Prosiding SNaPP2011 Sains, Teknologi, dan Kesehatan
ISSN:2089-3582
KAJIAN PENGELOLAAN SAMPAH KELUARGA UPAYA MENGURANGI PENCEMARAN SUNGAI (STUDI KASUS RW 07 KELURAHAN CIBEUREUM, KECAMATAN CIMAHI SELATAN) 1
Puti Renosori, 2Endang Prasetianingsih, dan 3Riani Lubis
1
PS Teknik Industri, Universitas Islam Bandung, jl Tamansari 1 Bandung PS Teknik Industri, Universitas Islam Bandung, jl Tamansari 1 Bandung E-mail:
[email protected].
[email protected].
[email protected] 2,3
Abstrak. Perilaku dan kultur masyarakat Jawa Barat dalam membuang sampah ke sungai masih kuat, begitu pula di daerah Cibeureum, Kecamatan Cimahi Selatan, Kota Cimahi. Dari survey pendahuluan hampir sebagian besar sampah keluarga di buang ke Sungai Cibeureum. Hal ini dilakukan baik secara perorangan maupun oleh tukang sampah keliling yang dikelola RT masing-masing. Permasalahan tersebut disebabkan karena kurangnya kesadaran warga akan pentingnya lingkungan hidup juga letak TPS terdekat cukup jauh ± 3 km dan sarana transportasi bermotor pemberian pemerintah kota Cimahi tidak layak pakai. Akibat banyaknya sampah yang dibuang ke sungai, maka terjadi pencemaran, pendangkalan, dan penyempitan di Sungai Cibeureum. Untuk mengatasi permasalahan tersebut perlu mengubah pemikiran warga melalui pelatihan diiringi dengan pengelolaan sampah secara kawasan. Pelatihan yang dilaksanakan cukup berhasil mengubah pola pikir warga tentang pentingnya lingkungan hidup juga memotivasi untuk memilah sampah dan memanfaatkannya dengan cara mengomposkan sampah. Pengomposan sampah di rumah tangga dilakukan dengan metode Takakura sedangkan pengomposan sampah secrara kawasan masih terkendala biaya investasi yang cukup besar.
Kata kunci : pencemaran, pemilahan sampah, pengomposan, metode Takakura
1. Pendahuluan Sungai merupakan salah satu komponen lingkungan yang memiliki fungsi penting bagi kehidupan manusia. Salah satu fungsi utama sungai saat ini adalah sebagai sumber air untuk pengairan lahan pertanian dan untuk memenuhi kebutuhan air bersih, baik untuk kebutuhan rumah tangga maupun untuk kegiatan pada sektor perindustrian. (Aswin , 2009) Pembuangan sampah‐sampah ke sungai, akan menyebabkan pencemaran air, pendangkalan dan penyempitan sungai, juga terhambatnya proses air tanah. Apalagi jika banyak terdapat sampah‐ sampah plastik yang tidak bisa diuraikan oleh tanah, akan mengakibatkan menumpuknya sampah dan limbah tersebut. Pencemaran sungai di di Jawa barat pada tingkat yang cukup menghawatirkan dan sering menyebabkan bencana banjir di beberapa daerah pada musim hujan.. Salah satu yang menyebakan pencemaran sungai adalah perilaku masyarakat di daerah aliran sungai (DAS) yang membuang sampah ke sungai. Pencemaran sungai juga terjadi di sungai Cibeureum. Gambar Sungai Cibeureum yang tercemar sampah dapat dilihat pada gambar 1. Sebagian besar sampah rumah tangga di daerah aliran Sungai 85
86 |
Puti Renosori at al.
Cibeureum dibuang ke sungai baik secara perorangan maupun oleh tukang sampah. Ada beberapa Faktor yang menyebakan masyarakat membuang sampah ke sungai yaitu daerah aliran sungai Cibeureum merupakan kawasan perumahan atau perdagangan dan jasa terutama skala kecil/mikro yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, letak TPS terdekat yaitu di Pasar Cijerah cukup jauh ± 3 km dan tidak tersedia kendaraan bermotor yang memadai/layak pakai juga kebiasaan masyarakat membuang sampah ke sungai akibat kurangnya kesadaran warga akan pentingnya lingkungan hidup. Berdasarkan pengamatan pendahuluan jumlah sampah di lingkungan RW 07 sekitar 7 gerobak atau 7 m3 per sekali pengambilan sampah, karena sampah diambil 3 kali dalam seminggu maka ± 21 gerobak per minggu/ 21 m3, Sampah tersebut terdiri dari sampah organik (70%) dan sampah non organik (30 %). Berdasarkan hal tersebut, maka perlu upaya yang lebih baik untuk mengelola sampah. dengan mengikutsertakan masyarakat secara aktif. Volume sampah dapat dikurangi jika setiap anggota masyarakat secara aktif mengelola sampah rumah tangga sebagai wujud tanggung jawabnya. Salah satu cara pemanfaatan sampah organik adalah pengomposan sampah yang dimulai dari keluarga., Pengomposan skala rumah tangga yang diusulkan menggunakan metode Takakura.
Gambar 1. Sungai Cibeureum yang tercemar sampah
Metode Takakura adalah salah satu metode pengomposan sampah organik untuk skala rumah tangga. Metode ini praktis, murah dan ramah lingkungan. Kunci keberhasilan program kebersihan dan pengelolaan sampah rumah tangga terletak pada pemilahan sampah. Sampah perlu dipilah minimal menjadi sampah organik dan non organik. Tanpa pemilahan, pengolahan sampah menjadi sulit, mahal dan beresiko tinggi mencemari lingkungan dan membayahakan kesehatan. Agar setiap keluarga mau memilah sampah sehingga menjadi kebiasaan hidup diperlukan upaya-upaya untuk meningkatkan pengetahuan warga melalui pelatihan, terutama pada para ibu/wanita, karena fungsi ibu sebagai pengelola rumah tangga. Pelatihan dimaksudkan untuk pengelolaan sampah rumah tangga baik dalam pemilahan sampah dan lebih jauh diolah menjadi kompos.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan
Kajian Pengelolaan Sampah Keluarga Upaya…. |
87
Dengan dikelolanya sampah rumah tangga menjadi produk kompos, maka diharapkan akan terjadi beberapa perubahan antara lain pengurangan volume sampah yang dihasilkan rumah tangga, dan pada sisi lain para wanita dapat menghasilkan produk kompos yang dapat dimanfaatkan sendiri sebagai penyubur tanah atau dijual ke pasaran. Dari uraian diatas maka tujuan makalah ini ialah meningkatkan pengetahuan wanita dalam masalah sampah dan pemanfaatannya, sehingga dapat mengelolaa sampah menjadi produk kompos
2. Metodologi Pencemaran sungai terutama disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Karena itu diperlukan pelatihan untuk mengubah pola pikir bahwa sampah kita tanggung jawab kita yang menghasilkan, dan mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah. Sebelum pelatihan dilakukan survey pendaluan bersama Bapak RW 07 Selanjutnya untuk keperluan pelatihan dibuat modul-modul pelatihan yang sesuai dengan tujuan PKM. Modul-modul pelatihan terdiri atas: 1. Pengelolaan sampah berbasis 3R sebagai upaya mengurangi sampah dari sumbernya 2. Gambaran pengelolaan sampah di RW 07 dan kondisi Sungai Cibeureum yang tercemar sampah 3. Pelatihan pemilahan sampah 4. Pelatihan pegomposan dengan metoda Takakura Materi Pelatihan pelatihan pertama yaitu pengelolaan sampah berbasis 3R dilakukan guna meningkatkan pengetahuan peserta tentang sampah serta pemanfaatannya . Materi tersebut diantaranya pola penanganan sampah yang ada, kesulitannya, bahaya-bahaya akibat sampah dan macam-macam pemanfaatannya misalnya kompos dari sampah organik, kertas daur ulang, dll). Materi pelatihan ke dua yaitu memberikan gambaran pengelolaan sampah di RW 07 dan kondisi Sungai Cibeureum. Hal ini karena letak RW 07 tidak berada di tepi sungai Cibeurem sehingga banyak ibu-ibu yang tidak mengetahui bahwa tukang sampah saat ini membuang samapah ke sungai. Materi pelatihan ke tiga dan ke empat berturut turut yaitu memberikan teori dan demo tentang pemilahan sampah organik dari sampah non organik dilanjutkan dengan memberikan teori dan demo pegomposan dengan metoda Takakura. Hal ini bertujuan agar peserta pelatihan dapat melakukannya dengan benar di rumah masing-masing. Peserta pelatihan adalah para wanita warga /RW 07 terutama ibu rumah tangga, kelurahan Cibeureum, kecamatan Cimahi selatan Kota Cimahi. Hal ini dikarenakan fungsi wanita sebagai pengelola rumah tangga yang menjadi pilar sosial pengubah tingkah laku, maka diharapkan ibu-ibu dapat menularkan pengetahuan dan kebiasaannya pada anggota keluarganya masing-masing.
ISSN:2089-3582 | Vol 2, No.1, Th, 2011
88 |
Puti Renosori at al.
2.1 Metode yang digunakan Pelatihan dan praktek pengomposan yang dilakukan menggunakan Metoda Takakura karena kelebihan metode ini yaitu : • Cocok untuk skala rumah tangga • Mudah dilakukan • Murah • Tidak berbau • Ramah lingkungan • Produk dapat digunakan sendiri atau dijual Langkah-langkah komposting dengan metode Takakura (USAID, 2009) sbb.: 1. Cacah sampah sisa sayur sebelum dimasukkan ke dalam keranjang. 2. Masukkan sisa makanan yang akan dikomposkan ke dalam keranjang, usahakan sampah yang akan dimasukkan adalah sampah baru. 3. Tekan-tekan atau masukkan sampah ke dalam materi kompos dalam keranjang atau aduk-aduk sehingga materi sampah tertutup oleh kompos dalam keranjang. 4. Tutup dengan bantal sekam hingga rapat untuk mencegah lalat dan binatang lain masuk. 5. Tutup dengan kain hitam. Gambar 2. adalah contoh penggunaan komposter Takakura. Metoda lain kurang lebih akan mirip dengan langkah-langkah yang digunakan dalam Takakura.
Gambar 2. Susunan keranjang takakura
Karena itu pada Pelatihan pengomposan Takakura meliputi beberapa tahapan, yaitu : 1. Membuat bantalan 2. Membuat keranjang Takakura 3. Pengomposan 4. Pengujian kualitas kompos Kompos yang dihasilkan akan mempunyai banyak manfaat karena Kompos ibarat multivitamin untuk tanah pertanian. Kompos akan meningkatkan kesuburan tanah dan merangsang perakaran yang sehat. Kompos memperbaiki struktur tanah dengan meningkatkan kandungan bahan organik tanah dan akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mempertahankan kandungan air tanah. Aktivitas mikroba tanah yang bermanfaat bagi tanaman akan meningkat dengan penambahan kompos. Aktivitas mikroba ini membantu tanaman untuk menyerap unsur hara dari tanah dan menghasilkan senyawa yang dapat merangsang pertumbuhan tanaman. Aktivitas mikroba tanah juga diketahui dapat membantu tanaman menghadapi serangan penyakit (Wikipedia, 2009). Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan
Kajian Pengelolaan Sampah Keluarga Upaya…. |
89
Tanaman yang dipupuk dengan kompos juga cenderung lebih baik kualitasnya daripada tanaman yang dipupuk dengan pupuk kimia, misal: hasil panen lebih tahan disimpan, lebih berat, lebih segar, dan lebih enak.Kompos memiliki banyak manfaat yang ditinjau dari beberapa aspek: Aspek Ekonomi : 1. Menghemat biaya untuk transportasi dan penimbunan limbah 2. Mengurangi volume/ukuran limbah 3. Memiliki nilai jual yang lebih tinggi dari pada bahan asalnya Aspek Lingkungan : 1. Mengurangi polusi udara karena pembakaran limbah 2. Mengurangi kebutuhan lahan untuk penimbunan 2.2 Rancangan Evaluasi Evaluasi dilakukan dengan cara pengumpulan data dan pengamatan langsung untuk mengetahui apakah setelah pelatihan, peserta melakukan pemilahan sampah atau tidak, juga tentang pengomposan dan kendala-kendala di lapangan.serta mengamati volume sampah yang dibuang setelah pelatihan. Setelah dilakukan pengamatan tahap selanjutnya adalah analisis. Pada tahap ini akan dibahas faktor penghambat dan faktor pendukung yang dialami selama pelatihan beserta alternatif solusi yang diusulkan. Di samping itu juga akan dianalisis mengenai dampak pembekalan ketrampilan terhadap peningkatan peran wanita.
3. Pembahasan. 3.1 Pelatihan Pengolahan sampah Di Rw 07 Kelurahan Cibeureum. Saat ini sebagian besar sampah rumah tangga dari RW 07 dibuang ke Sungai Cibeureum oleh tukang sampah. Karena letak RW 07, sekitar ± 700 m dari Sungai Cibeureum maka banyak warga yang tidak mengetahui jika sampah tersebut dibuang ke Sungai Cibeureum. Tukang sampah membuang sebagian besar sampah ke sungai melalui akses jalan salah seorang rumah warga yang terletak di pinggir Sungai Cibeureum, yaitu Bapak Ujang Saepudin, dengan membayar Rp 100.000,- /gerobak/bulan. Bapak Ujang dan tukangtukang sampah lainnya mengambil sampah yang laku untuk dijual seperti botol kemasan, kardus2 dll. Sisa sampah yang tidak laku, dijual dibuang ke sungai. Upaya agar mengurangi sampah yang dibuang ke sungai, dilakukan dengan meningkatkan pengelolaan sampah rumah tangga. Hasil diskusi dengan bapak RW, maka perlu diadakan pelatihan pengelolaan sampah. Pelatihan dilaksanakan pada hari Sabtu tanggal 9 April 2011. Karena Keterbatsan tempat dan dana, maka pelatihan lakukan dengan mengundang ibu-ibu arisan RW 07 sebanyak 50 orang Selain warga, pelatihan juga dihadiri oleh Ibu Lurah selaku Ketua Penggerak PKK kelurahan Cibeureum, Bapak Iping Soemantri selaku Penasihat RW, Bapak Ohin Solihin, perwakilan dari Dinas kebersihan dan Pertamanan, Ibu Kurniati selaku Ketua Pokja 3 kelurahan CIbeureum, Ir. Mohamad Satori, MT selaku Narasumber Manajemen Persampahan di Dep. PU dan KLH, Prof. DR. Mella S.H. selaku Ketua Pusat pengembangan Teknologi dan Pengembangan (P2TLH) UNISBA dan Ibu Eva selaku sekertaris P2TLH. Foto peserta pelatihan dapat dilihat pada gambar 3.
ISSN:2089-3582 | Vol 2, No.1, Th, 2011
90 |
Puti Renosori at al.
Gambar 3. Peserta pelatihan berfoto bersama
Foto narasumber saat memberikan pelatihan dapat dilihat pada Gambar 5.
Gambar 5. Nara sumber sedang memberikan materi pelatihan.
Agar memotivasi peserta untuk melakukan pemilahan sampah, maka setiap peserta pelatihan mendapatkan keranjang sampah. Selain itu mereka juga ditawarkan komposter (seperangkat alat pengomposan dengan metoda Takakura) bagi yang mau melakukan pengomposan. Peserta sepakat akan melakukan pengomposan secara berkelompok, dan terbentuklah 10 kelompok. Untuk warga yang berhalangan hadir diberikan surat imbauan agar melakukan pemilahan sampah dirumahnya masing-masing. 3.2 Analisis Walaupun Undang-undang Nomor 18 tahun 2008 tentang pengelolaan sampah sudah diberlakukan dan di dalamnya terdapat larangan membuang sampah ke sungai, akan tetapi pelaksanaan dilapangan sulit dilakukan karena kurangnya pengawasan dan tidak ada sanksi yang benar-benar diterapkan. Pencemaran sungai terutama disebabkan kurangnya kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan hidup. Karena itu diperlukan pelatihan untuk mengubah pola pikir bahwa sampah kita tanggung jawab kita yang menghasilkan, dan mengubah kebiasaan membuang sampah menjadi mengelola sampah.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan
Kajian Pengelolaan Sampah Keluarga Upaya…. |
91
Pengamatan setelah pelatihan dilakukan dengan studi lapangan dan mewawancarai tukang sampah, menurut tukang sampah ada sekitar ± 40 warga yang sudah melakukan pemilahan sampah yang sebelumnya hanya 1 keluarga. Hal itu berarti warga yang melakukan pemilahan sampah lebih dari 75 % peserta . Semua peserta yang menerima komposter aktif melakukan pengomposan. Selain penerima komposter ada juga beberapa warga dengan kesadaran sendiri mengadakan pengomposan sampah tanpa difasilitasi peralatannya. Saat ini kompos hasil pengomposan sampah sudah dapat dipergunakan warga untuk mentuburkan tanaman di pot, juga dipergunakan untuk berkebun diantaranya kebun jahe merah dan kangkung darat. Tetapi skalanya masih kecil sehingga hanya untuk keperluan beberapa keluarga saja. Antusias warga melaksanakan pemilahan sampah maupun pengomposan metode “Takakura” ditunjang dengan adanya perlombaan K3 untuk pemukiman dan perumahan se Kota Cimahi dalam rangka hari jadi Kota Cimahi ke-10 dimana RW 07 menjadi perwakilan kelurahan Cibeureum. Hal ini dikarenakan kriteria yang menjadi penilaian dalam per lombaan sesuai dengan program pelatihan yang telah dilaksanakan. Manfaat lainnya ialah tukang sampah merasa senang dan terbantu dengan pemilahan sampah yang dilakukan warga karena menurut mereka sampah an organik yang laku dijual seperti plastik, kardus dan lainnya, dapat dijual lebih mahal jika kondisinya kering dan bersih tidak tercampur dengan sampah organik/sampah yang mudah busuk. Juga jumlah sampah yang dapat dijual setelah pelatihan meningkat. Untuk sampah an organik yang tidak laku dijual, Bapak RW menyuruh untuk melakukan pembakaran sampah. Sampah jadi mudah terbakar karena kondisinya kering/tidak basah. Tetapi sayang masih ada sampah yang dibuang ke sungai, tetapi menurut tukang sampah volume berkurang sekitar 30% dari sebelum dilakukan pelatihan yang asalnya sekitar 16 gerobak/16m3 perminggu, setelah pelatihan menjadi ± 11 gerobak/11 m3 sampah per minggu. Karena masih ada sampah yang dibuang ke sungai banyak warga yang mengusulkan untuk dilakukan pengomposan sampah secara kawasan atau komunal, karena beberapa warga merasa keberatan jika harus mengkomposkan dirumahnya masing-masing. Menurut Bapak RW, lokasi untuk pengelolaan sampah secara kawasan dapat memanfaatkan tanah RW seluas 200 m2 yang saat ini menjadi lahan kosong. Hanya pengomposan sampah secara kawasan masih terkendala biaya yang tidak sedikit untuk mendirikan bangunan, mesin pencacah sampah, mesin pengayak sampah dll., Upaya yang sedang dilakukan saat ini ialah membuat proposal untuk meminta bantuan modal kepada Pemerintah Daerah Cimahi untuk pengadaan alat-alat yang diperlukan pada pengomposan secara kawasan. Lebih jauh jika masyarakat secara aktif memilah sampah maka sampah anorganik seperti plastik kresek, platik bekas kemasan dll. dapat diolah menjadi barang-barang yang lebih berguna seperti tas, dompet, tempat tissu dll. Maka pelatihan pengomposan sampah dapat dilanjukan dengan pelatihan untuk membuat barang barang yang lebih berguna dari sampah kemasan produk dan plastik.
ISSN:2089-3582 | Vol 2, No.1, Th, 2011
92 |
4.
Puti Renosori at al.
Penutup :
4.1 Kesimpulan Setelah dilakukannya pelatihan pengelolaan sampah rumah tangga maka dapat ditarik beberapa kesimpulan, yaitu: 1. Pelatihan dapat meningkatkan pengetahuan dan mengubah Paradigma sampah yang awalnya sebagai limbah menjadi sampah dapat dijadikan sumberdaya (waste to product). 2. Pelatihan dapat meningkatkan pemberdayaan wanita dalam pengelolaan sampah menjadi kompos yang dapat bernilai tambah, hanya sampai saat ini kompos yang dihasilkan belum dijual karena kebutuhan warga untuk menanam tanaman masih belum tercukupi. 3. Pelatihan dapat meningkatkan kesadaran warga akan pentingnya lingkungan hidup sehingga dapat mengurangi jumlah sampah yang dibuang ke sungai. 4.2 Ucapan Terimakasih: PKM ini dibiayai oleh LPPM UNISBA dengan nomor kontrak 557/B-3/LPPM SP4/XII/2010
4.3 Saran Setelah dilakukannya pelatihan pengeloalaan sampah rumah tangga maka penulis menyarankan: 1. Pengelolaan sampah secara kawasan yang dikelola oleh RT atau RW. Jika proses pengomposan skalanya lebih besar maka volume sampah organik yang diolah lebih banyak dan kompos yang dihasilkan lebih banyak juga lebih jauh jika kompos melebihi kebutuhan warga maka kompos dapat dijual sehingga ibu rumah tangga mandapat penghasilan tambahan 2. Pelatihan pengomposan sampah sebaiknya dilanjutkan dengan pelatihan untuk membuat barang barang yang lebih berguna dari sampah kemasan produk dan plastik.
5. Daftar Pustaka Aswin R., 2009. Pencemaran Sungai Di Kota Bandung. Terdapat pada http://dark4me.blogspot.com/ 2009/11/pencemaran-sungai-di-kota-bandung. Diunduh: 22 Maret 2011. Basrowi, 2011. Konsep Lingkungan Bersih terdapat pada http:// blog. unila ac. Id basrowi/files/2011/04/21. Diunduh : 18 Maret 2011. Bineka, 2009. Pencemaran Air Di Bandung. terdapat pada binekas.wordpress.com/2009. Diunduh: 18 Maret 2011. Isroi, 2008. Mengelola Sampah Rumah Tangga. Terdapat pada http://isroi.wordpress.com /2008/05/03/ Diunduh: 19 Maret 2009. USAID, 2009. Pengelolaan Sampah Berbasis Masyarakat. Modul Pelatihan. Terdapat pada http://www.esp.or.id/wp-content/uploads/pdf/ devtools/modul-cbswm-hi.pdf. Diunduh : 22 Maret 2011. Wikipedia, 2011. Kompos. Terdapat pada http://id.wikipedia.org/wiki/Kompos. Diunduh : 18 Maret 2011.
Prosiding Seminar Nasional Penelitian dan PKM Sains, Teknologi, dan Kesehatan