____________________________________________________________________________________________________________________
KAJIAN PROFIL SOSIAL EKONOMI USAHA KAMBING DI KECAMATAN KRADENAN KABUPATEN GROBOGAN ACHMAD NUR CHAMDI Jurusan/Program Studi Produksi Ternak Fakultas Pertanian UNS Jl. Ir. Sutami No. 36A Telp./Fax. (0271) 637457 Surakarta
ABSTRACT Study of Social Economic Profile of Small Holder Goat Enterprise in Kradenan Sub District Grobogan Regency The aim of this research was to know of social economic profile of small holder goat raising in dry upland areas of Kradenan Sub District Grobogan Regency, Central Java. The method that used at this research was survey method. Samples were taken by purposive random sampling. Total samples were 200 farmers. The data was analysed by qualitative descriptive analysis. The results of this research showed that income level of small holder goat enterprise in Kradenan Subdistrict, Grobogan Regency was Rp.338.323,00 per year, with the economic efficiency was 2.2 that means the farmers get return Rp.2.2 for every one unit cost addition. The average of number of goats was 2.58 ST, and the average of number of feed cost was Rp.142. 853,00 per year. The average of farmer’s age was 46.57 year’s old, farmer’s formal education degree commonly were elementary school degree (75.5%) with the average of education level was 5.75 year, and the average of breeding experiences was 3.94 year. The goat raising system was conducted of farmers were 144 farmers (72%) that used traditional raising system and 56 farmers (28%) that used non-traditional raising system, whereas farmer’s job status were 109 farmers (54.5%) had job status as a agriculture farmer and 91 farmers (45.5%) had job status as non–agriculture farmer. So it was very important to increase of goat enterprise scale, their goat enterprise capital and breeding knowledge for farmers. Key words: Small holder goat, social economic profile, goat raising
PENDAHULUAN Salah satu ternak yang diharapkan sumbangannya guna meningkatkan pendapatan petani peternak yang sekaligus memberikan peranan dalam pertumbuhan ekonomi adalah kambing. Kambing mempunyai peranan yang kompleks di dalam sistem pertanian Indonesia. Fungsi ekonomi dan biologis kambing telah dikenal sejak lama. Disamping menghasilkan daging yang merupakan sumber protein, kambing juga menghasilkan pupuk untuk mempertahankan kesuburan tanah. Kenyataan yang ada di pedesaan pada umumnya usaha peternakan kambing dilakukan secara tradisional, sehingga diupayakan suatu usaha introduksi inovasi teknologi peternakan yang sesuai dengan kondisi dan situasi wilayah sasaran dengan tujuan untuk meningkatkan pendapatan peternak kambing. Menurut SURADISASTRA (1993) bahwa usaha peternakan kambing sangat diminati masyarakat karena dapat dipelihara secara tradisional dengan teknologi yang sederhana dan hasilnya digemari masyarakat. Wilayah Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan merupakan salah satu sentra (kantong) produksi kambing. Kambing tersebut sebagian besar dipelihara secara tradisional untuk memenuhi kebutuhan daging di wilayah Jawa Tengah. Pada umumnya kambing dipelihara oleh petani peternak dalam jumlah kecil
dengan pola pemeliharaan tradisional dan tingkat penerapan teknologi peternakan yang sederhana. Para petani peternak umumnya belum berorientasi pada aspek ekonomi usaha sehingga belum memperhitungkan tingkat pendapatan dan efisiensi ekonomi usahanya. Pendapatan dan efisiensi ekonomi suatu usaha peternakan kambing dipengaruhi oleh beberapa faktor sosial ekonomi, antara lain jumlah pemilikan ternak, jumlah biaya pakan, umur peternak, tingkat pendidikan peternak, dan pengalaman beternak, serta sistem pemeliharaan dan status pekerjaan peternak. Sehingga perlu dilakukan suatu penelitian untuk mengkaji profil sosial ekonomi usaha peternakan kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan dalam upaya meningkatkan pendapatan peternak. Berdasarkan latar belakang tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) mengetahui besarnya tingkat pendapatan dan efisiensi ekonomi usaha peternakan kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. (2) mengetahui profil sosial ekonomi usaha peternakan kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan. MATERI DAN METODE Sasaran penelitian ini adalah peternak kambing kacang yang ada di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan Propinsi Jawa Tengah. Profil sosial ekonomi
_____________________________________________________________________________________________ 312
Puslitbang Peternakan, Bogor 29 – 30 September 2003
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
_____________________________________________________________________________________________ usaha peternakan kambing rakyat yang dikaji dalam penelitian ini yaitu tingkat pendapatan, efisiensi ekonomi usaha, jumlah pemilikan ternak, jumlah biaya pakan, umur peternak, tingkat pendidikan peternak, pengalaman beternak, sistem pemeliharaan dan status pekerjaan peternak. Penelitian ini dilakukan dengan metode survai dan teknik pengambilan sampel dengan metode purposive random sampling. Dari 14 desa yang ada di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan dipilih lima desa (35,7%) secara sengaja (purposive) berdasarkan populasi peternak kambing yaitu padat, agak padat, sedang, agak jarang dan jarang. Lima desa terpilih sebagai sampel tersebut meliputi Desa Banjarsari, Sambongbangi, Kradenan, Crewek dan Kuwu. Responden dari masing-masing desa terpilih diambil secara acak (random) sebanyak 10% dari jumlah populasi peternak kambing. Jumlah sampel seluruhnya yaitu 200 peternak. Metode analisis Tingkat pendapatan dihitung dari hasil pengurangan antara total penerimaan dan total pengeluaran usaha, secara cash out flows. Sementara itu, efisiensi ekonomi dihitung dengan return cost ratio (R/C), yaitu rasio antara total penerimaan dan biaya. Sementara itu, untuk mengetahui profil sosial ekonomi usaha yaitu jumlah pemilikan ternak, jumlah pakan, umur peternak, tingkat pendidikan peternak, pengalaman beternak, sistem pemeliharaan dan status pekerjaan. Data dianalisis secara deskriptif kualitatif dan tabulasi silang. Jenis data penelitian yang diambil yaitu: (1) data primer, yang diperoleh secara langsung dari responden. (2) data sekunder, yang diperoleh melalui dokumentasi, data statistika/monografi dari instansi terkait, referensi pustaka, serta keterangan lain yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Teknik pengambilan data penelitian menggunakan metode observasi (tinjauan lapangan), kuesioner, wawancara dan studi pustaka.
pemeliharan kambing sebelumnya. Hasil dari kambing sebagian besar dijual dan digunakan sebagai bibit serta jarang dikonsumsi sendiri. Sementara itu, pupuk kandang bagi petani digunakan sendiri untuk tanaman pertanian, sedangkan yang bukan petani dijual kepada petani. Penerimaan dan biaya produksi Penerimaan usaha peternakan kambing meliputi penjualan kambing, kenaikan nilai ternak dan penjualan pupuk kandang yang dihitung dalam waktu tertentu. Berdasarkan hasil penelitian, rata - rata total penerimaan usaha peternakan kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan sebesar Rp. 634.720,00/tahun atau Rp. 52.893,33/bulan. Menurut HERNANTO (1989) bahwa yang mempengaruhi pendapatan usaha tani ternak yaitu skala usaha, lahan, modal, kemampuan mengelola, nilai produk ternak, produktivitas ternak, biaya input serta harga hasil produksi. Biaya produksi merupakan semua pengeluaran yang dikeluarkan oleh produsen (pengelola) untuk memperoleh faktor - faktor produksi dan bahan-bahan penunjang yang akan didayagunakan agar produkproduk tertentu yang telah direncanakan terwujud dengan baik. Biaya produksi meliputi biaya penyusutan kandang, penyusutan peralatan, biaya pembelian bibit, biaya tenaga kerja dari luar keluarga dan pakan yang diperoleh dengan membeli. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh total biaya usaha peternakan kambing rakyat di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan rata - rata sebesar Rp. 296.396,38/tahun atau Rp. 24.699,70/bulan. Bagi usaha tani ternak skala kecil, jika semua biaya produksi dijumlahkan maka hampir tidak pernah ada laba. Biaya pada usaha tani tidak dihitung, yaitu berupa tenaga kerja petani peternak, biaya modal, biaya tenaga kerja keluarga, sewa lahan, dan biaya pakan yang tidak dibeli. Tingkat pendapatan
HASIL DAN PEMBAHASAN Pendapatan merupakan selisih antara total Semua desa yang ada di wilayah Kecamatan penerimaan dengan biaya - biaya selama pemeliharaan. Kradenan Kabupaten Grobogan mempunyai populasi Perhitungan dilakukan dengan menggunakan ternak kambing dengan rata-rata tiap desa yaitu 863,2 pendekatan cash out flow, artinya bunga modal dan ekor dan rata-rata jumlah peternak tiap desa yaitu 321,3 tenaga kerja keluarga tidak dihitung. Menurut orang. Tatalaksana pemeliharaan kambing secara umum GITTINGER (1986) bahwa analisis pendapatan usaha dilakukan secara tradisional serta sebagai usaha pertanian umumnya digunakan untuk mengevaluasi sampingan. Kambing umumnya dipelihara di dalam kegiatan usaha pertanian dalam satu tahun. Tujuannya kandang lemprakan maupun panggung dengan adalah untuk membantu perbaikan pengelolaan usaha konstruksi kandang yang sederhana. Bibit kambing tani ternak. Analisis pendapatan memerlukan dua diperoleh dengan membeli dari peternak lain, membeli keterangan pokok yaitu penerimaan dan pengeluaran di pasar hewan, hasil menggaduh dan hasil keturunan selama jangka waktu tertentu. Penerimaan dapat _____________________________________________________________________________________________ Puslitbang Peternakan, Bogor 29 – 30 September 2003
313
____________________________________________________________________________________________________________________
berwujud tiga hal, yaitu hasil penjualan produk, produk yang dikonsumsi dan kenaikan nilai inventaris ternak. Berdasarkan hasil penelitian di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan, pendapatan peternak kambing rata-rata sebesar Rp. 338.323,63/tahun atau Rp. 28.193,64/bulan. Menurut M UBYARTO (1980) pendapatan ini merupakan upah usaha pemeliharaan tanaman/ternak selama periode pemeliharaan tersebut.
berpengaruh positif terhadap peningkatan pendapatan peternak. Menurut A STUTI et al. (2000) bahwa jumlah pemilikan ternak sangat menentukan tingkat pendapatan, karena semakin besar jumlah pemilikan ternak maka semakin efisien karena meningkatkan jumlah penerimaan dan menekan total biaya produksi. Tabel 1. Pengelompokan jumlah pemilikan ternak Jumlah responden (orang)
%
1
0,50
1,10 – 4,00
171
85,50
4,10 – 7,00
25
12,50
7,10 – 10,00
2
1,00
> 10,00
1
0,50
Jumlah
200
100,00
Efisiensi ekonomi
Jumlah ternak (ST)
Efisiensi merupakan salah satu indikator dari keberhasilan sebuah usaha tani ternak. Efisiensi ekonomi merupakan perbandingan antara total penerimaan dengan seluruh biaya yang dikeluarkan. Menurut HERNANTO (1989) untuk mengetahui besarnya efisiensi ekonomi dihitung dengan menggunakan return cost ratio yaitu membandingkan antara total penerimaan dengan seluruh biaya yang digunakan dalam proses produksi. Besarnya rata - rata efisiensi ekonomi usaha ternak kambing rakyat di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan adalah 2,2.
< 1,10
Efisiensi ekonomi
=
Total penerimaan usaha Total biaya produksi
= Rp. 634.720,00 Rp. 296.396,38 = 2,2 Hal ini berarti bahwa setiap satu satuan biaya yang dikeluarkan dalam usaha ternak kambing dalam satu tahun akan menghasilkan penerimaan sebesar Rp. 2,2. Menurut SOEKARTAWI (1988) bahwa suatu usaha tani dikatakan efisien apabila return cost ratio (R/C) lebih besar dari satu. Semakin besar nilai R/C suatu usaha maka semakin efisien usaha tersebut. Profil sosial ekonomi usaha kambing Profil sosial ekonomi usaha peternakan merupakan faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya suatu usaha yang akan menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan tersebut dalam jangka waktu tertentu. Adapun profil sosial ekonomi usaha peternakan kambing rakyat di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan dapat dijelaskan sebagai berikut: Jumlah pemilikan ternak Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah pemilikan kambing sebagian besar (85,5%) yaitu antara 1,10–4,00 SK, dengan jumlah pemilikan rata-rata sebesar 2,58 ST (satuan ternak). Jumlah pemilikan ternak ini lebih besar dari yang dilaporkan oleh SOCHEH dan W ARSITI (2000) yaitu sebesar 2,33 ST. Menurut SOEDJANA (1993) bahwa jumlah pemilikan kambing
Jumlah biaya pakan ternak Pada peternakan kambing, biaya pakan merupakan biaya yang paling besar dan salah faktor yang mempengaruhi biaya pakan adalah jumlah pakan yang diberikan. Menurut TILLMAN et al., (1984) bahwa pakan menyerap biaya paling besar dalam suatu usaha peternakan yaitu berkisar antara 60-80% dari total biaya produksi. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah penggunaan pakan sebagian besar (68,5%) yaitu antara Rp. 54.000,00 sampai dengan Rp. 162.000,00 dengan rata-rata jumlah pakan yang digunakan sebesar Rp. 142.853,00 per tahun atau Rp. 11.904,00 per bulan. A STUTI et al., (2000) melaporkan bahwa jumlah biaya pakan juga berpengaruh terhadap pendapatan peternak. Hal ini karena biaya pakan merupakan biaya produksi yang paling tinggi. Jumlah biaya pakan semakin tinggi maka biaya produksi semakin meningkat sehingga pendapatan peternak juga berkurang. M USOFIE dan W ARDHANI (1999) menyatakan bahwa penekanan atau efisiensi biaya pakan dapat meningkatkan penerimaan sehingga pendapatan dan efisiensi ekonomi usaha peternakan dapat meningkat. Tabel 2. Pengelompokan jumlah biaya pakan ternak Jumlah biaya pakan (Rp/thn)
Jumlah responden (orang)
%
54.000 - 162.000,-
137
68,50
162.000 - 270.000,-
38
19,00
270.000 - 378.000,-
21
10,50
378.000 - 486.000,-
3
1,50
486.000 - 594.000,-
1
0,50
200
100,00
Jumlah
_____________________________________________________________________________________________ 314
Puslitbang Peternakan, Bogor 29 – 30 September 2003
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
_____________________________________________________________________________________________ Umur peternak Umur peternak merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi pendapatan dan efisiensi ekonomi. Menurut SOEKARTAWI (1988) bahwa umur peternak selaku tenaga kerja pada usaha tani di pedesaan sering menjadi penentu besar kecilnya penerimaan. Berdasarkan pengelompokan umur diketahui bahwa umur peternak responden antara 14–55 tahun paling banyak (73,0%) sedangkan umur yang tidak produktif sebesar 27,0%. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa umur responden rata - rata 46,6 tahun yang termasuk kelompok umur produktif. Tabel 3. Pengelompokan umur peternak
Tingkat pendidikan yang rendah ini menyebabkan inovasi teknologi yang diserap oleh peternak kambing tidak maksimal, sehingga output yang dihasilkan kurang memenuhi standar produksi. SIMAMORA et al. (1984) menyatakan bahwa mayoritas dari penduduk pedesaan tergolong ekonomi lemah dengan tingkat pendidikan rendah sehingga kurang dalam adopsi inovasi pengetahuan dan teknologi. Pengalaman beternak Data penelitian menunjukkan bahwa peternak kambing sebagian besar (82,0%) pengalamannya kurang dari lima tahun. Rata - rata pengalaman beternak kambing sekitar 3,94 tahun. Pengalaman beternak yang diperoleh peternak sebagian besar diperoleh dari orang tuanya secara turun temurun.
Jumlah responden (orang)
%
0
0,00
15 - 55
146
73,00
>55
54
27,00
Tingkat pengalaman beternak (thn)
Jumlah
200
100,00
Umur peternak (thn) <15
Tingkat pendidikan peternak Tingkat pendidikan merupakan salah satu faktor penting dalam mengembangkan sumber daya peternak. Pendidikan akan menambah pengetahuan dan keterampilan sehingga akan meningkatkan produktivitas kerja yang akan menentukan keberhasilan usahanya. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata tingkat pendidikan peternak sebagian besar (75,5%) berpendidikan sekolah dasar sedangkan yang belum tamat SD sebesar 18,0. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat pendidikan yang ditempuh oleh peternak kambing relatif rendah.
Tabel 5. Pengelompokan tingkat pengalaman beternak Jumlah responden (orang)
%
1-5
164
82,00
6 - 10
20
10,00
11 - 15
12
6,00
16 - 20
3
1,50
>20
1
0,50
200
100,00
Jumlah
Menurut W AHYONO dan SOEPENO (1995) bahwa pengalaman, pengetahuan, sikap dan keterampilan peternak pada aspek reproduksi, pemberian pakan, tatalaksana pemeliharaan dan manajemen pemasaran yang baik menunjukkan bahwa peternak mempunyai kemampuan yang lebih baik, sehingga dapat mengakibatkan naiknya pendapatan peternak.
Tabel 4. Pengelompokan tingkat pendidikan peternak
Sistem pemeliharaan Tingkat pendidikan peternak (thn)
Jumlah responden (orang)
%
Belum tamat Sekolah Dasar
36
18,00
Tamat SD (sederajat)
151
75,50
Tamat SLTP(sederajat)
5
2,50
Tamat SLTA(sederajat)
8
4,00
Tamat Perguruan Tinggi
0
0,00
Jumlah
200
100,00
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem pemeliharaan yang dilakukan oleh peternak pada umumnya dilakukan secara sistem tradisional yaitu sebesar 72,0% sedangkan sistem pemeliharaan non tradisional/semi intensif sebesar 28,0%. Hal ini sesuai dengan pendapat DEVENDRA and BURNS (1994) bahwa sistem pemeliharaan ternak kambing di pedesaan pada umumn ya menggunakan sistem pemeliharaan secara tradisional dengan jumlah pemilikan ternak yang kecil dan belum menggunakan teknologi baru.
_____________________________________________________________________________________________ Puslitbang Peternakan, Bogor 29 – 30 September 2003
315
____________________________________________________________________________________________________________________
Tabel 6. Pengelompokan sistem pemeliharaan ternak Sistem pemeliharaan ternak
Jumlah responden (orang)
%
Non tradisional/ semi intensif
56
28,00
Tradisional
144
72,00
Jumlah
200
100,00
rata-rata 46,57 tahun, tingkat pendidikan peternak sebagian besar berpendidikan sekolah dasar (75,5%) dengan lama pendidikan formal rata - rata 5,75 tahun, dan tingkat pengalaman beternak ratarata 3,94 tahun. Sistem pemeliharaan kambing yang digunakan yaitu sebanyak 144 orang (72%) menggunakan sistem pemeliharaan tradisional dan sebanyak 56 orang (28%) menggunakan sistem pemeliharaan non-tradisional, sedangkan status pekerjaan peternak sebanyak 109 orang (54,5%) berstatus sebagai petani dan sebanyak 91 orang (45,5%) berstatus sebagai non-petani.
Status pekerjaan peternak Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar peternak mempunyai status pekerjaan tetapnya sebagai petani (54,5%), sedangkan yang status pekerjaannya non petani sebesar 45,5%. Hal ini beralasan karena penduduk di daerah Kradenan Kabupaten Grobogan sebagain besar adalah petani dan buruh tani, sehingga usaha pemeliharaan ternak merupakan pekerjaan sambilan saja.
Saran 1.
2.
Tabel 7. Pengelompokan status pekerjaan peternak Sistem pemeliharaan ternak
Jumlah responden
%
(orang)
Non petani
91
45,50
Petani
109
54,50
Jumlah
200
100,00
3.
Perlu diupayakan peningkatan jumlah pemilikan ternak (skala usaha) dan penekanan jumlah biaya pakan dalam upaya meningkatkan tingkat pendapatan dan efisiensi ekonomi usaha kambing. Perlu dilakukan introduksi inovasi teknologi peternakan ditingkat peternak kaitannya dengan upaya peningkatan pendapatan peternak. Perlu pemberdayaan peternak kambing secara menyeluruh yang melibatkan seluruh stakeholder yang terlibat dalam upaya pengembangan peternakan secara berkelanjutan. DAFTAR PUSTAKA
SOEDJANA (1993) menyatakan bahwa pada umumnya penduduk pedesaan mencurahkan perhatiannya pada usaha pokoknya yaitu sebagai petani sehingga dalam pemeliharaan ternaknya kurang diperhatikan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar usaha peternakan kambing dilakukan sebagai usaha sambilan sehingga perhatian peternak terhadap usaha peternakannya kurang baik.
ASTUTI , T., ABUNGAMAR, SISWADI dan Y. SUBAGYO , 2000. Studi Perbaikan Keuntungan Peternak Kambing Perah di Kecamatan Kaligesing Kabupaten Purworejo. Jurnal Animal Production. Edisi Khusus Februari 2000. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto. p: 260-267.
KESIMPULAN DAN SARAN
HERNANTO , F., 1989. Ilmu Usaha Tani. Penerbit Swadaya. Jakarta.
DEVENDRA , C. dan M. BURNS, 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB. Bandung. GITTINGER, J.P., 1986. Analisa Ekonomi Proyek-proyek Pertanian. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.
Kesimpulan
M UBYARTO , M., 1980. Pengantar Ekonomi Pertanian. Penerbit LP3ES. Jakarta.
1.
M USOFIE, A. dan N.K. WARDHANI, 1999. Upaya Peningkatan Pendapatan Peternak Sapi Perah Melalui Penghematan Biaya Pakan Pedet Pra Sapih. Dalam: Prosiding Seminar Kiat Usaha Peternakan. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto.
2.
3.
Tingkat pendapatan yang diperoleh peternak kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan cukup bervariasi dengan rataan sebesar Rp. 28.193,64/bulan atau Rp. 338.323,63/tahun. Usaha peternakan kambing di Kecamatan Kradenan Kabupaten Grobogan sudah efisien dengan tingkat efisiensi ekonomi rata - rata sebesar 2,2, yang berarti bahwa setiap pengeluaran Rp. 1,0 akan menghasilkan Rp. 2,2. Jumlah pemilikan ternak kambing rata-rata sebesar 2,58 ST, dan jumlah biaya pakan/tahun rata-rata sebesar Rp. 142.853,00. Umur peternak kambing
SIMAMORA , P. HADI, dan M ULYONO , 1984. Pembinaan Pengabdian dalam Kaitannya dengan Pembangunan Masyarakat Desa dalam Berbagai Sektor di Desa Tambaksari Kecamatan Kembaran Kabupaten Banyumas. Laporan Hasil Penelitian. Pusat Pengabdian Masayarakat-Unsoed. Purwokerto.
_____________________________________________________________________________________________ 316
Puslitbang Peternakan, Bogor 29 – 30 September 2003
Seminar Nasional Teknologi Peternakan dan Veteriner
_____________________________________________________________________________________________ SOCHEH , M. dan T. WARSITI , 2000. Hubungan Kepadatan Kandang dengan Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH) Kambing Kacang Lepas Sapih di Kabupaten Dati II Kebumen. Jurnal Animal Production. Edisi Khusus Februari 2000. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto. p: 406-414. SOEDJANA, T.D., 1993. Ekonomi Pemeliharaan Ternak Rumniansia Kecil: Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Sebelas Maret University Press. Surakarta.
SURADISASTRA , K., 1993. Aspek-aspek Sosial dari Produksi Kambing dan Domba: Produksi Kambing dan Domba di Indonesia. Dalam: Prosiding Seminar Pengembangan Ternak Potong di Pedesaan. Fakultas Peternakan Unsoed. Purwokerto. T ILLMAN, A.D., HARI HARTADI, S. REKSOHADIPRODJO , S. PRAWIROKUSUMO , dan S. LEBDOSOEKOJO , 1979. Ilmu Makanan Ternak Dasar. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
SOEKARTAWI, 1988. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian. Penerbit Rajawali. Jakarta.
_____________________________________________________________________________________________ Puslitbang Peternakan, Bogor 29 – 30 September 2003
317