Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal.: 17 - 28
KAJIAN PENGARUH PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN TERHADAP MASYARAKAT MISKIN DI KOTA SEMARANG Mohammad Muktiali*), Artiningsih*), Mada Sophianingrum *), Roosmayri Lovina Abstract In a development of cities and regions, it is ussualy related to poverty as an impact of city or region contruction. Poveryi is a complex problem, so it is required to handling poverty integrakky and sustainably. The Efforts to reduce poverty keeps done by Semarang Government. Programmes that have been launched by government in orser to accelerate poverty reduction are including health sectors, integrated economy, education, infrastructure, and environment sector which called Gerdu Kempling. This Gerdu Kempling is hoped that can make poverty rate of Semarang Ciy decrease at least 2% per year. And this effort has been done since 2011 and currently has been running for one year. The impact of thus program implementation is certainly expected to increase public welfare, especially poor people. Thus required the existence of this study to see the effects of the implementation of poverty reduction programs for poor people in Semarang. In this critical review report, study of practical influence will be compared to evaluation proces, planning theories,and policy about poverty reduction program which is attached. The result of this critical review is to issue reccomendations for program improvements of the future Gerdu Kempling implementation for tackling poverty in Semarang. Keywords: influence study, poverty reduction, Gerdu Kempling
Pendahuluan Isu kemiskinan memiliki porsi perhatian yang cukup besar dalam pembangunan perkotaan, hal tersebut diindikasikan dari beragamnya program pengentasan kemiskinan dalam berbagai level. Pada tingkat pemerintahan kabupaten/kota, Kota Semarang telah melaksanakan berbagai program penanganan kemiskinan yang dibiayai oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah. Contoh dari program tersebut adalah Jaminan Kesehatan Masyarakat Kota ( Jamkesmaskot), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), Beras untuk Rumah Tangga Miskin (Raskin). Program– program tersebut ditujukan untuk membantu warga miskin dari berbagai sektor, yaitu pendidikan, ekonomi, kesehatan. Namun dalam perkembangannya, program tersebut ternyata tidak memberikan kontribusi yang positif dalam menurunkan tingkat penduduk miskin Kota Semarang. Hal tersebut terindikasi dari persentase angka kemiskinan dari tahun 2010tahun 2011 justru meningkat 26,41% menjadi 26,44% (SK Walikota Nomor 400/451 Tahun tahun 2011 Tentang Penetapan Jumlah Warga Miskin Kota Semarang). Kemiskinan merupakan masalah yang kompleks sehingga diperlukan penanganan secara terpadu dan berkelanjutan. Pada Tahun tahun 2011 dikeluarkan Instruksi Walikota Semarang Nomor 054/2/tahun 2011 tentang percepatan penanggulangan kemiskinan kota Semarang melalui Gerdu Kempling pada Tahun tahun 2011. Merespon hal tersebut, pemerintah Kota Semarang menciptakan Gerdu Kempling
sebagai gerakan terpadu penanggulangan kemiskinan yang menitikberatkan pada sinergitas dan dukungan dari semua pihak yaitu pemerintah pusat, pemerintah provinsi, dan pemerintah daerah, pihak swasta, stakeholder dan masyarakat. Gerdu Kempling memfokuskan dalam 5 sasaran bidang yang signifikan yaitu kesehatan, ekonomi, pendidikan, pembangunan lingkungan dan infrastruktur dengan masyarakat miskin Kota Semarang sebagai penerima manfaat langsung kegiatan ini. Pelaksanaan gerakan terpadu ini direncanakan selama lima tahun mulai tahun tahun 2011 dengan jumlah distribusi wilayah sasaran bertahap untuk satu Kota Semarang. Program ini diharapkan mampu mengurangi angka kemiskinan 2% per tahun. Target Gerdu Kempling adalah jumlah warga miskin turun hingga 2.573 KK pada tahun 2012 sesuai amanah Rencana Program Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kota Semarang 2010-2015. Gerakan terpadu ini pada implementasinya ternyata diindikasikan melampaui target yang diharapkan. Pada tahun 2011, setelah setahun dilaksanakannya program ini, angka kemiskinan di Kota Semarang telah tertangani sebesar 4% (Buku Setahun Gerdu Kempling Edisi Tahun 2011). Gerdu Kempling di tahun 2011 diterapkan di 16 satuan kerja Perangkat daerah (SKPD) yang masing-masing dinas menangani beberapa bidang Kempling. Meskipun demikian, perlu dikaji lebih lanjut bagaimana pengaruh program ini secara lebih signifikan kepada masyarakat sebagai penerima program. Hal tersebut nantinya akan
*) Pengajar pada Jurusan PWK Fakultas Teknik Undip Semarang Email:
[email protected];
[email protected];
[email protected];
[email protected]
Kajian Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan terhadap Masyarakat Miskin di Kota Semarang (Mohammad Muktiali dkk) bermanfaat untuk memberikan peningkatan efektifitas program pada tahun berikutnya. Tantangan yang akan dihadapi di masa yang akan datang adalah bagaimana meningkatkan persentase pengentasan kemiskinan. Hal tersebut dilakukan baik dengan inovasi program baru ataupun perbaikan sistem dari Gerdu Kempling yang sudah ada sebelumnya. Oleh karenanya kajian Gerdu Kempling ini diperlukan. Kajian ini digunakan untuk mengidentifikasi kelemahan dan kelebihan Gerdu Kempling yang termasuk di dalamnya adalah program, kinerja 16 SKPD, serta pihak benefeciaries. Perumusan masalah yang diangkat dalam penyusunan kajian ini, yaitu “Seberapa efektif Gerdu Kempling Tahun 2011 dalam upaya pengentasan kemiskinan di Kota Semarang?”. Tujuan dari penyusunan kajian penelitian ini adalah untuk mengetahui keberhasilan program agar dapat diJadikan input guna penyusunan program pengentasan kemiskinan tahun yang akan datang. Sedangkan sasaran yang akan dicapai pada penelitian ini: 1. Teridentifikasinya profil kemiskinan Kota Semarang. 2. Teridentifikasinya Gerdu Kempling dari 16 SKPD pada tahun realisasi tahun 2011. 3. Teridentifikasinya tiap program yang dilaksanakan oleh tiap SKPD dan wilayah sasaran. 4. Teridentifikasinya pengaruh Gerdu Kempling tahun 2011 dalam upaya pengentasan kemiskinan. 5. Teridentifikasinya kecocokan program terhadap kebutuhan masyarakat miskin. Perkembangan Bentuk Penanganan Kemiskinan Seiring pertumbuhan penduduk perkotaan di negara-negara Asia, kemiskinan merupakan fenomena penting yang juga berkembang. Hal ini membutuhkan kebijakan pengentasan kemiskinan baik skala nasional sebagai pembuat kebijakan maupun lokal sebagai pelaksana kebijakan. Pada skala nasional, respon efektif terhadap kemiskinan membutuhkan akselerasi dengan pengembangan manusia seperti akses orang miskin terhadap pendidikan, kesehatan dan pelayanan dasar, serta akselerasi dengan pertumbuhan ekonomi yang dilakukan dengan distribusi pendapatan. Sedangkan pada level lokal, respon terhadap kemiskinan dilakukan dengan peningkatan urban governance kemampuan orang miskin, dan strategic partnerships dari pemerintah lokal dan masyarakat untuk orang-orang miskin (Mehta dalam Asian Development Bank, 2001). Berdasarkan dimensi kemiskinan yang telah dijelaskan sebelumnya, penduduk miskin
18
perkotaan memiliki ciri kemiskinan yang paling menonjol di antara karakteristik kemiskinan secara keseluruhan (kemiskinan perkotaan dan pedesaan) yaitu penduduk miskin kota rentan terhadap kemiskinan dan kemiskinan dari segi non-pendapatan dengan penjelasan berikut: 1. Penduduk miskin kota rentan terhadap kemiskinan (kerentanan) 2. Kemiskinan dari segi non-pendapatan (multidimensi) 3. Pemberdayaan sumberdaya manusia 4. Peningkatan aset dasar masyarakat miskin 5. Penciptaan dan pengembangan pasar 6. Penciptaan tata kelola pemerintahan yang baik Instrumen Penelitian Pendekatan penelitian yang akan digunakan adalah penelitian kuantitatif. Penelitian berawal dari perumusan masalah kemudian penentuan hipotesis dan responden, kemudian penentuan obyek penelitian dan ditentukan unit sampel dan analisisnya. Analisis dilakukan melalui penafsiran kompilasi data, dengan menggunakan acuan dari studi literatur dan juga logika verbal sesuai dengan variabel dengan melakukan pengujian data secara empiris. Metode penelitian yang digunakan adalah kuantitatif. Penelitian ini menggunakan wilayah sampling sejumlah 6 kelurahan yang diambil dari 32 kelurahan sasaran Gerdu Kempling dengan pertimbangan persebaran, jumlah warga miskin, dan juga klasifikasi wilayah. Jumlah sampling untuk penelitian ini adalah 100 sampel. Analisis yang digunakan yaitu analisis makro berupa tingkat kecenderungan kemiskinan dan sinkronisasi, dan analisis mikro berupa analisis pengaruh. Kemiskinan di Kota Semarang Angka kemiskinan di Semarang masih cukup tinggi. Hal ini terjadi karena distribusi pendapatan semakin memperlebar kesenjangan antara orang kaya dan miskin. Akibatnya muncul sektor-sektor informal seiring dengan perkembangan metropolitan Semarang. Sektor informal tersebut salah satunya dapat dilihat dari keberadaan lokasi pemukiman kumuh di Kota Semarang di mana terdapat 42 titik (Ridlo, 2002) dan tingkat kemiskinan Kota Semarang yang terus meningkat dari tahun ke tahun. Proporsi kemiskinan Kota Semarang di tahun 2010 yaitu sebesar 25,03% dan 25,6% dari jumlah penduduk yang ada (SK Walikota Tentang Penetapan Warga Miskin Kota Semarang Tahun 2010 dan tahun 2011). Menurut data dari Bappeda Kota Semarang tentang penetapan warga miskin di tahun 2011, kecamatan yang memiliki proporsi warga miskin
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal.: 17 - 28 terbanyak adalah Kecamatan Semarang Utara sebesar 12%, Semarang Barat 11,7%, dan Tembalang sebesar 10,7%. Jumlah warga Kota Semarang dan warga miskinnya menurut data Badan Pusat statistik (BPS) dari tahun 20061010 menunjukan penurunan persentase kemiskinan. Hal ini menunjukkan bahwa Pemerintah Kota Semarang terus melakukan perbaikan dalam pembangunan terutama dalam hal pengentasan kemiskinan. Oleh karena itu untuk mewujudkan pengentasan kemiskinan selanjutnya dibutuhkan program penanggulangan kemiskinan yang lebih efektif. Gerdu Kempling Penelitian ini bertujuan untuk mengukur pengaruh program penanggulangan kemiskinan yaitu Gerdu Kempling. Gerdu Kempling merupakan gerakan terpadu dari programprogram percepatan penanggulangan kemiskinan yang digalakkan oleh Pemerintah Kota Semarang. Gerdu Kempling sendiri merupakan singkatan dari Gerakan Terpadu Bidang Kesehatan, Ekonomi, Pendidikan, Infrastruktur, dan Lingkungan. Definisinya adalah gerakan terpadu pengentasan kemiskinan yang mencakup segala aspek dan terangkum dalam 5 bidang yaitu kesehatan, ekonomi, pendidikan, infrastruktur, dan lingkungan. Diharapkan melalui Gerdu Kempling ini, angka kemiskinan di Kota Semarang dengan target minimal 2% pertahun dapat tercapai sehingga terwujud masyarakat mandiri dan sejahtera. Tingginya angka kemiskinan Kota Semarang sejumlah 128.647 KK atau 448.398 jiwa atau 26,44% tahun 2011 menjadi perhatian utama pemerintah Kota Semarang maka program pertama dari sapta program adalah penanggulangan kemiskinan dan pengangguran. Untuk itu diperlukan pengembangan strategi dan kebijakan penanggulangan kemiskinan yang tepat program, tepat sasaran, dan tepat guna sesuai dengan profil, kebutuhan, karakteristik, dan potensi warga miskin. Namum pemerintah tidak mampu menangani sendiri tanpa dukungan dan peran serta semua pihak yaitu swasta, pelaku usaha, perguruan tinggi, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) dan masyarakat. Hasil Penelitian a. Analisis Kewilayahan Dilihat dari aspek kewilayahan, Gerdu Kempling yang direalisasikan di 32 kelurahan di Semarang sebenarnya tidak sinkron antara jumlah anggaran Pemerintah Kota Semarang yang diberikan pada 32 kelurahan tersebut dengan persebaran persentase kemiskinan yang dimiliki masing-masing wilayah. Seharusnya apabila kelurahan tersebut memiliki persentase kemiskinan yang tinggi maka jumlah anggaran
yang diberikan juga tinggi. Namun pada kenyataannya, terdapat kelurahan-kelurahan yang sebenarnya memiliki nilai persentase kemiskinan yang kecil tetapi mendapat anggaran yang besar. Untuk lebih jelasnya terkait sinkronisasi anggaran bisa dilihat di Tabel 1. Berikut diagram distribusi total jumlah program per sektor Kempling yang telah diimplementasikan di Gerdu Kempling: Pendidikan 25%
Lingkungan 15% Kesehatan 9%
Ekonomi 36%
Infrastruktur 15%
Gambar 1 Total Program yang Diimplementasikan Per Sektor Pada Gerdu Kempling 2011 Dilihat dari sektor-sektor yang diimplementasikan di Gerdu Kempling tahun 2011 dapat dilihat pada gambar 2 mengenai distribusi anggaran menurut aspek Kempling : Lingkungan Pendidikan 16% 4% Kesehatan 3%
Ekonomi 34%
Infrastruktur 43%
Gambar 2 Distribusi Anggaran Gerdu Kempling Dilihat dari program kegiatan yang dilaksanakan di tiap kelurahan, sasaran Gerdu Kempling pada tahun 2011 ditemukan bahwa beberapa kelurahan yang memiliki anggaran besar bisanya memiliki program infrastruktur atau perbaikan lingkungan yang memperbaiki fisik kelurahan. Hal-hal yang tidak sinkron tersebut perlu ditanggulangi dengan cara penetapan anggaran dan jenis program yang sesuai dengan karakteristik dan persentase kemiskinan masing-masing target wilayah sasaran Gerdu Kempling. Realisasi APBD Kota Semarang terkait Gerdu Kempling di tahun 2011 hanya berhasil dilaksanakan di beberapa kelurahan dan sisanya dibantu oleh Corporate Social Responsibility (CSR). Hal ini membuktikan bahwa kinerja SKPD Pemerintah Kota Semarang belum optimal dalam hal melaksanakan Gerdu Kempling dan diperlukan adanya koordianasi antar SKPD dalam membagi anggaran terkait Gerdu Kempling ini agar tercipta penyaluran yang adil.
19
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal.: 17 - 28 Tabel 1 Sinkronisasi APBD untuk Kegiatan Gerdu Kempling Tahun 2011 Persentase Anggaran Realisasi Kecamatan Kelurahan Kemiskinan tahun 2011 (Rp) SEMARANG TENGAH Kelurahan Gabahan 43% SEMARANG UTARA SEMARANG TIMUR GAYAMSARI GENUK PEDURUNGAN SEMARANG SELATAN CANDISARI GAJAHMUNGKUR TEMBALANG BANYUMANIK GUNUNGPATI SEMARANG BARAT MIJEN NGALIYAN TUGU
Persentase Anggaran 0,0%
Kelurahan Pekunden
19%
63875000
1,4%
Kelurahan Bulu Lor
27%
20000000
0,5%
Kelurahan Tanjungmas
58%
Kelurahan Rejomulyo
45%
Kelurahan Karangtempel
11%
7001000
0,2%
Kelurahan Sawahbesar
41%
105000000
2,4%
Kelurahan Gayamsari
20%
175000000
3,9%
Kelurahan Gebangsari
9%
Kelurahan Terboyo Kulon
76%
Kelurahan Tlogosari Wetan
30%
Kelurahan Palebon
12%
175000000
3,9%
Kelurahan Pleburan
16%
103625000
2,3%
Kelurahan Lamper Lor
40%
25000000
0,6%
Kelurahan Candi
43%
68485000
1,5%
Kelurahan Jomblang
45%
Kelurahan Bendanduwur
52%
16528000
0,4%
Kelurahan Gajahmungkur
23%
2178000
0,0%
Kelurahan Rowosari
81%
96234000
2,2%
Kelurahan Tembalang
14%
Kelurahan Jabungan
58%
2500000
0,1%
Kelurahan Sumurboto
11%
4226000
0,1%
Kelurahan Mangunsari
41%
420200000
9,5%
Kelurahan Plalangan
34%
913976000
20,6%
Kelurahan Kalibanteng Kulon
24%
Kelurahan Krobokan
31%
129298000
2,9%
Kelurahan Karangmalang
40%
391314000
8,8%
Kelurahan Wonolopo
43%
213000000
4,8%
Kelurahan Bambankerep
31%
355872000
8,0%
Kelurahan Ngaliyan
7%
35100000
0,8%
Kelurahan Mangkang Kulon
55%
639450000
14,4%
Kelurahan Mangunharjo
78%
380850000
8,6%
0,0% 0,0%
0,0% 95333500
2,1% 0,0%
0,0%
0,0%
0,0%
Sumber: Data Realisasi Anggaran Gerdu Kempling Tahun 2011, Bid. Sosial Budaya Bappeda Kota Semarang, 2011 Keterangan: Warga Miskin Banyak , Anggaran Kecil Warga Miskin Sedikit, Anggaran Besar Sudah Sinkron Dibantu CSR b.
Analisis Tingkat Kemiskinan
*) Pengajar pada Jurusan PWK Fakultas Teknik Undip Semarang Email:
[email protected];
[email protected];
[email protected];
[email protected]
Kecenderungan
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal.: 17 - 28 Tabel 2 Tingkat Kecenderungan Kemiskinan Kota Semarang Tahun
Tingkat Kecenderungan Kemiskinan
2006 3,64 x 10-13 2007 3,808 x 10-13 2008 4,25 x 10-13 2009 4,89 x 10-13 2010 5,26 x 10-13 Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2012 Dilihat dari hasil perhitungan persamaan regresi yang ada pada tiap tahun, Kota Semarang mengalami tingkat kecenderungan kemiskinan yang terus meningkat. Pada tahun 2006-2010 terjadi peningkatan sekitar 75% yaitu dari 3,6 x 10-13 menjadi 5,26 x 10-13. Hal ini merupakan tantangan bagi pemerintah kota untuk lebih berbenah dalam hal realisasi program penanggulangan kemiskinan. Oleh karena itu, Gerdu Kempling yang direalisasikan pada tahun 2011 sangatlah membantu dalam hal mengurangi angka kemiskinan yang ada. Gerdu Kempling tahun 2011 telah menangani angka kemiskinan sebesar 4% dan hal itu berarti sudah sesuai dengan tujuan Gerdu Kempling sendiri. Permasalahan yang ada adalah apakah penanganan kemiskinan tersebut hanya sampai
Aspek KEMPLING Ekonomi
pada angka 4% itu saja, oleh karenanya perlu ditinjau kembali pelaksanaan Gerdu Kempling tersebut apakah sudah optimal atau belum. Dilihat dari anggaran, segi program dan kegiatan maupun SKPD yang melaksanakan, Gerdu Kempling secara agreagat sudah berhasil. Namun untuk melihat lebih jauh manfaat yang didapatkan warga miskin tersebut, perlu dilakukan analisis yang lebih mikro dengan melihat kinerja perprogram yang direalisasikan pada tahun 2011 dan tanggapan dari penerima bantuan terhadap bantuan yang diberikan. c.
Analisis Pengaruh Program Keberhasilan Gerdu Kempling tidak hanya dapat dilihat secara agregat, tetapi juga diperlukan pendekatan terhadap beneficiaries yang menerima program tersebut. Oleh karenanya dilakukan analisis pengaruh dengan menggunakan skala Likert dan interview pengaruh pada responden di wilayah sampling. Analisis ini bertujuan untuk mengkaji dampak Gerdu Kempling secara langsung kepada masyarakat. Teknik analisis yang digunakan menggunakan skoring untuk menilai dampak program dan kemudian menggunakan deskripsi kualitatif untuk mengetahui alasan penilaian dari responden. Untuk analisis skoring akan menggunakan skala Likert dengan cakupan tidak berpengaruh, cukup, dan berengaruh. Berikut hasil analisis :
Tabel 3 Pengaruh Program Per Aspek Kempling Total Responden Keterangan Tidak Cukup Berpeng Berpengaruh Berpengar aruh uh 58 36 17 Dalam upaya peningkatan industri kecil menengah, bantuan beberapa disalurkan untuk kelompok seperti bantaun fasilitas untuk IKM, Peralatan Produksi untuk IKM, bantuan kambing, dll. Kendala yang muncul adalah tidak semua kelompok berpartisipasi dalam memberdayakan bantuan tersebut sehingga produksi macet. Penetapan bantuan untuk pengembangan IKM tidak sesuai di beberapa wilayah misalkan di rejomulyo yang memang sentra IKM kerupuk ikan, sedangkan program juga untuk produksi kerupuk ikan akhirnya berebut pangsa pasar dan terkendala di pemasaran produk. Pada tahap pemasaran hasil produksi terkendala dengan persaingan pasar dimana produk yang dihasilkan oleh warga kalah bersaing dengan IKM yang sudah terkenal sebelumnya di wilayah tersebut. Modal yang diberikan berupa peralatan dan tidak berupa bahan mentah produksi kendalanya apabila produk hasil produksi tidak laku warga harus menombok. Bantuan berupa alat produksi apabila rusak maka warga tidak mampu memperbaikinya dan tidak rela
21
Kajian Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan terhadap Masyarakat Miskin di Kota Semarang (Mohammad Muktiali dkk) Aspek KEMPLING
Total Responden Tidak Cukup Berpeng Berpengaruh Berpengar aruh uh
Infrastrukt ur
10
24
25
Kesehatan
1
1
68
Lingkunga n
11
9
0
22
Keterangan
mengeluarkan uangnya untuk perbaikan alat tersebut. Beberapa bantuan yang ditujukan untuk pengolahan hasil perikanan berpengaruh baik. Beberapa bantuan ternak seperti kambing tidak berepngaruh, karena bantuan diberikan untuk kelompok sehingga sulit untuk bagi hasilnya. Bantuan berupa bibit tanaman buah, masa produksinya lama karenanya tidak dapat berpengaruh cepat terhadap peningkatan kesejahteraan masyarakat miskin Program program yang dillaksanakan pada aspek ini dianggap sudah berpengaruh bagi masyarakat miskin. Contoh program nya pembangunan talud, jembatan,jalan, penyediaan instalasi air bersih,dll. Program ini sudah dapat mengatasi permasalahan fisik lingkungan wilayah sasaran program Berpengaruh terhadap masyarakat karena nampak jelas dirasakan oleh warga dengan peningkata kualitas fisik lingkungan tempat tinggal mereka. Pada kelurahan sample yaitu tanjung mas, terboyo kulon, dan mangkang kulon program ini berhasil mendapat penilaian pengaruh tertinggi. Program-program yang ada di aspek kesehatan terutama program Jamkesmas sudah dianggap berpengaruh oleh seluruh masyarakat miskin penerima program tersebut. Semua masyarakat miskin yang berada di wilayah sasaran implementasi Gerdu Kempling tahun 2011 sudah mendapatkan Jamkesmas Dari keseluruhan sampling mengatakan dengan adanya Jamkesmas mereka bisa berobat gratis ke puskesmas walaupun rumash sakit milik daerah. Program program yang telah diimplementasikan ada banyak dan yang dijadikan sampling adalah upaya rehabilitasi hutan, pendampingan pansimas, serta perbaikan rumah masyarakat tidak mampu. Untuk program upaya rehabilitasi hutan dianggap sudah cukup berpengaruh karena hutan yang tadinya gundul akibat aktivitas penambangan sudah ditanamai pohon kembali contohnya yang diimplementasikan di kelurahan Rowosari Program perbaikan rumah ini sudah terlaksana di kelurahan Jabungan. Namun bentuk bantuan rehab nya hanya sebagian saja sehingga rumah masih kurang layak sebenarnya. Karenanya program ini kurang berpengaruh terhadap peningkangan kualitas perumahan masyarakat miskin yang ada. Program pendampingan Pansimas pada beberapa wilayah masih tidak berpengaruh karena kualitas air dari pengeboran sumur artesis masih tidak baik. Program-program yang ada di bawah aspek lingkunagn ini cenderung tidak berpengaruh karena hanya beberapa warga masyarakat yang menerima bantuan, sedikit sekali sehingga manfaat tidak dirasakan secara keseluruhan selain itu model bantuan perbaikan rumah yang tidak menyeluruh juga membuat program ini
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal.: 17 - 28 Aspek KEMPLING
Pendidikan
Total Responden Tidak Cukup Berpeng Berpengaruh Berpengar aruh uh 8
12
6
Keterangan
dinilai tidak berpengaruh. Program-program yang ada lebih kepada peningkatan keterampilan dan pendidikan bagi para pencari kerja. Pengaruh program sudah cukup mampu membuka lapangan pekerjaan dan memberdayakan para pencari kerja dengan keterampilan yang diberikan. Contohnya bantuan pembuatan bandeng presto di Kelurahan Terboyo kulon, dengan adanya bantuan tersebut dirinya bisa meningkatkan penghasilan dengan memproduksi bandeng presto. Beberapa program kurang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup benefeciaries. Terkait beberapa program yang tidak terlaksana seperti kursus menjahait maupun kursus pembuatan roti. Masyarakat menginginkan bantuan di aspek pendidikan ini berupa biaya pendidikan sekolah gratis di sekolah negeri dan potongan biaya sekolah di sekolah swasta karena kondisinya sekolah negeri kuotanya tidak mencukupi untuk seluruh masyarakat miskin sehingga ada yang masuk sekolah swasta, namun karena tidak sanggup membiayai akhirnya putus sekolah.
Sumber: Analisis Penyusun, 2012 Kesimpulan Realisasi Gerdu Kempling tahun 2011 memang telah menangani warga miskin sebesar 4%, namun untuk melihat efektivitas kinerja Gerdu Kempling ini perlu dikaji seberapa efektif Gerdu Kempling tahun 2011 dalam upaya pengentasan kemiskinan Kota Semarang dan manfaat yang dirasakan oleh beneficiaries. Dari hal tersebut maka dilakukan beberapa analisis yaitu analisis agregat yang terdiri dari analisis tingkat kecenderungan kemiskinan dan ketepatan sasaran Gerdu Kempling tahun 2011 bila ditinjau secara agregat. Sedangkan untuk melihat pengaruh terhadap beneficiaries dilakukan analisis pengaruh dan diakhiri dengan analisis integrasi sektoral dan spasial. Dilihat dari aspek kewilayahan, Gerdu Kempling yang direalisasikan di 32 kelurahan di Semarang sebenarnya terjadi tidak sinkronisasinya antara jumlah APBD Kota Semarang yang diberikan pada 32 kelurahan tersebut dengan persebaran persentase kemiskinan yang dimiliki masing-masing wilayah. Hal ini bisa dilihat dari peta overlay persentase kemiskinan 32 kelurahan dengan jumlah anggaran yang direalisasikan tahun 2011. Seharusnya apabila kelurahan tersebut memiliki persentase kemiskinan yang tinggi maka jumlah anggaran yang diberikan juga tinggi. Namun pada kenyataannya terdapat kelurahan-kelurahan yang sebenarnya persentase kemiskinannya kecil justru mendapat anggaran yang besar. Selain itu terdapat bula beberapa kelurahan yang tidak
mendapat anggaran dari pemerintah kota atas Gerdu Kempling yang artinya tidak optimalnya realisasi Gerdu Kempling dari pihak pemerintah, walaupun kelurahan tersebut mendapat bantuan dari CSR namun seharusnya anggaran yang dialirkan pemerintah kota bisa setara dan adil. Setelah dilakukan beberapa analisis, disimpulkan secara keseluruhan bahwa sebenarnya Gerdu Kempling tahun 2011 sudah tepat dilaksanakan dan secara kuantitatif telah memenuhi target penanganan angka kemiskinan dan yang perlu diperbaiki adalah programprogram yang dilaksanakan SKPD. Rekomendasi yang dirumuskan akan terbagi atas rekomendasi makro dalam hal penetapan anggaran hingga distribusi sektor Kempling sedangkan rekomendasi mikro lebih membahas mengenai jenis dan teknis program. Rekomendasi Dari diagram di atas diketahui bahwa sebagian besar anggaran yaitu sekitar 43% anggaran disalurkan di setor infrasruktur dan 34% di sektor ekonomi. Pertimbangan dari rekomendasi ini karena melihat peta sinkronisasi anggaran dengan jumah warga miskin yang sudah disintesakan di bab analisis masih banyak beberapa wilayah yang tidak mendapat angggaran yang sesuai, oleh karena itu dapat disusun rekomendasi sebagai berikut: 1. Penetapan anggaran menyesuaikan program yang akan disalurkan di wilayah sasaran. Dari segi program, program
23
Kajian Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan Sum of dkk) terhadap Masyarakat Miskin di Kota Semarang80 (Mohammad Muktiali Kurang Berpengaruh
60
tersebut seharusnya dapat mengakomodasi potensi dan maslah di wialyah sasaran dan sesuai dengan karakteristik wilayahnya. Sedangkan untuk penganggaran besarnya dipengaruhi oleh program pada sektor mana yang dilaukan. Apabila di sektor infrastruktur dan lingkungan maka anggarannya wajar lebih besar karena pembangunan fisik membutuhkan biaya yang besar. 2. Menetapkan priporitas sektor yang akan disalurkan program bantuannya per wilayah sasaran. Fokus utama seharusnya ditetapkan sehingga sektor mana yang memang sangat dibutuhkan dapat mendapatkan program dengan target sasaran yang lebih banyak dan anggaran yang sesuai. Dari 23 program yang diimplementasikan di 6 kelurahan telah dihitung skoringnya untuk mengetahui apakah program itu berpengaruh atau tidak dengan menggunakan skala likert. Hasil dari skoring tersebut diklasifikasikan peraspek Kempling. Gambar berikut merupakan total skoring tiap aspek tiap skala penilaian.
40
Sum of Cukup Berpengaruh
20 Pendidikan
Lingkungan
Kesehatan
Infrastruktur
ekonomi
0 Sum of Sangat Berpengaruh
Gambar 5.3 Total Skoring Program Per Aspek Kempling Dilihat pada gambar di atas diketahui bahwa program yang sangat berpengaruh merupakan program dengan aspek kesehatan dan infratruktur. Sedangkan yang cukup berpengaruh adalah program dengan aspek ekonomi. Dari hal tersebut maka beberapa aspek dianggap kurang berpengaruh dan perlu untuk diberi rekomendasi perbaikan yaitu untuk program-program yang ada di aspek ekonomi, pendidikan, dan lingkungan. Untuk rekomendasi lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel rekomendasi program di bawah ini:
Tabel 4 Rekomendasi Program Tiap Aspek Aspek Kempling Ekonomi
Aspek Pertimbangan Penetapan bantuan untuk pengembangan IKM tidak sesuai di beberapa wilayah misalkan di rejomulyo yang memang sentra IKM kerupuk ikan, sedangkan program juga untuk produksi kerupuk ikan akhirnya berebut pangsa pasar dan terkendala di pemasaran produk. Bantuan berupa alat produksi apabila rusak maka warga tidak mampu memperbaikinya dan tidak rela mengeluarkan uangnya untuk perbaikan alat tersebut. Beberapa bantuan ternak seperti kambing tidak berepngaruh, karena bantuan diberikan untuk kelompok sehingga sulit untuk bagi hasilnya. Bantuan berupa bibit tanaman buah, masa produksinya lama karenanya tidak dapat berpengaruh cepat terhadap peningkatan kesejahteraan
24
Rekomendasi
Penetapan program harus melihat potensi dan masalah yang ada di wilayah sasaran penyaluran program agart tidak terjadi persaingan pasar yang tidak sehat yang menyebabkan ketidakefektifan program. Seharusnya bantuan yang efektif adalah bantuan pemasaran produk Pastikan alat produksi yang disalurkan kualitasnya baik sehingga warga tidak mengeluarkan uang banyak untuk maintanance.
Bantuan kambing sebaiknya diberikan perorangan dengan rincian 1 pasang kambing/orang dengan begitu penerima bantuan lebih merasa bertanggung jawab atas bantuan yang diterimanya. Hasilnyanya pun langusng bisa dinikmati sendiri Sebaiknya selain bantuan bibi buah terdapat bantuan yang lain yang dapat berpengaruh secara langsung terhadap peningktan kesejahteraannya misalnya
SKPD yang Terlibat Dinas Perdagangan dan Dinas Koperasi dan UMKM.
Dinas Perdagangan dan Dinas Koperasi dan UMKM. Dinas Peternakan
Kantor Ketahanan Pangan
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal.: 17 - 28 Aspek Kempling
Aspek Pertimbangan masyarakat miskin Modal yang diberikan berupa peralatan dan tidak berupa bahan mentah produksi kendalanya apabila produk hasil produksi tidak laku warga harus menombok.
Infrastruktur
Pada tahap pemasaran hasil produksi terkendala dengan persaingan pasar dimana produk yang dihasilkan oleh warga kalah bersaing dengan IKM yang sudah terkenal sebelumnya di wilayah tersebut. Dalam upaya peningkatan industri kecil menengah, bantuan beberapa disalurkan untuk kelompok seperti bantaun fasilitas untuk IKM, Peralatan produksi untuk IKM, bantuan kambing, dll. Kendala yang muncul adalah tidak semua kelompok berpartisipasi dalam memberdayakan bantuan tersebut sehingga produksi macet. Pembangunan talud sangat berpengaruh terhadap perbaiakn infrastruktur lingkungan permukiman masyarakat miskin terutama di daerah daerah yang rawan banjir dan rob.
Pembangunan jalan berupa peninggian jalan maupun pelebaran tidak diikuti dengan penyesuaian drainase sehingga draianase overload dan sulit mengalir. Perbaikan jalan tidakdilakukan secara menyeluruh di satu wilayah dan memperbaiki dengan kualitas aspal atau paving yang tidak baik sehingga cepat rusak kembali. Berpengaruh terhadap masyarakat karena nampak jelas dirasakan oleh warga dengan peningkata kualitas fisik lingkungan tempat tinggal
Rekomendasi raskin atau bantuan sembako lainnya yang sifatnya rutin per bulan. Seharusnya disamping bantuan peralatan, pemerintah juga memberikan bantuan modal awal berupa fresh money untuk mereka mulai produksi atau bisa juga diberi pelatihan pemasaran dulu baru diberi bantuan peralatan Sebelum disalurkan bantuan peralatan produksi sebaiknya masyarakat miskin diajari/dibimbing dulu tentang bagaimana cara produksi yang inovatif dan bagaimana memasarkan produk sehingga efektif. Program yang diberikan sebaiknya jelas untuk perorangan atau kelompok, sebelumnya juga harus diidentifikasi dulu kelompoknya, seberapa banyak orangnya dan apakah orang etrsebut memang mau ada di kelompok tersebut untuk menjamin keefektifan program nantinya
SKPD yang Terlibat
Dinas Perdagangan dan Dinas Koperasi dan UMKM.
Dinas Perdagangan dan Dinas Koperasi dan UMKM.
Dinas Perdagangan dan Dinas Koperasi dan UMKM.
Pembangunan talud sudah cocok dilakukan di wilayah yang rawan bencana banjir dan rob. Untuk selanjutnya bisa ditingkatkan lagi dengan penyediaan pompa untuk membuang air daratan ke laut sehingga kegiatan pembangunan talud tidak mengganggu sekitarnya. Seharusnya peninggian dan pelebaran jalan juga turut memperhatikan drainase yang ada, jangan sampai mengurnagi kapasitas atau justru menambah kapasitas drainase. Material yang digunakan untuk perbaikan jalan sebaiknya berkualitas baik agar tahan lama
Instalasi air bersih menjadi kebutuhan utama yang paling berpengaruh dalam hal aktivitas dan sanitasi masyarakat miskin oleh karenaya hendanya
25
Kajian Pengaruh Program Penanggulangan Kemiskinan terhadap Masyarakat Miskin di Kota Semarang (Mohammad Muktiali dkk) Aspek Kempling
Aspek Pertimbangan
Rekomendasi
mereka terutama dalam hal instalasi air bersih Kesehatan
Program-program yang ada di aspek kesehatan terutama program Jamkesmas sudah dianggap berpengaruh oleh seluruh masyarakat miskin penerima program tersebut. Semua masyarakat miskin yang berada di wilayah sasaran implementasi Gerdu Kempling tahun 2011 sudah mendapatkan Jamkesmas
Lingkungan
26
Dari keseluruhan sampling mengatakan dengan adanya Jamkesmas mereka bisa berobat gratis ke puskesmas namun memiliki akses yang sulit untuk dirujuk ke rumah sakit milik daerah. Program program yang telah diimplementasikan ada banyak dan yang dijadikan sampling adalah upaya rehabilitasi hutan, pendampingan pansimas, serta perbaikan rumah masyarakat tidak mampu. Untuk program upaya rehabilitasi hutan dianggap sudah cukup berpengaruh karena hutan yang tadinya gundul akibat aktivitas penambangan sudah ditanamai pohon kembali contohnya yang diimplementasikan di kelurahan Rowosari Program perbaikan rumah ini sudah terlaksana di kelurahan Jabungan. Namun bentuk bantuan rehab nya hanya sebagian saja sehingga rumah masih kurang layak sebenarnya. Karenanya program ini kurang berpengaruh terhadap peningkangan kualitas perumahan masyarakat miskin yang ada.
SKPD yang Terlibat
program ini terus digalakkan di wilayah yang belum terjangkau.
Program Jamkesmas harus dipertahankan dan dilkasanakan berkelanjutan karena pengaruh yang dirasakan masyarakat sudah bagus dan berpengaruh langsung terhadp kesejahteraan hidup masyarakat miskin. Program-program selain Jamkesmas seperti sertifikasi kemanan pangan harus lebih ditingkatkan keefektifannya dengan cara menambah kuota target sasaran di tiap wilayah sasaran Gerdu Kempling selain untuk meningkatkan keamanan pangan tetapi juga mendukung pengembangangan IKM lebih baik lagi. Akses warga pemilik Jamkesmas untuk dirujuk ke rumah sakit umum milik daerah harus ditingkatkan dan tidak dipersulit.
Dinas Kesehatan
Program pemeliharaan lingkungan hidup harus terus dilaksanakan dan dievaluasi secara berkala agar manfaatnya terus dirasakan masyarakat.
Bapermasper, DTKP dan Lingkungan Hidup, BKM
Program-program penghijauan atau yang berhubungan dengan menjaga kelestarian ekosistem alam dan lingkungan hendaknya ditambahkan mengingat hal ini berpengaruh terhadap kualitas fisik lingkungan hidup mereka.
DTKP dan Lingkungan Hidup
Seharusnya program perbaikan lingkungan bagi masyarakat miskin dilihat lagi dengan kebutuhan wilayahnya. Apabila masalah yang ada adalah lingkungan tempat tinggal yang kumuh maka bantuan yang disalurkan berupa penataan lingkungan permukiman kumuh. Terutama untuk kelurahan yang masyarakat miskinnya sangat besar seperti di kelurahan
Bapermasper, BKM
Dinas Kesehatan
Dinas Kesehatan
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal.: 17 - 28 Aspek Kempling
Aspek Pertimbangan
Program pendampingan Pansimas pada beberapa wilayah masih tidak berpengaruh karena kualitas air yang ada dari pengeboran sumur artesis masih tidak baik. Pendidikan Program-program yang ada lebih kepada peningkatan keterampilan dan pendidikan bagi para pencari kerja. Pengaruh program sudah cukup mampu membuka lapangan pekerjaan dan memberdayakan para pencari kerja dengan keterampilan yang diberikan. Contohnya bantuan pembuatan bandeng presto di Kelurahan Terboyo Kulon, “dengan adanya bantuan tersebut dirinya bisa meningkatkan penghasilan dengan memproduksi Bandeng Presto. Beberapa program kurang berpengaruh terhadap peningkatan kualitas hidup benefeciaries. Terkait beberapa program yang tidak terlaksana seperti kursus menjahait maupun kursus pembuatan roti. Masyarakat menginginkan bantuan di aspek pendidikan ini berupa biaya pendidikan sekolah gratis di sekolah negeri dan potongan biaya sekolah di sekolah swasta karena kondisinya sekolah negeri kuotanya tidak mencukupi untuk seluruh masarakat miskin yang ada sehingga ada beberapa yang amsuk sekolah swasta, namun karena tidak sanggup membiayai akhirnya putus sekolah Sumber: Analisis Tim Penyusun, 2012
Ucapan Terima Kasih Ucapan terima kasih disampaikan kepada Walikota Semarang dan Kepala Bappeda Kota Semarang yang telah memberikan dana kegiatan
Rekomendasi
tanjung mas. Program-program yang sifatnya membutuhkan dana besar dan pengawasan berkala seperti Pansimas sebaiknya berkerja sama pula dengan CSR.
SKPD yang Terlibat Bapermasper, BKM
Program-program di bidang peningkatan keterampilan bagi para pencari kerja dilaksanakan lebih banyak lagi ragamnya. Tanamkan jiwa enterpreneurship ke warga. Sesuaikan potensi dan masalah wilayah dengan jenis pendidikan keterampilan apa yang diberikan untuk di kawasan pesisir pelatihan pembuatan roti tidak relevan namun apabila pembuatan makanan itu menggunakan sumber daya perikanan pesisir baru relevan dan bisa berjalan dan berpengaruh.
Disnaker dan Disospora
Seharusnya dilakukan monitorng dan evaluasi pelaksanaan program shingga semua program terlaksana dengan baik.
Disospora dan Disnaker
Bantuan pendidikan sudah disalurkan secara langsung dengan jenis pemotongan uang pangkal sekolah secara serentak di kota semarnag dan bantuan ini diluar Gerdu Kempling karena memang fokus utama kota semarang adalah di sektor pendidikan dan kesehatan. Untuk selanjutnya mungkin bisa lebih diekspos lagi dalam hal pemberian bantuan sehingga warga tidak salah paham.
Dinas Pendidikan
Disnaker dan Dinas Perdagangan
penelitian melalui Bidang Litbang Bappeda Kota Semarang tahun 2012.
27
Riptek Vol. 6, No.2, Tahun 2012, Hal.: 17 - 28 DAFTAR PUSTAKA Badan
Pusat Statistik Kota Semarang. Semarang dalam Angka Tahun 2010
Bappeda Kota Semarang. Data Semarang Tahun 2010
Kota
Umum Kota
SK Walikota Nomor 400/451 tentang Penetapan Warga Miskin Kota Semarang Tahun 2011. Renggapratiwi, Amelia. 2009. Kemiskinan dalam Perkembangan Kota Semarang. Respon Kebijakan. Tesis Magister Pembangunan Wilayah dan Kota Universitas Diponegoro Semarang. Sumber Website: − http://jateng.bps.go.id − http://bappeda.semarang.go.id − http://semarangkota.go.id
29