KAJIAN LABORATORIUM Perilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air
TUGAS AKHIR SEBAGAI SALAH SATU SYARAT UNTUK MENYELESAIKAN PENDIDIKAN SARJANA TEKNIK DI PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL
oleh M. BUDI SAPUTRA 15099077
PEMBIMBING Ir. Dedi Tjahyadi Dipl.HE
DEPARTEMEN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG 2004
ABSTAK TUGAS AKHIR Kajiun Laboratorium : Prilaku Hidrolis Bendung Karet Diisi Air, Muhamad Budi Saputra (15099077), Program Studi Teknik Sipil, Departemen Teknik Sipil, Fakultas Teknik Sipil dan Perencanaan, Institut Teknologi Bandung, 2004. Prioritas Utama dalam pembangunan saat ini adalah mencoba meningkatkan produksi pangan khususnya beras. Salah satu cara adalah dengan membangun berbagai sarana infrastruktur pertanian di Indonesia seperti bendung, saluran irigasi , dan bendungan. Salah satu bangunan hidrolik yang banyak digunakan adalah Bendung karet, didunia kira-kira telah dibangun sekitar 6000 buah di 20 negara. Sejarah bendung karet di Indonesia sendiri dimulai dengan dibangunnya bendung karet diisi udara tahun 1989 di demak, jawa tengah. Kemudian di Indonesia Telah dibangun Sekitar 25 bendung karet diberbagai daerah namun diantara seluruh bendung tersebut hanya satu yang merupakan bendung karet diisi Air. Bendung karet diisi air memiliki prospek yang cukup bagus untuk dikembangkan, dikarenakan pemanfaatannya yang dapat difungsikan sebagai bendung gerak. Hal ini ti dak berlaku untuk bendung karet diisi udara, memang jenisnya sama dengan bendung karet diisi air namun pada kenyataanya mercu bendungnya tidak dapat dikempeskan secara bertahap karena hal ini akan menimbulkan V-nocth yang akan mengakibatkan konsentrasi aliran dan penggerusan di hilir. Berbeda dengan bendung karet diisi udara pada bendung karet diisi air hal ini tidak terjadi, namun yang perlu diwaspadai adalah timbulnya vibrasi pada tubuh bendung karet tersebut. Oleh karena itu didalam kajian ini dilakukan penelitian batas optimum pengempesan bendung karet yang tidak menimbulkan vibrasi, karena hal ini amat berbahaya bagi umur karet. Kemudian kita menentukan tinggi air optimum diatas mercu bendung melalui perbandingan koefisien debit aliran, sekaligus kita mencoba untuk membandingkan koefisien debit aliran saat free-flow dan submerge flow. Dalam penelitian ini kita juga membandingkan besarnya koefisien debit aliran dari literatur, dan dari percobaan bendung karet diisi udara sebelumnya. Data-data yang diambil adalah debit, tinggi air di hulu, tinggi air dihilir, tinggi air diatas mercu bendung, tekanan didalam tubuh bendung, dan tinggi bendung. Pengamatan terakhir adalah pengamatan terhadap bentuk tubuh bendung karet, disini kita menggambarkan bentuk profil tubuh bendung untuk 4 kondisi yaitu saat bendung baru terisi, saat bendung mulai dilewati air namun tdk melimpas, deliwatiair dan melimpas diatas mercu bendung, dan saat kondisi bendung tenggelam. Diharapkan dengan mengamati perubahan tubuh bendung kita dapat mengambil suatu besaran untuk desain bendung karet. Dari data-data yang didapat kita menenukan bahwa kondisi vibrasi terjadi bila bendung karet diturunkan hingga tingginya sebesar 43 % dari tinggi bendung semula, hal ini cukup berbeda dengan data literatur yang mensyaratkan 40 %. Kemuadian didapatkan pula bahwa Koefisien aliran untuk kondisi aliran free-flow lebih besar dibandingkan dengan kondisi aliran submerge. Untuk profil didapatkan bahwa %penurunan bendung karet akibat dilewati air adalah 5.56% sedangkan kenaikan tubuh bendung akibat kondisi submerge flow adalah 2.46%. Namun hal ini perlu dikembangkan lebih lanjut diantaranya dengan menetapkan besar frekuensi vibrasi yang diijinkan sehingga kondisi penurunan dapat lebih jelas batasanya. kata kunci : Free-flow, Koefisien debit aliran, Submerge Flow, V-notch, Vibrasi.