Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 Kajian Pengaruh Jenis Crosslinker dan pH terhadap Swelling Ratio Kitosan Makropori The Study of Crosslinker Type and pH Toward Swelling Ratio of Chitosan Macroporous Dahlena Ariyani1, Uripto Trisno Santoso1, Radna Nurmasari1, Iriansyah2, Utami Irawati1 1
PS. Kimia Fakultas MIPA, 2PS. Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan Fakultas Perikanan Universitas Lambung Mangkurat, Jl. A. Yani 35,8 Banjarbaru
Email:
[email protected] Abstrak. Kajian pengaruh jenis crosslinker dan pH terhadap swelling ratio kitosan makropori telah dilakukan. Pengikatan-silang kitosan menjadikan kitosan stabil dalam medium asam, tetapi produk pengikatan-silang kitosan biasanya bersifat rapuh, sehingga dalam pembuatan kitosan makropori ini ditambahkan PVA, namun penambahan agen pengikat-silang dan PVA ini dapat mempengaruhi daya swelling kitosan makropori tersebut. Penelitian ini melalui dua tahap kegiatan yaitu (1) sintesis kitosan makropori terikat-silang epiklorohidrin dan terikat-silang glutaraldehida, (2) analisis swelling ratio pada berbagai pH. Kitosan makropori yang diperoleh dikarakterisasi menggunakan spektrofotometer Fourier Transform Infra Red (FTIR).Hasil penelitian menunjukkan kitosan makropori terikat-silang glutaraldehida memiliki swelling ratio yanglebih tinggi dibandingkan kitosan makropori terikat-silang epiklorohidrin dan kedua kitosan makropori tersebut lebih mengembang pada medium asam. Kata kunci: Kitosan, crosslinker, swelling ratio, makropori. Abstract. The study of crosslinker type and pH toward swelling ratio of chitosan macroporous has been done. The crosslinking treatment can produce a stable chitosan that was not soluble in acidic medium, but the crosslinked chitosan are usually fragile. Thus, it is necessary to add a reinforcing agent to overcome its weakness, and PVA was used as a reinforcing agent in tis research, but the addition of crosslinking agent and PVA can affect the swelling of chitosan macroporous. This research through by two steps, (1) synthesis of crosslinked chitosan macroporous epichlorohydrin and glutaraldehyde crosslinked, (2) analyzed swelling ratio at the various pH. Macroporous chitosan obtained were characterized using Fourier Transform Infra Red (FTIR) spectrophotometer. The results showed that macroporous chitosan crosslinked glutaraldehyde has higher swelling ratio than the macroporous chitosan crosslinked by epichlorohydrin and generally chitosan macroporous more swelling in acidic medium. Keyword: Chitosan, crosslinker, swelling ratio, macroporous
Modifikasi yang dilakukan diantaranya
PENDAHULUAN Saat ini banyak peneliti melakukan modifikasi
untuk
sehingga terbentuk ikatan-silang antar
meningkatkan stabilitasnya agar tidak
molekul polimer kitosan. Menurut Wan
mudah
Ngah
larut
terhadap
dalam
kitosan
dengan menambahkan crosslinker agent
medium
asam.
B - 126
dkk.
(2005)
pengikatan-silang
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 menggunakan
glutaraldehida,
Gupta
dan
Shivakumar
(2010)
epiklorohidrin, ethylene glycol diglycidyl
melakukan sintesis hidrogel superpori
ether, atau agen pengikatan-silang lain
berbahan
terbukti dapat meningkatkan stabilitas
penambahan PVA sebagai agen penguat,
kitosan dalam medium asam.
natrium bikarbonat sebagai agen pembuih,
dasar
kitosan
dengan
Menurut Muzzarelli (1997) dalam
dan glioksal sebagai agen pengikat-silang.
Torres dkk. (2007), reaksi pengikatan-
Berdasarkan hasil penelitiannya diperoleh
silang antar polimer kitosan menggunakan
produk
glutaraldehida terjadi antar gugus amino
(swelling) pada pH 1,2 dengan swelling
primer kitosan dan dua gugus aldehida
ratio 156dan menyusut pada pH 7,4
pada glutaraldehida menghasilkan formasi
hingga
basa Schiff. Sedangkan menurut Wei dkk.
Berdasarkan
(1992)
(2007),
kajianpengaruh jenis crosslinker dan pH
pengikatan-silang antar polimer kitosan
terhadap swelling ratiokitosan makropori
dengan
perlu untuk dilakukan.
dalam
Torres
dkk.
menggunakan
terjadi pada
gugus
epiklorohidrin
hidroksil
yang
dapat
swelling
ratio
uraian
hasil penelitian Wan Ngah dkk. (2008)
Alat
menunjukkan bahwa manik-manik kitosan
maka
Peralatan penelitian meliputi : alat
dengan
gelas laboratorium, pengaduk magnetik
dapat
(stirer), hot plate, neraca analitik (OHAUS
mengalami
galaxy 400), pH meter (Lutron pH-208),
penurunan porositas. Wang dkk. (2004)
oven (Memmert) dan spektrofotometer
melakukan
FTIR.
epiklorohidrin
diikat-silang
atas
10.
kitosan BAHAN DAN METODE
telah
menjadi
di
membentuk ikatan eter yang stabil. Tetapi
yang
mengembang
dimungkinkan
mengakibatkan
kitosan
penelitian
tentang
pembentukan gel kitosan-polivinil alkohol (PVA)
dengan
Bahan
menggunakan
Bahan-bahan dalam
silang. Menurut Wang dkk. (2004) PVA
(Aldrich), polovinil alkohol (PVA), kertas
bertindak sebagai interpenetrating network
saring Whatman No. 42, etanol absolut,
agent (IPN) sehingga penambahan PVA
akuades, dan bahan-bahan berkualitas
dapat memperbaiki gel kitosan yaitu
analitik (Merck) seperti : HCl 36%, NaOH
menurunkan
pa,
gelatinasi
menambah kekuatan mekanik gel.
dan
CH3COOH
meliputi
digunakan
glutaraldehida sebagai agen pengikat-
waktu
penelitian
yang
glasial
:
kitosan
100%,
epiklorohidrin 99% (BM 92,52 g/mol, d B - 127
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 1,183 g/ml), glutaraldehida 50% (d 1,13
Setelah beberapa waktu, produk kitosan
kg/L), dan NaHCO3.
makroporidikeluarkan dari larutan, dan ditimbang
setelah
sisa
larutan
yang
Prosedur Penelitian
menempel di permukaan dihilangkan.
Pembuatan Kitosan Makropori
Swelling
Pembuatan
kitosan
makropori
dan
Shivakumar
menggunakan
Q = (Ms– Md) / Md
dan
Dimana Q adalah swelling ratio, Ms adalah
memodifikasi metode tersebut dengan
massa kitosan makropori dalam keadaan
menambahkan PVA. Dalam penelitian ini,
mengembang (swelling) dan Md adalah
agen
massa kitosan makropori kering.
pengikat-silang
digunakan
adalah
(2010)
diukur
persamaan:
dilakukan dengan mengadopsi metode Gupta
ratio
(crosslinker)yang
glutaraldehida
dan
epiklorohidrin, sedangkan porogen yang
HASIL DAN PEMBAHASAN
digunakan adalah natrium bikarbonat.
Karakterisasi Kitosan Makropori menggunakan Spektroskopi Fourier Transform Infra Red(FTIR)
Secara
umum
pembuatan
kitosan
makropori ini melalui 4 tahap penelitian Produk
yaitu penambahan PVA, penambahan
porogen.
makropori
yang
Produk
dihasilkan
makropori
yang
dihasilkan dianalisis menggunakan metode
porogen, penambahan crosslinker, dan pelepasan
kitosan
spekroskopi FTIR. Spektroskopi FTIR
kitosan
memberikan keterangan tentang serapan
kemudian
setiap tipe ikatan (N─H, C─H, O─H,
dianalisis menggunakan spektrofotometer
C─X, C─O, C─C, C═O, C═C, C═N)
FTIR.
yang
Pengukuran Swelling Ratio Setelah
produk
hasil
sintesisdikeringkan
hingga
sempurna,
produk ditimbang dan kemudian direndam dalam medium pengembang yaitu medium pada pH asam, netral, dan basa dengan variasi waktu 1, 2, 4, 6, dan 24 jam.
bervibrasi
pada
bagian-bagian
tertentu dari daerah inframerah yang berada pada kisaran bilangan gelombang 4000 – 650 cm-1 (Sastrohamidjojo, 2001). Spektra FTIR kitosan dan produk kitosan makropori yang dihasilkan ditampilkan pada Gambar 1.
B - 128
1419 1381
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
1658
a
1033
104 9 3425
925 104 165155 293
b
9
1 8
9 141
165 344
1
8
104
8
9
293
c
9
344 8
4000
3500
3000
2500
2000
1500
1000
500
Gambar 1. Spektra FTIR kitosan (a); produk dengan penambahan PVA terikat-silang epiklorohidrin (b); dan produk dengan penambahan PVA terikat-silang glutaraldehida (c) merupakan
bilangan gelombang 1381 cm-1 dan pita
spektrum FTIR kitosan sebelum disintesis
serapan lemah pada bilangan gelombang
menjadi kitosan makropori, menunjukkan
1419
suatu puncak serapan lebar pada bilangan
serapan
gelombang sekitar 3425 cm-1 karena
asimetris CH3 (Costa-Junior dkk., 2009).
serapan vibrasi ulur simetris N―Hamina
Pita serapan pada bilangan gelombang
ataupun gugus hidroksil yang mengalami
1033
ikatan hidrogen. Gugus khas kitosan juga
serapan
diperkuat
kerangka kitosan (Zhao dkk., 2008) dan
Gambar
1a
dengan
yang
munculnya
puncak
cm-1
berturut-turut
dari
deformasi
cm-1dan vibrasi
ulur
serapan pada bilangan gelombang 1658
vibrasi
cm-1 yang merupakan serapan vibrasi
(Sastrohamidjojo, 2001).
amida primer. Pita serapan tajam pada B - 129
ulur
1049
merupakan simetris
dan
cm-1 merupakan C―O―C
C―OH
dari
alkohol
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 1
Berdasarkan spektra FTIR Gambar
mengindikasikan bahwa gugus klorida
1b, dapat diketahui bahwa reaksi kitosan
pada epiklorohidrin disubstitusi oleh ion
dan PVA dengan epiklorohidrin (EKH)
OH- membentuk gugus ─OH dan atau
dapat menghasilkan suatu produk yang
bereaksi dengan gugus ─OH (kitosan atau
mungkin mengandung suatu ikatan eter.
PVA) membentuk ikatan eter. Tidak
Keberadaan
teridentifikasinya serapan pada bilangan
ikatan
eter
ini
dapat
glombang
adanya serapan asimetri yang relatif lemah
mengindikasikan bahwa gugus epoksida
cm-
dari epiklorohidrin telah habis bereaksi
Pita serapan
dengan gugus ─OH. Ini diperkuat dengan
pada 1
bilangan
gelombang
(Sastrohamidjojo,2001).
925
di
sekitar
cm-1
diidentifikasi pada spektra FTIR dengan
1250
pada bilangan gelombang 1049 cm-1
berkurangnya
merupakan
vibrasi C─OH alkohol pada bilangan
serapan
vibrasi
ulur
asimetrikC―O―C dari kerangka kitosan
intensitas
serapan
dari
gelombang sekitar 1049 cm-1.
ataupun dari hasil reaksi gugus epoksida
Gambar
1c
merupakan
dari epiklorohidrin dengan gugus alkohol
FTIRkitosan
kitosan membentuk ikataneter (Silverstein
glutaraldehida.
dkk., 1991). Pita serapan lebar pada
dengan glutaraldehida dimungkinkan dapat
cm-
terjadi melalui dua cara. Pertama reaksi
menunjukkan vibrasi gugus hidroksil dan
antara gugus aldehida dari glutaraldehida
gugus amina yang membentuk ikatan
dengan gugus hidroksil pada kitosan
hidrogen. Hal ini mengidentifikasikan
membentuk suatu hemiasetal atau asetal.
bahwa produk kitosan makropori yang
Kedua, reaksi antara gugus aldehida dari
dihasilkan masih banyak mengandung
glutaraldehida dengan gugus amina pada
gugus amina bebas. Munculnya pita
kitosan
serapan pada bilangan gelombang 1651
imina.Bertambah tajamnya puncak serapan
cm-1 selain merupakan vibrasi ulur amida
pada bilangan 2939 cm-1 menunjukkan
primer,
juga
diinterpretasikan
bertambahnya jumlah gugus C─H yang
sebagai
vibrasi
asimetris
berasal dari glutaraldehida atau PVA
bilangan 1
gelombang
biasa ulur
3448
anion
makropori
spektra
Reaksi
terikat-silang antara
membentuk
(Silverstein
dimungkinkan karena pelarutan kitosan
Silverstein dkk. (1991), vibrasi ulur C═N
menggunakan larutan asam asetat 5%.
dari gugus imina dapat diinterpretasi dari
Tidak
serapan pada
serapan pada bilangan gelombang 1689 –
bilangan gelombang sekitar 850 – 550 cm-
1471 cm-1 sehingga pembentukan gugus B - 130
1991).
suatu
karboksilat (Silverstein dkk., 1991). Ini
teridentifikasinya
dkk.
kitosan
Menurut
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 imina (C═N) hasil reaksi glutaraldehida
epiklorohidrin yang digunakan adalah
dengan gugus amina kitosan seharusnya
kitosan
dapat diverifikasi pada daerah ini. Namun
menggunakan campuran 3 ml kitosan dan
demikian puncak serapan pada daerah ini
3 ml PVA, NaHCO3 0,2 gram dan
bertumpang tindih dengan pita serapan
konsentrasi epiklorohidrin 0,4 ml yang
gugus anion karboksilat
selanjutnya disebut KPE dan kitosan
dari pelarut
kitosan yang muncul di sekitar 1650 –
makroporiyang
makropori
-1
terikat-silang
disintesis
glutaraldehida
1550 cm maupun amida primer di sekitar
yang digunakan adalahyang disintesis
1650 – 1515 cm-1(Silverstein dkk., 1991).
menggunakan campuran 3 ml kitosan dan
Walaupun karakterisasi tipe ikatan yang
3 ml PVA, NaHCO3 0,8 gram dan
terbentuk pada kitosan makropori terikat-
konsentrasi glutaraldehida 1,5 ml yang
silang
selanjutnya disebut KPG. Masing-masing
glutaraldehida
tidak
dapat
memberikan data yang spesifik tetapi
produk
reaksi
oleh
direndam dalam akuades pada pH asam
dari
(1,8), pH netral (6,2), dan pH basa (10,1)
perubahan warna sampel yang mulanya
dengan variasi waktu 1, 2, 4, 6, dan 24
kitosan tidak berwarnamenjadi berwarna
jam. Hasil pengamatan disajikan pada
kuning kecoklatan.
Gambar 2.
pengikatan-silang
glutaraldehida
dapat
kitosan diamati
kitosan
makropori
kemudian
Dalam pengukuran swelling ratio produk kitosan makropori terikat-silang 4,0 3,30
Swelling Ratio
3,0
3,00
2,80
3,10
3,00
1,90
2,0
1,60 1,20
1,20
1,30 1,40
1,40 1,40
1,30
1,0
1,50
pH 1.8 pH 6.2 pH 10.1
0,0 1
2
Waktu4 (jam)
6
24
Gambar 2. Pengaruh pH dan waktu kontak terhadap swelling ratio kitosan makropori KPE
B - 131
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014
5,0
Swelling Ratio
4,00
3,70
4,0 2,90
3,0
2,60
2,90
3,20
3,10
2,80 2,90
3,70
3,50 3,00 3,10
3,10
3,40
pH 1,8 pH 6,2
2,0
pH 10,1
1,0 0,0 1
2
Waktu4 (Jam)
6
24
Gambar 3. Pengaruh pH dan waktu kontak terhadap swelling ratiokitosan makropori KPG Gambar 2 dan 3menunjukkan bahwa
amina terprotonasi menjadi NH3+ sehingga
secara umum swelling ratio pada medium
saling tolak menolak. Gaya tolak menolak
asam lebih tinggi dibandingkan swelling
ini mengakibatkan rantai polimer kitosan
ratio pada medium netral atau basa, tetapi
makropori
mengambil
swelling ratio pada medium netral hampir
berjauhan
sehingga
sama dengan swelling ratio pada suasana
makropori mengalami swelling(Gambar
basa. Namun demikian, perbedaan nilai
4). Pada saat pH dinaikkan gugus-gugus
swelling ratio kitosan makropori ini jauh
yang terprotonasi tersebut akan kembali
lebih kecil daripada perbedaan nilai
membentuk gugus amina bebas sehingga
swelling ratio produk hidrogel Gupta dan
kembali dapat membentuk ikatan hidrogen
Shivakumar (2010) yang mengembang
intermolekuler.
posisi produk
saling kitosan
pada pH 1,2 dengan swelling ratio 156 dan
Gambar 3 menunjukkan swelling
menyusut pada pH 7,4 hingga swelling
ratio kitosan makropori KPG hampir sama
ratio
pada
pada medium asam, netral maupun basa.
penelitian ini diperoleh kitosan makropori
Ini dimungkinkan dapat terjadi karena
dengan swelling ratio berkisar antara 1,2 –
sebagian besar gugus amina pada KPG
4,0.
telah bereaksi dengan agen pengikat-silang
menjadi
10,
sedangkan
Pada Gambar 2 dapat diamati bahwa pada
medium
asam
KPE
sehingga
gugus
amina
bebas
yang
lebih
terprotonasi tidak banyak atau tidak ada
mengembang dibandingkan pada medium
dan tidak memberikan pengaruh yang
netral dan medium basa, dimungkinkan
besar terhadap kemampuan swelling.
karena pada medium asam gugus-gugus
B - 132
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 +
H2 N
H3N
+
H3N
NH2
NH3+
H+
H2N
+
NH2
NH2
H3N
H2N
+
NH3 +
H3N
KPG
1,46
1,28
SWELLING RATIO
2,92
3,04
KPE
3,16
3,50
Gambar 4. Skema terjadinya swelling pada kitosan makropori dalam suasana asam.
ASAM
NETRAL
BASA
Gambar 5. Rerata swelling ratio kitosan makropori terikat-silang epiklohidrin (KPE) dan glutaraldehida (KPG) pada medium asam, netral, dan basa Gambar 5 menunjukkan bahwa KPG
terjadi
pada
gugus
amina
lebih mengembang dibanding KPE baik itu
mengindikasikan
dalam suasana asam, netral, maupun basa.
dominan memiliki gugus hidroksil baik itu
Ini mengindikasikan kitosan makropori
berasal dari kitosan maupun PVA sehingga
EKH banyak mengandung gugus amina
dimungkinkan banyak terbentuk interaksi
(−NH2) dari kitosan, selain itu kitosan
ikatan hidrogen antar gugus hidroksil
makropori ini juga banyak mengandung
tersebut. Energi disosiasi beberapa ikatan
gugus hidroksil (−OH) yang berasal dari
hidrogen dapat dilihat pada Tabel 1.
PVA. Keadaan ini memungkinkan banyak terbentuk interaksi ikatan hidrogen antara gugus
amina
Berdasarkan
dan reaksi
gugus
hidroksil.
pengikatan-silang
kitosan dengan glutaraldehida menurut Gonçalves dkk (2005) yang cenderung B - 133
bahwa
kitosan,
KPG
lebih
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 Tabel 1. Energi disosiasi kira-kira dari beberapa ikatan hidrogen (Fessenden & Fessenden, 1986) Energi disosiasi kirakira (kkal/mol)
Jenis ikatan hidrogen │ ─O─H ---------:N─ │
7
│ ─O─H ---------:O─
5
│ │ ─N─H ---------:N─ │
3
Berdasarkan Tabel 1 ikatan hidrogen
ikatannya juga lebih kuat, sehingga ikatan
antara gugus amina dan gugus hidroksil
hidrogen yang mungkin terjadi pada KPE
memiliki energi disosiasi yang lebih besar
lebih kuat jika dibandingkan KPG dan
jika dibandingkan ikatan hidrogen antar
menyebabkan
gugus hidroksil. Energi disosiasi yang
kurang mengembang.
lebih
KESIMPULAN
besar
mengindikasikan
Berdasarkan
hasil
kitosan
makropori
produk
energi
penelitian,
medium
dengan
kitosan
asamdengan
makropori
swelling
ini
ratio
berkisar antara 1,2 – 4,0.
menggunakan glutaraldehida sebagai agen pengikat-silang memiliki swelling ratio
UCAPAN TERIMA KASIH
yang lebih tinggi dibandingkan kitosan makropori epiklorohidrin
dengan
menggunakan agen
terima
sampaikan kepada
kasih
Direktur
penulis Beasiswa
pengikat
BPPS dan Fakultas MIPA Unlam atas
silang. Secara umum, kitosan makropori
bantuan biaya penelitian dan semua pihak
terikat
yang
silang
sebagai
Ucapan
epiklorohidrin
maupun
glutaraldehida lebih mengembang pada
telah
penelitian ini.
B - 134
membantu
penyelesaian
Prosiding Seminar Nasional Kimia, ISBN : 978-602-0951-00-3 Jurusan Kimia FMIPA Universitas Negeri Surabaya, 20 September 2014 DAFTAR PUSTAKA Torres MA, Beppu MM, dan Santana CC, 2007. Characterization of Chemically Modified Chitosan Microspheres as Adsorbents Using Standard Proteins (Bovine Serum Albumin and Lysozyme). Brazilian Journal of Chemical Engineering.24: 325–336. Wan Ngah WS, Ghani SA, dan Kamari A, 2005. Adsorption Behaviour of Fe(II) and Fe(III) Ions in Aqueous Solution on Chitosan and CrossLinked Chitosan Beads. Bioresource Technology.96: 443–450. Wan Ngah WS, Hanafiah MAKM, dan Yong SS, 2008. Adsorption of Humic Acid from Aqueous Solutions on Crosslinked Chitosan– Epichlorohydrin Beads: Kinetics and Isotherm Studies. Colloids and Surfaces B: Biointerfaces. 65: 18– 24. Wang T, Turhan M, Gunasekaram S, 2004. Selected Properties of pHSensitive, Biodegradable ChitosanPoly(vinyl alcohol) hydrogel. Society of Chemical Industry, Polymer International. 53: 911–918. Gonçalves VL, Laranjeira MCM, Fávere VT, 2005. Effect of Crosslinking
Agents on Chitosan Microspheres in Controlled Release of Diclofenac Natrium. Polímeros: Ciência e Tecnologia. 15: 6–12. Gupta NV, dan Shivakumar HG, 2010. Preparation and Characterization of Superporous Hydrogels as Gastroretentive Drug Delivery System for Rosiglitazone Maleate.DARU.18: 200–210. Costa-Jủnior ES, Barbosa-Stancioli EF, Mansur AAP, Vasconcelos WL, dan Mansur HS, 2009. Preparation and Characterization of Chitosan/Poly(Vinyl Alcohol) Chemically Crosslinked Blends for Biomedical Applications. Carbohydrate Polymer. 76. 472– 481. Sastrohamidjojo H, 2001. Spektroskopi, Edisi ke-2. Liberty Yogyakarta. Yogyakarta. Silverstein RM, Bassler GC, and Morrill TC, 1991. Spectrometric Identification of Organic Compound. John Wiley & Sons Inc. New York. Fessenden RJ, dan Fessenden JS, 1986. Kimia Organik, Jilid 1 & 2. Edisi ketiga, (diterjemahkan oleh: A. H. Pudjaatmaka). Erlangga. Jakarta.
B - 135