KAJIAN PENGARUH PENGGUNAAN NATRIUM ALGINAT DALAM FORMULASI SKIN LOTION
RANNI AGNESSYA
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
RINGKASAN RANNI AGNESSYA. C34104033. Kajian Pengaruh Penggunaan Natrium Alginat dalam Formulasi Skin Lotion. Dibawah bimbingan ANNA CAROLINA ERUNGAN dan ELLA SALAMAH. Skin lotion merupakan salah satu produk kosmetika yang digunakan untuk mempertahankan kelembaban dan kelembutan kulit. Produk ini berbentuk emulsi minyak dalam air yang merupakan campuran air, pelembab, pelembut, pengental, penstabil, pengemulsi, pengawet, dan pewangi. Saat ini skin lotion komersial menggunakan setil alkohol sebagai pengental, penstabil, dan pengemulsi. Salah satu bahan alami yang dapat mensubstitusi penggunaan setil alkohol adalah alginat. Kelebihan dari penggunaan alginat dalam formulasi skin lotion adalah kemampuannya dalam mempertahankan kelembaban kulit. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan natrium alginat sebagai bahan alami dari hasil perairan dalam formulasi skin lotion. Berdasarkan penelitian pendahuluan, maka perlakuan yang dapat digunakan pada penelitian utama adalah konsentrasi natrium alginat 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2%. Parameter yang dianalisis meliputi uji sensori (warna, penampakan, kekentalan, homogenitas, kesan lembab, dan rasa lengket), viskositas, pH, stabilitas emulsi, penyusutan berat, dan total mikroba produk. Skin lotion terbaik yang diperoleh berdasarkan analisis tersebut, dilanjutkan dengan penyimpanan pada suhu ruang selama satu bulan dan dibandingkan dengan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat dan skin lotion tanpa setil alkohol-tanpa natrium alginat. Analisis dilakukan pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, dan hari ke-28 yang meliputi viskositas, pH, dan stabilitas emulsi. Pada hari ke-0 dan hari ke-28 dilakukan uji kelembaban kulit di PT. Pusaka Tradisi Ibu. Pada hari ke-28 dilakukan analisis ketengikan (rancidity) untuk melihat mutu skin lotion pada akhir penyimpanan dalam penelitian ini. Hasil analisis terhadap viskositas skin lotion berkisar antara 1940-4950 cP; pH 7,46-7,79; penyusutan berat 2,87-5,02%; stabilitas emulsi 100%; dan total mikroba menunjukkan kurang dari 30 koloni/gram. Tingkat kesukaan panelis terhadap skin lotion yang menggunakan natrium alginat berkisar antara sangat tidak suka sampai amat sangat suka. Konsentrasi natrium alginat terbaik dalam formulasi skin lotion yaitu konsentrasi natrium alginat 2% dengan nilai pembobotan 3,8182. Skin lotion dengan konsentrasi natrium alginat 2% memiliki viskositas 4950 cP; pH 7,46; stabilitas emulsi 100%; penyusutan berat 2,87%; dan total mikroba kurang dari 30 koloni/gram. Viskositas, pH, dan total mikroba skin lotion sesuai dengan SNI 16-4399-1996 dan skin lotion komersial. Penyusutan berat dan stabilitas emulsi sesuai dengan skin lotion komersial. Selama penyimpanan, skin lotion mengalami perubahan viskositas dan pH. Viskositas selama penyimpanan berkisar antara 4950-6425 cP; pH 7,46-7,5; stabilitas emulsi 100%; dan ketengikan masih belum terjadi. Hasil uji kelembaban menggunakan Scalar Moisture Checker menunjukkan kestabilan sampai akhir penyimpanan dengan kriteria lebih lembab (48-57%). Dengan demikian, skin lotion yang disimpan selama sebulan masih dapat digunakan sebagai pelembab kulit.
KAJIAN PENGARUH PENGGUNAAN NATRIUM ALGINAT DALAM FORMULASI SKIN LOTION
Skripsi Sebagai salah satu syarat untuk meraih gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
Oleh: RANNI AGNESSYA C34104033
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2008
LEMBAR PENGESAHAN
Judul Skripsi
: KAJIAN PENGARUH PENGGUNAAN NATRIUM ALGINAT DALAM FORMULASI SKIN LOTION
Nama
: Ranni Agnessya
NRP
: C34104033
Program Studi
: Teknologi Hasil Perikanan
Menyetujui, Pembimbing I
Pembimbing II
Ir. Anna Carolina Erungan, MS NIP. 131 601 219
Dra Ella Salamah, MSi NIP. 131 788 597
Mengetahui, Dekan Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan
Prof. Dr. Ir. Indra Jaya, MSc NIP. 131 578 799
Tanggal Lulus
:
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi dengan judul ”Kajian Pengaruh Penggunaan Natrium Alginat dalam Formulasi Skin Lotion” adalah karya saya sendiri dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada pihak manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir skripsi ini.
Bogor, September 2008 Ranni Agnessya C34104033
RIWAYAT HIDUP Penulis bernama lengkap Ranni Agnessya, lahir di Bogor pada tanggal 13 Desember 1986. Penulis merupakan anak pertama dari dua bersaudara pasangan Endang Zarkasih dan
Selvi
Herawati.
Pendidikan
formal
dimulai
dari
TK Mekar pada tahun 1991, dilanjutkan ke SD Negeri Gunung Batu 01 pada tahun 1992. Kemudian pada tahun 1998, penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama di SLTP Negeri 6 Bogor dan lulus pada tahun 2001. Pada tahun 2001, penulis diterima di SMU Negeri 5 Bogor dan menjadi anggota Paskibraka Kota Bogor pada tahun 2002. Penulis menyelesaikan pendidikan pada tahun 2004 dan pada tahun yang sama, penulis di terima di Program Studi Teknologi Hasil Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Selama mengikuti perkuliahan, penulis aktif di Himpunan Mahasiswa Hasil Perikanan (HIMASILKAN) bidang informasi dan komunikasi periode 2005-2006 serta pimpinan redaksi buletin mahasiswa THP “Fuffy Fish”. Penulis aktif pada berbagai kepanitiaan, mengikuti perlatihan-pelatihan, dan peserta PIMPIKNAS. Penulis adalah anggota Purna Paskibraka Indonesia dari tahun 2002 sampai sekarang dan asisten mata kuliah Ikthiologi periode 2006-2007 dan 2007-2008. Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, penulis menyusun skripsi dengan judul ”Kajian Pengaruh Penggunaan Natrium Alginat dalam Formulasi Skin Lotion” di bawah bimbingan Ir. Anna Carolina Erungan, MS dan Dra. Ella Salamah, MSi.
KATA PENGANTAR Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Kajian Pengaruh Penggunaan Natrium Alginat dalam Formulasi Skin Lotion”. Skripsi ini disusun untuk memperoleh gelar Sarjana Perikanan pada Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu dan memberi dukungan, diantaranya: 1. Ir. Anna Carolina Erungan, MS dan Dra. Ella Salamah, MSi sebagai dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan dan arahan kepada penulis dengan
penuh
kesabaran
dan
semangat
sehingga
penulis
dapat
menyelesaikan skripsi ini. 2. Ir. Nurjanah, MS dan Dra. Pipih Suptijah, MBA sebagai dosen penguji atas arahan dan saran yang sangat berharga. 3. Dr. Ir. Linawati Hardjito sebagai ketua Departemen Teknologi Hasil Perairan dan Dr. Ir. Agoes M. Jacoeb sebagai komisi pendidikan. 4. Mama atas doa, kasih sayang, dan dukungan yang tiada henti kepada penulis. 5. Papa atas kasih sayang dan dukungan yang tak terhingga. 6. Adik tercinta, Ryana Agnestariya atas kebahagiaan yang diberikan selama ini. 7. Ferial Ramdhan untuk doa, motivasi, pengertian, dukungan, dan kasih sayang yang tak terbatas. 8. Keluarga besar Tunggal Mulyono atas doa yang diberikan. 9. Ibu Dewi di PT. Pusaka Tradisi Ibu atas fasilitas yang diberikan kepada penulis untuk melakukan uji di Perusahaan tersebut. 10. Ibu Emma dan Ibu Rubiyah atas bantuannya selama penelitian. 11. Seluruh dosen, staf TU, dan pegawai THP atas bantuannya selama ini. 12. Sahabat-sahabat terbaik: Syeni, Vera, Ima, dan Indah atas dukungan serta persahabatan yang terjalin selama ini. 13. Meiri dan k’Ana atas doanya yang sangat membantu. 14. Anang untuk bantuannya selama penulis menyelesaikan skripsi.
15. Ari, Rijan, Gory, dan Ubit atas bantuannya yang tak terhingga. 16. Vika, Amel, Eka, Theta, Santi, Barlian, Alim, Estrid, Enif, Wie, Dede, Dila, Nia, Puji, dan seluruh keluarga besar THP 41. 17. Mba Dian, K’Pis, T’Ira dan keluarga besar THP 40 atas bantuannya kepada penulis. 18. Keluarga besar THP 42 dan THP 43, serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini masih terdapat kekurangan. Namun, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pihak yang membutuhkan. Bogor, September 2008 Penulis
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ......................................................................................
x
DAFTAR GAMBAR .................................................................................
xi
DAFTAR LAMPIRAN ..............................................................................
xii
1. PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1. Latar Belakang .............................................................................
1
1.2. Tujuan ..........................................................................................
2
2. TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................
3
2.1. Kulit .............................................................................................
3
2.2. Skin Lotion ...................................................................................
5
2.2.1. Definisi skin lotion ............................................................ 2.2.2. Bahan penyusun skin lotion .............................................. 2.2.2.1. Asam stearat ...................................................... 2.2.2.2. Gliseril monostearat .......................................... 2.2.2.3. Setil alkohol ...................................................... 2.2.2.4. Petrolatum ......................................................... 2.2.2.5. Minyak mineral ................................................. 2.2.2.6. Isopropil palmitat .............................................. 2.2.2.7. Gliserin .............................................................. 2.2.2.8. Trietanolamin .................................................... 2.2.2.9. Air ..................................................................... 2.2.2.10. Metil paraben .................................................... 2.2.2.11. Pewangi .............................................................
5 7 9 10 10 10 11 11 12 12 12 13 13
2.3. Alginat ..........................................................................................
13
2.3.1. Sifat fisiko-kimia alginat ................................................... 2.3.1.1. Struktur .............................................................. 2.3.1.2. Karakteristik dan stabilitas ................................. 2.3.1.3. Kelarutan ............................................................ 2.3.1.4. Viskositas ........................................................... 2.3.2. Standar mutu alginat ......................................................... 2.3.3. Fungsi alginat ....................................................................
14 14 15 16 17 18 18
3. METODOLOGI ...................................................................................
21
3.1. Waktu dan Tempat ........................................................................
21
3.2. Alat dan Bahan ..............................................................................
21
3.3. Metode Penelitian .........................................................................
21
4.
3.3.1. Penelitian pendahuluan .................................................. 3.3.2. Penelitian utama .............................................................
21 22
3.4. Prosedur Pembuatan Lotion ........................................................
23
3.5. Analisis ........................................................................................
23
3.5.1. Kadar susut pengeringan ................................................. 3.5.2. Kadar abu ........................................................................ 3.5.3. Logam berat .................................................................... 3.5.4. Kadar sulfat ..................................................................... 3.5.5. Derajat putih .................................................................... 3.5.6. Uji sensori ....................................................................... 3.5.7. Viskositas ........................................................................ 3.5.8. pH .................................................................................... 3.5.9. Stabilitas emulsi .............................................................. 3.5.10. Penyusutan berat ............................................................. 3.5.11. Total mikroba .................................................................. 3.5.12. Kelembaban kulit ............................................................ 3.5.13. Ketengikan ......................................................................
23 25 25 26 26 26 27 27 27 28 28 28 29
3.6. Rancangan Percobaan ..................................................................
29
HASIL DAN PEMBAHASAN ...........................................................
32
4.1. Spesifikasi Natrium Alginat ........................................................
32
4.2. Karakteristik Skin Lotion .............................................................
33
4.2.1. Karakteristik sensori ........................................................ 4.2.1.1. Warna ................................................................ 4.2.1.2. Penampakan ...................................................... 4.2.1.3. Kekentalan ......................................................... 4.2.1.4. Homogenitas ..................................................... 4.2.1.5. Kesan lembab .................................................... 4.2.1.6. Rasa lengket ......................................................
33 33 35 36 37 38 40
4.2.2. Karakteristik fisiko-kimia ................................................ 4.2.2.1. Viskositas .......................................................... 4.2.2.2. pH ...................................................................... 4.2.2.3. Stabilitas emulsi ................................................ 4.2.2.4. Penyusutan berat ...............................................
41 41 43 44 45
4.2.3. Total mikroba ...................................................................
47
4.3. Pemilihan Skin Lotion Terbaik Berbasis Indeks Kinerja ..............
47
4.4. Karakteristik Skin Lotion Selama Penyimpanan ...........................
49
4.4.1. 4.4.2. 4.4.3. 4.4.4. 4.4.5.
Viskositas ......................................................................... pH ..................................................................................... Stabilitas emulsi ............................................................... Kelembaban kulit ............................................................ Ketengikan (rancidity) .....................................................
49 51 52 53 55
5.
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................
56
5.1. Kesimpulan .................................................................................
56
5.2. Saran ............................................................................................
56
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................
57
LAMPIRAN ...............................................................................................
61
DAFTAR TABEL No
Halaman
1. Syarat mutu pelembab kulit ............................................................
7
2. Karakteristik natrium alginat ...........................................................
16
3. Spesifikasi mutu asam alginat dan natrium alginat .........................
18
4. Kegunaan alginat dalam berbagai bidang industri ..........................
19
5. Formulasi bahan-bahan penyusun skin lotion .................................
22
6. Hasil analisis natrium alginat ..........................................................
32
7. Karakteristik dan nilai kepentingan parameter skin lotion ..............
48
8. Hasil pembobotan berdasarkan metode Bayes ................................
49
DAFTAR GAMBAR No
Halaman
1. Struktur lapisan kulit .......................................................................
3
2. Struktur asam alginat ......................................................................
14
3. Struktur polimannuronat, poliguluronat, dan kopolimer berselang .
15
4. Struktur natrium alginat ..................................................................
15
5. Diagram alir penelitian.....................................................................
24
6. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna skin lotion .....................
34
7. Tingkat kesukaan panelis terhadap penampakan skin lotion .........
35
8. Tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion .............
37
9. Tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas skin lotion ..........
38
10. Tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion .........
39
11. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion ...........
40
12. Viskositas skin lotion ......................................................................
42
13. pH skin lotion ..................................................................................
43
14. Penyusutan berat skin lotion ............................................................
46
15. Grafik perubahan viskositas skin lotion selama penyimpanan ........
50
16. Grafik perubahan pH skin lotion selama penyimpanan ..................
52
17. Diagram batang persentase kelembaban kulit .................................
54
DAFTAR LAMPIRAN No
Halaman
1. Lembar uji sensori skala hedonik skin lotion ..................................
62
2. Lembar nilai kepentingan uji sensori skin lotion ............................
63
3a. Rekapitulasi data mentah uji kesukaan terhadap warna ..................
64
3b. Rekapitulasi data mentah uji kesukaan terhadap penampakan .......
65
3c. Rekapitulasi data mentah uji kesukaan terhadap kekentalan ..........
66
3d. Rekapitulasi data mentah uji kesukaan terhadap homogenitas .......
67
3e. Rekapitulasi data mentah uji kesukaan terhadap kesan lembab .....
68
3f. Rekapitulasi data mentah uji kesukaan terhadap rasa lengket .........
69
4. Nilai tingkat kepentingan karakteristik sensori skin lotion .............
70
5. Hasil uji Kruskal-Wallis karakteristik sensori skin lotion ...............
71
6a. Hasil uji Multiple Comparison karakteristik sensori skin lotion parameter warna ..............................................................................
71
6b. Hasil uji Multiple Comparison karakteristik sensori skin lotion parameter penampakan ...................................................................
72
6c. Hasil uji Multiple Comparison karakteristik sensori skin lotion parameter kekentalan ......................................................................
72
6d. Hasil uji Multiple Comparison karakteristik sensori skin lotion parameter homogenitas ..................................................................
73
6e. Hasil uji Multiple Comparison karakteristik sensori skin lotion parameter kesan lembab ..................................................................
73
6f. Hasil uji Multiple Comparison karakteristik sensori skin lotion parameter rasa lengket ....................................................................
74
7. Viskositas skin lotion ......................................................................
75
8. pH skin lotion ..................................................................................
75
9. Penyusutan berat skin lotion ............................................................
76
10. Uji normalitas viskositas, pH, dan penyusutan berat skin lotion ....
76
11. Analisis ragam viskositas skin lotion ..............................................
76
12. Uji lanjut Duncan viskositas skin lotion .........................................
76
13. Analisis ragam pH skin lotion .........................................................
77
14. Uji lanjut Duncan pH skin lotion ....................................................
77
15. Analisis ragam penyusutan berat skin lotion ...................................
77
16. Uji lanjut Duncan penyusutan berat skin lotion ..............................
77
17. Total mikroba skin lotion ................................................................
77
18. Hasil perhitungan pemilihan skin lotion terbaik .............................
78
19. Viskositas skin lotion selama penyimpanan ....................................
80
20. pH skin lotion selama penyimpanan ...............................................
81
21. Hasil uji kelembaban kulit PT. Pusaka Tradisi Ibu .........................
81
22. Hasil analisis terhadap bilangan peroksida skin lotion ...................
82
23. Viskositas, pH, stabilitas emulsi, dan penyusutan berat skin lotion komersial .........................................................................................
82
24. Dokumentasi penelitian ...................................................................
82
1. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Lingkungan merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit. Polusi udara, angin, dan sinar matahari dapat membuat kulit menjadi lebih kering akibat kehilangan air oleh penguapan. Secara alamiah, kulit berusaha melindungi diri dari kehilangan air, yaitu dengan adanya tabir lemak di atas kulit dengan lapisan film pelindung yang disebut mantel asam. Faktor perlindungan alamiah tersebut tidak mencukupi dalam kondisi tertentu. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah untuk mencegah kekeringan yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit. Kebutuhan kosmetika hampir menjadi kebutuhan yang dianggap penting bagi sebagian orang. Berbagai jenis produk kosmetika digunakan untuk perawatan agar dapat tampil lebih menarik. Kosmetika merupakan campuran bahan yang dikenakan pada kulit manusia untuk membersihkan, memelihara, menambah daya tarik, serta mengubah rupa (Wasitaatmadja 1997). Skin lotion merupakan salah satu jenis kosmetika yang digunakan sebagai pelembab kulit. Kosmetika ini terdiri dari air, pelembab, pelembut, pengental, pengawet, dan pewangi (Mitsui 1997). Skin lotion komersial menggunakan setil alkohol sebagai pengental, penstabil, dan pengemulsi. Hasil dari perairan yang dapat mensubstitusi penggunaan setil alkohol adalah alginat. Tujuan dari substitusi ini adalah untuk mengurangi bahan kimia dalam pembuatan skin lotion dengan fungsi yang sama. Selain sebagai pengental, penstabil, dan pengemulsi, alginat juga memiliki keunggulan lain yaitu dapat berperan sebagai humektan. Alginat adalah hidrokoloid yang dihasilkan dari rumput laut coklat. Hidrokoloid yang terkandung dalam rumput laut ini merupakan alasan utama untuk menjadikannya sebagai bahan baku industri kosmetik karena merupakan bahan alami sehingga aman untuk digunakan. Krim kulit dan krim kecantikan yang mengandung alginat memiliki sifat yang baik secara dermatologi yaitu tidak menimbulkan efek samping (Mariani 2007). Selain itu, ekstrak koloid dari rumput laut (alginat) menunjukkan sifat kompabilitas tinggi (mampu disatukan dengan bahan-bahan lain) dalam sediaan kosmetik (Soraya 2002).
Alginat digunakan secara luas dalam industri sebagai bahan pengental, pensuspensi, penstabil, pembentuk film, pembentuk gel, disintegrating agent, dan pengemulsi. Sehubungan dengan fungsi tersebut, maka alginat banyak dibutuhkan oleh berbagai industri, seperti farmasi (5%), tekstil (50%), makanan dan minuman (30%), kertas (6%), serta industri lainnya (9%). Pada bidang farmasi dan kosmetik, alginat dimanfaatkan dalam bentuk asam alginat atau garam natrium alginat dan kalsium alginat (Anggadiredja et al. 2006). Alginat dapat diformulasikan dalam skin lotion sesuai dengan kebutuhan dan sifat fisiko-kimia yang diinginkan, terutama yang berkaitan dengan sifat pembentuk gel, kekentalan, mengikat air, dan mengikat ion sehingga dapat mempertahankan kelembaban (Yunizal 2004). Penggunaan alginat sebagai pensubstitusi bahan kimia dalam pembuatan skin lotion dapat mendukung penggunaan kembali bahan-bahan alami untuk perawatan kulit sehingga diharapkan dapat meningkatkan nilai jual produk skin lotion karena lebih aman untuk digunakan konsumen. 1.2. Tujuan Tujuan dari penelitian ini adalah pemanfaatan natrium alginat sebagai bahan alami dari hasil perairan untuk digunakan dalam formulasi skin lotion. Adapun tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu: 1. Mempelajari karakteristik skin lotion 2. Mendapatkan konsentrasi natrium alginat terbaik dalam pembuatan skin lotion 3. Mempelajari karakteristik skin lotion selama penyimpanan
2. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kulit Kulit merupakan suatu organ besar berlapis-lapis yang pada orang dewasa beratnya mencapai delapan pon, tidak termasuk lemak. Kulit menutupi permukaan lebih dari 20.000 cm2 dan mempunyai bermacam-macam fungsi. Kulit memiliki fungsi sebagai termostat dalam mempertahankan suhu tubuh dan pembatas dari serangan fisika, kimia, mikroorganisme dan ultraviolet (Idson dan Lazarus 1994). Kulit juga berfungsi untuk menutupi semua bagian tubuh, melindungi tubuh dari berbagai macam gangguan eksternal atau kerusakan kulit akibat kehilangan kelembaban (Mitsui 1997).
Gambar 1. Struktur lapisan kulit (Bramayudha 2008) Secara anatomi, kulit terdiri dari banyak lapisan jaringan tetapi pada umumnya kulit terbagi dalam tiga lapisan jaringan, yaitu epidermis, dermis, dan lapisan lemak di bawah kulit. Kandungan dan penopang dermis adalah sejumlah pembuluh darah, pembuluh getah bening, saraf, dan juga bagian-bagian kulit seperti kantung rambut, kelenjar sebaseus, dan kelenjar keringat (Idson dan Lazarus 1994). Lapisan dermis merupakan lapisan kulit kedua setelah lapisan epidermis yang memegang peranan penting dalam elastisitas dan ketegangan dari kulit. Lapisan subcutaneous berada dibawah lapisan dermis. Lapisan ini berperan dalam mengatur temperatur kulit (Mitsui 1997).
Lapisan terluar adalah stratum corneum atau lapisan tanduk yang terdiri dari sel-sel padat, mati, dan sel-sel keratin yang berlapis-lapis. Stratum corneum merupakan suatu pembatas yang menahan keluar-masuknya zat-zat kimia (Idson dan Lazarus 1994). Bagian atas stratum corneum terdapat mantel asam yang merupakan lapisan permukaan film pelindung. Mantel asam terdiri dari asam laktat dan asam amino yang merupakan hasil dari sekresi kelenjar keringat serta asam lemak bebas yang merupakan hasil sekresi dari kelenjar sebaseus. Hasil sekresi kelenjar keringat dan kelenjar sebaseus mempertahankan pH kulit tetap asam (Siegenthaler 2005). Bawab dan Friberg (2004) mengemukakan bahwa lapisan mantel terdiri dari zat-zat yang berfungsi sebagai pertahanan dalam melawan kuman dan bakteri, salah satunya adalah garam yang berasal dari kelenjar keringat. Garam yang terdapat pada mantel asam menyebabkan kondisi yang hiperosmosis sehingga dapat memusnahkan bakteri karena konsentrasi garam yang tinggi menyebabkan air dari dalam bakteri tertarik dan bakteri mengalami dehidrasi. Menurut Levin dan Maibach (2007), tingkat keasaman atau kebasaan permukaan kulit dipengaruhi oleh substansi yang mengenai kulit dan kemampuan kulit dalam mempertahankan keasaman. Ketika suatu produk asam atau basa mengenai kulit, maka perubahan pH kulit akan terjadi sementara tetapi pH kulit secara cepat dapat diperbaiki dengan adanya mantel asam. Mantel asam memiliki tiga fungsi, yaitu mendorong pembentukan lemak epidermis, memberikan perlindungan dalam menahan serangan mikroorganisme, dan berperan dalam penetral basa. Kerusakan mantel asam akibat perubahan pH menyebabkan kulit menjadi kering, pecah-pecah, sensitif, mudah terinfeksi bakteri dan penyakit kulit. Semakin jauh perubahan pH, maka kulit akan semakin teriritasi. Perubahan pH kulit dapat disebabkan oleh produk kosmetika. Salah satu kosmetika yang biasa digunakan adalah skin lotion. Adanya kontak kosmetika dengan kulit memungkinkan penyerapan kosmetika oleh kulit. Jumlah kosmetika yang terserap kulit tergantung pada beberapa faktor, yaitu keadaan kulit pemakai dan keadaan kosmetika yang dipakai. Kontak kosmetika dengan kulit menimbulkan efek positif berupa manfaat kosmetika dan efek negatif berupa efek samping kosmetika (Wasitaatmadja 1997).
Absorpsi kosmetika melalui kulit terjadi karena kulit mempunyai celah anatomis yang dapat menjadi jalan masuk zat-zat yang melekat diatasnya. Celah tersebut adalah celah antar sel epidermis, celah folikel rambut, dan celah antar sel saluran kelenjar keringat. Mekanisme masuknya kosmetika ke dalam kulit tidak hanya terjadi secara fisik dengan menyelinapnya molekul kosmetika ke dalam kulit, tetapi molekul tersebut dapat masuk ke dalam kulit secara kimiawi melalui proses difusi dan osmosis. Produk kosmetika yang memiliki pH sangat asam atau sangat basa dapat menyebabkan kulit teriritasi. Oleh sebab itu, pH produk kosmetika sebaiknya dibuat sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5-7,5 (Wasitaatmadja 1997). Pelembab diperlukan oleh kulit untuk mempertahankan struktur dan fungsinya. Berbagai faktor baik dari luar tubuh (eksternal) maupun dari dalam tubuh (internal) dapat mempengaruhi struktur dan fungsi kulit, misalnya: udara kering, sinar matahari, umur lanjut, dan berbagai penyakit kulit. Faktor-faktor tersebut membuat kulit menjadi lebih kering akibat kehilangan air oleh penguapan. Oleh karena itu, dibutuhkan perlindungan tambahan non alamiah untuk mencegah kekeringan yaitu dengan memberikan kosmetika pelembab kulit (Wasitaatmadja 1997). 2.2. Skin Lotion 2.2.1. Definisi skin lotion Lotion merupakan salah satu bentuk emulsi, didefinisikan sebagai campuran dari dua cairan yang tidak saling bercampur, yang distabilkan dengan sistem emulsi dan jika ditempatkan pada suhu ruang, berbentuk cairan yang dapat dituang (Rieger 1994). Menurut Silva et al. (2006), emulsifikasi merupakan proses pendispersian suatu larutan ke dalam larutan yang tidak saling bercampur. Emulsi berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi oleh laju pengadukan selama proses emulsifikasi. Dua cairan yang tidak saling bercampur cenderung membentuk tetesantetesan jika diaduk secara mekanis. Jika pengocokan dihentikan, tetesan akan bergabung menjadi satu dengan cepat dan kedua cairan tersebut akan memisah. Lamanya terjadi tetesan tersebut dapat ditingkatkan dengan menambahkan suatu pengemulsi. Biasanya hanya ada satu fase yang bertahan dalam bentuk tetesan
untuk jangka waktu yang cukup lama. Fase ini disebut fase dalam (fase terdispersi atau fase diskontinu) dan fase ini dikelilingi fase luar atau fase kontinu. Ada dua bentuk emulsi dalam bahan dasar kosmetik, yaitu emulsi yang mempunyai fase dalam minyak dan fase luar air, sehingga disebut emulsi minyak dalam air, biasanya diberi tanda “m/a”. Sebaliknya, emulsi yang mempunyai fase dalam air dan fase luar minyak disebut emulsi air dalam minyak dan dikenal sebagai “a/m” (Rieger 1994). Pada emulsi kosmetik, dua fase secara terpisah dipanaskan pada suhu yang sama, kemudian fase yang satu dituangkan ke fase lainnya dan dipanaskan pada temperatur yang sama dengan pengadukan. Pengadukan terus dilakukan sampai emulsi dapat didinginkan pada suhu kamar. Fase-fase tersebut dicampur pada suhu 70-75 °C karena pada temperatur ini, pencampuran fase cair dapat terjadi dengan baik. Temperatur dapat diturunkan beberapa derajat jika titik leleh fase lemak cukup rendah (Idson dan Lazarus 1994). Waktu, variasi temperatur, dan proses pencampuran mempunyai pengaruh yang kompleks pada proses emulsifikasi. Pengocokan dibutuhkan untuk emulsifikasi sehingga terbentuk tetesan-tetesan. Pada pengocokan selanjutnya, kemungkinan terjadi koalisi antara tetesan-tetesan menjadi semakin sering, sehingga dapat terjadi penggabungan. Oleh karena itu, disarankan untuk menghindari waktu pengocokan yang terlalu lama, pada waktu dan sesudah pembentukan emulsi. Selama penyimpanan, ketidakstabilan emulsi dapat dibuktikan oleh pembentukan krim, agregasi bolak-balik, atau agregasi yang tidak dapat balik (Rieger 1994). Kestabilan emulsi berhubungan dengan viskositas. Semakin tinggi viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit (Schmitt 1996). Pada emulsi m/a, bulatan gumpalan
emulsi
menyebabkan
peningkatan viskositas secara tiba-tiba.
Viskositas emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama (5-15 hari pada temperatur kamar). Biasanya penurunan viskositas dengan waktu mencerminkan
peningkatan
ukuran
partikel
menunjukkan shelf-life yang buruk (Rieger 1994).
karena
penggumpalan
dan
Lotion pelembab berfungsi mempertahankan kelembaban dan daya tahan air pada lapisan kulit sehingga dapat melembutkan dan menjaga kehalusan kulit (Mitsui 1997). Fungsi utama skin lotion untuk perawatan kulit adalah sebagai pelembut (emollient). Hasil akhir yang diperoleh tergantung dari daya campur bahan baku dengan bahan lainnya untuk mendapatkan kelembaban, kelembutan, dan perlindungan dari kekeringan (Schmitt 1996). Syarat mutu pelembab kulit terdapat pada SNI 16-4399-1996. Tabel 1. Syarat mutu pelembab kulit No. Kriteria Satuan Syarat 1 Penampakan Homogen 2 pH 4,5-8 3 Bobot jenis 0,95-1,05 4 Viskositas cP 2000-50.000 5 Cemaran mikroba Koloni/gram Maksimum 102 Sumber : Badan Standardisasi Nasional (1996) 2.2.2. Bahan penyusun skin lotion Skin lotion merupakan campuran dari air, pelembut, humektan, bahan pengental, pengawet, dan pewangi (Mitsui 1997). Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam pembuatan skin lotion. Air yang digunakan dalam pembuatan lotion adalah air murni yang berfungsi sebagai pelarut (Departemen Kesehatan 1993). Emollient (pelunak, zat yang mampu melunakkan kulit) didefinisikan sebagai sebuah media yang jika digunakan pada lapisan kulit kering akan mempengaruhi kelembutan kulit. Bahan ini mengisi ruang antar sel kulit, membantu menggantikan lemak sehingga dapat melembutkan dan melumasi (Mariani 2007). Farage (2007) menyatakan bahwa emollient yang digunakan dalam skin lotion dapat mengurangi resiko terjadinya penyakit kulit seperti dermatitis. Lotion dengan emollient dapat membuat kulit terasa nyaman, kering, dan tidak berminyak. Rasa nyaman setelah pemakaian skin lotion disebabkan emollient memiliki titik cair yang lebih tinggi dari suhu kulit. Oleh karena itu, dalam membuat formula skin lotion harus diperhatikan fungsi utama dari skin lotion yaitu melembutkan, mudah dan cepat menyerap pada permukaan kulit, tidak
meninggalkan lapisan tipis, tidak menimbulkan rasa lengket pada kulit setelah pemakaian, tidak mengganggu pernafasan, antiseptis, memiliki bau yang khas (menyegarkan), serta memiliki warna menarik dan tetap. Bahan-bahan yang berfungsi sebagai emollient adalah minyak mineral, ester isopropil, turunan lanolin, trigliserida, dan asam lemak (Schmitt 1996). Humektan merupakan salah satu bagian terpenting pada skin lotion karena merupakan zat yang melindungi emulsi dari kekeringan dengan mempertahankan kandungan air produk saat pemakaian pada permukaan kulit. Humektan berpengaruh terhadap kulit yaitu melembutkan kulit dan mempertahankan kelembaban kulit agar tetap seimbang. Humektan ditambahkan pada skin lotion dan produk dengan tipe emulsi minyak dalam air lainnya untuk mengurangi kekeringan ketika disimpan pada suhu ruang (Mitsui 1997). Humektan yang dapat digunakan dalam skin lotion yaitu gliserin, propilen glikol, dan sorbitol dengan kisaran penggunaan 0,5-15% (Schmitt 1996). Bahan pengental (thickener) digunakan untuk mengatur kekentalan dan mempertahankan kestabilan produk dengan mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water soluble polymers yang digunakan sebagai bahan pengental diklasifikasikan sebagai polimer natural, semi sintetis polimer, dan polimer sintetis (Mitsui 1997). Pengental polimer seperti gum-gum alami, derivatif selulosa, dan karbomer lebih sering digunakan dalam emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan. Penggunaan thickener dalam pembuatan skin lotion biasa digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu di bawah 2,5% (Schmitt 1996). Emulsifier atau pengemulsi merupakan bahan yang penting dalam pembuatan skin lotion karena memiliki gugus polar maupun non polar dalam satu molekulnya, sehingga pada satu sisi akan mengikat minyak yang non polar dan di sisi lain juga akan mengikat air yang polar. Hal ini berhubungan dengan hidrofil lipofil balance yaitu keseimbangan antara komponen yang larut air dan larut minyak (Schmitt 1996). Emulsifier akan membentuk lapisan tipis (film) yang menyelimuti partikel dan mencegah partikel tersebut bersatu dengan partikel sejenisnya. Emulsi mengandung lebih dari satu emulsifier karena kombinasi dari beberapa emulsifier akan menambah kesempurnaan sifat fisik maupun kimia dari
emulsi. Untuk mendapatkan sistem emulsi yang stabil, dipilih emulsifier yang larut dalam fase yang dominan, yaitu fase pendispersi. Asam stearat, gliseril monostearat, dan setil alkohol merupakan emulsifier yang dapat digunakan dalam produk emulsi (Suryani et al. 2000). Gliserin atau sorbitol yang merupakan sumber karbon dan substansi lain seperti turunan asam amino dan protein biasanya ditambahkan pada pembuatan skin lotion. Bahan-bahan ini merupakan sumber nitrogen bagi mikroorganisme. Oleh karena itu, dibutuhkan suatu pengawet untuk menghambat pertumbuhan mikroorganisme dan untuk menghindari deteriorasi produk (Mitsui 1997). Pengawet dapat ditambahkan pada produk sebesar 0,1-0,2%. Pengawet juga harus ditambahkan pada suhu yang tepat pada saat proses pembuatan, yaitu antara 35-45 oC agar tidak merusak bahan aktif yang terdapat dalam pengawet tersebut. Pengawet yang baik memiliki persyaratan, yaitu efektif mencegah tumbuhnya berbagai macam organisme yang dapat menyebabkan penguraian bahan, dapat larut dalam berbagai konsentrasi yang digunakan, dan tidak menimbulkan bahaya pada kulit. Pengawet yang biasanya digunakan dalam kosmetika yaitu metil paraben dan propil paraben (Schmitt 1996). Pewangi ditambahkan pada lotion sebagai upaya meningkatkan nilai produk. Jumlah pewangi yang ditambahkan harus serendah mungkin, yaitu berkisar antara 0,1-0,5%. Pada proses pembuatan skin lotion, pewangi dicampurkan pada suhu 35 oC agar tidak merusak emulsi yang sudah terbentuk (Schmitt 1996). Berikut ini merupakan bahan-bahan yang dapat digunakan dalam formulasi skin lotion. 2.2.2.1. Asam stearat Asam stearat (C17H35COOH) merupakan komponen fase lemak yang berfungsi sebagai emulsifier untuk memperoleh konsistensi suatu produk. Dengan penambahan asam stearat, produk bersifat lunak dan menghasilkan kilauan yang khas (Idson dan Lazarus 1994). Asam stearat diproduksi dengan mengekstraksi cairan asam dari asam lemak yang berasal dari lemak sapi. Selain itu, proses destilasi asam lemak yang berasal dari minyak kacang kedelai atau minyak biji kapas juga dapat dilakukan untuk memproduksi asam stearat (Mitsui 1997).
Asam stearat mudah larut dalam kloroform, eter, etanol, dan tidak larut dalam air (Departemen Kesehatan 1993). 2.2.2.2. Gliseril monostearat Gliseril monostearat (C21H42O4) merupakan komponen fase lemak yang berfungsi sebagai emollient dan emulsifier (Idson dan Lazarus 1994). Gliseril monostearat merupakan suatu poliol ester yang pada umumnya bukan merupakan produk alami, namun merupakan suatu campuran mono dan diester dari asam stearat dan palmitat. Gliseril monostearat adalah suatu zat berbentuk flakes seperti lilin yang larut dalam pelarut organik dengan titik leleh 56-58 oC. Emulsi yang dihasilkan pada komponen ini stabil pada pH 7. Konsentrasi yang berlebihan dari bahan ini harus dihindari karena dapat menghasilkan gel pada skin lotion. Lotion yang diformulasikan menggunakan gliseril monostearat biasanya sangat tebal dan berat (Schmitt 1996). 2.2.2.3. Setil alkohol Setil alkohol (C16H33OH) merupakan komponen fase lemak yang berfungsi sebagai emulsifier (Idson dan Lazarus 1994). Selain sebagai emulsifier, setil alkohol juga berfungsi sebagai bahan pengental. Pada formulasi produk, umumnya konsentrasi yang digunakan berkisar antara 1-3%. Semakin besar konsentrasi yang digunakan maka emulsi yang terbentuk akan semakin tebal dan padat sehingga dapat terjadi granulasi (Wilkinson dan Moore 1982). Setil alkohol merupakan butiran yang berwarna putih, berbau khas lemak, melebur pada suhu 45-50 oC, serta larut dalam etanol dan eter namun tidak larut dalam air (Departemen Kesehatan 1993). Setil alkohol diproduksi dengan cara destilasi fraksional alkohol yang disaponifikasi oleh minyak. Selain itu juga dapat diproduksi dengan cara destilasi fraksional lemak sapi yang telah direduksi. Setil alkohol merupakan lemak putih agak keras yang mengandung gugusan kelompok hidroksil dan digunakan sebagai penstabil emulsi pada produk emulsi seperti krim dan skin lotion (Mitsui 1997). 2.2.2.4. Petrolatum Petrolatum (C33H70) dapat digunakan dalam pembuatan krim atau lotion yang berfungsi untuk menghaluskan dan melembutkan kulit (emollient). Minyak
ini merupakan pelembut kulit yang sangat baik karena bersifat tidak aktif dan tidak menembus kulit. Sunsmart (1996) menyatakan bahwa petrolatum sering digunakan dalam formulasi kosmetika dan efek pemakaiannya dipertimbangkan sebagai occlusive emollient. Selain itu, bahan ini dapat berfungsi sebagai antioksidan dan pengemulsi. Petrolatum memiliki warna dari transparan sampai kekuningan dan merupakan campuran semi solid hidrokarbon, dapat terbakar, titik leleh berkisar beberapa derajat dibawah 100 oF (37 oC), serta tidak larut dalam air, larut dalam kloroform, benzene dan karbon disulfida (Anonima 2007). 2.2.2.5. Minyak mineral Minyak mineral (CnH2n+2) merupakan cairan yang tidak berwarna, jernih, dan tidak berbau, serta tidak larut dalam alkohol atau air. Terdapat dua jenis minyak mineral yang penting, yaitu parafin cair (viskositas 110-220 mPa.s) dan parafin cair ringan (viskositas 25-80 mPa.s). Minyak-minyak mineral untuk kosmetik merupakan fraksi bertitik didih tinggi yang diperoleh dari distribusi minyak kasar yang dimurnikan dan dijernihkan dengan asam sulfat. Minyak ini merupakan pelembut kulit yang baik karena bersifat tidak aktif dan tidak menembus kulit. Oleh karena itu, minyak-minyak ini memiliki kompabilitas yang sangat baik terhadap kulit (Schmitt 1996). 2.2.2.6. Isopropil palmitat Isopropil palmitat (C19H38O2) adalah ester dari isopropil alkohol dan asam palmitat, mempunyai nama resmi 1-metil etil heksadekanoat. Pada suhu ruang, isopropil palmitat merupakan cairan jernih tidak berwarna sampai berwarna kekuningan, tidak berbau, dan bersifat kental. Viskositas yang terukur adalah antara 5 sampai 10 mPa.s pada 25 °C. Suhu didih dari isopropil palmitat adalah 160 °C pada 266 Pa (2 mm Hg). Titik beku terukur antara 13-15 °C dan umumnya memadat pada suhu di bawah 16 °C (Anonimb 2007). Isopropil palmitat terdiri dari ester yang terbentuk dari isopropil alkohol dan asam lemak jenuh dengan BM tinggi yakni 298,51. Bahan ini merupakan cairan tidak berwarna, mudah dituang, berbau lemah, serta larut dalam aseton, minyak jarak, kloroform, etanol 95% dan parafin cair. Namun, isopropil palmitat tidak larut dalam air, gliserin, dan propilen glikol (Departemen Kesehatan 1993). Aplikasi isopropil palmitat umumnya sebagai emollient dengan karakteristik
penyebaran yang baik. Secara luas produk ini digunakan dalam produk kosmetika, seperti sabun cair, krim, lotion, produk perawatan wajah, produk perawatan rambut, deodoran, pewarna bibir, dan bedak (Anonimb 2007). 2.2.2.7. Gliserin Humektan terpenting dalam pembuatan skin lotion adalah gliserin (C3H5(OH)3) yang diperoleh dari proses saponifikasi trigliserida dan sorbitol. Sifat melembabkan timbul dari gugus-gugus hidroksil yang dapat berikatan hidrogen dengan air sehingga mencegah penguapan air. Komposisi gliserin yang digunakan pada formulasi berkisar antara 3-10% (Mitsui 1997). Penggunaan gliserin berfungsi untuk mencegah lotion menjadi kering dan mencegah pembentukan kerak selama pengemasan dalam botol. Selain itu, gliserin juga berfungsi dalam memperbaiki konsistensi dan mutu lotion, yaitu mencegah terhapusnya lotion jika digunakan pada kulit sehingga memungkinkan lotion dapat menyebar tanpa digosok. Penambahan gliserin menyebabkan sediaan menjadi lebih pekat (Idson dan Lazarus 1994). 2.2.2.8. Trietanolamin Trietanolamin (CH2OH(CH2)3N) atau TEA merupakan cairan tidak berwarna atau berwarna kuning pucat, jernih, tidak berbau atau hampir tidak berbau, dan higroskopis. Cairan ini dapat dicampur dengan air dan etanol (95%) namun sukar larut dalam eter (Departemen Kesehatan 1993). TEA dapat digunakan sebagai penyeimbang pH dalam sediaan kosmetika (Anonimc 2008). 2.2.2.9. Air Air merupakan komponen yang paling besar persentasenya dalam pembuatan skin lotion. Air merupakan bahan pelarut dan bahan baku yang tidak berbahaya, tetapi air mempunyai sifat korosi. Air mengandung beberapa bahan pencemar sehingga air yang digunakan untuk produk kosmetik harus dimurnikan terlebih dahulu (Mitsui 1997). Air murni yaitu air yang diperoleh dengan cara penyulingan, proses penukaran ion, dan osmosis sehingga tidak lagi mengandung ion-ion dan mineral-mineral. Air murni hanya mengandung molekul air saja. Air merupakan cairan jernih, tidak berwarna, tidak berasa, berfungsi sebagai pelarut, dan memiliki pH 5,0-7,0 (Departemen Kesehatan 1993).
2.2.2.10. Metil paraben Metil paraben (C8H8O3) merupakan zat berwarna putih atau tidak berwarna, berbentuk serbuk halus, tidak berbau, dan rasa sedikit membakar. Zat ini dapat larut dalam etanol 95%, eter, dan air namun sukar larut dalam benzen dan karbontetraklorida (Departemen Kesehatan 1993). Metil paraben dapat digunakan dalam sediaan kosmetika dengan konsentrasi maksimum 1% (Mitsui 1997). Metil paraben sering digunakan dalam skin lotion karena dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur. Kelemahan dari metil paraben yaitu kurang efektif terhadap bakteri gram negatif dibandingkan terhadap jamur dan ragi (Idson dan Lazarus 1994). Pengawet ini tidak bersifat toksik dan tidak menyebabkan iritasi kulit tetapi dapat menyebabkan alergi untuk kulit sensitif (Anonimd 2008). 2.2.2.11. Pewangi Pewangi yang biasa digunakan dalam formulasi skin lotion adalah minyak esensial (essential oil). Minyak esensial merupakan bahan yang sensitif terhadap panas, sehingga harus ditambahkan pada temperatur yang rendah. Minyak ini biasanya digunakan dalam jumlah yang kecil sehingga tidak menyebabkan iritasi (Rieger 2000). 2.3. Alginat Alginat merupakan grup polisakarida alami yang diekstrak dari rumput laut coklat (Phaeophyceae). Dalam dinding sel dan ruang intraselular rumput laut coklat, alginat ditemukan sebagai campuran garam kalsium, kalium, dan natrium dari asam alginat (Nussinovitch 1997). Alginat yang sering disebut sebagai “algin” adalah suatu hidrokoloid, yaitu substansi dengan molekul yang sangat besar dan dapat dipisahkan dalam air untuk memberikan kekentalan pada larutan. Kegunaan alginat didasarkan pada tiga bagian, yaitu (McHugh 2003): Kemampuannya ketika dipisahkan dalam air untuk mengentalkan larutan Kemampuannya untuk membentuk gel Kemampuannya untuk membentuk lapisan dari natrium dan kalsium alginat. Natrium alginat merupakan aginat yang sudah diproduksi secara komersial. Natrium alginat merupakan garam dari asam alginat yang larut air. Garam dari
asam alginat lainnya yang juga telah diproduksi secara komersial, yaitu kalium alginat dan ammonium alginat. Selain itu, kalsium alginat dan propilen glikol alginat (PGA) juga sudah mulai dipasarkan (McNeely dan Pettitt 1973). 2.3.1. Sifat fisiko-kimia alginat 2.3.1.1. Struktur Alginat merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi sehingga sangat mudah menyerap air (Winarno 1996). Secara kimia, polimer alginat berantai lurus dan terdiri dari asam D-mannuronat dan asam L-guluronat dalam bentuk cincin piranosa melalui ikatan β-(1
4). Asam alginat memiliki bobot
molekul 240.000 (Polo 1998). Berat molekul dari asam alginat bervariasi tergantung dari metode preparasi dan sumber rumput lautnya, sedangkan untuk natrium alginat memiliki berat molekul pada kisaran antara 35.000 sampai 1,5 juta (Chapman dan Chapman 1980).
Gambar 2. Struktur asam alginat (Sriamornsak dan Sungthongjeen 2007) Alginat dipisahkan melalui hidrolisis ringan menjadi tiga jenis potongan polimer asam alginat, yaitu polimannuronat yang terdiri dari asam D-mannuronat, poliguluronat yang terdiri dari asam L-guluronat, dan polimer yang terdiri dari asam D-mannuronat dan asam L-guluronat yang terletak berselang-seling (Fardiaz 1988). Perbandingan blok-M, blok-G, dan blok-MG pada alginat ditentukan oleh genus dan spesies dari rumput laut coklat yang diekstrak. Perbandingan tersebut mempengaruhi kekuatan gel larutan alginat (Hoefler 2004). Garam dari asam alginat terdiri dari ammonium alginat, kalium alginat, propilen glikol alginat, dan natrium alginat. Rumus molekul dari natrium alginat adalah (C6H7O6Na)n (Yunizal 2004).
Gambar 3. Struktur polimannuronat, poliguluronat, dan kopolimer berselang (Nussinovitch 1997)
Gambar 4. Struktur natrium alginat (Anonime 2008) 2.3.1.2. Karakteristik dan stabilitas Tepung asam alginat berwarna putih, sedangkan natrium alginat berwarna gading. Kadar abu natrium alginat jauh lebih tinggi daripada asam alginat karena adanya unsur natrium. Kandungan air yang lebih tinggi dalam natrium alginat disebabkan adanya pengaruh garam yang bersifat higroskopis. Kandungan air dalam alginat bervariasi tergantung pada kelembaban lingkungannya. Semakin tinggi kelembaban lingkungan, maka semakin tinggi pula kandungan air dalam
natrium alginat. Natrium, kalium, dan propilen glikol alginat (PGA) dapat dilarutkan dalam air untuk menambah kekentalan (Yunizal 2004). Karakteristik natrium alginat yang dapat digunakan untuk food grade terdapat pada Tabel 2. Tabel 2. Karakteristik natrium alginat No Spesifikasi 1 Kadar air (%) 2 Kadar abu (%) 3 Berat jenis (%) 4 Warna 5 Densitas (kg/m3) 6 Suhu pengabuan (°C) 7 Panas pembakaran (kalori/gram) Sumber : Chapman dan Chapman (1980)
Kandungan 13 23 1,59 Gading 874 480 2,5
Tingkat pH mempengaruhi perbedaan larutan alginat, tergantung dari tipe alginat yang digunakan. Larutan natrium alginat tidak stabil di atas pH 10 dan terjadi endapan natrium alginat pada pH kurang dari 3,5. Propilen glikol alginat (PGA) lebih stabil pada pH asam (Nussinovitch 1997). 2.3.1.3. Kelarutan Asam alginat tidak larut dalam air dingin maupun air panas, tetapi mudah sekali larut dalam larutan yang mengandung hidroksida. Dalam garam karbonat dari logam alkali, asam alginat akan membentuk larutan garam alginat yang berviskositas tinggi. Alginat yang mengandung kation (K atau Na) dan propilen glikol alginat dapat larut dalam air dingin maupun air panas serta membentuk larutan yang stabil. Kation ini mengikat air sangat kuat karena kandungan ion karboksilat yang tinggi (Klose dan Glicksman 1972). Pada umumnya dengan adanya kation, pelarut, atau polimer lain dapat mempengaruhi
larutan,
peningkatan
viskositas,
pembentukan
gel,
atau
pengendapan. Senyawa tersebut akan berkompetisi dengan gugus hidroksil dalam proses hidrasi (pengikatan air) yang akan menyebabkan penurunan kelarutan hidrokoloid (King 1982). Alginat yang larut dalam air membentuk gel pada larutan asam karena adanya kalsium atau kation logam polivalen lainnya (Yunizal 2004). Penambahan jumlah pelarut seperti alkohol dan aseton terhadap larutan alginat dapat menyebabkan peningkatan viskositas dan pengendapan. Larutan 1%
natrium alginat dapat dilarutkan dengan isopropanol dan atau aseton pada konsentrasi maksimum 20%, dan gliserol pada konsentrasi 70%. Natrium alginat baru mengendap pada konsentrasi alkohol lebih dari 30% (Yunizal 2004). 2.3.1.4. Viskositas Viskositas dari asam alginat yang berasal dari rumput laut (alga) sangat bervariasi tergantung dari jenis spesiesnya (Chapman dan Chapman 1980). Viskositas dari larutan alginat terutama dipengaruhi oleh konsentrasi, pH, berat molekul, suhu, dan adanya kation logam polivalen. Semakin tinggi konsentrasi atau
berat
molekul
dari
alginat,
maka
semakin
tinggi
viskositasnya
(Klose dan Glicksman 1972). Viskositas larutan ditentukan oleh tiga faktor besar, yaitu (Chapman dan Chapman 1980): Derajat polimerisasi tinggi, viskositas tinggi Konsentrasi tinggi, viskositas tinggi Temperatur tinggi, viskositas rendah Viskositas larutan alginat menurun 12% pada setiap kenaikan suhu 5,6 °C (King 1982). Viskositasnya akan meningkat bila didinginkan kembali, kecuali jika pemanasan relatif lama sehingga terjadi degradasi polimer atau depolimerisasi (Klose dan Glicksman 1972). Viskositas larutan alginat stabil pada pH 5-10. Viskositasnya akan meningkat di bawah pH 4,5 dan pengendapan terjadi pada pH di bawah 3 (Chapman dan Chapman 1980). Algin memiliki viskositas yang tinggi pada konsentrasi rendah sehingga efektif digunakan sebagai bahan pengental (McNeely dan Pettitt 1973). Pertukaran ion dari natrium alginat dipengaruhi oleh proporsi asam uronat. Alginat dengan proporsi poliguluronat yang tinggi cenderung membentuk gel yang sangat kaku, sedangkan alginat dengan proporsi polimannuronat yang tinggi cenderung membentuk gel yang lebih elastis dan tidak memperlihatkan sineresis yang tinggi (Hoefler 2004). Rantai polimer menjadi terikat dengan adanya kalsium, pertama poliguluronat lalu polimannuronat, sehingga konsentrasi kalsium yang bertambah menyebabkan algin menjadi lebih viscous, sampai akhirnya mengendap (Chapman dan Chapman 1980).
2.3.2. Standar mutu alginat Spesifikasi alginat secara komersial bervariasi tergantung pemakaiannya dalam bidang industri. Alginat yang digunakan dalam industri makanan dan farmasi harus memenuhi persyaratan bebas dari selulosa dan warnanya sudah dipucatkan sehingga berwarna putih terang. Pharmaceutical grade, biasanya juga bebas dari selulosa dan dipucatkan sehingga berwarna agak putih sampai putih bersih. Di samping grade tersebut, ada pula yang disebut industrial grade yang masih diizinkan adanya beberapa bagian dari selulosa dengan warna granula bervariasi dari cokelat sampai putih (McNeely dan Pettitt 1973). Sifat fisik lainnya juga bervariasi, tergantung pada metode pembuatan dan bahan bakunya. Secara umum, alginat memiliki viskositas 1% berat dalam larutannya antara 10-5000 cP; pH=3,5-10; kadar air 5-20%; dan ukuran partikel 10-200 standar mesh. Harga dari alginat tergantung pada grade dan komposisi yang dikandungnya (McNeely dan Pettitt 1973). Standar mutu internasional asam alginat dan natrium alginat terdapat pada Tabel 3. Tabel 3. Spesifikasi mutu asam alginat dan natrium alginat No Spesifikasi 1 Kadar air (%) 2 Kadar abu (%) 3 Berat jenis (%) 4 Warna 5 Densitas (kg/m3) 6 Suhu pengabuan (°C) 7 Panas pembakaran (kalori/gram) Sumber : Food Chemical Codex (1981)
Kandungan 13 23 1,59 Gading 874 480 2,5
2.3.3. Fungsi alginat Alginat digunakan secara luas dalam industri sebagai bahan pengental, pensuspensi, penstabil, pembentuk film, pembentuk gel, disintegrating agent, dan bahan pengemulsi. Sehubungan dengan fungsi tersebut, maka alginat banyak dibutuhkan oleh berbagai industri, seperti industri farmasi (5%), tekstil (50%), makanan dan minuman (30%), kertas (6%), serta industri lainnya (9%) (Anggadiredja et al. 2006).
Friedli dan Schlager (2005) menyatakan bahwa
alginat digunakan dalam industri farmasi pada proses enkapsulasi karena sifatnya yang biokompatibel dan murah.
Tabel 4. Kegunaan alginat dalam berbagai bidang industri No I
Bidang Pemakaian Bahan makanan Es krim
II
Es susu Susu cokelat Kosmetik dan farmasi Suspensi Ointmants
Fungsi Penstabil dan pembentuk tekstur Penstabil Perasa lembut di lidah Pensuspensi dan pelindung koloid Pengemulsi dan penstabil (pembuatan balsam) Pengemulsi
Pemakaian 0,1-0,5% 0,2-0,5% 0,25% 0,25-1,0% 0,5-3,0%
0,5-1,0% Emulsion Tablet disintegrating Pembuatan tablet 0,5-2,0% agent Bahan pengikat dan 1,0-2,0% Tablet binder pembungkus tablet Lotion dan cream Penstabil dan pengental 0,5-2,0% Pengental 0,5-1,5% Shampoo III Kertas Menghaluskan permukaan 20000-60000 ft2/lb Surface sizing kertas Meningkatkan ketahanan < 0,5% Coating gores, viskositas, dan warna Penstabil 0,1-0,2% Adhesive IV Tekstil Mencerahkan warna 1,5-3,0% Colour fixing V Produk karet Bahan tambahan < 0,1% Latex creaming VI Industri lain Pensusupensi, pengontrol Cat viskositas dan kecerahan 0,05-0,15% warna Sumber : (McNeely dan Pettitt 1973) Alginat dimanfaatkan dalam bentuk asam alginat atau garam natrium alginat dan kalsium alginat pada bidang farmasi dan kosmetik. Alginat dapat digunakan sebagai pengental yang dapat dimanfaatkan dalam pembuatan shampoo cair serta sebagai bahan sediaan untuk minyak rambut dan larutan pencuci rambut (Anggadiredja et al. 2006). Dalam indusri kosmetik, alginat digunakan sebagai bahan untuk skin lotion dan produk lainnya berupa jeli dan krim. Senyawa hidrokoloid tersebut diformulasikan sesuai dengan kebutuhan dan sifat fisikokimia yang diinginkan, terutama yang berkaitan dengan sifat pembentuk gel,
kekentalan, mengikat air, dan mengikat ion sehingga dapat mempertahankan kelembaban (Yunizal 2004). Alginat dapat digunakan dalam industri kosmetik sebagai pengemulsi dan pengental (Polo 1998). Selain sebagai pengental, alginat juga memiliki efek melembutkan dengan pemakaian sampai 2% (Mitsui 1997). Alginat dapat mempertahankan kelembaban karena mengandung asam alginat dengan gugus karboksil yang bersifat asam dan gugus hidroksil yang bersifat alkohol sehingga memungkinkan senyawa ini menembus ke dalam jaringan kulit dan terikat dalam lapisan kulit dengan sempurna. Selain itu, poliol atau struktur polisidik dalam alginat memiliki efek membantu mempertahankan air di dalam jaringan kulit. Sifat koloid yang dimiliki alginat merupakan keuntungan dalam pemanfaatannya sebagai moisturizing agent (Yunizal 2004).
3. METODOLOGI 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Febuari sampai Mei 2008 di Laboratorium Biokimia Hasil Perikanan, Laboratorium Mikrobiologi Hasil Perikanan, dan Laboratorium Organoleptik, Departemen Teknologi Hasil Perairan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor, Laboratorium Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor, serta Laboratorium Research and Development, PT. Pusaka Tradisi Ibu, Tanggerang. 3.2. Alat dan Bahan Peralatan yang digunakan meliputi peralatan gelas, timbangan analitik, termometer, pemanas listrik, magnetic stirrer, pipet volumetrik, botol sampel. whiteness meter, pH meter, viskometer, inkubator, oven, buret, ruang pendingin, dan Scalar Moisture Checker. Bahan yang digunakan dalam pembuatan skin lotion yaitu natrium alginat dari toko kimia Setia Guna; asam stearat, gliseril monostearat, setil alkohol, petrolatum (vaselin), minyak mineral (parafin cair), isopropil palmitat, gliserin, trietanolamin, pewangi, metil paraben dari toko kimia Harum Kimia dan Setia Guna; serta aquades dan skin lotion komersial. 3.3.
Metode Penelitian
3.3.1. Penelitian pendahuluan Penelitian pendahuluan bertujuan untuk menganalisis spesifikasi natrium alginat, mempelajari formulasi bahan-bahan penyusun yang digunakan dalam pembuatan skin lotion, mempelajari prosedur pembuatan skin lotion yang tepat, dan mendapatkan konsentrasi natrium alginat terbaik yang dapat digunakan dalam pembuatan skin lotion. Pada tahap ini, natrium alginat yang diformulasikan berkisar antara 0,1%-4%. Berdasarkan hasil formulasi, maka natrium alginat yang dapat digunakan dalam penelitian utama adalah 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2%.
3.3.2. Penelitian utama Penelitian utama bertujuan untuk mempelajari pengaruh konsentrasi natrium alginat terhadap karakteristik skin lotion yang dihasilkan. Parameter skin lotion yang
dianalisis
meliputi
uji
sensori
(warna,
penampakan,
kekentalan,
homogenitas, kesan lembab, dan rasa lengket), viskositas, pH, stabilitas emulsi, penyusutan berat, dan total mikroba produk. Skin lotion terbaik yang diperoleh berdasarkan analisis tersebut, dilanjutkan dengan penyimpanan pada suhu ruang selama satu bulan. Analisis dilakukan pada H0, H7, H14, H21, dan H28 yang meliputi viskositas, pH, dan stabilitas emulsi. Pada awal dan akhir penyimpanan dilakukan uji kelembaban kulit di PT. Pusaka Tradisi Ibu dan pada akhir penyimpanan dilakukan analisis ketengikan (rancidity). Formulasi skin lotion terlihat pada Tabel 5. Tabel 5. Formulasi bahan-bahan penyusun skin lotion Bahan Asam stearat Gliseril monostearat Setil alkohol Petrolatum Parafin cair Isopropil palmitat Air Natrium alginat Gliserin Triethanolamin Metil paraben Pewangi
Komposisi (persen berat) A B C 2,5 2,5 2,5 1,0 1,0 1,0 0 0 0 1,0 1,0 1,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 2,0 84,5 84,5 84,5 0 0,5 1,0 5,0 5,0 5,0 1,0 1,0 1,0 q.s q.s q.s q.s q.s q.s
D 2,5 1,0 0 1,0 2,0 2,0 84,5 1,5 5,0 1,0 q.s q.s
E 2,5 1,0 0 1,0 2,0 2,0 84,5 2,0 5,0 1,0 q.s q.s
F 2,5 1,0 1,0 1,0 2,0 2,0 84,5 0 5,0 1,0 q.s q.s
Keterangan : A : Formulasi skin lotion tanpa menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium alginat. B : Formulasi skin lotion dengan menggunakan natrium alginat 0,5%. C : Formulasi skin lotion dengan menggunakan natrium alginat 1%. D : Formulasi skin lotion dengan menggunakan natrium alginat 1,5%. E : Formulasi skin lotion dengan menggunakan natrium alginat 2%. F : Formulasi skin lotion dengan menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium alginat sebagai kontrol (Schmitt 1996).
3.4. Prosedur Pembuatan Lotion Prinsip pembuatan skin lotion adalah pencampuran beberapa bahan yang disertai pengadukan dan pemanasan yang sempurna. Bahan dipisahkan menjadi dua bagian, yaitu bahan yang larut minyak dan bahan yang larut air. Bahan-bahan yang termasuk fase minyak antara lain asam stearat, gliseril monostearat, petrolatum (vaselin), parafin cair, dan isopropil palmitat. Bahan-bahan yang termasuk fase air antara lain gliserin, trietanolamin, dan air. Fase minyak dicampur sampai homogen disertai pemanasan 70-75 oC sehingga terbentuk sediaan A. Fase air pun dicampur sampai homogen disertai pemanasan 70-75 oC sehingga terbentuk sediaan B. Setelah homogen, kedua sediaan tersebut dicampur pada suhu 70 °C. Natrium alginat dipanaskan pada suhu 35-40 °C kemudian dicampur pada sediaan C saat suhu 40 °C. Pada suhu 37 °C, metil paraben dimasukkan ke dalam sediaan C, kemudian pewangi ditambahkan pada suhu 35 °C. Setelah penambahan pewangi, pengadukan terus dilakukan selama satu menit sehingga terbentuk skin lotion. Diagram alir pembuatan skin lotion terdapat pada Gambar 5. 3.5. Analisis Analisis terhadap natrium alginat meliputi kadar susut pengeringan, kadar abu, kadar logam berat, viskositas, pH, derajat putih, dan kadar sulfat. Analisis yang dilakukan terhadap skin lotion meliputi uji sensori (warna, penampakan, kekentalan, homogenitas, kesan lembab, dan rasa lengket), viskositas, pH, stabilitas emulsi, penyusutan berat, total mikroba, kelembaban kulit, dan ketengikan (rancidity). 3.5.1. Kadar susut pengeringan (AOAC 1995) Sampel ditimbang dalam cawan porselen yang telah diketahui berat keringnya. Kemudian sampel dikeringkan dalam oven pada suhu 105 °C selama 5 jam. Sampel didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar susut pengeringan (%) =
Berat yang hilang ×100 % Berat sampel
Fase minyak • • • • •
• • •
Asam stearat Gliseril monostearat Isopropil palmitat Parafin cair Petrolatum
Fase air Gliserin TEA Air
Pengadukan dan pemanasan suhu 70-75°C
Pengadukan dan pemanasan suhu 70-75°C Sediaan A
Sediaan B Pencampuran pada suhu 70°C
Natrium alginat 0%; 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2%. Pengadukan dan pemanasan suhu 35-40°C
Sediaan C
• •
Metil paraben Pewangi
Pengadukan
Analisis karakteristik: uji sensori, viskositas, pH, stabilitas emulsi, penyusutan berat, dan total mikroba produk
Skin lotion
Penyimpanan
Gambar 5. Diagram alir penelitian
Analisis: Viskositas, pH, stabilitas emulsi, kelembaban kulit, dan ketengikan
3.5.2. Kadar abu (AOAC 1995) Cawan dibersihkan dan dikeringkan dalam oven, lalu didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Sebanyak 5 gram contoh ditimbang dan dimasukan dalam cawan. Cawan diletakan dalam tanur pengabuan dan dibakar hingga diperoleh warna abu-abu. Kemudian, cawan didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar abu dapat ditentukan dengan rumus:
Kadar abu (%) =
Bobot abu (gram) ×100 % Bobot contoh (gram)
3.5.3. Logam berat (AOAC 1995) Analisis logam berat (Hg) dilakukan dengan menggunakan metode Atomic Absorption Spectrofotometer (AAS) tanpa nyala api yang memiliki limit deteksi 0,0002 ppm. Sampel ditimbang dan ditambahkan asam nitrat pekat, kemudian dipanaskan sampai bereaksi. Asam perklorat ditambahkan dalam larutan dan dipanaskan hingga asap coklat hilang (larutan berwarna bening), kemudian larutan didinginkan. Larutan yang telah dingin, ditambah dengan HCl dan dipanaskan sampai mendidih, kemudian didinginkan kembali. Larutan yang telah dingin, disaring ke labu takar dan ditera dengan air demineralisasi. Alat AAS diset tanpa nyala dengan panjang gelombang 253,7 nm dan menggunakan SnCl2 sebagai reduktor. Pengukuran dilakukan terhadap larutan standar yang mengandung larutan sampel 10 ml dan diencerkan sampai 25 ml dengan HNO3 5%. Konsentrasi logam dalam larutan sampel dapat diketahui dari kurva standar (μg/l).
M=
Keterangan : M = A = B = P = V =
(A - B) × P × 2,5 V
Konsentrasi logam sebenarnya dalam sampel (μg/l) Konsentrasi logam hasil pengukuran dengan AAS (μg/l) Konsentrasi logam dalam blanko (μg/l) Volume pengenceran (ml) Volume sampel (ml)
3.5.4. Kadar sulfat (PPPP 1991)
Satu gram contoh dimasukkan ke dalam erlenmeyer, kemudian ditambahkan 50 ml HCl 0,2 N. Erlenmeyer tersebut dipasang pada penangas tegak dan dipanaskan sampai mendidih, kemudian direfluks selama satu jam. Setelah itu, larutan ditambahkan dengan 20 ml larutan H2O2 10% dan refluks dilanjutkan selama 5 jam sampai larutan benar-benar jernih. Larutan kemudian dipindahkan ke dalam gelas piala 600 ml, dipanaskan sampai mendidih sambil terus diaduk. 10 ml BaCl2 10% ditambahkan ke dalam larutan kemudian endapan yang terbentuk, disaring dengan menggunakan kertas Whatman 1, lalu dicuci dengan aquades mendidih sampai bebas klorida. Kertas saring dikeringkan dalam oven, kemudian diabukan pada suhu 900 °C dalam tanur pengabuan sampai didapatkan abu yang berwarna putih. Abu yang diperoleh didinginkan dalam desikator dan ditimbang. Kadar sulfat (%) =
Berat endapan BaSO 4 (gram) × 0,4116 ×100 % Berat sampel
3.5.5. Derajat putih (Kett Whiteness Laboratory 1981 dalam Luhur 2006)
Prinsip pengujian derajat putih adalah pantulan cahaya menggunakan alat Whiteness meter C-100. Alat dikalibrasi menggunakan plat (MgO) standar putih
dengan filter biru yang dikalibrasi pada skala 81,6 dan tanda tera tepat berada di tengah-tengah angka nol. Setelah itu, sampel dimasukan ke dalam cawan sampai seluruh dasar cawan tertutup oleh sampel. Lalu cawan dimasukan pada alat yang telah dikalibrasi. Angka pada skala yang otomatis menyala pada saat sampel dimasukkan menunjukkan derajat putih sampel dan dinyatakan dalam persen. Semakin besar persen, berarti sampel semakin putih. Derajat putih (%) =
Nilai pada alat ×100 % Nilai kalibrasi (110)
3.5.6. Uji sensori (Carpenter et al. 2000)
Uji sensori merupakan identifikasi, pengukuran secara ilmiah, analisis dan interpretasi dari elemen-elemen pada suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indera (penglihatan, penciuman, pengecapan, sentuhan, dan pendengaran).
Uji sensori pada penelitian ini menggunakan uji penerimaan atau uji hedonik yang bertujuan untuk mengevaluasi daya terima panelis terhadap produk yang dihasilkan. Skala hedonik yang dihasilkan berkisar 1-9, dimana: (1) amat sangat tidak suka; (2) sangat tidak suka; (3) tidak suka; (4) agak tidak suka; (5) normal; (6) agak suka; (7) suka; (8) sangat suka; (9) amat sangat suka. Uji sensori yang dilakukan menggunakan panelis sebanyak 30 orang dari mahasiswa THP. 3.5.7. Viskositas (Cottrell dan Kovacs 1980)
Viskositas produk diukur dengan menggunakan viskometer Brookfield. Sejumlah sampel yang telah dilarutkan, dimasukan ke dalam wadah kemudian diukur viskositasnya dengan menggunakan viskometer. Viskositasnya (cp) adalah angka hasil pengukuran x faktor konversi. 3.5.8. pH (Apriyantono et al. 1989)
Uji derajat keasaman dilakukan dengan menggunakan pH meter yang sebelumnya telah dikalibrasi menggunakan larutan buffer 4,01 dan 6,86. Pengukuran dilakukan secara langsung dengan mencelupkan mata pH ke dalam sampel yang sudah diencerkan, lalu ditunggu sampai angka yang muncul pada pH meter stabil. 3.5.9. Stabilitas emulsi (Mitsui 1997)
Sampel bahan emulsi dimasukkan dalam wadah dan ditimbang beratnya. Wadah dan bahan tersebut dimasukkan dalam oven dengan suhu 45 oC selama 1 jam kemudian dimasukkan ke dalam pendingin bersuhu dibawah 0 oC selama 1 jam dan dikembalikan lagi ke oven pada suhu 45 oC selama 1 jam. Pengamatan dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya pemisahan air dari emulsi. Bila terjadi pemisahan, emulsi dikatakan tidak stabil dan tingkat kestabilannya dihitung berdasarkan persentase fase terpisahkan terhadap emulsi keseluruhan. Stabilitas emulsi dapat dihitung berdasarkan rumus: SE (%) = 100 % −
Berat fase yang memisah (gram) ×100 % Berat total bahan emulsi (gram)
3.5.10. Penyusutan berat (Suryani et al. 2000)
Sampel dioleskan secara merata di atas plastik (kedap air) yang sudah diketahui berat awalnya, kemudian ditimbang untuk mengetahui berat awal. Sampel dibiarkan di udara terbuka kemudian dilakukan penimbangan lagi setelah 5 jam. Skin lotion dengan berat lebih tinggi berarti memiliki penguapan yang lebih rendah dan merupakan indikasi kemampuan bahan yang berfungsi sebagai humektan dalam mengikat atau mempertahankan kandungan air saat penggunaan produk pada kulit. Penyusutan berat (%) =
Berat yang hilang (gram) ×100 % Berat awal (gram)
3.5.11. Total mikroba (SNI 19-2897-1992)
Secara aseptis, sampel ditimbang sebanyak 1 gram dan dimasukkan ke dalam
larutan
pengencer
(garam
fisiologis)
kemudian
dihomogenkan.
-4
Pengenceran dilakukan sampai 10 . Sebanyak 1 ml dari sampel diinokulasikan pada cawan petri steril. Media PCA yang steril pada suhu 45-55 oC dituangkan pada cawan petri sebanyak 10-15 ml. Cawan petri digerakan dan dibiarkan memadat. Inkubasi dilakukan pada suhu kamar selama 48 jam. Jumlah koloni yang tumbuh dihitung sebagai total mikroba. 3.5.12. Kelembaban kulit
Uji kelembaban dilakukan di PT. Pusaka Tradisi Ibu dengan menggunakan Scalar Moisture Checker yang ditempelkan pada kulit. Sebelum diolesi skin lotion, terlebih dahulu kulit diukur tingkat kelembabannya. Hal ini bertujuan
untuk mengetahui tingkat kelembaban awal sehingga dapat diketahui pengaruh skin lotion terhadap perubahan tingkat kelembaban kulit. Skin lotion ditimbang sebanyak 1 gram kemudian dioleskan pada kulit
dengan luas permukaan 2x4 cm. Kelembaban kulit setelah dioleskan skin lotion diukur selama 15 menit dengan selang waktu pengukuran 5 menit. Hasil yang terdapat pada layar Scalar Moisture Checker menunjukkan persentase kelembaban kulit. Hasil persentase kelembaban kulit diolah menggunakan software Skin Sys untuk mengetahui tingkat kelembaban kulit setelah pemakaian skin lotion. Persentase kelembaban terdiri dari 5 kriteria, yaitu kering (0-27%),
agak kering (28-37%), lembab (38-47%), lebih lembab (48-57%), dan sangat lembab (>57%), 3.5.13. Ketengikan (SNI 01-3555-1998)
Sampel ditimbang sebanyak 3 gram, kemudian dimasukkan dalam erlenmeyer tertutup. Sampel ditambah dengan 10 ml kloroform dan asam asetat glasial 15 ml. Larutan KI jenuh sebanyak 1 gram ditambahkan dalam sampel, kemudian ditutup dengan cepat dan dikocok selama 1 menit. Setelah 1 menit, erlenmeyer disimpan ditempat gelap selama 5 menit, kemudian ditambahkan air destilata sebanyak 75 ml. Sampel dititrasi menggunakan larutan tiosulfat 0,01 N kemudian dikocok dengan kuat. Larutan pati dapat digunakan sebagai indikator jika warna kuning larutan hampir hilang dan titrasi diteruskan sampai warna biru menghilang. Bilangan peroksida (mg oksigen/kg) =
(a − b) × T × 8 ×1000 m
Keterangan : a : Volume sodium tiosulfat untuk titrasi sampel (ml) b : Volume sodium tiosulfat untuk titrasi blanko (ml) T : Normalitas sodium tiosulfat m: Berat sampel (gram) 3.6. Rancangan Percobaan (Steel dan Torie 1991)
Pada penelitian ini digunakan rancangan acak lengkap satu faktor, yaitu konsentrasi natrium alginat dengan 5 perlakuan (0%, 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2%) dan dua kali ulangan. Model matematis rancangan tersebut adalah sebagai berikut: Yij = µ +Ai + εij Keterangan: Yij = Hasil pengamatan lotion ke-j dengan perlakuan ke-i i = Perbedaan konsentrasi natrium alginat (0%, 0,5%; 1%; 1,5%; dan 2%) j = Ulangan dari setiap perlakuan (dua kali) µ = Nilai tengah umum Ai = Pengaruh perlakuan ke-i εij = Pengaruh galat
Hipotesis: H0 : Konsentrasi natrium alginat tidak berpengaruh terhadap karakteristik skin lotion H1 : Konsentrasi natrium alginat berpengaruh terhadap karakteristik skin lotion Pengaruh perlakuan terhadap parameter dapat diketahui dengan analisis ragam. Bila hasil analisis ragam menunjukkan tolak H0 maka dilanjutkan dengan uji Duncan. Rumus uji Duncan: Rp = q (∑ p; dbs; α)
kts r
Keterangan: Rp = nilai kritikal untuk perlakuan yang dibandingkan p = perlakuan dbs = derajat bebas kts = jumlah kuadrat tengah r = ulangan Perhitungan
uji
sensori
dilakukan
dengan
menggunakan
analisis
non-parametrik yaitu uji Kruskal Wallis yang menggunakan software SPSS versi 13.0. Uji Kruskal Wallis meliputi langkah-langkah sebagai berikut: 1. Merumuskan H0 dan H1 H0 : Konsentrasi natrium alginat tidak berpengaruh terhadap karakteristik skin lotion H1 : Konsentrasi natrium alginat berpengaruh terhadap karakteristik skin lotion
2. Perangkingan Perangkingan dilakukan dengan mengurutkan nilai mulai dari yang terkecil hingga nilai yang terbesar berdasarkan nilai hasil sensori untuk semua perlakuan. 3. Membuat tabel rangking 4. Menghitung
∑ T = [(t − 1)t(t + 1)]
5. Menghitung faktor koreksi (FK)
FK = 1 −
∑T (n − 1)n(n + 1)
6. Menghitung H yang merupakan kriteria uji ⎛ 12 Ri 2 ⎞⎟ - 3 ( n + 1) H =⎜ ∑ ⎜ n(n + 1) ni ⎟ ⎝ ⎠ 7. Menghitung H’ yang merupakan nilai X2 hitung H'=
H Faktor Koreksi
8. Melihat X2 tabel α = 0,05 dan db(v) = k-1 Jika X2 hitung > X2 tabel maka tolak H0, dilanjutkan uji Mulitiple Comparison
Jika X2 hitung < X2 tabel maka gagal tolak H0
Uji Mulitiple Comparison digunakan apabila hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan hasil tolak H0. Rumus uji Mulitiple Comparison yaitu:
Ri − Rj 〉〈 z
a
(n + 1)k
2p
6
, dimana p = k
Keterangan: n : banyaknya data t : jumlah data yang sama H : kriteria yang akan diuji H’ : X2 hitung ni : jumlah pengamatan pada setiap perlakuan Ri : jumlah rangking pada setiap perlakuan K : perlakuan Z : peubah acak k : perlakuan
k −1 2
4. HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Spesifikasi Natrium Alginat
Natrium alginat merupakan suatu hidrokoloid yang diekstrak dari rumput laut coklat. Penggunaan natrium alginat dalam sediaan produk perawatan kulit diawali dengan analisis fisiko-kimia yang meliputi kadar susut pengeringan, kadar abu, logam berat, kadar sulfat, viskositas, pH, dan derajat putih. Hasil analisis natrium alginat dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6. Hasil analisis natrium alginat Parameter Hasil analisis Standar mutu Kadar susut pengeringan (%) 11,78 < 15* Kadar abu (%) 26,66 18-27* Logam berat (%) Tidak terdeteksi < 0,004* Viskositas (cP) 32,5 10-5000** pH 5,48 3,5-10** Derajat putih 29 Kadar sulfat (%) 2,99 Keterangan : * Standar mutu berdasarkan Food Chemical Codex (1981) ** Industrial grade (McNeely dan Pettitt 1973) Berdasarkan hasil analisis, natrium alginat yang digunakan memenuhi standar mutu berdasarkan Food Chemical Codex (kadar susut pengeringan, kadar abu, dan logam berat) dan industrial grade (viskositas dan pH). Derajat putih dan kadar sulfat tidak memiliki standar mutu, namun dalam penelitian ini dilakukan pengujian karena derajat putih dan kadar sulfat mempengaruhi skin lotion yang dihasilkan. Semakin tinggi derajat putih natrium alginat, maka semakin baik digunakan dalam formulasi karena tidak akan mempengaruhi warna dan penampakan skin lotion yang dihasilkan. Kadar sulfat perlu dianalisis karena berhubungan dengan viskositas dan pembentukan gel alginat. Semakin tinggi kadar sulfat, maka kekuatan gel yang terbentuk akan semakin rendah dan viskositas semakin tinggi. Namun dalam alginat, adanya senyawa sulfat tidak diinginkan karena merupakan senyawa pengotor (Phillips dan Williams 2000). Logam berat yang dianalisis dalam penelitian ini adalah Hg karena merupakan logam yang paling toksik di perairan. Urutan logam berat menurut tingkat toksisitasnya, yaitu: Hg2+>Cd2+>Ag2+>Ni2+>Pb2+>As2+>Cr2+>Sn2+>Zn2+
(Marganof 2003). Penggunaan bahan-bahan yang mengandung Hg dalam sediaan kosmetik dapat membahayakan kesehatan dan dilarang digunakan sebagaimana tercantum dalam Peraturan Menteri Kesehatan RI No.445/MENKES/PER/V/1998 tentang bahan, zat warna, substratum, zat pengawet dan tabir surya pada kosmetik serta Keputusan Kepala Badan POM No. HK.00.05.4.1745 tentang kosmetik. Pemakaian bahan-bahan yang mengandung Hg dapat menimbulkan perubahan warna kulit yang pada akhirnya dapat menyebabkan bintik-bintik hitam pada kulit, alergi, dan iritasi kulit (Anonimf 2006) 4.2. Karakteristik Skin Lotion 4.2.1. Karakteristik sensori
Uji sensori merupakan penilaian suatu produk yang dapat dirasakan oleh panca indera (penglihatan, penciuman, pengecapan, sentuhan, dan pendengaran). Uji sensori pada penelitian ini menggunakan uji penerimaan atau uji hedonik yang bertujuan untuk mengevaluasi daya terima panelis terhadap produk yang dihasilkan. Parameter yang diamati meliputi warna, penampakan, kekentalan, homogenitas, kesan lembab, dan rasa lengket. Skala hedonik yang digunakan berkisar 1-9 dari amat sangat tidak suka sampai amat sangat suka. 4.2.1.1. Warna
Warna merupakan salah satu parameter yang menjadi pertimbangan konsumen dalam memilih skin lotion. Penilaian kesukaan dilakukan dengan mengamati warna skin lotion secara visual. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penggunaan natrium alginat memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan warna skin lotion (α=0,05), sehingga diperlukan uji lanjut Multiple Comparisons (Lampiran 6a). Hal ini disebabkan natrium alginat yang digunakan
memiliki warna gading sampai kecoklatan sehingga mempengaruhi warna skin lotion yang dihasilkan.
Hasil uji Multiple Comparisons menunjukkan bahwa tingkat kesukaan terhadap warna skin lotion yang menggunakan natrium alginat 0,5% tidak berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 1%, tetapi berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 1,5%; 2%; dan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat. Skin lotion yang menggunakan natrium alginat 1,5% tidak
berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 2%, tetapi berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 0,5%; 1%; dan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat. Tingkat kesukaan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat berbeda nyata dengan semua skin lotion yang menggunakan natrium alginat. Hal ini disebabkan warna skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat cenderung putih agak transparan, sedangkan warna skin lotion yang menggunakan natrium alginat cenderung lebih coklat. Tingkat kesukaan panelis ditunjukkan pada Gambar 6.
*Huruf superscript menunjukkan hasil uji Multiple Comparisons
Gambar 6. Tingkat kesukaan panelis terhadap warna skin lotion Penilaian yang diberikan panelis terhadap warna skin lotion berkisar antara 2 (sangat tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka) dengan tingkat kesukaan antara 5,6-7,02. Pada Gambar 6 terlihat bahwa skin lotion yang menggunakan natrium alginat 0,5% merupakan skin lotion dengan tingkat kesukaan tertinggi, sedangkan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat memiliki tingkat kesukaan terendah. Semakin tinggi konsentrasi natrium alginat yang digunakan, maka tingkat kesukaan semakin menurun karena warna skin lotion semakin kecoklatan sehingga semakin tidak menarik. Skin lotion kontrol (menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium alginat) memiliki tingkat kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan skin lotion yang menggunakan natrium alginat. Hal ini disebabkan adanya penggunaan setil alkohol sehingga warna skin lotion ini menjadi lebih putih dan terlihat lebih menarik.
4.2.1.2. Penampakan Uji sensori terhadap penampakan merupakan penilaian produk secara keseluruhan dengan meminta panelis memberikan penilaian secara visual. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penggunaan natrium alginat memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan penampakan skin lotion (α=0,05), sehingga diperlukan uji lanjut Multiple Comparisons (Lampiran 6b). Hal ini disebabkan natrium alginat yang digunakan berpengaruh terhadap warna dan kekentalan sehingga mempengaruhi penampakan skin lotion yang dihasilkan. Pada uji lanjut Multiple Comparisons, tingkat kesukaan terhadap penampakan skin lotion yang menggunakan natrium alginat 1% tidak berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 0,5%, tetapi berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 1,5%; 2%; dan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat. Tingkat kesukaan skin lotion yang menggunakan natrium alginat 1,5% tidak berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 2% dan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat, tetapi berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 0,5% dan 1%. Kisaran penilaian yang diberikan panelis terhadap penampakan skin lotion, yaitu 3 (tidak suka) sampai 8 (sangat suka) dengan tingkat kesukaan antara 5,88-6,65. Tingkat kesukaan panelis ditunjukkan pada Gambar 7.
*Huruf superscript menunjukkan hasil uji Multiple Comparisons
Gambar 7. Tingkat kesukaan panelis terhadap penampakan skin lotion Gambar 7 menunjukkan bahwa skin lotion yang memiliki tingkat kesukaan tertinggi adalah skin lotion yang menggunakan natrium alginat 1%. Hal ini diduga
karena natrium alginat yang digunakan masih sedikit sehingga penampakan yang dihasilkan paling menarik. Semakin tinggi konsentrasi natrium alginat yang digunakan, maka tingkat kesukaan cenderung menurun karena penampakan ini diduga berhubungan dengan warna skin lotion. Tingkat kesukaan terendah terdapat pada skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat karena skin lotion ini paling encer dengan warna putih agak transparan. Pada parameter ini, panelis cenderung lebih menyukai skin lotion yang berwarna lebih putih, tidak terlalu kental, dan tidak terlalu encer sehingga penampakan dianggap lebih menarik. Skin lotion kontrol (menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium alginat) memiliki tingkat kesukaan yang lebih tinggi dibandingkan skin lotion yang menggunakan natrium alginat karena adanya pengaruh dari warna skin lotion. 4.2.1.3. Kekentalan
Kekentalan merupakan salah satu parameter penting dalam memilih skin lotion. Penilaian dilakukan secara visual dengan menekan permukaan skin lotion
menggunakan ujung jari kemudian mengoleskannya ke tangan. Hasil uji Kruskal Wallis menunjukkan bahwa penggunaan natrium alginat memberikan pengaruh
terhadap tingkat kesukaan kekentalan skin lotion (α=0,05), sehingga diperlukan uji lanjut Multiple Comparisons (Lampiran 6c). Hal ini disebabkan alginat dapat digunakan sebagai pengental dalam formulasi lotion (McNeely dan Pettitt 1973). Berdasarkan uji Multiple Comparisons, tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 0,5%; 1%; 1,5%; dan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat. Kisaran penilaian yang diberikan panelis, yaitu antara 1 (amat sangat tidak suka) sampai 9 (amat sangat suka) dengan tingkat kesukaan antara 4,15-7,13. Tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion ditunjukkan pada Gambar 8.
*Huruf superscript menunjukkan hasil uji Multiple Comparisons
Gambar 8. Tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion Skin lotion yang memiliki tingkat kesukaan panelis tertinggi terhadap kekentalan adalah skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2%, sedangkan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat menunjukkan tingkat kesukaan panelis terendah. Semakin tinggi konsentrasi natrium alginat yang digunakan, maka tingkat kesukaan semakin meningkat. Dengan demikian, diduga bahwa panelis cenderung lebih menyukai skin lotion yang lebih kental karena peningkatan konsentrasi natrium alginat menyebabkan kekentalan semakin meningkat (Klose dan Glicksman 1972). Tingkat kesukaan panelis terhadap kekentalan skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% tidak jauh berbeda dengan kontrol (menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium alginat) karena kekentalan kedua skin lotion tersebut hampir sama. 4.2.1.4. Homogenitas Homogenitas merupakan parameter yang cukup penting di dalam suatu sediaan kosmetika karena parameter ini menunjukkan tingkat kehalusan dan keseragaman tekstur skin lotion yang dihasilkan. Semakin halus dan seragam tekstur, maka semakin baik skin lotion yang dihasilkan karena tekstur tersebut merupakan parameter tercampurnya komponen minyak dan air (Suryani et al. 2000). Penilaian dilakukan dengan merasakan tekstur skin lotion menggunakan ujung jari, kemudian dioleskan ke tangan sehingga panelis dapat menilai kehalusan dan keseragaman tekstur sesuai dengan tingkat kesukaannya. Hasil uji Kruskal Wallis (α=0,05) menunjukkan bahwa penggunaan natrium alginat tidak memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan homogenitas skin
lotion (Lampiran 6d). Hal ini disebabkan kondisi pembuatan emulsi skin lotion dalam pencampuran fase terdispersi dan fase pendispersi cukup baik, sehingga tidak ada pemisahan antara kedua komponen penyusun emulsi tersebut. Suatu emulsi dapat dikatakan homogen apabila tidak terlihat adanya pemisahan antara komponen penyusun emulsi. Homogenitas sistem emulsi dipengaruhi oleh teknik atau cara pencampuran yang dilakukan, serta alat yang digunakan pada proses pembuatan emulsi (Rieger 1994). Menurut Silva et al. (2006), semakin kecil dan seragam bentuk droplet, maka emulsi akan semakin stabil. Penilaian yang diberikan panelis terhadap homogenitas skin lotion yang dihasilkan berkisar antara 2 (sangat tidak suka) sampai 8 (sangat suka) dengan tingkat kesukaan antara 5,98-6,52. Tingkat kesukaan tersebut ditunjukkan pada Gambar 9.
*Huruf superscript menunjukkan hasil uji Multiple Comparisons
Gambar 9. Tingkat kesukaan panelis terhadap homogenitas skin lotion 4.2.1.5. Kesan lembab Kesan lembab merupakan salah satu parameter penting dalam memilih skin lotion. Penilaian dilakukan dengan cara mengoleskan skin lotion ke tangan selama beberapa menit sehingga panelis dapat merasakan rasa lembab selama pemakaian skin lotion. Berdasarkan uji Kruskal Wallis, penggunaan natrium alginat memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan kesan lembab skin lotion (α=0,05), sehingga diperlukan uji lanjut Multiple Comparisons (Lampiran 6e). Hal ini disebabkan alginat mampu mengikat dan mempertahankan air di dalam jaringan kulit sehingga dapat mempertahankan kelembaban (Yunizal 2004).
Hasil uji Multiple Comparisons menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 0,5%; 1%; 1,5%; dan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat. Penilaian yang diberikan panelis terhadap kesan lembab skin lotion berkisar antara 2 (sangat tidak suka) sampai 8 (sangat suka) dengan tingkat kesukaan panelis antara 5,32-7,28. Tingkat kesukaan ini ditunjukkan pada Gambar 10.
*Huruf superscript menunjukkan hasil uji Multiple Comparisons
Gambar 10. Tingkat kesukaan panelis terhadap kesan lembab skin lotion Berdasarkan Gambar 10 terlihat bahwa skin lotion yang memiliki tingkat kesukaan tertinggi terhadap kesan lembab adalah skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2%. Hal ini disebabkan skin lotion tersebut menggunakan konsentrasi natrium alginat tertinggi sehingga efek melembabkan yang dirasakan panelis paling baik. Efek melembabkan ini terjadi karena adanya poliol pada alginat yang dapat mempertahankan air di dalam jaringan kulit, sehingga kulit terasa lebih lembab (Yunizal 2004). Tingkat kesukaan panelis semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi natrium alginat yang digunakan karena efek melembabkan semakin terasa. Skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat memiliki tingkat kesukaan terendah terhadap kesan lembab. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kekentalan karena skin lotion kontrol (menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium alginat) lebih disukai panelis dibandingkan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat,
padahal keduanya menggunakan gliserin yang berfungsi sebagai humektan. Skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat lebih encer dibandingkan skin lotion kontrol yang menggunakan setil alkohol sebagai pengental, sehingga diduga air lebih cepat menguap. 4.2.1.6. Rasa lengket Rasa lengket merupakan salah satu parameter yang dipertimbangkan dalam pemilihan skin lotion karena rasa lengket berhubungan dengan kenyamanan setelah pemakaian. Penilaian ini dilakukan dengan mengoleskan skin lotion ke tangan selama beberapa menit kemudian menilai rasa lengket selama pemakaian. Hasil uji Kruskal Wallis (α=0,05) menunjukkan bahwa penggunaan natrium alginat memberikan pengaruh terhadap tingkat kesukaan rasa lengket skin lotion, sehingga diperlukan uji lanjut Multiple Comparisons (Lampiran 6f). Hasil uji Multiple Comparisons menunjukkan bahwa tingkat kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% tidak berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 0,5%; 1%; dan 1,5%, tetapi berbeda nyata dengan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat.
*Huruf superscript menunjukkan hasil uji Multiple Comparisons
Gambar 11. Tingkat kesukaan panelis terhadap rasa lengket skin lotion Kisaran penilaian yang diberikan panelis terhadap rasa lengket skin lotion antara 2 (sangat tidak suka) sampai 8 (sangat suka) dengan tingkat kesukaan antara 5,02-6,27. Berdasarkan Gambar 11, skin lotion yang memiliki tingkat kesukaan tertinggi adalah skin lotion dengan penggunaan natrium alginat 2%. Panelis cenderung menyukai rasa lengket skin lotion dengan penggunaan natrium
alginat tertinggi walaupun pada uji Multiple Comparisons, tingkat kesukaan panelis antar skin lotion yang menggunakan natrium alginat tidak berbeda nyata. Hal ini disebabkan rasa lengket ditimbulkan dari fase minyak yang terkandung dalam formulasi suatu emulsi (Suryani et al. 2000). 4.2.2. Karakteristik fisiko-kimia 4.2.2.1. Viskositas
Viskositas merupakan parameter penting dalam suatu emulsi karena kestabilan emulsi dipengaruhi oleh viskositas emulsi tersebut. Semakin tinggi viskositas produk, maka laju pemisahan fase terdispersi dan fase pendispersi semakin kecil. Hal ini menyebabkan produk semakin stabil (Suryani et al. 2000). Analisis viskositas dalam penelitian ini menggunakan viskometer Brookfield dengan spindel nomor 3 dan 4 berkecepatan putar 30 rpm. Analisis ragam (α=0,05) menunjukkan bahwa penggunaan natrium alginat mempengaruhi viskositas skin lotion (Lampiran 11). Berdasarkan uji lanjut Duncan, skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 0,5%; 1%; 1,5%; dan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat (Lampiran 12). Hal ini disebabkan viskositas skin lotion dipengaruhi oleh konsentrasi bahan pengental dalam formulasi. Bahan
pengental digunakan dengan tujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi sehingga dapat mempertahankan kestabilan produk. Penggunaan bahan pengental dalam pembuatan skin lotion biasanya dalam proporsi kecil, yaitu di bawah 2,5% (Schmitt 1996). Penggunaan koloid hidrofilik seperti alginat sangat efektif untuk meningkatkan viskositas suatu emulsi tanpa menaikkan fase minyak dalam emulsi tersebut (Rieger 1994). Hasil analisis terhadap viskositas skin lotion berkisar antara 1940-4950 cP. Nilai viskositas ini memenuhi SNI 16-4399-1996 sebagai syarat mutu pelembab kulit, yaitu antara 2000-50.000 cP, kecuali untuk skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat. Selain itu, viskositas skin lotion yang dihasilkan berada dalam kisaran skin lotion komersial, yaitu antara 1700-7200 cP (Lampiran 23). Nilai viskositas skin lotion yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 12.
*Huruf superscript menunjukkan hasil uji Duncan
Gambar 12. Viskositas skin lotion Pada Gambar 12 terlihat bahwa viskositas tertinggi terdapat pada skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2%. Hal ini disebabkan alginat merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi, sehingga sangat mudah menyerap air (Winarno 1996). Kation pada alginat seperti natrium dapat mengikat air sangat kuat karena memiliki kandungan ion karboksilat yang tinggi (Klose dan Glicksman 1972). Oleh karena itu, penggunaan natrium alginat dalam formulasi skin lotion dapat meningkatkan viskositas. Nilai viskositas terendah terdapat pada skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat karena tidak adanya bahan pengental yang terdapat dalam formulasi. Kekentalan skin lotion ini diperoleh dari gliseril monostearat yang jika diformulasikan akan membuat lotion menjadi lebih berat (Schmitt 1996). Selain itu, adanya penambahan gliserin dalam formulasi menyebabkan sediaan menjadi lebih pekat (Idson dan Lazarus 1994). Gliseril monostearat dan gliserin juga digunakan dalam formulasi skin lotion yang menggunakan natrium alginat dan skin lotion kontrol (menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium alginat). Pada skin lotion kontrol, viskositas yang dihasilkan cukup tinggi yaitu sebesar 4850 cP. Hal ini disebabkan adanya penggunaan setil alkohol yang berperan sebagai bahan pengental. Setil alkohol ini digunakan sebesar 1%. Semakin tinggi konsentrasi setil alkohol yang ditambahkan, maka emulsi yang terbentuk akan semakin tebal dan padat, sehingga kemungkinan akan terjadi granulasi (Wilkinson dan Moore 1982).
Berdasarkan hasil analisis, nilai viskositas semakin meningkat dengan bertambahnya konsentrasi natrium alginat yang digunakan pada formulasi skin lotion. Dengan semakin meningkatnya konsentrasi atau berat molekul alginat, maka viskositas produk yang dihasilkan akan semakin tinggi (Klose dan Glicksman 1972). Penggunaan alginat sebagai pengental dalam lotion atau krim biasanya berkisar pada konsentrasi 0,5-2% (McNeely dan Pettitt 1973). 4.2.2.2. pH Derajat keasaman atau pH merupakan parameter penting pada produk kosmetika karena pH yang sangat tinggi atau rendah dapat mengakibatkan kulit teriritasi. Oleh sebab itu, pH produk kosmetika sebaiknya dibuat sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5-7,5 (Wasitaatmadja 1997). Hasil analisis ragam (α=0,05) menunjukkan bahwa penggunaan natrium alginat mempengaruhi pH skin lotion yang dihasilkan (Lampiran 13). Pada uji lanjut Duncan, skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 0,5%; 1%; 1,5%; dan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat (Lampiran 14). Hal ini disebabkan adanya perbedaan konsentrasi atau jenis bahan dalam formulasi sehingga mempengaruhi pH skin lotion. Nilai pH skin lotion yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 13.
*Huruf superscript menunjukkan hasil uji Duncan
Gambar 13. pH skin lotion Gambar 13 menunjukkan bahwa pH skin lotion yang dihasilkan berkisar antara 7,46-7,79. Nilai tersebut berada dalam kisaran nilai pH yang terdapat pada SNI 16-4399-1996 sebagai syarat mutu pelembab kulit (4,5-8), sehingga skin
lotion yang dihasilkan relatif aman digunakan. Selain itu, nilai pH skin lotion yang
dihasilkan berada pada kisaran skin lotion komersial (Lampiran 23). Nilai pH tertinggi terdapat pada skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat, sedangkan nilai pH terendah terdapat pada skin lotion dengan penggunaan natrium alginat 2%. Natrium alginat yang digunakan memiliki pH 5,48 sehingga semakin tinggi penggunaan natrium alginat maka pH skin lotion semakin menurun. Skin lotion kontrol (menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium alginat) memiliki pH yang lebih rendah dibandingkan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat. Hal ini disebabkan adanya penggunaan setil alkohol dengan pH 6-6,5 sehingga dapat menurunkan pH skin lotion kontrol. Kulit memiliki epidermis yang merupakan pelindung dasar terhadap kehilangan air dan nutrisi. Bagian atas epidermis yaitu stratum corneum dengan lapisan film pelindung yang disebut mantel asam (Siegenthaler 2005). Levin dan Maibach (2007) menyatakan bahwa kerusakan mantel asam akibat perubahan pH menyebabkan kulit menjadi kering, pecah-pecah, sensitif, mudah terinfeksi bakteri dan penyakit kulit. Semakin jauh perubahan pH, maka kulit akan semakin teriritasi. Dengan demikian, diduga produk skin lotion yang dihasilkan relatif aman karena memiliki nilai pH yang tidak terlalu jauh dengan pH fisiologis kulit. 4.2.2.3. Stabilitas emulsi
Stabilitas emulsi menunjukkan kestabilan suatu bahan dimana emulsi yang terdapat dalam bahan tidak mempunyai kecenderungan untuk membentuk lapisan yang terpisah. Emulsi yang tidak stabil dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain komposisi bahan yang tidak tepat, ketidakcocokan bahan, kecepatan dan pencampuran yang tidak tepat, pemanasan dan penguapan yang berlebihan, jumlah dan pemilihan emulsifier yang tidak tepat, pembekuan, serta guncangan mekanik atau getaran (Suryani et al. 2000). Hasil analisis menunjukkan bahwa kestabilan skin lotion yang dihasilkan menunjukkan hasil yang sama yaitu 100%. Kestabilan ini ditunjukkan dengan tidak adanya lapisan yang terpisah. Dalam pengujian ini, tidak ada perubahan fisika maupun kimia yang terjadi. Perubahan kimia yang dapat terjadi yaitu perubahan warna dan bau, sedangkan perubahan fisika yang dapat terjadi yaitu
pemisahan fase dan peretakan. Perubahan ini menunjukkan emulsi yang tidak stabil (Mitsui 1997). Kestabilan emulsi pada skin lotion ini dipengaruhi oleh faktor mekanis, temperatur, dan proses pembentukan emulsi. Faktor-faktor ini merupakan faktor kritis yang mempengaruhi kestabilan emulsi. Menurut Silva et al. (2006), emulsi berbentuk droplet dan ukurannya dipengaruhi oleh laju pengadukan selama proses emulsifikasi. Semakin kecil dan seragam bentuk droplet, maka emulsi akan semakin stabil. Dreher et al. (1997) menyatakan bahwa stabilitas emulsi akan meningkat dengan adanya penambahan polimer yang sesuai dalam fase pendispersi. Hal ini dapat
mecegah
terjadinya
penggabungan
partikel-partikel
sejenis
yang
mengakibatkan terjadinya pemisahan fase. Penggunaan hidrokoloid seperti alginat merupakan suatu bahan yang kuat untuk mempertahankan kestabilan emulsi (Rieger 1994). Natrium alginat dapat digunakan sebagai penstabil dalam skin lotion dan krim dengan konsentrasi 0,5-2% (McNeely dan Pettitt 1973). 4.2.2.4. Penyusutan berat
Analisis terhadap penyusutan berat bertujuan untuk mengetahui kemampuan humektan yang terkandung pada skin lotion dalam mempertahankan kandungan air sehingga kelembaban kulit saat pemakaian skin lotion tersebut dapat terjaga. Humektan ditambahkan pada produk lotion untuk mengurangi kekeringan ketika disimpan pada suhu ruang (Mitsui 1997). Analisis dilakukan dengan mengamati skin lotion di tempat terbuka dan diletakkan secara merata di atas plastik yang
kedap air. Efektivitas humektan dapat terlihat dari kemampuan skin lotion dalam mempertahankan air. Kehilangan air pada skin lotion akan menyebabkan penyusutan berat. Semakin tinggi penyusutan berat menunjukkan semakin tinggi pula kehilangan air pada skin lotion tersebut. Skin lotion yang mengalami kehilangan air paling banyak mengindikasikan bahwa kemampuan humektannya lebih rendah. Hasil uji keragaman (α=0,05) menunjukkan bahwa penggunaan natrium alginat mempengaruhi total kehilangan air produk (Lampiran 15). Pada uji lanjut Duncan, skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% berbeda nyata dengan yang menggunakan natrium alginat 0,5%; 1%; 1,5%; dan skin lotion tanpa
penggunaan natrium alginat (Lampiran 16). Hal ini disebabkan kemampuan alginat sebagai humektan. Penyusutan berat skin lotion berkisar antara 2,875,02%. Nilai ini berada dalam kisaran penyusutan berat skin lotion komersial, yaitu antara 2,46-5,99% (Lampiran 23). Penyusutan berat skin lotion yang dihasilkan ditunjukkan pada Gambar 14.
*Huruf superscript menunjukkan hasil uji Duncan
Gambar 14. Penyusutan berat skin lotion Gambar 14 menunjukkan bahwa penyusutan berat tertinggi terdapat pada skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat, sedangkan skin lotion dengan penggunaan natrium alginat 2% memiliki penyusutan berat terendah. Semakin tinggi konsentrasi natrium alginat yang digunakan, maka semakin rendah penyusutan berat skin lotion. Hal ini berarti kemampuan humektan yang terkandung dalam skin lotion semakin baik karena alginat memiliki gugus karboksil dan gugus hidroksil yang dapat membantu mempertahankan air dalam skin lotion. Sifat koloid yang dimiliki alginat merupakan keuntungan dalam pemanfaatannya sebagai moisturizing agent, sehingga dapat mempertahankan kelembaban dan elastisitas kulit (Yunizal 2004). Penyusutan berat skin lotion kontrol (menggunakan setil alkohol dan tanpa natrium alginat) lebih rendah dibandingkan skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat, walaupun keduanya menggunakan gliserin pada formulasi yang berfungsi sebagai humektan. Hal ini diduga dipengaruhi oleh kekentalan karena skin lotion tanpa penggunaan natrium alginat merupakan skin lotion yang paling encer,
sehingga air lebih cepat menguap dibandingkan skin lotion kontrol yang menggunakan setil alkohol sebagai bahan pengental. 4.2.3. Total mikroba
Analisis ini didasarkan pada anggapan bahwa setiap sel hidup akan berkembang menjadi satu koloni yang muncul pada cawan dan merupakan suatu indeks jumlah mikroba yang dapat hidup dan terkandung dalam sampel. Mikroorganisme dapat menyebabkan deteriorasi produk, pemisahan fase, penyusutan berat produk, dan bau yang tidak sedap (Mitsui 1997). Uji total mikroba pada semua skin lotion yang dihasilkan menunjukkan hasil kurang dari 30 koloni/gram sehingga tidak dapat digunakan dalam perhitungan total mikroba (Lampiran 17). Hal ini berarti penggunaan natrium alginat tidak mempengaruhi total mikroba skin lotion. Jumlah cemaran mikroba ini sesuai dengan syarat mutu pelembab kulit (SNI 16-4399-1996) yaitu maksimum 102 koloni/gram. Penghambatan pertumbuhan mikroba ini disebabkan adanya metil paraben yang berfungsi sebagai pengawet dalam formulasi produk. Metil paraben digunakan dalam skin lotion karena dapat mencegah pertumbuhan bakteri dan jamur (Rieger 2000) 4.3. Pemilihan Skin Lotion Terbaik Berbasis Indeks Kinerja (Marimin 2004)
Metode Bayes digunakan untuk mendapatkan skin lotion terbaik berdasarkan total nilai tertinggi pada masing-masing perlakuan. Parameter yang dibobot dalam metode ini meliputi parameter uji sensori (warna, penampakan, kekentalan, homogenitas, kesan lembab, dan rasa lengket) dan karakteristik skin lotion (viskositas, pH, dan penyusutan berat). Nilai kepentingan masing-masing
parameter yang digunakan terdiri dari 3 nilai numerik, yaitu 3 mewakili nilai sangat penting, 2 mewakili penting, dan 1 mewakili biasa. Nilai kepentingan untuk karakteristik skin lotion diberi nilai yang sama, yaitu 3 karena dianggap parameter yang paling penting dan diuji secara objektif. Pemberian nilai kepentingan pada parameter uji sensori didasarkan pada tingkat penerimaan panelis dan juga memperhatikan penekanan penggunaan natrium alginat dalam formulasi skin lotion yang menghasilkan produk dengan tingkat
kesukaan yang hampir sama. Penilaian kepentingan setiap parameter terdapat pada Tabel 7. Tabel 7. Karakteristik dan nilai kepentingan parameter skin lotion Parameter Analisis
Dasar Pertimbangan Kepentingan
Nilai Kepentingan
A. Objektif pH Viskositas Penyusutan berat
Nilai pH merupakan parameter yang penting karena berhubungan dengan pH kulit Viskositas berhubungan dengan nilai stabilitas emulsi dan kekentalan skin lotion Penyusutan berat berhubungan dengan kemampuan skin lotion sebagai humektan
3 3 3
B. Subjektif Warna Penampakan Kekentalan Homogenitas Kesan lembab Rasa lengket
Warna skin lotion berhubungan dengan kesan pertama dari penampilan produk Penampakan berhubungan dengan penampilan skin lotion secara keseluruhan. Kekentalan berhubungan dengan sifat fisik skin lotion yaitu dapat dituang pada suhu kamar Homogenitas yang tinggi menunjukkan proses pencampuran yang baik Kesan lembab berhubungan dengan pencegahan kekeringan pada kulit selama pemakaian skin lotion Rasa lengket berhubungan dengan kenyamanan setelah pemakaian skin lotion
1 2 3 2 3 2
Bobot dari setiap parameter diperoleh berdasarkan manipulasi matriks (Lampiran 18). Matriks didapatkan dari perbandingan nilai kepentingan antar parameter kemudian dikuadratkan. Hasil penjumlahan setiap baris matriks dibagi dengan total penjumlahan baris matriks tersebut sehingga diperoleh nilai eigen. Proses ini berulang sampai terdapat perbedaan nilai eigen yang paling kecil. Nilai eigen dari proses manipulasi matriks terakhir merupakan nilai bobot yang digunakan dalam metode Bayes. Nilai stabilitas emulsi dan total mikroba tidak ikut dibobot karena diperoleh hasil yang sama pada setiap skin lotion. Skin lotion dengan viskositas tertinggi diberi score yang paling tinggi karena viskositas berhubungan dengan stabilitas emulsi. Skin lotion dengan pH yang mendekati pH fisiologis kulit diberi score
yang lebih tinggi karena semakin kecil kemungkinannya menyebabkan kulit teriritasi. Skin lotion dengan penyusutan berat terendah diberi score yang paling tinggi karena menunjukkan kemampuan skin lotion dalam melembabkan kulit. Nilai score diperoleh berdasarkan hasil perhitungan menggunakan software SPSS versi 13.0. Nilai bobot dikalikan dengan nilai score sehingga diperoleh nilai alternatif. Nilai alternatif tertinggi hasil perkalian nilai bobot dengan nilai score menunjukkan skin lotion yang terbaik. Tabel 8 menunjukkan hasil pembobotan skin lotion.
Tabel 8. Hasil pembobotan berdasarkan metode Bayes Parameter
a. Viskositas b. pH c. Penyusutan berat d. Warna e. Penampakan f. Kekentalan g. Homogenitas h. Kesan Lembab i. Rasa Lengket Nilai Alternatif Peringkat
Alternatif (Perlakuan) 0% 0,5% 1% 1,5% 2% 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 1 2 3 4 5 3 5 4 2 1 3 5 4 2 1 1 2 3 4 5 5 4 3 2 1 1 2 4 3 5 1 5 4 3 2 1,6364 2,8636 3,3636 3,3182 3,8182 5 4 2 3 1
Bobot 0,1364 0,1364 0,1364 0,0455 0,0909 0,1364 0,0909 0,1364 0,0909
Nilai alternatif skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% menghasilkan nilai tertinggi, sehingga dilanjutkan dengan penyimpanan selama satu bulan serta dibandingkan dengan skin lotion tanpa menggunakan natrium alginat-tanpa setil alkohol dan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat. Analisis dilakukan selama satu bulan pada hari ke-0, hari ke-7, hari ke-14, hari ke-21, dan hari ke-28 yang meliputi viskositas, pH, dan stabilitas emulsi. Pada hari ke-0 dan hari ke-28 dilakukan uji kelembaban kulit. Pada hari ke-28 dilakukan analisis ketengikan untuk melihat mutu skin lotion selama penyimpanan. 4.4. Karakteristik Skin Lotion Selama Penyimpanan 4.4.1. Viskositas
Viskositas merupakan parameter penting dalam produk emulsi, khususnya skin lotion karena viskositas berkaitan dengan stabilitas emulsi. Semakin tinggi
viskositas suatu bahan, maka bahan tersebut akan semakin stabil karena pergerakan partikel cenderung sulit (Schmitt 1996). Viskositas emulsi merupakan kriteria penampilan pokok, penggunaannya untuk pengkajian shelf life tidak berhubungan dengan nilai viskositas absolut tetapi berhubungan dengan perubahan viskositas selama penyimpanan. Secara umum, viskositas emulsi meningkat dengan bertambahnya umur sediaan tersebut (Rieger 1994). Viskositas skin lotion mengalami perubahan selama penyimpanan, yaitu adanya kecenderungan peningkatan setiap analisis dilakukan, yaitu dalam selang waktu tujuh hari (Lampiran 19). Hal ini terlihat pada skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% dan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat. Viskositas emulsi akan mengalami perubahan untuk beberapa lama, yaitu 5-15 hari pada temperatur kamar (Rieger 1994). Peningkatan viskositas selama penyimpanan dipengaruhi oleh atom N pada trietanolamin yang terdapat dalam formulasi (Sykes 1989). Semakin banyak atom H yang terikat pada atom N diduga akan meningkatkan viskositas skin lotion. Viskositas skin lotion selama penyimpanan masih berada dalam kisaran viskositas yang terdapat dalam SNI-16-4399-1996 sebagai syarat mutu pelembab kulit, yaitu 2000-50.000 cP dan skin lotion komersial, yaitu 1700-7200 cP (Lampiran 23). Nilai viskositas skin lotion selama penyimpanan ditunjukkan pada Gambar 15.
Gambar 15. Grafik perubahan viskositas skin lotion selama penyimpanan
Pada Gambar 15 terlihat bahwa skin lotion yang menggunakan natrium alginat 2% cenderung mengalami peningkatan viskositas yang lebih besar dibandingkan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat dan skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol karena alginat memiliki kemampuan dalam mengikat air. Hal ini berhubungan dengan struktur alginat yang merupakan polimer linear dengan berat molekul tinggi, sehingga sangat mudah menyerap air (Winarno 1996). Selain itu, kation pada alginat seperti natrium dapat mengikat air sangat kuat karena memiliki kandungan ion karboksilat yang tinggi (Klose dan Glicksman 1972). Nilai viskositas skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat cenderung lebih stabil selama penyimpanan. Hal ini diduga karena setil alkohol yang ditambahkan dalam formulasi skin lotion berperan sebagai pengental dan penstabil yang memiliki satu gugus hidroksil sehingga peningkatan viskositas tidak terlalu tinggi. Emulsi yang tersusun dari koloid alami akan menghasilkan viskositas yang lebih tinggi daripada emulsi tersusun dari bahan lain seperti setil alkohol (Suryani et al. 2000). Pada skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol, peningkatan viskositas terjadi cukup besar sampai hari ke-7, kemudian mengalami peningkatan yang tidak signifikan sampai hari ke-14. Penurunan viskositas terjadi pada hari ke-21 sampai hari ke-28. Hal ini menunjukkan adanya gejala ketidakstabilan karena viskositas sangat erat kaitannya dengan stabilitas emulsi produk. Penurunan viskositas selama penyimpanan mencerminkan peningkatan ukuran partikel akibat penggumpalan dan menunjukkan shelf life yang buruk (Rieger 1994). 4.4.2. pH
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter penting pada produk kosmetika karena pH yang sangat tinggi atau rendah dapat mengakibatkan kulit teriritasi. Oleh sebab itu, pH produk kosmetika sebaiknya dibuat sesuai dengan pH kulit, yaitu antara 4,5-7,5 (Wasitaatmadja 1997). Berdasarkan hasil analisis, pH skin lotion selama penyimpanan masih berada dalam kisaran nilai pH pada SNI-16-4399-1996 sebagai syarat mutu pelembab kulit, yaitu 4,5-8 dan skin lotion
komersial yaitu 7,2-8,4 (Lampiran 23). Nilai pH skin lotion selama penyimpanan ditunjukkan pada Gambar 16.
Gambar 16. Grafik perubahan pH skin lotion selama penyimpanan Dari Gambar 16 terlihat bahwa pH tertinggi terdapat pada skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol, sedangkan skin lotion dengan penggunaan natrium alginat 2% memiliki pH terendah. Hal ini disebabkan natrium alginat memiliki pH 5,48 sehingga selama penyimpanan, nilai pH skin lotion ini masih dibawah skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol dan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat. Nilai pH skin lotion selama penyimpanan cenderung stabil, namun mengalami sedikit peningkatan (Lampiran 20). Peningkatan nilai pH selama penyimpanan diduga karena adanya atom nitrogen dalam formulasi yang berasal dari trietanolamin ((CH2OHCH2)3N). Meningkatnya kekuatan basa ini berkaitan dengan kemampuan nitrogen dalam mengikat hidrogen sehingga semakin banyak atom H yang terikat pada atom N, akan mengurangi ketersediaan hidrogen bebas. Dengan demikian, pH produk akan semakin meningkat (Sykes 1989). 4.4.3. Stabilitas emulsi Stabilitas emulsi menunjukkan kestabilan suatu bahan dimana emulsi yang terdapat dalam bahan tidak mempunyai kecenderungan untuk bergabung dengan partikel lain dan membentuk lapisan yang terpisah (Suryani et al. 2000). Selama penyimpanan, nilai kestabilan skin lotion menunjukkan hasil yang sama,
yaitu 100%. Pada skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol yang diuji hari ke-21 dan 28, terlihat adanya sedikit gumpalan, tetapi tidak ada pemisahan fase atau peretakan sehingga nilai stabilitas masih 100%. Penggumpalan ini mengindikasikan
akan
terjadinya
penurunan
stabilitas
emulsi.
Selama
penyimpanan, ketidakstabilan emulsi dapat terjadi jika ada pembentukan krim, flokulasi,
maupun
penggumpalan
(Rieger
1994).
Terlihatnya
sedikit
penggumpalan dalam pengujian stabilitas emulsi ini disebabkan tidak adanya bahan dalam formulasi skin lotion yang berperan sebagai penstabil emulsi. Kestabilan emulsi pada skin lotion dengan penggunaan natrium alginat disebabkan fungsi alginat sebagai bahan pengental dan penstabil emulsi (McNeely dan Pettitt 1973). Pada skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat, kestabilan terjadi karena adanya setil alkohol yang berperan sebagai pengental dan penstabil. Bahan pengental akan meningkatkan viskositas produk. Semakin tinggi viskositas produk, maka laju pemisahan fase terdispersi dan fase pendispersi semakin kecil. Hal ini menunjukkan produk semakin stabil (Suryani et al. 2000). Shelf life yang baik dan tidak ada penggumpalan dapat dicapai dengan
pembentukan lapisan antar muka yang tebal dari makromolekul atau partikelpartikel kecil zat padat yang memisah. Hal ini merupakan alasan digunakannya hidrokoloid seperti natrium alginat yang sangat berguna sebagai pengemulsi pembantu bila digunakan pada konsentrasi rendah, bahkan dapat digunakan sebagai pengemulsi utama pada konsentrasi tinggi (Rieger 1994). 4.4.4. Kelembaban kulit
Uji kelembaban dilakukan di PT Pusaka Tradisi Ibu dengan menggunakan Scalar Moisture Checker. Nilai yang ada pada Scalar Moisture Checker
merupakan persentase kelembaban kulit. Persentase kelembaban terdiri dari lima kriteria, yaitu kering (0-27%), agak kering (28-37%), lembab (38-47%), lebih lembab (48-57%), dan sangat lembab (>57%). Pengujian dilakukan pada skin lotion sebelum dan setelah penyimpanan.
Berdasarkan hasil uji, persentase kelembaban kulit yang dioleskan skin lotion sebelum dan setelah penyimpanan menunjukkan nilai yang cenderung
stabil. Persentase kelembaban kulit yang dioleskan skin lotion sebelum dan setelah penyimpanan ditunjukkan pada Gambar 17.
Kelembaban kulit (%)
60 50 40 30 20 10 0 0
5 10 Waktu pengamatan (menit)
15
Tanpa natrium alginat, tanpa setil alkohol H0 Tanpa natrium alginat, tanpa setil alkohol H28
Gambar 17. Diagram batang persentase kelembaban kulit Selama pengamatan, persentase kelembaban kulit cenderung mengalami penurunan (Lampiran 21). Hal ini diduga karena adanya penguapan air secara perlahan dari skin lotion. Berdasarkan hasil uji, kulit yang dioleskan skin lotion dengan penggunaan natrium alginat 2% memiliki persentase kelembaban tertinggi dengan penurunan tingkat kelembaban terendah. Persentase kelembaban kulit selama pemakaian skin lotion ini termasuk ke dalam kriteria lebih lembab (48-57%), sedangkan persentase kelembaban kulit yang dioleskan skin lotion dengan penggunaan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat dan skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol termasuk ke dalam kriteria lembab (38-47%) sampai lebih lembab (48-57%). Persentase kelembaban kulit pada skin lotion yang menggunakan natrium alginat lebih tinggi dibandingkan skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat dan skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa setil alkohol. Hal ini disebabkan adanya bahan yang berfungsi sebagai humektan seperti gliserin dan natrium alginat. Pada skin lotion yang menggunakan setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat dan skin lotion tanpa natrium alginat-tanpa
setil alkohol, bahan yang berfungsi sebagai humektan hanya gliserin sehingga diduga kurang maksimal dalam mempertahankan kelembaban kulit dibandingkan skin lotion dengan penambahan natrium alginat.
Alginat mengandung gugus karboksil yang bersifat asam dan gugus hidroksil yang bersifat alkohol sehingga memungkinkan senyawa ini menembus ke dalam jaringan kulit dan terikat dalam lapisan kulit dengan sempurna. Selain itu, poliol atau struktur polisidik dalam alginat memiliki efek membantu mempertahankan air di dalam jaringan kulit. Sifat koloid yang dimiliki alginat merupakan keuntungan dalam pemanfaatannya sebagai bahan moisturizing agent, sehingga dapat mempertahankan kelembaban dan elastisitas kulit (Yunizal 2004). 4.4.5. Ketengikan (rancidity)
Analisis ketengikan perlu dilakukan pada produk yang mengandung minyak karena ketengikan merupakan bentuk kerusakan yang dapat menyebabkan perubahan bau produk (Ketaren 1986). Pada skin lotion, ketengikan dapat terjadi karena adanya kontak dengan sejumlah oksigen dan aksi mikroba. Proses pembentukan peroksida dipercepat oleh adanya cahaya dan kelembaban udara. Pada formulasi skin lotion terdapat senyawa selain lemak yang dapat dioksidasi, seperti senyawa hidrokarbon (Ketaren 1986). Senyawa hidrokarbon yang terdapat dalam formulasi skin lotion yaitu parafin cair dan petrolatum (Mitsui 1997). Hasil analisis terhadap skin lotion menunjukkan hasil yang sama yaitu tidak terdeteksinya bilangan peroksida (Lampiran 22). Hal ini berarti lotion yang telah mengalami penyimpanan selama satu bulan belum mengalami ketengikan. Kenaikan bilangan peroksida merupakan indikator bahwa ketengikan akan terjadi karena ketengikan terbentuk oleh aldehida, bukan peroksida. Minyak yang mengalami oksidasi akan membentuk peroksida. Tingkat selanjutnya adalah konversi peroksida menjadi aldehid dan keton (Ketaren 1986).
5. KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan
Konsentrasi natrium alginat terbaik yang dapat digunakan dalam formulasi skin lotion yaitu 2% dengan nilai pembobotan 3,8182. Skin lotion ini memiliki
viskositas 4950 cP; pH 7,46; stabilitas emulsi 100%; total mikroba kurang dari 30 koloni/gram; dan penyusutan berat 2,87%. Viskositas, pH, dan total mikroba sesuai dengan SNI 16-4399-1996 dan skin lotion komersial. Penyusutan berat dan stabilitas emulsi sesuai dengan skin lotion komersial. Skin lotion dengan konsentrasi natrium alginat 2% yang disimpan selama
sebulan masih dapat digunakan sebagai pelembab kulit. Selama penyimpanan, viskositas skin lotion dengan menggunakan natrium alginat 2% mengalami peningkatan dari 4950 sampai 6425 cP dengan pH 7,46 sampai 7,5. Nilai ini masih berada dalam kisaran nilai viskositas dan pH yang terdapat dalam SNI 16-4399-1996 sebagai syarat mutu pelembab kulit. Kestabilan skin lotion masih 100%, ketengikan belum terjadi, dan hasil uji kelembaban kulit menggunakan Scalar Moisture Checker menunjukkan kestabilan sampai akhir penyimpanan dengan kriteria lebih lembab (48-57%). 5.2. Saran
Perlu digunakan natrium alginat yang memiliki derajat putih lebih tinggi atau pewarna alami dalam skin lotion. Selain itu, perlu dilakukan uji keamanan kulit, penambahan bahan aktif alami hasil perairan dengan fungsi tertentu, dan penyimpanan skin lotion dalam keadaan hermetis.
DAFTAR PUSTAKA Anggadireja JT, Zatnika A, Purwoto H, Istini S. 2006. Rumput Laut. Jakarta: Penebar Swadaya. Anonima. 2007. Petrolatum. http://en.mimi.hu/beauty/petrolatum.html. [2 Oktober 2007]. ______b. 2007. Perkembangan teknologi untuk http://seafast.ipb.ac.id. [2 Oktober 2007].
nilai
tambah
sawit.
______c. 2008. Triethanolamine. http://www.cremedevie.com/peg-20.html. [16 Febuari 2008]. ______d. 2008. Methyl paraben. http://www.wikipedia/methylparaben.htm. [25 Mei 2008]. ______e. 2008. Natrium alginat. http://www.fao.org//w6355e/w6355e1w.gif. [7 Juli 2008)]. ______f. 2006. Peringatan bahan kosmetik berbahaya. http://www.fao.org// w6355e/w6355e1w.gif. [6 September 2008)]. Apriyantono A, Fardiaz D, Puspitasari NL, Sedarnawati, Budiyanti S. 1989. Analisis Pangan. Bogor: Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. [AOAC] Association of Official Analytical Chemist. 1995. The Association of Official Analitical Chemist. 16th ed. Virginia: AOAC Inc Arlington. Bawab A, Friberg. 2004. Amphipilic association structures in a model skin lotion with hydroxy acid. International Journal of Cosmetic Science 26:139-147. Bramayudha A. 2008. Tubuh manusia.http://www.insightmagazine.com/indo/ edisi11.jpg. [15 Maret 2008]. [BSN] Badan Standardisasi Nasional. 1992. Cara Uji Cemaran Mikroba.. SNI 19-2897-1992. Jakarta. . 1998. Cara Uji Minyak dan Lemak. SNI 01-3555-1998. Jakarta. .
1996.
Sediaan
Tabir
Surya.
SNI 16-4399-1996. Jakarta. Carpenter RP, Lyon DH, Hasdell TA. 2000. Guidelines for Sensory Analysis in Food Product Development and Quality Control. 2nd Ed. Marylands Aspen Publisher.
Chapman VJ, Chapman DJ. 1980. Seaweeds and Their Uses. 3rd ed. London: Chapman and Hall. Cottrell, Kovacs P. 1980. Alginats. Di dalam: Davidson RI, editor. Hand Book of Water Soluble Gums and Resin. New York: Mc-Graw-hill Book.Co. Departemen Kesehatan. 1993. Kodeks Kosmetik Indonesia. Ed. II VoL.I. Jakarta: Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Dreher TM, Glass J, Connor, Steven. 1997. Effect of rheology on coalescence rates and emulsion stability. AIChE Journal Vol 45 No 6. Farage M. 2007. Evaluating lotion transfer to skin from feminine protection products. Journal Compilation. Skin Research and Technology 14:121-126 Fardiaz D. 1988. Hidrokoloid. Laboratorium Kimia dan Biokimia Pangan, Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor. [FCC] Food Chemical Codex. 1981. Alginat. 3rd Ed. Volume III. Washington DC: National Academic of Science. Friedli AC, Schlager IR. 2005. Demonstrating encapsulation and release: a new take on alginate complexation and the nylon rope trick. Journal Chemistry Education 82:1017-1020 Hoefler AC. 2004. Hydrocolloids. USA: Eagan Press. Idson B, Lazarus J. 1994. Semipadat. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah; Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Ed ketiga. Jakarta: UI Press. Ketaren S. 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI Press. King AH. 1982. Brown Seaweed Extract (Alginat). Di dalam: Glicksman M, editor. Food Hydrocolloids, Vol II. Florida: CRC Press Inc. Klose RE dan Glicksman M. 1972. Gums. Di dalam Furia TE, editor. Hand Book of Food Additive. 2nd Ed. Ohio: CRC Press Inc. Levin J, Maibach H. 2007. Human skin buffering capacity: an overview. Journal Compilation. Skin Research and Technology 14:121-126 Luhur DA. 2006. Pemanfaatan khitosan sebagai absorben dalam pembuatan alginat (Sargassum sp.). [skripsi]. Bogor: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.
Marganof. 2003. Potensi Limbah Udang sebagai Penyerap Logam Berat di Perairan. Bogor: Institut Pertanian Bogor. Mariani R. 2007. Alginat dibutuhkan kalangan industri. http://www.pikiranrakyat.com/cetak/1204/09/cakrawala/lain05.htm. [20 November 2007]. Marimin. 2004. Teknik dan Aplikasi Pengambilan Metode Keputusan Kriteria Majemuk. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia. McHugh DJ. 2003. A Guide To The Seaweed Industry. Roma: Food and Agriculture Organization of The United Nations. McNeely WH, Pettitt DJ. 1973. Algin. Di dalam Whistler RL, editor. Industrial Gums: Polysaccharides and Their Derivatives. 2nd Ed. New York: Academic Press. Mitsui. 1997. New Cosmetic Science. New York: Elsevier. Nussinovitch A. 1997. Hydrocolloid Aplication : Gum Technology In The Food and Other Industries. London: Blackie Academic and Professional. Phillips GO, Williams PA. 2000. Handbook of Hidrocolloids. Inggris: Woodhead Publ. Polo KFD. 1998. A Short Textbook of Cosmetology. 1st Ed. Jerman: Verlag Fur Chemische Industrie. [PPPP] Pusat Penelitian dan Pengembangan Perikanan. 1991. Teknologi Pasca Panen Rumput Laut. Jakarta: Departemen Kelautan. Rieger MM. 1994. Emulsi. Di dalam: Siti Suyatmi, penerjemah; Lachman L, Lieberman HA, Kanig JL, editor. Teori dan Praktek Farmasi Industri II. Ed ketiga. Jakarta: UI Press. Terjemahan dari: The Theory and Practise of Industrial Pharmacy. Rieger M. 2000. Harry’s Cosmeticology. 8th Ed. New York: Chemical Publishing Co Inc. Schmitt WH. 1996. Skin Care Products. Di dalam Williams DF and Schmitt WH, editor. Chemistry and Technology of The Cosmetics and Toiletries Industry. 2nd Ed. London: Blackie Academe and Profesional. Siegenthaler D. 2005. Importance of your skin’s pH. http://ezinearticles.com/ skincare/pH.htm. [3 Juli 2008].
Silva CM, Riberio AJ, Figueiredo M, Ferreira D, Veiga F. 2006. Microencapsulation of hemoglobin in chitosan-coated alginate microspheres prepared by emulsification internal gelation. AAPS Journal 7:E903-E912 Soraya N. 2002. Bahan kosmetik alami. http://www.pikiran_rakyat.com. [20 September 2007]. Sriamornsak P, Sungthongjeen S. 2007. Modification of theophylline release with alginat gel formed in hard capsules. AAPS Pharmascitech. http://www.fao.org/docrep/field/003/AB882E/AB882E14.htm. [18 Februari 2008]. Sunsmart. 1996. Petrolatum: a usefull classic. Journal Cosmetics and Toiletries. Sunsmart Inc. Newyork. Suryani A, Sailah, Eliza H. 2000. Teknologi Emulsi. Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Steel RGD, Torrie JH. 1991. Prinsip dan Prosedur Statistika : Suatu Pendekatan Biometrik. Edisi ke-2. Bambang Sumantri, penerjemah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: Principles and Procedures of Statistics. Sykes P. 1989. Penuntun Mekanisme Reaksi Kimia Organik. Edisi ke-6. Anton JH, penerjemah. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. Terjemahan dari: A Guidebook to Mechanism in Organic Chemistry. Wasitaatmadja SM. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: UI Press. Wilkinson JB, Moore RJ. 1982. Harry’s Cosmeticology. London. Winarno FG. 1996. Teknologi Pengolahan Rumput Laut. Jakarta: Pustaka Sinar Harapan. Yunizal. 2004. Teknologi Pengolahan Alginat. Jakarta: Pusat Riset pengolahan Produk dan Sosial Ekonomi Kelautan dan Perikanan.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Lembar uji sensori skala hedonik skin lotion
UJI SENSORI SKALA HEDONIK Nama
:
Tanggal
: 17 April 2008
Jenis Produk : Skin Lotion Instruksi
: Nyatakan penilaian anda sesuai dengan nilai yang telah ditentukan (skala 1-9) pada kolom di bawah ini
(Apakah anda sering menggunakan produk skin lotion? Y/N)* *lingkari
Parameter
Skin lotion A11
B21
C11
D21
Warna Penampakan Kekentalan Homogenitas Kesan lembab Rasa lengket
Keterangan : 1) 2) 3) 4) 5) 6) 7) 8) 9)
Amat sangat tidak suka Sangat tidak suka Tidak suka Agak tidak suka Normal Agak suka Suka Sangat suka Amat sangat suka
E11
F21
G11
H21
I11
J21
K11
L21
Lampiran 2. Lembar nilai kepentingan uji sensori skin lotion
NILAI KEPENTINGAN UJI SENSORI Nama
:
Tanggal
: 17 April 2008
Jenis Produk : Skin Lotion Instruksi
: Nyatakan penilaian anda sesuai dengan nilai yang telah ditentukan (skala 1-9) pada kolom di bawah ini
(Apakah anda sering menggunakan produk skin lotion? Y/N)* *lingkari
Parameter
Nilai
Warna Penampakan Kekentalan Homogenitas Kesan lembab Rasa lengket
Keterangan : 1) 2) 3) 4) 5) 6)
Tidak penting Biasa Cukup penting Penting Sangat penting Amat sangat penting
Lampiran 3. Rekapitulasi data mentah uji kesukaan a. Warna Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Ratarata
A11 7 7 6 6 7 6 6 6 7 7 7 7 4 6 7 7 8 5 5 3 7 5 6 7 8 7 7 5 7 4 187
B21 7 7 6 7 7 6 7 6 7 9 7 7 4 7 7 7 8 7 5 4 7 7 6 7 7 7 7 7 6 5 198
C11 7 7 7 8 6 7 7 8 8 8 7 7 6 7 7 7 8 7 6 7 7 7 6 7 7 7 7 6 6 6 208
D21 7 7 7 8 7 7 7 8 8 7 7 7 7 7 7 7 8 7 5 7 8 8 7 7 8 7 8 5 6 7 213
E11 7 8 7 8 7 7 7 7 8 7 7 6 7 6 7 7 8 7 6 6 7 7 6 7 7 7 7 6 7 6 207
6,2
6,6
6,9
7,1
6,9
Keterangan : A11 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 1 B21 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 2 C11 : Konsentrasi alginat 0,5 % ulangan 1 D21 : Konsentrasi alginat 0 ,5% ulangan 2 E11 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 1 F21 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 2
Skin lotion F21 G11 7 6 8 8 7 6 8 7 7 4 6 6 7 6 8 4 7 4 7 3 7 3 6 4 7 7 7 7 7 7 7 7 8 8 7 7 5 4 8 4 7 4 7 6 7 6 7 6 7 6 7 6 8 8 6 5 7 6 6 6 210 171 7
5,7
H21 7 7 6 7 5 6 6 6 5 3 5 4 7 6 7 6 6 4 5 4 4 7 6 6 7 7 8 6 6 5 174
I11 7 8 5 7 5 4 4 6 5 2 4 6 7 5 5 7 7 6 4 4 4 7 6 6 6 7 7 7 6 5 169
J21 6 8 5 6 5 6 6 6 5 4 3 4 5 6 6 7 7 6 5 4 6 5 6 5 7 7 7 5 5 4 167
K11 8 8 7 8 7 7 7 8 8 9 7 8 7 7 7 7 8 7 6 7 7 7 6 7 7 8 7 6 6 6 215
L21 8 7 7 9 8 7 7 8 8 9 8 7 7 7 7 7 8 7 7 6 8 7 7 6 8 8 7 7 7 6 220
5,8
5,6
5,57
7,2
7,3
G11 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 1 H21 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 2 I11 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 1 J21 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 2 K11 : Kontrol positif ulangan 1 L21 : Kontrol positif ulangan 2
b. Penampakan Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Ratarata
A11 7 7 6 8 6 5 7 8 7 5 7 5 4 6 5 6 5 3 5 4 4 6 5 7 6 7 7 5 6 5 174
B21 7 7 7 7 6 6 6 8 7 7 7 5 4 6 5 5 5 4 4 4 4 7 5 7 7 7 7 7 6 5 179
C11 8 8 8 7 7 7 7 8 7 6 6 5 6 6 6 7 7 5 6 7 7 5 5 7 7 7 7 6 7 6 198
D21 8 8 7 7 7 7 6 8 7 7 7 6 5 6 6 6 6 5 7 7 7 7 5 8 7 7 7 7 6 6 200
E11 7 8 7 7 7 7 6 7 7 6 7 6 7 6 6 7 7 5 7 7 7 6 5 7 7 7 7 5 7 7 199
Skin lotion F21 G11 7 7 8 8 7 7 7 7 7 5 7 6 7 6 8 6 7 5 8 6 6 6 7 6 5 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6 7 7 7 6 7 4 5 4 5 5 7 6 7 7 7 6 7 7 7 5 7 6 6 7 200 181
5,8
6
6,6
6,7
6,6
6,7
Keterangan : A11 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 1 B21 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 2 C11 : Konsentrasi alginat 0,5 % ulangan 1 D21 : Konsentrasi alginat 0 ,5% ulangan 2 E11 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 1 F21 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 2
6
H21 7 7 7 6 6 6 6 8 5 7 3 5 4 6 6 6 8 5 7 6 4 5 5 6 7 7 8 7 6 5 181
I11 7 7 6 7 7 6 7 6 7 4 3 5 6 6 5 6 6 7 4 6 7 5 5 6 6 7 8 8 6 7 183
J21 7 8 6 7 6 6 7 6 5 5 5 7 6 6 5 6 6 6 5 4 7 6 5 6 7 7 8 7 5 5 182
K11 7 8 8 8 7 7 7 8 8 7 6 7 4 6 5 7 7 7 7 7 7 6 5 7 7 7 8 5 6 5 201
L21 7 8 7 8 7 7 6 8 8 8 4 7 7 6 5 7 8 6 7 4 8 7 6 7 8 7 7 7 7 5 204
6
6,1
6,1
6,7
6,8
G11 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 1 H21 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 2 I11 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 1 J21 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 2 K11 : Kontrol positif ulangan 1 L21 : Kontrol positif ulangan 2
c. Kekentalan Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Ratarata
Skin lotion A11 B21 C11 D21 E11 F21 G11 H21 I11 J21 K11 L21 6 6 6 7 6 6 7 7 8 8 8 8 4 6 6 6 7 8 7 7 8 8 8 8 4 4 5 5 5 4 6 7 7 7 7 8 1 4 4 6 5 6 7 7 8 8 8 8 5 4 6 6 6 5 7 7 8 7 8 8 4 5 5 6 5 6 7 7 8 7 7 7 5 6 5 4 6 5 6 7 6 7 7 5 4 4 5 4 6 7 7 7 7 8 7 8 4 4 5 4 6 5 7 7 8 7 8 8 4 3 6 4 7 6 7 6 9 8 8 7 6 3 5 8 6 6 7 6 8 7 4 3 5 6 6 5 6 6 6 7 7 8 7 7 4 3 4 5 7 7 6 6 8 8 7 7 4 4 6 5 5 7 7 6 8 7 7 7 3 3 3 3 5 4 4 6 5 6 5 5 6 6 6 6 6 7 6 7 7 8 7 8 5 4 5 5 6 3 6 7 6 8 7 8 3 3 4 3 7 6 6 7 4 5 7 6 2 3 3 3 8 7 6 7 7 8 7 7 1 2 4 4 7 3 4 6 7 8 7 8 3 3 3 8 4 5 4 5 2 7 8 7 4 3 4 5 5 4 7 7 7 8 7 7 4 4 4 4 4 7 6 6 6 8 7 8 4 6 6 8 7 7 7 6 8 6 8 7 6 3 5 4 5 4 6 6 7 7 4 8 5 4 5 6 6 6 7 7 8 6 8 7 7 6 7 8 7 6 8 8 8 8 8 7 2 4 8 7 5 5 8 8 8 8 8 8 5 6 4 5 7 5 5 6 6 5 7 7 3 4 6 4 7 6 4 7 7 6 6 7 123 126 151 158 179 169 188 200 211 217 212 214 4,1
4,2
5
5,3
6
5,6
Keterangan : A11 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 1 B21 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 2 C11 : Konsentrasi alginat 0,5 % ulangan 1 D21 : Konsentrasi alginat 0 ,5% ulangan 2 E11 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 1 F21 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 2
6,3
6,7
7
7,2
7,1
7,1
G11 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 1 H21 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 2 I11 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 1 J21 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 2 K11 : Kontrol positif ulangan 1 L21 : Kontrol positif ulangan 2
d. Homogenitas Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah ratarata
A11 7 8 6 7 7 6 5 6 6 8 7 5 7 5 6 6 4 3 7 5 7 6 6 6 6 7 6 2 5 5 177
B21 7 8 6 5 5 7 6 8 5 4 5 6 7 5 6 7 4 5 7 7 7 6 6 6 4 7 7 7 6 6 182
C11 7 8 6 7 5 6 6 8 7 8 5 6 6 6 6 7 5 4 7 7 7 6 7 6 6 7 7 7 5 5 190
D21 7 8 6 6 7 6 5 7 6 8 5 5 7 6 6 7 6 5 7 4 7 6 7 8 6 7 8 5 5 5 188
E11 7 8 6 8 7 6 6 7 7 8 7 5 7 6 6 8 6 6 7 7 7 6 6 7 5 7 7 3 7 5 195
Skin lotion F21 G11 7 7 8 8 6 6 7 8 5 5 7 6 6 6 8 8 7 8 8 8 5 6 7 6 4 4 7 6 6 6 7 8 3 4 5 4 7 7 7 8 7 7 7 7 6 6 7 7 7 7 7 6 8 8 6 8 5 7 5 5 192 197
5,9
6,1
6,3
6,3
6,5
6,4
Keterangan : A11 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 1 B21 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 2 C11 : Konsentrasi alginat 0,5 % ulangan 1 D21 : Konsentrasi alginat 0 ,5% ulangan 2 E11 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 1 F21 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 2
6,6
H21 7 8 6 7 7 6 5 6 7 8 4 6 7 5 6 7 6 5 7 4 7 6 6 5 7 7 8 7 5 5 187
I11 7 8 6 8 5 5 5 6 7 8 4 7 7 6 6 7 7 8 7 6 7 6 6 7 6 7 8 8 5 5 195
J21 7 8 6 8 6 6 4 7 7 8 5 6 7 6 6 8 8 5 7 6 7 6 6 6 6 7 8 8 6 5 196
K11 7 8 6 7 5 6 6 8 8 7 5 6 4 6 6 7 5 6 7 7 7 6 7 8 8 7 8 5 5 5 193
L21 7 8 6 8 6 6 5 8 8 8 5 7 7 5 6 7 8 6 7 7 7 7 7 6 8 7 8 5 6 5 201
6,2
6,5
6,5
6,4
6,7
G11 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 1 H21 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 2 I11 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 1 J21 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 2 K11 : Kontrol positif ulangan 1 L21 : Kontrol positif ulangan 2
e. Kesan lembab Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Ratarata
Skin lotion A11 B21 C11 D21 E11 F21 G11 H21 I11 J21 K11 L21 7 6 7 7 7 7 7 7 8 8 7 7 4 6 6 6 7 7 8 8 8 8 7 7 4 6 6 5 6 5 7 7 7 6 5 4 6 5 6 6 6 7 7 8 7 8 6 7 8 7 7 7 7 6 7 7 8 8 6 7 6 6 7 7 6 7 7 7 8 8 7 6 5 5 5 5 5 5 7 7 7 7 6 3 5 4 5 6 7 8 7 7 8 8 4 8 4 7 6 6 5 7 7 6 8 7 8 8 3 8 7 8 7 8 7 7 7 7 7 7 7 7 5 6 6 5 7 6 8 7 7 6 5 6 6 6 7 7 7 6 8 7 6 6 3 4 5 6 7 7 7 6 7 7 7 4 4 6 5 6 6 6 6 6 7 6 5 5 4 4 5 5 6 4 5 5 7 6 5 4 7 6 6 7 6 6 7 7 7 7 6 5 5 4 6 6 6 4 6 7 7 8 6 8 3 2 4 6 6 5 7 6 7 7 5 4 7 3 7 5 7 5 7 7 7 7 6 7 4 6 6 6 7 5 7 6 7 7 6 6 7 5 7 8 8 6 7 3 7 7 5 4 6 6 6 6 6 5 7 7 8 6 5 6 3 2 5 6 4 6 5 6 6 6 7 7 5 4 7 6 8 7 8 8 8 8 8 6 6 7 7 6 7 7 7 7 8 8 7 8 7 6 6 7 6 6 7 7 6 8 6 6 6 8 8 7 7 8 8 6 8 7 7 8 4 7 8 6 3 4 7 6 8 8 5 7 5 5 6 6 7 7 7 6 8 6 5 7 6 5 6 6 6 6 7 7 7 7 7 6 156 163 183 186 189 183 207 196 222 215 184 184 5,2
5,4
6,1
6,2
6,3
Keterangan : A11 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 1 B21 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 2 C11 : Konsentrasi alginat 0,5 % ulangan 1 D21 : Konsentrasi alginat 0 ,5% ulangan 2 E11 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 1 F21 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 2
6,1
6,9
6,5
7,4
7,2
6,1
6,1
G11 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 1 H21 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 2 I11 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 1 J21 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 2 K11 : Kontrol positif ulangan 1 L21 : Kontrol positif ulangan 2
f. Rasa lengket Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Ratarata
A11 B21 7 6 4 6 4 5 5 6 7 5 6 6 5 6 5 4 4 7 3 2 7 6 6 4 4 4 4 4 4 3 5 5 5 4 3 2 7 7 5 5 4 3 5 5 6 7 5 6 6 6 6 5 7 5 3 5 5 5 5 5 152 149
C11 6 6 4 5 4 6 6 5 6 5 6 7 4 5 5 6 6 4 7 6 8 7 6 6 7 6 7 8 6 5 175
Skin lotion D21 E11 F21 G11 H21 I11 J21 K11 L21 6 7 7 7 6 7 6 7 7 6 7 7 8 8 8 8 8 7 4 4 6 6 4 6 6 6 4 5 6 6 7 7 7 8 7 8 6 5 5 5 5 5 5 7 6 5 6 7 6 6 6 6 6 6 4 6 6 5 4 5 5 6 4 5 7 8 7 6 7 7 4 8 5 5 5 6 7 7 7 8 8 3 6 5 7 5 3 4 7 5 6 5 4 4 4 7 6 7 5 6 5 6 4 5 6 6 5 6 5 5 5 5 5 5 4 4 4 5 6 5 5 5 6 5 5 5 5 5 4 5 4 5 5 5 5 6 7 6 6 7 6 6 7 6 5 6 3 4 7 7 8 6 8 4 6 5 4 5 8 7 6 6 7 7 5 5 7 5 7 7 7 7 5 4 7 7 8 5 6 6 8 8 3 7 3 7 7 3 7 7 6 6 7 6 7 6 7 7 5 6 7 6 7 6 5 6 5 7 6 7 8 4 8 6 8 6 6 7 7 7 7 6 6 7 8 7 6 6 6 6 6 7 6 6 6 7 6 7 6 7 7 7 7 5 4 2 4 3 8 8 3 5 5 7 5 7 6 6 6 5 7 5 6 6 5 6 6 6 7 6 166 179 164 177 168 191 185 183 185
5,1
5,8
5,5
5
6
Keterangan : A11 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 1 B21 : Konsentrasi alginat 0 % ulangan 2 C11 : Konsentrasi alginat 0,5 % ulangan 1 D21 : Konsentrasi alginat 0 ,5% ulangan 2 E11 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 1 F21 : Konsentrasi alginat 1 % ulangan 2
5,5
5,9
5,6
6,4
6,2
6,1
6,2
G11 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 1 H21 : Konsentrasi alginat 1,5 % ulangan 2 I11 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 1 J21 : Konsentrasi alginat 2 % ulangan 2 K11 : Kontrol positif ulangan 1 L21 : Kontrol positif ulangan 2
Lampiran 4. Nilai tingkat kepentingan karakteristik sensori skin lotion Panelis 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 Jumlah Rata-rata
Warna Penampakan Kekentalan Homogenitas 1 4 1 1 1 2 1 1 3 5 2 1 2 1 4 3 3 5 6 5 1 5 2 4 1 4 1 1 6 4 81 2,7
5 3 3 4 5 5 5 5 1 3 5 2 1 3 2 4 6 4 1 1 4 1 5 3 5 3 3 4 2 3 101 3,3667
4 1 6 6 6 3 4 2 6 1 6 1 5 4 6 6 2 2 2 6 5 4 4 6 4 1 6 6 1 1 117 3,9
3 2 5 5 3 4 3 3 5 2 3 3 6 6 3 1 1 1 3 2 6 2 6 5 3 2 5 5 3 2 103 3,4333
Kesan lembab 6 6 4 2 2 6 6 6 2 6 4 5 4 5 1 5 5 3 5 4 3 3 3 1 6 6 4 2 5 6 126 4,2
Rasa lengket 2 5 2 3 4 1 2 4 4 4 1 6 3 2 5 2 4 6 4 3 2 6 1 2 2 5 2 3 4 5 99 3,3
Lampiran 5. Hasil uji Kruskal-Wallis karakteristik sensori skin lotion
X2 hitung db Signifikan
Warna
Penampakan
Kekentalan
Homogenitas
76,239 4 ,000
26,984 4 ,000
131,782 4 ,000
7,486 4 ,112
Kesan lembab 86,726 4 ,000
Rasa lengket 28,007 4 ,000
α = 0,05
Lampiran 6. Hasil uji Multiple Comparison karakteristik sensori skin lotion a. Warna Multiple Comparisons Variabel bebas: Warna Tukey HSD (I) Konsentrasi Alginat 0%
0.5 %
1%
1.5 %
2%
* α=0,05
(J) Konsentrasi Alginat 0.5 % 1% 1.5 % 2% 0% 1% 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1% 2% 0% 0.5 % 1% 1.5 %
Perbedaan rata-rata -,600(*) -,533(*) ,667(*) ,817(*) ,600(*) ,067 1,267(*) 1,417(*) ,533(*) -,067 1,200(*) 1,350(*) -,667(*) -1,267(*) -1,200(*) ,150 -,817(*) -1,417(*) -1,350(*) -,150
Std. Error ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191 ,191
Sig. ,016 ,045 ,005 ,000 ,016 ,997 ,000 ,000 ,045 ,997 ,000 ,000 ,005 ,000 ,000 ,935 ,000 ,000 ,000 ,935
Selang kepercayaan 95% Batas bawah Batas atas -1,13 -,07 -1,06 -,01 ,14 1,19 ,29 1,34 ,07 1,13 -,46 ,59 ,74 1,79 ,89 1,94 ,01 1,06 -,59 ,46 ,67 1,73 ,82 1,88 -1,19 -,14 -1,79 -,74 -1,73 -,67 -,38 ,68 -1,34 -,29 -1,94 -,89 -1,88 -,82 -,68 ,38
b. Penampakan Multiple Comparisons Variabel bebas: Penampakan Tukey HSD (I) Konsentrasi Alginat
(J) Konsentrasi Alginat
0%
0.5 % 1% 1.5 % 2% 0% 1% 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1% 2% 0% 0.5 % 1% 1.5 %
0.5 %
1%
1.5 %
2%
Perbedaan rata-rata -,750(*) -,767(*) -,150 -,200 ,750(*) -,017 ,600(*) ,550(*) ,767(*) ,017 ,617(*) ,567(*) ,150 -,600(*) -,617(*) -,050 ,200 -,550(*) -,567(*) ,050
Std. Error ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184 ,184
Sig. ,001 ,000 ,925 ,812 ,001 1,000 ,011 ,025 ,000 1,000 ,008 ,019 ,925 ,011 ,008 ,999 ,812 ,025 ,019 ,999
Selang kepercayaan 95% Batas bawah Batas atas -1,25 -,25 -1,27 -,26 -,65 ,35 -,70 ,30 ,25 1,25 -,52 ,49 ,10 1,10 ,05 1,05 ,26 1,27 -,49 ,52 ,11 1,12 ,06 1,07 -,35 ,65 -1,10 -,10 -1,12 -,11 -,55 ,45 -,30 ,70 -1,05 -,05 -1,07 -,06 -,45 ,55
* α=0,05
c.
Kekentalan Multiple Comparisons
Variabel bebas: Kekentalan Tukey HSD (I) Konsentrasi Alginat
(J) Konsentrasi Alginat
0%
0.5 % 1% 1.5 % 2% 0% 1% 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1% 2% 0% 0.5 % 1% 1.5 %
0.5 %
1%
1.5 %
2%
* α=0,05
Perbedaan rata-rata -1,000(*) -1,650(*) -2,317(*) -2,983(*) 1,000(*) -,650(*) -1,317(*) -1,983(*) 1,650(*) ,650(*) -,667(*) -1,333(*) 2,317(*) 1,317(*) ,667(*) -,667(*) 2,983(*) 1,983(*) 1,333(*) ,667(*)
Std. Error ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220 ,220
Sig. ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,028 ,000 ,000 ,000 ,028 ,022 ,000 ,000 ,000 ,022 ,022 ,000 ,000 ,000 ,022
Selang kepercayaan 95% Batas bawah -1,60 -2,25 -2,92 -3,59 ,40 -1,25 -1,92 -2,59 1,05 ,05 -1,27 -1,94 1,71 ,71 ,06 -1,27 2,38 1,38 ,73 ,06
Batas atas -,40 -1,05 -1,71 -2,38 1,60 -,05 -,71 -1,38 2,25 1,25 -,06 -,73 2,92 1,92 1,27 -,06 3,59 2,59 1,94 1,27
d. Homogenitas Multiple Comparisons Variabel bebas: Homogenitas Tukey HSD (I) Konsentrasi Alginat
(J) Konsentrasi Alginat
0%
0.5 % 1% 1.5 % 2% 0% 1% 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1% 2% 0% 0.5 % 1% 1.5 %
0.5 %
1%
1.5 %
2%
Perbedaan rata-rata -,317 -,467 -,417 -,533 ,317 -,150 -,100 -,217 ,467 ,150 ,050 -,067 ,417 ,100 -,050 -,117 ,533 ,217 ,067 ,117
Std. Error ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207 ,207
Sig. ,545 ,164 ,263 ,078 ,545 ,951 ,989 ,834 ,164 ,951 ,999 ,998 ,263 ,989 ,999 ,980 ,078 ,834 ,998 ,980
Selang kepercayaan 95% Batas atas Batas bawah -,89 ,25 -1,04 ,10 -,99 ,15 -1,10 ,04 -,25 ,89 -,72 ,42 -,67 ,47 -,79 ,35 -,10 1,04 -,42 ,72 -,52 ,62 -,64 ,50 -,15 ,99 -,47 ,67 -,62 ,52 -,69 ,45 -,04 1,10 -,35 ,79 -,50 ,64 -,45 ,69
* α=0,05 e.
Kesan lembab Multiple Comparisons
Variabel bebas: Kesan lembab Tukey HSD (I) Konsentrasi Alginat
(J) Konsentrasi Alginat
0%
0.5 % 1% 1.5 % 2% 0% 1% 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1% 2% 0%
0.5 %
1%
1.5 %
2%
0.5 % 1% 1.5 %
* α=0,05
Perbedaan rata-rata -,833(*) -,883(*) -1,400(*) -1,967(*) ,833(*) -,050 -,567(*) -1,133(*) ,883(*) ,050 -,517 -1,083(*) 1,400(*) ,567(*) ,517 -,567(*) 1,967(*) 1,133(*) 1,083(*) ,567(*)
Std. Error ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190 ,190
Sig. ,000 ,000 ,000 ,000 ,000 ,999 ,025 ,000 ,000 ,999 ,053 ,000 ,000 ,025 ,053 ,025 ,000 ,000 ,000 ,025
Selang kepercayaan 95% Batas bawah Batas atas -1,35 -,31 -1,40 -,36 -1,92 -,88 -2,49 -1,45 ,31 1,35 -,57 ,47 -1,09 -,05 -1,65 -,61 ,36 1,40 -,47 ,57 -1,04 ,00 -1,60 -,56 ,88 1,92 ,05 1,09 ,00 1,04 -1,09 -,05 1,45 2,49 ,61 1,65 ,56 1,60 ,05 1,09
f. Rasa Lengket Multiple Comparisons Variabel bebas: Rasa lengket Tukey HSD (I) Konsentrasi Alginat 0%
0.5 %
1%
1.5 %
2%
(J) Konsentrasi Alginat 0.5 % 1% 1.5 % 2% 0% 1% 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1.5 % 2% 0% 0.5 % 1% 2% 0% 0.5 % 1% 1.5 %
Perbedaan rata-rata -,667(*) -,700(*) -,733(*) -1,250(*) ,667(*) -,033 -,067 -,583 ,700(*) ,033 -,033 -,550 ,733(*) ,067 ,033 -,517 1,250(*) ,583 ,550 ,517
Std. Error ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219 ,219
Sig. ,021 ,013 ,008 ,000 ,021 1,000 ,998 ,062 ,013 1,000 1,000 ,091 ,008 ,998 1,000 ,130 ,000 ,062 ,091 ,130
Selang kepercayaan 95% Batas bawah Batas atas -1,27 -1,30 -1,33 -1,85 ,07 -,63 -,67 -1,18 ,10 -,57 -,63 -1,15 ,13 -,53 -,57 -1,12 ,65 -,02 -,05 -,08
-,07 -,10 -,13 -,65 1,27 ,57 ,53 ,02 1,30 ,63 ,57 ,05 1,33 ,67 ,63 ,08 1,85 1,18 1,15 1,12
Lampiran 7. Viskositas skin lotion Konsentrasi Alginat
Ulangan
Spindel
Rpm
3 3 3 3 3 3 3 3 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4
30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30 30
pH
Ratarata
1 0% 2 1 0,5% 2 1 1% 2 1 1,5% 2 1 2% 2 1 kontrol 2
Faktor Konversi 40 40 40 40 40 40 40 40 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200 200
Viskositas (cP) 1920 1900 1960 1980 2480 2500 2360 2380 3200 3100 3400 3500 4000 4000 4200 4100 5000 5100 4800 4900 4900 5000 4800 4700
Skala 48 47,5 49 49,5 64 63,5 62 62,5 16 15,5 17 17,5 20 20 21 20,5 25 25,5 24 24,5 24,5 25 24 23,5
Rata-rata (cP) 1910 1970 2490 2370 3150 3450 4000 4150 5050 4850 4950 4750
Lampiran 8. pH skin lotion Konsentrasi Alginat
Ulangan 1
0% 2 1 0,5% 2 1 1% 2
7,78 7,79 7,79 7,80 7,66 7,66 7,63 7,67 7,62 7,62 7,60 7,60
Konsentrasi Ulangan Alginat
7,79
1 1,5%
7,79
2
7,66
1 2%
7,65
2
7,62
1 kontrol
7,60
2
pH 7,54 7,56 7,53 7,53 7,45 7,47 7,47 7,47 7,74 7,74 7,76 7,74
Ratarata 7,55 7,53 7,46 7,47 7,74 7,75
Lampiran 9. Penyusutan berat skin lotion Konsentrasi Berat Awal Ulangan Alginat (gr) 1 5,45 0% 2 5,50 1 5,17 0,5% 2 5,15 1 5,37 1% 2 5,33 1 5,11 1,5% 2 5,10 1 5,56 2% 2 5,59 1 5,56 kontrol 2 5,52
Berat Akhir (gr) 5,17 5,23 4,95 4,93 5,17 5,12 4,93 4,92 5,4 5,43 5,29 5,25
Kehilangan Penyusutan Berat (gr) berat (%) 0,28 5,14 0,27 4,91 0,22 4,26 0,22 4,27 0,20 3,72 0,21 3,94 0,18 3,52 0,18 3,53 0,16 2,88 0,16 2,86 0,27 4,86 0,27 4,89
Ratarata 5,02 4,26 3,83 3,53 2,87 4,87
Lampiran 10. Uji normalitas viskositas, pH, dan penyusutan berat skin lotion
Viskositas pH Penyusutan berat
Kolmogorov-Smirnov(a) Statistic db Signifikan 0,170 10 0,200* 0,140 10 0,200* 0,116 10 0,200*
Shapiro-Wilk Statistic db Signifikan 0,928 10 0,432 0,936 10 0,506 0,949 10 0,662
* Signifikan berarti data menyebar normal
Lampiran 11. Analisis ragam viskositas skin lotion Jumlah kuadrat Skin lotion Galat Total
db
11844040 85250,000 11929290
Kuadrat tengah 4 5 9
2961010,000 17050,000
F hitung
Signifikan
173,666
,000
Lampiran 12. Uji lanjut Duncan viskositas skin lotion Konsentrasi Alginat 0% 0,5% 1% 1,5% 2%
N 2 2 2 2 2
1 1940
2
Subset for alpha = ,05 3 4
5
2430 3300 4075 4950
Lampiran 13. Analisis ragam pH skin lotion Jumlah kuadrat
db
,120 ,001 ,121
Skin lotion Galat Total
Kuadrat tengah 4 5 9
F hitung
,030 ,000
Signifikan
274,227
,000
Lampiran 14. Uji lanjut Duncan pH skin lotion Konsentrasi Alginat
Subset for alpha = ,05
N
2% 1,5 % 1% 0,5 % 0%
1 7,465
2 2 2 2 2
2
3
4
5
7,54 7,61 7,655 7,79
Lampiran 15. Analisis ragam penyusutan berat skin lotion Jumlah kuadrat
db
Kuadrat tengah
5,210 ,051 5,261
Skin lotion Galat Total
4 5 9
F hitung
1,303 ,010
Signifikan
127,833
,000
Lampiran 16. Uji lanjut Duncan penyusutan berat skin lotion Konsentrasi Alginat 2% 1,5 % 1% 0,5 % 0%
N
Subset for alpha = ,05 2 3 4
1 2,87
2 2 2 2 2
5
3,525 3,83 4,265 5,025
Lampiran 17. Total mikroba skin lotion Konsentrasi Alginat 0%
0,5%
1%
1,5%
2%
Kontrol positif
Ulangan 1
1 x 101
-
-
1 x 101
-
-
Ulangan 2
-
-
-
-
-
-
-
-
Rata-rata
1
0,5 x 10
-
-
Keterangan : ∑ mikroba < 30 koloni/gram
1
0,5 x 10
Lampiran 18. Hasil perhitungan pemilihan skin lotion terbaik a. Nilai perbandingan antar parameter
Viskositas
1,0000
Penyusutan berat 1,0000 1,0000
3,0000
1,5000
1,0000
1,5000
Kesan lembab 1,0000
pH
1,0000
1,0000
1,0000
3,0000
1,5000
1,0000
1,5000
1,0000
1,5000
Penyusutan berat
1,0000
1,0000
1,0000
3,0000
1,5000
1,0000
1,5000
1,0000
1,5000
Warna
0,3333
0,3333
0,3333
1,0000
0,5000
0,3333
0,5000
0,3333
0,5000
Penampakan
0,6667
0,6667
0,6667
2,0000
1,0000
0,6667
1,0000
0,6667
1,0000
Kekentalan
1,0000
1,0000
1,0000
3,0000
1,5000
1,0000
1,5000
1,0000
1,5000
Homogenitas
0,6667
0,6667
0,6667
2,0000
1,0000
0,6667
1,0000
0,6667
1,0000
Kesan lembab
1,0000
1,0000
1,0000
3,0000
1,5000
1,0000
1,5000
1,0000
1,5000
Rasa lengket
0,6667
0,6667
0,6667
2,0000
1,0000
0,6667
1,0000
0,6667
1,0000
Viskositas
pH
Warna
Penampakan Kekentalan Homogenitas
Rasa lengket 1,5000
b. Matriks 1,0000 1,0000 1,0000 0,3333 0,6667 1,0000 0,6667 1,0000 0,6667
1,0000 1,0000 1,0000 0,3333 0,6667 1,0000 0,6667 1,0000 0,6667
1,0000 1,0000 1,0000 0,3333 0,6667 1,0000 0,6667 1,0000 0,6667
3,0000 3,0000 3,0000 1,0000 2,0000 3,0000 2,0000 3,0000 2,0000
1,5000 1,5000 1,5000 0,5000 1,0000 1,5000 1,0000 1,5000 1,0000
1,0000 1,0000 1,0000 0,3333 0,6667 1,0000 0,6667 1,0000 0,6667
1,5000 1,5000 1,5000 0,5000 1,0000 1,5000 1,0000 1,5000 1,0000
1,0000 1,0000 1,0000 0,3333 0,6667 1,0000 0,6667 1,0000 0,6667
1,5000 1,5000 1,5000 0,5000 1,0000 1,5000 1,0000 1,5000 1,0000
c. Hasil pengkuadratan matriks Jumlah baris Normalisasi 9,0000 9,0000 9,0000 3,0000 6,0000 9,0000 6,0000 9,0000 6,0000
9,0000 9,0000 9,0000 3,0000 6,0000 9,0000 6,0000 9,0000 6,0000
9,0000 9,0000 9,0000 3,0000 6,0000 9,0000 6,0000 9,0000 6,0000
27,0000 27,0000 27,0000 9,0000 18,0000 27,0000 18,0000 27,0000 18,0000
13,5000 13,5000 13,5000 4,5000 9,0000 13,5000 9,0000 13,5000 9,0000
9,0000 9,0000 9,0000 3,0000 6,0000 9,0000 6,0000 9,0000 6,0000
13,5000 13,5000 13,5000 4,5000 9,0000 13,5000 9,0000 13,5000 9,0000
9,0000 9,0000 9,0000 3,0000 6,0000 9,0000 6,0000 9,0000 6,0000
13,5000 13,5000 13,5000 4,5000 9,0000 13,5000 9,0000 13,5000 9,0000 Jumlah
112,5000 112,5000 112,5000 37,5000 75,0000 112,5000 75,0000 112,5000 75,0000
0,1364 0,1364 0,1364 0,0455 0,0909 0,1364 0,0909 0,1364 0,0909
825,0000
1
Bila dilakukan pengkuadratan satu kali lagi, maka nilai eigen hasil normalisasi tetap sama, sehingga nilai eigen yang diperoleh merupakan nilai bobot yang digunakan untuk perhitungan nilai alternatif. Nilai bobot yang diperoleh, yaitu : Parameter Viskositas pH Penyusutan berat Warna Penampakan Kekentalan Homogenitas Kesan lembab Rasa lengket
Bobot 0,1364 0,1364 0,1364 0,0455 0,0909 0,1364 0,0909 0,1364 0,0909
Lampiran 19. Viskositas skin lotion selama penyimpanan Skin lotion
Ulangan
Tanpa natrium alginat dan tanpa setil alkohol (cP)
1 2
Rata-rata (cP) Natrium alginat 2% (cP)
1 2
Rata-rata (cP) Setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat (cP) Rata-rata (cP)
1 2
0 1920 1900 1960 1980 1940 5000 5100 4800 4900 4950 4900 5000 4800 4700 4850
Lama penyimpanan (hari) 7 14 21 2240 2360 2040 2220 2380 2040 2360 2480 2100 2380 2500 2120 2300 2430 2075 5800 6100 6400 5700 6100 6500 5400 5900 6200 5500 5900 6200 5600 6000 6325 5000 5200 5200 5100 5200 5300 4900 5000 5300 4900 5100 5300 4975 5125 5275
28 1920 1920 2000 2020 1965 6500 6500 6400 6300 6425 5400 5400 5300 5300 5350
Lampiran 20. pH skin lotion selama penyimpanan Skin lotion
Ulangan
Tanpa natrium alginat dan tanpa setil alkohol
1 2
Rata-rata 1 Natrium alginat 2% 2 Rata-rata Setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat
1 2
Rata-rata
0 7,78 7,79 7,79 7,80 7,79 7,45 7,47 7,47 7,47 7,46 7,74 7,74 7,76 7,74 7,74
Lama penyimpanan (hari) 7 14 21 7,8 7,82 7,83 7,82 7,83 7,83 7,79 7,8 7,81 7,82 7,83 7,84 7,80 7,82 7,83 7,45 7,47 7,48 7,48 7,49 7,49 7,47 7,48 7,49 7,48 7,48 7,49 7,47 7,48 7,49 7,76 7,77 7,78 7,74 7,78 7,78 7,76 7,79 7,8 7,75 7,77 7,78 7,75 7,78 7,79
28 7,84 7,83 7,83 7,84 7,84 7,50 7,50 7,51 7,50 7,50 7,81 7,80 7,82 7,79 7,80
Lampiran 21. Hasil uji kelembaban kulit PT. Pusaka Tradisi Ibu Skin lotion
Ulangan
Tanpa natrium 1 alginat dan 2 tanpa setil 3 alkohol (%) Rata-rata (%) 1 Natrium 2 alginat 2% (%) 3 Rata-rata (%) Setil alkohol 1 tetapi tanpa 2 natrium alginat 3 (%) Rata-rata (%)
H0 Waktu pengamatan (menit) 0 5 10 15 46,6 45,2 44,3 42,6 46,4 44,9 42,2 40,8
H28 Waktu pengamatan (menit) 0 5 10 15 45,9 45,3 44,2 41,3 46,4 44,7 42,2 40,2
46,9
46,6
45,1
43,5
41,7
44,1
43,5
42,3
46,63 45,07 43,33 41,70 46,30 44,70 43,30 41,27 53,7 53,5 52,6 51,8 53,2 53,5 52,6 51,2 54,3 54,2 54,1 53,2 54,3 54 53,2 53,1 54,6 54,3 53,7 52,6 54,7 54,2 53,7 52,8 54,20 54 53,47 52,53 54,07 53,90 53,17 52,37 48,7 47,8 45,6 44,4 48,2 47,8 45,6 44,2 48,3 47,3 46,3 44,7 48,1 47,3 45,6 43,8 48,1
48,8
46,6
44,9
48
47,6
46,6
44,1
48,37 47,97 46,17 44,67 48,10 47,57 45,93 44,03
Lampiran 22. Hasil analisis terhadap bilangan peroksida skin lotion Skin lotion
Sampel (gr)
Blanko (ml)
Sampel (ml)
3
0,5
0,5
0,01
0
3
0,5
0,5
0,01
0
3
0,5
0,5
0,01
0
Tanpa natrium alginat dan tanpa setil alkohol Alginat 2 % Setil alkohol tetapi tanpa natrium alginat
N Sodium Bilangan Thiosulfat Peroksida
Lampiran 23. Viskositas, pH, stabilitas emulsi, dan penyusutan berat skin lotion komersial Parameter Viskositas (cP)
pH
Stabilitas emulsi (%) Penyusutan berat (%)
Ulangan 1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata 1 2 Rata-rata
Vaselin 7200 7200 7200 8,4 8,4 8,45 100 100 100 2,35 2,56 2,46
Skin lotion Citra Marina 5300 4600 5300 4600 5300 4600 7,6 7,2 7,6 7,2 7,6 7,2 100 100 100 100 100 100 3,41 4,27 3,2 4,5 3,31 4,39
Viva 1700 1700 1700 7,6 7,6 7,6 100 100 100 5,88 6,09 5,99
Lampiran 24. Dokumentasi penelitian
Viscometer Brookfield
Whiteness meter
pH meter
Scalar Moisture Checker
Timbangan analitik
Spindle viscometer
Pemanas listrik
Bahan penyusun
Natrium alginat
Skin lotion