KAJIAN POTENSI PASOKAN MATA AIR DI KECAMATAN CIDAHU
OKTAVIANA TRI ARDYATI
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
RINGKASAN
OKTAVIANA TRI ARDYATI. Kajian Potensi Pasokan Mata Air Kecamatan Cidahu. Dibimbing oleh HIDAYAT PAWITAN. Airbumi merupakan sumber daya yang berpotensi dalam menunjang kebutuhan hidup orang banyak. Salah satu bentuk pemunculan airbumi yang alami, dan terbentuk akibat adanya perpotongan dengan muka tanah adalah mata air. Pada saat ini, beberapa daerah resapan mata air (khususnya di Pulau Jawa) telah mengalami kerusakan yang mengkhawatirkan. Mata air di daerah Bogor, Purwokerto, dan Malang telah mengalami penurunan debit bila dibandingkan dengan kondisi tahun 1970 an. Terjadi penurunan nyata pada debit Mata Air Tangkil yang terletak di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor sejak tahun 1997 hingga 2004 (Aristyana, 2005). Oleh karena itu dibutuhkan pengkajian terhadap berbagai faktor dinamis seperti perubahan tata guna lahan dan curah hujan, dan faktor statis seperti jenis tanah, litologi maupun sebaran akifernya. Kajian tersebut diharapkan
dapat
memberikan
informasi
yang
cukup
detail
mengenai
keterdapatan, penyebaran, dan kapasitas mata air. Tujuan penelitian ini adalah memetakan lokasi dan kapasitas dari informasi inventarisasi mata air di Kecamatan Cidahu, mengkaji variasi dari data deret waktu mata air yang memiliki rekaman dengan kurun waktu yang cukup panjang, dan membuat peta spasial dan penampang geologi mata air untuk mengidentifikasi daerah resapan. Metode yang digunakan dalam penelitian mencakup pengolahan dan analisis data spasial dan non spasial. Data spasial berupa peta hidrogeologi akan memberikan informasi mengenai jenis tanah, litologi, dan sebaran akifer di daerah sekitar mata air. Kemudian, pengolahan data raster dari data citra satelit landsat untuk menganalisa perubahan tutupan lahan tahun 1991 dan 2001 pada lokasi penelitian. Tahap berikutnya adalah pengolahan data non spasial yaitu data curah hujan dan debit mata air untuk mengetahui karakteristik statistik seperti nilai maksimum, minimum, dan rataan. Proses selanjutnya adalah mengidentifikasi adanya keterkaitan pola musiman antara curah hujan terhadap debit mata air.
Apabila semua informasi tersebut telah dikombinasikan maka akan dapat digunakan untuk mengidentifikasi daerah resapan sumber mata air. Sebagai hasil pengolahan dan analisis data, diketahui bahwa Kecamatan Cidahu yang berada di Kabupaten Sukabumi bagian utara berpotensi sebagai daerah sumber mata air. Kecamatan ini memiliki banyak sumber mata air. Delapan mata air pegunungan yang diketahui oleh kantor kecamatan yaitu Cipanengah, Ciloa, Papisangan, Cibuntu (774 l/s), Cipanas (1110 l/s), Citaman, Girijaya, dan Cikubang (120 l/s). Mata air Cipanengah, Ciloa, Papisangan, Citaman, dan Girijaya dipergunakan oleh masyarakat, dan belum diketahui debit terukurnya. Tiga mata air lainnya digunakan untuk industri. Enam lokasi mata air yang disurvey, berdasarkan informasi Balai PSDA Cisadea-Cimandiri Kabupaten Sukabumi, dipergunakan sebagai pasokan usaha Air Minum Dalam Kemasan (AMDK). Desa Babakan Pari memiliki tiga mata air, yaitu mata air Cisalada Manglid (37 l/s), Cikubang (120 l/s), dan Cikubang hilir (27 l/s), sedangkan mata air Cipanas (1110 l/s) dan Cigombong (12,6 l/s) berada di desa Pasir Doton. Mata air Cibojong (20 l/s) terletak di desa Cidahu. Kapasitas produksi maksimum sebesar 1110 l/s, minimum sebesar 12,6 l/s dan rataan sebesar 221 l/s. Keenam mata air berada di wilayah lereng gunung bagian bawah dengan ketinggian sekitar 400-500 mdpl, dan derajat kelerengan sekitar 0-7˚. Tutupan lahan yang mendominasi kawasan mata air tersebut merupakan tegalan. Jenis tanah di daerah sebaran mata air tersebut adalah vertisol. Bentuk litologi daerah keenam mata air tersebut adalah endapan gunungapi muda. Secara hidrogeologi, keseluruhan mata air tersebut merupakan bagian dari akifer produktif sedang dengan penyebaran luas. Perubahan tutupan lahan selama satu dekade (1991-2001) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap debit mata air yang berada di wilayah Cidahu. Demikian pula halnya curah hujan. Karena curah hujan tidak langsung berhubungan dengan lapisan akifer yang menjadi sumber mata air tersebut.
KAJIAN POTENSI PASOKAN MATA AIR DI KECAMATAN CIDAHU
OKTAVIANA TRI ARDYATI
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Sains pada Program Sarjana Meteorologi
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2007
Judul Skripsi
: Kajian Potensi Pasokan Mata Air di Kecamatan Cidahu
Nama Mahasiswa
: Oktaviana Tri Ardyati
NRP
: G24102032
Menyetujui, Pembimbing
Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan NIP. 130804892
Mengetahui, g Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Institut Pertanian Bogor
Prof. Dr. Ir. Yonny Koesmaryono, MS. NIP. 131473999
Tanggal Lulus :
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Palembang, 29 Oktober 1985. Merupakan putri kedua dari pasangan Damianus Suparman dan Yuliana Sri Sugiyati. Setelah menamatkan bangku SLTA pada tahun 2002 di Palembang, penulis melanjutkan pendidikan sarjana di Institut Pertanian Bogor dengan mengambil program studi Meteorologi melalui jalur UMPTN (Ujian Masuk Perguruan Tinggi Negeri). Selama perkuliahan berlangsung, penulis juga aktif membantu dalam sebagai koordinator dana usaha dalam acara yang menjadi kalender tahunan program Himagreto (Himpunan Mahasiswa Meteorologi) yaitu METRIK (tahun 2003), kemudian juga berpartisipasi aktif dengan jabatan yang sama dalam kepengurusan KEMAKI (Keluarga Mahasiswa Katolik) tahun 2004-2005. Penulis juga pernah terpilih sebagai perwakilan Departemen Geofisika dan Meteorologi dan menjadi peringkat pertama dalam Writing Contest yang diadakan oleh program Fisika yang bekerja sama dengan LB LIA pada tahun 2002. Pada peminatan lebih lanjut sebagai program yang diberikan departemen untuk mahasiswa tingkat akhir, penulis memilih untuk berkecimpung dalam Hidrologi. Dimulai ketika Praktek Lapang di Dinas PU Kota Palembang (JuliAgustus 2005) kemudian meneruskan dengan penelitian di Lab Hidrometeorologi Departemen Geofisika dan Meteorologi dengan mengambil judul “Kajian Potensi Pasokan Mata Air di Kecamatan Cidahu”.
PRAKATA
Puji dan Syukur Penulis Panjatkan ke hadapan Tuhan Yesus Kristus, Sang Penyelamat atas segala kasih dan karunia berlimpah yang diberikan-Nya. Dengan semua berkat itulah penulis mampu menyelesaikan pendidikan sarjana dan menyajikan tugas akhir ini. Pada kesempatan ini pula penulis ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada : 1. Bapak Prof. Dr. Ir. Hidayat Pawitan atas kesabaran dan tidak pernah lelahnya Beliau membimbing, mendukung, dan mengawasi penulis sejak praktik lapang hingga penulisan tugas akhir. 2. Bapak Toni selaku Kepala PSDA Sukabumi wilayah Cisadea Cimandiri. 3. Senior Lab Hidrometeorologi, Kak Taufik dan Kak Sofyan atas bantuan selama penulisan. 4. Pak Deni, Pak Idung, Pak Putu Pak Bregas dan Pak Bambang karena masukan yang sangat penting artinya bagi penelitian penulis 5. Mbak Nurna untuk bantuan pengkolektifan data yang diperlukan penulis 6. Pak Bregas selaku Dosen yang bersedia menjadi teman mahasiswa. 7. Pak Pono, Pak Ajun, K Azis dan Mbak Wanti. Makasih atas kesabaran 8. Mas Dudi, Teman terbaik yang selalu setia mendampingi, dan menjaga ketika penulis sakit, sekalipun Ia harus bertugas ke Atambua. 9. Orang-orang khusus yang menjadi tempat curhat abadi (Lintung, Nida, Nana) 10. Teman-teman yang selalu ada setiap saat dibutuhkan (Nti-ijo, Fiopinterlemoy, Vivi-chan, Lupi-Upil) 11. Teman-teman yang bisa membuat lupa akan stress, GFM 39 (Samba, Basyar, Made, Joko, Gian, Tado aka Conge, Joko, Away, Sapta, Rudi, Aprian, Mian, Eko, Zainul, Deni, Noni, Ani, Kiki, Misna, Ipit, Sasat, dan Dwinita). 12. Terakhir dan secara mendalam dengan sepenuh hati, yaitu Bunda Yuli dan Bapak Parman serta my best Bro, Iren atas doa, dukungan, dan kasihnya setiap waktu.
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman DAFTAR TABEL............................................................................................ iii
DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... iii
DAFTAR LAMPIRAN.................................................................................... iv
I.
PENDAHULUAN ................................................................................. 1 1.1. Latar Belakang ............................................................................... 1 1.2. Tujuan ............................................................................................. 1
II.
TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 1 2.1. Daur hidrologi ................................................................................. 1 2.2. Hidrogeologi dan Peta Hidrogeologi .............................................. 1 2.3. Airbumi ........................................................................................... 1 2.4. Mata Air .......................................................................................... 2 2.5. Curah Hujan .................................................................................... 3 2.6. Penggunaan Lahan .......................................................................... 3 2.7. Topografi......................................................................................... 3 2.8. Sistem Informasi Geografis............................................................. 4
III.
METODOLOGI ..................................................................................... 5 3.1. Waktu dan Tempat .......................................................................... 5 3.2. Bahan dan Alat................................................................................ 5 3.3. Tahap dan Metode.......................................................................... 5
IV.
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN................................. 7 4.1. Letak Geografis............................................................................... 7 4.2. Keadaan Iklim ................................................................................. 8 4.3. Kondisi Geologi .............................................................................. 8
i
4.4. Kondisi Hidrogeologi...................................................................... 8 4.5. Pemerintahan................................................................................... 8 4.6. Sosial ............................................................................................... 8 4.7. Aspek kehidupan............................................................................. 8
V.
HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................. 9 5.1. Deskripsi Kondisi Fisik Daerah Mata Air....................................... 9 5.1.1. Topografi.............................................................................. 9 5.1.2. Geomorfologi ....................................................................... 11 5.1.3. Litologi................................................................................. 12 5.1.4. Hidrogeologi ........................................................................ 13 5.1.5. Keadaan Tanah..................................................................... 14 5.1.6. Tata Guna Lahan .................................................................. 15 5.1.7. Potensi Sumberdaya Air....................................................... 17 5.1.8. Penampang Melintang Geologi Skematik............................ 20 5.2. Karakteristik Pola Curah Hujan pada Daerah Tangkapan .............. 21 5.3. Analisa Kaitan Tren Curah Hujan Bulanan dengan Pola Aliran Debit Rata-Rata Bulanan Mata Air ................................................ 22 5.4. Penentuan Daerah Resapan ............................................................. 23
VI.
KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................. 24 6.1. Kesimpulan ..................................................................................... 24 6.2. Saran................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 24
LAMPIRAN..................................................................................................... 26
ii
DAFTAR TABEL
Tabel 1. Luas wilayah per desa di Kecamatan Cidahu .................................... 7 Tabel 2. Karakteristik penduduk Kecamatan Cidahu ...................................... 8 Tabel 3. Jarak mata air terhadap aliran sungai terdekat ................................... 9 Tabel 4. Derajat kelerengan mata air Kecamatan Cidahu................................ 10 Tabel 5. Luas sebaran jenis tanah Kecamatan Cidahu..................................... 14 Tabel 6. Daftar mata air di Kecamatan Cidahu................................................ 17 Tabel 7. Posisi sebaran mata air Kecamatan Cidahu ....................................... 17 Tabel 8. Pengukuran salah satu saluran mata air Cipanas ............................... 18 Tabel 9. Perhitungan debit Mata Air Cipanas dari survey lapang ................... 19 Tabel 10. Jumlah pengguna air di Kecamatan Cidahu..................................... 19 Tabel 11. Nilai curah hujan tahunan di setiap sub-sub DAS ........................... 21
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Peta administrasi Kecamatan Cidahu............................................. 7 Gambar 2. Bagian Mata Air Cikubang yang dimanfaatkan oleh masyarakat.............................................................................. 9 Gambar 3. Bagian Mata Air Cipanas yang dimanfaatkan oleh masyarakat.............................................................................. 9 Gambar 4. Peta kelerengan Kecamatan Cidahu.............................................. 10 Gambar 5. Peta sebaran bentukan lahan Kecamatan Cidahu.......................... 11 Gambar 6. Peta sebaran litologi Kecamatan Cidahu....................................... 12 Gambar 7. Peta sebaran akifer Kecamatan Cidahu.......................................... 13 Gambar 8. Peta sebaran tanah Kecamatan Cidahu.......................................... 14 Gambar 9. Peta penutupan lahan Kecamatan Cidahu tahun 1991 ................... 16 Gambar 10. Peta penutupan lahan Kecamatan Cidahu tahun 2001 ................. 16 Gambar 11. Penampang saluran Mata Air Cipanas ........................................ 18 Gambar 12. Penampang melintang titik pengukuran saluran Mata Air.......... 18
iii
Gambar 13. Profil melintang geologi yang dilihat dari Gunung Pangrango hingga batas DAS Cimandiri ....................................................... 20 Gambar 14. Peta sebaran sub DAS Cicatih...................................................... 21 Gambar 15. Grafik hubungan antara curah hujan tahunan di sub DAS Cicatih ...................................................................... 22 Gambar 16. Grafik hubungan fluktuasi debit Mata Air per bulan ................... 22 Gambar 17. Sketsa penampang melintang Mata Air di Kecamatan Cidahu.... 23
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1. Diagram alur penelitian ............................................................... 26 Lampiran 2. Jumlah penduduk yang berpendidikan formal dan Nonformal di Kecamatan Cidahu.......................................... 27 Lampiran 3. Proporsi sumber pendapatan rumah tangga................................. 27 Lampiran 4. Persentase kepemilikan lahan di Kecamatan Cidahu .................. 27 Lampiran 5. Jumlah keluarga di Kecamatan Cidahu ...................................... 28 Lampiran 6. Penutupan lahan tahun 1991 dan 2001 di Kecamatan Cidahu .... 28 Lampiran 7. Penggunaan lahan (ha) dan persentasenya di Kecamatan Cidahu 2003 .......................................................... 29 Lampiran 8. Debit Mata Air Cikubang (2001-2006) ....................................... 30 Lampiran 9. Data perusahaan pengambilan dan pemanfaatan mata air s/d bulan September tahun 2006 ................................................ 31 Lampiran 10. Curah hujan bulanan di stasiun sekitar sub DAS Cicatih (1984-2005) ........................................ 35 Lampiran 11. Stratifikasi litologi mata air Cikubang PT Aqua ....................... 36 Lampiran 12. Mata air yang telah dimanfaatkan oleh PDAM Sukabumi........ 37 Lampiran 13. Profil melintang geologi yang dilihat dari Gunung Salak hingga Mata Air Cikubang......................................................... 38 Lampiran 14. Grafik curah hujan bulanan di sub Das Cicatih......................... 39 Lampiran 15. Peta potensi airbumi Kabupaten Sukabumi............................... 40
iv
I. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Peran sumber daya airbumi semakin lama semakin penting dan strategis, karena menyangkut kebutuhan pokok hajat hidup orang banyak dalam berbagai aktivitas masyarakat. Mata air merupakan aliran airbumi, yang muncul ke permukaan tanah secara alami dan disebabkan oleh terpotongnya aliran airbumi oleh bentuk topografi setempat. Pada umumnya mata air muncul di daerah kaki perbukitan atau bagian lereng, lembah perbukitan, dan di daerah dataran. Tata guna lahan pada daerah resapan berpengaruh langsung terhadap bagian infiltrasi dan menjadi aliran airbumi (sumber mata air). Pada saat ini, beberapa daerah resapan mata air (khususnya di pulau Jawa) telah mengalami kerusakan yang mengkhawatirkan. Mata air di daerah Bogor, Purwokerto, dan Malang telah mengalami penurunan debit bila dibandingkan dengan kondisi tahun 1970 an. Terjadi penurunan secara nyata pada debit Mata Air Tangkil yang terletak di Kecamatan Caringin, Kabupaten Bogor sejak tahun 1997 hingga 2004 (Aristyana, 2005). Di wilayah Bogor, hingga tahun 2001 telah terjadi penurunan debit mata air yang dimanfaatkan oleh PDAM setempat, yaitu sebesar 4–15 % (Prastowo, 2001). Apabila tidak ada upaya pengendalian kerusakan ekosistem di sekitar mata air, maka dapat dipastikan bahwa pemanfaatannya di masa mendatang akan terganggu. Guna membantu pengelolaan sumber daya air ini terutama dalam perencanaan pendayagunaan dan konservasinya, dibutuhkan informasi yang cukup rinci tentang keterdapatan, penyebaran, jumlah, dan mutu mata air yang dikaitkan dengan kondisi geologinya., dan penyebaran akifer serta potensi airbumi yang terkandung di dalamnya. Agar dapat melaksanakan pengelolaan tersebut, terutama untuk keperluan perencanaan dan pengembangan mata air suatu daerah. 1.2 Tujuan Beberapa hal yang menjadi tujuan dari penelitian adalah: 1. Memetakan lokasi dan kapasitas dari informasi inventarisasi mata air Kecamatan Cidahu 2. Mengkaji variasi dari data deret waktu mata air Kecamatan Cidahu yang
3.
memiliki rekaman untuk kurun waktu yang cukup panjang. Pembuatan peta spasial dan penampang melintang geologi mata air Kecamatan Cidahu untuk mengidentifikasi daerah resapan
II. Tinjauan Pustaka Daur hidrologi Daur hidrologi diberi batasan sebagai suksesi tahapan-tahapan yang dilalui air dari atmosfer ke bumi dan kembali lagi ke atmosfer (Seyhan, 1990). Evaporasi dari tanah atau laut maupun air pedalaman, kondensasi untuk membentuk awan, presipitasi, akumulasi di dalam tanah maupun dalam tubuh air dan evaporasi kembali. Daur tersebut berguna untuk memberikan konsep pengantar mengenai bagaimana air bersirkulasi secara umum dan proses-proses yang terlibat dalam sirkulasi ini. Hidrogeologi dan Peta Hidrogeologi Hidrogeologi juga diartikan sebagai ilmu tentang air bawah tanah/airbumi (Hudak, 2000). Hidrogeologi (hydro=air, geo=bumi, logos=ilmu) adalah ilmu yang mempelajari kaitan antara kondisi geologi terhadap keterdapatan, penyebaran, pergerakan, serta kualitas airbumi. Peta hidrogeologi dapat didefinisikan sebagai peta yang memberikan informasi tentang keterdapatan airbumi dan kemungkinan luah sumur yang menyadap akifer, serta komposisi kimia airbumi, dikaitkan dengan unit-unit geologi (litologi, stratigrafi dan struktur), dan informasi lain yang berkaitan dengan air dari suatu daerah tertentu, di atas suatu peta dasar topografi skala 1:100.000. Hidrogeologi mengamati proses air berinteraksi dengan sistem geologi. Airbumi Airbumi adalah air yang bergerak di dalam tanah yang terdapat di dalam ruang-ruang antara butir-butir tanah (air lapisan) dan di dalam retak-retak batuan (air celah atau fissure water) (Sosrodarsono dan Takeda, 1977). Beberapa teori asal-usul terjadinya air bumi adalah sebagai berikut (Tolman, 1937) : 1. Teori infiltrasi Airbumi berasal dari air yang jatuh ke permukaan tanah terus masuk ke permukaan
1
tanah sebagai air infiltrasi. Setelah tanah jenuh atau pori-pori tanah terisi air, maka air akan diteruskan ke bawah sebagai air perkolasi untuk kemudian menuju ke bawah sebagai air perkolasi untuk kemudian menjadi airbumi. 2. Teori air juvenil Airbumi yang masih murni atau belum mengikuti daur hidrologi. 3. Teori connate water Airbumi berasal dari formasi batuan endapan di bawah laut yang lambat laun terangkat ke permukaan air laut. Air yang tersimpan dan terbawa dalam formasi batuan tersebut akan menjadi air bawah tanah. 4. Teori kondensasi Airbumi sebagian besar berasal dari uap air di udara yang berkondensasi dan beredar melalui rongga atau retakan batuan. Awan yang terbawa udara dalam memasuki rongga atau retakan tersebut dapat mengalami pengembunan dan akan mencair yang kemudian menjadi airbumi. Keadaan airbumi Formasi geologi yang mengandung atau berisi air dan melakukannya dari satu titik ke titik lainnya dalam jumlah yang cukup untuk mendukung perkembangan ekonomi disebut akifer (Linsley et al, 1996). Air dapat terdrainase dari tanah oleh gaya gravitasi dikenal sebagai specific yield yang didefinisikan sebagai perbandingan volume air yang terdrainasekan oleh gaya gravitasi terhadap porositas tanah. Nilai specific yield pada ukuran partikel tanah dan distribusi pori-pori dan derajat stabilitas/kekompakan tanah (Viesman et al., 1977). Keadaan airbumi diuraikan sebagai berikut (Sosrodarsono dan Takeda, 1977) : 1. Lapisan permeabel dan lapisan impermeabel Lapisan yang dapat dilalui dengan mudah oleh airbumi seperti lapisan pasir atau lapisan kerikil disebut lapisan permeabel. Lapisan yang sulit dilalui airbumi seperti lapisan liat atau lapisan debu disebut lapisan kedap air (aquiclude) dan lapisan yang menahan air seperti lapisan batuan disebut lapisan kedap air (aquifuge). Kedua jenis lapisan ini disebut lapisan impermeabel. Lapisan permeabel yang jenuh airbumi diatasnya disebut juga akifer (aquifer).
2.
Air bebas dan air terkekang (free water and confined water) Airbumi dalam akifer yang tertutup dengan lapisan impermeabel mendapat tekanan disebut air terkekang. Airbumi dalam akifer yang tidak tertutup dengan lapisan impermeabel disebut airbumi bebas. Permukaan airbumi di dalam sumur dari airbumi bebas adalah permukaan air bebas dan permukaan airbumi dari akifer adalah permukaan air terkekang. Jadi permukaan air bebas adalah batas antara zone jenuh dan zone aerasi. 3. Airbumi tumpang (perched water) Di dalam zone aerasi dapat terbentuk sebuah atau lebih lapisan impermeabel, dan airbumi yang terbentuk di atasnya disebut airbumi tumpang. Air tumpang ini tidak dapat dijadikan sebagai usaha pengembangan airbumi karena mempunyai variasi permukaan air dan volume air yang tidak besar. Banyaknya kandungan airbumi di suatu daerah tergantung pada : 1. Iklim/musim atau curah hujan. 2. Banyak sedikitnya vegetasi pelindung di daerah resapan. 3. Topografi misalnya kelerengan. 4. Derajat celah batuan. Mata Air Sumber utama mata air adalah airbumi. Airbumi dapat ditemui pada lapisan akifer. Jika akifer memotong permukaan tanah, mata air atau rembesan akan terbentuk (Linsley et al, 1996). Jenis-jenis mata air berdasarkan pemunculannya dibedakan menjadi empat jenis (Departemen PU, 1998), yaitu : 1. Mata air depresi Mata air yang muncul karena permukaan tanahnya terpotong oleh muka air tanah. Mata air ini banyak dijumpai terutama di kaki gunung api atau perbukitan. Sistem mata air ini mempunyai debit bervariasi, berkisar antara 1 ltr/dtk sampai lebih dari 10 ltr/dtk. Sistem mata air ini dikontrol oleh morfologi dan komposisi material penyusun litologi. Sistem input umumnya bersifat lokal berasal dari infiltrasi air hujan. Outputnya berupa mata air dan aliran effluent yang mengalir sebagai aliran sungai. 2. Mata air kontak Mata air yang muncul pada bidang kontak antara batuan yang berkelulusan
2
3.
4.
lebih besar di bagian atas dengan batuan yang berkelulusan lebih kecil di bawahnya. Misalnya pada lapisan batuan yang porous seperti batu pasir dan batuan piroklastik yang berada di atas (kontak) dengan lapisan impermeabel yang berada di bawahnya yaitu lempung. Akibatnya air tidak bisa meresap ke lapisan di bawahnya tetapi keluar ke permukaan berupa mata air. Sistem ini inputnya bersifat lokal berasal dari infiltrasi air hujan dengan output berupa mata air. Debit aliran bervariasi kurang dari 1 ltr/dtk sampai 2,2 ltr/dtk. Karakteristik fisik dari beberapa mata air yang diukur umumnya mempunyai suhu normal dan pH antara 6,38-8,69. Mata air patahan/artesis Mata air yang muncul dari ruang antar butir atau celahan yang diapit oleh lapisan kedap air pada bagian atas dan bawah. Sistem mata air ini terjadi pada pelapisan batu pasir dan batuan lempung. Akibat adanya sesar, air tanah tertekan yang terdapat pada lapisan batu pasir yang permeabel dapat keluar sebagai mata air. Variasi debit antara 1 ltr/dtk sampai dengan 30 ltr/dtk. Sistem ini inputnya bukan bersifat lokal akan tetapi seperti sistem akifer yang lainnya mempunyai pH normal. Mata air rongga/rekahan Mata air yang muncul melalui rongga atau lubang atau pipa saluran, biasanya pada lava vesikuler atau pada batu gamping. Sistem ini memiliki karakteristik yang khas untuk daerah karst yang terbentuk karena celah dan rekahan akibat kekar dan pelarutan pada batu gamping menjadi tempat untuk aliran air. Variasi debit antara 1 ltr/dtk sampai 30 ltr/dtk. Sifat fisik yang khas dari mata air rekahan dari batu gamping adalah pH yang tinggi. Sistem inputnya bukan berasal dari batu gamping tersebut. Sistem mata air ini dikontrol oleh litologi batu gamping, yang ditandai dengan terbentuknya ronggarongga dan aliran airbumi akibat pelarutan batu gamping.
Curah Hujan Curah hujan merupakan imput utama lapisan akifer yang mengandung airbumi dan menjadi pasokan utama mata air. Curah hujan yang digunakan untuk pengamatan suatu daerah akan lebih tepat
bila menggunakan beberapa pos pengamatan yang berada di sekitar daerah tersebut, sehingga tidak hanya terfokus pada satu titik. Rekaman data yang cukup panjang digunakan dalam menentukan tipe iklim. Sehingga banyak sedikitnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi akan mempengaruhi besar kecilnya jumlah kuantitas sumber air (Suharyadi, 2004). Jumlah, intensitas dan penyebaran hujan akan menurunkan kecepatan dan volume aliran permukaan. Jumlah curah hujan rata-rata yang tinggi dalam suatu periode kemungkinan tidak akan menyebabkan aliran permukaan atau banjir jika intensitasnya rendah. Demikian pula halnya jika suatu hujan intensitasnya tinggi, tetapi dalam periode yang singkat. Kapasitas suatu wilayah untuk menampung dan menyimpan air hujan dapat dipahami dengan data statistik curah hujan. Evaluasi dampak perubahan iklim terhadap sumber daya air perlu dilakukan untuk menunjukkan bagaimana ketersediaan air berubah sebagai akibat perubahan iklim dan peningkatan permintaan, juga meyakinkan pengelola sumber daya air untuk menyesuaikan perencanaan operasinya dengan kondisi yang baru (Pawitan, 2002). Penggunaan Lahan Penggunaan lahan diartikan sebagai setiap bentuk intervensi (campur tangan) manusia terhdap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materiil maupun spirituil (Arsyad, 1989). Tata guna lahan pada daerah resapan berpengaruh langsung terhadap infiltrasi dan menjadi bagian dari limpasan permukaan. Pada prinsipnya perubahan penggunaan lahan terhadap aliran permukaan diklasifikasikan menjadi empat yaitu perubahan karakteristik puncak aliran, perubahan volume limpasan, perubahan kualitas air dan perubahan pemunculan aliran air. Topografi Topografi memegang peranan penting dalam proses yang bersifat mempercepat maupun memperlambat proses pembentukan tanah. Hal ini sangat erat hubungannya dengan aliran atau tergenangnya air pada suatu tempat. Bentuk permukaan lahan yang miring mempercepat aliran air yang dapat berdampak pada membesarnya erosi tanah. Faktor topografi
3
yang penting adalah lereng. Lereng dinyatakan dalam persen atau derajat. Sistem Informasi Geografis Secara harafiah (Puntodewo, 2003), sistem informasi geografis (SIG) dapat diartikan sebagai suatu komponen yang terdiri dari perangkat keras serta lunak, data geografis dan sumberdaya manusia yang bekerja bersama secara efektif untuk menangkap, menyimpan, memperbaiki, memperbaharui, mengelola, memanipulasi, mengintegrasikan, menganalisa, dan menampilkan data dalam suatu informasi berbasis geografis. Informasi spasial memakai lokasi, dalam suatu sistem koordinat tertentu, sebagai dasar referensinya. Karenanya SIG mempunyai kemampuan untuk menghubungkan berbagai data pada suatu titik tertentu di bumi, menggabungkannya, menganalisa dan akhirnya memetakan hasilnya. Kemampuan inilah yang membedakan SIG dari sistem informasi lainnya. Data spasial dapat direpresentasikan dalam dua format yaitu vektor dan raster.
4
III. METODOLOGI 3.1 Tempat dan waktu penelitian Secara administratif, lokasi penelitian untuk mengidentifikasi mata air berada di Kecamatan Cidahu di bagian DAS Cimandiri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat. Penelitian ini dilakukan dari bulan Mei 2006 sampai November 2006. Pengolahan data dan analisis dilaksanakan di Laboratorium Hidrometeorologi Institut Pertanian Bogor. Tahap Awal dari penelitian ini dimulai dengan penyiapan proposal dilanjutkan dengan pengumpulan data dan penyajian hasil yang akan ditampilkan secara visual meliputi keseluruhan mata air hasil survey. Pengolahan data debit mata air menggunakan rekaman dengan kurun waku ≥ 1 tahun. 3.2 Bahan dan Alat 3.2.1 Bahan Bahan yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua jenis data, yaitu data spasial dan data non spasial. a) Data spasial, meliputi : Peta Rupa Bumi dengan skala 1 : 25.000 yang diproduksi oleh BAKOSURTANAL pada tahun 2003, yang didalamnya terdapat beberapa layer seperti: jalan, sungai, kontur (25 meter), administrasi desa dan informasi penutupan lahan. Peta Hidrogeologi dengan skala 1 : 100.000 yang diproduksi oleh Direktorat Tata Geologi Bandung pada tahun 1990. Infomasi layer yang dapat diambil dari peta ini meliputi : litologi, sebaran akifer, dan jenis tanah. Citra Landsat dengan resolusi 30 meter yang diakses secara gratis dari http://glcfapp.umiacs.umd.edu. Data landsat yang digunakan adalah data Landsat Tm path 122 row 65 akuisisi pada tanggal 28 Juli 1991 dan Landsat Etm path 122 row 65 akuisisi pada tanggal 12 Mei 2001. Data GPS yang diambil dari hasil survei lapangan yang menghasilkan beberapa infomasi, yaitu: posisi mata air, trak jalan, dan informasi tutupan lahan.
b)
Data Non Spasial, meliputi : Data curah hujan yang didapatkan dari Balai PSDA CisadeaCimandiri, Kabupaten Sukabumi. Data curah hujan yang didapat meliputi tahun 1984 sampai 2005. Data debit mata air Cikubang 2001-2006. Data statistik Kecamatan Cidahu tahun 1996, meliputi informasi jumlah penduduk, wilayah administrasi dan potensi mata air. Profil melintang litologi mata air Cikubang yang diperoleh dari PT. Aqua Golden Mississipi.
3.2.2 Alat Beberapa alat yang digunakan dalam penelitian ini, adalah: GPS (Global Position System) untuk survei dan mengambil data dilapang Software Arc-View untuk analisa data spasial Microsoft Office; Excel, Word, Powerpoint. 3.3 Tahap dan Metode Beberapa tahap yang dilakukan dalam penelitian ini, yaitu: a) Tabulasi data Data yang digunakan berupa data spasial dan non spasial. Untuk mendapatkan data primer dilakukan dengan cara survey ke lokasi penelitian dan interview dengan stakeholder yang berhubungan dengan mata air Cidahu. Sedangkan untuk kebutuhan data sekunder didapatkan dari beberapa instansi terkait. b) Validasi data Setelah semua data spasial dan non spasial terkumpul, tahap selanjutnya dengan melakukan pengkoreksian data dengan beberapa referensi. Referensi ini meliputi data yang didapatkan dari data statistik kecamatan, dan data hasil browsing dari internet yang berkaitan dengan mata air Cidahu. c) Pengolahan data Data spasial yang masih berupa data peta digital tematik akan didigitasi secara on screen digitasi menggunakan Arcview untuk mendapatkan data SIG sesuai
5
pada BB, BL, BK tahun demi tahun selama periode pengamatan yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rataratanya. Diasumsikan data curah hujan bulanan dalam masing-masing tahun tersebut diartikan dengan jumlah bulan basah, ditambah jumlah bulan kering sama dengan 12 bulan. Hasil dari kaitan tren perubahan curah hujan jumlah bulan kering dan jumlah bulan basah pada setiap stasiun disajikan dalam bentuk grafik dengan persamaan linier.
dengan parameter yang akan dianalisa. Parameter hidrogeologi yang mencakup jenis tanah, litologi, dan sebaran akifer. Pembuatan peta topologi yang berisi informasi layer jalan, sungai, batas administrasi untuk menunjukkan lokasi penelitian. Sedangkan layer kontur akan diturunkan menjadi peta kelerengan, ketinggian tempat dan sebaran sub das.
Data raster dianalisa dari data citra satelit landsat untuk penutupan lahan Tahun 1991 dan 2001. Pengklasifikasian dilakukan secara unsupervised (tak terbimbing) dengan pembagian 50 kelas dan disederhanakan lagi dengan validasi data dari data GPS menjadi tujuh kelas, yaitu: hutan, perkebunan, tegal, sawah, pemukiman, tanah terbuka dan awan. Data non spasial yang berupa data curah hujan dan debit setalah dilakukan validasi selanjutnya akan dipolakan dengan grafik. Pengolahan karakteristik statistik data curah hujan meliputi nilai maksimum, minimum, dan penentuan tipe iklim. Metode untuk menganalisa tren perubahan curah hujan jumlah bulan basah dan jumlah bulan kering dalam skala waktu tahunan yang digunakan yaitu klasifikasi Schmidt Ferguson. Klasifikasi ini menggunakan data curah hujan bulanan paling sedikit sepuluh tahun. Klasifikasi Schmidt Ferguson terbagi atas : BB = bulan basah yaitu bulan dengan hujan > 100 mm BL = bulan lembab yaitu bulan dengan hujan 60-100 mm BK = bulan kering yaitu bulan dengan hujan < 60 mm Penentuan dalam metode klasifikasi Schmidt Ferguson
Analisa deret waktu debit yang mencakup nilai maksimum, minimum dan pola tren musiman. Untuk mata air tertentu yang memiliki rekaman data untuk kurun waktu ≥ 1 tahun. Dalam penelitian ini dipillih data debit mata air Cikubang.
d) Overlay data Tahap akhir penyajian peta spasial secara visual dari berbagai parameter yang telah dikombinasikan dengan proses union data. e)
Intepretasi dan Lay out a. Pengeplotan dalam bentuk grafik deret waktu linier data curah hujan bulanan yang didapat dari stasiun curah hujan yang berada di sekitar mata air, hal ini dilakukan untuk mengetahui pola tren yang ada. b. Mengidentifikasi adanya keterkaitan pola musiman antara curah hujan terhadap debit mata air. c. Penyajian yang membandingkan penampang melintang geologi yang diperoleh dari peta hidrogeologi dan Mata Air Cikubang dari PT Aqua. d. Mengidentifikasi daerah resapan mata air.
6
IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN 4.1
Letak Geografis Lokasi penelitian skripsi ini dilakukan di Kecamatan Cidahu, Kabupaten Sukabumi. Secara geografis Kecamatan Cidahu terletak pada 106° 42′ 11″ - 106° 46′ 15″ BT dan 6° 42′ 25″ - 6° 48′ 11″ LS (Gambar 1). Secara administrasi,
pemerintahan Kecamatan Cidahu dibatasi dengan daerah lain (Kecamatan Cidahu dalam Angka, 1996), yaitu : Sebelah utara : Gunung Salak (Kabupaten Bogor) Sebelah selatan : Kecamatan Cicurug dan Kecamatan Parungkuda Sebelah barat : Kecamatan Parakansalak Sebelah timur : Kecamatan Cicurug
Gambar 1. Peta administrasi Kecamatan Cidahu Tabel 1. Luas wilayah per desa di Kecamatan Cidahu Nama Desa Cidahu Girijaya Tangkil Jayabakti Pasir Doton Babakan Pari Pondokaso Tonggoh Pondokaso Tengah
Kecamatan Cidahu Cidahu Cidahu Cidahu Cidahu Cidahu Cidahu Cidahu
Daerah Cidahu berada di wilayah lereng selatan Gunung Salak, dengan ketinggian antara 500 – 800 mdpl. Kecamatan Cidahu memiliki luas sebesar 3541 ha. Wilayah Kecamatan Cidahu terletak 37 km sebelah barat dari kota Sukabumi, 100 km arah barat Bandung sebagai ibukota Propinsi Jawa Barat dan 112 km arah timur dari Jakarta (Anonymous,
Kabupaten Sukabumi Sukabumi Sukabumi Sukabumi Sukabumi Sukabumi Sukabumi Sukabumi
Luas (Ha) 1649 504 315 341 164 186 124 258
1996). Jumlah penduduk di wilayah ini sekitar 54 ribu orang dan menyebar dalam delapan desa. Tingkat kepadatan penduduk sekitar 3200 orang/km (Tabel 2), tingkat pendidikan sekitar 80 % penduduk mengenyam pendidikan setingkat SD (Lampiran 2). Sebagian besar mata pencaharian penduduk adalah bertani yaitu 88 % (Lampiran 3), namun demikian 65 % tidak memiliki lahan (Lampiran 4 ).
7
Tabel 2. Karakteristik penduduk Kecamatan Cidahu 2003 Desa 1 2 3 4 5 6 7 8
Pondokkaso Tonggoh Babakan Pari Pondokkaso Tengah Cidahu Tangkil Jayabakti Girijaya Pasirdoton Total
Populasi Luas (ha) Populasi Sex Ratio Laki-laki Perempuan Total 3198 2947 6145 100 61 109 3053 2664 5717 217 26 115 2679 2646 5325 259 21 101 4831 4323 9063 1224 7 114 3967 3414 7381 319 23 116 5189 4876 10065 320 31 106 3207 3076 6283 357 18 104 2385 2018 4403 121 36 118 28509 25873 54382 1694 32 110 Sumber : Laporan bulanan kependudukan Kecamatan Cidahu, 2005.
4.2
Keadaan Iklim Kecamatan Cidahu mempunyai iklim tropik dengan tipe iklim B (Schmidt dan Ferguson), dan tipe iklim Af (Koppen) dengan curah hujan rata-rata tahunan
sebesar 4225 mm, suhu udara berkisar antara 20 - 30 ˚C (berdasarkan pencatatan suhu di stasiun Pakuwon), dengan kelembaban udara 85 – 89%.
4.3
4.6
Kondisi Geologi Kecamatan Cidahu terletak di antara Gunung Salak dan Pangrango. Lapisan tanah yang terbentuk pun merupakan hasil letusan gunungapi. Sebagian besar wilayah didominasi oleh endapan gunungapi muda yang menyebar hingga ke arah selatan. Di arah barat laut dan utara terbentuk oleh kandungan lava. 4.4
Kondisi Hidrogeologi Keadaan hidrologi di Kecamatan Cidahu pada umumnya cukup baik. Berdasarkan data geohidrologi dari dinas geologi dan tata lingkungan Propinsi Jawa Barat, 37,12 % atau 1554,27 Ha merupakan akifer dengan produktivitas sedang dan penyebaran akifer dengan keterusan sangat beragam. Muka air tanah umumnya kurang dari 5 ltr/dtk. Sedangkan 2,88 % atau 2632,75 ha merupakan akifer dengan produktivias sedang dengan penyebaran akifer dan muka air tanah sangat beragam, debit sumur umumnya kurang dari 5 ltr/dtk. Sebagian besar penduduk memanfaatkan sumber air dari sumur dangkal (4301 KK), selain itu sebanyak 444 KK mendapat suplai dari PDAM (Tabel 10).
Sosial Jumlah keluarga prasejahtera dan sejahtera I sebesar 6072 keluarga pada tahun 2001/2002. Ada 27 TK, 26 SD, 7 SLTP, 1 SLTA, 34 Pondok pesantren dan 3 seminari. 4.7
Aspek Kehidupan Potensi utama kecamatan Cidahu adalah pada sektor padi sawah, palawija dan perikanan air tawar. Potensi perikanan darat yang paling besar di wilayah ini adalah ikan kolam air deras dengan produksi 99 ton selama tahun 2003 Di sektor peternakan, ada 202 keluarga memelihara ternak (besar/kecil) dan 502 keluarga peternak unggas.
4.5
Pemerintahan Berdasarkan data survey potensi desa tahun 2003 diketahui dari delapan desa yang ada di wilayah Kecamatan Cidahu mempunyai 50 RW dan 210 RT.
8
V. HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1. Deskripsi Kondisi Fisik Daerah Mata Air 5.1.1. Topografi Tabel 3. Jarak mata air terhadap aliran sungai terdekat No
Nama Mata Air
Pengguna Jasa
Desa
Jarak dari Sungai Terdekat
1
Cipanas
PT Dua Tang, PDAM Kab Sukabumi, masyarakat
Pasir Doton
<50 m
2 3 4 5 6
Cigombong Cibojong Cisalada Manglid Cikubang Cikubang hilir
PT Tirta Food Aritama PT Kelvin Sahabat Dispenser PT Cisalada Jaya Tirtatama PT Aqua Golden Mississipi PT Alto
Pasir Doton Cidahu Babakan Pari Babakan Pari Babakan Pari
<50 m <50 m > 100 m > 100 m <50 m
Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat tiga mata air di Desa Babakan pari. Keseluruhan pengguna mata air tersebut merupakan perusahaan Air Minum Dalam Kemasan (AMDK) dan semuanya dipergunakan sebagai air baku untuk perusahaan air minum. Setelah dilakukan survey, diperoleh data enam mata air yang
dimanfaatkan sebagai sumber perusahaan AMDK. Berdirinya perusahaan tersebut membantu perekonomian masyarakat sehingga daya beli masyarakat diharapkan dapat meningkat. Perusahaan tersebut juga tidak memprivatisasi kuantitas mata air yang dikelolanya, sebab perusahaan memberikan hak 10 % kuantitas air untuk masyarakat.
Gambar 2. Bagian Mata Air Cikubang yang dimanfaatkan oleh masyarakat
Gambar 3. Bagian Mata Air Cipanas yang dimanfaatkan oleh masyarakat
9
Gambar 4. Peta kelerengan Kecamatan Cidahu Tabel 4. Derajat kelerengan mata air Kecamatan Cidahu No
Nama Mata Air
Pengguna Jasa
Desa
1
Cipanas
PT Dua Tang, PDAM Kab Sukabumi, masyarakat
2
Cigombong
PT Tirta Food Aritama
3
Cibojong
PT Kelvin Sahabat Dispenser
4
Cisalada Manglid
PT Cisalada Jaya Tirtatama
5
Cikubang
PT Aqua Golden Mississipi
6
Cikubang Hilir
PT Alto
Mata air yang berada di Desa Babakan Pari, arah selatan Kecamatan Cidahu memiliki elevasi yang lebih rendah dibanding ketiga mata air lainnya. Tabel 4 menunjukkan bahwa mata air yang digunakan oleh PT Aqua dan PT Alto yang berada pada lereng yang lebih curam dibanding keempat mata air lainnya. Semakin terjal suatu daerah maka kesempatan untuk meneruskan air ke lapisan dibawahnya pun semakin kecil, sehingga kemungkinan untuk terjadinya limpasan permukaan cukup tinggi. Begitu pula sebaliknya. Dilihat dari aspek kelerengannya, Mata Air Cigombong, Cibojong, dan Cikubang hilir berada pada wilayah yang datar. Pada permukaan tanah
Pasir Doton Pasir Doton Cidahu Babakan Pari Babakan Pari Babakan Pari
Elevasi (mdpl)
Lereng (˚)
Aspek Lereng
525
4
Tenggara
575
0
Datar
650
1
Datar
468
7
Utara
469
7
Utara
475
2
Datar
yang datar, percikan air hujan yang jatuh pada daerah tersebut tidak menjadi masalah, karena percikan tanah akan tersebar secara acak ke segala arah dengan jarak yang relatif sama dari titik pusat butir hujan jatuh. Di sisi lain, hujan yang jatuh pada bentukan lahan yang miring (mempunyai derajat kelerengan yang besar) mengalami proses yang berbeda. Percikan tanah akan lebih dominan ke arah bawah dan jarak lemparannya juga lebih jauh ke arah bawah. Hal ini cenderung menyebabkan terjadinya erosi. Daerah yang terkikis akan menyebabkan muka airbumi menyesuaikan diri dengan titik-titik terdalam pengikisan. Adanya proses erosi yang mencapai akifer dapat mempengaruhi airtanah yang dikandungnya sehingga keluar sebagai mata air.
10
5.1.2. Geomorfologi
Gambar 5. Peta sebaran bentukan lahan Kecamatan Cidahu Geomorfologi terbentuk akibat aktivitas vulkanik gunung Salak dan gunung Pangrango. Keenam mata air di Kecamatan Cidahu berada di lereng gunungapi. Pengklasifikasian geomorfologi berdasarkan aktivitas vulkanik sebagai berikut (Takhmat U et al., 1995) : 1. Kerucut gunung api Hasil aktivitas gunungapi berbentuk kerucut dan terletak pada bagian paling atas dari gunungapi, bentuk lereng cekung dengan kemiringan antara 21 – 88°. Satuan morfologi ini mempunyai ciri umum dengan ketinggian berkisar antara (1200-2958) mdpl. Litologi penyusun batuan ini terutama dari endapan gunung api berupa tufa, breksi, lava, dan aglomerat. Drainase sangat baik dengan kedalaman air tanah dangkal sampai sedang. Kedudukan muka airbumi sungai umumnya jauh di dasar lembah dan dipasok oleh airbumi yang mulai terbentuk di daerah dengan kelerengan terjal. Tata guna lahan pada satuan morfologi ini terutama berupa hutan belukar dan tegalan. Morfologi demikian umumnya ditafsirkan sebagai daerah resapan airbumi. 2. Lereng gunungapi Ada tiga kelas lereng gunungapi yaitu atas, tengah dan bawah. Lereng gunungapi atas merupakan hasil dari aktivitas gunungapi yang terletak di bawah kerucut gungungapi sampai lereng gunungapi tengah, kemiringan antara 5-21º. Satuan morfologi ini
3.
mempunyai ciri umum dengan ketinggian berkisar antara 400-1200 mdpl. Tata guna lahan biasanya berupa daerah persawahan, pusat permukiman dan pertanian tanah kering (berupa tegalan dan ladang). Morfologi ini umumnya merupakan daerah resapan, tempat dimana airbumi mulai terbentuk pada daerah-daerah tertentu muncul ke permukaan berupa mata air. Satuan morfologi lereng gunungapi atas ini tepatnya berada di bagian paling hulu Gunung Salak dan Gunung Pangrango. Dengan topografi bergelombang dan berbukit, tersusun atas breksi ,tufa, batu pasir dan konglomerat. Sedangkan di bagian bawah hulu merupakan satuan morfologi lereng gunungapi tengah yang terletak di antara gunungapi atas dan bawah, umumnya berbentuk cekung, topografi berombak sampai bergelombang, terdiri atas andesit, breksi, aliran lava, lahar, dan lapili. Berdasarkan ketinggian, keenam mata air tesebut cenderung berada pada satuan lereng bagian tengah hingga bawah. Tanah yang berada pada lereng yang berbentuk cekung umumnya mempunyai kedalaman tanah lebih dalam dan mempunyai tingkat kesuburan lebih tinggi. Kaki gunungapi Hasil aktivitas gunungapi berupa akumulasi dari endapan piroklastik dan terletak pada kaki gunungapi, bentuk lereng umumnya lurus dan topografi
11
4.
datar, tersusun atas material piroklastik, kedalaman air tanah dangkal. Bukit gunungapi terdenudasi Gunungapi yang telah mengalami denudasi lebih lanjut baik berupa erosi maupun longsoran, berbentuk tak beraturan dengan kemiringan lereng antara (16-45 %), topografi berombak sampai bergelombang, terdiri atas breksi, aliran lava dan tufa batu apung. Kedalaman airbumi sedang-dangkal.
5.
Kerucut parasiter/gawir Terbentuk alibat aliran lava yang menerobos melalui celah-celah baru dan membentuk kerucut gunungapi. Bentuk lereng umumnya cekung dengan kemiringan (25-45%), topografi berombak sampai bergelombang, terusun atas lava dan breksi yang bersifat basa diselingi oleh pasir gunungapi. Kedalaman air tanah sedang-dalam. Satuan morfologi ini berada di sekitar lereng gunung Salak.
5.1.3. Litologi
Gambar 6. Peta sebaran litologi Kecamatan Cidahu Berdasarkan letaknya, gunung ini termasuk dalam busur gunungapi Sunda. Mengacu pada pembagian tipe gunungapi aktif di Indonesia, menurut Neuman van Padang (1951) dalam Bronto 2001, gunung ini termasuk dalam gunungapi aktif Tipe B yang kegiatannya terjadi pada masa prasejarah atau sebelum tahun 1600. Penentuan sebagai gunungapi disini berdasarkan bentuk tubuh gunungapi yang umumnya berupa kerucut komposit dan kenampakan kegiatan magmanya di permukaan bumi. Semenjak tahun 1600-an tercatat terjadi beberapa kali letusan, di antaranya rangkaian letusan antara 16681699, 1780, 1902-1903, dan 1935. Letusan terakhir terjadi pada tahun 1938, berupa erupsi freatik (www.wikipedia.org/wiki/GunungSalak). Saat ini aktivitas Gunung Salak berada pada tingkat kegiatan fumarola dan solfatara, kegiatan magmatis termuda adalah kemunculan kubah lava ± pada tahun 1515 (Kadarisman, 1989). Berdasarkan sejarah geologinya, Gunung Salak terbentuk akibat
dari proses orogenesa (pengangkatan muka bumi yang diikuti oleh pembentukan pegunungan) yang terjadi pada zaman PlioPleistosen. Hal ini erat kaitannya dengan aktivitas tektonik di Selatan Jawa, berupa subduksi atau tumbukan antara lempeng Eurasia dengan lempeng Indo-Australia. Proses tumbukan mengakibatkan terjadinya proses melting (pelelehan dari batuan yang bertumbukan) yang mengakibatkan terbentuknya lelehan/cairan magma di perut bumi. Selanjutnya cairan magma ini menerobos suatu bidang lemah (bidang rekahan) yang berhubungan dengan permukaan bumi, sehingga cairan magma tersebut suatu saat akan mencapai permukaan bumi dan terbentuklah gunungapi. Struktur geologi yang ditemukan berupa struktur sesar dan struktur kawah Peristiwa erupsi ini akan mengeluarkan produk gunung api yang kemudian akan mengendap di sekitar gunung api tersebut. Endapan vulkanik tua memiliki susunan batuan yang lebih kompak/rapat dibanding endapan vulkanik muda. Di bagian utara
12
daerah ini didominasi oleh lava. Namun keenam mata air tersebut berada pada satuan geologi yang sama yaitu endapan vulkanik muda. Pengelompokkan tiga satuan geologi menurut Wibowo et al. (2003) secara sederhana adalah : 1. Batuan sedimen berumur miosen yang terdiri dari batu gamping terumbu, pasir, breksi tufaan, tufa, batu apung dan nafal 2. Endapan permukaan berumur halosen terdiri dari alluvium dan kolovium berupa pasir lanau, lempung kerikil dan kerakal serta gunungaapi kuarter yang diendapkan kembali sebagai kipas alluvial. 3. Batuan gunungapi yang berumur kuarter, terdiri dari aliran lava, lahar,
breksi, andesit, basal, lapili dan batuan gunungapi yang tidak teruraikan. Endapan vulkanik muda yang terbentuk tergolong dalam batuan gunungapi yang berumur kuarter, artinya lapisan ini merupakan lapisan teratas dan terjadi sebagai hasil letusan terakhir sehingga umur batuan tersebut tergolong muda. Breksi yang menjadi salah satu bentuk batuan ini merupakan batuan yang berpotensi dalam menyimpan air, sebab adanya porositas yang tinggi. Endapan vulkanik berpotensi sebagai media aliran air baik itu air yang berasal dari curah hujan dan berperkolasi sehingga menjadi aliran airbumi maupun aliran mata air yang berasal dari airbumi, bahkan untuk terbentuknya jalan aliran mata air baru.
5.1.4. Hidrogeologi
Gambar 7. Peta sebaran akifer Kecamatan Cidahu Dari hasil pemetaan, Kecamatan Cidahu terbagi atas empat wilayah akifer yaitu akifer produktif setempat, akifer produktif tinggi dengan penyebaran luas, akifer produktif sedang dengan penyebaran luas dan daerah air tanah langka. Produktivitas tinggi dicirikan oleh : 1. Di hulu sistem akifer berhubungan dengan daerah resapan (suplai airbumi dari hulu besar). 2. Besaran dari batuan akifer tersebar luas dan tebal. Produktivitas setempat dicirikan oleh : 1. Di hulu sistem akifer berhubungan dengan daerah resapan.
2. Besaran dari batuan akifer tersebar terbatas dengan skala lebih kecil karena dikelilingi oleh lapisan non akifer di sekitarnya. Produktivitas langka dicirikan oleh : 1. Di hulu sistem akifer tidak berhubungan langsung dengan daerah resapan sehingga suplai air sedikit. 2. Sistem akifer tertutup oleh lapisan non akifer. Keenam mata air hasil survey berada pada wilayah akifer produktifitas sedang dengan penyebaran luas. Hal ini juga ditunjukkan oleh peta cekungan airbumi yang dikeluarkan oleh Dinas Pertambangan Kabupaten Sukabumi tahun 2005 yang
13
menunjukkan adanya cekungan airbumi yang potensial (Lampiran 14). Keseluruhan mata air tersebut mengalir sepanjang tahun. Hal ini menunjukkan kuantitas airbumi yang
besar sehingga mampu memasok kuantitas mata air yang berkesinambungan sepanjang tahun.
5.1.5. Keadaan Tanah Terdapat tiga variasi jenis tanah berdasarkan ordo tanah yang berbeda di Kecamatan Cidahu yaitu vertisol, entisol dan andisol. Melihat dari sebaran data di Kecamatan Cidahu sebagian besar jenis tanah adalah vertisol. Jenis Tanah entisol
yang merupakan jenis tanah muda banyak tersebar di Desa Cidahu dan Desa Girijaya yang berada di bagian topografi atas. Sedangkan dari hasil survei dan analisa peta daerah, sebaran mata air terdapat di daerah dengan jenis tanah vertisol.
Gambar 8. Peta sebaran tanah Kecamatan Cidahu Tabel 5. Luas sebaran jenis tanah Kecamatan Cidahu Nama Cidahu Girijaya Tangkil Jayabakti Pasir Doton Babakan Pari Pondokaso Tonggoh Pondokaso Tengah
Vertisol (Ha) 142 215 315 341 164 186 124 258
Berikut merupakan keterangan mengenai masing-masing jenis tanah (Rachim dan Suwardi, 1999) : 1. Andisols Andisol adalah tanah yang berwarna hitam kelam, sangat porous mengandung bahan organik dan liat amorf terutama alofan serta sedikit silica, alumina atau hidroxida-besi. Tanah tipe ini sangat gembur, tidak
Entisol (Ha) 1431 289 0 0 0 0 0 0
2.
Andisol (Ha) 76 0 0 0 0 0 0 0
Total (Ha) 1649 504 315 341 164 186 124 258
plastis, tak lekat, struktur remah atau granuler. tanah ini ditemui pada desa Cidahu bagian selatan dan merupakan tanah yang memiliki proporsi paling kecil dalam wilayah penelitian. Vertisols Jenis tanah ini masih dikenal dengan nama grumusol. Tanah ini dicirikan oleh adanya tekstur lempung dengan struktur lapisan atas yang
14
granuler dan lapisan bawah yang bergumpal atau pejal, mengandung kapur, koefisien mengembang mengkerut tinggi jika dirubah kadar airnya, Dengan kandungan liat yang melebihi 30 % mengindikasikan gerakan air dan keadaan aerasi yang buruk. Bahan induk terbatas pada tanah bertekstur halus atau terdiri atas bahanbahan yang sudah mengalami pelapukan seperti batu kapur, batu napal, tufa, endapan alluvial dan abu vulkanik, dan warna tanah dipengaruhi oleh jumlah humus dan kadar kapur. Bahan induk berkapur dan berlempung sehingga kedap air. Tanah ini memiliki kandungan besi fero, dan drainase yang buruk. Kandungan bahan organik umumnya 1,5 – 4 %. Sifat-sifat fisik tanah vertisol menyebabkan jenis tanah ini sangat peka terhadap bahaya erosi dan longsoran, terutama karena penutupan lahan yang berada di sekitar keenam mata air tersebut berupa tegalan,
3.
sehingga memperbesar kecenderungan terjadinya erosi. Entisols Entisol adalah tanah yang baru mulai berkembang yang dicirikan oleh belum terjadinya perkembangan horizon tanah. Entisol meliputi tanahtanah yang berada di atas batuan induk atau tanah yang berkembang dari bahan yang masih baru atau dengan kata lain belum mengalami perkembangan tanah akibat pengaruh iklim yang lemah, letusan vulkanik atau topografi yang terlalu miring atau bergelombang. Daerah Cidahu yang didominasi oleh jenis entisol berasal dari abu vulkanik karena letaknya yang berada pada lereng gunung. Yang diartikan sebagai abu vulkanik merupakan semua bahan vulkanik hasil erupsi yang dikeluarkan gunungapi berupa debu, pasir, kerikil, dan lapili. Aliran lahar mengalir dari puncak ke lereng kemudian melebar di kaki gunung yang datar. Tanah ini kaya hara tanaman sehingga tidak mengherankan bahwa luasan hutan terbesar pun ditemui di Desa Cidahu.
5.1.6. Tata Guna Lahan Seperti terlihat pada Gambar 9 dan 10, Desa yang memiliki luas terbesar adalah Desa Cidahu yaitu 1649 ha yang berada di utara Kecamatan Cidahu, dan yang terkecil adalah Desa Pondokkaso Tonggoh yaitu 124 ha. Untuk tahun 2001, luas areal hutan yang paling besar berada di wilayah Desa Cidahu, hal ini dikarenakan wilayah desa masih termasuk ke daerah hulu sebagai kawasan hutan konservasi. Kawasan hulu ini juga berperan sebagai daerah resapan. Secara keseluruhan untuk setiap desa terjadi pengurangan luasan hutan yang cukup signifikan. Areal no data membuat nilai yang real untuk jumlah masing-masing penutupan lahan menjadi kurang mendekati kenyataan, sebab ada kemungkinan proporsi dari penggunaan lahan dari suatu desa berubah. Nilai terkecil untuk penutupan lahan Desa Pondokkaso Tengah, Pasir Doton, Tangkil, Jayabakti, dan Cidahu adalah daerah pemukiman. Untuk Desa Pondokkaso Tonggoh dan Babakan Pari adalah perkebunan, sedang penutupan lahan
terkecil Desa Girijaya merupakan tanah terbuka. Dalam kurun waktu sepuluh tahun, yaitu dari 1991 sampai 2001, luas total untuk hutan adalah 1544 ha kemudian menurun menjadi 701 ha pada tahun 2001, terjadi penambahan wilayah perkebunan seluas 342 ha yang semula memiliki luas 366 ha menjadi 708 ha pada tahun 2001, terjadi penurunan luas wilayah tegalan sebesar 206 ha. Luas wilayah pemukiman bertambah 39 ha yang cenderung terkonsentrasi di Desa Tangkil. Dengan bertambahnya penduduk dapat dipastikan terjadi pertambahan wilayah yang digunakan untuk memenuhi kesejahteraan hidup, dan salah satunya contohnya adalah areal persawahan yang semula sebesar 91 ha meningkat menjadi 305 ha. Tanah terbuka pun bertambah luas yaitu dari satu ha menjadi lima ha. Nilai spesifik mengenai perubahan penutupan lahan terdapat pada Lampiran 6.
15
Gambar 9. Peta penutupan lahan Kecamatan Cidahu tahun 1991
Gambar 10. Peta penutupan lahan Kecamatan Cidahu tahun 2001 Bagian bawah kawasan hutan didominasi oleh tusam (Pinus merkusii) dan rasamala (Altingia excelsa). Kemudian, sebagaimana umumnya hutan pegunungan bawah di Jawa, terdapat pula jenis-jenis pohon puspa (Schima wallichii), saninten (Castanopsis sp.), pasang (Lithocarpus sp.) dan aneka jenis huru (suku Lauraceae). Di hutan ini, pada beberapa lokasi, terutama di arah Cidahu, Sukabumi, ditemukan pula jenis tumbuhan langka raflesia (Rafflesia rochussenii) yang menyebar terbatas sampai Gunung Gede dan Gunung Pangrango di dekatnya (www.wikipedia.org/wiki/GunungSalak). Luas hutan yang mengalami perubahan selama sepuluh tahun tersebut hampir setengahnya, hal ini sangat memprihatinkan sebab hutan berperan sebagai daerah resapan dan penyangga. Permukaan tanah yang
terlindung oleh hutan akan menghasilkan aliran permukaan yang relatif rendah dan erosi yang ringan. Hal ini disebabkan karena vegetasi hutan melindungi permukaan tanah dari bahaya penguraian agregat oleh butirbutir hujan yang jatuh dari atmosfer, terlebih curah hujan yang jatuh di Kecamatan Cidahu cukup tinggi yaitu 3541 mm/tahun (rataan aritmatik periode 1984-2005). Pinus, sebagai vegetasi hutan yang dominan, cukup efektif dalam melindungi permukaan tanah oleh adanya tajuk yang berlapis-lapis. Hutan juga menghambat aliran permukaan sehingga proses pengangkutan butir-butir tanah oleh aliran permukaan terhambat. Hutan juga berperan dalam peningkatan koefisien kekasaran permukaan, terutama oleh serasah dan tumbuh-tumbuhan bawah. Dengan terhambatnya aliran permukaan tersebut maka bertambahlah kesempatan air
16
untuk meresap ke dalam tanah dan menjadi pasokan airbumi. Data penutupan lahan yang digunakan di atas diolah secara garis besar sehingga menghasilkan tujuh penutupan lahan dan nilai tersebut dibandingkan dengan data 5.1.7.
penggunaan lahan pada lampiran 7. Dari keduanya dapat dilihat bahwa lahan sebagian besar telah digunakan sebagai lahan budidaya baik itu untuk areal perkebunan, tegalan ataupun sawah.
Potensi Sumberdaya Air
Kecamatan Cidahu merupakan wilayah yang potensial sebagai sumber air. Hal ini dapat dilihat dari kuantitas sumber mata air yang terdapat disana. Penggunaan
mata air tersebut selain untuk masyarakat juga untuk berbagai keperluan usaha, baik itu Air Minum dalam Kemasan (AMDK) atau jenis industri lain.
Tabel 6. Daftar Mata air di Kecamatan Cidahu No 1 2 3 4 5 6 7 8
Mata air Desa Pengguna Jasa Cipanengah Masyarakat atas kepemilikan Hj. Soleh Cidahu Ciloa PT Aquina Papisangan Jayabakti Masyarakat Cibuntu Pondokkaso Tengah BandAir, Basomas, Ades, Sejuk Cipanas Pasirdoton 2 Tang, Aires, PDAM Kab. Sukabumi Citaman Tangkil Masyarakat Giriaya Girijaya Masyarakat Cikubang Babakan Pari PT Aqua, PT Alto, PT Agra Sumber : Wawancara dengan Pak Ading selaku sekretaris Kecamatan Cidahu
Dari delapan desa yang terdapat di Kecamatan Cidahu, hanya desa Pondokkaso Tonggoh yang tidak memiliki mata air. Keseluruhan mata air pada Tabel 6. merupakan mata air pegunungan yang selalu mengalir sepanjang tahun.
Mata air Cibuntu sebagai salah satu mata air di wilayah ini tidak ikut dicantumkan karena dari daftar mata air Balai PSDA Cisadea-Cimandiri (Lampiran 12) termasuk dalam Kecamatan Parungkuda, sehingga belum disurvey. Daftar mata air hasil survey dicantumkan pada Tabel 7.
Tabel 7. Posisi sebaran mata air Kecamatan Cidahu No 1 2 3 4 5 6
Posisi (UTM/WGS 84) X Y 692593
9248929
692676 691663
9249630 9250980
695316
9248993
695311
9248990
695091
9249016
Nama Mata Air
Pengguna Jasa
Debit (l/s)
Cipanas
PT Dua Tang, PDAM Kab Sukabumi, masyarakat
750
Cigombong
PT Tirta Food Aritama
13
Cibojong Cisalada Manglid
PT Kelvin Sahabat Dispenser
20
PT Cisalada Jaya Tirtatama
37
Cikubang
PT Aqua Golden Mississipi
120
Cikubang hilir
PT Alto
20
Bila dijumlahkan secara keseluruhan, maka kuantitas keenam mata air tersebut sebesar 41 juta m3 per tahun. Informasi dari peta cekungan airbumi yang dikeluarkan oleh Dinas Pertambangan
Desa Pasir Doton Pasir Doton Cidahu Babakan Pari Babakan Pari Babakan Pari
Kabupaten Sukabumi menyatakan bahwa kuantitas airbumi sebesar 34 juta m3 per tahun, sehingga demikian menunjukkan adanya penarikan air yang melebihi kapasitas. Namun perlu diingat bahwa baru
17
enam mata air yang digunakan oleh perusahaan AMDK tersebut sedangkan masih banyak mata air lain yang belum diberdayakan dan diinventarisir. Dan kenyataan di lapang menunjukkan bahwa air tersebut tidak pernah surut dan dari volumenya selalu konstan sepanjang tahun. Sehingga demikian perlu diteliti lebih lanjut nilai spesifik dari airbumi tersebut.
Mata air Cipanas merupakan mata air dengan debit terbesar. Dari laporan akhir mengenai Kajian biofisik dan sosial ekonomi jasa lingkungan DAS, studi kasus : DAS Cicatih-Cimandiri, pada tanggal 20 Juni 2006 dilakukan pengukuran debit mata air tersebut pada saluran berbentuk cipoleti dan diperoleh hasil sebagai berikut :
Gambar 11. Penampang saluran Mata air Cipanas
V4
V5
V6
V1
V2
V3
50
Gambar 12. Penampang melintang titik pengukuran pada saluran mata air Cipanas Tabel 8. Pengukuran salah satu saluran Mata Air Cipanas Kode V1 V2 V3 V4 V5 V6
Area (m2) 0.051 0.048 0.051 0.051 0.048 0.051
Kecepatan (putaran/30 s) 237 246 235 241 248 235
* menggunakan persamaan berikut :
⎛ putaran ⎞ V = 0.1065 * ⎜ ⎟ + 0.018 ⎝ det ik ⎠
Kecepatan (putaran/s) 7.9 8.2 7.83 8.03 8.27 7.83
Kecepatan (m/s)* 0.8594 0.8913 0.8523 0.8736 0.8984 0.8523
Q (m3/s) 0.043829 0.042782 0.043467 0.044554 0.043123 0.043467
Dari tabel Qtotal adalah 0.261223 m3/s atau sama dengan 261,223 l/s Karena ada dua saluran dari mata air ini maka diperkirakan bahwa debit mata air sebesar 522 l/s.
18
** menurut perhitungan peneliti 0.7 m 2.45 m
1m
1m
Tabel 9. Perhitungan debit Mata Air Cipanas dari survey lapang Saluran 1
Panjang 2.45
Lebar 1.00
Jarak tempuh 1.00
Saluran 2
2.45
1.00
2.45
Saluran 1 menghasilkan debit rataan sebesar 0.76 m3/s atau sebanding dengan 760 l/s dan saluran 2 menghasilkan debit rataan sebesar 0.35 m3/s atau sebanding dengan 350 l/s, sehingga didapat debit total mata air Cipanas sebesar 1110 l/s. Pada saat pengukuran, ditemukan di lapang bahwa debit saluran 2 tidak sebesar saluran 1, dan arah aliran juga
Waktu tempuh 3.18 3.23 3.19 16.49 17.03 16.73
Q = kec*luas 0.77 0.75 0.76 0.36 0.35 0.35
tidak terpusat dari tengah saluran namun seperti ada sumbatan atau halangan yang menyebabkan arah aliran berasal dari pojok kiri bawah. Berbagai mata air tersebut menjadi sumber air yang berpotensi dalam pengembangan industri di kecamatan ini. Daftar mengenai perusahaan yang memanfaatkan sumber air tersebut terdapat pada Lampiran 9 dan 12.
Tabel 10. Jumlah Pengguna Air di Kecamatan Cidahu No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa Pondok Kaso Tonggoh Babakan Pari Pondok Kaso Tengah Cidahu Tangkil Jayabakti Girijaya Pasirdoton Total
PAM Well Rataan Kedalaman Sumur (m) 266 675 12 153 678 10 25 400 8 0 240 15 0 400 12 0 1.067 10 0 65 12 0 776 10 444 4.301 Sumber : Survey Potensi Desa (PODES), 2003
Dari Tabel 10, diketahui bahwa penduduk yang menggunakan sumur dan PAM sejumlah 4745 keluarga, sedangkan total keluarga di Kecamatan Cidahu berjumlah 11854 keluarga (Lampiran 5), sehingga baru 40 % yang menggunakan kedua sumber tersebut untuk keperluan sehari-hari, selebih itu warga yang lain memenuhi kebutuhan airnya dari air sungai. Isu mengenai pengelolaan air oleh perusahaan AMDK yang menurunkan
kuantitas air di kecamatan tersebut tidaklah benar, sebab kedalaman sumur yang terdalam yang dipakai oleh penduduk berkisar 15 m (Tabel 11), sedangkan perusahaan AMDK menggunakan air yang berada pada kedalaman 60 m, dan air tersebut sudah tergolong dalam airbumi. Keseluruhan air yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi sawah, perkebunan, publik dan lainnya disuplai dari air permukaan. Potensi jumlah air
19
permukaan yang diperkirakan oleh Dinas Pertambangan Sukabumi sebesar 759 juta 5.1.8.
m3/tahun (Lampiran 14).
Penampang Melintang Geologi Skematik
Untuk melihat lebih jelas daerah di sekitar mata air yang berada di Kecamatan Cidahu maka diperlukanlah profil melintang. Dengan demikian akan lebih mudah untuk mengamati stratifikasi bagian permukaan
mulai dari bentukan pegunungan hingga ke daerah dataran, dan juga stratifikasi yang berada di bawah permukaan tanah yang mengandung informasi variasi jenis tanah dan litologinya.
Gambar 13. Profil melintang geologi yang dilihat dari Gunung Pangrango hingga batas DAS Cimandiri Profil di atas bersumber dari peta hidrogeologi berskala 1 : 100.000. Titik pegunungan diambil dari puncak Gunung Pangrango dengan ketinggian 3019 mdpl dan bergerak ke arah barat laut. Dari puncak didominasi oleh sistem akifer produktif kecil yang ditandai oleh warna coklat pada gambar di atas dan endapan gunungapi muda. Dilihat dari segi pemunculannya (Lampiran 13), maka dapat dikategorikan bahwa mata air Cikubang yang dimanfaatkan oleh PT Aqua Golden Mississipi ini termasuk mata air patahan atau artesis. Mata air ini berasal dari lapisan akifer yang tertekan, hal ini dapat dipelajari dari dokumen stratifikasi litologi PT Aqua yang ada di lampiran 11, pada lapisan awal yang merupakan muka tanah hingga kedalaman 0,6 m merupakan lapisan tanah yang subur, karena mengandung bahan organik. Kemudian pada kedalaman 1 hingga 33 m merupakan tufa. Tufa tergolong sebagai lapisan impermeabel oleh karena memiliki porositas yang kecil sehingga sulit untuk meluluskan air ke bagian di
bawahnya. Pada kedalaman 33 m hingga 60 meter merupakan lapisan breksi. Breksi merupakan lapisan yang mempunyai kemampuan menyimpan air yang cukup tinggi. Bahkan pada kedalaman ≥ 42 m lapisan ini mengandung matriks sebesar 80 % dan komponen kasar 20 %. Dari puncak hingga ke bawah merupakan lapisan lava (Gambar 15), yang didominasi oleh kandungan andesit, kemudian pada bagian lereng hingga arah kaki gunung merupakan lapisan tufa. Dari keterdapatan data debit mata air Cikubang per bulan (Lampiran 8), diketahui pula bahwa sumber mata air tersebut terus mengalir sepanjang tahun sehingga mata air Cikubang ini tergolong mata air perenial (sepanjang tahun).
20
5.2. Karakteristik Pola Curah Hujan pada Daerah Tangkapan
Gambar 14. Peta sebaran sub DAS Cicatih Tabel 11. Rataan curah hujan tahunan di setiap sub-sub DAS (1984-2005) Sub-Sub DAS Ciheulang Cikembar Cileuleuy Cicatih Hulu Cipalasari * rataan aritmatik
Curah hujan (mm)* 2575 2853 2851 4225 2949
Jumlah Stasiun 5 8 1 3 2
Kecamatan Cidahu berada pada wilayah sub DAS Cicatih hulu yang memiliki curah hujan sebesar 4225 mm. Pos curah hujan yang berada pada sub DAS cicatih hulu terdiri dari Manggis, Ciutara, dan Kantor Kecamatan Cicurug, Cipalasari terdiri dari Pakuwon, dan Cisalak-cipetir (Perkebunan), sub DAS Cileuleuy terdiri dari Sinagar, sub DAS Cikembar terdiri dari Sukamaju Pangleseran (Cibodas), Mandaling, Cikembang, Cikembar, Kec. Warung kiara, PTP XI Cibungur, dan Cisampora, sedang sub DAS Ciheulang terdiri dari pos hujan Cibunar, Sekarwangi, Ciraden, Cipeundeuy, dan Salabintana. Berdasarkan perhitungan periode 1984-2005, pada sub DAS Cicatih hulu, curah hujan maksimum bulanan sebesar 699 mm (November), minimum bulanan sebesar 131 mm (Juli), dan rataan bulanan sebesar 352 mm. Pada sub DAS Cipalasari, curah hujan maksimum sebesar 354 mm (Maret), minimum sebesar 123 mm (Juni), dan rataan sebesar 246 mm, Pada sub DAS Cileuleuy,
curah hujan maksimum sebesar 371 mm (Maret), minimum sebesar 103 mm (Juli), dan rataan sebesar 238 mm, Pada sub DAS Cikembar, curah hujan maksimum sebesar 369 mm (Maret), minimum sebesar 79 mm (Agustus), dan rataan sebesar 238 mm, Pada sub DAS Ciheulang, curah hujan maksimum sebesar 340 mm (Desember), minimum sebesar 73 mm (Agustus), dan rataan sebesar 215 mm. Gambar 15 menunjukkan kontur menjadi rapat di stasiun ciutara, hal ini mengindikasikan adanya pertambahan nilai curah hujan seiring bertambahnya ketinggian tempat. Terlebih proses ini dipengaruhi oleh lereng yang curam. Nilai curah hujan tahunan tertinggi, dan menjadi pencilan, terdapat pada stasiun Ciutara yang berada di sub-sub DAS Cicatih hulu yaitu sebesar 6267 mm. Namun demikian elevasi stasiun tersebut (488 mdpl) lebih rendah dibanding dua stasiun lain (Manggis, 567 mdpl dan Kantor kecamatan Cicurug, 544 mdpl) yang berada di sub-sub DAS tersebut sehingga ada indikasi terjadinya kesalahan data. Bila dilihat secara keseluruhan nilai curah hujan tahunan pada sub DAS Cicatih mengindikasikan bahwa curah hujan yang jatuh tidak dipengaruhi oleh gunung Salak (tidak bersifat orografis). Dari Gambar 16 terlihat ada pencilan data curah hujan pada stasiun yang berada pada ketinggian yang melebihi stasiun lainnya. Stasiun tersebut adalah Selabintana yang memiliki curah hujan tahunan sebesar 3341 mm. Curah hujan
21
berkisar antara 2000-3000 mm/tahun untuk rataan stasiun yang berada pada ketinggian
200-700 mdpl.
Ketinggian (mdpl)
Hubungan CH Tahunan pe r Pos di Sub DAS Cicatih 1200 1000 800 600 400 200 0 0
2000
4000
6000
8000
Curah Hujan (m m )
Gambar 15. Grafik hubungan antara curah hujan tahunan di sub DAS Cicatih 5.3. Analisa keterkaitan pola bulanan curah hujan terhadap fluktuasi debit mata air
Fluktuasi Bulanan Mata Air Cikubang 800 700
120 100
600 500
80 60
400 300 200
40 20
Mata air Cikubang (l/s) CH bulanan (mm)
100 0
ja n fe b m ar ap m r ay ju n ju l au g se p oc t no v de c
0
Gambar 16. Grafik hubungan fluktuasi debit mata air per bulan Bulan-bulan basah dapat ditemui dari bulan November hingga April , sedang bulan kering dimulai dari bulan Mei hingga Oktober. Daerah penelitian tergolong dalam tipe iklim muson. Hal ini ditunjukkan oleh grafik yang membentuk pola bimodal pada Lampiran 13. Adanya perbedaan yang jelas antara musim kemarau dan musim penghujan selama masing-masing enam bulan. Dilihat dari pola mata air yang bergerak tidak searah dengan pola curah hujan, mengindikasikan bahwa debit mata air sepanjang tahun tidak dipengaruhi oleh
intensitas curah hujan. Hal ini dikarenakan mata air tersebut tidak secara langsung berhubungan dengan curah hujan, melainkan merupakan pasokan dari airbumi pada lapisan akifer tertentu. Data kuantitas mata air Cikubang, dapat dilihat pada Lampiran 8, tersebut juga memungkinkan mengandung kesalahan yang disebabkan oleh beberapa kondisi yaitu : 1. Data tidak lengkap 2. Pengamatan yang dilakukan subjektif dan manual
22
5.4. Penentuan Daerah Resapan
Gambar 17. Sketsa Penampang Melintang Mata air di Kecamatan Cidahu Dari sketsa penampang melintang, menunjukkan bahwa pada ketinggian 1000 hingga 1800 mdpl merupakan daerah resapan. Kriteria ini diperoleh berdasarkan parameter yang digunakan yaitu tutupan lahan dan jenis tanah. Kedua parameter tersebut mengandung informasi permeabilitas terhadap kelulusan air. Pada level ketinggian tersebut didominasi oleh tutupan lahan berupa hutan dan jenis tanah entisol yang gembur dengan permeabilitas yang baik. Serasah yang terdapat pada hutan mampu menyimpan air dengan kuantitas yang cukup besar. Namun dalam hal ini, kawasan resapan ini bukanlah langsung berkaitan dengan keenam mata air yang berada di Kecamatan Cidahu, sebab tidak adanya informasi titik pengukuran yang menunjukkan kesamaan jenis litologi pada level tertentu. Dari data di atas, diperoleh bahwa penentuan daerah resapan ini sejalan dengan Perda Jawa Barat Nomor 2 tahun 2003. Menurut Peraturan Daerah Propinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 2003 tentang rencana
tata ruang wilayah propinsi Jawa Barat, yang dimaksud dengan daerah resapan air adalah daerah yang mempunyai kemampuan tinggi untuk meresapkan air hujan sehingga merupakan tempat pengisian air bumi (akifer) yang berguna sebagai sumber air. Perlindungan terhadap daerah resapan air, dilakukan untuk memberikan ruang yang cukup bagi peresapan air hujan pada daerah tertentu untuk keperluan penyediaan kebutuhan air tanah dan pengendalian banjir, baik untuk kawasan bawahannya maupun kawasan yang bersangkutan. Kriteria daerah resapan air adalah : a. Daerah dengan curah hujan rata-rata lebih dari 1.000 mm per tahun b. Lapisan tanahnya berupa pasir halus berukuran minimal 1/16 mm c. Mempunyai kemampuan meluluskan air dengan kecepatan lebih dari 1 meter per hari d. Kedalaman muka air tanah lebih dari 10 meter terhadap muka tanah setempat e. Kelerengan kurang dari 15 % f. Kedudukan muka airtanah lebih tinggi dari kedudukan muka airbumi.
23
VI. Kesimpulan 6.1. Kesimpulan Kecamatan Cidahu yang berada di Kabupaten Sukabumi bagian utara berpotensial sebagai sumber air Ada sekitar delapan mata air pegunungan yang terus mengalir sepanjang tahun, yaitu Cipanengah, Ciloa, Papisangan, Cibuntu (774 l/s), Cipanas (1110 l/s), Citaman, Girijaya, dan Cikubang (120 l/s). Mata air Cipanengah, Ciloa, Papisangan, Citaman dan Girijaya dipergunakan oleh masyarakat, dan belum diketahui debit terukurnya. Mata air lainnya digunakan untuk industri. Survey dilakukan pada enam mata air yang dipergunakan sebagai pasokan usaha Air Minum Dalam Kemasan. Desa Babakan Pari memiliki tiga mata air, yaitu mata air Cisalada Manglid (37 l/s), Cikubang (120 l/s), dan Cikubang hilir (27 l/s), sedangkan mata air Cipanas (1110 l/s) dan Cigombong (12,6 l/s) berada di desa Pasir Doton. Mata air Cibojong (20 l/s) terletak di Desa Cidahu. Kapasitas produksi maksimum sebesar 1110 l/s, minimum sebesar 12,6 l/s dan rataan sebesar 221 l/s. Keenam mata air berada di wilayah lereng gunung bagian bawah dengan ketinggian sekitar 400-500 mdpl, dan derajat kelerengan sekitar 0-7˚. Tutupan lahan yang mendominasi kawasan mata air tersebut merupakan tegalan. Jenis tanah di daerah sebaran mata air tersebut adalah vertisol. Bentuk litologi daerah keenam mata air tersebut adalah endapan gunungapi muda. Secara hidrogeologi, keseluruhan mata air tersebut merupakan bagian dari akifer produktif sedang dengan penyebaran luas. Perubahan tutupan lahan selama satu dekade (1991-2001) tidak menunjukkan adanya pengaruh yang nyata terhadap debit mata air yang berada di wilayah Cidahu. Demikian pula halnya curah hujan. Karena curah hujan tidak langsung berhubungan dengan lapisan akifer yang menjadi sumber mata air tersebut. 6.2. Saran Penelitian ini dibatasi oleh data yang kurang lengkap sehingga demikian diperlukan adanya sumber data lain yang mendukung. Di samping itu, diperlukan juga pengujian mengenai sumber-sumber mata air, sehingga diketahui pola penyebaran air tanah dan stratifikasi litologi yang dapat menduga posisi kawasan resapan yang memiliki lapisan akifer yang sama.
DAFTAR PUSTAKA Anonymous, 1996. Data Statistik Kecamatan Cidahu. Kecamatan Cidahu Arsyad, S.1989. Konservasi Tanah dan Air.IPB. Bronto, I. 2001. Volkanologi. Jurusan Teknik Geologi, Sekolah Tinggi Teknologi Nasional Yogyakarta. Departemen PU.1998. Petunjuk Teknis Perencanaan Rancangan Teknik Sistem Penyediaan Air Minum Perkotaan. DPU Direktorat Jenderal Cipta Karya. Jakarta. Denny S, Kadarisman. 1989. Potensi dan Pemanfaatan Panas Bumi Gunung Salak. Jurusan Teknik Geologi, Fakultas Teknik Universitas Pakuan, Bogor . Hardjowigeno, S, Widiatmaka, AS, dan Yogaswara. 2001. Kesesuaian Lahan dan Tataguna Lahan. Bogor. Jurusan Tanah, Institut Pertanian Bogor. Hudak, PF.2000. Principles of Hidrogeology.Second Edition. Lewis Publishers. New York, USA. Kodoatie, RJ.1996. Pengantar Hidrogeologi. Penerbit ANDI. Yogyakarta. Linsley, RK, Kohler dan JLH Paulhus.1996. Hidrologi untuk Insinyur (Terjemahan). Edisi Ketiga. Penerbit Erlangga. Jakarta. Pawitan, H.2002. Mengantisipasi Krisis Air di Indonesia Memasuki Abad 21. Di dalam: Sutopo PW, S Adi, dan B Setiadi. Prosiding Seminar Nasional peluang dan Tantangan Pengelolaan Sumberdaya Air di Indonesia, Jakarta, 25 November 2002. Jakarta : P3-TPSLK BPPT dan HSF.hlm (7-13). Prastowo.2001. Kerusakan Ekosistem Mata Air. Makalah Workshop. Bapedal, Jakarta. Puntodewo, A., Sonya D., dan J. Tarigan. 2003.Sistem Informasi Geografis untuk Pengelolaan Sumberdaya Alam. CIFOR. Bogor. Seyhan, E. 1990.Dasar-Dasar Hidrologi. Yogyakarta:Gadjah Mada University Press. Sosrodarsono, S, dan Takeda, K.1977. Hidrologi untuk Pengairan. PT Pradnya Paramita. Jakarta.
24
Suharyadi.2004. Pengantar Geologi Teknik. Edisi 4. Biro Penerbit Teknik Sipil Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta Takhmat U.,Y.Sudibyo dan E. Murtianto.1995. Peta Hidrogeologi Indonesia pada Lembar Bogor 1:100.000 [Buku Panduan].
Departemen Pertambangan dan Sumber Daya Mineral. Direktorat Geologi Tata Lingkungan. Bandung. Viesmann, W, Knapp JW, Lewis GL, Harbaugh TE.1977. Introduction to Hydrology. Second Edition. USA: Harper and Row Publisheer.
25
LAMPIRAN Lampiran 1. Diagram Alur Penelitian
Data spasial dan dinamis
Data DEM dan Lokasi, Debit mata air
Sumber mata air
Analisa time series meliputi tren, fluktuasi maksimum dan minimum
Analisa pola aliran dan fluktuasi aliran terhadap perubahan penggunaan lahan
Data CH bulanan dan tahunan (1984 2005)
Penentuan jumlah bulan basah dan kering Penentuan tipe iklim Analisa time series (pola, fluktuasi maksimum dan minimum)
Analisa keterkaitan antara CH dan fluktuasi mata air Peta Hidrogeologi Identifikasi penurunan debit
Verifikasi lapang Pembuatan transec geologi
26
Lampiran 2. Jumlah Penduduk yang Berpendidikan Formal dan Nonformal di Kecamatan Cidahu No 1 2 3 4 5 6 7 8 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa PK Tonggoh Babakan Pari PK Tengah Cidahu Tangkil Jayabakti Girijaya Pasirdoton Total PK Tonggoh Babakan Pari PK Tengah Cidahu Tangkil Jayabakti Girijaya Pasirdoton Total
Tanpa Pendidikan Formal 760 337 608 98 1.005 56 534 2.251 5.649 12.43% 11.33% 12.31% 1.50% 14.03% 1.39% 5.85% 43.70% 12.28% Sumber :
SD SLTP SLTA Diploma 3.112 1.227 402 14 975 226 194 16 3.720 220 82 6 4.244 904 265 69 4.255 709 270 69 2.219 323 98 0 3.124 2.620 965 34 1.421 92 32 0 2.3070 6.321 2.308 208 50.88% 20.06% 6.57% 0.23% 32.78% 7.60% 6.52% 0.54% 75.30% 4.45% 1.66% 0.12% 65.15% 13.88% 4.07% 1.06% 59.39% 9.90% 3.77% 0.96% 55.27% 8.04% 2.44% 0.00% 34.25% 28.72% 10.58% 0.37% 27.59% 1.79% 0.62% 0.00% 50.16% 13.74% 5.02% 0.45% Kecamatan Cidahu dalam Angka, 2004
Lampiran 3. Proporsi Sumber Pendapatan Rumah Tangga No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa Pondok Kaso Tonggoh Babakan Pari Pondok Kaso Tengah Cidahu Tangkil Jayabakti Girijaya Pasirdoton Total
Petani 85.36% 61.06% 96.44% 87.66% 91.51% 92.62% 80.00% 81.69% 87.66%
Pedagang Transportasi Pemerintahan Pensiunan 4.14% 1.41% 4.96% 4.14% 17.25% 11.39% 8.46% 1.84% 2.35% 0.21% 0.84% 0.17% 4.09% 2.64% 4.53% 1.07% 3.13% 2.23% 2.77% 0.36% 2.10% 2.42% 2.48% 0.38% 10.77% 3.08% 5.64% 0.51% 5.87% 7.15% 5.01% 0.29% 4.79% 2.96% 3.58% 1.01% Sumber : Laporan dari Kecamatan Cidahu , 2004
Lampiran 4. Persentase Kepemilikan Lahan di Kecamatan No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa Pondok Kaso Tonggoh Babakan Pari Pondok Kaso Tengah Cidahu Tangkil Jayabakti Girijaya Pasirdoton Total
Pemilik Pemilik/Pengguna Pengguna Total 32 44 24 100 20 40 40 100 18 27 55 100 22 32 46 100 25 60 15 100 60 25 15 100 10 25 65 100 40 30 30 100 28.375 35.375 36.25 100 Sumber : Survey Potensi Desa (PODES), 2003
27
Lampiran 5. Jumlah Keluarga di Kecamatan Cidahu Desa
Jumlah Keluarga
Pondok Kaso Tengah
928
Pasirdoton
1026
Pondok Kaso Tonggoh
1136
Babakan Pari 1231 Tangkil 1669 Jayabakti 2403 Cidahu 1994 Girijaya 1467 Total 11854 Sumber : Survey Potensi Desa (PODES), 2003
Lampiran 6. Penutupan Lahan (Ha) tahun 1991 dan 2001 di Kecamatan Cidahu Hutan
Perkebunan
Tegalan
Sawah
Pemukiman
Tanah Terbuka 1991 2002
Nama Desa
1991
2002
1991
2002
1991
2002
1991
2002
1991
2002
Cidahu
1046
522
196
550
382
419
7
62
7
21
7
Girijaya
199
63
68
85
226
182
2
36
1
46
Tangkil
103
45
27
5
162
94
13
23
5
Jayabakti
72
24
32
32
193
202
2
38
Pasir Doton Babakan Pari Pondokaso Tonggoh Pondokaso Tengah
26
15
7
5
104
60
7
59
7
22
21
81
59
11
1
2
1
82
28
24
12
9
121
Awan 1991
2002
62
4
13
7
26
1
66
16
5
27
0
105
24
8
8
36
10
1
37
11
3
6
25
3
19
9
28
5
9
6
26
4
36
28
9
41
5
3
9
29
6
21
101
42
40
24
15
24
31
7
38
28
Lampiran 7. Penggunaan lahan (ha) dan persentasenya di kecamatan cidahu 2003
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa PK Tonggoh Bbk Pari PK Tengah Cidahu Tangkil Jayabakti Girijaya Pasirdoton Total
No 1 2 3 4 5 6 7 8
Desa PK Tonggoh Bbk Pari PK Tengah Cidahu Tangkil Jayabakti Girijaya Pasirdoton Total
Penggunaan Lahan (ha) Hutan Pemukiman Industri 0 22 0 0 29 8 0 107 8 0 29 0 0 58 0 0 56 3 0 28 0 0 12 2
Sawah 73 100 143 337 123 149 86 91
Perkebunan 5 70 0 178 132 108 134 14
1102
641
0
Sawah 73.00 46.95 55.43 61.16 38.56 46.56 34.40 74.59
Perkebunan 5.00 32.86 0.00 32.30 41.38 33.75 53.60 11.48
Hutan 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00 0.00
51.66
30.05
0.00
Publik 0 2 0 2 2 0 0 0
Lainnya 0 4 0 5 4 4 2 3
Total 100 213 258 551 319 320 250 122
21
6
22
2133
Persentase (%) Pemukiman Industri 22.00 0.00 13.62 3.76 41.47 3.10 5.26 0.00 18.18 0.00 17.50 0.94 11.20 0.00 9.84 1.64
Publik 0.00 0.94 0.00 0.36 0.63 0.00 0.00 0.00
Lainnya 0.00 1.88 0.00 0.91 1.25 1.25 0.80 2.46
Total 100 100 100 100 100 100 100 100
341
15.99 0.98 0.28 1.03 100 Sumber : Survey Potensi Desa (PODES), 2003
29
Lampiran 8. Debit mata air cikubang (2001-2006) 2001 (l/s)
sumber
2002( l/s)
sumber
2003 (l/s)
sumber
2004 (l/s)
Jan
71.5
I,II,III
87.9
I,II,III,IV
Feb
71.5
I,II,III
98.6
I,II,III,IV
96.7
Mar
61.5
I,II,III
98.6
I,II,III,IV
Apr
61.5
I,II,III
98.6
May
61.5
I,II,III
Jun
61.5
Jul
sumber
2005 (l/s)
sumber
2006 (l/s)
sumber
125.7
II, III
133.1
II,III,IV
III
133.1
II, III
135.6
II,III,IV
97.0
III
129.7
II, III
134.3
II,III,IV
I,II,III,IV
97.5
III
130.6
II, III
138.0
II,III,IV
98.6
I,II,III,IV
98.0
III
130.1
II, III
137.3
II,III,IV
I,II,III
98.6
I,II,III,IV
98.3
III
129.8
II, III
131.4
II,III,IV
61.5
II,III
98.6
I,II,III,IV
95.9
III
129.8
II, III
129.2
II,III,IV
Aug
66.1
II,III
98.6
I,II,III,IV
93.5
III
130.2
II, III
125.9
II,III,IV
Sep
71.5
I,II,III,IV
98.6
I,II,III,IV
94.1
III
97.9
III
120.2
II,III,IV
Oct
82
I,II,III,IV
92.0
I,II,III,IV
92.7
III
93.5
III
Nov
82
I,II,III,IV
93
I,II,III,IV
91.3
III
Dec
82
I,II,III,IV
109
I,II,III,IV
90.2
III
TIDAK ADA DATA
Sumber : PT Aqua Golden Mississipi
30
Lampiran 9. Data perusahaan pengambilan dan pemanfaatan mataair s/d bulan September tahun 2006 Nama/Alamat Perusahaan
Lokasi
Titik Ke Sumber Air
Jenis Usaha
SIPA
PT. ADES ALPINDO PUTRASETIA,Tbk Kampung Kerenceng Ds. Pondokaso Tengah Kec. Cidahu Kab. Sukabumi
Mata air Cibuntu Kp. Kerenceng Ds. Pondokasotengah Kec. Cidahu
1 (satu)
Mataair
AMDK
SK. Gubernur Daerah Tingkat I Jabar 546.2/SK.361-Distamb/1994 7 Februari 1994 Perpanjangan SIPA 546.2/244/IV/Perp.SIPA/Distamben/2003 4 April 2003
PT. TIRTA FOOD ARITAMA Komplek Gading Bukit Indah Blok J 22-23 Jl. Bukit Gading Raya Jakarta
Mata air Cigombong Ds. Pasirdoton Kec. Cidahu
1 (satu)
Mataair
AMDK
Keputusan Bupati Sukabumi 394 Tahun 2002 20 juni 2002
PT. CISALADA JAYA TIRTATAMA Jl. Rawa Gelam II No. 2 Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta Timur
Ds. Jaya Bhakti Kec. Cidahu
1 (satu)
Mataair
AMDK
Keputusan Bupati Sukabumi 616/KEP.432-Distamben/2001 13 November 2001
PT. BAKSOMAS SUGIHARTO PACIFIC Jl. Kelinci Raya No. 23 A Jakarta Pusat
Ds. Pondokaso Tengah 1 (satu) Kec. Cidahu
Mataair
AMDK
SK. Gubernur Daerah Tingkat I Jabar 546.2/SK.799-Perek/1999 20 Juli 1999 Perpanjangan SIPA 546.2/275/VII/Perp.SIPA/Distamben/2003 22 Juli 2003
31
No
Nama/Alamat Perusahaan
Lokasi
No. Titik Ke
Sumber Air
Jenis Usaha
SIPA
PT. TRI BANYAN TIRTA Kp. Pasir Dalem Rt. 02/02 Babakan Pari – Sukabumi
Mata air Cikubang Kp. Kubang Ds. Babakanpari Kec. Cidahu
1 (satu)
Mataair
AMDK
Keputusan Bupati Sukabumi 616/KEP.430-Distamben/2001 13 Npvember 2001
PT. AGRAWIRA TIRTAMITRA Jl. Gandaria I No. 366 B Taman Puring Kebayoran Baru Jakarta Selatan
Ds. Babakan Pari Kec. Cidahu
1 (satu)
Mataair
AMDK
SK. Gubernur Daerah Tingkat I Jabar 546.2/SK.1836-Distamb/1994 16 Nopember 1994 Perpanjangan SIPA 546.2/250/PP 26 Juli 2004
PT. ASIA HEALTH ENERGI BEVERAGES Jl. Gatot Subroto Kav. 99 Lt. 3 Jakarta
Mata air Ciburial Ds. Babakanpari Kec. Cidahu
1 (satu)
Mataair
Minuman Suplemen
546.2/Kep.870-Binprod/2001 Tanggal 28 Agustus 2001; 546.2/240/VI/Perp.Sipa/Distamben/ 2003 Tanggal 4 Juli 2003;
Mata air Ciburial Ds. Babakanpari Kec. Cidahu
2 (dua)
Mataair
Minuman Suplemen
546.2/Kep.870-Binprod/2001 Tanggal 28 Agustus 2001; 546.2/239/VI/Perp.Sipa/Distamben/ 2003 Tanggal 4 Juli 2003;
32
No
Nama/Alamat Perusahaan
Lokasi
No. Titik Ke
Sumber Air
Jenis Usaha
SIPA
PT. AQUA GOLDEN MISSISSIPPI, Tbk Jl. Pulo Lentut No. 3 Kawasan Industri Pulo Gadung Jakarta
- Mata air Cikubang Ds. Babakan Pari Kec. Cidahu
1 (satu)
Mataair
AMDK
SK. Gubernur Daerah Tingkat I Jabar 546.2/SK.281-Distamb/1994 7 Februari 1994 Perpanjangan SIPA 546.2/48/II/Perp.SIPA/Distamben/2003 7 Februari 2003
- Mata air Cikubang Ds. Babakan Pari Kec. Cidahu
2 (dua)
Mataair
AMDK
Keputusan Gubernur Jabar 546.2/Kep.870-Binprod/2001 28 Agustus 2001 Perpanjangan SIPA 546.2/184/Perp.SIPA/Distamben/VI/2004 9 Juni 2004
- Mata air Cikubang Ds. Babakan Pari Kec. Cidahu
3 (tiga)
Mataair
AMDK
Keputusan Gubernur Jabar 546.2/Kep.870-Binprod/2001 28 Agustus 2001 Perpanjangan SIPA 546.2/185/Perp.SIPA/Distamben/VI/2004 9 Juni 2004
- Mata air Cikubang Ds. Babakan Pari Kec. Cidahu
4 (empat)
Mataair
AMDK
Keputusan Bupati Sukabumi 145 Tahun 2002 13 Maret 2002
33
No
Nama/Alamat Perusahaan
Lokasi
PT. SUBUR TIRTA SEJUK Jl. Raya Parakan Salak Kp. Bondol Ds. Jaya Bhakti Kec. Cidahu Kab. Sukabumi
Ds. Pondokaso Tengah Kec. Cidahu
No. Titik Ke 1 (satu)
Sumber Air Mataair
Jenis Usaha AMDK
SIPA SK. Gubernur Jabar 546.2/SK.518-Binprod/2001 29 Mei 2001 Perpanjangan SIPA 546.2/344/IX/Perp.SIPA/Distamben/2003 18 September 2003
Sumber : Dinas Pertambangan Kabupaten Sukabumi, 2006
34
Lampiran 10. Rataan Curah hujan bulanan di stasiun sekitar sub DAS Cicatih (1984-2005) No 1 2 3
Sub-sub das Cicatih hulu Cicatih hulu Cicatih hulu
4 5
Cipalasari Cipalasari
6
Cileuleuy
7 8 9 10 11 12 13 14
Cikembar Cikembar Cikembar Cikembar Cikembar Cikembar Cikembar Cikembar
15 16 17 18 19
Ciheulang Ciheulang Ciheulang Ciheulang Ciheulang
Stasiun Manggis Ciutara Kant. Kec cicurug Rataan Pakuwon Cisalak-cipetir Rataan Sinagar Rataan Sukamaju Pangleseran (cibodas) Mandaling Cikembang Cikembar Kec. Warung kiara PTP XI Cibungur Cisampora Rataan Cibunar Cisekarwangi Ciraden Cipeundeuy Salabintana Rataan
x 106.81361 106.77778 106.76454
y -6.77278 -6.79417 -6.77186
Elev (mdpl) 567 488 544
106.72332 106.67917
-6.82210 -6.87000
478 557
106.80139
-6.85194
497
106.76833 106.81278 106.71158 106.74869 106.77248 106.69684 106.65739 106.82008
-6.90194 -6.96222 -6.98826 -6.94431 -6.96263 -6.96887 -6.94315 -6.95454
522 382 269 286 320 248 220 395
106.90194 106.82417 106.90083 106.84741 106.94343
-6.86833 -6.90167 -6.89778 -6.91613 -6.83908
723 483 632 574 1138
Jan 266 387 417 357 294 336 315 297 297 419 340 382 364 295 255 343 306 338 234 287 171 320 345 271
Feb Mar Apr May Jun Jul Aug Sep Oct 347 373 399 384 233 152 69 159 237 245 345 324 307 331 100 340 482 651 271 358 330 256 121 141 107 195 236 288 359 351 316 228 131 172 279 375 291 294 279 228 112 119 115 150 265 294 414 345 293 133 92 134 185 205 292 354 312 260 123 105 124 168 235 264 371 316 234 154 103 140 199 243 264 371 316 234 154 103 140 199 243 273 404 335 243 140 104 119 167 215 245 384 270 246 159 78 95 126 144 317 397 409 271 167 141 93 117 164 284 451 371 230 177 124 76 160 237 258 323 361 212 145 96 52 92 170 189 313 163 131 91 94 40 121 204 315 370 287 263 168 119 81 168 229 182 314 243 206 127 107 75 121 165 258 369 305 225 147 108 79 134 191 179 247 206 190 157 110 83 94 216 252 360 252 182 129 80 78 118 220 162 182 302 159 188 51 47 89 144 230 296 286 182 126 99 22 91 196 282 393 377 238 181 157 136 175 280 221 296 285 190 156 99 73 113 211 Sumber : PSDA Cisadea-Cimandiri Kabupaten Sukabumi
Nov 302 1399 395 699 322 301 312 288 288 329 311 404 449 253 372 368 338 353 327 317 246 280 424 319
Dec 340 1357 319 672 300 398 349 243 243 304 382 432 343 301 363 344 301 346 216 260 567 307 352 340
Total 3261 6267 3146 4225 2769 3129 2949 2851 2851 3052 2782 3294 3267 2558 2336 3054 2485 2853 2258 2536 2309 2432 3341 2575
35
Lampiran 11. Stratifikasi litologi Mata Air Cikubang PT Aqua
36
Lampiran 12. Mata air yang telah dimanfaatkan oleh PDAM Sukabumi
No
Mata Air
Desa
Kecamatan
Jumlah Debit (l/dtk)
Debit yang dimanfaatkan PDAM (l/dtk)
1
Ciburial I
Babakan Jaya
Parungkuda
70
10
2
Babakan Jaya
Parungkuda
21
10
3
Ciburial II Cisalada Manglid
Cidahu
Cidahu
37
10
4 5
Cibojong Manglad
Cidahu Kelapanunggal
Cidahu Kelapanunggal
20 3.7
10 5
6
Citiis
Lebaksari
Parakan Salak
217.6
10
7
Cipicung
Ciambar
Nagrak
16.38
10
8
Cikubang I
Cidahu
Cidahu
20
5
9
Cidahu
Cidahu
120
40
10
Cikubang II Cikubang Hilir
Cidahu
Cidahu
27.29
10
11
Cibuntu
Pondokkaso
Parungkuda
774
20
12
Cigombong
Pasirdoton
Cidahu
12.61
20
13
Cipanas
Pasirdoton
Cidahu
2584
6
14 15
Ciburial Cipeti
Bojongkokosan Tenjo Ayu
Parungkuda Cicurug
15.4 1260
129.3
16
Ciburial
Citarik
Pelabuhan Ratu
45.604
5
17
Citepus
Citepus
Pelabuhan Ratu
2084
40
18
Ciseke
Berkah
Parungkuda
11.14
5
19
Cikahuripan
Bojong Asih
Parakan Salak
7.26
5
20 21
Cisalada Ciburial
Kutajaya Pasawahan
Cicurug Cicurug
10.5 72
5 10
22
Cipapisangan
Caringin
Cicurug
39
10
Peruntukkan PT Pranida Mulia Utama PT ABC PT Cisalada Jaya Tirtatama PT Kelvin Sahabat Dispenser PT Panca Palma PT sumber Intan Tirtomoyo PT Tri Usaha Mitra raharja PT Aqua Golden Mississipi PT Aqua Golden Mississipi PT Agrawira Tirta Mitra PT Alfindo Putra setia Pt Subur Tirta Sejuk PT Tirta Food Aritama PT Dua tang, PDAM Kab. Sukabumi Rencana akan dimanfaatkan PDAM utk masyarakat Rencana akan dimanfaatkan PDAM utk masyarakat PT Annisa Risan Utama Sjahtera PT Natural Mutu Utama PT Equilindo Asri PT Moya Zamzani PT Ega Tirta Kalista
Ket
Aktif Sedang diproses Sedang diproses Sedang diproses Aktif Sedang diproses Sedang diproses Aktif Aktif Aktif Aktif Sedang diproses Sedang diproses Sedang diproses
Sedang diproses Sedang diproses Sedang diproses Aktif Sedang diproses
37
Lampiran 13 . Profil melintang geologi yang dilihat dari Gunung Salak hingga mata air Cikubang
38
Lampiran 14. Grafik Curah Hujan Bulanan di Sub Das Cicatih CH Bulanan di Sub-sub DAS Cipalasari
CH
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
CH Bulanan (mm)
CH bulanan (mm)
CH di Sub-sub DAS Cicatih Hulu 800 700 600 500 400 300 200 100 0
400 350 300 250 200 150 100 50 0
Aug Sep Oct Nov Dec
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
CH Bulanan di Sub-sub DAS Cileuleuy 400 350 300 250 200 150 100 50 0
CH Bulanan di Sub-sub DAS Cikembar
CH
Aug Sep Oct Nov Dec
CH Bulanan (mm)
CH Bulanan (mm)
Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
Bulan
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
CH
400 350 300 250 200 150 100 50 0
CH
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
Bulan
Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
CH Bulanan (mm)
CH Bulanan di Sub-sub DAS Ciheulang 400 350 300 250 200 150 100 50 0
CH
Jan Feb Mar Apr May Jun Jul
Aug Sep Oct Nov Dec
Bulan
39
Lampiran 15. Peta potensi airbumi Kabupaten Sukabumi
40
meteorology39
KAJIAN POTENSI PASOKAN MATA AIR KECAMATAN CIDAHU Pembimbing : Prof.Dr.Ir. Hidayat Pawitan, M.Sc.
DEPARTEMEN GEOFISIKA DAN METEOROLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2006
Latar Belakang
Adanya penelitian pendahuluan untuk studi kasus sub DAS Cicatih.
Penurunan debit mata air Tangkil dari tahun 1997 hingga 2004 (Aristyana, 2005).
Pengelolaan sumber daya air membutuhkan informasi yang cukup rinci.
Tujuan
Memetakan lokasi dan kapasitas dari informasi inventarisasi mata air Kecamatan Cidahu
Mengkaji variasi dari data time series mata air Kecamatan Cidahu yang memiliki rekaman data dengan kurun waktu yang cukup panjang. Pembuatan peta spasial dan penaampang melintang geologi mata air Kecamatan Cidahu untuk mengidentifikasi daerah resapan
Tinjauan Pustaka
Sumber : (http://www.lablink.or.id/Hidro/Siklus/air-siklus.htm)
METODOLOGI
Tempat dan waktu penelitian Lokasi penelitian : Mata air berada di Kecamatan Cidahu di bagian Das Cimandiri, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat Pengolahan data dan analisis : Laboratorium Hidrometeorologi Institut Pertanian Bogor Pelaksanaan penelitian : Mei 2006 sampai November 2006
Bahan dan Alat Bahan berupa data spasial dan non spasial Data spasial meliputi : Peta Rupa Bumi dengan skala 1 : 25.000 (BAKOSURTANAL) Peta Hidrogeologi dengan skala 1 : 100.000 (Direktorat Tata Geologi Bandung) Data Elevasi dalam bentuk DEM dengan resolusi 10 x 10 meter Citra Landsat dengan resolusi 30 meter (http://glcfapp.umiacs.umd.edu.) Data GPS Data Non Spasial, meliputi : Data curah hujan Data debit mata air Data statistik Kecamatan Cidahu Profil melintang litologi mata air Cikubang
Alat GPS (Global Position System) Software Arc-View Microsoft Office; Excel, Word, Powerpoint.
Tahap dan Metode
Tabulasi data Validasi data Pengolahan data, meliputi : • Digitasi peta hidrogeologi • Pengklasifikasian data citra satelit landsat untuk penutupan lahan Tahun 1991 dan 2001. • Pengolahan karakteristik statistik data curah hujan (nilai maksimum, minimum, dan penentuan tipe iklim). • Analisa timeseries debit (nilai maksimum, minimum dan pola musiman). Overlay data
Intepretasi dan Lay out
•
Pengeplotan dalam bentuk grafik time series linier data curah hujan bulanan
•
Identifikasi keterkaitan pola musiman antara curah hujan terhadap debit mata air.
•
Membandingkan penampang melintang yang diperoleh dari peta hidrogeologi dan penampang melintang mata air Cikubang PT Aqua.
•
Identifikasi kawasan resapan sumber mata air.
GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN Letak Geografis
Keadaan Tanah
HASIL DAN PEMBAHASAN Topografi
Geomorfologi
Litologi
Hidrogeologi
Penutupan Lahan 1991
Perubahan hutan
Penutupan Lahan 2001
Kecamatan Cidahu
Hutan
Perkebunan
Tahun
1991
2001
1991
2001
Luasan (Ha)
3652
1882
806
1710
Luasan (%)
47
24
10
22
Penampang melintang geologi
Karakteristik Pola Curah Hujan pada Daerah Tangkapan
Analisa keterkaitan pola bulanan curah hujan terhadap fluktuasi debit mata air y = 0.1438x + 2936 R2 = 0.0012
7000 6000 5000 4000 3000 2000 1000 0
CH Linear (CH)
0
500
1000
1500
Ketinggian (mdpl)
Hubungan Debit Mata Air terhadap CH bulanan
CH (mm)
CH tahunan (mm)
Hubungan CH Tahunan per Pos di Sub DAS Cicatih
800 700 600 500 400 300 200 100 0
Mata air Cikubang CH bulanan
0
5
10 Bulan
15
Penentuan Daerah Resapan
Kesimpulan •
Kecamatan Cidahu yang berada di Kabupaten Sukabumi bagian utara berpotensial sebagai sumber air
•
Enam mata air survey berada di lereng gunung bagian bawah dengan ketinggian sekitar 400-500 mdpl, dan derajat kelerengan sekitar 0-7˚.
•
Kapasitas produksi maksimum sebesar 1110 l/s, minimum sebesar 12,6 l/s dan rataan sebesar 221 l/s.
•
Tutupan lahan yang mendominasi kawasan mata air tersebut merupakan tegalan.
•
Jenis tanah di daerah sebaran mata air tersebut adalah vertisol.
•
Bentuk litologi daerah keenam mata air tersebut adalah endapan gunung api muda.
•
Secara hidrogeologi, keseluruhan mata air tersebut merupakan bagian dari akifer produktif sedang dengan penyebaran luas.
Saran
Diperlukan adanya sumber data lain yang mendukung
Pengujian mengenai sumber-sumber mata air, sehingga diketahui pola penyebaran air tanah dan stratifikasi litologi
meteorology39
Terimakasih