Kajian Penggunaan apestisida Nabati Pada Pengendalian Hama Padi Nina Mulyanti,Eka Miftahul Jannah dan Zahara Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Lampung Jl. Hi. Z.A Pagar Alam No. 1a Rajabasa, Bandar Lampung Fax (0721)705273. E-mail:
[email protected]
ABSTRAK Kajian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan pestisida nabati dalam pengendalian hama tanaman padi varietas Inpari-6 di Desa Tanjung Harapan, Kecamatan Penengahan, Lampung Selatan. Kajian dilaksanakan dari bulan Juni – November 2011 menggunakan Rancangan Acak Kelompok dan 3 ulangan.. Perlakuan pemberian pestisida; A: Pestisida Nabati 100% (4 kali penyemprotan pestisida nabati,tanpa penyemprotan pestisida kimia sintetis); B: Pestisida Kimia sintetis 100% (4 kali penyemprotan pestisida kimia sintetis,tanpa penyemprotan pestisida nabati) dan C: Pestisida Nabati 50%: Pestisida Kimia sintetis 50% (2 kali penyemprotan pestisida nabati dan 2 kali penyemprotan pestisida kimia sintetis). Varietas padi menggunakan Inpari-6dan pupuk yang digunakan adalah 250 kg urea, 250 kg NPK dan 1.000 kg pupuk organik. Peubah yang diamati selama pengkajian meliputi, tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah gabah hampa/malai, jumlah gabah isi/malai, dan hasil gabah kering panen, sebagai data penunjang. Sedangkan persentase dan intensitas serangan hama penyakit sebagai pengamatan utama. Analisis data menggunakan sidik ragam dan uji beda nyata DMRT pada taraf 5 %.Hasil pengkajian menunjukkan bahwa,penggunaan pestisida nabati berupa larutan sereh yang diaplikasikan dengan frekwensi tinggi dapat mengurangi persentase serangan hama ulat tanduk hijau, sedang larutan Brotowali dan daun sirsak kurang efektif pada pengendalian walang sangit. Kata Kunci: Padi, pestisida nabati, hama dan Lampung
ABSTRACT
The Use of Botanical Pesticide in Pest Management of Rice.This studyaims to determinethe effect ofbotanical pesticide in Inpari-6 varietyat Tanjung HarapanVillage, Penengahan Subdistrict, South Lampung. The study was conductedfrom June to November2011 2011 usingrandomized block designandthreereplications.The treatmentsA: Botanical Pesticides 100%(4 timessprayingbotanical pesticide and without synthetic chemical pesticides), B:100%SyntheticChemical Pesticides(4times thesprayingof chemical pesticideswithoutbotanical pesticide andC: BotanicalPesticides 50%: Pesticidessyntheticchemistry 50%(2 timessprayingbotanical pesticide and2 timessprayingof synthetic chemical pesticides). Rice varietiesusingInpari-6 andfertilizerusedare250 kgurea, 250 kgNPK and 1,000kgorganic fertilizer. Variablesobservedduring the assessmentinclude, plant height, number ofproductivetillers per clump, number of filled grain per panicle and number of empty grain per panicleanddry grainharvest/ha,assupporting data.While thepercentageand intensity ofpestattacksas themain observations. Analysis ofdata usinganalysis of varianceandDMRTtestsignificant differenceat the level of5%. The results ofthe
103
studyindicatethat, the use ofbotanical pesticidessuch aslemongrasssolutionapplied withhigh frequencyto reducethe percentage ofgreenhornedcaterpillar attack, while is a solution ofBrotowaliandsoursop leavesless effectiveatrice bug managementcontrol. Key words: Rice, botanical pesticide, pest, Lampung
PENDAHULUAN
Pengendalian hama tanaman merupakan salah satu faktor yang menentukan keberhasilan dalam usaha tani padi. Pada umumnya para petani masih sangat menggantungkan pada penggunaan pestisida kimia. Namun demikian penggunaan pestisida yang tidak tepat dan tidak benar baik jenis maupun dosis dapat menimbulkan masalah seperti, resistensi dan resurgensi hama, ledakan organisme pengganggu tanaman (OPT) sekunder, matinya populasi musuh alami, serta residu pestisida yang berdampak pada kesehatan manusia.dan lingkungan (Mahrub, 2000). Salah satu alternatif teknologi pengendalian Organisme Pengganggu Tanaman adalah penggunaan pestisida nabati. Alam sebenarnya telah menyediakan bahanbahan alami yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi serangan OPT pada tanaman padi. Oleh sebab itu,aplikasi pestisida nabati perlu mendapat perhatian untuk dikembangkan, karena jenis pestisida ini mudah terurai di lingkungan, kurang beracun terhadap jasad berguna, relatif lebih murah dan mudah diperoleh. Bahan aktif pestisida nabati adalah produk alam yang berasal dari tanaman yang mempunyai kelompok metabolit sekunder yang mengandung beribu-ribu senyawa bioaktif seperti alkaloid, terpenoid, fenolik, dan zat–zat kimia sekunder lainnya. Senyawa bioaktif tersebut apabila diaplikasikan ke tanaman yang terinfeksi OPT, tidak berpengaruh terhadap fotosintesis pertumbuhan ataupun aspek fisiologis tanaman lainnya, namun berpengaruh terhadap sistem saraf otot, keseimbangan hormone, reproduksi, perilaku berupa penarik, anti makan dan sistem pernafasan OPT (Setiawati, et al., 2008).Hasil penelitian menunjukkan bahwabeberapa jenis pestisida nabati
cukupefektif
terhadap
beberapa
jenis
hama
(Kardinandan
Iskandar
1998).Sebagai pengendali hama, tumbuhan yang berkhasiat ini menekan biaya yang dikeluarkan sehingga usahatani menjadi lebih efisien dan murah. Kebutuhan pangan yang makin meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk mendorong pemerintah terus berusaha meningkatkan produksi pangan, khususnya beras, dengan berbagai usaha termasuk memanfaatkan potensi
104
lokal.Pestisida nabati merupakan kearifan lokal yang dapat mendukung sistem pertanian organik dan dapat memeliharaekosistem pada usahatani padi sawah untuk mencapai produktivitas dan menjamin ketersediaan beras secara berkelanjutan. Tujuan pengkajian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan pestisida nabati dalam pengendalian hama penyakit tanaman padi varietas Inpari-6 di Desa Tanjjung Harapan, Lampung Selatan.
BAHAN DAN METODE
Kegiatan dilaksanakan pada lahan sawah irigasi teknis di DesaTanjung Harapan, KecamatanPenengahan, Kabupaten Lampung Selatan, pada bulan Juni – November 2011. Pengkajian menggunakan plot-plot berukuran (15x28)m2 sebanyak 9 plot. Metode penelitian menggunakan Rancangan Percobaan Acak Kelompok (RCBD), dengan 3 perlakuan dan ulangan 3 kali. Perlakuan yang dikaji meliputi: Perlakuan pemberian A: Pestisida Nabati 100% (4 kali penyemprotan pestisida nabati tanpa penyemprotan pestisida kimia sintetis); B: Pestisida Kimia sintetis 100% (4 kali penyemprotan pestisida kimia sintetis tanpa penyemprotan pestisida nabati)dan C: Pestisida Nabati 50%: Pestisida Kimia sintetis 50% (2 kali penyemprotan pestisida nabati dan 2 kali penyemprotan pestisida kimia sintetis). Varietas padi yang digunakan adalah Inpari-6 yang ditanam 1 bibit per lubang dengan sistem tanam jejer legowo 4:1. Pupuk yang digunakan adalah 250kg urea, 250 kg NPK dan 1.000 kg pupuk organik. Pestisida nabati yang digunakan per hektar pertanaman sesuai dengan hama yang menyerang tanaman yaitu: Untuk hama ulat daun : 250 gram Sereh (Cymbopogon nardus L)diblender dengan 4 gelas air, kemudian disaring dan dicampur dengan 13 liter air. Untuk hama walang sangit : 1 kg Brotowali (Tinospora rumphii) dan 50 lembar daun sirsak (Annona muricata)ditumbuk halus dengan air satu liter. Emulsi kemudian disaring dan dilarutankan dengan 16 liter air. Pestisida kimia sintetis yang dipakai untuk ulat tanduk hijau adalah dimohipo 50C dan untuk walang sangit adalah BPMC/fenobukarb 500 EC.Penyemprotan pestisida nabati dan sintetis dilakukan ketika ada serangan hama dan diaplikasikan pada tanaman pada pagi hari. Peubah yang diamati selama pengkajian meliputi,tinggi tanaman, jumlah anakan per rumpun, jumlah gabah hampa/malai, jumlah gabah isi/malai, dan hasil
105
gabah kering panen, Gejala serangan di daun oleh ulat tanduk hijau diamati persentase dan intensitas serangannya sebelum dan sesudah aplikasi pestisida, sedangkan persentasewalang sangit dilihat dari jumlah populasinya pada rumpun padi seluas 1 x 1 m2..Masing-masing pengamatan diulang 3 kali ditiap plot.Analisis data menggunakan sidik ragam dan ujibeda nyata DMRT pada taraf 5 %.
Persentase dan intensitas serangan menggunakan rumus sebagai berikut;
Persentase serangan
P = Tingkat kerusakan tanaman (%) A =Jumlah tanaman terserang per petak contoh N = Jumlah tanaman total per petak contoh
(Rumus menurut Dendang, dkk.,2007) Tingkat kerusakan tanaman (Intensitas serangan)
P = Tingkat kerusakan tanaman (%) N = Jumlah rumpun yang memiliki nilaikerusakan (skor) yang sama V = nilai/scoring teruskan yang ditetapkan berdasarkan luas daun yang terserang Yaitu : 0 = tanaman sehat 1 = luas kerusakan daun > 0 - ≤ 25 % 3 = luas kerusakan daun >25- ≤ 50 % 5 = luas kerusakan daun >50 - ≤ 75 % 7 = luas kerusakan daun >75 - ≤ 100 %
Z = Nilai kerusakan tertinggi (v = 7) N = Jumlah rumpun yang diamati (Rumus menurut Dendang, dkk., 2007)
106
HASIL DAN PEMBAHASAN Dari pengamatan di lapangan hama yang dominan ditemukan di pertanaman adalah
ulat
tanduk
hijau
(Melanitis
leda
ismene
Cramer)
dan
walang
sangit.(Leptocorisa oratorius). Ulat tanduk hijau menyerang dari fase anakan sampai tanaman membentuk malai, sedangkan walang sangit menyerang ketika tanaman mencapai fase berbunga. Tanaman padi di lokasi kegiatan pada fase berbunga juga ada yang diserang penggerek batang namun persentasenya sangat rendah. Dari intensitas serangan terlihat bahwa rata-rata luas kerusakan daun akibat serangan hama ulat tanduk hijaumasih dibawah 25%. Sebelum aplikasi pestisida, tanaman padi mendapat serangan ulat tanduk hijau dengan persentase serangan 56,41% dan intensitas serangannya 24,24%, sedang persentase serangan walang sangit 26,12%. Setelah penyemprotan, terlihat baik persentase maupun intensitas seranganulat tanduk hijau ini tertinggi terdapat pada perlakuan pengendalian dengan pestisida kimia sintetis 100%, berturut-turut 37,44 dan 24,77%sedang persentase dan intensitas serangan terendah terdapat pada pengendalian dengan pestida nabati 100%, berturutturut yaitu 18,44 dan 14,66% (Tabel 1). Dari analisa statistik, persentase serangan dan tingkat kerusakan yang disebabkan oleh ulat tanduk hijau terlihat ada perbedaan nyata antara pengendalian memakai pestisida nabati 100% dengan penggunaan pestisida kimia sintetis 100%, sedang pada perlakuan pestisida (nabati 50% :kimia sintetis 50%) tidak berbeda nyata baik dengan perlakuan pestisida nabati 100% maupun dengan perlakuan pestisida kimia sintetis100%. Dari data initerlihat bahwa pemakaian pestisida nabati 100% yang berupa larutan sereh dapat mengurangi persentase serangan hama ulat tanduk hijau.
Tabel 1. Persentase dan Intensitas Serangan Ulat Tanduk Hijau dan Walang Sangitr Pada Padi Varitas Inpari 6 di Desa Tanjung Heran, Kabupaten Lampung Selatan Ulat Tanduk Hijau Perlakuan
Persentase (%)
Pestisida Nabati 100%
18,44
Pestisida Kimia sintetis100% Pestisida Nabati : Pestisida Kimia sintetis: 50%;50%
b
Intensitas (%)
Walang Sangit Persentase (%)
14,66b
17,63 a
37,44 a
24,77 a
22,60 a
24,66 ab
22,77 ab
16,63 a
107
Sebelum aplikasi pestisida
56,41
KK (%)
15,42
a
24,24 a
26,12 a
18,05
17,14
Keterangan : Rerata selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan duncan multiple range test (DMRT) taraf α = 0,05. Dari pengamatan dan analisa statistik, penggunaan pestisida nabati dengan frekwensi yang lebih sering dapat menekan serangan hama padi terutama pada ulat tanduk hijau walaupun hama ini jarang menyebabkan kehilangan hasil, karena tanaman yang terserang dapat sembuh kembali. Sereh yang digunakan sebagai bahan pestisida mengandung minyak atsiri yang terdiri dari senyawa sitral, sitronela, geraniol, mirsena, nerol, farnesol methil heptenol dan dipentena. Kandungan yang paling besar adalah sitronela yaitu sebesar 35% dan graniol sebesar 35 - 40%. Cara kerja dari senyawa-senyawa ini terutama sitronela mempunyai sifat racun dehidrasi (desiccant). Racun tersebut merupakan racun kontak yang dapat mengakibatkan kematian karena kehilangan cairan terus menerus selain itu sebagai penolak (repellent) (Setiawati, et al. 2008). Walang sangit merupakan hama yang cukup merugikan karena mengisap cairan bulir padi pada fase pemasakan. Kerusakan yang ditimbulkan menyebabkan beras berubah warna dan mengapur, serta gabah menjadi hampa dan dapat menyebabkan kehilangan hasil mencapai 50% (Puslitbang Tanaman Pangan, 2007).Persentase serangan walang sangit setelah penyemprotan, paling tinggi terdapat pada perlakuan pestisida kimia sintetis 100% yaitu, 22,60%, diikuti oleh perlakuan pestisida (nabati 50% : kimia sintetis 50%) dan terendah pada perlakuan pestisida nabati 100%. Terlihat penggunaan pestisida nabati berupa larutan brotowali dan daun sirsak cukup membantu walaupun belum begitu efektif dengan tidak adanya perbedaan yang nyata dengan penggunaan pestisida kimia sintetis 100% dan pestisida kimia sintetis 50%. Ekstrak Brotowali mengandung alkaloid, damar lunak, pati, glikosida pikroretosid, zat pahit pikroretin, harsa, berberin, palmatin, kolumbin (akar), kokulin (pikrotoksin) yang bisa menimbulkan berbagai pengaruh pada pertumbuhan dan perkembangan serangga antara lain Sebagai pengusir (repellent), racun syaraf dan penghambat perkembangan serangga. Sedangkan daun sirsak mengandung senyawa acetoginin, antara lain asimisin, bulatacin dan squamosin. Pada konsentrasi tinggi, senyawa acetogenin memiliki keistimewan sebagai anti feedent. Dalam hal ini, serangga hama tidak lagi bergairah untuk melahap bagian tanaman yang disukainya.
108
Sedangkan pada konsentrasi rendah, bersifat racun perut yang bisa mengakibatkan serangga hama menemui ajalnya (Hartati, 2002).
Tabel 2.Pertumbuhan Tanaman dan Komponen Hasil Padi Varitas Inpari 6 di Desa Tanjung Heran, Kabupaten Lampung Selatan
Perlakuan Pestisida Nabati 100% Pestisida Kimia 100%
Tinggi Tanaman
Jumlah Anakan Produktif
Jumlah Gabah
(cm)
(batang /rumpun)
Butir
Jumlah Gabah Hampa Butir
Hasil GKP t/ha 3,71 a 3,52 a
100,7 a
12,7 a
107,2 a
5,1a
102,6 a
12,3 a
106,2 a
10,3a
Pestisida Nabati : Pestisida Kimia : 50%;50%
107,1 a
13,1a
101,9 a
7,3a
3,55 a
KK (%)
2,55
10,2
5,91
26,3
3,57
Keterangan : Rerata selajur yang diikuti oleh huruf yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan duncan multiple range test (DMRT) taraf α = 0,05.
Dari pengamatan komponen pertumbuhan tanaman dan hasil, tidak ada perbedaan nyata pada tinggi tanaman, jumlah anakan produktif, dan jumlah gabah hampa antar perlakuan penggunaan pestisida. Hasil gabah kering panen antar perlakuan juga tidak berbeda nyata, namun terlihat hasil tertinggi terdapat pada perlakuan pestisida nabati 100%, yaitu 3,71 ton GKP/ha. Penggunaan
brotowali
dan
daun
sirsak
yang
diaplikasikan
lebih
seringmemberikan hasil paling tinggi, jumlah gabah tertinggi(107,2 butir) dan jumlah gabah hampa terendah (5,1)namun belum terlalu efektif menekan serangan walang sangit, oleh karena itu perlu dilakukan penggunaan pestisida nabati dengan bahan tumbuhan lain atau perbaikan cara pembuatan ekstrak nabati tersebut..
KESIMPULAN
Pestisida
nabati
merupakan
kearifanlokal
di
Indonesia
yang
sangat
potensialuntuk dimanfaatkan dalampengendalian organisme pengganggu tanaman guna mendukungsistem pertanian organik.
109
Penggunaan pestisida nabati berupa larutan sereh yang diaplikasikan dengan frekwensi tinggi dapat mengurangi persentase serangan hama ulat tanduk hijau. Larutan Brotowali dan daun sirsak kurang efektif pada pengendalian walang sangit. DAFTAR PUSTAKA
Dendang, B., A. Sudomo, E. Raliman, dan Rusdi. Pengendalian Hama Ulat Jengkal pada Sengon dengan Ekstrak Daun Suren dan Cuka Kayu. Warna Benih. Vol. 8. No. 1. Juli 2007. Balai Besar penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan. 6 Hal.
Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1998.Pengaruh ekstrak batang brotowaliterhadap aktivitas
biologi seranggaTribolium castaneum. Warta TumbuhanObat Indonesia
4(2): 17-22.
Hartati, Z. 2002. Pengujian Ekstrak Biji Daun Sirsak Untuk Mengendalikan Hama Helicoverpa
armigera
Mahrub, 2000. Kajian terjadinya letusan Populasi Wereng Batang Padi Coklat di Kabupaten
Sleman (Studi Kasus : Tingkat pemahaman Petani Terhadap prinsip
Dasar PHT). Mediagama II : 26-32.
Puslitbang Tanaman Pangan, 2007. Masalah lapang, hama, penyakit, hara pada padi. Kerjasama Puslitbang Tanaman Pangan, BPTP SUMUT, BPTP Riau, BPTP Lampung,
BPTP DKI, BPTP DIY, BPTP SULTRA, BPTP KALSEL dan IRRI. .78 hal
. Setiawati, W., R. Murtiningsih, N. Gunaeni, dan T. Rubiati. 2008. Tumbuhan Bahan Pestisida
Nabati dan Cara Pembuatannya untuk Pengendalian Organisasi
Pengganggu Tanaman
(OPT). Primatani Balitsa. Balai Penelitian Tanaman
Sayuran. Puslitbanghort. Balitbang Pertanian. 199 hal
110