KAJIAN PENGARUH BAHAN PENYAMAK ALAMI (MIMOSA) TERHADAP KUALITAS KULIT PARI TERSAMAK The Influences of Natural Tanning Agent (Mimosa) on the Tanned Stringray Leather Quality Oleh Ambar Pertiwiningrum1), Latif Sahubawa2) Muhammad Arya Rizky P.S.1) e-mail:
[email protected] 1)
2)
Fakultas Peternakan UGM Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian UGM
Intisari Tujuan penelitian adalah mengkaji pengaruh perlakuan bahan penyamak alami (mimosa) terhadap kualitas kulit pari tersamak, serta mengolah kulit tersamak untuk dijadikan produk kulit bernilai ekonomis penting (dompet wanita dan pria, gantungan kunci mobil, dan ikat pinggang). Parameter fisik-kimia yang diuji yaitu: kekuatan tarik, kekuatan sobek, kelemasan, kemuluran, suhu kerut, kadar lemak/minyak, dan kadar air, serta tingkat penerimaan konsumen (sekmen pasar). Perlakuan mimosa yang dicobakan yaitu: konsentrasi mimosa 10,0% (a1); 12,5% (a2); 15,0% (a3) ; dan 17,5% (a4). Nilai Kelemasan (Ø, mm) sampel kulit ikan pari terbaik (tertinggi) dihasilkan pada perlakuan mimosa 17,5% (a4) = 2,29 mm. Nilai Kekuatan Sobek (N/cm2) terbaik (tertinggi) dihasilkan pada mimosa 10% (a1) = 939,18 N/cm. Nilai Kekuatan Tarik terbaik (tertinggi) dihasilkan pada perlakuan mimosa 10% (a1) = 3270,40 N/cm2. Nilai Kemuluran sampel kulit pari tersamak terbaik (terendah) dihasilkan pada perlakuan mimosa 12,5% (a2) = 25%. Suhu Kerut sampel kulit ikan pari terbaik (tertinggi) dihasilkan pada perlakuan mimosa 17,5% (a4) = 970C. Kadar Air sampel kulit tersamak terbaik (terendah) dihasilkan pada perlakuan mimosa 10% (a1) =13%, dan tertinggi dihalkan pada perlakuan mimosa 12,5% (a2) = 15,99%. Kadar Minyak/Lemak sampel kulit tersamak terbaik (terendah) dihasilkan pada perlakuan mimosa 12,5% (a2) = 3,745%. Pada umumnya, semua perlakuan yang dicobakan menghasilkan sifat fisik dan kimia terbaik, sesuai dengan Standar Nasional Indonesia kulit pari tersamak sebagai bahan baku produk kulit (SNI. 06-6121-1999 dan SNI. 06-0234-1990). Pengujian Tingkat Preferensi Konsumen (sekmen pasar) terhadap produk kulit (dompet wanita dan pria khususnya) dari 3 kelompok masyarakat (mahasiswa, pegawai, dan dosen dengan jumlah sampel 30 orang), ternyata 20 responeden (66,67%) sangat menyukai produk dan 10 responden (33,33%) cukup menyukai. Kata kunci: bahan penyamak alami (mimosa), kualitas, kulit pari tersamak, produk kulit Abstract Softness test value (Ø,mm) of tanned stringray leather sample that exelent was showed by a4 treatmen (17,5% of mimosa) is 2,29 mm. Tearing strength value (N/cm2) that exelent was showed by a1 treatmen (10,0% of mimosa) is 540,73 N/cm. Tensile strength value (N/cm) that exelent has showed by a1 treatmen (10,0% of mimosa) is 3,279.40 N/cm2. Elongation at break value (%) that exelent has showed by a2 treatmen (12,5% of mimosa) is 12,0%. Shrinkage temperature value (ºC) that exelent has showed by a4 treatmen (17,5% of mimosa) is 97,0°C. Water content value (%) that exelent has showed by a1 treatmen (10,10% of mimosa) is 13,0%. Fat content value (%) that exelent has showed by a2 treatmen (12,5% of mimosa) is 3,754%. Generally, All treatments was showed exelent values from every paremeter (physical and chemical properties), according to SNI. 06-6121-1999 dan SNI. 06-0234-1990. Analized of consumen preferences of leather product (man and women wallet) from three community cluster (consist of 30 man/woman as respondent from student, lecturer, and administration staff in Gadjah Mada University), showed that 20 respondent (66,67%) was likeable product. Key words: mimosa, quality, tanned stringray leather, wallet product
PENDAHULUAN Departemen Kelautan dan Perikanan RI telah mengeluarkan kebijakan tentang peningkatan nilai tambah (value-added) hasil perikanan melalui pemanfaatan hasil sampingan penangkapan (by-catch) kapal ikan, serta limbah industri pengolahan (by-produk) secara optimal, sebagai strategi untuk meningkat nilai
Hal. 91
tambah hasil perikanan. Hal ini didasarkan pada fakta lapangan bahwa hasil sampingan penangkapan/ limbah industri perikanan selama ini belum dimanfaatkan indusri/masyarakat untuk usaha-usaha ekonomi produktif, padahal berpeluang diolah menjadi produk derivasi bernilai ekonomis. Produksi ikan pari per tahun cukup besar namun belum diimbangi dengan pemanfaatan secara maksimal. Ikan pari kebanyakan hanya diolah dagingnya saja menjadi ikan asap atau ikan asin sedangkan kulitnya hanya dianggap sebagai limbah, oleh karena itu diperlukan alternatif pemanfaatan limbah kulit untuk meningkatkan nilai tambah (value added) melalui teknolgi penyamakan untuk dijadikan produk kulit bernilai ekonomis penting (Purnomo, 1991 ; Sahubawa dan Pertiwiningrum, 2008). Proses Penyamakan adalah proses pengolahan kulit mentah yang mudah rusak menjadi kulit stabil menggunakan zat penyamak (nabati, sintetis, mineral/kimia). Melalui proses penyamakan, kulit mentah yang mudah rusak oleh aktivitas mikrobia, kimia, atau fisika dapat diubah menjadi kulit tersamak yang lebih tahan terhadap pengaruh-pengaruh tersebut. Mekanisme penyamakan adalah memasukkan bahan penyamak ke dalam jaringan serat kolagen kulit sehingga terjadi ikatan kimia antara bahan penyamak dengan serat kulit untuk menghasilkan kulit matang/awet (Purnomo, 1991). Menurut Purnomo (2002) kulit yang disamak menggunakan bahan nabati umumnya berwarna coklat muda dan kulitnya agak kaku. Mimosa (mimosa ekstrak) adalah sari kulit kayu akasia (Acasia deoureus) yang sudah diproses dengan bahan-bahan kimia. Kulit kayu akasia merupakan salah satu bahan penyamak nabati yang mengandung 35% tannin dalam bentuk babakan kulit, sedangkan dalam bentuk ekstrak padat mengandung 63% tannin. Kulit ikan pari dapat disamak dan merupakan salah satu alternatif memperoleh nilai tambah nelayan, karena dapat diolah menjadi barang jadi seperti dompet, tas, jaket, ikat pinggang, sepatu, dan produk kulit lainnya yang bernilai ekonomis. Hasil samakannya memiliki ciri tersendiri dimana terdapat butiran pasir keras pada permukaan kulit seperti manik-manik dan berkilau-kilau (Tambunan, 1992). Melalui metode penyamakan yang baik, maka nilai ekonomi yang dihasilkan dari suatu lembar kulit dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk berbagai produk menarik dengan pendekatan reuses. Pengembangan jenis produk seperti inilah yang diharapkan mampu meningkatkan nilai tambah (value added) limbah industri perikanan, sebagai komoditi andalan dan unggulan sektor kelautan dan perikanan. BAHAN DAN METODE PENELITIAN Bahan Baha baku utama yang dipakai adalah kulit ikan pari dan bahan penyamak (mimosa), serta bahan tambahan lainnya (air, Na2CO3, Na2S, ammonium sulfiad (ZA), minyak sintetis, teefol, NaHCO3, Ca(OH)2, HCOOH, H2SO4, antiseptik, garam, dan lain-lain. Alat Alat-alat yang digunakan dalam proses penyamakan kulit ikan pari yaitu: ember plastic, pisau seset (pisau fleshing), timbangan, gelas ukur, mangkuk, kertas pH, thermometer, sarung tangan, papan stacking, papan pentang, softness tester, tensile strength meter, dan alat-alat analisis kualitas kulit tersamak lainnya. Cara Percobaan Penelitian didesain dengan 4 (empat) perlakuan bahan penyamak alami (mimosa), masing-masing: mimosa 10,0% (a1) ; 12,5% (a2) ; 15,0% (a3) ; dan 17,5% (a4). Masing-masing perlakuan dibuat 3 (tiga) kali pengulangan analisis dengan tujuan untuk mendapatkan data yang valid. Pelaksanaan Percobaan Langkah-langkah percobaan penelitian seperti terlihat pada Gambar 1. Penerimaan Kulit Pari Segar dari Produsen Penipisan Daging dan Pencucian Kulit Segar dengan Air Leding Pengawetan dengan NaCl secara Berlapis (metode berlapis).
Hal. 92
Penyimpanan di Cold Storage Jurusan Perikanan UGM. Preparasai Sampel Uji : Pencairan kulit pari segar dengan air leding ang mengalir. Proses Penyamakan (pra-penyamakan & penyamakan) Finishing Kulit Pari Tersamak Pengujian Kualitas Kulit Pari Tersamak Pengolahan Produk Kulit (dompet wanita dan pria serta gantungan kunci). Gambar 1. Pelaksanaan percobaan penyamakan & pembuatan produk kulit ikan pari
Parameter Uji Kualitas kulit tersamak ditentukan berdasarkan parameter uji yang direkomendasikan oleh SNI kulit pari tersamak untuk pembuatan produk kulit (SNI. 06-6121-1999), yaitu parameter fisik {kelemasan (ø.mm), kekuatan tarik (N/cm2), kekuatan sobek (N/cm), dan kemuluran (%)}; parameter kimia {suhu kerut (ºC), kadar lemak/minyak (%), dan kadar air (%)} ; serta permintaan konsumen terhadap produk kulit (dompet wanita dan pria). Metode Analisis Data Data hasil pengamatan/pengukuran masing-masing parameter dari 4 (empat) perlakuan yang dicobakan, akan dibandingkan dengan SNI kulit pari tersamak dengan tujuan untuk melihat mutu kulit tersamak yang dihasilkan. Selanjutnya, data hasil pengamatan diuji secara statistik dengan analisis Sidikragam/Varian serta uji Beda Nyata Jujur pada tingkat signifikansi 95%, dengan tujuan untuk melihat pengaruh perlakuan campuran bahan penyamak terhadap kualitas kulit pari tersamak.
HASIL DAN PEMBAHASAN Rekapitulasi data rataan hasil analisis kualitas (kelemasan, kekuatan tarik, kekuatan sobek, kemuluran, suhu kerut, kadar lemak/minyak, dan kadar air) kulit pari tersamak dengan perlakuan bahan penyamak mimosa 10,0% (a1), 12,5% (a2), 15,0% (a3), dan 17,5% (a4) terlihat pada Tabel 1. Parameter Fisik Kelemasan (Ø.mm) Nilai Kelemasan sampel kulit ikan pari terbaik (tertinggi) dihasilkan pada perlakuan mimosa 17,5% (a4) = 2,29 mm dan terendah pada konsetrasi mimosa 10,0% (a1) = 1,08 mm, dengan nilai tandar SNI = 2,0 mm. Nilai kelemasan pada semua perlakuan memenuhi standar penerimaan konsumen yang diharapkan sehingga dapat dikategorikan kelemasan kulit sudah memenuhi kualitas. Menurut Anonim (1999) yakni Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-6121-1999, kulit ikan pari untuk barang kulit, tidak terdapat batas minimal maupun maksimal kelemasan, namun berdasarkan Burk’s Bay TM oleh Industri Nukom, standar nilai kelemasan untuk kulit atasan sepatu dan suede leather minimal 2 mm (Anonim, 2004). Kulit pari tersamak yang memiliki kelemasan sesuai standar penerimaan konsumen, sangat mudah dan baik untuk dibuat beragam produk kulit seperti dompet, tas, coper HP, dan aksesoris lainnya. Berdasarkan hasil
Hal. 93
pengujian laboratorium (Tabel 1), terlihat bahwa nilai kelemasan sampel kulit pari tersamak meningkat sejalan dengan penambahan konsentrasi mimosa. Tabel 1. Rekapitulasi data rataan hasil analisis parameter kualitas kulit pari tersamak No 1
Parameter Kelemasan (mm)
1,46 1,50 0,96 1,30
1,68 2,08 1,92 1,89
2,00 2,54 2,34 2,29
107,78 84,81 94,70 95,77 939,18
58,86 51,48 55,08 55,14 540,73
73,91 81,38 75,46 76,92 754,29
75,81 50,68 74,96 67,15 658,51
Min 300 (a)
354,15 358,02 288,30 333,49 3270,40
234,42 226,64 216,65 225,903 2215,34
256,05 237,29 278,71 257,35 2523,73
231,68 271,05 234,94 245,89 2411,34
Min 2000 (a)
26,00 24,00 26,00 25,34
26,00 32,00 40,00 32,67
24,00 30,00 30,00 28,00
Maks 70 b)
Rerata:
36,00 30,00 34,00 33,34
94,00 93,00 99,00 95,33
83,00 76,00 100,00 86,33
100,00 100,00 91,00 97,00
Min 70 (a)
Rerata :
77,00 100,00 93,00 90,00
15,99 15,99 0,00 10,66
14,99 14,99 0,00 9,99
13,99 13,99 0,00 9,33
Maks 20 (a)
Rerata :
13,00 13,00 0,00 8,67 10,23 10,33 0,00 6,85
3,80 3,69 0,00 2,50
7,16 7,15 0,00 4,77
3,36 3,50 0,00 2,29
Maks 12(a)
Kekuatan Sobek (G/Tkgf/cm) 1 kgf = 9.8066 Rerata : Rerata (N/cm):
3
Kekuatan Tarik (G/A kgf/cm2) 1 kgf = 9.8066 Rerata : Rerata (N/cm2):
4
5
6
7
Min 2,0 (a)
1,11 1,08 1,06 1,08
Rerata: 2
Perlakuan Konsentrasi Mimosa (%) Syarat Mutu a1 = 10,0 a2 = 12,5 a3 = 15,0 a4 = 17,5
Kemuluran (%)
Suhu Kerut (oC)
Kadar Air (%)
Kadar Lemak/Minyak (%)
Rerata :
Keterangan: a) = SNI 06-6121-1999 kulit pari tersamak untuk pembuatan produk b) = Standar berdasarkan Anonim (1989b) Salah satu tahapan proses yang berpengaruh terhadap tingkat kelemasan kulit adalah proses peminyakan. Proses peminyakan bertujuan untuk memasukkan fat atau sejenis minyak kedalam struktur kulit sehingga kulit mempunyai dayatolak yang baik terhadap air. Selain itu, peminyakan bertujuan untuk mendapatkan kulit yang lebih lemas, fleksibel, lunak, dan mempunyai kemuluran yang tinggi sesuai dengan standar dan tujuan pemakaiannya (Purnomo, 2001). Kekuatan Sobek (N/cm)
Hal. 94
Nilai Kekuatan Sobek terbaik (tertinggi) dihasilkan pada mimosa 10% (a1) = 939,18 N/cm dan terendah pada perlakuan mimosa 12,5% (a2) = 540,73N/cm, dinyatakan telah memenuhi SNI barang kulit. Menurut Anonim (1999), yakni Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-6121-1999 kulit ikan pari untuk barang kulit, disyaratkan besarnya kekuatan sobek minimal sebesar 300 N/cm. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kekuatan sobek pada semua perlakuan memenuhi standar penerimaan konsumen. Kulit pari tersamak yang memiliki kekuatan sobek sesuai standar penerimaan konsumen akan lebih tahan lama, sehingga apabila dimanfaatkan untuk membuat produk kulit, dapat memberikan kenyamanan konsumen dalam pemakaiannya. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium (Tabel 1), terlihat bahwa nilai kekuatan sobek sampel kulit pari tersamak cenderung menurun sejalan dengan penambahan konsentrasi mimosa. Kekuatan Tarik (N/cm2) Nilai Kekuatan Tarik terbaik (tertinggi) dihasilkan pada perlakuan mimosa 10% (a1) = 3270,40 N/cm2, dan terendah pada perlakuan mimosa 12,5% (a2) = 2215,34 N/cm2, dengan standarnilai minimal 2.000 N/cm2. Hal ini menunjukkan bahwa nilai kekuatan tarik kulit ikan pari tersamak pada semua perlakuan memenuhi standar penerimaan konsumen, artinya pengolahan produk kulit dengan kuli pari yang memenuhi persayaratan mutu dapat menghasilkan produk yang bermutu baik, kuat, tahan lama, dan nyaman dipakai. Kekuatan tarik kulit adalah besarnya gaya maksimal yang diperlukan untuk menarik kulit sampai putus, dinyatakan dalam N/cm2. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium (Tabel 1), terlihat bahwa nilai kekuatan tarik sampel kulit pari tersamak, juga cenderung menurun sejalan dengan penambahan konsentrasi mimosa. Kemuluran (%) Nilai Kemuluran sampel kulit pari tersamak terbaik (terendah) dihasilkan pada perlakuan mimosa 12,5% (a2) = 25% dan nilai jelek (tinggi) dihasilkan pada perlakuan mimosa 10% (a1) dan 15% (a3) = 33%. Nilai kemuluran kulit ikan pari tersamak pada semua perlakuan memenuhi standar penerimaan konsumen (maksimum 30%). Semakin tinggi nilai kemuluran kulit tersamak (mendekati dan atau lebih tinggi dari nalai standar), akan menghasilkan produk yang labil (mengalami perubahan bentuk dan ukuran) sehingga tidak nyaman dipakai. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium (Tabel 1), terlihat bahwa nilai kemuluran sampel kulit pari tersamak, juga cenderung menurun sejalan dengan penambahan konsentrasi mimosa tetapi penurunannya tidak erlalu drastic dibandingkan parameter kekuatan sobek dan kekuatan tarik . Kemuluran kulit adalah pertambahan panjang kulit pada saat ditarik sampai putus dibagi dengan panjang semula, dinyatakan dalam persen (Anonim, 1990). Menurut anonim (1989), kemuluran kulit mempunyai pengaruh besar terhadap produk, yakni apabila nilai kemuluran sangat rendah maka pada saat produk (sepatu) dioven dengan mesin maka kulit akan pecah atau retak, sebaliknya kemuluran yang terlalu tinggi mengakibatkan sepatu bertambah besar dan berubah bentuk selama penggunaannya karena kulit mengalami pertambahan panjang. Pada umumnya, kulit yang lemas memiliki daya regang tinggi, sehingga pada saat menerima gaya tarikan maksimal sampai putus akan lebih elastis dan memberikan pertambahan panjang yang lebih besar (Purnomo, 1985). Suhu Kerut (0C) Suhu Kerut sampel kulit ikan pari terbaik (tertinggi) dihasilkan pada perlakuan mimosa 17,5% (a4) = 970C, dan terendah dihasilkan pada perlakuan mimosa 15% (a3) = 86,30C. Semua perlakuan bahan penyamak mimosa telah menghasilkan nilai suhu kerut yang memenuhi standar mutu (minimal 700C). Menurut Anonim (1999), yakni Standar Nasional Indonesia (SNI) 06-6121-1999 kulit ikan pari untuk barang kulit disyaratkan besarnya suhu kerut minimal 70oC. Produk kulit yang memiliki suhu kerut lebih besar dari 70ºC, akan lebih tahan lama karena memiliki ketahanan terhadap panas (hidrothermal) yang lebih tinggi. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium (Tabel 1), terlihat bahwa nilai suhu kerut sampel kulit pari tersamak, cenderung meningkat sejalan dengan penambahan konsentrasi mimosa, meskipun pada perlakuan a3 (15% mimosa) memperlihatkan nilai terkecil dibandingkan perlakuan a1 (5% mimosa) dan a2 (10% mimosa). Suhu kerut adalah suhu dimana terjadi pengkerutan struktur kolagen. Pengkerutan terjadi karena lipatan rantai polipeptida akibat putusnya kekuatan anyaman serabut oleh kondisi ekstrim (misalnya pemanasan) (Sarkar, 1995). Suhu kerut (shrinkage temperature) merupakan temperatur yang dapat meningkatkan kerusakan dan cenderung
Hal. 95
menyebabkan terjadinya penurunan daya ikat zat-zat yang terdapat di dalam protein (Nayudama, 1978 cit. Ayufita, 2007). Suhu kerut erat kaitannya dengan kematangan kulit, makin banyak serabut kulit yang berikatan dengan bahan penyamak, maka kematangan kulit yang dihasilkan makin tinggi sehingga suhu kerutnya makin tinggi. Makin tinggi suhu kerut kulit, makin baik kualitas produk karena ketahanan kulit terhadap panas (hidrothermal) semakin tinggi. Parameter Kimia Kadar Air Kadar Air sampel kulit tersamak terbaik (terendah = 13%) dihasilkan pada perlakuan mimosa 10% (a1), dan tertinggi (15,99%) dihasilkan pada perlakuan mimosa 12,5% (a2), dengan nilai standar maksimal 20%. Semua perlakuan bahan penyamak menghasilkan kadar air kulit pari tersamak yang memenuhi standar SNI. Kadar air kulit pari tersamak sesuai SNI 06-0644-1989 yakni maksimum 20%. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium (Tabel 1), terlihat bahwa nilai kadar air sampel kulit pari tersamak meningkat sejalan dengan penambahan konsentrasi mimosa, meskipun peningatannya tidak signifikan. Kadar air produk kulit yang melebih batas maksimum, berdampak pada pertumbuhan mikroba (bakteri dan jamur) pada kulit tersamak dan produk, serta berpeluang untuk terjadi kerusakan fisik (seperti produk menjadi terkelupas, pecah-pecah, serta menimbulkan bau tidak enak). Kadar Lemak/Minyak (%) Kadar Minyak/Lemak sampel kulit tersamak terbaik (terendah) dihasilkan pada perlakuan mimosa 12,5% (a2) = 3,745% dan kurang baik (tinggi) dihasilkan pada perlakuan mimosa 10% (a1) = 10,28%. Semua perlakuan bahan penyamak menghasilkan kadar lemak/minyak kulit pari tersamak yang memenuhi standar SNI. Kadar lemak/minyak kulit pari tersamak lebih rendah dari SNI 06-0644-1989, yakni maksimu 12%. Berdasarkan hasil pengujian laboratorium (Tabel 1), terlihat bahwa kadar minyak/lemak sampel kulit pari tersamak, cenderung meningkat sejalan dengan penambahan konsentrasi mimosa, meskipun pada perlakuan a2 (10% mimosa) menghasilkan nilai terkecil dibandingkan perlakuan a1 (5% mimosa), a3 dan a4. Kandungan minyak yang tinggi dibawah permukaan kulit, menjadi penghambat penetrasi bahan penyamak kedalam serat-serat kolagen kulit. Kadar minyak/lemak kulit tersamak yang tinggi apabila dibiarkan lama di ruang terbuka (terutma jika kena sinar matahari) akan mengalami reaksi oksidatif dan menimbulkan bau tengik. Hal ini disebabkan terjadi proses hidrolisis dengan uap air yang menghasilkan asam lemak bebas. Pembentukan asam lemak ini akan menimbulkan reaksi oksidasi (oksigen terikat pada salah satu atom C yang asam lemak tidak jenuh yang memiliki pasangan elektron bebas, dengan ciri khas bau tengik. Oksidasi asam lemak tidak jenuh akan menghasilkan peroksida dan selanjutnya terbentuk aldehida, yang menimbulkan bau tidak enak atau (tengik). Kelembaban udara, cahaya, suhu tinggi dan adanya bakteri perusak adalah faktor-faktor yang menyebabkan tingginya ketengikan lemak (Poedjiadi, 1994). Produk Kulit Pari Produk kulit yang diproses sebagaimana direncanaan pada Metode Penelitian dimuka yaitu produk kulit yang memeiliki nilai ekonomis serta permintaan konsumen tinggi, yani: dompet wanita (ukuran semi besar) dan dompet laki (ukuran standar dan besar). Pengolahan produk dimulai dengan pemotongan pola sampai penyiapan specimen produk dan perwarnaan (Gambar 2). Produk kuli ikan pari yang dihasilkan, terutama untuk dompet wanita ukuran besar dan dompet laki-laki ukuran besar, (Gambar 3a dan 3b), telah memenuhi persyaratan kualitas (mutu) produk ekspor. Di dalam proses pengolahan produk kulit ikan pari, beberapa aspek teknis dan nonteknis yang harus selalui dipadukan dalam menghasilkan suatu produk berkualitas (baik dan menarik) adalah: (1) kelemasan kulit tersamak, (2) warna dasar dan final produk, (3) interior dan eksterior produk, serta (4) harga. Dari 4 (empat) aspek tersebut, ternyata pilihan pembelian produk sangat tergantung pada warna, interior, dan harga produk.
Hal. 96
Gambar 2. Penyiapan spesimen dan pewarnaan produk Tingkat Preferensi (Kesukaan) Konsumen Pengujian tingkat preferensi konsumen (sekmen pasar) terhadap produk kulit (dompet wanita dan pria, gantungan kunci mobil, dan ikat pinggang) dari 3 kelompok masyarakat (mahasiswa, pegawai, dan dosen dengan jumlah sampel 30 orang), ternyata 66,67% (20 responeden) sangat menyukai produk dan 33,33% (10 responden) kurang menyukai. Yang sangat menarik dari analisis sekmentasi adalah bahwa mahasiswa (terutama wanita) memiliki tingkat kesukaan yang sama dengan kelompok wanita (PNS) untuk membeli produk, meskipun belum mampu mewujudkan karena alasan keuangan mahasiswa hanya dapat memenuhi kebutuhan makan, minum, peralatan belajar (buku, computer, laptop, dan lain-lain).
Gambar 3. Dompet laki-laki ukuran standar (a) dan dompet wanita ukuran besar (b)
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Penggunaan bahan penyamak ramah lingkungan (mimosa) dengan konsentrasi yang berbeda memberikan pengaruh signifikan terhadap kualitas fisik yaitu kelemasan saja sementara parameter yang lainnya seperti kekuatan tarik, kekuatan sobek, suhu kerut, kemuluran, kadar air, dan kadar minyak atau lemak tidak memberikan pengaruh yang signifikan. Sampel kulit ikan pari tersamak tersebut telah memenuhi SNI sebagai bahan baku produk barang kulit. 2. Bahan penyamak mimosa dapat menghasilkan nilai kelemasan, kekuatan sobek, kekuatan tarik, suhu kerut, dan kadar air yang umumnya memenuhi SNI 06-6121-1999. 3. Bahan penyamak mimosa dengan konsentrasi yang berbeda memberikan nilai kemuluran serta suhu kerut lebih besar dari SNI 06-6121-1999.
Hal. 97
4. Kulit ikan pari samak mimosa dengan konsentrasi yang berbeda, menghasilkan nilai rerata kelemasan tertinggi dengan konsentrasi 17,5% = 2,293 mm. Nilai rerata kekuatan sobek diatas standar dengan konsentrasi 10% yaitu 939,11 N/cm. Nilai rerata kekuatan tarik diatas standar dengan konsentrasi 10% = 3269,52044 N/cm2. Nilai rerata % kumuluran tertinggi dengan konsentrasi 10% = 33%. Nilai rerata suhu kerut tertinggi dengan konsentarsi 17,5% = 970C. Nilai rerata kadar air pada perlakuan mimosa 12,5% = 15,99% dan nilai rerata kadar lemak pada perlakuan mimosa 10% = 10,28%. 5. Nilai ekonomi/manfaat kulit ikan nila sesuai tingkat pemanfaatan yaitu: (a) tingkat pemanfaatan ke-1 = min Rp 4.000/kg daging, (b) ke-2 = Rp 40.000/lbr kulit, dan (3) ke-3 = Rp 350.000/lbr kulit. 6. Wanita dan laki-laki sangat berbeda dalam pemilihan produk (dompet ikan pari) 66,67% (20 responden) sangat menyukai produk dan 33,33% (10 responden) cukup menyukai. Selain itu juga, terdapat perbedaan signifikan tingkat penerimaan konsumen pada ukuran produk (standar dan besar), serta berdasarkan warna produk. Saran 1. Pada penelitian samak kulit pari dengan cara manual (tanpa mesin penyamak) hendaknya dilakukan
bersamaan sejumlah orang sesuai dengan banyaknya perlakuan yang digunakan sehingga meminimalisir kemungkinan munculnya pengaruh (kesalahan) selain pengaruh perlakuan penelitian. 2. Perlunya dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai perbandingan persentase kombinasi bahan
penyamak terhadap kualitas kulit pari tersamak.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 1989a. Standar Nasional Indonesia (SNI). 06-0644-1989. Cara Uji Kadar Air dalam Kulit. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. Anonim. 1989b. Standar Nasional Indonesia (SNI). 06-0234-1989. Mutu dan Cara Uji Kulit Box. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. Anonim. 1990a. Standar Nasional Indonesia (SNI). 06-1795-1990. Cara Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran Kulit. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. Anonim. 1990b. Standar Nasional Indonesia (SNI). 06-1794-1990. Cara Uji Kekuatan Sobek dan Kekuatan Sobek Lapisan Kulit. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. Anonim. 1999. Standar Nasional Indonesia (SNI). 06-6121-1999 Kulit Ikan Pari Untuk Barang Kulit. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. Anonim. 2004. Burk’s BayTM. http://www.pwcollection.com/content.m/bby/ lineoverview.> Diakses 1 Agustus 2006. Ayufita, D. P., 2007. Pengaruh Lama Perendaman Dalam Garam Jenuh Terhadap Kualitas Fisik Kulit Pari Tersamak. Fakultas Pertanian. Universitas Gadjah Mada. Skripsi. Djojowidagdo, S., 1988. Kulit Kerbau Lumpur Jantan, Sifat- Sifat dan Karakteristiknya Sebagai Bahan Wayang Kulit Purwa. Fakultas Peternakan. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta. Judoamidjojo, R. M., 1984. Dasar Teknologi dan Kimia Kulit. Angkasa. Bandung. Poedjiadi, A., 1994. Dasar – dasar Biokimia. Penerbit Institut Teknologi Bandung. Purnomo, E., 1985. Pengetauhan Dasar Teknologi Penyamakan Kulit.Akademi Teknologi Kulit, Yogyakarta. Purnomo, E., 2001. Penyamakan Kulit Reptil. Kanisius, Yogyakarta. SNI-06-0644-1989. Cara Uji Kadar Air dalam Kulit. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. SNI-06-0234-1989. Mutu dan Cara Uji Kulit Box. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. SNI-06-1795-1990. Cara Uji Kekuatan Tarik dan Kemuluran Kulit. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta.
Hal. 98
SNI-06-1794-1990. Cara Uji Kekuatan Sobek dan Kekuatan Sobek Lapisan Kulit. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. SNI-06-6121-1999 Kulit Ikan Pari Untuk Barang Kulit. Dewan Standardisasi Nasional. Jakarta. SNI-06-0644-1989. Cara Uji Kadar Air dalam kulit. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta. SNI-06-0564-1989. Cara Uji Kadar Lemak dalam Kulit Tersamak. Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta. Sahubawa, L. dan A. Pertiwiningrum, 2008. Pengembangan Usaha Produk Kulit Ikan Bernilai Ekonomis Penting. Hibah Vucer Pengabdian, Bidang V LPPM UGM, Tahun Anggaran 2008. Sarkar, K.T., 1995. Theory and Practice of Leather Manufacture. Publ.The Author 4 Second Avenue Mahatma Gandhi Food. Maadrat. Untari, S., L. Sahubawa., dan Supriadi. 2005. Pengaruh Pemakaian Minyak Tersulfonkan Terhadap Kualitas Kulit Ikan Pari Tersamak (Stingrays Finished Skin Leather). Balai Besar Kulit, Karet dan Plastik Yogyakarta.
Ucapan Terimakasih Ucapan terimakasih dan penghargaan disampaikan mahasiswa di bawah ini atas perhatian serta bantuannya dalam mempersiapkan dan membantu pelaksanaan kegiatan penelitian, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5.
Eva Hayati Anggraini Dini Widia Kurniasari, S.Pt Meilynda Dwi Purwanti Muhammad Arya Rizky P.S. Adityo Triarso Pamungkas
Hal. 99