Prosiding Seminar Nasional Kimia “Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Aplikasi Penelitian Kimia Dan Pendidikan Kimia ” Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY, 3 November 2012
PEMANFAATAN KITOSAN HASIL REDEASETILASI SEBAGAI STABILIZER PADA SINTESIS PERAK NANOPARTIKEL KOLOIDAL
Endang Susilowati1), Maryani2), M.Masykuri1), Jatmiko1) 1) Program Studi Pendidikan Kimia PMIPA FKIP UNS Surakarta 2) Jakultas Kedokteran UNS Surakarta Jl. Ir. Sutami 36A Surakarta, e-mail:
[email protected]
Abstrak Kitosan merupakan biopolimer hasil deasetilasi dari kitin yang biasanya dilakukan menggunakan senyawa basa kuat natrium hidroksida (NaOH). Salah satu parameter penting dari kitosan adalah derajad deasetilasi (DD) dan Berat molekul (BM). Untuk mendapatkan kitosan dengan derajad deasetilasi yang tinggi bisa dilakukan melalui proses redesetilasi yang berulang (redeasetilasi). Pada penelitian ini akan dilakukan pemanfaatan kitosan hasil redeasetilasi sebagai stabilizer pada sintesis perak nanopartikel koloidal dan mempelajari pengaruhnya terhadap ukuran partikel dan banyaknya partikel kitosan ditinjau dari gejala surface plasmone resonance (SPR). Kitosan yang digunaka adalah kitosan teknis food grade dari PT Surindotech Cirebon Indonesia dengan DD rendah. Proses redeasetilasi dilakukan dengan menggunakan senyawa basa kuat natrium hidroksida (NaOH). Besarnya derajat deasetilasi dihitung berdasarkan baseline a sesuai metode Domzy dan Roberts dari spektra FTIR. Berat molekul kitosan ditentukan dengan metode viskosimetri dan berdasar pada persamaan Mark-Houwink. Variasi redeasetilasi adalah kitosan A (kitosan teknis mula-mula), kitosan B (proses redeasetilasi 1,5 jam), kitosan C (proses redeasetilasi 2x1,5 jam). Sintesis perak nanopartikel koloidal dilakukan melalui metode reduksi kimia menggunakan reduktor natrium borohidrat (NaBH 4) dan variasi stabilizer kitosan A, kitosan kitosan B dan Kitosan C. Terbentuknya perak nanopartikel diidentifikasi dengan perubahan warna larutan dan analisis menggunakan spektrofotometer UV-Vis untuk mengetahui munculnya gejala SPR. Bentuk dan ukuran perak nanopartikel diamati menggunakan Transmission electron microscopy (TEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa proses redesetilasi meningkatkan nilai DD tetapi menurunkan berat molekul (BM) kitosan yang masing-masing adalah kitosan A (DD 64,285 % dan BM 656.941,778 Da), kitosan B (DD 73,857 % dan BM 564.546,865 Da) dan kitosan C (81,243 % dan 257.394,937). Berdasarkan spektra UV-Vis pada pengamatan SPR, variasi kitosan sebagai stabilizer berpengaruh terhadap ukuran dan banyaknya partikel Ag nanopartikel. Penggunaan kitosan dengan DD tinggi tetapi berat molekul rendah menghasilkan nanopartikel Ag dengan ukuran yang lebih besar dengan jumlah partikel lebih banyak. Berdasarkan analisis TEM, perak nanopartikel yang dihasilkan berbentuk bola dengan ukuran 4-20 nm. Kata kunci : kitosan, redeasetilasi, stabilizer, perak, nanopartikel
PENDAHULUAN Kitosan merupakan biopolimer hasil redeasetilasi dari kitin. Kitin dapat diperoleh dari limbah crustacean melalui beberapa tahapan proses yaitu deproteinasi, demineralisasi, dan depigmentasi. Deasetilasi kitin bisa dilakukan melalui proses hidrolisis basa menggunakan basa kuat dan pekat. Reaksi yang terjadi pada proses deasetilasi dapat dilihat pada reaksi berikut ini (Kumar, 2000). 1
Endang Susilowati / Pemanfaatan Kitosan Hasil Redeasetilasi
Salah satu parameter penting yang mempengaruhi performance sifat-sifat kitosan adalah derajat deasetilasi (DD) dan berat molekul (BM). Besarnya DD ini sangat dipengaruhi oleh faktorfaktor seperti konsentrasi basa, temperatur, waktu, dan pengulangan deasetilasi selama pembentukan kitosan. Sementara itu BM kitosan dipengaruhi oleh sumber kitosan dan proses pembuatan kitosan. (Li et al., 1992). Pada penelitian ini dilakukan pembuatan kitosan dengan tahapan redeasetilasi. Dengan proses redeasetilasi ini diharapkan akan diperoleh kitosan dengan DD yang tinggi. Kitosan hasil redeasetilasi ini selanjutnya dihitung derajat deasetilasi (DD) berdasarkan spectra FTIR dan berat molekul (BM) berdasarkan persamaan Mark-Houwink. Pengaruh tahapan deasetilasi ulang ini juga diamati terhadap berat molekul kitosan karena dimungkinkan akan terjadinya proses depolimerisasi kitosan. Kitosan merupakan biopolimer hasil deasetilasi kitin yang bisa digunakan sebagai stabilizer pada sintesis Ag nanopartikel (Huang et al., 2004). Kitosan bisa digunakan sebagai agen stabilizer karena merupakan polimer yang memilki gugus amina dan hidroksil yang mempunyai lone pair electron yang berperan sebagai ligan jika berikatan dengan ion Ag+. Ketika garam perkusor AgNO3 ditambahkan dalam larutan kitosan, maka ion Ag+ akan terkelat pada gugus amina dan hidroksil dari kitosan. Partikel perak akan terbentuk jika dalam sistem diberikan reduktor, dimana pertumbuhan kristalnya akan dibatasi oleh struktur kitosan, sehingga akan terbentuk partikel dengan ukuran nano. (Shameli et al., 2011). Dalam hal ini, kitosan sekaligus berfungsi sebagai medium pendispersi Ag nanopartikel sehingga terbentuk sistem koloidal. Faktor yang berpengaruh terhadap peran kitosan sebagai stabilizer sekaligus sebagai dispersan perak nanopartikel adalah derajat deasetilasi (DD) dan berat molekul (BM). Sehingga perlu dikaji sejauh mana pengaruhnya terhadap ukuran dan banyaknya Ag nanopartikel yang dihasilkan dan efektifitasnya sebagai stabilizer dan dispersan dari Ag nanopartikel. Logam perak nanopartikel merupakan salah satu logam yang paling intensif dikaji pada bidang nanoteknologi karena telah diketahui efektif untuk aplikasi biomedis (Cao et al., 2010), katalitik (Feng et al., 2011) dan optik (Hayward et al., 2000). Aplikasi Ag nanopartikel dalam bidang medis akhir-akhir ini banyak dikembangkan berkaitan dengan sifat antimikroba. Berdasarkan kajian baru-baru ini menunjukkan bahwa Ag nanopartikel sangat efektif sebagai agen antimikroba ketika dibandingkan dengan Ag bulk ataupun ion Ag+ (Chudasama et al., 2010). Pada penelitian ini akan dikaji penggunaan kitosan dengan variasi tahapan redeasetilasi pada sintesis perak nanopartikel dan mempelajari pengaruhnya terhadap ukuran dan banyaknya partikel yang dihasilkan ditinjau dari SPR yang diamati menggunakan spektrofometer UV-Vis. Disamping itu juga diamati bentuk partikel dan distribusinya menggunakan TEM. Pengaruh penggunaan kitosan terhadap kstabilan nanopartikel juga diamati pada penelitian ini. Metodologi Eksperimen a. Alat dan bahan yang digunakan Alat-alat yang dipakai dalam penelitian ini terdiri dari: peralatan refluk, oven, timbangan elektrik, magnitik stirrer, kurs porselin, peralatan gelas, viskosimeter Oswalt, spektrometer FTIR model Buck-M500, TEM. Sementara itu bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kitosan food grade teknis (PT Surindotech Cirebon Indonesia), NaOH (Merck), CH3COOH (Merck), NaBH4, (Merck) dan akuades, 2
Prosiding Seminar Nasional Kimia “Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Aplikasi Penelitian Kimia Dan Pendidikan Kimia ” Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY, 3 November 2012
b. Redeasetilasi kitosan Proses redeasetilasi yang dilakukan dengan melarutkan sampel kitosan teknis dalam NaOH 50% (w/v) dengan komposisi padatan/pelarut: 1/10 (w/v). Campuran ini dan direfluk selama 90 menit pada suhu 120oC, kemudian menyaring endapan dan mencuci endapan dengan akuades sampai pH netral. Selanjutnya endapan yang terbentuk dalam dikeringkan oven selama 24 jam pada suhu 60oC. Variasi proses redeasetilasi adalah kitosan A (kitosan teknis mula-mula), kitosan B (proses redeasetilasi 1,5 jam), kitosan C (proses redeasetilasi 2x1,5 jam) c. Sintesis perak nanopartikel koloidal Pembuatan perak nanopartikel koloidal dilakukan dengan metode reduksi kimia dengan prekursor garam AgNO3, reduktor NaBH4 dan stabilizer kitosan. Garam AgNO3 dimasukkan dalam larutan kitosan 1 % (dalam pelarut asam asetat 1 %) sehingga konsentrasi ion Ag+ dalam larutan kitosan adalah 2.10-4; 4.10-4; 6.10-4; 8.10-4; 1.0.10-3 M. Larutan diaduk selama 15 menit pada suhu kamar. Selanjutnya ditambahkan reduktor NaBH4 sehingga perbandingan ion Ag+ dan NaBH4 adalah 1 : 4. Larutan diaduk selama 30 menit sampai warna larutan stabil. Semua proses dilakukan pada suhu ruang. Larutan koloidal yang dihasilkan disimpan dalam botol gelas pada suhu ruang. d. Penentuan DD kitosan Derajat deasetilasi diperoleh berdasarkan spektra FTIR kemudian dari spektra DD dihitung menggunakan garis baseline a sesuai Domszy dan Robert (Khan, 2002). Yaitu : %DD = 100 – [(A1655 / A3450) x 100/1,33] e. Penentuan berat molekul kitosan Berat molekul ditentukan dengan metode viskosimetri berdasarkan harga viskositas intrinsik dari kitosan dengan variasi konsentrasi yang dilarutkan dalam campuran asam asetat 0,1 M dengan NaCl 0,2 M. Nilai berat molekul kitosan ditentukan berdasarkan persamaan MarkHouwink yang berkaitan dengan viskositas intrinsik [η] mempunyai konstanta viskometrik empirik K=1,81x10-3cm3/g dan α= 0,93. Persamaannya adalah: K M (Maghami and Roberts, 1988). f. Karakterisasi Ag nanopartikel Karakterisasi terbentuknya nanopartikel Ag koloidal dilakukan dengan Spektroskopi Ultraviolet-visible (UV-Vis) Shimadzu UV3150 pada panjang gelombang 300 – 600 nm dengan pengenceran 2 kali menggunakan akuades. Kajian terhadap ukuran, bentuk dan distribusi Ag nanopartikel dilakukan dengan menggunakan TEM (Transmission electron microscopy) dengan mikroskop JEM-1400 EX pada voltage 120.0 kV. HASIL DAN PEMBAHASAN Kitosan merupakan biopolimer hasil desetilasi diri kitin. Parameter dari kitosan yang penting untuk diketahui berkaitan dengan aplikasinya adalah berat molekul (BM) dan derajad deasetilasi (DD). Besarnya BM dan DD tergantung pada proses pembuatan kitosan dan sumbernya. Kitosan komersial biasanya memiliki derajad deasetilasi lebih besar dari 70 % dengan BM yang juga bervariasi. Pada penelitian ini dilakukan redeasetilasi terhadap kitosan dengan DD yang masih rendah (kurang dari 70 %). Tahapan redeasetilasi dilakukan dengan variasi jumlah pengulangan deasetilasi. Untuk mengetahui pengaruhnya terhadap karakter kitosan dilakuan penentuan BM dan DD dari kitosan. Adapun pengaruh redeasetilasi kitosan terhadap nilai DD dan BM dapat dilihat pada Tabel 1. Dari Tabel 1 dapat dilihat bahwa proses redeasetilasi meningkatkan nilai DD dan menurunkan nilai BM kitosan yang diperoleh. Pengaruh redeasetilasi terhadap penurunan BM cukup signifikan. Hal ini berarti bahwa proses redeasetilasi menggunakan NaOH disertai proses depolimerisasi dari molekul kitosan. Tentu hasil ini tidak diinginkan jika bertujuan hanya untuk meningkatkan nilai DD dengan BM yang relatif sama. 3
Endang Susilowati / Pemanfaatan Kitosan Hasil Redeasetilasi Tabel 1. Pengaruh redeasetilasi kitosan terhadap nilai DD dan BM Sampel Kitosan A Kitosan B Kitosan C
Redeasetilasi (jam) 0 1,5 2 x1,5
DD (%) 64,285 73,857 81,243
BM (k.Da) 656.941,778 564.546,865 257.394,937
Kitosan hasil redeasetilasi ini selanjutnya digunakan sebagai stabilizer pada sintesis Ag nanopartikel untuk membentuk sistem koloidal. Dalam hal ini kitosan sekaligus berperan sebagai matrik (fase kontinyu) dan logam Ag berukuran nano sebagai fillernya (fase diskontinyu). Perak nanopartikel disintesis menggunakan metode reduksi kimia terhadap garam perkursor AgNO3. Reduktor yang digunakan adalah NABH4. Koloidal Ag nanopartikel yang diperoleh berwarna kuning sampai coklat. Reaksi pembentukan nanopartikel Ag pada kitosan dari komplek Ag+/kitosan adalah sebagai berikut: Ag+/Kitosan + NaBH4 + 3H2O Ago/Kitosan + B(OH)3 + Na+ + 7/2 H2 Secara visual warna Ag nanopartikel koloidal adalah kuning, coklat muda atau coklat tua. Warna ini dipengaruhi oleh jumlah nanopartikel, agen stabilizer dan reduktor. Semakin banyak jumlah perak nanopartikel, maka semakin pekat warnanya koloidalnya. (Shameli et al., 2011). Disamping melalui pegamatan terhadap warna, spektroskopi UV-Vis adalah salah satu teknik yang paling banyak digunakan untuk karakterisasi struktur nanopartikel Ag. Adanya struktur nanopartikel dalam sampel akan menunjukkan gejala surface plasmon resonance (SPR) pada panjang gelombang tertentu. Dispersi perak nanopartikel memperlihatkan warna-warna yang kuat yang berkaitan dengan absorpsi plasmon resonance. Permukaan logam adalah seperti sebuah plasma, memiliki elektron-elektron bebas pada pita konduksi dan inti bermuatan positif. Surface plasmon resonance (SPR) adalah eksitasi kolektif dari elektron pada pita konduksi, dekat permukaan nanopartikel. Elektron-elektron terbatas pada mode vibrasi spesifik oleh karena bentuk dan ukuran partikelnya. Oleh karena itu nanopartikel logam memiliki spektrum absorpsi optik yang karakteristik pada daerah UV-Vis (Smitha et al., 2008). Pengaruh penggunaan kitosan A , kitosan B dan kitosan C terhadap SPR sebagai spektra UVVis masing-masing dapat dilihat pada Gambar 1, 2 dan 3. Sementara itu untuk nilai panjang gelombang maksimum dan absorbansinya dapat dilihat pada Tabel 2.
Gambar 1. Spektra absorpsi UV-Vis dari perak nanopartikel koloidal dengan stabilizer kitosan A dengan variasi konsentrasi AgNO3 (A1) 2.10-4 M, (A2) 2.10-4 M, (A3) 2.10-4 M, (A4) 2.10-4 M, (A5) 2.10-4 M 4
Prosiding Seminar Nasional Kimia “Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Aplikasi Penelitian Kimia Dan Pendidikan Kimia ” Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY, 3 November 2012
Gambar 2. Spektra absorpsi UV-Vis dari perak nanopartikel koloidal dengan stabilizer kitosan B dengan variasi konsentrasi AgNO3 (B1) 2.10-4 M, (B2) 2.10-4 M, (B3) 2.10-4 M, (B4) 2.10-4 M, (B5) 2.10-4 M
Gambar 3. Spektra absorpsi UV-Vis dari perak nanopartikel koloidal dengan stabilizer kitosan C dengan variasi konsentrasi AgNO3 (C1) 2.10-4 M, (C2) 2.10-4 M, (C3) 2.10-4 M, (C4) 2.10-4 M, (C5) 2.10-4 M 5
Endang Susilowati / Pemanfaatan Kitosan Hasil Redeasetilasi Tabel 2. Nilai λmaks dan absorbansi pada perak nanopartikel AgNO3 No Konsentrasi λmaks (nm) AgNO3 (M) Kit A Kit B Kit C 1 2,0.10-4 397,00 467,50 424,50 2 4,0.10-4 401,50 439,00 416,00 3 6,0.10-4 401,50 427,50 425,00 -4 4 8,0.10 407,50 426,50 423,00 5 1,0.10-3 404,00 427,50 426,50
koloidal dengan variasi konsentrasi
Kit A 0,297 0,444 0,677 0,852 1,706
absorbansi Kit B 0,325 0,531 0,857 1,162 1,177
Kit C 0,652 1,099 1,284 2,237 2,328
Dari Tabel 2 terlihat bahwa terbentuknya Ag nanopartikel menunjukkan absorbansi maksimum pada panjang gelombang antara 397-467 nm. Terjadinya perbedaan serapan maksimum ini dipengaruhi oleh ukuran partikel, bentuk, keadaan agregasi dan nilai dielektrik medium yang mengelilinginya (Smitha et al., 2008).Pada kitosan C yang memiliki DD yang tinggi dan BM rendah cukup efektif sebagai agen stabilizer. Hal ini ditunjukkan oleh semakin tinggi intensitas absorbansinya seiring dengan meningkatnya DD dan menurunnya BM yang mengindikasikan makin banyaknya Ag nanopartikel yang terbentuk. Menurut Honary et al. (2011), variasi berat molekul tidak berpengaruh secara signifikan terhadap intensitas absorbansinya dan hanya berpengaruh terhadap lebar spektra dan panjang gelombang maksimumnya (λ maks). Semakin tinggi BM maka λmaks bergeser kearah nilai yang rendah yang berkaitan dengan ukuran partikel yang makin kecil. Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa yang berpengaruh terhadap banyaknya Ag nanopartikel adalah DD. Sementara itu BM berpengaruh terhadap ukuran partikelnya. Hal ini sesuai penelitian ini khususnya perubahan λmaks pada perubahan kitosan A ke kitosan B. Pengaruh konsentrasi garam prekursor AgNO3 pada sintesis perak nanopartikel koloidal untuk masing-masing stabilizer dapat juga dilihat pada Gambar 1,2,3 dan tabel 2. Secara visual terlihat bahwa makin besar konsentrasi garam perkursor, maka semakin banyak logam nanopartikel yang dihasilkan yang ditunjukkan intensitas warna makin pekat. Hal ini didukung oleh hasil analisis UV-Vis yang memberikan absorbansi yang lebih besar pada konsentrasi garam prekursor yang leboh besar. Berdasarkan 𝜆 maks pada spektra UV-Vis pada Gambar 1,2 dan 3, terlihat bahwa makin besar konsentrasi garam maka cenderung terjadi pergeseran sedikit kearah panjang gelombang yang lebih besar pada stabilizer kitosan A yang menunjukkan semakin besar ukuran partikelnya. Namun untuk penggunaan stabilizer kitosan B dan C peningkatan konsentrasi garam prekursor terjadi pergeseran λmaks yang fluktuatif. Morfologi partikel perak, bentuk dan ukuran perak nanopartikel diamati menggunakan TEM yang ditampilkan pada Gambar 4a dan 4b. 25
Frekuensi (%)
20 15 10 5 0
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 Ukuran partikel (nm)
(a) (b) Gambar 4. (a) Image TEM partikel Ag dan (b) ukuran partikel Ag (pada penggunaan stabilizer kitosan C dengan konsentrasi AgNO3 1,0 .10-3 M) 6
Prosiding Seminar Nasional Kimia “Pengembangan Karakter Bangsa Melalui Aplikasi Penelitian Kimia Dan Pendidikan Kimia ” Jurusan Pendidikan Kimia FMIPA UNY, 3 November 2012
Berdasarkan analisis menggunakan TEM terhadap perak nanopartikel koloidal menggunakan stabilizer kitosan C, maka nanopartikel Ag berbentuk bola dengan ukuran bervariasi antara 4 sampai 20 nm dan terkonsentrasi pada ukuran 7-9 nm, seperti terlihat pada Gambar 4a dan 4b. Ukuran partikel ini berkaitan dengan spektra UV-Vis yang menujukkan λmaks pada 426,50 nm. KESIMPULAN Proses redesetilasi kitosan dapat meningkatkan nilai DD tetapi menurunkan berat molekul (BM) kitosan yang masing-masing adalah kitosan A (DD 64,285 % dan BM 656.941,778 Da), kitosan B (DD 73,857 % dan BM 564.546,865 Da) dan kitosan C (81,243 % dan 257.394,937). Logam perak nanopartikel koloidal telah berhasil dibuat dengan stabilizer kitosan hasil redeasetilasi. Berdasarkan spektra UV-Vis pada pengamatan SPR, variasi kitosan sebagai stabilizer berpengaruh terhadap ukuran dan banyaknya partikel Ag nanopartikel. Penggunaan kitosan dengan DD tinggi tetapi berat molekul rendah menghasilkan nanopartikel Ag dengan ukuran yang lebih besar dengan jumlah partikel lebih banyak. Berdasarkan analisis TEM, perak nanopartikel yang dihasilkan berbentuk bola dengan ukuran 4-20 nm.
DAFTAR PUSTAKA Cao, X.L., Cheng, C., Ma, Y.L., Zhao, C.S., 2010, Preparation of silver nanoparticles with antimicrobial activities and the researches of their biocompatibilities, J. Mater. Sci. Mater. Med.;21:2861–2868. Chudasama, B., Vala, A.K., Andhariya, N., Mehta, R.V., Upadhyay., R.V., 2010, Highly bacterial resistant silver nanoparticles: synthesis and antibacterial activities, J Nanopart Res, 12:1677–1685 Feng, X., Qi, X., Li, J., Yang, L.W., Qiu, M.C., Yin, J.J., Lu, F., Zhong, J.X., 2011, Preparation, structure and photo-catalytic performances of hybrid Bi2SiO5 modified Si nanowire arrays, Appl. Surf. Sci, 257:5571–5575. Hayward, R.C., Saville, D.A., Aksay, I.A., 2000, Electrophoretic assembly of colloidal crystals with optically tunable micropatterns, Nature.;404:56–59 Honary, S.,Ghajar,K.,Khazaeli,P. and Shalchian, P., 2011, Preparation, Characterization and Antibacterial Properties of Silver-Chitosan Nanocomposites Using Different Molecular Weight Grades of Chitosan, Trop. J. Pharm. Res., 10, 1, 69-74
Huang, H., Yuan, Q., Yang, X., 2004, Preparation and characterization of metal–chitosan nanocomposites, Colloids and Surfaces B: Biointerfaces, 39, 31–37 Khan T. A., Peh K. K., end Ching H,S., 2002, Reporting degree of deacetylation values of chitosan: the influence of analytical methods, J Pharm Pharmaceut Sci 5(3):205-212. Kim, J. S. Kuk, E., Yu, K. N., Kim, J.-H., Park, S. J., Lee, H. J., Kim, S. H., Park, Y. K., Park, Y. H., Hwang, C.-Y., Kim, Y. K., Lee, Y.-S., Jeong, D. H., Cho, M.-H., 2007, Antimicrobial Effects of Silver Nanoparticles, Nanomedicine: Nanotechnology, Biology and Medicine, Vol.3, No.1, 95-101 Kumar M.N.V.R, 2000, A review of chitin and chitosan applications, Reactive & Functional Polymers, 46, 1–27 Li, J., Revol, J.F. and Marchessault R.H., 1997, Effect of degree of deacetilation of chitin on the properties if chitin crystallites, J Appl Polym Sci 65(2):373-80 7
Endang Susilowati / Pemanfaatan Kitosan Hasil Redeasetilasi Maghami, G.G. and Roberts, G.A.F., 1988, Evaluation of the viscometric constants for chitosan, Macromol. Chem,, 189, 195-200 Shameli, K., Ahmad, M.B., Zargar, M., Yunus, W.M.Z.W., Ibrahim, N.A., Shabanzadeh, P., Ghaffari, M., Moghaddam, 2011, Synthesis and characterization of silver/montmorillonite/chitosan bionanocomposites by chemical reduction method and their antibacterial activity, Int. J. Nanomed., 271–284 Smitha, S.L., Nissamudeen, K.M., Philip, D. and Gopchandran K.G., 2008, Studies on surface plasmon resonance and photoluminescence of silver nanoparticles, Spectrochim. Acta, Part A, 71, 186–190
8