Indonesia bila dibandingkan dengan negara pesaing dalam hal faktor-faktor kelemahan yang dimiliki sebagai berikut :
No
Kelemahan
1
Regulasi pemerintah belum mendukung
2
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya
1
2
dan penanganan ikan hias yang baik 3
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
4
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
5
Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
6
Branding ikan hias Indonesia masih lemah
7
Koordinasi antar stakeholder masih rendah
Lanjutan lampiran 1 Pemberian Peringkat Faktor Eksternal Perusahaan (Peluang dan Ancaman) 3.3 Pemberian Peringkat terhadap Peluang Indonesia
Petunjuk Pengisian a.
Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada kemampuan usaha dalam meraih peluang yang ada berikut ini dengan memberikan tanda (V) pada pilihan Bapak/Ibu/Sdr.
b.
Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini: Skala 3 = tinggi, respon dalam meraih peluang tersebut diatas rata-rata Skala 4 = sangat tinggi, respon perusahaan dalam meraih peluang tersebut superior.
87
Menurut Bapak/Ibu/Sdr, bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghadapi peluang tersebut :
No
Peluang
1
3
4
Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat
2
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina
3
Budaya dan kepercayaan masyarakat,terutama Tionghoa terhadap ikan hias
3.4 Pemberian Peringkat terhadap Ancaman Indonesia Petunjuk pengisian: a.
Tentukan nilai peringkat atau rating didasarkan pada besarnya ancaman usaha dalam mempengaruhi usaha dimasa yang datang dengan cara memberikan
b.
Pemberian peringkat didasarkan pada keterangan berikut ini: Skala 1 = sangat tinggi, respon terhadap ancaman tersebut superior Skala 2 = tinggi, respon terhadap ancaman tersebut diatas rata-rata
Lanjutan lampiran 1 Menurut Bapak/Ibu/Sdr, bagaimana kemampuan perusahaan dalam menghadapi ancaman tersebut:
NO
Ancaman
1
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
2
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
3
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
4
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
1
2
88
4. Penentuan Alternatif Strategi dengan QSPM Tujuan: Untuk menunjukan kemenarikan relatif dan alternatif-alternatif yang dihasilkan dari matriks SWOT, guna menetapkan strategi mana yang paling tepat untuk dihasilkan terlebih dahulu oleh perusahaan.
Alternatif Strategi dari Penetrasi Pasar dan Pengembangan Produk. 1.
Penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor
2.
Optimasi Raiser Ikan Hias Indonesia sebagai integrated marketing zone
3.
Peningkatan produksi nasional dengan mutu dapat bersaing di pasar global melalui pengembangan kawasan dan market driven
4.
Penguatan branding dan promosi
5.
Pengembangan kawasan minapolitan ikan hias
6.
Penguatan dan pengembangan data, sistem informasi, regulasi dan jejaring pemasaran.
Petunjuk Pengisian: Mengajukan pertanyaan, apakah faktor sukses kritis berpengaruh pada alternatif strategi yang ada. Jika jawabannya “tidak” maka kolom AS tidak perlu diisi, jika jawabannya “ya” maka kolom AS diisi dengan:
Lanjutan lampiran 1
4 = alternatif strategi sangat menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif lain. 3 = lternatif strategi cukup menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif lain. 2 = alternatif strategi agak menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif lain. 1 = alternatif strategi tidak menarik dibandingkan relatif terhadap alternatif lain.
89
MATRIK QSP Alternatif Strategi Faktor Strategis
Bobot
Strategi 1 AS
(a) KEKUATAN 1.
Kekuatan 1
2.
Kekuatan 2
3.
Kekuatan 3
4.
Kekuatan 4
5.
Kekuatan 5
KELEMAHAN 1.
Kelemahan1
2.
Kelemahan 2
3.
Kelemahan 3
4.
Kelemahan 4
5.
Kelemahan 5
6.
Kelemahan 6
7.
Kelemahan 7
PELUANG 1.
Peluang 1
2.
Peluang 2
3.
Peluang 3
ANCAMAN 1.
Ancaman 1
2.
Ancaman 2
3.
Ancaman 3
4.
Ancaman 4
Total
b
TAS axb
Strategi 2 AS c
TAS axc
Strategi 9 AS
TAS
j
axj
Lampiran 2. Peta Penyebaran Potensi Ikan Hias dan Tanaman Hias Air Menurut Provinsi
Sumber: Kementerian Kelautan dan Perikanan, 2011 90
Lampiran 3.
Perkembangan Nilai Ekspor Ikan Hias Indonesia di Dunia 2006-2010
2006 No Negara
Nilai
2007 %
No Negara
Nilai
2008 %
No Negara
Nilai
2009 %
No Negara
Nilai
2010 %
No Negara
Nilai
%
1 Singapura 61.433 17,69 1 Singapura 66.114 18,81 1 Singapura 68.963 16,83 1 Singapura 60.088 16,08 1 Singapura 59.992 18,05 2 Spanyol 26.711 7,69 2 Spanyol 31.386 8,93 2 Spanyol 30.586 7,46 2 Spanyol 47.059 12,59 2 Spanyol 39.313 11,83 3 Malaysia 22.384 6,45 3 Malaysia 27.731 7,89 3 Malaysia 27.890 6,81 Rep. 4 Ceko 18.316 5,27 4 Jepang 20.682 5,88 4 Thailand 21.558 5,26 Rep. 5 Jepang 16.589 4,78 5 Ceko 20.099 5,72 5 Jepang 21.557 5,26 Rep. 6 Thailand 13.707 3,95 6 Thailand 16.439 4,68 6 Ceko 21.168 5,17
3 Jepang
24.067 6,44 3 Jepang
32.101 9,66
4 Malaysia 21.222 5,68 4 Malaysia 21.179 6,37 5 Thailand 18.224 4,88 5 Indonesia 19.766 5,95 Rep. 6 Ceko 16.946 4,53 6 Thailand 18.722 5,63
7 Israel
11.370 3,27 7 Israel
13.593 3,87 7 Israel
15.929 3,89 7 Israel
8 USA
10.303 2,97 8 USA
11.224 3,19 8 USA
13.255 3,23 8 USA
15.656 4,19 7 Israel Rep. 12.139 3,25 8 Ceko
15.223 4,58
13.221 3,98
15.113 4,55
9 Indonesia 9.442
2,72 9 Morocco 9.249
2,63 9 Perancis 9.464
2,31 9 Indonesia 11.660 3,12 9 USA
10 Sri Lanka 8.538
2,46 10 Colombia 8.652
2,46 10 Sri Lanka 8.867
2,16 10 Belanda 9.522
2,55 10 Belanda 9.097
2,74
-
2,33 11 Indonesia 8.924
2,18
-
-
Total
347.280 100
13 Indonesia 8.175 Total
351.459 100
Total
409.815 100
Total
373.772 100
Total
332.340 100,00
Sumber: United Nation Commodity Trade Statistics Database, 2011 (diolah)
91
Lampiran 4. Total skor pembobotan dan rating IFAS 1. a.
Direktur Pengembangan Produk Nonkonsumsi, Ditjen P2HP-KKP Total skor pembobotan IFAS Faktor Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Jumlah
Bobot
Kekuatan 1
Sumberdaya ikan hias melimpah
A
2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi
B
1
3
3
3
2
1
1
2
2
2
2
3
24
0,091
2
2
2
1
1
2
2
2
1
2
18
0,068
3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
C
1
2
2
2
1
1
2
1
1
1
1
15
0,057
4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
D
1
2
2
2
1
1
2
1
1
1
1
15
0,057
5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
E
2
2
2
2
1
1
2
1
1
1
1
16
0,061
3
3
2
3
2
3
31
0,117
3
2
3
2
3
29
0,110
1
2
1
2
18
0,068
2
1
2
25
0,095
3
2
24
0,091
1
26
0,098
23
0,087
264
1,000
Kelemahan 6
Regulasi pemerintah belum mendukung
F
3
3
3
3
3
7
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik
G
3
3
3
3
3
1
8
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
H
2
2
2
2
2
1
1
9
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
I
2
2
3
3
3
2
2
3
10 Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
J
2
2
3
3
3
1
1
2
2
11 Branding ikan hias Indonesia masih lemah
K
2
3
3
3
3
2
2
3
3
1
12 Koordinasi antar stakeholder masih rendah
L
1
2
3
3
3
1
1
2
2
2
3
20
26
29
29
28
13
15
26
19
20
18
Jumlah
21
b.
Rating IFAS Nilai
Faktor Internal 1
2
Rating 3
4
Kekuatan 3
1
Sumberdaya ikan hias melimpah
x
2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi
3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
x
3
4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
x
3
5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
x
3
x
4
Kelemahan 6
Regulasi pemerintah belum mendukung
x
1
7
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik
x
1
8
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
9
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
x
1
10 Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
x
1
11 Branding ikan hias Indonesia masih lemah
x
12 Koordinasi antar stakeholder masih rendah
x
2
1 x
2
1 4 2
3
3
5
4
Lampiran 5. Total skor pembobotan dan rating EFAS 1. a.
Direktur Pengembangan Produk Nonkonsumsi, Ditjen P2HP-KKP Total skor pembobotan EFAS Faktor Internal
A
B
C
D
E
F
G
Jumlah
Bobot
3
3
3
3
3
3
18
0,217
1
Peluang 1
Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat
A
2
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina
B
1
3
Budaya dan kepercayaan masyarakat terutama Tionghoa terhadap ikan hias
C
1
1
3
3
3
3
2
15
0,181
2
1
1
1
1
6
0,072
5
1
1
1
8
0,096
4
2
2
12
0,145
3
2
12
0,145
3
12
0,145
3
11
83
1,000
Ancaman 4
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
D
1
1
3
5
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
E
1
1
3
3
6
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
F
1
1
3
3
7
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
G
Jumlah b.
2
1
1
3
3
2
2
6
8
18
16
12
12
3
4
Rating EFAS Nilai
Faktor Eksternal 1
2
Rating
Peluang 1
Ikan hias asli Indonesia seperti botia, arwana super red dan jardini memiliki permintaan yang tinggi
x
4
1
2
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina
x
4
1
3
Budaya dan kepercayaan masyarakat terutama Tionghoa terhadap ikan hias
3
2
1
4
x
Ancaman 4
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
x
5
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
x
2
3
6
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
x
2
3
7
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
x
2
3
Lampiran 6. Total skor pembobotan dan rating IFAS 2. a.
Eksportir Ikan Hias Total skor pembobotan IFAS Faktor Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Jumlah
Bobot
Kekuatan 1
Sumberdaya ikan hias melimpah
A
2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi
B
1
3
2
3
2
3
2
3
2
3
2
3
28
0,103
1
3
2
3
2
3
2
3
2
2
24
0,088
3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
C
1
3
3
2
3
2
3
2
3
2
3
27
0,099
4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
D
1
1
1
1
1
1
3
1
2
1
1
14
0,051
5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
E
1
3
2
3
3
2
3
2
3
1
3
26
0,095
2
3
2
3
2
3
28
0,103
3
2
3
2
3
25
0,092
1
2
1
1
14
0,051
3
2
3
28
0,103
1
1
13
0,048
3
25
0,092
21
0,077
273
1,000
Kelemahan 6
Regulasi pemerintah belum mendukung
F
1
3
3
3
3
7
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik
G
1
3
2
1
2
3
8
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
H
1
1
1
3
1
1
1
9
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
I
1
3
3
3
3
2
2
3
10 Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
J
1
1
1
3
1
1
1
1
1
11 Branding ikan hias Indonesia masih lemah
K
1
3
3
3
3
1
2
3
2
1
12 Koordinasi antar stakeholder masih rendah
L
1
3
1
3
1
2
1
3
2
3
1
11
27
20
31
21
23
18
31
19
29
17
Jumlah
26
b.
Rating IFAS Nilai
Faktor Internal 1
2
Rating 3
4
Kekuatan 1
Sumberdaya ikan hias melimpah
2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi
3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
x
4 3
x x
4 3
x x
4
Kelemahan 6
Regulasi pemerintah belum mendukung
x
1
7
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik
x
1
8
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
9
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
x x
10 Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir 11 Branding ikan hias Indonesia masih lemah 12 Koordinasi antar stakeholder masih rendah
2 1
x x
2 1
x
2
Lampiran 7. Total skor pembobotan dan rating EFAS 2. a.
Eksportir Ikan Hias Total skor pembobotan EFAS Faktor Internal
A
B
C
D
E
F
G
Jumlah
Bobot
2
3
3
3
2
2
15
0,181
Peluang 1
Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat
A
2
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina
B
1
3
Budaya dan kepercayaan masyarakat terutama Tionghoa terhadap ikan hias
C
2
1
1
2
2
2
2
10
0,120
1
2
2
2
10
0,120
2
2
1
11
0,133
2
2
10
0,120
2
11
0,133
16
0,193
11
83
1,000
Ancaman 4
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
D
1
3
2
5
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
E
1
1
2
2
6
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
F
1
2
2
2
7
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
G
Jumlah b.
2
2
3
3
3
3
2
8
12
13
13
14
12
Rating EFAS Nilai
Faktor Eksternal 1
2
Rating 3
4
Peluang 1
Ikan hias asli Indonesia seperti botia, arwana super red dan jardini memiliki permintaan yang tinggi
x
4
2
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina
x
4
3
Budaya dan kepercayaan masyarakat terutama Tionghoa terhadap ikan hias
x
3
Ancaman 4
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
x
2
5
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
x
2
6
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
x
1
7
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
x
1
Lampiran 8. Total skor pembobotan dan rating IFAS 3. a.
Importir Ikan Hias Total skor pembobotan IFAS Faktor Internal
A
B
C
D
E
F
G
H
I
J
K
L
Jumlah
Bobot
Kekuatan 1
Sumberdaya ikan hias melimpah
A
2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi
B
2
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
24
0,091
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
24
0,091
3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
C
2
2
3
3
2
2
2
2
2
2
2
24
0,091
4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
D
1
1
1
1
2
2
2
2
2
2
2
18
0,068
5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
E
1
1
1
3
1
1
2
1
1
1
1
14
0,053
3
3
3
3
3
3
29
0,110
2
2
2
2
2
22
0,083
2
2
2
2
21
0,080
2
2
2
22
0,083
2
2
22
0,083
2
22
0,083
22
0,083
264
1,000
Kelemahan 6
Regulasi pemerintah belum mendukung
F
2
2
2
2
3
7
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik
G
2
2
2
2
3
1
8
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
H
2
2
2
2
2
1
2
9
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
I
2
2
2
2
3
1
2
2
10 Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
J
2
2
2
2
3
1
2
2
2
11 Branding ikan hias Indonesia masih lemah
K
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
12 Koordinasi antar stakeholder masih rendah
L
2
2
2
2
3
1
2
2
2
2
2
20
20
20
26
30
15
22
23
22
22
22
Jumlah
22
b.
Rating IFAS Nilai
Faktor Internal 1
2
Rating 3
4
Kekuatan 3
1
Sumberdaya ikan hias melimpah
x
2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi
3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
x
3
4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
x
3
5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
x
3
x
4
Kelemahan x
2
6
Regulasi pemerintah belum mendukung
7
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik
x
1
8
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
x
1
9
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
x
1
10 Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
x
2
11 Branding ikan hias Indonesia masih lemah
x
2
12 Koordinasi antar stakeholder masih rendah
x
2
Lampiran 9. Total skor pembobotan dan rating EFAS 3. a.
Importir Total skor pembobotan EFAS Faktor Internal
A
B
C
D
E
F
G
Jumlah
Bobot
2
2
3
2
2
2
13
0,159
Peluang 1
Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat
A
2
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina
B
2
3
Budaya dan kepercayaan masyarakat terutama Tionghoa terhadap ikan hias
C
2
2
2
3
2
2
2
13
0,159
3
2
2
1
12
0,146
1
1
1
6
0,073
2
2
13
0,159
1
12
0,146
13
0,159
9
82
1,000
Ancaman 4
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
D
1
1
1
5
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
E
2
2
2
3
6
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
F
2
2
2
3
7
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
G
Jumlah b.
2
2
2
2
3
2
2
11
11
11
18
11
11
Rating EFAS Nilai
Faktor Eksternal 1
2
Rating 3
4
Peluang 1
Ikan hias asli Indonesia seperti botia, arwana super red dan jardini memiliki permintaan yang tinggi
x
4
2
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina
x
4
3
Budaya dan kepercayaan masyarakat terutama Tionghoa terhadap ikan hias
x
4
Ancaman x
2
4
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
5
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
x
1
6
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
x
1
7
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
x
1
Lampiran 10. Total skor pembobotan IFAS dan EFAS a.
Total skor pembobotan IFAS Direktur PPN
Faktor Internal
Eksportir Ikan Hias
Importir
Skor
Bobot (a)
Rating (b)
(a x b)
Bobot (a)
Rating (b)
(a x b)
Bobot (a)
Rating (b)
(a x b)
Kekuatan 1
Sumberdaya ikan hias melimpah
0,091
3
0,273
0,103
4
0,410
0,091
3
0,273
0,319
2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi
0,068
4
0,273
0,088
4
0,352
0,091
4
0,364
0,329
3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
0,057
3
0,170
0,099
4
0,396
0,091
3
0,273
0,280
4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
0,057
3
0,170
0,051
3
0,154
0,068
3
0,205
0,176
5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
0,061
3
0,182
0,095
4
0,381
0,053
3
0,159
0,241
Kelemahan 6
Regulasi pemerintah belum mendukung
0,117
1
0,117
0,103
1
0,103
0,110
2
0,220
0,147
7
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik
0,110
1
0,110
0,092
1
0,092
0,083
1
0,083
0,095
8
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
0,068
2
0,136
0,051
2
0,103
0,080
1
0,080
0,106
9
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
0,095
1
0,095
0,103
1
0,103
0,083
1
0,083
0,094
10 Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
0,091
1
0,091
0,048
2
0,095
0,083
2
0,167
0,118
11 Branding ikan hias Indonesia masih lemah
0,098
1
0,098
0,092
1
0,092
0,083
2
0,167
0,119
12 Koordinasi antar stakeholder masih rendah
0,087
2
0,174
0,077
2
0,154
0,083
2
0,167
0,165
1,890
1,000
2,432
1,000
2,239
2,187
Total b.
1,000
Total skor pembobotan EFAS Direktur PPN
Faktor Eksternal
Eksportir Ikan Hias
Importir
Skor
Bobot (a)
Rating (b)
(a x b)
Bobot (a)
Rating (b)
(a x b)
Bobot (a)
Rating (b)
(a x b)
Peluang 1
Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat
0,217
4
0,867
0,181
4
0,723
0,159
3
0,476
0,689
2
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina
0,181
4
0,723
0,120
4
0,482
0,159
4
0,634
0,613
3
Budaya dan kepercayaan masyarakat terutama Tionghoa terhadap ikan hias
0,072
3
0,217
0,120
3
0,361
0,146
3
0,439
0,339
Ancaman 4
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
0,096
1
0,096
0,133
2
0,265
0,073
2
0,146
0,169
5
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
0,145
2
0,289
0,120
2
0,241
0,159
2
0,317
0,282
6
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
0,145
2
0,289
0,133
1
0,133
0,146
2
0,293
0,238
7
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
0,145
2
0,289
0,193
1
0,193
0,159
1
0,159
0,213
2,771
1,000
2,398
1,000
2,463
2,544
Total
1,000
Lampiran 11. Total skor pembobotan IFAS dan EFAS a.
Total skor pembobotan IFAS Faktor Internal
Skor
Kekuatan 1
Sumberdaya ikan hias melimpah
0,319
2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi
0,329
3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
0,280
4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
0,176
5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
0,241
Kelemahan 6
Regulasi pemerintah belum mendukung
0,147
7
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penangkapan ikan hias yang baik
0,095
8
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
0,106
9
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
0,094
10 Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
0,118
11 Branding ikan hias Indonesia masih lemah
0,119
12 Koordinasi antar stakeholder masih rendah
0,165 Total
b.
2,187
Total skor pembobotan EFAS Faktor Eksternal
Skor
Peluang 1
Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat
0,689
2
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina
0,613
3
Budaya dan kepercayaan masyarakat terutama Tionghoa terhadap ikan hias
0,339
Ancaman 4
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
0,169
5
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
0,282
6
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
0,238
7
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
0,213
Total
2,544
1 4 2 5 3
11 9 7 6 8 10 12
1 2 3
7 4 6 5
Lampiran 12. Analisis QSPM
Faktor Strategis
1
Bobot
2
3
4
5
6
AS1
TAS1
AS2
TAS2
AS3
TAS3
AS4
TAS4
AS5
TAS5
AS6
TAS6
(a)
(b)
(a x b)
(c)
(a x c)
(d)
(a x d)
(e)
(a x e)
(f)
(a x f)
(g)
(a x g)
Kekuatan (S) S1
Sumberdaya ikan hias melimpah
0,319
4
1,274
4
1,274
4
1,274
4
1,274
4
1,274
4
1,274
S2
Kaya akan keanekaragaman jenis ikan hias asli dan domestikasi
0,329
4
1,317
4
1,317
4
1,317
4
1,317
4
1,317
4
1,317
S3
Jumlah pembudidaya ikan hias yang besar
0,280
3
0,839
4
1,118
4
1,118
3
0,839
3
0,839
3
0,839
S4
Banyaknya asosiasi ikan hias di Indonesia
0,176
3
0,529
3
0,529
3
0,529
3
0,529
3
0,529
3
0,529
S5
Ketersediaan lahan usaha produksi ikan hias
0,241
4
0,962
3
0,722
3
0,722
3
0,722
3
0,722
3
0,722
Kelemahan (W) W1
Regulasi pemerintah belum mendukung
0,147
1
0,147
1
0,147
1
0,147
1
0,147
1
0,147
1
0,147
W2
Rendahnya penguasaan teknologi budidaya dan penanganan ikan hias yang baik
0,095
1
0,095
1
0,095
2
0,190
2
0,190
2
0,190
2
0,190
W3
Usaha budidaya ikan hias masih didominasi usaha skala kecil dan menengah
0,106
2
0,212
1
0,106
2
0,212
2
0,212
1
0,106
2
0,212
W4
Chanelling antara Supply dengan Demand belum tertata dengan baik
0,094
1
0,094
2
0,187
1
0,094
2
0,187
1
0,094
1
0,094
W5
Data potensi dan pemasaran ikan hias sulit di akses dan tidak mutakhir
0,118
2
0,235
2
0,235
2
0,235
2
0,235
2
0,235
2
0,235
W6
Branding ikan hias Indonesia masih lemah
0,119
1
0,119
2
0,238
1
0,119
1
0,119
2
0,238
1
0,119
W7
Koordinasi antar stakeholder masih rendah
0,165
1
0,165
1
0,165
1
0,165
1
0,165
1
0,165
1
0,165
Peluang O1
Permintaan ikan hias jenis botia, arwana super red dan jardini terus meningkat
0,689
4
2,755
3
2,066
4
2,755
4
2,755
3
2,066
4
2,755
O2
Meningkatnya permintaan terhadap ikan hias di negara Timur Tengah dan Cina
0,613
4
2,452
3
1,839
4
2,452
4
2,452
3
1,839
3
1,839
O3
Budaya dan kepercayaan masyarakat terutama Tionghoa terhadap ikan hias
0,339
3
1,017
3
1,017
3
1,017
3
1,017
3
1,017
3
1,017
Ancaman T1
Krisis perekonomian di Eropa dan Amerika
0,169
2
0,339
2
0,339
2
0,339
2
0,339
2
0,339
2
0,339
T2
Klaim negara lain terhadap ikan hias asli Indonesia
0,282
1
0,282
1
0,282
1
0,282
1
0,282
1
0,282
1
0,282
T3
Isu penangkapan ikan hias laut yang ramah lingkungan
0,238
1
0,238
2
0,476
1
0,238
1
0,238
2
0,476
2
0,476
T4
Persyaratan ekspor ikan hias dari negara importir yang semakin ketat
0,213
1
0,213
2
0,427
1
0,213
1
0,213
2
0,427
2
13,285
12,580
13,418
13,232
12,302
12,977
Peringkat
II
V
I
III
VI
IV
Alternatif Strategi (AS) Strategi S-O AS1 Penguatan dan perluasan pasar tujuan ekspor (S1, S2, S3, S5, O1, O2, O3) AS2 Optimasi Raiser Ikan Hias Indonesia sebagai integrated marketing zone (S2, S6, O1) Strategi W-O AS3 Peningkatan produksi nasional dengan kualitas yang dapat bersaing di pasar global melalui pengembangan kawasan dan market driven (W2, W3, O1, O2) AS4 Penguatan branding dan promosi (W4, W6, W7, O1, O2, O3) Strategi S-T
0,427
Jumlah
Peringkat
II V
I III
AS5
Pengembangan kawasan minapolitan ikan hias (S1, S2, S3, S5, T3, T4)
Strategi W-T AS6 Penguatan dan pengembangan data, sistem informasi, regulasi serta jejaring pemasaran (W1, W3, W4, W5, W7, T2)
VI
IV
104
Lampiran 13. Perhitungan Analisis BCG
A. Indonesia Nilai ekspor Indonesia pada tahun (t) Pangsa pasar relatif = Nilai ekspor pesaing utama pada tahun (t)
Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2010 = Nilai ekspor Singapura pada tahun 2010
19.766 (US $) = 59.992 (US $)
= 0,33
Total pasar (t) – Total pasar (t – 1) Laju pertumbuhan pasar
= Total pasar (t – 1)
Total pasar (2010) – Total pasar (2009) = Total pasar (2009) 19.766 (US $) – 11.660 (US $) = 11.660 (US $)
= 0,70
107
B.
Singapura Nilai ekspor Singapura pada tahun (t) Pangsa pasar relatif = Nilai ekspor pesaing utama pada tahun (t)
Nilai ekspor Singapura pada tahun 2010 = Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2010
59.992 (US $) = 19.766 (US $)
= 3,04 Total pasar (t) – Total pasar (t – 1) Laju pertumbuhan pasar
= Total pasar (t – 1)
Total pasar (2010) – Total pasar (2009) = Total pasar (2009) 59.992 (US $) – 60.088 (US $) = 60.088 (US $)
= - 0,0016
C.
Malaysia Nilai ekspor Malaysia pada tahun (t) Pangsa pasar relatif = Nilai ekspor pesaing utama pada tahun (t)
106
Nilai ekspor Malaysia pada tahun 2010 = Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2010
21.179 (US $) = 19.766 (US $)
= 1,07
Total pasar (t) – Total pasar (t – 1) Laju pertumbuhan pasar
= Total pasar (t – 1)
Total pasar (2010) – Total pasar (2009) = Total pasar (2009) 21.179 (US $) – 21.222 (US $) = 21.222 (US $)
= -0,002
107
Lampiran 14. Perhitungan Pangsa Pasar Tahun 2010
Nilai ekspor Indonesia pada tahun (t) Pangsa pasar relatif = Nilai ekspor dunia pada tahun (t)
Nilai ekspor Indonesia pada tahun 2010 = Nilai ekspor dunia pada tahun 2010
19.766 (US $) = 332.340 (US $)
= 0,06