Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium..................................................................Nielvy Riani Gaghana
PENGARUH PEMBERIAN KITOSAN TERHADAP KONSENTRASI KALSIUM (Ca) DALAM GINJAL DAN DAGING PUYUH (Coturnix-coturnix japonica) FASE GROWER YANG TERPAPAR TIMBAL (Pb) THE EFFECT OF CHITOSAN ON CALCIUM (CA) CONCENTRATION IN THE KIDNEY AND MEAT OF GROWING QUAIL EXPOSED TO PLUMBUM (Coturnix-coturnix japonica) Nielvy Riani Gaghana*, Diding Latipudin **, Kurnia A. Kamil ** Universitas Padjadjaran Jln. Raya Bandung – Sumedang Km.21 Jatiangor 45363
*Alumni Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran Tahun 2016 **Staf Pengajar Fakultas Peternakan Universitas Padjdjaran e-mail :
[email protected]
ABSTRAK Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian Kitosan terhadap kalsium (Ca) ginjal dan daging puyuh (Coturnix-coturnix japonica) fase grower yang terpapar timbal (Pb). Penelitian telah dilaksanakan pada bulan April sampai Mei 2016 di Kandang Percobaan Laboratorium Ternak Unggas, Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran selama 40 hari, data dianalisis di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental dengan rancangan lingkungan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dan pengaruh perlakuan diuji menggunakan analisis ragam Polynomial Orthogonal dan dilakukan uji lanjut dengan menggunakan Contrast Ortogonal. Penelitian menggunakan 5 perlakuan P0=0 ppm (tanpa pemberian Kitosan), P1=50 ppm (1 ml kitosan dalam 1 kg pakan), P2=100ppm (2 ml kitosan dalam 1 kg pakan), P3=150 ppm (3 ml kitosan dalam 1 kg pakan), P4=200 ppm (4 ml kitosan dalam 1 kg pakan), dengan lima ulangan, masing-masing ulangan terdiri 4 ekor puyuh. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemberian kitosan memberikan pengaruh nyata meningkatkan konsentrasi Ca pada ginjal dan daging puyuh. Kata Kunci : Daging, Ginjal, Kalsium (Ca), Kitosan, Timbal (Pb)
ABSTRACT The purpose of this study was to determine the effect of chitosan on kidney calcium (Ca) and meat of growing quail (Coturnix-coturnix japonica) which exposed to Lead (Pb). The study was conducted in April 2016 to May 2016 in the Experimental Poultry House, Faculty of Animal Husbandry, Padjadjaran University for 40 days. Data analyzed in the Laboratory of Dairy Animal Nutrition, Faculty of Animal Husbandry, Bogor Agricultural University. The method used in this research was experimental method with a completely randomized design (CRD) and the effect of treatment on reasearch using analysis of variance followed by Orthogonal Polynomial using five treatments P0=0 ppm (without giving chitosan), P1=50 ppm (1 ml chitosan in 1 kg feed), P2=100 ppm (2 ml chitosan in 1 kg feed), P3=150 ppm (3 ml chitosan in 1 kg feed), P4=200 ppm (4 ml chitosan in 1 kg feed), with five replications, each replication consisted of 4 quails. The results showed that distribution of chitosan significantly increase the concentration Ca in kidneys and meat of growing quail. Universitas Padjadjaran
1
Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium..................................................................Nielvy Riani Gaghana Keywords : Calcium (Ca), Chitosan, Kidney, Lead, Meat
PENDAHULUAN Kemajuan sektor perindustrian di Indonesia yang semakin meningkat membawa dampak bagi masyarakat Indonesia. Dampak positif dari industri-industri salah satunya yaitu terbukanya lapangan pekerjaan, namun ada dampak negatif yang menjadi masalah bagi masyarakat Indonesia yaitu kerusakan alam yang diakibatkan dari pencemaran limbah buangan pabrik industri. Limbah buangan pabrik berbahaya, karena dewasa ini pabrik-pabrik industri banyak memakai bahan baku zat-zat kimia yang mengandung logam berat. Ditambah dari buruknya pengelolaan limbah pabrik yang masih banyak belum dikelola secara baik dan benar sehingga masih banyak pabrik yang membuang limbah ke laut, dan dikhawatirkan limbah yang dibuang ke laut tersebut dapat mencemari ikan yang kemudian dikhawatirkan ikan yang tercemar dijadikan bahan pakan (T. Ikan) untuk ternak, sehingga ternak tersebut mengandung logam berat yang pada akhirnya dapat masuk ke tubuh manusia melalui rantai makanan, selanjutnya timbal semakin terakumulasi dan dapat mengakibatkan kerusakan pada organ dan sistem syaraf manusia, dari sekian banyak zat kimia yang dihasilkan oleh limbah industri salah satunya yaitu Timbal. Timbal (Pb) merupakan logam berat yang berbahaya dan merugikan bahkan beracun bagi makhluk hidup. Pb banyak digunakan pada industri non-pangan seperti pada industri batere, kabel, cat (sebagai zat pewarna), pestisida, dan yang paling banyak dipakai sebagai zat anti letup pada bensin. Pencemaran timbal dapat melalui perairan yaitu limbah buangan pabrik industri, dapat juga melalui tanah salah satunya berasal dari buangan batere bekas pakai, dan pencemaran melalui udara yaitu berasal dari asap knalpot sisa pembakaran bensin. Pada konsentrasi yang tinggi timbal dapat mengakibatkan anemia dan kelumpuhan. Hal ini disebabkan timbal di dalam tulang dapat menggantikan kedudukan kalsium, sehingga yang terjadi kandungan kalsium di dalam tulang rendah dan kandungan timbal menjadi tinggi, hal ini mengakibatkan terjadinya kelumpuhan. Kadar Pb yang tinggi dapat menurunkan penyerapan kalsium sehingga terjadi kekurangan kalsium. Kalsium sangat dibutuhkan oleh makhluk hidup. Kalsium merupakan mineral yang terdapat banyak di dalam tubuh. Kalsium berperan penting dalam berbagai metabolisme tubuh yaitu sebagai penyusun dalam proses pembentukan tulang dan gigi, berperan dalam proses pembekuan darah, kontraksi otot, kerangka dan otot jantung, kalsium juga berperan dalam meningkatkan transmisi syaraf, sebagai aktifator enzim dalam kerja hormon, dan berperan dalam sekresi air susu. Universitas Padjadjaran
2
Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium..................................................................Nielvy Riani Gaghana Salah satu upaya untuk mengurangi kontaminasi logam adalah dengan menggunakan kitosan. Kitosan merupakan salah satu senyawa turunan kitin. Seperti yang kita ketahui bahwa kitin merupakan penyusun cangkang udang, kitin yang dihasilkan dari limbah kulit udang ini mempunyai sifat tidak beracun, dan mudah terdegradasi. Kitin merupakan salah satu polisakarida alami yang banyak bermanfaat. Kitosan merupakan produk deasetilasi kitin melalui reaksi kimia ataupun biokimia dengan menggunakan enzim kitin deasetilase yang telah berhasil dimurnikan dan dikarakterisasi dari beberapa cendawan (Rukayadi, 2002). Penggunaan kitosan sangat luas digunakan pada industri modern, seperti digunakan untuk industri pangan, detergen, tekstil, kulit, kertas, farmasi, dan kosmetik. Logam–logam berat seperti timbal yang tidak dibutuhkan oleh tubuh, dapat termakan melalui makanan yang telah tercemar oleh logam berat, setelah masuk kedalam tubuh, maka timbal akan mengeluarkan sebagian timbal tersebut, kemudian sisanya akan terakumulasi pada bagian tubuh tertentu, seperti ginjal, hati, kuku, daging, jaringan lemak, dan rambut. Ginjal merupakan salah satu organ vital tubuh, yang berfungsi memfiltrasi plasma dan unsur– unsur plasma seperti sel dan protein darah keluar dari darah, kemudian air dan unsur–unsur penting di dalam fitrat sebagian besar diabsorsi kembali, yang akhirnya mengeluarkan produk kelebihan dan produk buangan plasma melalui urine. Keracunan Pb akut dapat mengakibatkan nekrosis tubular, oligosuria dan kegagalan fungsi ginjal. Puyuh merupakan salah satu unggas darat yang bertubuh kecil dan lincah. Puyuh menghasilkan daging dan telur yang banyak digemari masyarakat. Puyuh baik digunakan sebagai media penelitian atau sebagai hewan percobaan, karena sangat peka terhadap perubahan lingkungan, selain itu luas ruangan kandang yang diperlukan puyuh relatif kecil yaitu 40-50 ekor/m2. Berdasarkan sifat–sifat yang dimiliki kitosan sebagai adsorben logam berat, penulis tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Pengaruh Pemberian Kitosan Terhadap Konsentrasi Kalsium (Ca) dalam Ginjal dan Daging Puyuh (Coturnix-coturnix japonica) Fase Grower yang Terpapar Timbal (Pb)”.
Universitas Padjadjaran
3
Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium..................................................................Nielvy Riani Gaghana BAHAN DAN METODE PENELITIAN (1) BAHAN Bahan analisis yang digunakan dalam penelitian ini yaitu : 1. Ginjal puyuh 2. Daging puyuh 3. Pb-Asetat 4. Kitosan 5. Asam Nitrat 6. Asam sulfat 7. Asam klorida
(2) METODE PENELITIAN PROSEDUR KERJA 1. Persiapan kandang dimulai dengan kegiatan sanitasi dan fumigasi kandang. 2. Persiapan puyuh : puyuh betina yang berumur 2 minggu dimasukan kedalam kandang yang telah dipersiapkan. 3. Pemberian ransum : ransum diberikan sebanyak 2 kali dalam sehari, yaitu pagi pada pukul 07.00 dan sore pukul 15.00 WIB. 4. Tahap penelitian : ternak penelitian yang digunakan yaitu puyuh betina fase grower yang berumur 2 minggu, yang diberikan Pb–asetat dalam air minum dengan konsentrasi 100 ppm, dan diberikan kitosan dengan konsentrasi yang telah disesuaikan berdasarkan rancangan perlakuan dan dilakukan selama 40 hari. 5. Tahapan pengambilan sampel : puyuh yang telah diberi perlakuan berbeda-beda sesuai dengan konsentrasi yang telah ditetapkan selama 40 hari, kemudian puyuh disembelih dan dibedah untuk mengambil organ ginjal, dan sampel daging, yang selanjutnya akan dianalisis konsentrasi Ca dan Pb di dalamnya. 6. Tahap analisis dilakukan sesuai dengan peubah yang diukur dilakukan di Laboratorium Nutrisi Ternak Perah Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
HASIL DAN PEMBAHASAN 1.
Pengaruh Pemberian Kitosan Terhadap Ginjal Puyuh yang Terpapar Timbal Hasil penelitian kadar kalsium (Ca) pengaruh pemberian kitosan pada ginjal puyuh yang
terpapar Pb, dapat dilihat pada Tabel 1 dibawah ini : Universitas Padjadjaran
4
Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium..................................................................Nielvy Riani Gaghana
Tabel 1. Kadar Kalsium Ginjal Puyuh yang Diberi Kitosan pada Konsentrasi yang Berbeda Konsentrasi Ca Ginjal Puyuh Ulangan
P0
P1
P2
P3
P4
-------------------------------ppm-----------------------------1
106,550
216,017
331,045
384,288
429,522
2
116,741
234,668
325,545
391,472
439,289
3
124,737
248,032
330,146
384,531
428,652
4
121,177
252,401
324,321
381,041
433,639
Total
469,204
951,118
1.311,058
1.541,332
1.731,101
Rata-rata
117,301 ± 7,878
237,779±16,352
327,764±3,327
385,333±4,391
432,775±4,857
Keterangan : P0 : Tanpa pemberian Kitosan P1 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 50 ppm dalam ransum P2 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 100 ppm dalam ransum P3 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 150 ppm dalam ransum P4 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 200 ppm dalam ransum Berdasarkan hasil penelitian (Tabel 1) menunjukkan bahwa rataan kadar kalsium ginjal puyuh semakin meningkat antar perlakuan, yang berarti pemberian kitosan dalam ransum berpengaruh terhadap kadar Ca ginjal puyuh yang terpapar Pb. Kadar Ca paling tinggi pada perlakuan P4 sebesar 432,775 ppm, dibandingkan P3 sebesar 385,333 ppm, P2 sebesar 327,764 ppm, P1 sebesar 237,779, dan rataan kalsium terendah pada perlakuan P0 sebesar 117,301 ppm. Pengaruh pemberian kitosan terhadap ginjal puyuh yang terpapar Pb di-uji dengan menggunakan sidik ragam yang hasilnya dapat dilihat pada. Pengaruh pemberian kitosan terhadap ginjal puyuh yang terpapar Pb di-uji dengan menggunakan polinomial orthogonal. Selanjutnya untuk melihat perbedaan diantara perlakuan, telah dilakukan uji Contrast Orthogonal disajikan sebagai berikut: Tabel 2. Signifikansi Kadar Ca dalam Ginjal Puyuh Kalsium Ginjal Perlakuan Rata-rata Signifikansi* 117,301 a P0 237,779 b P1 327,764 c P2 385,333 d P3 432,775 e P4 Keterangan : *Huruf yang berbeda (a dan b) pada kolom signifikasi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Universitas Padjadjaran
5
Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium..................................................................Nielvy Riani Gaghana
Berdasarkan Tabel 2. Terdapat perbedaan yang nyata pada setiap rata–rata kadar Ca ginjal puyuh. Pada perlakuan P4 yang diberi 200 ppm konsentrasi kitosan, terdapat kadar Ca sebesar 432,775 ppm, berbeda nyata lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata Ca ginjal P0 atau tanpa pemberian kitosan yaitu, 117,301 ppm kalsium dalam ginjal. Berdasarkan perlakuan P0 atau tanpa pemberian kitosan menghasilkan kadar Ca ginjal sangat rendah, ini diakibatkan karena puyuh pada penelitian ini telah diberikan tambahan Pb-asetat, sehingga semua puyuh telah terpapar Pb, sedangkan ginjal puyuh bertugas menyaring darah, selain itu jumlah glomeruli ginjal unggas lebih banyak dari pada mamalia, sehingga lebih banyak filtrasi yang terukur, ini yang menyebabkan ginjal puyuh sebagai salah satu sasaran utama tempat akumulasi logam berat. Salah satu sifat timbal di dalam tubuh adalah berkompetisi dengan ion bervalensi dua seperti kalsium untuk menempati binding site ion tersebut sehingga ion tersebut terganggu (Simon, 1986). Hasil rataan kadar Ca dalam ginjal menunjukkan terjadinya peningkatan antar perlakuan. Faktor penyebab terjadinya jumlah Ca yang terus meningkat, berasal dari kitosan yang diberikan. Kitosan merupakan salah satu senyawa turunan kitin yang diperoleh melalui proses deasetilasi. Kitosan dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan salah satunya yaitu pemanfaatan kitosan sebagai penyerap (absorben) logam berat. Kitosan dapat berfungsi sebagai adsorben terhadap logam dalam air limbah karena kitosan mempunyai gugus amino bebas (
) dan hidroksil yang berfungsi sebagai situs chelation (situs ikatan koordinasi)
dengan ion logam guna membentuk chelate (Yulisman, 2007). Kitosan mempunyai reaktifitas kimia yang tinggi dan menyebabkan sifat polielektrolit kation sehingga berperan sebagai penukar ion (ion exchange) dan dapat berperan sebagai absorben untuk mengadsorpsi logam berat (Rinaudo and Domard, 1989). Sifatnya sebagai absorben logam yang menyebabkan kitosan dalam penelitian ini dapat meningkatkan kembali kandungan Ca di dalam ginjal puyuh yang terpapar Pb. Sejalan dengan pendapat Knoor (1984), bahwa kitosan juga dapat digunakan sebagai adsorben/ penyerap yang dapat menyerap logam-logam berat, seperti Zn, Cd, Cu, Pb, Mg, dan Fe. Kitosan merupakan polielektrolit kationik serta merupakan koagulan dan flokulan yang baik (Yan and Viraraghavan, 2000). Menurut Schmuhl, et all (2001), mekanisme koagulasi dengan polimer atau polielektrolit adalah dengan adsorbsi dan jembatan antar partikel. Bila molekul polimer bersentuhan dengan partikel koloid, maka beberapa gugusnya akan teradsorbsi pada permukaan partikel dan sisanya tetap berada pada larutan, selanjutnya partikel tersebut akan terikat pada bagian lain dari rantai polimernya yang berfungsi sebagai jembatan yang dapat Universitas Padjadjaran
6
Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium..................................................................Nielvy Riani Gaghana mengurung partikel-partikel dan membentuk flok-flok yang lebih besar sehingga dapat membawa partikel tersebut bersama-sama polimer kebawah dan diendapkan. Jika mekanisme terjadi didalam saluran pencernaan memungkinkan endapan yang dihasilkan untuk terbawa ke saluran pencernaan sampai dikeluarkan bersama feces.
2.
Pengaruh Pemberian Kitosan terhadap Daging Puyuh yang Terpapar Timbal Hasil penelitian pengaruh pemberian kitosan terhadap kadar kalsium (Ca) pada daging
puyuh yang terpapar Pb, yang disajikan pada Tabel 3. Tabel 3. Kadar Kalsium Daging Puyuh yang Diberi Kitosan pada Konsentrasi yang Berbeda Konsentrasi Ca Daging Puyuh Ulangan
P0
P1
P2
P3
P4
-------------------------------ppm-----------------------------1
394,248
565,922
655,303
759,621
862,642
2
424,768
561,199
642,712
762,671
839,266
3
407,405
589,240
619,421
777,676
810,921
4
433,142
572,640
631,822
789,559
811,607
Total
1.659,564
2.289,002
2.549,258
3.089,527
3.324,436
Rata-rata
414,891±17,443
572,250±12,261
637,315±15,309
772,382±13,907
831,109±24,824
Keterangan : P0 : Tanpa pemberian Kitosan P1 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 50 ppm dalam ransum P2 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 100 ppm dalam ransum P3 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 150 ppm dalam ransum P4 : Pemberian Kitosan dengan konsentrasi 200 ppm dalam ransum Tabel 3. Menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar Ca yang nyata pada daging puyuh yang terpapar Pb, seiring dengan penambahan dosis kitosan yang telah diberikan. Hasil rataan kadar Ca pada daging puyuh yang di-uji, tiap perlakuan secara berturut-turut sebagai berikut, yaitu P1 pemberian 50 ppm (572,250 ppm), P2 pemberian 100 ppm (637,315 ppm), P3 pemberian 150 ppm (772,382 ppm), dan P4 pemberian 200 ppm (831,109 ppm). Uji polinomial ortogonal pada digunakan untuk mengetahui hubungan antara perlakuan dengan peubah yang diamati, kemudian untuk melihat perbedaan diantara perlakuan telah dilakukan uji Contrast Orthogonal, hasil disajikan pada Tabel 4. Universitas Padjadjaran
7
Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium..................................................................Nielvy Riani Gaghana . Tabel 4. Signifikansi kadar Ca dalam daging puyuh Kalsium Daging Perlakuan Rata-rata Signifikansi* 414,891 a P0 572,250 b P1 637,315 c P2 772,382 d P3 831,109 e P4 Keterangan : *Huruf yang berbeda (a dan b) pada kolom signifikasi menunjukkan perbedaan yang nyata (P<0,05). Hasil uji Contrast Orthogonal dapat dilihat pada Tabel 4 yaitu signifikansi kadar Ca daging puyuh menunjukkan bahwa terjadi perbedaan yang nyata dari tabel signifikan tersebut. Semakin tinggi pemberian kitosan maka semakin tinggi pula kadar Ca daging puyuh yang terpapar Pb. Pb bersifat toksis dan mempengaruhi penyerapan mineral essensial. Menurut Klaassen (1980), tidak banyak yang diketahui tentang absorpsi Pb melalui saluran cerna. Ada dugaan bahwa Pb dan Ca berkompetisi dalam transport lewat mukosa usus, karena ada hubungan timbal balik antara kadar Ca makanan dan absorpsi Pb. Selain itu kekurangan Fe dilaporkan dapat meningkatkan absorbsi Pb melalui saluran cerna. Perlakuan P4 (200 ppm) menunjukkan rataan kadar Ca tertinggi yaitu sebesar 831,109 ppm. Hal tersebut disebabkan karena Pb yang diberikan pada puyuh tidak banyak terserap karena kitosan yang diberikan juga bekerja dengan mekanisme pengikatan. Proses penyerapan Ca terjadi di usus halus. Guibal (2004), Elektron dari nitrogen yang terdapat pada gugus amina dapat mengakibatkan ikatan kovalen dative dengan ion-ion logam transisi. Dimana kitosan sebagai donor elektron pada ion-ion logam transisi. Kitosan memiliki kemampuan untuk mengikat logam dan membentuk kompleks logam-logam. Interaksi kation logam dengan kitosan adalah melalui pembentukan kelat koordinasi oleh atom N gugus amino dan O gugus hidroksil (Tao Lee, et al., 2001). Kemampunan kitosan dalam mengkelat timbal juga bekerja pada penelitian Suharsih (2008), dimana pemberian kitosan pada derajat deasetilasi 64%, 65%, dan 75% dengan konsentrasi 1% dan 2% terhadap mencit yang dipapar Pb asetat dengan dosis 25 mg/kg BB meningkatkan kadar hemoglobin darah dan berbeda nyata dengan kelompok K1 (Kontrol Pb). Penelitian Lestari dan Sanova (2011), mengatakan prinsip dasar dalam mekanisme pengikatan antara kitosan dengan logam berat yang terkandung dalam limbah cair industri tekstil adalah prinsip penukar ion. Dimana gugus amina khususnya nitrogen dalam kitosan Universitas Padjadjaran
8
Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium..................................................................Nielvy Riani Gaghana akan bereaksi dan mengikat logam dari persenyawaan limbah cair. Kitosan yang tidak dapat larut dalam air akan menggumpalkan logam-logam menjadi flok-flok yang tidak akan bersatu dan dapat dipisahkan dari air limbah. Kitosan dapat bekerja sempurna jika dilarutkan dalam asam.
KESIMPULAN Berdasarkan hasil dan pembahasan, maka dapat ditarik kesimpulan yaitu pemberian kitosan dalam pakan puyuh yang terpapar Pb memberikan pengaruh terhadap peningkatan kandungan Ca dalam ginjal dan daging puyuh yang terpapar Pb. Pada tingkat 200 ppm kitosan memberikan pengaruh peningkatan yang paling tinggi terhadap kandungan Ca di dalam ginjal dan daging puyuh
UCAPAN TERIMAKASIH Terimakasih penulis sampaikan kepada Pembimbing Utama Dr. Ir. Diding Latipudin, M.Si., dan Dosen Pembimbing Anggota Dr. Ir. Kurnia A. Kamil, M.Agr.Sc., M.Phil yang telah meluangkan waktu, membimbing dan memberikan pengarahan kepada penulis. Kepada Kang Adang Staf Laboratorium Fisiologi dan Biokimia Fakultas Peternakan Universitas Padjadjaran yang telah membantu dalam proses penelitian. Akhir kata, semoga tulisan ini dapat diterima dan memberikan sumbangan ilmu pengetahuan bagi yang membaca.
DAFTAR PUSTAKA Simon T.J.B. 1986. Passive transport and binding of lead by human red blood cells.]. Physiol. 378: 267-286. Syamsudin dan Darmono, 2011. Farmakologi Eksperimental: Buku Ajar. Penerbit UI, Jakarta, hal: 8, 21 Knorr, D. 1984. Functional properties of chitin and chitosan. 38 (1) :85 Yuliusman dan Ameria. 2009. Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia. Prosiding Vol 1. Bandung ITKI Guibal, E. 2004. Metal Ion Intraction with Chitosan A Review. Separation and Purification Tecnology. Klaassen, C.D. 1980. Heavy metals and heavy metals antagonist. P.l616-1620. In The Pharmaco logical Basis of Therapeutics. A.G. Gilman, L.S. Goodman, and A. Gilman (eds). 6m. ed. Macmillan Publishing Co., Inc., New York. Rinaudo, M. and A. Domard. 1989. Solution Properties of Chitosan. In Braek, G.S., Anthonsen, T., and P. Stanford (eds.). Chitin and Chitosan. Elsevier Science Publisher Ltd, NYC, US
Universitas Padjadjaran
9
Pengaruh Kitosan terhadap Kalsium..................................................................Nielvy Riani Gaghana Yan.G and T.Viraraghavan. 2000. Effect of Pretreatment on the bioadsorption of heavy metal on Mucor rouxii. Water.S.A.,Vol. 26:1. Tao Lee, S., Long Mi, F., Ju Shen., Shing Shyu, S. 2001. Equilibrium and Kinetic Studies of Copper (II) Ion Uptake by Chitosan-Tripolyphosghate Chelating Resin. Polymer 42: 1879- 1892 Suharsih.2008. Pengaruh Derajat Deasetilasi Kitosan Terhadap Kadar Plumbum (Pb) Darah dan Aktivitas Enzim Delta Aminolevulinic Acid Dehydratase (δ-ALAD) Mencit Albino (Mus musculus L.). Tesis. Medan Lestari Intan dan Aulia Sanova. 2011. Penyerapan Logam Berat Kadmium (Cd) .Menggunakan Khitosan Hasil Transformasi Khitin Dari Kulit Udang (Penaeus Sp) .Universitas Jambi. Jambi: Vol. 13, No. 1, Hal. 09-14
Universitas Padjadjaran
10