KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT PADA DUA STADIA KEMATANGAN
Wiwit Widyastuti A34304007
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN
WIWIT WIDYASTUTI. Kajian Kualitas Buah Delapan Genotipe Pepaya Koleksi PKBT pada Dua Stadia Kematangan. Dibimbing oleh KETTY SUKETI dan SRIANI SUJIPRIHATI.
Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kualitas buah yang meliputi sifat fisik dan kimia pada stadia kematangan buah 75 dan 100 % pada delapan genotipe pepaya koleksi PKBT (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika). Genotipe yang diamati adalah IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9. Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2008 di kebun percobaan IPB Tajur 1, Bogor. Ruangan untuk penyimpanan buah di kebun percobaan IPB Tajur 1, serta pengamatan sifat kimia dilakukan di Laboratorium Research Group on Crop Improvement (RGCI), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Percobaan menggunakan Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun secara Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Petak utama adalah perlakuan penyimpanan buah hingga mencapai stadia kematangan 75 dan 100 %. Genotipe buah pepaya yang diamati yaitu IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 sebagai anak petak. Setiap perlakukan dilakukan 3 ulangan, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu buah pepaya. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila terdapat perbedaan yang nyata diantara perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan pada taraf 5 %. Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan stadia kematangan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati, kecuali berpengatuh nyata terhadap pH serta berpengaruh sangat nyata terhadap kekerasan kulit buah bagian tengah. Terdapat perbedaan yang nyata diantara genotipe yang diamati pada peubah kekerasan daging buah pada bagian tengah, ATT, kandungan vitamin C, dan karoten. Perbedaan yang sangat nyata terdapat pada peubah panjang, diameter, bobot buah, bobot kulit buah, bobot daging buah, bobot biji, bobot 100 biji, jumlah biji, tebal minimal dan maksimal daging buah, kekerasan
kulit buah pada bagian pangkal, tengah, ujung, serta kekerasan daging buah bagian ujung, dan pH, sedangkan pada bagian yang dapat dimakan, kekerasan daging buah bagian pangkal, PTT dan PTT/ATT tidak terdapat perbedaan yang nyata. Koefisien keragaman berkisar antara 3 – 55%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa genotipe yang diamati pada kematangan 75 dan 100% pada umumnya memiliki kualitas yang sama, kecuali pada peubah kekerasan daging buah pada bagian tengah dan ujung, kandungan vitamin C serta kandungan karoten. Kualitas buah dapat ditentukan oleh beberapa peubah, yaitu jumlah biji, bagian buah yang dapat dimakan, kekerasan daging buah, nilai PTT, ATT, perbandingan PTT dan ATT, serta kandungan vitamin C dan karoten. Genotipe IPB 4 memiliki jumlah biji yang lebih sedikit dibandingkan dengan genotipe lainnya. Genotipe IPB 3 memiliki keunggulan hampir pada semua peubah yang menentukan kualitas, kecuali pada tingkat kekerasan daging buah yang lunak, nilai ATT yang lebih tinggi serta perbandingan antara nilai PTT dan ATT lebih rendah dibandingkan dengan IPB 2A dan IPB 9. Genotipe IPB 9 dan IPB 7 memiliki keunggulan yang sama pada peubah tingkat kekerasan daging buah, kandungan ATT yang rendah, nilai perbandingan antara PTT dan ATT yang besar, serta nilai pH yang tinggi. Kandungan vitamin C dan karoten yang tinggi dimiliki oleh genotipe IPB 4.
KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT PADA DUA STADIA KEMATANGAN
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Wiwit Widyastuti A34304007
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
Judul Skripsi: KAJIAN KUALITAS BUAH DELAPAN GENOTIPE PEPAYA KOLEKSI PKBT PADA DUA STADIA KEMATANGAN Nama
: WIWIT WIDYASTUTI
NRP
: A34304007
Menyetujui,
Pembimbing I,
Pembimbing II,
(Ir. Ketty Suketi, MSi.)
(Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS.)
NIP: 19610913 198601 2 001
NIP: 19551028 198303 2 002
Mengetahui: Dekan Fakultas Pertanian
(Prof. Dr. Ir. Didy Sopandie, MAgr.) NIP: 19571222 198203 1 002
Tanggal Lulus:
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan di Sumedang, Jawa Barat pada tanggal 01 Januari 1986. Penulis merupakan putri dari pasangan Bapak Narjono dan Ibu Eli Cuhaeli, anak pertama dari tiga bersaudara. Penulis menempuh pendidikan Sekolah Dasar dari tahun 1992 sampai 1998 di SD Negeri Sukaraja 2 Kabupaten Sumedang. Tahun 1998, penulis melanjutkan studi di SMP Negeri 2 Sumedang hingga tahun 2001, selanjutnya lulus dari SMA Negeri 1 Sumedang pada tahun 2004. Penulis diterima sebagai mahasiswa program studi Hortikultura, Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2004 melalui jalur Ujian Seleksi Mahasiswa IPB (USMI). Selama menjadi mahasiswa, penulis aktif di organisasi daerah Wadah Pelajar Mahasiswa Lingga (WAPEMALA) Sumedang. Penulis juga aktif menjadi asisten praktikum mata ajaran Tanaman Hias dan Pembiakan Tanaman.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberi kekuatan dan hidayahnya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. Tujuan penelitian yang berjudul “Kajian Kualitas Buah Delapan Genotipe Pepaya Koleksi PKBT pada Dua Stadia Kematangan” adalah untuk mengkaji kualitas buah yang meliputi sifat fisik dan kimia pada dua stadia kematangan. Penelitian ini dilaksanakan di kebun percobaan PKBT IPB Tajur, Bogor. Penulis menyampaikan terima kasih kepada Ir. Ketty Suketi, MSi. dan Prof. Dr. Ir. Sriani Sujiprihati, MS. atas bimbingan dan pengarahan selama kegiatan penelitian dan penulisan ini. Ucapan terima kasih kepada Mas Awang sebagai teknisi kebun dan Pa Bambang sebagai laboran yang telah memberikan bantuan selama pelaksanaan penelitian. Kepada orang tua yang telah memberikan dorongan yang tulus baik moril maupun materiil, Doni Tri Wibowo yang telah memberikan dukungan serta semangatnya selama penelitian dan penulisan, penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya. Semoga hasil penelitian ini berguna bagi yang memerlukan.
DAFTAR ISI Halaman DAFTAR TABEL ............................................................................................ vii DAFTAR GAMBAR ....................................................................................... viii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... ix PENDAHULUAN ........................................................................................... 1 Latar Belakang ..................................................................................... 1 Tujuan ................................................................................................... 3 Hipotesis ............................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. Tanaman Pepaya .................................................................................. Perkembangan Fisiologis dan Pematangan Buah ................................. Kulit Buah ............................................................................................. Tekstur Buah ......................................................................................... Padatan Terlarut Total .......................................................................... Asam Terlarut Total ............................................................................. Vitamin C ............................................................................................. Karoten .................................................................................................
4 4 5 7 7 7 8 8 8
BAHAN DAN METODE ................................................................................ 9 Waktu dan Tempat ............................................................................... 9 Bahan dan Alat ........................................................................................ 9 Metode Penelitian ................................................................................. 9 Pelaksanaan .......................................................................................... 10 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................ Kondisi Umum ..................................................................................... Analisis Ragam Karakter yang Diamati ............................................... Panjang Buah, Diameter Buah, Bobot Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Daging Buah, Bobot Biji, Bagian yang Dapat Dimakan ........... Tebal Minimal Daging Buah, Tebal Maksimal Daging Buah, Bobot 100 Biji, Jumlah Biji .................................................................. Kekerasan Kulit dan Daging Buah ....................................................... Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), PTT/ATT, pH, Vitamin C, Karoten ..................................................... Kualitas Buah Berdasarkan Beberapa Peubah ...................................... Data Produksi Buah ..............................................................................
14 14 14 16 18 19 21 23 25
KESIMPULAN ................................................................................................ 26 DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 27 LAMPIRAN ..................................................................................................... 31
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Rekapitulasi Uji F Peubah yang Diamati pada Delapan Genotipe Pepaya
........................................................................................................ 15
2. Panjang Buah, Diameter Buah ..................................................................... 16 3. Bobot Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Daging Buah, Bobot Biji, Bagian yang Dapat Dimakan ........................................................................ 17 4. Tebal Minimal Daging Buah, Tebal Maksimal Daging Buah, Bobot 100 Biji, Jumlah Biji .......................................................................................... 18 5. Kekerasan Kulit Buah ................................................................................. 19 6. Kekerasan Daging Buah .............................................................................. 20 7. Padatan Terlarut Total, Asam Tertitrasi Total, PTT/ATT, pH ................... 21 8. Vitamin C, Karoten ..................................................................................... 23 9. Kisaran Nilai Skor Masing-masing Genotipe ............................................. 23 10. Skor Kualitas Buah Genotipe Pepaya Berdasarkan Beberapa Peubah ...... 24 11. Data Produksi Buah Pepaya Selama Empat Bulan .................................... 25
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Tebal Minimal Daging Buah (a), Tebal Maksimal Daging Buah (b) ........... 11
DAFTAR LAMPIRAN Nomor Halaman 1. Hasil Uji F Pengamatan Sifat Fisik pada Delapan Genotipe ....................... 32 2. Hasil Uji F Pengamatan Sifat Kimia pada Delapan Genotipe ..................... 38 3. Hasil Uji Korelasi Pengamatan Sifat Fisik dan Kimia ................................. 40 4. Stadia Kematangan pada Beberapa Genotipe Pepaya yang Diamati ........... 41 5. Buah yang Terserang Colletotrichum sp. (a), Buah yang Terserang Rhizopus sp. (b), Buah yang Mengeluarkan Getah (c) ................................ 41
PENDAHULUAN Latar Belakang Buah pepaya (Carica papaya L.) sudah tidak asing lagi di masyarakat dan dapat mudah ditemui di berbagai daerah di Indonesia. Buah pepaya merupakan salah satu buah yang disukai masyarakat karena nilai nutrisi yang baik serta memiliki harga yang relatif terjangkau. Kandungan vitamin C dan karotenoid yang tinggi pada buah pepaya sangat potensial untuk mengurangi aktivitas radikal bebas yang memicu kanker (Soenardi, 2005). Pepaya (Carica papaya L.) menjadi salah satu komoditas buah secara internasional, baik dalam bentuk segar maupun sebagai produk olahan (Sankat dan Maharaj, 1997), salah satu faktornya karena pepaya mempunyai kontribusi sosial-ekonomi yang menjadi salah satu komoditas buah-buahan penting di negara-negara ASEAN, selain dapat menambah nilai ekonomi dari lahan yang dapat dimanfaatkan, sehingga dapat dijadikan sebagai faktor dalam peningkatan pendapatan. Permintaan buah pepaya pada umumnya terus meningkat dari tahun ke tahun, berdasarkan data FAO pola konsumsi buah pepaya di Indonesia pada tahun 2005, mencapai 586 340 ton yang mengalami peningkatan rata-rata 16.67% dari tahun 2004. Produksi buah pepaya di Indonesia terus meningkat, berdasarkan data Departemen Pertanian produksi buah pepaya 548 657 ton pada tahun 2005 dan pada tahun 2006 meningkat menjadi 643 451 ton. Hal ini pun diiringi oleh produktivitas buah yang meningkat, pada tahun 2005 produktivitas buah pepaya 696.40 ku/ha serta pada tahun 2006 meningkat menjadi 802.20 ku/ha. Faktor yang mempengaruhi hal tersebut antara lain banyaknya dilakukan pengembangan baik dalam budidaya maupun varietas-varietas baru yang dihasilkan lebih baik, serta permintaan konsumen yang terus meningkat. Menurut Ashari (1995) peningkatan konsumsi buah tidak hanya disebabkan oleh peningkatan jumlah penduduk serta pendapatan jumlah per kapita, melainkan dengan bertambahnya pengetahuan masyarakat tentang gizi keluarga untuk menjaga kesehatan tubuh dan kesegaran jasmani serta meningkatkan daya tahan tubuh terhadap penyakit.
2 Pepaya menjadi salah satu komoditas buah-buahan yang penting dalam cakupan negara-negara ASEAN serta secara internasional karena memberikan peluang pasar yang bagus untuk memasarkan buah pepaya dalam produk segar ataupun olahan. Menurut Sankat dan Maharaj (1997) buah yang dapat dipasarkan mempunyai bobot 0.5 sampai 2.0 kg setiap buahnya. Pemasaran buah pepaya masih mengalami masalah, salah satunya adalah dalam penentuan tingkat kematangan fisiologis optimum saat panen untuk menjamin kematangan buah yang cukup untuk konsumsi dengan kualitas yang baik. Menurut Santoso dan Purwoko (1995) pada saat proses pemasakan, buah mengalami banyak perubahan fisik dan kimia setelah panen yang menentukan kualitas buah untuk dikonsumsi. Pantastico (1989) telah mengemukakan sebelumnya, bahwa salah satu faktor yang mempengaruhi untuk mendapatkan buah yang berkualitas baik adalah waktu panen yang tepat, karena mutu buah tidak dapat diperbaiki namun dapat dipertahankan. Buah yang dipanen sebelum matang dapat menghasilkan mutu yang kurang baik serta proses pemasakan yang salah. Penundaan waktu panen buah akan meningkatkan kepekaan buah terhadap proses pembusukan, sehingga mutu dan nilai jualnya rendah. Kontribusi yang tidak kalah pentingnya adalah dalam pemenuhan asupan gizi, pepaya merupakan buah yang sangat bermanfaat karena merupakan sumber vitamin dan mineral dalam pemenuhan diet sehari-hari dengan harga yang relatif murah (Yon, 1994). Santoso dan Purwoko (1995) menyatakan bahwa buah memegang peranan penting dalam pemenuhan nutrisi pada manusia, khususnya sebagai sumber vitamin (vitamin C, A, B6, thiamin, niacin), mineral dan serat. Sankat dan Maharaj (1997) mengemukakan bahwa nilai nutrisi pada buah ditentukan oleh kultivar, faktor lingkungan tumbuh selama perkembangan buah serta tahap pemasakan saat dikonsumsi. Menurut Ashari (1995) buah-buahan merupakan sumber vitamin dan mineral yang dibutuhkan bagi pertumbuhan jasmani. Pepaya yang mempunyai rasa yang enak dan banyak mengandung zat gizi yang paling dominan adalah vitamin dan mineral. Villegas (1997) menyatakan bahwa kandungan dalam 100 g bagian pepaya yang dapat dimakan adalah 0.45 g vitamin A, 0.074 g vitamin C, sedangkan kandungan mineral dalam 100 g buah pepaya adalah 0.034 g kalsium,
3 0.011 g fosfor, 0.204 g kalium, dan 0.001 g zat besi. Pepaya yang mengandung 12.1 g karbohidrat, 0.5 g protein, 0.3 g lemak, 0.7 g serat, 0.5 g abu, dan 86.6 g air. Nilai energinya adalah 200 kj/100 g. Kandungan gula utamanya adalah 48.3% sukrosa, 29.8% glukosa serta 21.0% fruktosa. Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi telah banyak dihasilkan varietas baru terutama pada buah pepaya, sehingga perlu dilakukan pengkajian karakter fisik maupun kimia.
Tujuan Penelitian bertujuan untuk mengkaji kualitas buah yang meliputi sifat fisik dan kimia buah pada stadia kematangan 75 dan 100% genotipe IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9.
Hipotesis 1. Terdapat perbedaan kualitas buah pada stadia kematangan 75 dan 100%. 2. Terdapat perbedaan kualitas buah pada delapan genotipe pepaya yang diuji.
TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pepaya Pepaya merupakan tanaman yang berbunga dan berbuah sepanjang tahun (Yon, 1994). Tanaman ini termasuk ke dalam Genus Carica Famili Caricaceae yang terdiri dari empat genus, yaitu: Carica, Jarilla, Jakaratia yang berasal dari daerah Amerika dan Cylicomorpha dari daerah Afrika yang berada di daerah garis khatulistiwa, serta termasuk tanaman dikotiledon (Nakasone dan Paull, 1999). Genus Carica mempunyai sekitar 40 spesies, tetapi hanya tiga yang menjadi penting dalam hortikultura (Yon, 1994). Tanaman pepaya berupa pohon kecil atau perdu dengan daun terletak pada ujung tanaman (roset), daunnya tersusun secara spiral melingkar batang dengan lembaran daun bercelah-celah menjari. Daun bertangkai panjang, berkelompok pada pucuk kanopi. Batang tidak bercabang, lurus, bulat, berongga di dalam, lunak, dapat mencapai ketinggian hingga 10 m, tetapi apabila pucuknya dipotong cabang akan terbentuk. Getah tanaman pepaya mengandung papain, yaitu enzim proteolitik yang dapat digunakan untuk melunakkan daging serta meningkatkan daya tahan wol dari tarikan. Berdasarkan bunganya, tanaman pepaya dapat digolongkan atas tiga tipe utama yaitu tanaman yang berbunga jantan, betina dan bunga hermaprodit (Ashari, 1995). Berdasarkan asal-usulnya buah pepaya dan jumlah ruang bakal buahnya termasuk buah sejati tunggal, yaitu buah sejati yang berasal dari perkembangan satu bakal buah dari satu kuntum bunga yang sama. Berdasarkan bentuk dan sifat daging buah, pepaya termasuk ke dalam tipe buah buni, memiliki kulit luar yang tipis, kuat dan lentur, sedangkan lapisan dalam berdaging, berair dan dapat dimakan, dengan rongga besar di tengah (Ashari, 1995). Nakasone dan Paull (1999) mengemukakan bobot buah berkisar antara 0.25-5 kg. Pepaya dapat ditanam di dataran rendah sampai ketinggian 700 m di atas permukaan laut. Suhu udara optimum 22-26 0C, curah hujan 1000 – 2000 mm/tahun. Tipe tanah yang yang baik untuk pertumbuhan pepaya adalah tanah yang subur, remah (gembur), drainase baik, serta pH tanah berkisar 6 – 7 yang bersifat netral (Ashari, 1995).
5 Perkembangan Fisiologis dan Pematangan Buah Santoso dan Purwoko (1995) menyatakan bahwa tahap perkembangan buah adalah pembelahan sel, pembesaran sel, pematangan (ripening), pemasakan (maturation), penuaan (senescene), dan kemunduran/pembusukan (deterioration). Pantastico (1989) menyatakan bahwa buah yang berkualitas baik, salah satunya dipengaruhi oleh waktu panen yang tepat, karena mutu buah tidak dapat diperbaiki namun dapat dipertahankan. Buah yang dipanen sebelum matang dapat menghasilkan mutu yang kurang baik serta proses pemasakan yang salah. Santoso dan Purwoko (1995) mendefinisikan pematangan adalah proses perubahan organ tanaman
dari
matang
secara
fisiologis,
tetapi
belum
dapat
dimakan.
Perkembangan dan pematangan buah sebagian besar selesai pada saat buah masih berada di pohon, sedangkan proses pemasakan dan senesence akan berlanjut hingga buah telah dipetik dari pohonnya. Pertumbuhan melibatkan proses pembelahan sel dan diteruskan dengan pembesaran sel yang bertanggung jawab terhadap ukuran maksimal sel. Selama proses pemasakan terjadi, terdapat perubahan secara fisik maupun kimia yang mempengaruhi kualitas buah. Perubahan yang terjadi diantaranya kandungan Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Terlarut Total (ATT), vitamin C, tingkat kekerasan buah, serta perubahan warna kulit buah. Menurut
Pantastico
(1989)
penundaan
waktu
panen
buah
akan
meningkatkan kepekaan buah terhadap proses pembusukan, sehingga mutu dan nilai jualnya rendah. Kriteria pemanenan dapat dilakukan dengan cara visual, secara fisik,
analisis kimia, perhitungan, dan secara fisiologi. Secara visual
antara lain melihat warna kulit, ukuran, masih adanya sisa tangkai putik, adanya daun-daun tua di bagian luar yang kering, mengeringnya tubuh tanaman dan penuhnya buah. Secara fisik antara lain mudahnya buah terkelupas dari tangkai atau adanya absisi, ketegaran dan berat jenis. Analisis kimia meliputi kandungan zat padat, asam, perbandingan zat padat dengan asam dan kandungan zat pati. Perhitungan dengan mengetahui jumlah hari setelah bunga mekar dalam hubungannya dengan tanggal berbunga dan unit panas, serta secara fisiologis dengan mengukur tingkat respirasi.
6 Perubahan warna kulit merupakan salah satu parameter dalam menentukan tingkat kematangan buah pepaya. Selama proses pematangan terjadi perubahan warna kulit pepaya dari hijau menjadi kuning atau jingga (Sankat dan Maharaj, 1997) yang disebabkan oleh proses penurunan klorofil dan terbentuknya karoten dalam jaringan buah (Aziz-Abou et al., 1975). Abeywickrama at al. (2008) mengemukakan bahwa terdapat enam stadia kematangan untuk pepaya yaitu munculnya semburat warna kuning pada kulit buah, warna kuning 25%, warna kuning 50%, warna kuning 75%, warna kuning penuh 100%, dan lewat matang (over ripe). Huber (1983) menyatakan bahwa pematangan pepaya selalu ditandai dengan penurunan kekerasan buah yang disebabkan oleh perubahan struktur dan kandungan kimia pada dinding sel karbohidrat dalam jaringan buah. Karakteristik rasa pada buah dipengaruhi oleh jenis dan tingkat aroma yang dihasilkan. Menurut Yon (1994) kandungan gula, asam organik dan phenol yang terkandung selalu memberikan pengaruh untuk mengidentifikasi buah. PTT dapat dijadikan sebagai identifikasi kandungan gula dan asam organik. Hawai’i State Department of Agriculture (1968) menyatakan bahwa standar pemasakan buah untuk dimakan, paling sedikit harus mempunyai padatan terlarut total rata-rata tidak boleh kurang dari 11.5%. Menurut Akamine dan Goo (1971) untuk pemanenan dilihat dari segi praktis dapat ditunjukkan dengan warna kuning pada permukaan kulit buah yang sesuai untuk dapat memenuhi persyaratan minimal PTT adalah sekitar 6%, yang dijadikan tingkat kemasakan minimal untuk pemanenan. Untuk tercapainya PTT dalam buah yang matang setelah pemanenan, buah harus dipanen setelah warna kuning di permukaan sekurang-kurangnya telah mencapai 33%. Penemuan ini berlaku bagi buah baik yang tidak diberi perlakuan ataupun yang diberi perlakuan dengan air panas ataupun desinfektan. Lazen et al. (1990) buah pepaya merupakan sumber yang baik untuk vitamin C dan provitamin A. Pada pepaya Eksotika, tingkat asam askorbat meningkat dari 46 mg menjadi 60 mg per 100 g daging buah. Peh (1991) menyatakan bahwa jumlah karoten dari 1 g menjadi 5 g per 100 g daging buah, selama proses pematangan.
7 Kulit Buah Tingkat kematangan buah lebih mudah ditentukan oleh penampakan buah, salah satunya dengan perubahan warna kulit pada ujung buah. Jika sebagian kulit buah tampak warna kuning pada ujung buahnya, maka buah pepaya dapat dipetik (Pantastico et al., 1989). Warna kulit buah merupakan indikator yang pada umumnya digunakan oleh konsumen dalam menentukan pematangan buah. Perubahan warna kulit buah selama penyimpanan dan pematangan buah terjadi karena kandungan klorofil mengalami penurunan serta terjadi sintesis karotenoid dan antosianin selama proses pemasakan buah (Kays, 1991).
Tekstur Buah Tekstur buah dapat diketahui secara fisik, tetapi secara tidak langsung dipengaruhi oleh kelembaban dan serat dalam produk. Terjadinya perubahan tekstur pada buah akan meningkatkan kelunakan, sehingga menyebabkan buah akan cepat mengalami kerusakan mekanik (Kays, 1991). Secara umum pektin terdapat di dalam dinding sel primer tanaman, khususnya di sela-sela selulosa dan hemiselulosa (Winarno dan Aman, 1981). Senyawa pektin berfungsi sebagai bahan perekat antara dinding sel yang satu dengan yang lain. Proses pemasakan dapat menambah jumlah zat pektin yang dapat larut dan mengurangi bagian yang tidak terlarut, sehingga sel menjadi mudah terpisah dan mengakibatkan buah menjadi lunak (Matto et al., 1989).
Padatan Terlarut Total (PTT) Kays (1991) menyatakan bahwa dalam tanaman terdapat karbohidrat dengan jumlah melimpah dan mewakili 50 – 80% bobot kering tanaman. Karbohidrat sederhana seperti sukrosa dan fruktosa, merupakan kualitas yang penting pada buah-buahan. Buah klimakterik terjadi perubahan pati menjadi gula yang memberikan rasa manis dan berfungsi sebagai prekusor berbagai komponen aroma dan cita rasa.
8 Asam Terlarut Total (ATT) Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) selama pemasakan pada buah akan terjadi peningkatan kadar gula untuk memberikan rasa manis. Penurunan kadar asam organik serta senyawa fenolik untuk mengurangi rasa asam dan sepat. Asam organik mempengaruhi rasa serta aroma buah, sehingga digunakan untuk menentukan mutu buah.
Vitamin C Perubahan asam organik, protein, asam amino, serta lipid dapat mempengaruhi rasa pada buah pepaya. Kehilangan kandungan vitamin, terutama vitamin C merugikan kualitas nutrisi. Asam askorbat juga bersifat sangat larut dalam air, akibatnya sangat mudah hilang karena adanya luka di permukaan atau pada saat pemotongan bahan pangan (Andarwulan dan Koswara, 1992).
Karoten Karotenoid merupakan pigmen yang berwarna kuning, jingga dan merah jingga, serta larut dalam minyak / lipida. Karotenoid terdapat dalam kloroplas (0.5%) brsama-sama dengan klorofil (9.3%), terutama terdapat pada permukaan atas daun, dekat dengan dinding palisade (Winarno, 1995).
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian dilaksanakan pada bulan Februari sampai Desember 2008. Tanaman buah yang digunakan adalah koleksi PKBT (Pusat Kajian Buah-buahan Tropika) di kebun percobaan IPB Tajur 1, Bogor. Ruangan untuk penyimpanan buah di kebun percobaan IPB Tajur 1, serta Laboratorium Research Group on Crop Improvement (RGCI), Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.
Bahan dan Alat Bahan yang digunakan adalah delapan genotipe pepaya koleksi PKBT yaitu genotipe IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9. Buah yang dipanen pada tingkat kematangan buah stadia 25%. Bahan lain yang digunakan adalah larutan NaOH 0.1 N, iod 0.01 N, indikator Phenolftalein, amilum, aquades, serta aseton tris. Alat yang digunakan adalah keranjang, pisau, jangka sorong, penggaris, timbangan, hand refractometer, pnetrometer, pH meter, blender, labu takar, alat titrasi, sentrifuse, spektrofotometer.
Metode Penelitian Metode yang digunakan pada penelitian adalah Rancangan Petak Terbagi (Split Plot Design) yang disusun secara Rancangan Kelompok Lengkap Teracak (RKLT). Petak utama adalah perlakuan penyimpanan buah hingga mencapai stadia kematangan 75 dan 100%, sedangkan perbedaan genotipe buah pepaya yang diamati yaitu IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 sebagai anak petak. Setiap perlakukan dilakukan 3 ulangan, sehingga terdapat 48 satuan percobaan. Setiap satuan percobaan terdiri dari satu buah pepaya.
Model statistik yang akan digunakan adalah:
10 Dimana i = 1, 2, 3, ..., r; j = 1, 2, 3, ..., a; k = 1, 2, 3, ..., b Yijk
= nilai pengamatan pengaruh faktor A ke-j, faktor B ke-k dan kelompok ke-i,
µ
= rataan umum,
γi
= nilai tambah pengaruh kelompok ke-i,
αj
= nilai tambah pengaruh faktor A ke-j,
εa
= pengaruh galat a
βk
= nilai tambah pengaruh faktor B ke-k,
(αβ)jk = nilai tambah pengaruh interaksi faktor A ke-j dengan faktor B ke-k, εb
= pengaruh galat b. Data yang diperoleh dianalisis dengan uji F, apabila terdapat perbedaan
yang nyata diantara perlakuan maka dilakukan uji lanjut dengan menggunakan uji Duncan pada taraf 5%.
Pelaksanaan Tanaman pepaya yang digunakan pada genotipe IPB 1 dan IPB 2A masingmasing berumur sekitar 1 tahun, sedangkan IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, IPB 9 berumur antara 2 - 2.5 tahun. Waktu panen ditentukan berdasarkan stadia kematangan buah 25%. Setelah dipanen, buah dibersihkan dan disimpan pada kondisi suhu ruang, setelah buah mencapai kematangan 75 dan 100% dilakukan pengamatan. Buah yang diamati berasal dari tanaman hermaprodit. Pengamatan di laboratorium yang dilakukan meliputi sifat fisik dan kimia. Sifat fisik meliputi: a.
Panjang
buah
dan
diameter
buah,
diukur
dengan
menggunakan
penggaris/meteran dan jangka sorong. b. Bobot buah utuh, bobot kulit, bobot daging, bobot biji, dan bobot 100 biji, diukur dengan penimbangan. c. Jumlah biji. d. Persen bagian yang dapat dimakan (edible portion), dihitung dengan rumus:
11 e. Tebal daging buah, diukur dengan menggunakan penggaris. Pengukuran tebal minimal dan tebal maksimal daging buah diukur jarak daging buah terluar dengan sudut terbesar bintang. Jarak tebal dan maksimal daging buah dapat dilihat pada Gambar 1.
(a) (b) IPB 1
IPB 2A
IPB 3
IPB 3A
IPB 4
IPB 7
IPB 8
IPB 9
Gambar 1. Tebal Minimal Daging Buah (a), Tebal Maksimal Daging Buah (b)
f. Tingkat kekerasan kulit dan daging buah, diukur dengan pnetrometer. Pengukuran dilakukan pada bagian pangkal, tengah dan ujung buah, masingmasing bagian diukur kekerasannya sebanyak tiga kali (triplo). Tingkat kekerasan buah dinyatakan dalam satuan mm/150 g/5 detik.
12 Sifat kimia meliputi: a.
Padatan terlarut total (PTT), daging buah diblender dan disaring kemudian filtrat disaring secukupnya dan diuji dengan hand-refractometer, PTT dihitung sebagai nilai oBrix yang dapat dibaca pada skala yang telah tertera.
b.
Asam tertitrasi total (ATT), diukur dengan menggunakan metode titrimetri (Sibarani et al., 1986). Pembuatan bahan sama dengan bahan yang digunakan untuk mengukur kadar vitamin C, namun terdapat perbedaan pada indikator yang digunakan yaitu Phenolftalein sebanyak 3 – 4 tetes, titrasi dengan larutan NaOH 0.1 N, titrasi dilakukan sampai terbentuk warna merah muda yang stabil. % ATT dapat dihitung dengan rumus:
c.
Derajat keasaman (pH) larutan buah, sampel dilarutkan terlebih dahulu dengan aquades dengan perbandingan tertentu yang sama dengan sampel yang lainnya, kemudian diukur dengan menggunakan pH meter.
d.
Kadar vitamin C (asam askorbat), diukur dengan menggunakan metode titrasi Iodium (Sudarmaji et al., 1984). Daging buah yang sudah diblender diambil sebanyak 50 g disaring dan dimasukkan ke dalam labu takar 250 ml dan ditambah air destilata sampai tanda tera, filtrat dimasukkan ke erlenmeyer sebanyak 25 ml diberi 3-4 tetes indikator amilum (pati), kemudian dititrasi dengan larutan iod 0.01 N, titrasi dilakukan sampai terbentuk warna biru keunguan yang stabil. Kadar asam askorbat dihitung dengan rumus: 1 ml 0.01 N iodium = 0.88 mg asam askorbat
fp = faktor pengencer N = Normalitas
13 e.
Kadar karoten daging buah, diukur menggunakan alat spektrofotometer, dengan metode Dan Sims yang telah dimodifikasi (Sims, 2003). Daging buah diblender sampai halus, ambil sampel sebanyak 0.1 mg, masukan ke dalam tabung sentrifuse tambahkan 5 ml aseton tris. Bahan disentrifuse selama 10 menit, kemudian dilakukan pembacaan hasil dengan spektrofotometer. Rumus yang digunakan untuk menghitung kadar karoten:
Chla
= klorofil a
BM Chla = 893.5 g mol-1
Chlb
= klorofil b
BM Chlb = 907.5 g mol-1
A = panjang gelombang
BM Carotenoids = 559 g mol-1
Selama penelitian, dilakukan pengamatan produksi buah per pohon pada genotipe IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9, serta menghitung buah yang layak dan tidak layak jual berdasarkan penampakan luar buah.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Kondisi Umum
Penelitian dimulai pada bulan Februari 2008. Genotipe yang diamati IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9. Buah dipanen dari pohon yang berumur 2 – 2.5 tahun. Pada akhir bulan Februari 2008, buah sudah mulai dipanen berdasarkan kematangan yang telah mencapai 25%. Buah dipanen dengan kematangan 25%, buah dibersihkan, setelah itu disimpan di suhu ruang sampai buah mencapai kematangan 75 dan 100%, kemudian dilakukan pengamatan (Lampiran 4). Selama penyimpanan, sekitar 80% buah yang kulit buahnya mengeluarkan getah, hal ini mungkin disebabkan oleh gigitan serangga seperti lalat buah saat masih berada di pohon sehingga terjadi pelukaan pada permukaan kulit buah (Lampiran 5). Pelukaan kulit buah menyebabkan buah yang disimpan cepat masak serta mudah terinfeksi cendawan seperti Colletotrichum sp., dan Rhizopus sp. (Lampiran 5), buah yang terkena penyakit berkisar 70%. Pengamatan sifat fisik dan kimia dilakukan pada buah stadia kematangan 75 dan 100%. Pengamatan sifat fisik meliputi panjang, diameter, bobot buah, bobot kulit buah, bobot daging buah, bobot biji, bobot 100 biji, jumlah biji, tebal minimal daging buah, tebal maksimal daging buah, bagian yang dapat dimakan (BDD), kekerasan pangkal, tengah, ujung kulit dan daging buah. Pengamatan kimia meliputi PTT, ATT, PTT/ATT, pH, vitamin C, dan karoten.
Analisis Ragam Karakter yang Diamati
Hasil analisis ragam menunjukkan bahwa perbedaan stadia kematangan tidak berpengaruh nyata terhadap semua peubah yang diamati, kecuali berpengatuh nyata terhadap pH serta berpengaruh sangat nyata terhadap kekerasan kulit buah bagian tengah (Tabel 1).
15 Terdapat perbedaan yang nyata diantara genotipe yang diamati pada peubah kekerasan daging buah pada bagian tengah, ATT, kandungan vitamin C, dan karoten. Perbedaan yang sangat nyata terdapat pada peubah panjang, diameter, bobot buah, bobot kulit buah, bobot daging buah, bobot biji, bobot 100 biji, jumlah biji, tebal minimal dan maksimal daging buah, kekerasan kulit buah pada bagian pangkal, tengah, ujung, serta kekerasan daging buah bagian ujung, dan pH, sedangkan pada bagian yang dapat dimakan, kekerasan daging buah bagian pangkal, PTT dan PTT/ATT tidak terdapat perbedaan yang nyata. Koefisien keragaman berkisar antara 3 – 55% (Tabel 1).
Tabel. 1 Rekapitulasi Uji F Peubah yang Diamati pada 8 Genotipe Pepaya. Peubah Panjang (PJG) Diameter (DMR) Bobot buah (BBH) Bobot kulit buah (BKB) Bobot daging buah (BDB) Bobot biji (BBJ) Bobot 100 biji (BBO) Jumlah biji (JBJ) Tebal min daging buah (TMN) Tebal max daging buah (TMX) Bagian yang dapat dimakan (BDD) Kekerasan pangkal kulit buah (KKP) Kekerasan tengah kulit buah (KKT) Kekerasan ujung kulit buah (KKU) Kekerasan pangkal daging buah (KDP) Kekerasan tengah daging buah (KDT) Kekerasan ujung daging buah (KDU) PTT (PTT) ATT (ATT) PTT/ATT (PAT) Derajat keasaman (DPH) Vitamin C (VIC) Karoten (KRT)
Stadia Kematangan 1.08 tn 0.26 tn 0.03 tn 0 tn 1.04 tn 0.93 tn 0.37 tn 1.22 tn 10.76 tn 1.52 tn 0.31 tn 13.59 tn 131.77** 11.83 tn 9.53 tn 2.36 tn 11.92 tn 0 tn 0.79 tn 0.3 tn 29.05* 0 tn 0.12tn
Genotipe
KK (%)
35.78** 14** 31.81** 15.96** 42.19** 6.74** 33.42** 3.5** 10.65** 13.67** 1.3 tn 4.33** 6.69** 6.95** 2.02 tn 2.62* 4.08** 0.37 tn 0.03* 0.15 tn 0.01** 0.02* 0.01*
11.50 10.06 25.49 33.85 23.42 32.59 10.41 30.29 19.42 14.37 11.83 54.52 49.33 49.45 50.17 35.91 38.18 3.56 11.47 30.90 42.94 26.34 29.32
Keterangan: * berpengaruh nyata pada taraf 5%, ** berpengaruh nyata pada taraf 1%, tn tidak berpengaruh nyata.
16 Panjang Buah, Diameter Buah, Bobot Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Daging Buah, Bobot Biji, Bagian yang Dapat Dimakan
Bobot buah IPB 1, IPB 2A, IPB 3, IPB 3A, IPB 4, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 secara berurutan 500 g, 1282.5 g, 615 g, 1129.2 g, 513.3 g, 2475.8 g, 974.2 g, 1355 g (Tabel 2). Berdasarkan Yon (1994) klasifikasi buah genotipe IPB 1, IPB 3 dan IPB 4 termasuk buah kecil, genotipe IPB 2A, IPB 3A, IPB 8, IPB 9 termasuk buah sedang, dan genotipe IPB 7 termasuk buah besar. Yon (1994) mengklasifikasikan ukuran buah pepaya berdasarkan bobot buah ke dalam tiga jenis ukuran, yaitu buah kecil yang mempunyai bobot berkisar 300 – 700 g, buah sedang dengan bobot 800 – 1500 g, dan buah besar berkisar 2000 – 4000 g. Genotipe IPB 2A memiliki panjang, buah, bobot buah dan bobot kulit buah tidak berbeda nyata dengan genotipe IPB 3A, IPB 8, IPB 9. Genotipe IPB 2A dan IPB 3A memiliki bobot biji lebih besar dari IPB 9 dan diameter buah lebih panjang dari IPB 8. Bobot buah genotipe IPB 9 lebih besar dari IPB 8, sedangkan panjang buah IPB 8 lebih panjang dari IPB 3A dan IPB 9. Genotipe IPB 9 memiliki bobot daging buah lebih besar dari IPB 3A dan IPB 8 (Tabel 2 dan 3).
Tabel 2. Panjang Buah, Diameter Buah Genotipe IPB 1: IPB 3: IPB 4: IPB 2A: IPB 3A: IPB 8: IPB 9:
Panjang buah cm 13.37e 17.50d 16.17de 24.75bc 23.75c 27.67b 23.78c
Diameter buah cm 9.57bc 8.23d 7.72d 10.39b 10.02b 8.69cd 9.63bc
IPB 7: 32.17a 12.46a Uji F. ** ** Keterangan: Angka-angka yang diikuti oleh huruf yang sama pada kolom yang sama tidak berbeda nyata pada uji Duncan taraf 5%
17 Genotipe IPB 7 memiliki panjang buah, diameter buah, bobot buah, bobot kulit buah, bobot daging buah terbesar dari semua genotipe yang diamati. Bobot biji IPB 7 tidak berbeda nyata dengan IPB 2A dan IPB 3A (Tabel 2 dan 3).
Tabel 3. Bobot Buah, Bobot Kulit Buah, Bobot Daging Buah, Bobot Biji, Bagian yang Dapat Dimakan Bobot
Bobot
kulit
daging
g 500.0d 615.0d 513.3d
g buah 103.15c 124.74c 145.11c
IPB 2A: IPB 3A: IPB 8: IPB 9:
1282.5bc 1129.2bc 974.2c 1355.0b
IPB 7: Uji F.
2475.8a **
Genotipe IPB 1: IPB 3: IPB 4:
Bobot buah
Bobot biji
BDD
g buah 335.1e 363.8e 310.4e
g 57.02cd 74.60bc 35.43d
% 63.86 69.82 68.72
257.04b 272.19b 202.15bc 252.51b
906.9bc 707.2cd 648.8d 1008.1b
89.95ab 95.12ab 75.73bc 51.68cd
70.12 64.65 70.43 62.03
509.39a **
1691.9a **
114.31a **
62.18 tn
Penentuan edible portion atau persen bagian yang dapat dimakan bersifat subjektif tergantung konsumen dalam memanfaatkan bagian buah pepaya untuk dikonsumsi baik dalam bentuk segar maupun olahan. Persen BDD pada semua genotipe yang diamati tidak berbeda nyata, berkisar 62 – 71% (Tabel 3). Berdasarkan hasil uji korelasi panjang buah semakin panjang maka diameter buah semakin panjang. Genotipe IPB 3 dan IPB 8 memiliki panjang buah yang panjang serta diameter buah yang cukup panjang, sedangkan IPB 9 memiliki panjang buah yang cukup panjang serta diameter buah yang panjang. Bobot buah yang semakin besar akan diikuti dengan bobot kulit buah, bobot daging buah, bobot biji yang semakin besar. Pada IPB 4 dan IPB 3A bobot buah cukup besar serta bobot kulit buah yang besar, selain itu IPB 3A memiliki bobot biji yang besar pula. Pada IPB 9 bobot buah besar memiliki bobot biji cukup besar (Lampiran 3).
18 Tebal Minimal Daging Buah, Tebal Maksimal Daging Buah, Bobot 100 Biji, Jumlah Biji Tebal minimal daging buah genotipe yang diamati berkisar 1.08 – 2.48 cm, serta tebal maksimal daging buah berkisar 1.98 – 3.15 cm. Genotipe IPB 4 memiliki bobot 100 biji lebih besar dan jumlah biji lebih kecil dari genotipe IPB 1 dan IPB 3. Jumlah biji pada genotipe yang diamati berkisar 364 – 867 (Tabel 4). Genotipe IPB 7 memiliki tebal minimal dan maksimal daging buah tidak berbeda nyata dengan IPB 9. Bobot 100 biji IPB 7 tidak berbeda nyata dengan IPB 8 dan lebih besar dari IPB 2A. Jumlah biji IPB 2A, IPB 3A, IPB 7, IPB 8, dan IPB 9 tidak berbeda nyata (Tabel 4).
Tabel 4. Tebal Minimal Daging Buah, Tebal Maksimal Daging Buah, Bobot 100 Biji, Jumlah Biji Genotipe IPB 1: IPB 3: IPB 4:
Tebal minimal cmbuah daging 1.08d 1.25cd 1.23cd
Tebal maksimal Cmbuah daging 1.98e 2.45cd 2.02de
Bobot 100 biji g 7.66e 7.99e 10.92c
Jumlah biji -----636.7a 866.5 a 364.5b
IPB 2A: IPB 3A: IPB 8: IPB 9:
1.85b 1.55bc 1.68b 2.23a
2.67bc 2.53c 2.23cde 3.15a
12.69b 9.64cd 13.52ab 8.56de
646.5 a 662.7 a 713.2 a 856.8 a
IPB 7: Uji F.
2.48a **
3.00ab **
14.43a **
650.5 a **
Bobot buah memiliki hubungan yang positif dengan tebal minimal dan maksimal daging buah, semakin besar bobot buah maka ketebalan daging buah semakin tebal. Pada genotipe IPB 3 bobot buah besar serta tebal minimal daging buah yang cukup tebal, selain itu bobot buah IPB 3A yang cukup besar memiliki tebal maksimal yang tebal, genotipe IPB 8 memiliki tebal minimal yang tebal (Lampiran 3).
19 Kekerasan Kulit dan Daging Buah Peningkatan stadia kematangan buah, pada umumnya mempengaruhi kekerasan kulit buah. Kekerasan kulit buah bagian tengah pada kematangan 75% lebih tinggi dari stadia kematangan 100%. Kekerasan kulit buah bagian tengah pada stadia kematangan 75% sebesar 36.35 mm/150 g/5 detik dan pada stadia kematangan 100% sebesar 56.79 mm/150 g/5 detik, hal ini menunjukkan bahwa kekerasan kulit buah bagian tengah mengalami penurunan. Semakin kecil nilai kekerasan kulit dan daging buah maka kulit dan daging semakin lunak, pada pengukuran dengan penetrometer semakin tinggi nilai yang tertera pada alat, maka akan semakin rendah tingkat kekerasannya. Jeong et al. (2002) mengemukakan bahwa penurunan kekerasan buah mempunyai hubungan erat dengan enzim pektin yang kaitannya dengan etilen. Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) proses pelunakan disebabkan terjadinya proses hidrolisis zat pektin menjadi komponenkomponen yang larut air, sehingga total zat pektin yang mempengaruhi kekerasan buah mengalami penurunan menyebabkan buah semakin lunak.
Tabel 5. Kekerasan Kulit Buah Genotipe
Pangkal
Kekerasan Kulit Buah Tengah mm/150 g/5 detik 41.28b 44.61b 103.33a
Ujung
IPB 1: IPB 3: IPB 4:
26.05b 28.72b 68.06a
29.67b 32.22b 89.89a
IPB 2A: IPB 3A: IPB 8: IPB 9:
20.50b 25.72b 43.17b 27.56b
31.17b 31.72b 53.22b 29.89b
30.44b 26.06b 45.72b 27.89b
IPB 7: Uji F.
27.11b **
37.33b **
36.17b **
20 Tabel 6. Kekerasan Daging Buah Genotipe
Pangkal
Kekerasan Daging Buah Tengah mm/150 g/5 detik 117.89 a 94.78abc 110.67ab
Ujung 111.89ab 95.06abc 128.11 a
IPB 1: IPB 3: IPB 4:
66.33 97.67 96.78
IPB 2A: IPB 3A: IPB 8: IPB 9:
56.34 51.22 99.22 58.67
84.00abc 72.72bc 116.56ab 58.50c
57.22c 70.17bc 112.06ab 61.72c
IPB 7: Uji F.
56.11 tn
80.06abc *
64.45c **
Genotipe IPB 4 memiliki kekerasan kulit dan daging buah lebih rendah dari IPB 1 dan IPB 3. Kekerasan kulit dan daging buah pada bagian pangkal, tengah, ujung IPB 1 dan IPB 3 tidak berbeda nyata (Tabel 5 dan 6). Genotipe IPB 2A, IPB 3A, IPB 8, dan IPB 9 memiliki kekerasan kulit buah pada bagian pangkal, tengah, ujung, serta kekerasan daging buah bagian pangkal tidak berbeda nyata. Kekerasan daging buah bagian tengah IPB 9 lebih tinggi daripada IPB 8. Genotipe IPB 2A dan IPB 9 memiliki kekerasan daging buah bagian ujung lebih tinggi dari IPB 9 (Tabel 5 dan 6). Genotipe IPB 7 memiliki nilai kekerasan kulit buah pada bagian pangkal, tengah, ujung dan kekerasan daging buah bagian pangkal, tengah yang tidak berbeda nyata dengan semua genotipe yang diamati. Kekerasan daging buah bagian ujung IPB 7 lebih tinggi dari IPB 1, IPB 4, dan IPB 8 (Tabel 5 dan 6). Hasil uji korelasi menunjukkan kekerasan kulit buah bagian pangkal semakin kecil maka kekerasan kulit bagian tengah dan ujung semakin kecil. Kekerasan daging buah bagian pangkal dan tengah semakin kecil maka kekerasan daging buah bagian ujung semakin kecil (Lampiran 3).
21 Padatan Terlarut Total (PTT), Asam Tertitrasi Total (ATT), PTT/ATT, pH, Vitamin C, Karoten
Stadia kematangan 75 dan 100%, serta genotipe yang diamati tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan PTT buah (Tabel 1). Akamine dan Goo (1971) mengemukakan bahwa gula merupakan komponen utama PTT. Selama pemasakan buah, PTT meningkat karena terjadi pemecahan dan pembelahan polimer karbohidrat khususnya pati menjadi gula sehingga kandungan gula secara umum meningkat. Kandungan PTT pada cairan daging buah yang dapat dimakan bertambah dengan meluasnya warna kuning permukaan kulit buah sampai tingkat 80%, setelah itu menurun dengan meluasnya warna kulit karena hidrolisis gula menjadi asam organik dan digunakan untuk proses respirasi.
Tabel 7. PTT, ATT, PTT/ATT, pH ATT % 0.14ab 0.11 abc 0.14 a
PTT/ATT
pH
IPB 1: IPB 3: IPB 4:
PTT Brix 10.33 10.67 10.83
79.40 102.12 79.31
5.14bc 5.36ab 5.06c
IPB 2A: IPB 3A: IPB 8: IPB 9:
10.17 11.17 9.50 10.33
0.09c 0.11abc 0.09bc 0.09c
156.25 119.98 113.32 128.04
5.28abc 5.16bc 5.27abc 5.41a
IPB 7: Uji F.
10.00 tn
0.09c *
125.28 tn
5.47a **
Genotipe
0
Kandungan PTT pada genotipe pepaya yang diamati berkisar 9 – 12 oBrix (Tabel 7). Paull et al. (1998) menyatakan bahwa standar PTT minimal yang diinginkan konsumen berkisar 11.5 oBrix. Hasil penelitian Suketi et al. (2008), nilai PTT beberapa genotipe buah pepaya berkisar 9 – 11 oBrix.
22 Nilai ATT pada genotipe pepaya yang diamati berkisar 0.09 – 0.14%. Hasil penelitian Suketi et al. (2007) kandungan ATT buah pepaya 0.06 – 0.12%. Kandungan ATT genotipe IPB 4 lebih tinggi dari IPB 2A, IPB 7, IPB 8, IPB 9. Genotipe IPB 2A, IPB 7, IPB 9 memiliki kandungan ATT lebih rendah dari IPB 1 (Tabel 7). Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa ATT dan PTT/ATT mempunyai hubungan yang negatif, semakin kecil nilai ATT maka semakin besar nilai perbandingan PTT/ATT (Lampiran 3). Winarno dan Aman (1981) menyatakan buah yang menjadi matang, kandungan gula meningkat tetapi asam menurun, akibatnya perbandingan gula dan asam mengalami perubahan. Nilai derajat keasaman (pH) pada stadia kematangan 75% lebih besar dari stadia kematangan 100%. Nilai pH pada stadia kematangan buah 75% sebesar 5.37 dan kematangan 100% sebesar 5.17, hal ini menunjukkan bahwa nilai pH mengalami penurunan. Wills et. al. (1998) mengemukakan bahwa perubahan pH berhubungan dengan degradasi klorofil yang berpengaruh pada perubahan warna buah, semakin rendah rendah nilai pH maka kandungan klorofil semakin berkurang. Nilai pH genotipe IPB 3 lebih tinggi dari IPB 4. Genotipe IPB 7 dan IPB 9 memiliki nilai pH lebih tinggi dari IPB 1, IPB 3A, IPB 4 (Tabel 7). Nilai pH memiliki hubungan yang negatif dengan ATT, semakin rendah nilai pH maka semakin tinggi nilai ATT (Lampiran 3). Kandungan vitamin C antar genotipe memiliki perbandingan yang nyata. Genotipe IPB 2A memiliki kandungan vitamin C lebih rendah daripada IPB 3 dan IPB 4. Genotipe IPB 4 memiliki kandungan vitamin C lebih tinggi dari IPB 3A (Tabel 8). Menurut Muchtadi dan Sugiyono (1992) perbedaan kadar vitamin C disebabkan oleh genotipe yang berbeda, faktor budidaya, kondisi iklim sebelum panen, cara pemanenan ataupun perbedaan umur petik. Kandungan karoten antar genotipe memiliki perbandingan yang nyata. Kandungan karoten IPB 1 lebih rendah dari IPB 3 dan IPB 4. Genotipe IPB 4 memiliki kandungan karoten yang lebih tinggi dari IPB 3A, IPB 7, IPB 8, IPB 9 (Tabel 8). Yon (1994) mengemukakan bahwa kandungan karoten pada pepaya berkisar antara 1.160 – 2.431 mg/100 g daging buah, tergantung pada kultivar pepaya.
23 Tabel 8. Vitamin C, Karoten Vitamin C mg/100g 84.77abc 105.60ab 107.36a
Karoten mg/100g 16.65c 29.73ab 34.91a
IPB 2A: IPB 3A: IPB 8: IPB 9:
61.31c 76.27bc 79.79abc 78.61abc
26.10abc 24.03bc 22.08bc 23.30bc
IPB 7: Uji F.
87.12abc *
23.45bc *
Genotipe IPB 1: IPB 3: IPB 4:
Kualitas Buah Berdasarkan Beberapa Peubah Kualitas buah pepaya masing-masing genotipe dapat ditentukan oleh beberapa peubah yang dilakukan berdasarkan nilai skor. Peubah-peubah yang diamati diberi skor dengan criteria 1 (kurang baik), 2 (cukup baik), 3 (baik), dan 4 (sangat baik). Penentuan nilai skor untuk masing-masing peubah dapat dilihat pada Tabel 9. Kualitas buah masing-masing genotipe berdasarkan skor yang didapat dapat dilihat pada Tabel 10.
Tabel 9. Kisaran Nilai Skor Masing-masing Genotipe Peubah JBJ BDD (%) KDB (mm/150g/5detik) PTT (oBrix) ATT (%) PAT DPH VIC (mg/100g) KRT (mg/100g)
1 > 900 < 55 > 125 < 9.50 > 0.16 < 75 < 5.00 < 60 < 50
Skor 2 3 701 – 900 601 – 700 55 – 60 61 – 65 101 – 125 76 – 100 9.50 – 10.00 10.01 – 10.50 0.14 – 0.16 0.10 – 0.13 75 – 100 101 – 125 5.00 – 5.15 5.16 – 5.30 60 – 75 76 – 100 15 – 20 21 – 25
4 < 600 > 65 < 75 > 10.50 < 0.10 > 125 > 5.30 > 100 > 25
24 Tabel 10. Skor Kualitas Buah Genotipe Pepaya Berdasarkan Beberapa Peubah Peubah JBJ BDD KDB PTT ATT PAT DPH VIC KRT
IPB 1 3 3 3 3 2 2 2 3 2
IPB 3 2 4 3 4 3 3 4 4 4
IPB 4 4 4 2 4 2 2 2 4 4
Genotipe IPB 2A IPB 3A IPB 8 3 3 2 4 3 4 4 4 2 3 4 2 4 3 4 4 3 3 3 3 3 2 3 3 4 3 3
IPB 9 2 3 4 3 4 4 4 3 3
IPB 7 3 3 4 2 4 4 4 3 3
Keterangan: 4 = sangat baik, 3 = baik, 2 = cukup baik, 1 = kurang baik
Genotipe IPB 3 memiliki keunggulan pada presentase bagian buah yang dapat dimakan, nilai PTT, pH, serta kandungan vitamin C dan karoten yang tinggi. Genotipe IPB 2A memiliki keunggulan pada peubah bagian buah yang dapat dimakan, tingkat kekerasan daging buah, rendahnya nilai ATT, besarnya perbandingan antara PTT dan ATT, serta kandungan karoten. Genotipe IPB 9 dan IPB 7 memiliki keunggulan pada peubah yang sama, yaitu peubah tingkat kekerasan daging buah, kandungan ATT yang rendah, nilai perbandingan antara PTT dan ATT yang besar, serta nilai pH yang tinggi. Genotipe IPB 3A memiliki keunggulan pada tingkat kekerasan daging buah, dan nilai PTT yang tinggi. Genotipe IPB 4 memiliki keunggulan pada peubah jumlah biji yang sedikit, presentase bagian buah yang dapat dimakan, tingginya nilai PTT, serta kandungan vitamin C dan karoten. Genotipe IPB 8 memiliki keunggulan pada persentase bagian buah yang dapat dimakan dan rendahnya kandungan ATT. Genotipe IPB 1 memiliki nilai yang baik pada peubah jumlah biji yang lebih sedikit daripada IPB 3, IPB 8 dan IPB 9, tingkat kekerasan daging buah yang lebih tinggi dari IPB 4 dan IPB 8, nilai PTT lebih tinggi dari IPB 8 dan IPB 7, serta kandungan vitamin C lebih tinggi dari genotipe IPB 2A.
25 Data Produksi Buah Pada bulan Februari – Juni 2008 dilakukan pengamatan produksi buah yang layak jual dan tidak layak jual berdasarkan penampilan fisik buah seperti bentuk buah yang tidak normal, kulit buah yang sudah terluka atau terkena penyakit. Produksi buah yang diamati pada genotipe IPB 3, IPB 4, IPB 7, IPB 8, IPB 9. Buah yang layak jual digunakan untuk bahan pengamatan, selanjutnya buah yang tidak layak hanya dihitung bobotnya saja (Tabel 11).
Tabel 11. Data Produksi Buah Pepaya Selama Empat Bulan*) Genotipe
Produksi Total Kg
Jml. Buah Layak -----Jual
23.16 27.66
Produksi Buah kg Layak Jual 13.62 14.49
IPB 3 IPB 4 IPB 8 IPB 9
31.59 63.63
8.05 44.17
7 38
23.54 19.46
18 19
IPB 7
92.14
21.86
11
70.28
36
22 28
Produksi Jml. Buah Buahkg Tidak tidak----Layak Layak Jual Jual 9.54 21 13.18 29
Keterangan: *)Februari 2008 – Juni 2008
Hasil produksi tanaman yang diamati kurang begitu baik karena pohon yang digunakan sudah cukup tua sehingga produksinya sudah menurun dan seharusnya sudah dilakukan penanaman baru. Faktor lain yang mempengaruhi banyaknya buah yang tidak layak adalah serangan hama dan penyakit. Pada bulan Februari – April 2008 hujan masih jarang turun, tanaman banyak diserang oleh hama. Hama yang muncul antara lain tungau (Tetranicus sp.) dan kutu putih (Pseudococcidae sp.). Pada bulan Mei – Desember 2008 hujan mulai sering turun sehingga tanaman mulai diserang penyakit yang disebabkan cendawan, seperti Rhizopus sp. dan Colletotrichum sp.
KESIMPULAN
Genotipe yang diamati pada kematangan 75 dan 100% pada umumnya memiliki kualitas yang sama, kecuali pada peubah kekerasan daging buah pada bagian tengah dan ujung, kandungan vitamin C serta kandungan karoten. Kualitas buah dapat ditentukan oleh beberapa peubah, yaitu jumlah biji, bagian buah yang dapat dimakan, kekerasan daging buah, nilai PTT, ATT, perbandingan PTT dan ATT, serta kandungan vitamin C dan karoten. Genotipe IPB 4 memiliki jumlah biji yang lebih sedikit dibandingkan dengan genotipe lainnya. Genotipe IPB 3 memiliki keunggulan hampir pada semua peubah yang menentukan kualitas, kecuali pada tingkat kekerasan daging buah yang lunak, nilai ATT yang lebih tinggi serta perbandingan antara nilai PTT dan ATT lebih rendah dibandingkan dengan IPB 2A dan IPB 9. Genotipe IPB 9 dan IPB 7 memiliki keunggulan yang sama pada peubah tingkat kekerasan daging buah, kandungan ATT yang rendah, nilai perbandingan antara PTT dan ATT yang besar, serta nilai pH yang tinggi. Kandungan vitamin C dan karoten yang tinggi dimiliki oleh genotipe IPB 4.
DAFTAR PUSTAKA Abeywickrama, K., C. Wijerathna, N. Rajapaksha, S. Kannangara, and K. Sarananda. 2008. Integrated disease control strategies for strorage life lengthening of Papaya Red Lady and Rathna Varieties. Makalah disampaikan pada Seminar International Symposium on Tropical and Subtropical Fruits. Bogor 3 – 7 November 2008. Akamine, E. K. and T. Goo. 1971. Relationship between surface color development and total soluble solids in papaya. HortScience 6:567-568. Andarwulan, N., dan S. Koswara. 1992. Kimia Vitamin. Rajawali. Jakarta. 255 hal. Ashari, S. 1995. Hortikultura Aspek Budidaya. UI-Press. Jakarta. 474 hal. Aziz-Abou, A. B., S. M. El-Nabawy, H. A. Zaki. 1975. Effects of different temperatures on the storage of papaya fruit and respirational activity during storage. HortScience 3:173-177. Departemen Pertanian. 2007. Produktivitas Hortikultura. http://database.deptan.go.id. 13 Februari 2008. FAO.2005.http://faostat.fao.org/site/336/DesktopDefault.aspx?PageID=336. 7 April 2007 Hawai’i State Department of Agriculture. 1989. Petunjuk-petunjuk untuk pemanenan hasil, hal. 91-119. Dalam: Er.B. Pantastico (Ed.) Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan dari: Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Sub-Tropical Fruits and Vegetables. Penerjemah: Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 223 hal. Huber, D. J. 1983. The role of cell wall hydrolases in fruit ripening. Hort. Rev. 5:169-219. Jeong, J., D. J. Huber and S. A. Sargent. (2002). Influence of 1methylcyclopropene (1-MCP) on ripening and cell-wall matrix polysaccharides of avocado (Persea americana) fruit. Phostharvest Biology Technology 25: 241- 256. Kays, S. J. 1991. Postharvest Physiology of Perisable Plant Product. Van Nostrand Reinhold. New York. 532 p.
28 Lazan, H., Z. M. Ali and W. C. Sim. 1990. In H. Lazan, Z. M. Ali, M. C. C. Lizada, p. 56-74. In: R. M. Yon (Ed.). Papaya. Fruit Development, Postharvest Physiology, Handling and Marketing in ASEAN. ASEAN Food Handling Bureau. Kuala Lumpur. Lazan, H., Z. M. Ali, K. M. Liang, and K. L. Yee. 1989. Polygalacturonase activity and variation in ripening of papaya fruit with tissue depth and heat treatment. Physiology Plant 77: 93 – 98. Lodh, S. B. dan Er. B. Pantastico. 1989. Perubahan-perubahan fisikokimiawi selama pertumbuhan organ-organ penimbun, hal. 64-87. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.) Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan dari: Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and Sub-Tropical Fruits and Vegetables. Penerjemah: Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 223 hal. Matto, A. K., T. Murata, Er. B. Pantastico, K.Chan Chin, C. T. Phan. 1989. Perubahan-perubahan kimiawi selama pematangan dan penuaan, hal.160197. Dalam: Er. B. Pantastico (Ed.) Fisiologi Pasca Panen dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan dari: Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and SubTropical Fruits and Vegetables. Penerjemah: Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 223 hal. Muchtadi, T. R. dan Sugiyono. 1992. Ilmu Pengetahuan Bahan Pangan. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Pangan dan Gizi. IPB. 412 hal. Nakasone, H. Y. and R. E. Paull. 1999. Papaya, p. 239-269. In: J. Atherton and A. Rees (Eds.). Tropical Fruits. CAB International Publishing. London. Pantastico, E. B. 1989. Susunan buah-buahan dan sayuran, hal. 3-37. Dalam: E.B. Pantastico (Ed.). Fisiologi Pasca Panen, Penanganan dan Pemanfaatan Buah-buahan dan Sayur-sayuran Tropika dan Subtropika. Terjemahan dari: Postharvest Physiology, Handling and Utilization of Tropical and SubTropical Fruits and Vegetables. Penerjemah: Kamariyani. Gajah Mada University Press. Yogyakarta. 223 hal. Paull, R. E., K. Gross, and Y. Qiu. 1998. Changes in papaya cells walls during fruit ripening. Postharv. Biol. and Tech. 16 (1999) : 78 – 89. Peh, H. S. 1991. In: H. Lazan, Z. M. Ali, M. C. C. Lizada, p. 56-74. In: R. M. Yon (Ed.). Papaya. Fruit Development, Postharvest Physiology, Handling and Marketing in ASEAN. ASEAN Food Handling Bureau. Kuala Lumpur.
29 Sankat, C. K. and R. Maharaj. 1997. Papaya. p. 167-189. In: S. K. Mitra (Ed.). Postharvest Physiologi and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. Cab International. USA. Santoso, B. B., B. S. Purwoko. 1995. Fisiologi dan Teknologi Pasca Panen Tanaman Hortikultura. Indonesia Australia Eastern Universities Project. Jakarta. 187 hal. Sibarani, S., F. Anwar, Rimbawan, dan B. Setioso. 1986. Penuntun Praktikum Analisa Zat Gizi. Jurusan Gizi Masyarakat dan Sumber Daya Keluarga, Fakultas Pertanian, IPB. Bogor. 144 hal. Sims, D. 2003. Chlorophyll Method. http://vcsars.calstatela.edu/lab_documents/Chlorophyll-method.doc. 25 Februari 2008 Soenardi, T. 2005. http://64.203.71.11/kesehatan/news/0410/26/051717.htm. 13 Februari 2008. Sudarmaji, S., B. Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Liberty. Yogyakarta. 138 hal. Suketi, K., W. D. Widodo, K. D. Purba. 2007. Kajian daya simpan buah pepaya. hal. 300 – 305. Dalam N. Rostini, T. Nurmala, A. Kurniawan, A. Nuraini, S. Amien, D. Ruswandi, W. A. Qosim (eds). Prosiding Kongres IX Perhimpunan Agronomi Indonesia (PERAGI) Pengembangan dan Optimalisasi Produksi Komoditas Tanaman Pangan, Hortikultura, Perkebunan dan Bioenergi. Bandung. 15 – 17 November 2007. Suketi, K., W. D. Widodo, I. Rafikasari, dan D. Reninda. 2008. Karakter fisik dan kimia buah pepaya pada tiga umur petik. hal 81 – 92. Dalam D. Effendi, W. D. Widodo (eds). Prosiding Seminar Nasional Perhimpunan Hortikultura Indonesia (PERHORTI) Manajemen Rantai Pasokan Produk Hortikultura Berkualitas. Jakarta 21 November 2006. Villegas, V. N. 1997. Carica papaya L., hal. 125-131. Dalam: E. W. M. Verheij dan R. E. Coronel (Eds.). Prosea Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Terjemahan dari: Plant Resource of South-East Asia 2: Edible Fruits and Nuts. Diterjemahkan oleh: S. Danimihardja, H. Sutarno, N. W. Utami dan D. S. H. Hoesen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. Wills, R. B. H. and S. B. Widjanarko. 1995. Changes in physiology and sensory characteristics of Australian papaya during ripening. Australian Journal Experimental Agriculture 35:1173-1176
30 Wills, R., B. Mc Glasson., D. Graham and D. Joyce. 1998. Postharvest An Introduction to Physiology and Handling Fruit and Vegetable. CABI International. Wallingford. UK. 262 p. Winarno, F. G. 1995. Kimia Pangan dan Gizi. PT. Gramedia. Jakarta. Winarno, F. G. dan M. Aman. 1981. Fisiologi Lepas Panen. Sastra Hudaya. Jakarta. 97 hal. Yon, R. M. 1994. General characteristics of papaya, p. 1-4. In: R. M. Yon (Ed.). Papaya. Fruit Development, Postharvest Physiology, Handling and Marketing in ASEAN. ASEAN Food Handling Bureau. Kuala Lumpur.
32 Lampiran 1. Hasil Uji F Pengamatan Sifat Fisik pada Delapan Genotipe SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
db 2 1 2 7 7 28 47 11.50
db 2 1 2 7 7 28 47 10.06
db 2 1 2 7 7 28 47 25.49
Panjang Buah JK 2.14 0.32 0.59 1661.10 78.65 185.70 1928.49
Diameter Buah JK 0.67 0.08 0.63 91.22 3.27 26.06 121.94
Bobot Buah JK 307659.38 1408.33 91707.29 17682497.92 168958.33 2223300.00 20475531.25
KT 1.07 0.32 0.29 237.30 11.24 6.63
KT 0.34 0.08 0.32 13.03 0.47 0.93
KT 153829.69 1408.33 45853.65 2526071.13 24136.90 79403.57
Keterangan: tn) tidak berbeda nyata, *) berbeda nyata pada taraf 5%, **) berbeda sangat nyata pada taraf 1%,
F-hit 3.65 tn 1.08 tn 0.04 tn 35.78** 1.69 tn
F-hit 1.07 tn 0.26 tn 0.34 tn 14.00** 0.5 tn
F-hit 3.35 tn 0.03 tn 0.58 tn 31.81** 0.30 tn
33 Lampiran 1. Lanjutan SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
db 2 1 2 7 7 28 47 33.85
db 2 1 2 7 7 28 47 23.42
db 2 1 2 7 7 28 47 32.59
Bobot Kulit Buah JK 7042.10 3.42 4386.64 696852.88 17823.36 174632.32 900740.72
KT 3521.05 3.42 2193.32 99550.41 2546.19 6236.87
Bobot Daging Buah JK KT 135801.40 67900.70 11768.18 11768.18 22679.11 11339.55 9029287.56 1289898.22 59686.46 8526.64 856052.32 30573.30 10115275.01
Bobot Biji JK 685.25 270.56 582.00 27619.01 2360.73 16384.10 47901.67
KT 342.63 270.56 291.00 3945.57 337.25 585.15
Keterangan: tn) tidak berbeda nyata, *) berbeda nyata pada taraf 5%, **) berbeda sangat nyata pada taraf 1%,
F-hit 1.61 tn 0 tn 0.35 tn 15.96** 0.41 tn
F-hit 5.99 tn 1.04 tn 0.37 tn 42.19** 0.28 tn
F-hit 1.18 tn 0.93 tn 0.50 tn 6.74** 0.58 tn
34 Lampiran 1. Lanjutan SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
Bagian Buah yang Dapat Dimakan db JK KT 2 15.76 7.88 1 97.64 97.64 2 627.51 313.75 7 561.48 80.21 7 693.12 99.02 28 1732.30 61.87 47 3727.82 11.83
db 2 1 2 7 7 28 47 10.41
db 2 1 2 7 7 28 47 30.29
Bobot 100 Biji JK 0.78 0.68 3.72 288.99 7.10 34.59 335.86
Jumlah Biji JK 18155.17 7752.08 12692.67 1023814.33 301758.92 1169349.50 2533522.67
F-hit 0.03 tn 0.31 tn 5.07* 1.30 tn 1.60 tn
KT 0.39 0.68 1.86 41.28 1.01 1.24
F-hit 0.21 tn 0.37 tn 1.51 tn 33.42** 0.82 tn
KT 9077.58 7752.08 6346.33 146259.19 43108.42 41762.48
F-hit 1. 43 tn 1.22 tn 0.15 tn 3.50** 1.03 tn
Keterangan: tn) tidak berbeda nyata, *) berbeda nyata pada taraf 5%, **) berbeda sangat nyata pada taraf 1%,
35 Lampiran 1. Lanjutan SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
db 2 1 2 7 7 28 47 18.85
Tebal Minimal Daging Buah JK 0.10 0.61 0.22 10.42 0.73 2.88 19.19
KT 0.05 0.61 0.11 1.49 0.10 0.10
F-hit 0.47 tn 5.55 tn 1.06 tn 14.48** 1.01 tn
KT 0.26 0.75 0.11 1.09 0.29 0.13
F-hit 2.28 tn 6.63 tn 0.90 tn 8.73** 2.34*
Tebal Maksimal Daging Buah SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
db 2 1 2 7 7 28 47 14.13
JK 0.52 0.75 0.23 7.65 2.05 3.51 14.70
Keterangan: tn) tidak berbeda nyata, *) berbeda nyata pada taraf 5%, **) berbeda sangat nyata pada taraf 1%,
36 Lampiran 1. Lanjutan SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
Kekerasan Pangkal Kulit Buah db JK KT 2 809.23 404.61 1 996.27 996.27 2 146.61 73.30 7 10027.15 1432.45 7 1979.16 282.74 28 9264.07 330.86 47 23222.48 54.52
db 2 1 2 7 7 28 47 49.33
db 2 1 2 7 7 28 47 49.45
Kekerasan Tengah Kulit Buah JK KT 548.73 274.36 5016.39 5016.39 76.14 38.07 24717.28 3531.04 4036.27 576.61 14776.08 527.72 49170.87
Kekerasan Ujung Kulit Buah JK KT 986.99 493.49 2655.49 2655.49 448.76 224.38 18813.52 2687.65 2593.41 370.49 10821.49 386.48 36319.65
Keterangan: tn) tidak berbeda nyata, *) berbeda nyata pada taraf 5%, **) berbeda sangat nyata pada taraf 1%,
F-hit 5.52 tn 13.59 tn 0.22 tn 4.33** 0.85 tn
F-hit 7.21 tn 131.77** 0.07 tn 6.69** 1.09 tn
F-hit 2.20 tn 11.83 tn 0.58 tn 6.95** 0.96 tn
37 Lampiran 1. Lanjutan SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
Kekerasan Pangkal Daging Buah db JK KT 2 1266.73 633.37 1 9370.24 9370.24 2 1966.51 983.26 7 18889.13 2698.45 7 9917.98 1416.85 28 37340.92 1333.60 47 78751.52 50.17
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
Kekerasan Bagian Tengah Daging Buah db JK KT 2 4718.57 2359.29 1 3283.69 3283.69 2 2778.04 1389.02 7 19979.29 2854.18 7 11574.97 1653.57 28 30499.39 1089.26 47 72833.95 35.91
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
Kekerasan Ujung Daging Buah db JK KT 2 1782.14 891.07 1 7938.99 7938.99 2 1332.22 666.11 7 31903.82 4557.69 7 5395.84 770.83 28 31307.05 1118.11 47 79660.06 38.18
Keterangan: tn) tidak berbeda nyata, *) berbeda nyata pada taraf 5%, **) berbeda sangat nyata pada taraf 1%,
F-hit 0.64 tn 9.53 tn 0.74 tn 2.02 tn 1.06 tn
F-hit 1.70 tn 2.36 tn 1.28 tn 2.62* 1.52 tn
F-hit 1.34 tn 11.92 tn 0.60 tn 4.08** 0.69 tn
38 Lampiran 2. Hasil Uji F Pengamatan Sifat Kimia pada Delapan Genotipe SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
db 2 1 2 7 7 28 47 11.47
db 2 1 2 7 7 28 47 31.165
db 2 1 2 7 7 28 47 42.91
PTT JK 1.63 0.00 5.38 11.25 3.33 39.67 61.25
KT 0.81 0.00 2.69 1.61 0.48 1.42
F-hit 0.30 tn 0.00 tn 1.90 tn 1.13 tn 0.34 tn
ATT JK 0.001 0.001 0.001 0.020 0.015 0.031 0.068
KT 0.001 0.001 0.001 0.003 0.002 0.001
F-hit 1.250 tn 1.060 tn 0.450 tn 2.570* 1.900 tn
PTT/ATT JK 0.34 0.03 0.20 1.15 1.55 2.70 5.97
KT 0.17 0.03 0.10 0.16 0.22 0.10
Keterangan: tn) tidak berbeda nyata, *) berbeda nyata pada taraf 5%, **) berbeda sangat nyata pada taraf 1%,
F-hit 1.66 tn 0.28 tn 1.05 tn 1.70 tn 2.30 tn
39 Lampiran 2. Lanjutan SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
SK Ulangan Warna Kulit Galat a Genotipe Wk*Gntp Galat b Umum KK
db 2 1 2 7 7 28 47 3.56
db 2 1 2 7 7 28 47 26.34
db 2 1 2 7 7 28 47 29.32
pH JK 0.05 0.51 0.04 0.84 0.58 0.99 3.00
KT 0.02 0.51 0.02 0.12 0.08 0.04
Vitamin C JK 24.91 0.58 778.66 9806.42 1533.25 14064.91 26208.73
KT 12.45 0.58 389.33 1400.92 219.04 502.32
F-hit 0.03 tn 0 tn 0.78 tn 2.79* 0.44 tn
Karoten (mg/100g) JK 67.57 17.44 297.51 1240.50 542.84 1507.52 3673.38
KT 33.79 17.44 148.75 177.21 77.55 53.84
F-hit 0.23 tn 0.12 tn 2.76 tn 3.29* 1.44 tn
Keterangan: tn) tidak berbeda nyata, *) berbeda nyata pada taraf 5%, **) berbeda sangat nyata pada taraf 1%,
F-hit 1.33 tn 29.05* 0.50 tn 3.42** 2.36*
Lampiran 3. Hasil Uji Korelasi Pengamatan Sifat Fisik dan Kimia BBH PJG DMR BKB BDB TMN TMX JBJ KKP KKT KDP KDT KDU DPH ATT PAT PJG 0.877** DMR 0.896** 0.682 BBH 0.986** 0.868** 0.882** BDB 0.995** 0.868** 0.892** 0.969** BBJ 0.735* 0.734* 0.781* 0.752* 0.690 TMN 0.927** 0.872** 0.745* 0.877** 0.952** TMX 0.792* 0.678 0.642 0.726* 0.820* 0.893** BBO 0.637 0.788* 0.465 0.668 0.617 0.564 0.208 KKT -0.456 -0.403 -0.618 -0.371 -0.476 -0.461 -0.618 -0.744* 0.971** KKU -0.317 -0.263 -0.515 -0.233 -0.333 -0.307 -0.500 -0.780* 0.971** 0.983** KDP -0.579 -0.347 -0.791* -0.570 -0.598 -0.523 -0.594 -0.123 0.691 0.690 KDT -0.585 -0.461 -0.496 -0.557 -0.605 -0.682 -0.905** -0.447 0.511 0.583 0.685 KDU -0.715* -0.607 -0.730* -0.668 -0.735* -0.744* -0.889** -0.472 0.755* 0.789* 0.800* 0.886** DPH 0.722* 0.642 0.559 0.617 0.741* 0.778* 0.825* 0.707* -0.538 -0.593 -0.246 -0.550 -0.641 ATT -0.758* -0.865** -0.605 -0.679 -0.780* -0.857** -0.829* -0.603 0.571 0.688 0.405 0.621 0.786* -0.828* PAT 0.627 0.723* 0.565 0.577 0.651 0.713* 0.740* 0.377 -0.583 -0.645 -0.555 -0.668 -0.871** 0.556 -0.873** VIC -0.369 -0.478 -0.519 -0.323 -0.406 -0.443 -0.387 -0.217 0.621 0.685 0.681 0.380 0.650 -0.170 0.605 -0.776* Keterangan: * ) berbeda nyata pada taraf 5%, **) berbeda sangat nyata pada taraf 1%
40
41 30
IPB 1
IPB 1
30
30
20
20
20
10
10
10
cm
cm
cm
30
IPB 3
IPB 3
30
30
20
20
20
10
10
10
cm
cm
cm
30
IPB 9
IPB 9
30 20
20
10
10
10
cm
cm
cm
25%
75%
IPB 3
IPB 9
30
20
IPB 1
100%
Lampiran 4. Stadia Kematangan pada Beberapa Genotipe Pepaya yang Diamati
IPB 7
(a)
IPB 7
IPB 7
(b)
Lampiran 5. Buah yang Terserang Colletotrichum sp. (a), Buah yang Terserang Rhizopus sp. (b), Buah yang Mengeluarkan Getah (c)
(c)