Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
KAJIAN SINTESIS NANOPARTIKEL PERAK PADA KOMPOSIT KITOSAN DAN POLIETILENA GLIKOL : EFEK JENIS AGEN PEREDUKSI ORGANIK
STUDY ON THE SYNTHESIS OF SILVER NANOPARTICLES ONTO CHITOSAN AND POLYETHYLENE GLYCOL COMPOSITES: EFFECT OF ORGANIC REDUCING AGENT Ahmad Budi Junaidi , Ari Wahyudi dan Dewi Umaningrum Kimia FMIPA Universitas Lambung Mangkurat Jl. A. Yani km 35,8 Kompleks. Unlam III Banjarbaru email:
[email protected] Abstrak. Kajian sintesis nanopartikel perak pada komposit [Kitosan/PEG] sebagai capping agent dan penstabil menggunakan beberapa agen pereduksi organik telah dilakukan. Berdasarkan data spektrum UV-Vis, efektivitas agen pereduksi dalam sintesis nanopartikel perak berturut-turut adalah maltosa < laktosa < glukosa < asam sitrat < asam askorbat. Ukuran partikel rata-rata nanopartikel perak berdasarkan urutan agen pereduksi tersebut masing-masing yaitu 12,16 nm; 13,73 nm; 17,01 nm; 12,01 nm; dan 30,77 nm. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa morfologi nanopartikel perak yang dihasilkan berbentuk spheric dengan distribusi ukuran yang lebar. Interaksi nanopartikel perak dengan komposit [Kitosan/PEG] terjadi melalui gugus NH2, OH, C=O, dan -C-O-C-. Kata kunci:nanopartikel perak, metode reduksi kimia, kitosan, polietilena glikol (PEG), agen pereduksi organik
Abstract. Study on the synthesis of silver nanoparticles onto [Chitosan/PEG] composites as capping agent and stabilizer using several organic reducing agent has been done. The results is showed that the organic reducing agent influences the formation rates and sizes of silver nanoparticles. The order of increasing formation rates of silver nanoparticles due to the addition of reducing agents is as follow: maltose < lactose
C - 148
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
reduksi ion Ag+ menjadi Ag0 dan proses stabilisasi ukuran partikel (Korbekandi & Iravani, 2012). Permasalahan sintesis nanopartikel perak sekarang yang banyak menjadi perhatian adalah penggunaan bahan-bahan kimia yang tidak ramah lingkungan dan toksik bagi manusia seperti natrium borohidrida/NaBH4 (El-Kheshen & El-Rab, 2012; Mostafa et al., 2011), dimetilaminoboran/DMAB (Rivero et al., 2013), N,N-dimetilformamida/DMF (Maciollek & Ritter, 2014), dan hidrazina/N2H4 (Guzman et al., 2009; Ghorbani et al., 2011). Penggunaan bahan non-toksik seperti sakarida (Ayala et al., 2012), polisakarida (Ahmad et al., 2011), dan asam organik (Saputra et al., 2011) merupakan alternatif pengembangan sintesis nanopartikel perak yang ramah lingkungan. Ahmad et al. (2011) telah melaporkan sintesis nanopartikel perak secara reduksi kimia menggunakan kitosan dan polietilena glikol (PEG) sebagai capping agent dan penstabil tanpa penambahan agen pereduksi pada temperatur 60°C selama 12 jam. Hasil penelitian tersebut menunjukkan ukuran diameter rata-rata nanopartikel perak yang diperoleh mencapai 5,50 nm dimana kitosan berperan sebagai agen pereduksi dan capping agent. Di sisi lain, Shameli et al. (2012) melaporkan sintesis nanopartikel perak dalam media polimer PEG dan β-D-glukosa sebagai reduktor pada temperatur 45°C selama 3 jam. Ukuran diameter rata-rata nanopartikel perak yang dihasilkan mencapai 10,60 nm. Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa nanopartikel logam yang dihasilkan sangat dipengaruhi oleh kondisi operasi percobaan, kinetika reaksi antara ion logam dengan reduktornya dan proses adsorpsi dari penstabil (Saputra et al., 2011). Oleh karena itu penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pengaruh jenis agen pereduksi organik terhadap sintesis nanopartikel perak pada komposit [Kitosan/PEG] melalui metode reduksi kimia. Pengaruh penambahan agen pereduksi organik
PENDAHULUAN Nanoteknologi merupakan salah satu bidang penting pada riset modern yang berkaitan dengan desain, sintesis, dan rekayasa struktur partikel berskala 1 sampai 100 nm. Nanoteknologi secara cepat berkembang dengan menghasilkan produk-produk nano dan nanopartikel yang memiliki sifat fisika-kimia berhubungan dengan ukurannya (Tran et al., 2013). Berbeda dengan material berukuran besar (bulk), karakteristik sifat nanopartikel didasarkan pada ukuran, bentuk, dan morfologi permukaan. Salah satu jenis logam yang banyak dikaji sebagai nanopartikel adalah perak (Ag) (Shameli et al., 2012; Tran et al., 2013). Nanopartikel perak banyak dipelajari karena memiliki sifat fisika, kimia, dan mikrobakterial yang unik terutama dalam bidang optis, katalisis, dan biomedis (Korbekandi & Iravani, 2012). Ukuran perak dalam skala nano menjadi pertimbangan penting karena dapat meningkatkan reaktivitas pada permukaan perak (Raffi et al., 2008; Guzman et al., 2009). Beberapa metode yang digunakan dalam sintesis dan stabilisasi nanopartikel perak yaitu secara kimia, fisika, dan biologi. Metode kimia merupakan metode yang paling sering digunakan dalam menghasilkan nanopartikel perak (Korbekandi & Iravani, 2012). Metode kimia seperti reduksi kimia (Ahmad et al., 2011) yang menggunakan agen pereduksi organik (Ayala et al., 2012) atau anorganik (El-Kheshen & El-Rab, 2012), elektrokimia (Roldan et al., 2013), sonokimia (Dawy et al., 2012), dan iradiasi sinar gamma (Hettiarachchi & Wickramarachchi, 2011) telah digunakan dalam sintesis nanopartikel perak. Reduksi kimia merupakan salah satu metode yang umum digunakan karena relatif sederhana, mudah, dan efektif menghasilkan nanopartikel perak (Ahmad et al., 2011). Dua proses penting pada sintesis nanopartikel perak secara metode reduksi kimia yaitu proses
C - 149
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
yaitu D(+)-glukosa, maltosa, laktosa, asam sitrat dan asam L-(+)-askorbat diamati dalam pembentukan, ukuran, distribusi ukuran, dan morfologi nanopartikel perak. Interaksi antara gugus-gugus fungsi yang terdapat pada komposit [Kitosan/PEG] sebagai capping agent dan penstabil akan diamati pula terhadap nanopartikel perak.
[Kitosan/PEG] (larutan [Ag/Kitosan/PEG]+). Larutan [Ag/Kitosan/PEG]+ diaduk selama 1 jam pada temperatur 60°C, selanjutnya ditambahkan agen pereduksi organik dengan rasio mol reduktor : Ag+ adalah 1 : 1. Kemudian larutan dipanaskan hingga mendidih tanpa diaduk dengan waktu sintesis 1, 2, dan 3 jam dan selanjutnya dikarakterisasi.
BAHAN DAN METODE
Monitoring Pembentukan Nanopartikel Perak
dan
Stabilitas
Alat Pembentukan nanopartikel perak dari reduksi ion Ag + dan stabilitasnya setelah 1 bulan sintesis diamati menggunakan spektrofotometer UV-Vis LGS 53 BEL® Photonics pada panjang gelombang 300-700 nm.
Alat-alat analisis yang digunakan pada penelitian ini adalah spektrofotometer UV-Vis LGS 53 BEL® Photonics, TEM tipe JEOL JEM1400 Versi 1.0, PSA tipe Zetasizer Ver. 7.01 (Malvern InstrumentLtd., Grovewood, Worcestershire, UK), dan spektrofotometer Fourier TransformInfrared (FT-IR) Shimadzu 8201PC; centrifuge Hitachi CT15RE.
Ukuran, Morfologi, dan Distribusi Ukuran Nanopartikel Perak Sampel nanopartikel perak yang telah disintesis dianalisis menggunakan TEM tipe JEOL JEM-1400 untuk menentukan ukuran, morfologi, dan distribusi ukuran nanopartikel perak yang terbentuk. Sedangkan PSA tipe Zetasizer Ver. 7.01 (Malvern InstrumentLtd., Grovewood, Worcestershire, UK) yang menggunakan teknik Dynamic Light Scattering (DLS) digunakan untuk menganalisis distribusi nanopartikel perak pada komposit [Kitosan/PEG].
Bahan Bahan-bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah AgNO3 (99,98%; Merck), kitosan low molecular weight (derajat deasetilasi > 75%; Sigma-Aldrich), PEG-6000 (Merck), asam asetat glasial (Merck), glukosa (Merck), laktosa (Merck), maltosa (Merck), asam sitrat (Merck), asam askorbat (99+%; Alfa Aesar) dengan spesifikasi pro analisis (p.a) dan akuades.
Identifikasi Interaksi Capping Agent dan Nanopartikel Perak
Prosedur Penelitian Sintesis Nanopartikel Perak
Spektra dari FT-IR digunakan untuk mengetahui interaksi gugus fungsi capping agent dengan nanopartikel perak. Sampel larutan nanopartikel perak disentrifugasi pada kecepatan 10.000 rpm selama 2x10 menit. Kemudian sampel dipreparasi menjadi pelet KBr untuk selanjutnya dianalisis menggunakan spektrofotometer Fourier TransformInfrared (FT-IR) Shimadzu 8201PC pada bilangan gelombang 4000-400 cm-1.
Sintesis nanopartikel perak mengikuti prosedur Ahmad et al. (2011) secara reduksi kimia dengan melakukan modifikasi pada penggunaan agen pereduksi organik yaitu glukosa, maltosa, laktosa, asam sitrat, dan asam askorbat. Sintesis dilakukan dengan melarutkan 0,25 g kitosan dalam 25 ml asam asetat 1% v/v (larutan kitosan 1%). Kemudian ditambahkan 25 ml larutan PEG 1% b/v (larutan [Kitosan/PEG]) dan diaduk hingga homogen. Larutan Ag+ (788 ppm; 50 ml) ditambahkan ke dalam larutan
C - 150
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015 oleh Usman et al., 2012; Nam et al., 2011; dan Ahmad et al., 2011
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Sintesis Nanopartikel Perak Sintesis nanopartikel perak pada penelitian ini menggunakan metode kimia yaitu melalui reduksi kimia. Secara umum terdapat tiga komponen penting dalam sintesis nanopartikel perak secara reduksi kimia yaitu prekursor logam, agen pereduksi, serta capping agent dan penstabil. Pada penelitian ini digunakan prekursor logam perak berupa garam AgNO 3 sedangkan kitosan low molecular weight (derajat deasetilasi > 75%) dan PEG-6000 digunakan sebagai capping agent dan penstabil nanopartikel perak. Kitosan memiliki gugus amina (-NH 2) dan hidroksil (-OH) (Rinaudo, 2006) sedangkan PEG memiliki atom oksigen (O) pada struktur rantai dan gugus hidroksil (OH) (Shameli et al., 2012) yang dapat terlibat interaksi dengan kation logam transisi sehingga mampu bertindak sebagai penstabil nanopartikel perak. Gambar 1 menunjukkan distribusi dan interaksi ion Ag + pada capping agent dan penstabil. Ag+(aq)+ Kitosan (aq) [Ag/Kitosan]+(aq) OH
OH
O
O
NH2
HO
Ag+
3 jam
O
OH
H2N
O OH
2 jam
Ag+ OH O
H2 N
O
1 jam
NH2
HO
Ag+ OH O
H2N
dimana “M” adalah logam (metal), “Red” adalah reduktor, dan “Ox” adalah hasil oksidasi (Bahadory, 2008). Agen pereduksi yang digunakan berupa glukosa, laktosa, dan maltosa yang merupakan golongan gula pereduksi serta asam askorbat dan asam sitrat.
O O
O NH2
mMn+ + nRed → mM0 + nOx
OH
O HO
Kajian reaksi antara ion Ag+ dengan beberapa jenis reduktor dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh jenis agen pereduksi yang digunakan terhadap pembentukan nanopartikel perak baik pada laju pembentukan, warna, dan bentuk dari nanopartikel perak (Rivero et al., 2013) pada capping agent dan penstabil. Secara umum reaksi yang terjadi dalam reaksi reduksi nanopartikel logam adalah :
Gambar 2. Visual hasil sintesis nanopartikel perak secara reduksi kimia pada komposit [Kitosan/PEG] dengan agen pereduksi organik
O OH
OH
Ag+(aq)+ PEG-6000(aq)
[Ag/PEG]+(aq)
Ag+ O HO
OH O m
Ag+
Gambar 3. Visual hasil sintesis nanopartikel perak secara reduksi kimia pada komposit [Kitosan/PEG] dengan variasi waktu sintesis (Ahmad et al., 2011)
Kitosan(aq)+ PEG(aq) [Kitosan/PEG]+(aq) + Ag+(aq) [Ag/Kitosan/PEG]+(aq) Gambar 1. Mekanisme interaksi ion Ag+ dengan capping agent dan penstabil yang disarankan
Gambar 2 menunjukkan bahwa terjadi perubahan warna larutan pada sampel
C - 151
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
[Ag/Kitosan/PEG] dari bening atau tidak berwarna menjadi kuning-kecoklatan. Hal ini selaras dengan hasil penelitian Ahmad et al. (2011) (Gambar 3) yang mengindikasikan telah terjadi pembentukan nanopartikel perak di dalam larutan. Nanopartikel perak memberikan warna khas yang diakibatkan oleh adanya absorbansi plasmon pada permukaan perak. Perbedaan warna yang dihasilkan pada setiap sampel menunjukkan adanya pengaruh jenis agen pereduksi organik yang digunakan.
bulan mengalami pergeseran namun tidak terlalu signifikan.
1 hari
1 jam
Pembentukan nanopartikel perak memiliki dua tahapan utama yaitu nukleasi dan diikuti pertumbuhan partikel. Ukuran dan bentuk dari nanopartikel perak akan sangat tergantung dari tahapan tersebut. Ion Ag+ di dalam larutan akan berinteraksi dengan capping agent dan penstabil yang memiliki gugus fungsi tertentu seperti gugus hidroksil dan amina. Nukleasi terjadi ketika ion Ag+ direduksi menggunakan agen pereduksi organik yaitu glukosa, laktosa, maltosa, asam sitrat, dan asam askorbat. Monitoring pembentukan nanopartikel perak
dan
1 bulan
2 jam
3 jam
Gambar 4. Spektra UV-Vis sampel [Ag/Kitosan/PEG] periode 1 hari dan 1 bulan (pengenceran 10x)
stabilitas
a. Ukuran, morfologi, dan distribusi ukuran nanopartikel perak
Hasil pengukuran spektrofotometer UV-Vis pada Gambar 4 menunjukkan bahwa pembentukan nanopartikel perak ditandai dengan adanya puncak serapan khas pada λ max 400-442 nm. Hal ini selaras dengan penelitian Ahmad et al. (2011) dimana spektra serapan nanopartikel perak terbentuk pada λ max 415-430 nm. Intensitas puncak serapan nanopartikel perak pada sampel [Ag/Kitosan/PEG] (periode 1 hari dan 1 bulan) cenderung mengalami peningkatan menurut fungsi waktu. Urutan efektifitas agen pereduksi organik dalam pembentukan nanopartikel perak pada komposit [Kitosan/PEG] yaitu maltosa < laktosa < glukosa < asam sitrat < asam askorbat pada waktu sintesis 3 jam periode 1 hari. Perubahan λ max pada sampel [Ag/Kitosan/PEG] untuk periode 1
Larutan nanopartikel perak dianalisis menggunakan Transmission Electron Microscope (TEM) yang bertujuan untuk mengetahui karakteristik ukuran, morfologi, dan distribusi ukuran dari nanopartikel perak yang telah disintesis. Gambar 5 menunjukkan bahwa penggunaan agen pereduksi organik berpengaruh terhadap ukuran partikel rata-rata pada sampel [Ag/Kitosan/PEG] yang diperoleh. Ukuran partikel rata-rata sampel [Ag/Kitosan/PEG] untuk glukosa, laktosa, dan maltosa memiliki ukuran rata-rata yang berbedabeda yaitu 17,01 nm; 13,73 nm; dan 12,16 nm sedangkan asam askorbat dan asam sitrat yaitu 30,77 nm dan 12,01 nm. Distribusi ukuran sampel [Ag/Kitosan/PEG] pada setiap jenis agen
C - 152
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
pereduksi organik berbentuk spheric.
cenderung
Morfologi
lebar
dan
pereduksi organik memiliki ukuran partikel ratarata (ZAve) antara 186,8-419,6 nm. Hal ini menandakan bahwa nanopartikel perak yang disintesis telah terkompositkan pada komposit [Kitosan/PEG] sehingga mobilitas partikel perak yang terukur pada PSA teranalisis sebagai komposit [Ag/Kitosan/PEG].
Distribusi ukuran
glukosa
Laktosa
Maltosa
Gambar 6. Hasil karakterisasi [Ag/Kitosan/PEG]
PSA
sampel
Tabel 1. Data ukuran partikel rata-rata (ZAve) dan indeks polidispersitas (PdI) sampel [Ag/Kitosan/PEG] pada PSA No. Reduktor ZAve (d.nm) PdI 1. glukosa 228,2 0,373 2. Laktosa 391,6 0,383 3. Maltosa 260,5 0,317 4. Asam sitrat 419,6 0,550 5. Asam askorbat 186,8 0,352
Asam askorbat
Asam sitrat
Identifikasi gugus fungsi capping agent dan nanopartikel perak Identifikasi gugus fungsi capping agent dan penstabil yaitu komposit [Kitosan/PEG] terhadap nanopartikel perak menggunakan spektrofotometer Fourier Transform Infrared (Shimadzu 8201PC).
Gambar 5. Hasil karakterisasi TEM dan distribusi ukuran sampel [Ag/Kitosan/PEG] (3 jam) (Perbesaran 20.000x)
Distribusi ukuran nanopartikel perak pada komposit [Kitosan/PEG] Gambar 6 dan data Tabel 1 menunjukkan bahwa distribusi ukuran sampel [Ag/Kitosan/PEG] pada setiap jenis agen
C - 153
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
Gambar 7. Spektra FT-IR untuk sampel (a) kitosan, (b) PEG-6000, dan (c) [Ag/Kitosan/PEG] -1
Tabel 2. Perbandingan bilangan gelombang (cm ) dan gugus fungsi pada kitosan, PEG, dan [Ag/Kitosan/PEG] Kitosan PEG-6000 [Ag/Kitosan/PEG] Gugus Fungsi [Ag/Kitosan/PEG]* (a) (b) (c) OH ulur 3425,58 3448,72 3402,43 3420 NH (-NH2) ulur 3340,71 3286 CH (-CH2-) ulur 2877,79 2885,51 2885,51 2895 C=O (-NHCOCH3-) 1658,78 1627,92 1657 ulur NH (R-NH2) tekuk 1597,06 1605 C-O (-C-O-C-) ulur 1080,14 1111 1111; 1026,13 1080; 1053 (asimetris/simetris) *Sumber : Ahmad et al. (2011)
Berdasarkan Gambar 7 dan data Tabel 2, spektra [Ag/Kitosan/PEG] (Gambar 7c) terjadi perubahan pada beberapa puncak serapan yaitu pada bilangan gelombang gugus OH ulur (3402,43 cm-1), C=O ulur (1381,03 cm-1), dan CO (1111 dan 1026,13 cm-1). Vibrasi gugus NH ulur dan NH tekuk mengalami kehilangan serapan dibandingkan pada spektra kitosan. Serapan pada bilangan gelombang 1026,13 cm-1 menunjukkan terjadi serapan ion Ag+ yang membentuk metalopolimer [Ag/Kitosan/PEG]+. Data tersebut selaras dengan penelitian Ahmad et al. (2011). Selain itu, Modrzejewska et al.
(2009) menjelaskan adanya perubahan di daerah sidik jari pada bilangan gelombang yang lebih rendah (650-400 cm-1) memungkinkan terjadi reaksi reduksi pada ion Ag+ menjadi Ag0. Hal tersebut ditandai dengan adanya puncak serapan yang lemah pada bilangan gelombang 516,92 cm-1. Dari hasil karakterisasi FT-IR tersebut, dapat disimpulkan bahwa interaksi antara nanopartikel perak pada komposit [Kitosan/PEG] terjadi melalui atom N pada gugus NH2 dan atom O pada gugus OH, C=O dan C-O-C.
C - 154
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
Bahadory, M. 2008. Synthesis of Noble Metal Nanoparticles. Tesis. Faculty of Drexel University.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa : 1. Penggunaan jenis agen pereduksi organik berpengaruh terhadap laju pembentukan dan ukuran nanopartikel perak pada komposit [Kitosan/PEG]. Efektifitas agen pereduksi organik dalam pembentukan nanopartikel perak pada komposit [Kitosan/PEG] diperoleh dengan urutan maltosa < laktosa < glukosa < asam sitrat < asam askorbat. 2. Ukuran partikel rata-rata nanopartikel perak pada komposit [Kitosan/PEG] dengan pereduksi glukosa, laktosa, maltosa, asam sitrat, dan asam L-(+)-askorbat masingmasing yaitu 17,01 nm; 13,73 nm; 12,16 nm; 12,01 nm; dan 30,77 nm, berbentuk spheric dengan distribusi ukuran yang lebar. 3. Interaksi nanopartikel perak dengan komposit [Kitosan/PEG] terjadi melalui atom N pada gugus NH2 dan atom O pada gugus OH, C=O dan -C-O-C-.
Dawy, M., H.M. Rifaat, S.A. Moustafa, & H.A. Mousa. 2012. Physicochemical Studies on Nano Silver Particles Preparated by Different Techniques. Australian Journal of Basic and Applied Sciences6: 257-262. El-Kheshen, A.A. & S.F.G. El-Rab. 2012. Effect of Reducing and Protecting Agents on Size of Silver Nanoparticles and Their Antibacterial Activity. Der Pharma Chemica 4: 53-65. Ghorbani, H.R., A.A. Safekordi, H. Attar, & S.M.R. Sorkhabadib. 2011. Biological and Non-biological Methods for Silver Nanoparticles Synthesis. Chem. Biochem. Eng. Q. 25: 317-326. Guzman, M.G., J. Dille, & S. Godet. 2009. Synthesis of Silver Nanoparticles by Chemical Reduction Method and Their Antibacterial Activity. International Journal of Chemical and Biomolecular Engineering2: 104-111. Hettiarachchi, M.A. & P.A.S.R. Wickramarachchi. 2011. Synthesis of Chitosan Stabilized Silver Nanoparticles Using Gamma Ray Irradiation and Characterization.J Sci.Univ.Kelaniya 6:6575.
UCAPAN TERIMA KASIH Ucapan terimakasih disampaikan kepada Kementeriaan Kesehatan RI yang telah membiayai penelitian ini melalui Program Risbin Iptekdok 2014-2015.
Korbekandi, H. & S. Iravani. 2012. Silver Nanoparticles, The Delivery of Nanoparticles. Editor A.A. Hashim. InTech.
DAFTAR PUSTAKA Ahmad, M., M.Y. Tay, K. Shameli, M.Z. Hussein, & J.J. Lim. 2011a. Green Synthesis and Characterization of Silver/Chitosan/Polyethylene Glycol Nanocomposites without any Reducing Agent. Int. J. Mol. Sci. 12: 4872-4884.
http://www.intechopen.com/books/the-deliveryof-nanoparticles/silver-nanoparticles Maciollek, A. & H. Ritter. 2014. One Pot Synthesis of Silver Nanoparticles Using a Cyclodextrin Containing Polymer as Reductant and Stabilizer. Beilstein J. Nanotechnol. 5:380–385.
Ayala, G., L.C.O. Vercik, T.A.V. Menezes, & A. Vercik. 2012. A Simple and Green Method for Synthesis of Ag and Au Nanoparticles usingBiopolymers and Sugars as Reducing Agent. Mater. Res. Soc. Symp. Proc.1386: 645-652.
Modrzejewska, Z., M. Dorabialska, R. Zarzycki, & A.W. Pająk. 2009. The Mechanism of Sorption of Ag+ Ions on Chitosan
C - 155
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN: 978-602-0951-05-8 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 3-4 Oktober 2015
Microgranules: IR and NMR Studies. Progress on Chemistryand Application of Chitin and Its Derivatives14: 49-64.
Tran, Q.H., V.Q. Nguyen, & A.T. Le. 2013. Silver Nanoparticles: Synthesis, Properties, Toxicology, Applications and Perspectives. Adv. Nat. Sci.: Nanosci. Nanotechnol.4: 120.
Mostafa, A., H. Oudadesse, Y. Legal, E. Foad, & G. Cathelineau. 2011. Characteristics of Silver-Hydroxyapatite/PVP Nanocomposite. Bioceramics Development and Applications1: 1-3.
Usman, M.S., N.A. Ibrahim, K. Shameli, N. Zainuddin, & W.M.Z.W. Yunus. 2012. Copper Nanoparticles Mediated by Chitosan: Synthesis and Characterization via Chemical Methods. Molecules 17: 14928-14936.
Nam, S., D.V. Parikh, B.D. Condon, Q. Zhao, & M. Yoshioka-Tarver. 2011. Importance of Poly(ethylene glycol) Conformation for The Synthesis of Silver Nanoparticles in Aqueous Solution. J Nanopart Res.13: 3755-3764. Raffi, M., F. Hussain, T.M. Bhatti, J.I. Akhter, A. Hameed,& M.M. Hasan. 2008. Antibacterial Characterization of Silver Nanoparticles against E: Coli ATCC15224. J. Mater. Sci. Technol.24: 192-196. Rinaudo, M. 2006. Chitin and Chitosan: Properties and Applications. Prog. Polym. Sci.31: 603-632. Rivero, P.J., J. Goicoechea, A. Urrutia, & F.J. Arregui. 2013. Effect of Both Protective and Reducing Agents in The Synthesis of Multicolor Silver Nanoparticles. Nanoscale Research Letters8: 1-9. Roldan, M.V., N. Pellegri, & O. de Sanctis. 2013. Electrochemical Method for Ag-PEG Nanoparticles Synthesis. Journal of Nanoparticles 2013: 1-7. Saputra, A.H., A. Haryono, J.A. Laksmono, & M.H. Anshari. 2011. Preparasi Koloid Nanosilver Dengan Berbagai Jenis Reduktor Sebagai Bahan Anti Bakteri. Jurnal Sains Materi Indonesia 12: 202-208. Shameli, K., M. Ahmad, S.D. Jazayeri, S. Sedaghat, P. Shabanzadeh, H. Jahangirian, M. Mahdavi, & Y. Abdollahi. 2012. Synthesis and Characterization of Polyethylene Glycol Mediated Silver Nanoparticles by the Green Method. Int. J. Mol. Sci. 13: 6639-6650.
C - 156