Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA S. Nitiswati1), Djoko H.N1), Yudi Pramono2) Pusat Teknologi Reaktor dan Keselamatan Nuklir BATAN 2) Direktorat Pengaturan, Pengawasan Instalasi dan Bahan Nuklir – BAPETEN email :
[email protected] 1)
ABSTRAK KAJIAN PERPANJANGAN UMUR OPERASI REAKTOR RISET DI INDONESIA. Indonesia mempunyai 3 (tiga) reaktor riset yang dioperasikan oleh BATAN. Dua diantaranya yaitu Reaktor Kartini dan Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy sudah mendapatkan perpanjangan izin operasi dari BAPETEN. Perpanjangan izin operasi Reaktor Kartini akan berakhir pada tahun 2010 dan Reaktor G.A. Siwabessy akan berakhir tahun 2020. Makalah ini akan mengkaji perpanjangan umur/izin operasi reaktor riset di Indonesia. Tujuan kajian adalah menyusun program yang komprehensif dan kriteria penerimaan yang diperlukan untuk perpanjangan izin operasi reaktor riset. Metode yang digunakan adalah dengan mengkaji Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2006 tentang ”Perizinan Reaktor Nuklir”, Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2008 tentang ”Ketentuan Keselamatan Manajemen Penuaan Reaktor Nondaya” dan dokumen lainnya. Hasil dari kajian adalah program komprehensif dan kriteria penerimaan untuk perpanjangan umur operasi/izin operasi reaktor riset. Disimpulkan bahwa program komprehensif dan kriteria penerimaan yang diperlukan adalah: pembentukan Organisasi PLEX, dokumen manajemen umur reaktor riset yang sedang berjalan, dokumen evaluasi komprehensif kondisi SSK dan dokumen studi kelayakan, menyiapkan dokumen program manajemen umur reaktor untuk periode perpanjangan umur/izin operasi, menyiapkan dokumen telaah analisis penuaan komponen yang dibatasi waktu, dan lainlainnya. Semua dokumen persyaratan permohonan perpanjangan izin operasi diajukan paling lambat 5 tahun sebelum izin operasinya berakhir. Kata kunci: penuaan, perpanjangan umur operasi ABSTRACT ASSESSMENT OF PLANT LIFE EXTENSION FOR RESEARCH REACTORS IN INDONESIA. Indonesia has three research reactors operated by BATAN. Two of them namely, Kartini dan Multi Purpose Reactors G.A. Siwabessy have already received extended operation license from the BAPETEN. The extended operation license of Kartini Reactor will be expired on year 2010, and G.A. Siwabessy Multi Purpose Reactor on year 2020. This paper describes assessment of the plant life extension or extended operation license for the research reactors in Indonesia. Aim of this assessment is to prepare a comprehensive program and acceptance criteria need for extended operation license of research reactor. The description method is based on assessment of the Government Regulation No. 43 of 2006 on “Licensing of Nuclear Reactors” and BAPETEN Act No. 8 of 2008 on “Safety Regulation of Ageing Management for Non Power Reactor”, and other documents. The assessment results are comprehensive program and acceptance criteria for plant life extension for extended operation. The conclusion covers the comprehensive program and acceptance criteria need for extended operation license, which are: PLEX Organization, ongoing plant life management document, comprehensive evaluation of SSC’s condition and feasibility study documents, preparing the documents of plant life management for extended operation period, time limited ageing analysis and etc. The required documents for application of extended operation license must be submitted not more than 5 years before operation license is expired. Keywords: ageing, plant life extension
230
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
BAB I
Indonesia mempunyai 3 (tiga) reaktor riset yang dioperasikan oleh
PENDAHULUAN
Pengusaha Instalasi Nuklir (PIN) yaitu Badan Tenaga Nuklir Nasional
Ada dua hal utama yang menjadi
(BATAN). Ketiga reaktor tersebut
dasar pertimbangan pada perpanjangan
adalah: Reaktor Kartini100 KW di
umur/izin operasi yaitu dari segi teknis
Yogyakarta (kritis tahun 1979), Reaktor
dan ekonomi. Segi teknis terkait dengan
Serba Guna G.A. Siwabessy30 MW di
keinginan (demand) agar reaktor dapat
Serpong (kritis tahun 1987), dan Reaktor
dioperasikan lebih lama (long term
TRIGA 2000 di Bandung (kritis tahun
operation) atau kontinyu melebihi
2000).
nominal umur desain (original design) dengan
tetap
Umur Reaktor Kartini relatif sudah
memprioritaskan
tua. Perpanjangan izin operasi periode ke
keselamatan operasi meskipun kondisi
I diperoleh tahun 1985. Tahun 2006
sistem, struktur dan komponen (SSK)
Reaktor
telah mengalami degradasi penuaan
perpanjangan izin operasi periode ke II
khususnya untuk komponen kategori I
dari BAPETEN sampai tahun 2010 dan
(SSK utama yang penting, tidak
saat ini sedang menunggu perpanjangan
redundan, tidak mudah diperbaiki atau
izin operasi periode ke III. Tahun 2007
diganti), misalnya tangki reaktor/liner,
Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy
sistem pipa pendingin utama/primer,
mendapatkan izin operasi bahan bakar
teras reaktor. Dari segi ekonomi,
silisida dari BAPETEN sampai tahun
perpanjangan umur operasi dari nominal
2025. Sedangkan izin operasi Reaktor
umur desain 40 tahun menjadi 50 tahun
TRIGA 2000 akan berakhir pada tahun
atau 60 tahun berarti penghematan biaya
2016.
Kartini
mendapatkan
yang sangat signifikan bila dibandingkan
Perpanjangan umur operasi yang
dengan membangun reaktor yang baru.
direpresentasikan dengan perpanjangan
Jadi merupakan suatu keberuntungan dari
izin operasi dari Badan Pengawas
segi ekonomi sepanjang keselamatan
penting dilakukan oleh institusi operator
operasi reaktor tetap terjaga[1].
untuk menjamin bahwa dalam pengoperasian reaktor akan memberikan
231
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
pelayanan sesuai prinsip keselamatan
penerimaan untuk dapat digunakan
nuklir.
sebagai referensi dalam memperoleh
Sampai saat ini IAEA belum mengeluarkan
safety guide
perpanjangan umur/izin operasi reaktor
yang
riset di Indonesia. Metode yang
mengatur secara eksplisit mengenai
digunakan dalam kajian ini adalah
perpanjangan umur/izin operasi untuk
melakukan penelaahan pada acuan
reaktor riset. Kanada telah berinisiatif
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia
melakukan
proses perpanjangan
Nomor 43 tahun 2006 tentang ”Perizinan
umur/izin operasi untuk reaktor risetnya
Reaktor Nuklir”, dimana di dalam
berdasarkan peraturan yang dikeluarkan
Peraturan Pemerintah tersebut dibahas
oleh Badan Pengawas/Badan Pengatur
jenis izin yang dikeluarkan oleh
setempat[2].
BAPETEN
dan
persyaratannya,
Berdasarkan permasalahan tersebut
Peraturan Kepala Badan Pengawas
makalah ini akan mengkaji cara untuk
Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2008
melakukan
tentang ”Ketentuan Keselamatan
perpanjangan umur/izin
operasi reaktor riset di Indonesia. Tujuan
Manajemen
kajian ini adalah menyusun program
Nondaya”[3,4], dan dokumen lainnya.
yang komprehensif dan kriteria
Diharapkan dengan melakukan kajian
penerimaan yang diperlukan untuk
perpanjangan umur/izin operasi reaktor
perpanjangan izin operasi reaktor riset.
riset di Indonesia, halhal terkait dengan
Kajian ini perlu dilakukan karena
program dan kriteria penerimaan yang
BAPETEN selaku institusi yang bertugas
diperlukan dapat dipersiapkan dan
melaksanakan pengawasan melalui
disusun secara komprehensif sehingga
peraturan, perizinan, dan inspeksi
perpanjangan izin operasi dapat diberikan
terhadap segala kegiatan pemanfaatan
untuk jangka waktu maksimal sesuai PP
tenaga nuklir belum mengeluarkan
No. 43 tahun 2006, yaitu sampai 20
peraturan yang mengatur secara eksplisit
tahun.
dan
komprehensif
mengenai
perpanjangan umur/izin operasi reaktor riset di Indonesia.
Sasaran yang
diinginkan adalah diperolehnya program yang komprehensif dan kriteria
232
Penuaan
Reaktor
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
PERPANJANGAN
jangka waktu paling lama 40 (empat
UMUR/IZIN OPERASI REAKTOR
puluh tahun) sejak tanggal diterbitkan.
RISET
Pasal 20 ayat (2) menyebutkan untuk
DOKUMEN
Didalam pasal 6 ayat (1) dari Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 43 tahun 2006 tentang Perizinan Reaktor Nuklir, disebutkan bahwa Badan Pelaksana yang akan melaksanakan pembangunan, pengoperasian, dan dekomisioning reaktor nuklir (reaktor daya dan reaktor nondaya/reaktor riset) wajib memiliki izin dari Kepala BAPETEN. Pasal 6 ayat (2) dari peraturan yang sama menyebutkan bahwa izin diberikan secara bertahap meliputi: izin tapak, izin konstruksi, izin komisioning, izin operasi dan izin dekomisioning. Sedangkan izin untuk extended shutdown tidak secara eksplisit dibahas karena izin untuk extended shutdown termasuk di dalam izin operasi. Hal ini dapat diartikan jika izin operasi reaktor riset berakhir (expired), maka Pengusaha Instalasi Nuklir (PIN) harus mengajukan izin dekomisioning. Di satu sisi dekomisioning bukan pilihan yang terbaik, sehingga PIN harus mengajukan perpanjangan umur/izin operasi bila masih menginginkan reaktor tetap dapat dioperasikan. Hal ini memungkinkan karena pada pasal 20 ayat (1) disebutkan bahwa izin operasi diberikan untuk 233
reaktor nuklir yang didesain dengan umur operasi lebih dari 40 tahun, PIN dapat
mengajukan
permohonan
perpanjangan izin operasi kepada Kepala BAPETEN paling lambat 5 (lima) tahun sebelum izin operasi berakhir dengan melampirkan: (a) laporan analisis keselamatan akhir, (b) laporan kegiatan operasi, dan (c) laporan kajian penuaan. Pada ayat (6) menyebutkan bahwa perpanjangan izin operasi diberikan 1 (satu) kali untuk jangka waktu paling lama 20 (dua puluh) tahun terhitung sejak izin operasi berakhir. Mengacu pada pasal 20 ayat (1), (2) dan (6) maka perpanjangan umur/izin operasi reaktor riset di Indonesia dapat dilaksanakan. Pasal 10 ayat (1) Peraturan Kepala Badan Pengawas Tenaga Nuklir Nomor 8 Tahun 2008 tentang ”Ketentuan Keselamatan Manajemen Penuaan Reaktor Nondaya”[4] menyatakan bahwa PIN harus melaksanakan manajemen penuaan yang berfokus pada SSK kritis selama tahap operasi.
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
BAB II
perpanjangan izin operasi untuk siklus
PEMBAHASAN
(periode) kesatu (untuk Reaktor TRIGA 2000), kedua, ketiga dan seterusnya sepanjang prosedur dan persyaratan yang
Perpanjangan izin operasi periode
ditetapkan pada referensi [3,4] dipenuhi,
ke II Reaktor Kartini akan berakhir pada
meskipun SSK telah mengalami
tahun 2010 dan saat ini sedang
degradasi penuaan.
menunggu perpanjangan izin operasi untuk periode yang ke III. Izin operasi Reaktor Serba Guna G.A. Siwabessy akan berakhir pada tahun 2025, sedangkan izin operasi Reaktor TRIGA 2000 akan berakhir ada tahun 2016.
Program yang harus disiapkan oleh PIN terkait dengan perpanjangan umur/izin operasi reaktor riset dijelaskan sebagai berikut: PIN berkewajiban menetapkan dan
Dengan mengacu pada pasal 20 ayat (1), (2) dan (6) dari referensi[3], berarti
melaksanakan
program
terkait
terbuka peluang untuk ketiga reaktor riset
manajemen umur reaktor risetnya (plant
di Indonesia untuk memperoleh
life management/PLIM) sebelum dan selama reaktor beroperasi.
Program PLIM terdiri dari: 1 . 2
menetapkan metodologi PLIM, meliputi: penapisan (screening) dan pemeringkatan (ranking) untuk identifikasi SSK kritis, menentukan elemen teknik, meliputi:
.
3 .
karakterisasi penuaan SSK kritis, strategi perawatan, teknik inspeksi in service dan survailan, perbaikan dan penggantian total/sebagian SSK, melakukan verifikasi untuk melihat kesesuaiannya dengan dasar ijin operasi. melakukan pencatatan dan pengumpulan data, meliputi: data awal spesifikasi SSK yang diperoleh dari pabrikan (jenis dan proses pabrikasi
material, sifatsifat mekanik, codes dan standar yang digunakan), data kegagalan (riwayat operasi, inspeksi inservice, monitoring in service), data pemicu dan akar masalah penuaan, data mekanisme degradasi atau kegagalan, data perawatan dan pengujian.
234
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
4
menentukan hubungan antara perawatan dan manajemen umur reaktor riset,
. 5
melakukan penelitian terkait bahan tangki reaktor.
. Dari sudut pandang manajemen umur
manajemen umur reaktor riset sehingga
reaktor riset, kajian program perawatan
dapat dioperasikan untuk waktu yang
SSK mempunyai esensi yang penting
lama. Melalui penelitian dapat
karena tercapainya tujuan operasi yang
didiskripsikan fenomena dan isuisu
lama/panjang serta terpenuhinya evaluasi
penuaan tangki reaktor riset sebagai
komprehensif penuaan reaktor riset salah
fungsi dari parameter in service seperti
satu faktornya adalah terlaksananya
iradiasi neutron, kimia air pendingin,
program perawatan yang baik.
waktu, dan lain sebagainya. Hasil dari
Penelitian
penting
dilakukan
penelitian dapat memberikan informasi
khususnya untuk mengkaji integritas
penting terkait sifatsifat mekanik SSK
tangki reaktor untuk mendukung
yang telah mengalami penuaan[1,5].
Persyaratan yang harus disiapkan oleh PIN terkait dengan perpanjangan umur/izin operasi reaktor riset dijelaskan sebagai berikut: 1. 2.
PIN merencanakan program perpanjangan umur/izin operasi reaktor riset, PIN membentuk organisasi perpanjangan umur/izin operasi reaktor riset atau disebut dengan organisasi PLEX (Plant Life Extension), yang bertugas: melakukan evaluasi secara komprehensif kondisi SSK reaktor akibat penuaan (tangki reaktor, teras reaktor, pipapipa pendingin primer/sekunder, penukar panas, struktur beton, dan lain sebagainya), menentukan layak/tidaknya SSK reaktor dioperasikan lebih lama. Penuaan SSK dapat menurunkan keandalan operasi reaktor riset. Referensi untuk melakukan evaluasi secara komprehensif digunakan dokumen manajemen umur reaktor riset yang sedang berjalan. Hasil evaluasi komprehensif terhadap kondisi SSK digunakan oleh organisasi PLEX sebagai referensi untuk menentukan layak/tidaknya SSK dioperasikan lebih lama. Bila dianggap perlu, organisasi PLEX dapat dibantu oleh AMATs (Ageing Management Assessment Teams) untuk melakukan evaluasi komprehensif dan menentukan kalayakan. AMATs beranggotakan personil yang profesional yang 235
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
3. 4.
tugasnya khusus untuk melakukan kajian penuaan SSK reaktor[6], menyiapkan dokumen evaluasi penuaan dan studi kelayakan, menyiapkan dokumen program manajemen umur reaktor (PLIM) untuk periode
5.
perpanjangan umur/izin operasi, menyiapkan dokumen telaah analisis penuaan komponen yang dibatasi waktu (Time Limited Ageing Analysis/TLAAs) yaitu prediksi penuaan komponen selama periode
6. 7.
perpanjangan umur, menyiapkan dokumen hasil penelitian (program survailan) khususnya penelitian bahan tangki reaktor, menyiapkan dokumen laporan analisis keselamatan akhir yang isinya antara lain: informasi kajian terhadap kemungkinan dampak radiasi yang akan ditimbulkan selama masa perpanjangan umur operasi, spesifikasi teknis yang baru (yang sudah dimutakhirkan/update, khususnya bila ada penggantian sebagian/penggantian total dan modifikasi SSK yang dapat mempengaruhi keselamatan instalasi nuklir)[7]. Selanjutnya dokumen (3) sampai
persyaratan,
maka
BAPETEN
dengan (7) diserahkan kepada BAPETEN
menerbitkan izin operasi selama periode
sebagai persyaratan permohonan
tertentu. Skema usulan proses terdiri dari
perpanjangan umur/izin operasi.
prosedur dan persyaratan ditunjukkan
BAPETEN melakukan penilaian teknis
pada Gambar 1.
terhadap
dokumen
permohonan
perpanjangan izin operasi dalam jangka waktu paling lama 2 (dua) tahun sejak dokumen
diterima.
Selanjutnya
BAPETEN menerbitkan dokumen hasil penilaian teknis. Jika dokumen hasil penilaian
teknis
permohonan
perpanjangan izin operasi tidak memenuhi persyaratan, BAPETEN menerbitkan keputusan penolakan dan dokumen usulan dikembalikan kepada PIN. Sebaliknya jika dokumen hasil penilaian
teknis
permohonan
perpanjangan izin operasi memenuhi
236
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
Pada kasus penerbitan izin
penelitian (program survailan) terkait
perpanjangan operasi dari BAPETEN ke
dengan penuaan tangki reaktor riset
PIN terlambat, hal ini dimungkinkan
khususnya untuk reaktor riset dengan
karena dokumen persyaratan yang
daya tinggi (≥ 30MW) tidak disediakan.
disampaikan oleh PIN kepada BAPETEN
Ketidak komprehensifan dokumen yang
kurang
(tidak
disampaikan oleh PIN untuk permohonan
sekomprehensif seperti yang dijelaskan
perpanjangan umur/izin operasi ini
di atas), meskipun memenuhi persyaratan
kemungkinan menjadi salah satu bahan
seperti yang tertulis pada pasal 20 ayat
pertimbangan bagi BAPETEN dalam
(2). Sebagai contoh, untuk dapat
menetapkan/memutuskan periode (jangka
melakukan evaluasi penuaan SSK kritis
waktu) perpanjangan izin operasi.
reaktor diperlukan data hasil inspeksi in
Sebaiknya PIN menyertakan dokumen
service yang cukup representatif yang
yang cukup komprehensif ketika
diperoleh dari beberapa periode
mengajukan permohonan perpanjangan
pelaksanaan inspeksi
in service.
izin operasi sehingga jangka waktu
Dokumen hasil telaah analisis penuaan
perpanjangan izin operasi dapat diberikan
komponen yang dibatasi waktu (prediksi
oleh BAPETEN untuk jangka waktu
penuaan komponen selama periode
lama sampai 20 tahun.
komprehensif
perpanjangan umur) dan dokumen hasil
237
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
● Rencana perpanjangan umur/izin operasi R.R
Dok. Program Manajemen Umur Reaktor Riset
(dikeluarkan oleh PIN)
● Evaluasi kondisi tangki reaktor, teras reaktor, pipa sistem primer/sekunder, SIK, penukar panas, struktur beton,dll. ● Studi kelayakan (Tim Perpanjangan Umur/Izin Operasi)
Tambahan Informasi/ Tindakan Koreksi/Perbaikan
Dok. TLAAs
Dok. Penelitian
BAPETEN ● Melakukan Penilaian Teknis
LAK Akhir ● Kajian Dampak Radiasi ● Spesifikasi Teknis Baru
● Dokumen Hasil Penilaian Teknis
Memenuhi
Tidak
Persetujuan Perpanjangan izin operasi
Ijin Operasi Terbit
Keputusan Penolakan
Keterangan : PIN : Pengusaha Instalasi Nuklir TLAAs : Time Limited Ageing Analysis Gambar 1. Skema Usulan Prosedur Perpanjangan Umur/Izin Operasi Reaktor Riset di Indonesia
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
BAB III
dimutakhirkan, khususnya bila ada
KESIMPULAN
penggantian sebagian/penggantian total dan modifikasi SSK yang dapat mempengaruhi keselamatan instalasi
Dari hasil studi disimpulkan bahwa
nuklir). Semua dokumen persyaratan
program komprehensif dan kriteria
permohonan perpanjangan izin operasi
penerimaan yang diperlukan untuk
diajukan paling lambat 5 (lima) tahun
perpanjangan umur/izin operasi reaktor
sebelum izin operasinya berakhir.
riset di Indonesia harus dibuat, meliputi: program
PLIM,
perencanaan
perpanjangan umur/izin operasi,
DAFTAR PUSTAKA
pembentukan organisasi PLEX, dokumen manajemen umur reaktor riset yang
[1] INTERNATIONAL
ATOMIC
sedang berjalan, dokumen evaluasi
ENERGY AGENCY, “Plant Life
komprehensif kondisi SSK dan dokumen
Management for Long Term
studi kelayakannya, menyiapkan
Operation of Light Water Reactor”,
dokumen program manajemen umur
Technical Report Series No. 448,
reaktor (PLIM) untuk periode
Vienna, (2006). [2] CANADIAN NUCLEAR SAFETY
perpanjangan umur/izin operasi, menyiapkan dokumen telaah analisis penuaan komponen yang dibatasi waktu/ TLAAs (prediksi penuaan komponen selama periode perpanjangan umur), menyiapkan dokumen hasil penelitian
COMMISSION, “OverviewAnnual Report”, (20052006) [3] PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 43, “Tentang Perizinan Reaktor
(program survailan) khususnya penelitian
Nuklir”, (2006) [4] PERATURAN KEPALA BADAN
bahan tangki reaktor dan menyiapkan
PENGAWAS TENAGA NUKLIR
dokumen laporan analisis keselamatan
NOMOR 8, “Tentang Ketentuan
akhir yang isinya antara lain informasi
Keselamatan Manajemen Penuaan
kajian terhadap kemungkinan dampak
Reaktor Nondaya”, (2008). [5] INTERNATIONAL ATOMIC
radiasi yang akan ditimbulkan selama masa perpanjangan umur operasi, spesifikasi teknis yang baru (yang sudah
ENERGY AGENCY, “Ageing Management for Research Reactors”, IAEA Safety Standards,
Prosiding Seminar Keselamatan Nuklir, 5 – 6 Agustus 2009
DS412, October (2008). [6] INTERNATIONAL ATOMIC ENERGY AGENCY, “Ageing Management Assessment Teams”, IAEA Services Series No. 4, March (1999). [7] INTERNATIONAL ENERGY
ATOMIC AGENCY,
“Modifications to Nuclear Power Plants”, IAEA Safety Standards Series No. NSG2.3, October (2001).